Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

SISTEM INFORMASI AKUNTANSI

ETHICS, FRAUD, AND INTERNAL CONTROL

Disusun Oleh :

Kelompok 3

Anggota:

1. Alika Natasya S 4. Kristina Maya Kamban


2. Astrid Ananda Amaliah 5. Muhammad Fadel Aco.
3. Harnischfeger Sembo 6. Willy Anugerah P.

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt., karena rahmat dan
karunia-Nya yang memberikan kekuatan, kesehatan, kemampuan berpikir, tenaga,
dan waktu untuk menuangkan segala yang penulis pikirkan sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Ethics, Fraud, and Internal Control”
dengan baik.
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Sistem Informasi Akuntansi yang diampu oleh Prof. Dr. Hj. Mediaty,
SE.,M.Si.,AK.,CA. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
pengetahuan tentang Ethics, Fraud, dan Internal Control.
Terwujudnya makalah ini tidak terlepas dari peran berbagai pihak termasuk
Prof. Dr. Hj. Mediaty, SE.,M.Si.,AK.,CA, selaku dosen pengampu mata kuliah
Sistem Informasi Akuntansi. Atas partisipasi dan bimbingannya, penulis
mengucapkan terima kasih.
Penulis menyadari bahwa makalah yang telah penulis susun ini sangat jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran demi
meningkatkan kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, penulis harap dengan adanya makalah ini dapat memberikan
manfaat dan pengetahuan baik kepada penulis selaku penyusun maupun pihak-
pihak yang membacanya.
Makassar, 05 Maret 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i


DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
BAB I .................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ....................................................................................... 2
D. Manfaat Penulisan ..................................................................................... 2
BAB II ................................................................................................................ 4
PEMBAHASAN ................................................................................................. 4
1.1 Ethical Issuess In Business ......................................................................... 4
1.1.1 Business Ethic ................................................................................ 4
1.1.2 Computer Ethic ............................................................................... 4
1.1.3 Sabranes-Oxley Act and Ethical Issues ........................................... 7
1.2 Fraud and Accountants ........................................................................... 9
1.2.1 Definition Of Fraud ........................................................................ 9
1.2.2 The Fraud Triangle ....................................................................... 10
1.2.3 Financial Losses From Fraud ........................................................ 11
1.2.4 The Repretators Of Frauds ............................................................ 11
1.2.5 Fraud Schemes ............................................................................. 12
1.3 Internal Control Concepts and Techniques ........................................... 16
1.3.1 Modifying Assumptions ................................................................ 16
1.3.2 The Preventive–Detective–Corrective Internal Control Model ...... 17
1.3.3 Sarbanes-Oxley and Internal Control ............................................ 18
BAB II .............................................................................................................. 22
PENUTUP ........................................................................................................ 22
A. Simpulan ................................................................................................. 22
B. Saran ....................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 23

ii
1

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Etika, fraud, dan pengendalian internal merupakan aspek penting


dalam bisnis dan manajemen perusahaan. Etika adalah serangkaian prinsip
atau nilai moral yang membantu manusia untuk mengambil sikap dan
bertindak secara layak dalam menjalani hidup ini. Fraud, kata lainnya
kecurangan, adalah tindakan melawan hukum yang dilakukan dengan
sengaja untuk memperoleh sesuatu dengan cara menipu. Association Of
Certified Fraud Examiniers (2014), mengartikan kecurangan (Fraud)
sebagai tindakan apapun yang bersifat illegal seperti penipuan,
penyalahgunaan, penyembunyian, serta tindakan yang melanggar
kepercayaan. Pengendalian internal, kata lainnya sistem kontrol,
merupakan sistem dan prosedur yang diperlukan untuk memantau,
mengawasi, dan mengendalikan kegiatan perusahaan. Internal Controls
adalah rencana organisasi dan metode bisnis yang dipergunakan untuk
menjaga aset, memberikan informasi yang akurat dan handal, mendorong
dan memperbaiki efisiensi jalannya organisasi, serta mendorong kesesuaian
dengan kebijakan yang telah ditetapkan (Steinbart, 2004).
Etika merupakan aspek penting dalam bisnis karena dapat
membentuk nilai, norma, dan perilaku karyawan dan pimpinan guna
membangun hubungan adil dan sehat dengan mitra kerja, pemegang saham,
atau masyarakat. Fraud, karena merugikan berbagai pihak, menjadi isu
penting yang perlu dihindari dan diatasi. Pengendalian internal, terutama
sistem kontrol, merupakan salah satu cara untuk mencegah terjadinya
kecurangan dan melaporkan keadaan perusahaan dengan benar dan
lengkap4.
Pada umumnya, pengendalian internal diperlukan untuk
mengendalikan kegiatan perusahaan dengan baik, mengawasi kegiatan yang
merugikan perusahaan, dan memantau kinerja karyawan. Sistem kontrol ini
2

merupakan bagian dari sistem manajemen yang bertujuan untuk


mengendalikan kegiatan perusahaan dengan baik.
B. Rumusan Masalah

1. Apa isu-isu luas yang berkaitan dengan etika bisnis dan teknologi
informasi?
2. Apa saja perbedaan antara penipuan manajemen dan penipuan
karyawan?
3. Apa saja jenis-jenis skema penipuan yang umum?
4. Apa saja fitur-fitur utama kerangka pengendalian internal SAS
78/COSO
5. Apa tujuan dan penerapan pengendalian fisik.
C. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini, yaitu;


1. Untuk memahami isu-isu luas yang berkaitan dengan etika bisnis
dan teknologi informasi.
2. Untuk mengetahui dan memahami perbedaan antara penipuan
manajemen dan penipuan karyawan.
3. Untuk mengetahui jenis-jenis skema penipuan yang umum.
4. Untuk memahami fitur-fitur utama kerangka pengendalian internal
SAS 78/COSO.
5. Untuk mengetahui dan memahami tujuan dan penerapan
pengendalian fisik.
D. Manfaat Penulisan

Penulisan makalah ini bermanfaat untuk memberikan pemahaman


kepada pembaca untuk mengetahui dan memahami apa saja isu-isu etika
bisnis dan teknologi informasi, memberikan pemahaman untuk mengetahui
perbedaan antara penipuan manajemen dan penipuan karyawan,
memberikan pemahaman terkait jenis-jenis skema penipuan yang umum,
memberikan pemahaman untuk fitur-fitur utama kerangka pengendalian
3

internal SAS 78/COSO, dan memberikan pemahaman agar mengetahui dan


memahami tujuan dan penerapan pengendalian fisik.
4

BAB II

PEMBAHASAN
1.1 Ethical Issuess In Business

Standar etika berasal dari adat istiadat masyarakat dan keyakinan


pribadi yang mengakar mengenai isu benar dan salah yang tidak disepakati
secara universal. Sangat mungkin bagi dua individu, yang keduanya
menganggap diri mereka bertindak etis, berada pada pihak yang berlawanan
dalam suatu permasalahan, Isu etika, sosial dan politik sangat berkaitan
satu sama lain, dimana isu etika mempengaruhi individu untuk harus
memilih tindakan atau diantara duaprinsip etika yang kandang
menimbulkan konflik (Prasetyaningrum Galuh, dkk. 2022).
1.1.1 Business Ethic
Etika berkaitan dengan prinsip-prinsip perilaku yang
digunakan individu dalam membuat pilihan dan membimbing
perilaku mereka dalam situasi yang melibatkan konsep benar
dan salah. Lebih khusus lagi, etika bisnis melibatkan pencarian
jawaban atas dua pertanyaan: (1) Bagaimana manajer
memutuskan apa yang benar dalam menjalankan bisnisnya? dan
(2) Setelah manajer menyadari apa yang benar, bagaimana
mereka mencapainya? Menurut Saban Echdar dan Maryadi
dalam buku Business Ethics and Entrepreneurship: Etika Bisnis
dan Kewirausahaan (2019), etika bisnis adalah cara yang
digunakan dan diterapkan dalam kegiatan bisnis, mencakup
seluruh aspek yang berkaitan dengan perusahaan, individu, serta
masyarakat.
 Making Ethical Decison
Organisasi bisnis mempunyai tanggung jawab
yang bertentangan terhadap karyawan, pemegang saham,
pelanggan, dan,masyarakat. Setiap keputusan besar
mempunyai konsekuensi yang berpotensi merugikan atau
menguntungkan konstituen tersebut.

1.1.2 Computer Ethic


Etika komputer adalah analisis sifat dan dampak sosial dari
teknologi komputer serta formulasi dan pembenaran kebijakan
untuk penggunaan teknologi tersebut secara etis, termasuk
kekhawatiran tentang perangkat lunak, serta perangkat keras dan
kekhawatiran tentang jaringan yang menghubungkan komputer
serta komputer itu sendiri. Seorang peneliti telah mendefinisikan
tiga tingkatan etika komputer: pop, para, dan teoritis.4 etika
komputer pop hanyalah pemaparan cerita dan laporan yang
ditemukan di media populer mengenai dampak baik atau buruk
dari teknologi komputer. Etika para komputer melibatkan
perhatian yang nyata dalam kasus etika komputer dan
5

memperoleh tingkat keterampilan dan pengetahuan tertentu di


bidangnya. Tingkat ketiga, komputer teoritis etika, menarik bagi
peneliti multidisiplin yang menerapkan teori filsafat, sosiologi,
dan psikologi pada ilmu komputer dengan tujuan membawa
pemahaman baru ke lapangan. Dalam isu computer ethics
terdapat hal yang perlu di perhatikan yaitu;
 Privacy
Orang-orang menginginkan kendali penuh atas
konten dan jumlah informasi tentang mereka. Basis data
bersama perlu melindungi orang dari potensi
penyalahgunaan data. Dimana dalam etike computer
diharapkan kita bisa mendapatkan perlindungan data-data
privasi
 Security (Accuracy and Confidentiality)
Keamanan komputer adalah upaya untuk
menghindari kejadian yang tidak diinginkan seperti
hilangnya kerahasiaan atau integritas data. Sistem
keamanan berupaya mencegah penipuan dan
penyalahgunaan sistem komputer lainnya; mereka
bertindak untuk melindungi sistem tersebut. Masalah
etika yang melibatkan keamanan timbul dari munculnya
database bersama yang terkomputerisasi yang berpotensi
menyebabkan kerusakan yang tidak dapat diperbaik
merugikan individu dengan menyebarkan informasi yang
tidak akurat kepada pengguna yang berwenang, misalnya
melalui pelaporan kredit yang tidak benar.
 Ownership of Property
Pengertian properti adalah hak kepemilikan tidak
berwujud baik itu berupa real estate (benda nyata) atau
finansial (Kotler, 2005). Dalam hal ini kemajuan dalam
computer ethics itu mendukung undang undang hak cipta
dalam mempermudah untuk menentsng replikasi yang
digunakan oleh orang laim yang menentang hak cipta atau
Ownership of property.
 Equity in Access
Beberapa hambatan terhadap akses bersifat
intrinsik pada teknologi sistem informasi, namun ada pula
yang dapat dihindari melalui desain sistem yang cermat.
Beberapa faktor, beberapa di antaranya tidak hanya terjadi
pada sistem informasi, dapat membatasi akses terhadap
teknologi komputasi. Status ekonomi individu atau
kekayaan suatu organisasi akan menentukan kemampuan
memperoleh teknologi informasi. Maksud dari hal
tersebut adalah kita sebagai manusia mendapatkan
keadilan dalam mengakses sesuatu tanpa dibeda bedakan,
dalam hal computer ethics ini tidak adanya ketidakadilan
6

dalam menggunakan akses karena merupakan sebuah


etika dasar.
 Environmental Issues
Komputer dengan printer berkecepatan tinggi
memungkinkan produksi dokumen cetak lebih cepat dari
sebelumnya. Mungkin lebih mudah untuk mencetak
sebuah dokumen daripada mempertimbangkan apakah
dokumen tersebut harus dicetak dan berapa banyak
salinan yang benar-benar perlu dibuat. Mungkin lebih
efisien atau lebih nyaman jika memiliki salinan cetak
selain versi elektronik. Namun, kertas berasal dari
pepohonan, sumber daya alam yang berharga, dan
berakhir di tempat pembuangan sampah jika tidak didaur
ulang dengan benar.
 Artificial Intelligence
Artificial Intelligence (AI), atau dalam
bahasa Indonesia dikenal sebagai Kecerdasan Buatan,
adalah cabang ilmu komputer yang bertujuan untuk
mengembangkan sistem dan mesin yang mampu
melakukan tugas yang biasanya memerlukan kecerdasan
manusia. AI melibatkan penggunaan algoritma dan model
matematika untuk memungkinkan komputer dan sistem
lainnya untuk belajar dari data, mengenali pola, dan
membuat keputusan yang cerdas (Eriana Sita Emi, 2023)
Masalah sosial dan etika baru muncul karena
popularitas sistem pakar. Karena cara sistem ini
dipasarkan—yaitu, sebagai pengambil keputusan atau
pengganti ahli—beberapa orang sangat bergantung pada
sistem ini. Oleh karena itu, baik insinyur pengetahuan
(orang yang menulis program) dan pakar domain (orang
yang memberikan pengetahuan tentang tugas yang
diotomatisasi) harus memperhatikan tanggung jawab
mereka atas keputusan yang salah, basis pengetahuan
yang tidak lengkap atau tidak akurat, dan peran yang
diberikan kepada mereka. komputer dalam proses
pengambilan keputusan.
 Unemployment and Displacement
Banyak pekerjaan telah berubah akibat ketersediaan
teknologi komputer. Orang-orang yang tidak mampu atau
tidak siap untuk berubah akan terlantar. Namun, pada
dasarnya, mau tidak mau kita harus mengikuti
perkembangan zaman terutama perkembangan komputer.
 Misuse of Computers
Komputer dapat disalahgunakan dalam banyak cara.
Menyalin perangkat lunak berpemilik, menggunakan
komputer perusahaan untuk keuntungan pribadi, dan
7

mengintip file orang lain hanyalah beberapa contoh


nyata.9 Meskipun menyalin perangkat lunak berpemilik
(kecuali untuk membuat salinan cadangan pribadi) jelas-
jelas ilegal, hal ini lazim dilakukan.
1.1.3 Sabranes-Oxley Act and Ethical Issues

Upaya mengembalikan kepercayaan pasar, dikeluarkanlah


regulasi Sarbanes-Oxley Act (2002) oleh US Securities and
Exchange Commission (SEC) yang memuatketentuan baru
untuk memperkuat governance dan struktur akuntabilitas
perusahaan publik. Kongres Amerika Serikat dengan penggagas
utamanya senator Paul Sarbanes dan wakil rakyatMichael Oxley
mengeluarkan Undang – undang The Sarbanes – Oxley Act atau
SOA dan telah ditandatangani oleh Presiden Bush pada tanggal
30 Juli 2002 (Ronny Kusuma Muntoro dalam Dodi Herviyan
Saputra, 2023).
Kemarahan masyarakat seputar pelanggaran etika dan
tindakan curang yang dilakukan oleh para eksekutif Enron,
Global Cross-ing, Tyco, Adelphia, WorldCom, dan lainnya
mendorong Kongres untuk mengesahkan Undang-Undang Daya
Saing Amerika dan Akuntabilitas Perusahaan tahun 2002.
Undang-undang yang luas ini, lebih umum diketahui sebagai
Sarbanes-Oxley Act (SOX), adalah undang-undang sekuritas
yang paling signifikan sejak Securities danUndang-undang
Exchange Commission (SEC) tahun 1933 dan 1934. SOX
memiliki banyak ketentuan yang dirancang untuk
menanganimasalah khusus yang berkaitan dengan pasar modal,
tata kelola perusahaan, dan profesi audit. Beberapa di antaranya
dibahas nanti dalam bab ini. Pada titik ini, kami terutama
prihatin dengan Pasal 406 dari tindakan yang berkaitan
dengan masalah etika.
 Section 406—Code of Ethics for Senior Financial Officer

Pasal 406 SOX mengharuskan perusahaan publik


untuk mengungkapkan kepada SEC apakah mereka telah
mengadopsi suatu kode etika yang berlaku bagi chief
executive officer (CEO), CFO, pengontrol, atau orang
yang menjalankan fungsi serupa. Jika perusahaan belum
mengadopsi kode etik tersebut, perusahaan harus
menjelaskan alasannya. Meskipun Pasal 406 berlaku
khusus bagi pejabat eksekutif dan keuangan suatu
perusahaan, kode etik perusahaan harus berlaku sama bagi
seluruh karyawan. Sikap manajemen puncak terhadap
etika menentukan pola praktik bisnis, namun juga
merupakan tanggung jawab manajer tingkat bawah dan
non-manajer untuk menegakkan standar etika perusahaan.
8

Pelanggaran etika dapat terjadi di seluruh organisasi mulai


dari ruang rapat ke dermaga penerima. Oleh karena itu,
metode harus dikembangkan untuk mencakup seluruh
manajemen dan karyawan dalam skema etika perusahaan.
SEC telah memutuskan bahwa kepatuhan terhadap Bagian
406 memerlukan kode etik tertulis yang membahas
masalah etika berikut.

 Conflicts Of Interest
Kode etik perusahaan harus menguraikan
prosedur untuk bertransaksi dengan konflik
kepentingan yang nyata atau nyata antara hubungan
pribadi dan profesional. Perhatikan bahwa
Persoalannya di sini adalah menangani konflik
kepentingan, bukan melarangnya. Meskipun
penghindaran adalah kebijakan terbaik, terkadang
konflik tidak dapat dihindari. Dengan demikian,
penanganan seseorang dan pengungkapan penuh atas
masalah tersebut menjadi penting terhadap
kekhawatiran etis. Manajer dan karyawan sama-sama
harus disadarkan akan kode etik perusahaan model
pengambilan keputusan yang diberikan, dan
berpartisipasi dalam program pelatihan yang
mengeksplorasi isu-isu konflik kepentingan.
 Full and Fair Disclosures
Ketentuan ini menyatakan bahwa organisasi
harus memberikan pelayanan secara penuh, adil,
pengungkapan yang akurat, tepat waktu, dan dapat
dimengerti dalam dokumen, laporan, dan laporan
keuangan yang dimilikinya diserahkan kepada SEC
dan publik. Teknik akuntansi yang terlalu rumit dan
menyesatkan digunakan menyamarkan aktivitas-
aktivitas meragukan yang menjadi inti dari banyak
skandal keuangan baru-baru ini. Tujuan dari aturan
ini bertujuan untuk memastikan bahwa
pengungkapan di masa depan bersifat jujur, terbuka,
jujur, dan bebas dari penipuan semacam itu.
 Legal Complience
Kode etik harus mengharuskan karyawan
untuk mengikuti peraturan pemerintah yang berlaku
hukum, aturan, dan peraturan. Sebagaimana
dinyatakan sebelumnya, kita tidak boleh
mengacaukan persoalan etika dengan persoalan
hukum Meskipun demikian, melakukan hal yang
benar memerlukan kepekaan terhadap undang-
undang, peraturan, regulasi, dan harapan masyarakat.
9

Untuk mencapai hal ini, organisasi harus


memberikan pelatihan dan bimbingan kepada
karyawan.
 Internal Reporting Of Code Violations
Kode etik harus menyediakan mekanisme
untuk memungkinkan pelaporan internal yang cepat
mengenai pelanggaran etika. Ketentuan ini serupa
sifatnya dengan Pasal 301 dan 806, yang dirancang
untuk mendorong dan melindungi pelapor. Hotline
etika karyawan adala muncul sebagai mekanisme
untuk menangani persyaratan terkait ini. Karena
SOX memerlukan fungsi ini untuk menjaga
kerahasiaan, banyak perusahaan yang mengalihkan
layanan hotline karyawannya ke vendor independen.

1.2 Fraud and Accountants

Dalam beberapa tahun terakhir, struktur pelaporan keuangan AS


sistem telah menjadi objek pengawasan. SEC, pengadilan, dan masyarakat,
serta Kongres, telah melakukannya berfokus pada kegagalan bisnis dan
praktik-praktik yang dipertanyakan oleh manajemen perusahaan yang
terlibat di dalamnyadugaan penipuan. Pertanyaan yang sering diajukan
adalah, ''Di manakah auditornya?”
Disahkannya SOX mempunyai dampak yang luar biasa terhadap
tanggung jawab auditor eksternal atas kecurangan deteksi selama audit
keuangan. Hal ini mengharuskan auditor untuk menguji pengendalian yang
secara khusus dimaksudkan untuk mencegah atau mendeteksi kecurangan
yang mungkin mengakibatkan salah saji material dalam laporan keuangan.
Pedoman resmi terkini mengenai deteksi kecurangan disajikan dalam
Statement om Auditing Standard (SAS) No. 99, Pertimbangan Kecurangan
dalam Audit Laporan Keuangan.
1.2.1 Definition Of Fraud
Fraud didefinisikan sebagai kumpulan pelanggaran dan
tindakan ilegal yang disengaja dilakukan untuk keuntungan
atau kerugian organisasi dan oleh individu di dalam dan di
luar organisasi (Gunadi dalam Hendri Nedi, 2023). Menurut
James A. Hall, Kecurangan (fraud) merupakan pernyataan palsu
atas suatu fakta material yang dibuat oleh suatu pihak kepada
pihak lain dengan menggunakan cara tersebut bermaksud untuk
menipu dan membujuk pihak lain untuk mengandalkan fakta
tersebut secara wajar sehingga merugikan pihak tersebut.
Menurut hukum adat, tindakan penipuan harus memenuhi
lima syarat berikut:
1. Representasi yang salah. Harus ada pernyataan palsu
atau kerahasiaan.
10

2. Fakta material. Suatu fakta harus menjadi faktor


substansial yang mendorong seseorang untuk bertindak.
3. Niat. Pasti ada niat untuk menipu atau mengetahui
pernyataan seseorang salah,
4. Ketergantungan yang dapat dibenarkan. Kesalahpahaman
tersebut pasti menjadi faktor penting yang
menyebabkan korban terluka.
5. Cedera atau kehilangan. Penipuan tersebut pasti
menimbulkan cedera atau kerugian
pada korban penipuan.

Penipuan dalam lingkungan bisnis mempunyai arti yang


lebih khusus. Merupakan penipuan yang disengaja,
penyalahgunaan aset perusahaan, atau manipulasi data keuangan
untuk keuntungan pelaku. Dalam literatur akuntansi, kecurangan
juga biasa dikenal dengan sebutan kejahatan kerah putih (white
collar crime), penggelapan (defalcation), penggelapan, dan
penyimpangan. Auditor menghadapi penipuan pada dua tingkat:
penipuan karyawan dan penipuan manajemen.

Penipuan karyawan, atau penipuan yang dilakukan oleh


karyawan non-manajemen, umumnya dirancang untuk
melakukan konversi secara langsung uang tunai atau aset lainnya
untuk keuntungan pribadi karyawan. Biasanya, karyawan
tersebut menghindari sistem pengendalian internal perusahaan
demi keuntungan pri penggelapan atau penggelapan biasanya
dapat dicegah atau dideteksi.badi. Jika suatu perusahaan
mempunyai sistem pengendalian internal yang efektif, maka
penggelapan atau penggelapan biasanya dapat
dicegah atau dideteksi. Penipuan karyawan biasanya melibatkan
tiga langkah: (1) mencuri sesuatu yang bernilai (aset), (2)
mengkonversi harta benda tersebut ke dalam bentuk yang dapat
digunakan (tunai), dan (3) menyembunyikan tindak pidana agar
tidak terdeteksi.

Kecurangan manajemen lebih berbahaya daripada penipuan


karyawan karena sering kali luput dari deteksi hingga organisasi
mengalami kerusakan atau kerugian yang tidak dapat diperbaiki.
Kecurangan manajemen biasanya tidak melibatkan pencurian
aset secara langsung. Manajemen puncak atau kerugian yang
tidak dapat diperbaiki. Kecurangan manajemen biasanya tidak
melibatkan pencurian aset secara langsung. Manajemen puncak
atau untuk mengambil keuntungan dari opsi saham yang telah
dimasukkan ke dalam paket kompensasi manajer.

1.2.2 The Fraud Triangle


11

The Fraud Triangle terdiri dari tiga faktor yang


berkontribusi atau berhubungan dengan penipuan manajemen dan
karyawan. Hal-hal tersebut adalah (1) tekanan situasional, yang
mencakup tekanan pribadi atau terkait pekerjaan yang dapat
memaksa seseorang untuk bertindak tidak jujur; (2) peluang, yang
mencakup akses langsung terhadap aset dan/atau akses terhadap
informasi yang menguasai aset, dan; (3) etika, yang berkaitan
dengan karakter dan tingkat moral seseorang yang menentang
tindakan ketidakjujuran.
1.2.3 Financial Losses From Fraud
Menurut BFI Finamce, fraud turut merugikan pihak
perusahaan dari segi finansial yang berpengaruh pada keuntungan
atau profit yang didapat. Pasalnya, kepercayaan yang dimiliki
oleh masyarakat akan hilang begitu saja, sehingga sulit untuk
mencapai target penjualan.
Kerugian sebenarnya akibat penipuan sulit dihitung dalam
beberapa kasus. Alasan: (1) tidak semua penipuan terdeteksi; (2)
dari yang terdeteksi, tidak semuanya dilaporkan; (3) dalam
banyak kasus penipuan, informasi yang dikumpulkan tidak
lengkap; (4) informasi tidak didistribusikan dengan baik kepada
manajemen atau hukum otoritas penegak hukum; dan (5) terlalu
sering, organisasi bisnis memutuskan untuk tidak mengambil
tindakan perdata atau pidana tindakan terhadap pelaku penipuan.
Selain kerugian ekonomi langsung terhadap organisasi, biaya
tidak langsung termasuk penurunan produktivitas, biaya tindakan
hukum, peningkatan pengangguran, dan kerugian bisnis.
1.2.4 The Repretators Of Frauds
 Fraud Losses by Position within the Organization
Dalam studi kasus menunjukkan bahwa 40 persen
kasus penipuan yang dilaporkan dilakukan oleh karyawan
nonmanajerial, 37 persen oleh manajer, dan 23 persen
oleh eksekutif atau pemilik. Meskipun dilaporkan
sejumlah dan 23 persen oleh eksekutif atau pemilik.
Meskipun dilaporkan sejumlah rata-rata kerugian per
kategori berbanding terbalik.
 Fraud Losses and the Collusion Effect
Penipuan yang dilakukan oleh karyawan sulit dicegah
dan dideteksi. Ini terutama berlaku dalam kasus kolusi
antara manajer dan karyawan bawahannya. Pengelolaan
adalah bagian penting dari sistem pengendalian internal
suatu organisasi. Mereka diandalkan untuk menghentikan
dan menemukan penipuan di bawahannya. Jika mereka
terlibat dalam penipuan dengan karyawan yang
dipimpinnya, mereka harus mengawasi. Jika tidak,
struktur kendali organisasi akan melemah atau seluruhnya
12

dapat dielakkan, dan perusahaan akan lebih rentan


terhadap kerugian.
 Fraud Losses by Gender
Pada suatu studi kasus menunjukkan bahwa median
kerugian akibat penipuan per kasus yang disebabkan oleh
laki-laki, lebih dari dua kali lipat dibandingkan dengan
kasus yang disebabkan oleh perempuan. Perempuan pada
dasarnya tidak lebih jujur dibandingkan laki-laki, namun
jumlah laki-laki yang menempati posisi tinggi di
perusahaan lebih banyak dibandingkan perempuan. Hal
ini memberi laki-laki akses yang lebih besar terhadap aset.
 Fraud Losses by Age
Karyawan yang lebih tua cenderung menempati posisi
dengan pangkat yang lebih tinggi dan oleh karena itu
umumnya mempunyai jabatan yang lebih tinggi dan akses
terhadap perusahaan. Sebuah studi kasus menunjukkan
bahwa kerugian rata-rata $25.000 dialami pelaku di
bawah 26 tahun, sedangkan kerugian yang dialami orang
berusia 60 tahun ke atas hampir 20 kali lebih besar.
Dimana artinya penipuan yang dilakukan pelaku di bawah
26 tahun tidak lebih banyak dari pada pelaku berusia 60
tahun ke atas.
 Fraud Losses by Education
Penipuan yang dilakukan oleh orang dengan lulusan
SMA dan Sarjana tidak lebih banyak dibandingkan
dengan penipuan yang dilakukan oleh orang dengan gelar
lebih tinggi. Umumnya, mereka yang berpendidikan lebih
tinggi menduduki posisi lebih tinggi di organisasinya dan
Oleh karena itu, mereka memiliki akses yang lebih besar
terhadap dana perusahaan dan aset lainnya.
1.2.5 Fraud Schemes
 Fraudulent Statements
Penipuan manajemen dikaitkan dengan pernyataan
palsu. Meskipun semua penipuan melibatkan salah saji
keuangan, pernyataan itu sendiri harus menghasilkan
keuntungan finansial bagi pelakunya, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Dengan kata lain,
pernyataan itu tidak hanya digunakan untuk mengaburkan
atau menutupi tindakan yang tidak benar. Misalnya,
menampilkan saldo rekening kas yang salah untuk
menutupi pencurian uang tunai tidak sama dengan
penipuan laporan keuangan. Sebaliknya, mengecilkan
kewajiban untuk menyajikan lebih banyak informasi
keuangan yang menguntungkan perusahaan dapat
menyebabkan kenaikan harga saham.
13

 The Underlyng Problems


Banyak orang mempertanyakan apakah
undang-undang sekuritas federal saat ini cukup untuk
memastikan pengungkapan keuangan yang adil dan
penuh oleh perusahaan publik karena kegagalan
seperti Enron, WorldCom, dan Adelphia. Masalah
seperti kurangnya independensi auditor dan direktur,
skema kompensasi eksekutif yang dipertanyakan,
dan praktik akuntansi yang buruk.
 Sarbanes-Oxley Act and Fraud
Pada bulan Juli 2002, Kongres
memberlakukan SOX menjadi undang-undang untuk
mengembalikan kepercayaan investor institusional
dan individu, yang sebagian disebabkan oleh
kegagalan bisnis dan pernyataan kembali akuntansi.
Untuk menangani masalah yang berkaitan dengan
pasar modal, tata kelola perusahaan, dan profesi
audit, undang-undang penting ini telah secara
substansial mengubah cara masyarakat perusahaan
menjalankan bisnis dan bagaimana profesi akuntansi
melakukan tugas pembuktiannya. SOX memiliki
beberapa aturan yang berhasil dengan segera, dan
yang lainnya digunakan secara bertahap. Dalam
waktu singkat sejak diberlakukan, Undang-undang
ini menetapkan kerangka kerja yang akan
memodernisasi dan mengubah peraturan yang
berkaitan dengan pengawasan dan audit perusahaan
publik. Salah satu reformasi utama adalah tentang (1)
pembentukan dewan pengawas akuntansi, (2)
kemandirian auditor, (3) manajemen dan tanggung
jawab perusahaan, (4) kewajiban pengungkapan, dan
hukuman atas penipuan dan pelanggaran lainnya.
 Corruption
Korupsi melibatkan eksekutif, manajer, atau
karyawan organisasi yang berkolusi dengan pihak luar.
Studi ACFE mengidentifikasi empat jenis utama korupsi:
penyuapan, gratifikasi ilegal, konflik bunga, dan
pemerasan ekonomi.
 Ilegal Gratuties
Pemberian, penerimaan, penawaran, atau
permintaan sesuatu yang berharga karena tindakan
resmi yang telah dilakukan dianggap sebagai
gratifikasi yang tidak sah. Ini seperti suap, tetapi
transaksi terjadi setelah fakta.
14

 Conflicts Of Interest
Konflik kepentingan terjadi ketika seorang
karyawan bertindak atas nama pihak ketiga selama
menjalankan tugasnya atau mempunyai kepentingan
pribadi dalam aktivitas yang dilakukan. Ketika
konflik kepentingan karyawan tidak diketahui oleh
pemberi kerja dan akibatnya dalam kerugian
finansial, maka terjadi penipuan.
 Economic Extortion
Pemerasan ekonomi didefinisikan sebagai
penggunaan atau ancaman kekerasan, termasuk
kekerasan ekonomi sanksi, oleh individu atau
kelompok untuk mendapatkan sesuatu yang
berharga. Barang yang bernilai dapat berupa aset
finansial atau ekonomi, informasi, atau kolaborasi
untuk membuat keputusan yang menguntungkan.
 Asset Misappropriation
Penipuan yang paling umum melibatkan beberapa
bentuk penyalahgunaan aset, yang salah satunya adalah
aset yang dialihkan langsung atau tidak langsung untuk
kepentingan pelaku. Aset yang paling rentan terhadap
penyalahgunaan termasuk uang tunai, rekening giro,
inventaris, persediaan, peralatan, dan informasi.
 Skimming
Skimming melibatkan pencurian uang dari suatu
organisasi sebelum masuk ke catatan dan laporan
keuangan organisasi. Seorang karyawan yang menerima
pembayaran dari pelanggan tetapi tidak mencatat
penjualan adalah contoh skimming.Jenis penipuan ini
dapat berlangsung selama beberapa minggu atau bulan
sebelum terdeteksi. Pada akhirnya, ketika pelanggan
mengeluh bahwa akunnya belum dikreditkan, penipuan
akan ditemukan.
 Cash Larceny
Pencurian uang tunai terjadi ketika uang dicuri dari
suatu organisasi setelah dilaporkan dalam lapping.
Lapping adalah suatu penyalahgunaan yang dilakukan
dengan sengaja untuk menyalah gunakan penerimaan kas
untuk sementara waktu atau secara permanen. Lapping
dapat dilakukan oleh seseorang biasanya yang
memiliki wewenang menerima kas dan
menyelenggarakan buku piutang (Widyanto
Putra Rafil, 2023). Ketika mereka terlibat dalam penipuan
jenis ini, karyawan biasanya mengatakan bahwa mereka
hanya meminjam uang tunai dan berencana untuk
15

membayarnya kembali di masa depan. Akuntansi ini harus


ditutup segera, atau sampai karyawan membayar dividen.
 Billing Schemes
Skema penagihan, juga dikenal sebagai penipuan
vendor, dilakukan oleh karyawan yang merugikan
majikannya untuk mengeluarkan pembayaran kepada
pemasok atau vendor palsu dengan mengirimkan faktur
untuk barang atau jasa fiktif, faktur yang membengkak,
atau faktur untuk pembelian pribadi.
 Check Tampering
Perusakan cek adalah ketika cek yang ditulis oleh
suatu organisasi kepada penerima pembayaran yang sah
dipalsukan atau diubah secara material. Salah satu
contohnya adalah seorang karyawan mencuri cek dari
vendor, membuat tanda tangan penerima pembayaran
palsu, dan kemudian menguangkan cek tersebut.
Contohnya adalah jika seorang karyawan mencuri cek
kosong dari perusahaan korban dan memberikannya
kepada dirinya sendiri atau kaki tangannya sendiri.
 Payroll Fraud
Penipuan penggajian terjadi ketika gaji palsu
diberikan kepada karyawan yang ada atau tidak ada. Ini
paling efektif terjadi di perusahaan di mana manajer yang
bertanggung jawab untuk mendistribusikan gaji kepada
karyawan. Manajer dapat memotong gaji, memalsukan
gaji dengan tanda tangan pegawai, dan mencairkannya.
 Expense Reimbursements
Penipuan penggantian biaya adalah ketika seorang
karyawan mengajukan laporan palsu yang mengatakan
bahwa mereka telah mengeluarkan uang yang tidak nyata,
seperti makanan, penginapan, dan perjalanan.
 Thefts of Cash
Pencurian uang tunai adalah rencana untuk mencuri
langsung uang di perusahaan. Salah satu contohnya adalah
ketika karyawan membuat entri palsu di mesin kasir,
seperti membatalkan penjualan, untuk menyembunyikan
uang tunai yang mereka ambil secara curang.
 Non-Cash Misappropriations
Skema penipuan non-tunai melibatkan pencurian
atau penyalahgunaan aset non-tunai organisasi korban.
Satu contohnya adalah petugas gudang yang mencuri
persediaan dari gudang atau gudang. Contoh lainnya
adalah petugas layanan pelanggan yang menjual informasi
rahasia pelanggan kepada pihak ketiga
16

 Computer Fraud
Auditor sangat memperhatikan komputer penipuan
karena komputer adalah dasar sistem informasi akuntansi
modern. Meskipun komputer tidak mengubah struktur
dasar penipuan (seperti pernyataan palsu, korupsi, dan
penyelewengan aset), komputer menambahkan
kompleksitas ke gambar penipuan.

1.3 Internal Control Concepts and Techniques

Secara umum, Pengendalian inrternal merupakan sebuah proses


pada organisasi dalam mengecek ketelitian, keakurasian, serta efektivitas
dan efisiensi dari suatu proses bisnis untuk mencapai tujuan tertentu (Putri,
2022). Pengendalian internal memiliki arti penting dalam rangka mencegah
terjadinya praktik kecurangan (fraud).
Sistem pengendalian internal terdiri dari kebijakan, praktik, dan
prosedur yang digunakan oleh suatu organisasi untuk mencapai empat
tujuan umum yakni (1) untuk menjaga asset Perusahaan; (2) untuk
menjamin keakuratan dan keandalan catatan dan informasi akuntansi; (3)
untuk meningkatkan efisiensi dalam operasi Perusahaan; (4) untuk
mengukur kepatuhan terhadap kebijakan dan prosedur yang ditentukan
manajemen.
1.3.1 Modifying Assumptions
 Management Responsibility
Manajemen bertanggung jawab atas pembentukan
dan pemeliharaan sistem pengendalian internal yang telah
dikemukakan dalam undang-undang SOX.
 Reasonable Assurance
Sistem pengendalian internal harus memberikan
jaminan yang masuk akal bahwa empat tujuan umum
pengendalian internal dipenuhi dengan cara yang hemat
biaya. Hal tersebut berarti bahwa tidak ada sistem
pengendalian internal yang sempurna dan biaya untuk
mencapai peningkatan pengendalian tidak boleh melebihi
dari manfaatnya.
 Methods of Data Processing
Pengendalian internal harus mencapai empat tujuan
luas terlepas dari metode pemrosesan data yang digunakan.
Namun, teknik pengendalian yang digunakan untuk
mencapai tujuan tersebut sangat bervariasi menurut jenis
terknologi yang berbeda.
 Limitations
Tentunya dalam sistem pengendalian internal
memiliki keterbatasan dalam efektivitasnya yang
mencakup (1) tidak ada sistem yang sempurna sehingga
17

masih memungkinkan terjadinya kesalahan dalam proses


pengendalian; (2) pengelakan-personil dapat menghindari
sistem melalui kolusi atau cara lain; (3) manajemen
mengabaikan prosedur pengendalian dengan cara
mendistori transaksi atau menginstruksikan bawahannya
untuk melakukan hal tersebut; (4) pengendalian internal
tidak menjadi efektif apabila kondisi sering berubah-ubah.

1.3.2 The Preventive–Detective–Corrective Internal Control


Model
 Preventive Controls
Pencegahan pengendalian merupakan teknik pasif
yang dirancang untuk mengurangi frekuensi dari kejadian
yang tidak diinginkan. Mencegah terjadinya kesalahan dan
penipuan hanya memerlukan sedikit biaya dibandingkan
dengan mendeteksi atau melakukan perbaikan setelah
masalah terjadi. Sebagian besar kejadian yang tidak
diinginkan dapat dicegah pada tingkat pertama. Misalnya
pada dokumen sumber yang telah dirancang dengan baik,
tata letak logis menjadi zona yang berisi data-data spesifik
yang memuat nama pelanggan, alamat, barang yang terjual,
dan kuantitas yang menuntut petugasnya untuk menginput
data yang diperlukan, sehingga dokumen sumber dapat
mencegah hilangnya data yang diperlukan. Meski
demikian, ada beberapa permasalahan yang tidak dapat
diantisipasi dan dicegah.

 Detective Controls
Kontrol detektif merupakan garis pertahanan kedua
yang menjadiperangkat, teknik, dan prosedur yang
dirancang untuk mengidentifikasi dan mengungkap
kejadian yang tidak diinginkan yang tidak dapat dicegah
oleh kontrol. Kontrol detektif ini mengungkap jenis
kesalahan tertentu dengan cara membandingkan kejadian
terkini dengan kejadian sebelumnya. Kendali detektif ini
akan membunyikan alarm ketika mengidentifikasi adanya
penyimpangan.
 Corrective Controls
Pengendalian korektif adalah tindakan yang diambil
untuk membalikkan dampak kesalahan terdeteksi pada
langkah sebelumnya. Perbedaan penting antara kontrol
detektif dan kontrol korektif yaitu detektif mengidentifikasi
anomali dan menarik perhatian padanya kemudian di
korektif untuk memperbaiki masalah yang terdeteksi
tersebut. Mengaitkan tindakan perbaikan dengan kesalahan
yang terdeteksi, sebagai respon otomatis, dapat
18

mengakibatkan kesalahan tindakan yang menyebabkan


masalah yang lebih buruk daripada kesalahan aslinya, maka
dari itu koreksi kesalahan perlu dilakukan dengan langkah
pengendalian terpisah yang harus diambil secara hari – hati.

1.3.3 Sarbanes-Oxley and Internal Control


Undang – undang Sarbanes-oxley mengharuskan
manajemen perusahaan publik untuk menerapkan sistem
memadai pengendalian internal atas proses pelaporan keuangan.
Hal ini mencakup kontrol sistem pemrosesan transaksi yang
memasukkan data ke sistem pelaporan keuangan.

 SAS 78/ COSO Internal Control Framework


Kerangka kerja SAS 78/COSO terdiri dari lima
komponen lingkungan pengendalian, penilaian risiko,
informasi dan komunikasi, pemantauan, dan aktivitas
pengendalian.
 The Control Environment
Lingkungan pengendalian merupakan
landasan bagi empat pengendalian lainnya.
Lingkungan pengendalian menentukan arah
organisasi serta mempengaruhi kesadaran
pengendalian manajemennya karyawan. Unsur
penting dari lingkungan pengendalian ialah :
1. Integritas dan nilai etika manajemen.
2. Struktur organisasi
3. Partisipasi dewan direksi organisasi dan komite
audit, jika ada
4. Filosofi manajemen dan gaya operasi
5. Tata cara pendelegasian tanggung jawab dan
wewenang
6. Metode manajemen untuk menilai kerja
7. Pengaruh eksternal misalnya pemeriksaan oleh
badan pengatur
8. Kebjiakan dan praktik organisasi untuk
mengelola sumber daya manusianya.
 Risk Assessment
Organisasi harus melakukan penilaian risiko
untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan
mengelola risiko yang relevan dengan pelaporan
keuangan.
 Information and Communication
Kualitas informasi yang dihasilkan sistem
informasi akuntansi berdampak pada kemampuan
19

manajemen untuk mengambil tindakan dan


keputusan sehubungan dengan operasi organisasi dan
untuk menyiapkan laporan keuangan yang andal.
Sistem informasi akuntansi yang efektif akan :
1. Identifikasi dan catat semua transaksi keuangan
valid.
2. Memberikan informasi tepat waktu tentang
transaksi dengan cukup rinci untuk
memungkinkan klasifikasi dan pelaporan
keuangan yang tepat.
3. Mengukur nilai finansial suatu transaksi secara
akurat sehingga dampaknya dapat dicatat dalam
laporan keuangan.
4. Catat tranksasi secara akurat pada periode waktu
terjadinya.
 Monitoring
Pemantauan adalah proses dimana kualitas
desain dan operasi pengendalian internal dapat
dinilai. Pemantauan berkelanjutan dapat dicapai
dengan mengintegrasikan model komputer khusus ke
dalam sistem informasi yang menangkap data penting
atau mengizinkan pengujian pengendalian dilakukan
sebagai bagian dari operasi rutin. Merangkum
aktivitas, menyoroti tren, dan mengidentifikasi
pengecualian dari kinerja normal, laporan manajemen
dirancang dengan baik memberikan bukti adanya
fungsi atau kegagalan pengendalian internal.
 Control Activities
Aktivitas pengendalian ialah kebijakan dan
prosedur yang digunakan untuk memastikan bahwa
tindakan yang tepat telah diambil untuk menangani
risiko teridentifikasi. Dalam aktivitas pengendalian
terbagi menjadi 2 kategori yaitu :

1. IT Controls, didalam kontrol IT terbagi menjadi 2


kelompok yaitu kontrol umum dan kontrol aplikasi.
Kontrol umum berkaitan dengan permasalahan
seluruh entitas seperti pengendalian pusat data,
database organisasi, pengembangan sistem, dan
pemeliharaan program. Kontrol aplikasi ialah
memastikan integritas sistem tertentu seperti
pemrosesan pesanan penjualan, hutang dagang, dan
aplikasi penggajian.
2. Physical Controls, kelompok pengendalian ini
terutama berkaitan dengan aktivitas manusia yang
20

dilakukan sistem akuntansi. Pengendalian fisik


berfokus pada orang, namun tidak terbatas pada
lingkungan di mana panitera memperbarui rekening
kertas dengan pena dan tinta.
 Transaction Authorization
Tujuan dari otorisasi transaksi ialah untuk
memastikan bahwa semua transaksi material yang
diproses oleh sistem informasi itu valid dan sesua
dengan milik manajemen. Contoh dari otorisasi
umum ialah prosedur pemberian otorisasi pembelian
persediaan dari vendor yang ditunjuk hanya ketika
tingkat persediaan turun ke titik pemesanan ulang
yang telah ditentukan sebelumnya.
 Segeration Of Duties
Terdapat 3 tujuan pedoman umum berlaku
untuk sebagian besar organisasi.
1. Pemisahan tugas harus sedemikian rupa
sehingga otoritas suatu transaksi terpisah dari
pemrosesan transaksi.
2. Tanggung jawab penyimpanan aset harus
terpisah dari tanggung jawab pencatatan.
3. Organisasi harus disusun sedemikian rupa
sehingga keberhasilan penipuan memerlukan
kolusi antara dua orang atau lebih yang
mempunyai tanggung jawab yang tidak
sejalan.
 Supervision
Pengendalian pengawasan dimana
perusahaan memperkerjakan personel yang kompeten
dan dapat dipercaya. Dalam organisasi kecil atau are
fungsional yang kekurangan personel, manajemen
harus mengkompensasi tidak adanya pengendalian
segregasi dengan pengawasan yang ketat.

 Accounting Records
Catatan akuntansi ini terdiri dari dokumen
sumber, jurnal, dan buku besar. Organisasi harus
memelihara jejak audit karena informasi tersebut
diperlukan untuk menjalankan operasional sehari –
hari dan peran penting dalam keuangan suatu
perusahaan.

 Access Control
Tujuan dari pengendalian akses yaitu untuk
memastikan bahwa hanya personel yang berwenang
yang memiliki akses terhadap aset perusahaan.
21

Kontrol akses memainkan peran penting dalam


menjaga aset yaitiu akses terhadap aset dapat bersifat
langsung atau tidak langsung. Akses langsung seperti
perangkat keamanan fisik yaitu kunci, brankas. Akses
tidak langsung bisa berupa aset dicapai dengan
memperoleh akses terhadap catatan dan dokumen
yang mengontrol penggunaan.

 Independent Verification
Prosedur verifikasi ialah pemeriksaan
independen terhadap sistem akuntans untuk
mengidentifikasi tempat setelah kejadian dan
penyajian yang keliru. Melalui prosedur verifikasi
independen manajemen dapat menilai kinerja
individu, integritas sistem pemrosesan transaksi, dan
kebenaran data yang terkandung dalam catatan
akuntansi.
22

BAB II

PENUTUP
A. Simpulan

Makalah ini telah mengulas topik yang sangat relevan dan penting
dalam konteks Sistem Informasi Akuntansi (SIA), yaitu etika, kecurangan,
dan kontrol internal. Dari paparan materi yang telah disajikan, dapat
disimpulkan bahwa etika memegang peran kunci dalam mengembangkan
sistem informasi akuntansi yang bertanggung jawab dan dapat diandalkan.
Kecurangan merupakan ancaman yang serius bagi integritas SIA, dan
kontrol internal merupakan mekanisme penting untuk mencegah,
mendeteksi, dan mengatasi kecurangan tersebut.

B. Saran

Dalam makalah, penting untuk mendalam satu aspek tertentu dari


materi "Etika, Kecurangan, dan Kontrol Internal" untuk memberikan
analisis yang lebih mendalam. Misalnya, Anda dapat mempertimbangkan
untuk meneliti peran teknologi dalam penguatan kontrol internal dan deteksi
kecurangan. Fokus pada bagaimana teknologi informasi dapat digunakan
untuk mengidentifikasi pola kecurangan melalui analitika data atau
bagaimana sistem informasi yang lebih canggih dapat membantu
memperkuat mekanisme pengendalian internal. Soroti juga tantangan yang
terkait dengan keamanan informasi dan privasi dalam
mengimplementasikan solusi teknologi ini. Dengan memberikan penekanan
pada integrasi teknologi dalam praktik kontrol internal dan pencegahan
kecurangan, makalah Anda dapat memberikan wawasan yang bernilai
tentang bagaimana organisasi dapat memanfaatkan inovasi untuk
menghadapi tantangan etika dan kecurangan dalam lingkungan bisnis yang
terus berkembang.
23

DAFTAR PUSTAKA

Eriana, Sita Emi. & Zein, Afrizal. 2023. Artificial Intelligence (AI).
Purbalingga: CV. Eureka Media Aksara

Hall, A. James. 2011. Accounting Information Systems, Seventh Edition.


USA: Cengage Learning

Hendri, Nedi. Sari, Ulan Shinta. 2023. Sistematic Literature Review:


The Strategy For Priventing Government Financial Report Fraud.
323-336. Diakses pada tanggal 6 Februari 2023 melalui
View of Sistematic Literature Review: The Strategy For Preventing
Government Financial Report Fraud (lppmunsera.org)

Prasetyaningrum, G.. Nurmayanti, F.. & Azahra, F. Fakor-faktor Yang


Mempengaruhi Etika Sistem Informasi:Moral, Isu Sosial dan Erika
Masyarakat (Literature Review SIM). 520-529. Diakses pada tanggal 5
Februari 2023 melalui
View of FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ETIKA SISTEM
INFORMASI: MORAL, ISU SOSIAL DAN ETIKA MASYARAKAT
(LITERATURE REVIEW SIM) (dinastirev.org)

Saputra, Herviyan Dodi. 2023. Implementasi Pengendalian Intern Standar


Sarbanes-Oxley Act (SOA) Pada Perusahaan Telekomunikasi. 54-62

Widyanto, Putra Rafil. Riharjo, Budi Iksan. 2023. Sistem Informasi


Akuntansi Pembayaran Biaya Pemakaian Air Bersih Dalam
Mencegal Lapping. Volume 12, Nomor 4. Diakses pada tanggal
6 Februari 2023 melalui
View of SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PEMBAYARAN BIAYA
PEMAKAIAN AIR BERSIH DALAM MENCEGAH LAPPING
(stiesia.ac.id)

Anda mungkin juga menyukai