Anda di halaman 1dari 24

SEMINAR PEMERIKSAAN AKUNTANSI LANJUT

PENGANTAR ETIKA BISNIS DAN KECURANGAN

Disusun oleh:
Moores Rowland Group
Amriyanti Nada Zahirah (20216717)
Ersa Bita Dwinovema (22216381)
Hananti Puji Prasiwi (23216175)
Maria Sabatine Nessha Putri (24216260)
Rahmah Mauliza (25216993)

Dosen : Prof. Dr. Dharma Tintri Ediraras, SE., AK., CA., MBA

4EB01
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS GUNADARMA
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, dengan
ini kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat-Nya
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah untuk mata kuliah pemeriksaan
akuntansi lanjut yang berjudul "Pengantar Etika Bisnis dan Kecurangan".

Makalah ini disusun dengan tujuan sebagai informasi bagi pembaca untuk mengetahui
etika bisnis dan kecurangan.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Kami
tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan kritik serta
saran dari pembaca untuk makalah ini untuk membangun yang lebih baik. Demikian, dan
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf yang sebesar-
besarnya.

Depok, 11 Januari 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul..................................................................................................................... i
Kata Pengantar..................................................................................................................... ii
Daftar Isi.............................................................................................................................. iii
BAB I Pendahuluan
1. Latar Belakang....................................................................................................... 1
2. Tujuan Pembelajaran............................................................................................. 1
BAB II Pembahasan
1.Etika........................................................................................................................ 2
2.Apa yang Dimaksud dengan Etika Bisnis?............................................................. 2
3.Bagaimana Beberapa Perusahaan Menjawab Masalah Etika................................. 3
4.Apa yang Dimaksud dengan Etika Komputer?....................................................... 5
5.Kecurangan dan Akuntan................................................................... ................7
6.Faktor-Faktor yang Berkontribusi Terhadap Terjadinya Kecurangan.................... 9
7.Kerugian Keuangan Akibat Kecurangan................................................................ 11
8.Pelaku Kecurangan................................................................................................. 11
9.Masalah Mendasar.................................................................................................. 14
10.Undang-Undang Sarbanes-Oxley........................................................................... 15
11.Profesi Antikecurangan.......................................................................................... 17
BAB III Penutup.................................................................................................................. 19
Daftar Pustaka...................................................................................................................... 20

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Kecurangan tampaknya setua kejahatan itu sendiri. Berbagai kecurangan financial
besar akhir-akhir ini, seperti Enron dan Worldcom.
Bab ini menjelaskan dua subjek yang berkaitan erat, yaitu etika dan kecurangan serta
berbagai implikasinya untuk audit. Bab ini akan dimulai dengan survey mengenai
masalah etika yang menekankan adanya tanggung jawab perusahaan yang saling
bertentangan bagi karyawan, pemegang saham, pelanggan, dan masyarakat secara
umum. Para manajer perusahaan memiliki tanggung jawab etika untuk mencari
keseimbangan antara berbagai resiko dan manfaat bagi konstituen ini, sehubungan
dengan keputusan mereka. Pihak manajemen, karyawan, dan auditor harus mengetahui
implikasi teknologi informasi baru bagi permasalahan lama seperti ini dalam lingkungan
kerja mereka, hak privasi, dan potensi terjadinya kecurangan.

1.2 TUJUAN PEMBELAJARAN


a. Memahami berbagai permasalahan yang berkaitan dengan etika bisnis.
b. Mengetahui mengapa subjek etika penting dalam mempelajari sistem informasi
akuntansi.
c. Memiliki pemahaman dasar mengenai permasalahan etika yang berhubungan
dengan penggunaan teknologi informasi.
d. Memahami hal-hal yang membentuk perilaku curang.
e. Mampu membedakan antara kecurangan pihak manajemen dengan kecurangan
karyawan.
f. Mampu menjelaskan berbagai dorongan yang memotivasi dilakukannya
kecurangan.
g. Mengenal baik peraturan antikecurangan dan profesi antikecurangan secara
umum.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 ETIKA
Dengan adanya skandal dalam industry perbankan, cerita mengenai kejahatan dan
virus computer, serta tuntutan yang hamper terjadi setiap hari untuk kesalahan dan
pelanggaran yang dilakukan para pejabat pemerintah, maka seseorang tidak akan dapat
menghindar untuk berpikir mengenai kondisi etika saat ini di Amerika. Aktivitas bisnis
semacam itu, seperti komisi yang tidak sah, kecurangan, penipuan pelanggan konflik
kepentingan, dan penjualan produk yang dilarang di AS ke negara-negara dunia ketiga,
adalah hal yang sangat umum terjadi.
Standar etika berasal dari norma-norma masyarakat, ajaran agama, dan keyakinan
pribadi yang sangat mendalam mengenai hal yang salah dan benar yang tidak dapat
disepakati secara universal. Ketika seseorang yang terhormat dari negara bagian, yang
dituntut atas perilaku tidak beretikanya, berdiri didepan kongres serta menyatakan bahwa
dirinya “bersalah karena tidak melakukan perbuatan yang salah,” apakah artinya dia
berkata bahwa dia memang tidak melanggar hukum?

2.2 APA YANG DIMAKSUD DENGAN ETIKA BISNIS?


Etika (ethics) berkaitan dengan prinsip-prinsip perilaku yang digunakan orang dalam
membuat pilihan dan yang mengarahkan perilakunya dalam situasi yang melibatkan
konsep salah dan benar. Secara lebih spesifi ketika bisnis (bussines ethics) mencangkup
pencarian jawaban atas dua pertanyaan berikut:
1. Bagaimana manager memutuskan apa yang benar dalam menjalankan bisnisnya?
2. Ketika para manager telah mengetahui apa yang benar, bagaimana cara mencapainya?
Permasalahan etika dalam bisnis dapat dibagi menjadi 4 area: kesetaraan, hak
kejujuran, dan penerapan kekuasaan perusahaan.
Walaupun minat dalam etika bisnis telah meningkat secara signifikan selama satu
decade terakhir ini, subjek tersebut telah membuat khawatir banyak peneliti dan
masyarakat sejak dimulainya ekonomi dunia barat. Kekhawatiran mengenai rendahnya
moral para pelaku keuangan, bankir, dan investor, banyak ditemukan dalam tulisan-
tulisan dimasa lalu. Bahkan, banyak debat kontenporer mengenai sifat etika bisnis, salah
satu abad umurnya.

2
Perilaku etis dan keuntungan pribadi adalah isu yang saling berhubungan. Ajaran
katolik abad pertengahan menganggap kapitalisme serta kegiatan mencari uang secara
moral salah: “seorang katolik yang menjadi peminjam uang enam abad yang lalu
dianggap sama tidak etisnya dengan pengedar obat terlarang saat ini. ”Banyak pedagang
abad pertengahan benar-benar bertindak tanpa mempertimbangkan standar apapun. Akan
tetapi, jika bisnis mereka dianggap secara fundamental tidak bermoral, mengapa mereka
mencoba melakukannya secara beretika? Bagaimana mereka dapat melakukanya?
Reformasi protestan memungkinkan para pelaku bisnis yang berhasil untuk dapat
menjadi individu yang juga beretika. Laba dan surga selanjutnya bukan lagi menjadi hal
yang dikejar secara terpisah. Pekerja yang rajin dapat diberi penghargaan uang sebagai
tanda kemurahan Tuhan. Selain itu pemerolehan bisnis diberi penghargaan dengan laba
untuk memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan, karyawan, serta investor mereka.
Dalam dunia saat ini, banyak orang meyakini bahwa etika bisnis adalah oksimoron
(dua hal yang berbeda atau bertolak belakang namun berdampingan). Akan tetapi,
perilaku etis yang baik seharusnya juga bagus untuk bisnis. Hal ini bukan berarti
perusahaan yang bertindak secara etis akan sejahtera. Perilaku etis adalah hal yang
terpenting, tetapi bukan satu-satunya kondisi yang dapat membuat bisnis menjadi sukses.
Akibat yang juga sama pentingnya adalah perusahaan yang bertindak secara tidak etis
akan dihukum.

2.3 BAGAIMANA BEBERAPA PERUSAHAAN MENJAWAB MASALAH ETIKA


Pada tahun 1990, Business Roundtable, yang terdiri atas CEO 200 perusahaan besar,
membentuk sebuah tim kerja yang memiliki beberapa ahli etika sebagai konsultan di
dalamnya. Tim tersebut mempelajari berbagai program etika di 10 perusahaan dan
memberikan berbagai saran yang dapat membantu memastikan adanya praktik beretika
dalam berbagai perusahaan tersebut. Saran tersebut termasuk komitmen yang lebih besar
dari pihak manajemen puncak untuk memperbaiki standar etika, kode etik tertulis yang
secara jelas mengkomunikasikan harapan pihak manajemen, program untuk
mengimplementasikan petunjuk etika, serta teknik untuk mengawasi ketaatan.
Beberapa perusahaan yang sangat berhasil telah lama menekankan pada etika.
Contohnya, Boeing menggunakan manajer lininya untuk memimpin sesi pelatihan etika
dan mempertahankan nomor bebas tariff pulsa untuk memungkinkan karyawannya
melaporkan pelanggaran.

3
Peran Pihak Manajemen dalam Mempertahankan Iklim Beretika
Para manajer perusahaan harus menciptakan dan memelihara atmosfer etis yang tepat.
Mereka harus membatasi peluang dan godaan untuk melakukan perilaku yang tidak etis
dalam perusahaan. Tidak cukup bagi manajer untuk menuntut kesadaran akan hal yang
benar dan salah ke tiap individu. Individu itu sendiri harus disadarkan akan komitmen
perusahaan pada etika di atas peningkatan laba dan efisiensi jangka pendek.
Walaupun sikap pihak manajemen puncak terhadap etika menentukan arah praktik
bisnis perusahaan, dalam banyak situasi hal ini bergantung pada manajer tingkat yang
lebih rendah untuk menegakkan standar etika perusahaan. Standar etika yang kurang baik
di antara para karyawan adalah akar penyebab terjadinya kecurangan karyawan dan
penyalahgunaan lainnya. Akan dibutuhkan berbagai macam metode untuk melibatkan
manajer tingkat yang lebih rendah serta karyawan dalam skema etika perusahaan. Para
manajer dan karyawan harus disadarkan akan kode etik perusahaan, diberikan model
pengambilan keputusan, dan terlibat dalam program pelatihan yang mengeksplorasi
masalah etika.
Pengembangan Etika
Sebagian besar orang mengembangkan kode etik akibat lingkungan keluarga mereka,
pendidikan formal, dan pengalaman pribadi. Teori tahapan keperilakuan menyatakan
bahwa semua orang melalui beberapa tahapan revolusi moral sebelum sampai pada
sebuah tingkat pemikiran etika. Tingkatan dalam model teori tersebut disajikan dalam
Figur 11-1.

4
Membuat Keputusan yang Etis
Sekolah bisnis dapat dan dilibatkan dalam pengembangan etika para manajer masa
depan. Program bisnis dapat mengajarkan mahasiswanya berbagai teknik analitis untuk
digunakan dalam usaha untuk memahami serta mempertimbangkan tanggung jawab
perusahaan yang saling bertentangan bagi karyawan perusahaan, pemegang saham,
pelanggan, dan masyarakat.
Setiap perusahaan etis memiliki resiko dan manfaat. Contohnya,
mengimplementasikan sistem informasi berbasis komputer yang baru dalam suatu
perusahaan dapat menyebabkan beberapa karyawan kehilangan pekerjaannya, sementara
mereka yang bertahan akan mendapatkan manfaat dari perbaikan kondisi kerja. Mencari
keseimbangan antara konsekuensi ini adalah tanggung jawab etis (ethical responsibility)
manajer. Prinsip-prinsip berikut dapat menjadi petunjuk dalam melaksanakan tanggung
jawab ini.
 Proposionalitas
Manfaat dari suatu keputusan harus melebihi resikonya. Selain itu, harus ada
keputusan alternative yang memberikan manfaat yang sama atau lebih besar, dengan
resiko lebih kecil.
 Keadilan
Manfaat dari keputusan tersebut harus didistribusikan secara adil ke mereka yang
berbagi risiko tersebut. Mereka yang tidak mendapat manfaat tersebut tidak boleh
menanggung beban risikonya.
 Risiko yang Minimal
Meskipun dinilai dapat diterima berdasarkan prinsip-prinsip diatas, keputusan tersebut
harus diimplementasikan dengan cara yang dapat meminimalkan semua risiko serta
menghindari risiko apapun yang seharusnya tidak perlu ada.

2.4 APA YANG DIMAKSUD DENGAN ETIKA KOMPUTER?


Etika komputer (computer ethics) adalah analisis sifat dan dampak sosial teknologi
komputer serta pembentukan dan justifikasi kebijakan terkait atas penggunaan teknologi
tersebut secara etis, meliputi perhatian terhadap peranti lunak dan peranti keras serta

5
perhatian terhadap jaringan yang menghubungkan berbagai komputer serta komputer itu
sendiri.
Bynum menetapkan tiga tingkat etika komputer, yaitu:
 Etika Komputer Pop (Pop Computer Ethics)
Hanyalah eksposur ke berbagai cerita dan laporan yang dapat ditemukan dalam
media yang populer, mengenai sisi baik dan buruk teknologi komputer.
 Etika Komputer Para (Para Computer Ethics)
Melibatkan perhatian sesungguhnya pada berbagai kasus etika komputer dan
pemerolehan tingkat tertentu beberapa keahlian dan pengetahuan di bidang tersebut.
 Etika Komputer Teoretis (Theoretical Computer Ethics)
Topik yang menarik banyak peneliti multi disiplin yang menerapkan teori filosofi,
sosiologi, dan psikologi ke ilmu komputer dengan tujuan membawa pemahaman baru
dalam bidang tersebut.

Masalah Etika Komputer


1. Privasi
Privasi adalah masalah akses terbatas bagi orang-orang atau informasi mengenai
seseorang. Pembuatan dan pemeliharaan basis data yang sangat besar, membuat
perlindungan dari penyalahgunaan data menjadi hal yang sangat penting.
2. Keamanan (Akurasi dan Kerahasiaan)
Keamanan komputer (computer security) adalah usaha untuk menghindari berbagai
peristiwa yang tidak diinginkan seperti hilangnya kerahasiaan atau integritas data.
Sistem keamanan berusaha untuk mencegah terjadinya kecurangan serta
penyalahgunaan lainnya dalam system komputer; sistem ini bertindak untuk
melindungi dan lebih lanjut lagi, melegitimasi berbagai kepentingan konstituensi
sistem tersebut.
3. Kepemilikan Properti
Berbagai peraturan yang didesain untuk menjaga hak milik berwujud telah diperluas
untuk mencakup pula kekayaan intelektual yaitu peranti lunak.
4. Ras
Masyarakat sering kali mencoba untuk menebus berbagai perlakuan sosial yang salah
di masa lalu.
5. Kesetaraan Akses

6
Beberapa hambatan ke akses bersifat intrinsik dalam teknologi sistem informasi,
tetapi beberapa dapat dihindari melalui desain sistem yang dilakukan dengan hati-
hati. Beberapa faktor, yang di antaranya tidak secara khusus berkaitan dengan sistem
informasi, dapat membatasi akses ke teknologi komputer. Status ekonomi seseorang
atau pengaruh suatu perusahaan akan menentukan kemampuan untuk mendapatkan
teknologi informasi. Budaya juga dapat membatasi akses.
6. Masalah Lingkungan
Kertas berasal dari pohon (sumber daya alam yang sangat berharga) dan akan
berakhir di tempat penampungan sampah jika tidak didaur ulang dengan benar.
7. Kecerdasan Buatan
Teknisi pengetahuan dan ahli bidang tertentu harus peduli terhadap tanggung jawab
mereka atas keputusan yang salah, dasar pengetahuan yang tidak lengkap atau tidak
akurat, dan peran yang diberikan ke komputer dalam proses pengambilan keputusan.
8. Pengangguran dan Penggantian
Banyak pekerjaan yang telah dan akan berubah karena adanya teknologi komputer.
Orang-orang yang tidak dapat atau tidak siap untuk berubah akan digantikan dan
menemukan kesulitan mendapatkan pekerjaan baru.
9. Penyalahgunaan Komputer
Komputer dapat disalahgunakan dalam banyak cara. Berikut beberapa contoh yang
jelas:
 Menyalin peranti lunak yang memiliki hak cipta,
 Menggunakan komputer perusahaan untuk keuntungan pribadi,
 melihat-lihat secara diam-diam ke file orang lain.
10. Tanggung Jawab Pengendalian Internal
Perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban keuangannya atau mencapai tujuannya
jika informasinya tidak andal. Maka, manajer harus membuat dan mempertahankan
sistem dengan pengendalian internal yang tepat untuk memastikan integritas serta
keandalan datanya. Para ahli sistem informasi dan akuntan memiliki peran inti untuk
memastikan kecukupan pengendalian karena banyak dari system pengendalian
internal berkaitan dengan sistem pemrosesan transaksi.

2.5 KECURANGAN DAN AKUNTAN

7
Kecurangan (fraud) mengacu pada kesalahan penyajian suatu fakta yang material dan
dilakukan satu pihak ke pihak lainnya dengan tujuan menipu dan membuat pihak lain
merasa aman untuk bergantung pada fakta yang merugikan baginya. Berdasarkan hukum
kasus (common low), tindakan curang harus memenuhi lima syarat berikut ini:
1. Kesalahan penyajian, ada pernyataan palsu atau tidak diungkapkannya suatu hal.
2. Fakta yang material, fakta harus merupakan faktor yang subtansial untuk mendorong
seseorang agar bertindak.
3. Niat. Ada niat untuk menipu atau mengetahui bahwa pernyataan pihak tertentu adalah
salah.
4. Ketergantungan yang dapat dijustifikasi. Kesalah penyajian tersebut merupakan faktor
yang substansial dimana pihak yang dirugikan bergantung padanya.
5. Kerusakan atau kerugian. Penipuan tersebut merupakan kerusakan atau kerugian bagi
korban kecurangan.

Kecurangan dalam lingkungan bisnis memiliki arti khusus. Kecurangan adalah


penipuan yang disengaja, penyalahgunaan aset perusahaan, atau memanipulasi data
keuangan demi keuntungan pelakunya. Dalam literatur akuntansi, kecurangan biasanya
juga disebut sebagai kejahatan kerah putih, pengingkaran, penggelapan, dan
ketidakwajaran. Auditor biasanya berhubungan dengan kecurangan pada dua tingkat:
kecurangan oleh karyawan dan kecurangan oleh pihak manajemen.

1. Kecurangan oleh karyawan (employee fraud), atau kecurangan oleh karyawan


nonmanajemen, biasanya didesain untuk secara langsung mengonversi kas atau aset
lainnya demi keuntungan pribadi karyawan terkait. Kecurangan oleh karyawan
biasanya melibatkan penyalahgunaan aset, yang merupakan proses tiga tahap:
a. Mencuri sesuatu yang bernilai (aset)
b. Mengonversi aset tersebut kedalam bentuk yang dapat digunakannya (uang)
c. Menutupi kejahatan tersebut untuk menghindari deteksi.
Tahap ketiga sering kali adalah tahap yang paling sulit. Mungkin relatif mudah
bagi seorang staff administrasi bagian gudang untuk mencari persediaan dari gudang
perusahaan, tetapi mengubah record persediaan untuk menyembunyikan pencurian
tersebut adalahsuatu tantangan. Untuk melakukan kecurangan semacam itu, karyawan
tersebut harus mencari cara menghindari dari sistem pengendalian internal
perusahaan. Jika perusahaan memiliki sistem pengendalian internal yang efektif,
maka kecurangan oleh karyawan biasanya dapat dicegah atau dideteksi.

8
2. Kecurangan oleh pihak manajemen (management fraud) lebih tidak tampak daripada
kecurangan oleh karyawan, karena sering kali kecurangan semacam ini lolos dari
deteksi sampai terjadinya kerusakan atau kerugian besar yang menyulitkan
perusahaan. Biasanya kecurangan oleh pihak manajemen tidak melibatkan pencurian
langsung aset. Pihak manajemen puncak dapat melakukan berbagai aktivitas curang
untuk mendapatkan nilai saham yang lebih tinggi. Hal ini mungkmin dilakukan untuk
memenuhi harapan para investor atau memanfaatkan opsi saham yang dimasukkan
dalam paket kompensasi manajer terkait. Kecurangan ini juga disebut sebagai
kecurangan kinerja (performance fraud), yang sering kali melibatkan praktik
penipuan untuk menggelumbangkan pendapatkan atau untuk menunda pengakuan
kebangkrutan atau penurunan pendapatan. Kecurangan pihak manajemen pada tingkat
yang lebih rendah biasanya melibat penyajian data keuangan atau laporan internal
yang salah untuk mendapatkan kompensasi tambahan, mendapatkan promosi, atau
untuk meloloskan diri penalti akibat buruknya kinerja. Kecurangan oleh pihak
manajemen biasanya terjadi atas tiga karakteristik khusus:
a. Kecurangan yang dilakukan pada tingkat manajemen diatas dimana struktur
pengendalian internal biasanya saling berhubungan.
b. Kecurangan sering melibatkan penggunaaan laporan keuangan untuk menciptakan
ilusi bahwa suatu entitas lebih sehat dan sejarah daripada sesungguhnya.
c. Jika kecurangan melibatkan penyalahgunaan aset, kecurangan ini seringkali
disebarkan ke berbagai transaksi bisnis yang kompleks dan seringkali melibatkan
pihak ketiga terkait.

2.6 FAKTOR-FAKTOR YANG BERKONTRIBUSI TERHADAP TERJADINYA


KECURANGAN
Berdasarkan penelitian Donald Cressey, orang melakukan aktivitas curang akibat
interaksi dorongan yang berasal dari dalam kepribadian individu terkait dan dari
lingkungan eksternal. Dorongan ini diklasifikasikan ke dalam tiga kategori umum:
1. Tekanan situasional (situational pressure),
2. Peluang (opportunity)
3. Karakteristik pribadi [integritas] (personal characteristic [integrity]

Ketiga dorongan ini dikenal sebagai “segitiga kecurangan.”

9
Seseorang yang memiliki tingkat integritas tinggi dan tekanan serta peluang terbatas
untuk melakukan kecurangan akan cenderung berperilaku jujur. Begitu pula dengan
seseorang yang lebih rendah integritas pribadinya, jika ditempatkan dalam situasi dimana
terdapat peningkatan tekanan dan ada peluang, maka akan cenderung melakukan
kecurangan.

Pertanyaan untuk daftar periksa yang berkaitan dengan kecurangan oleh pihak
manajemen atau kadang yang disebut sebagai kecurangan keuangan, dalam meliput hal-
hal berikut ini:

1. Apakah eksekutif utama memiliki hutang pribadi yang luar biasa besarnya?
2. Apakah eksekutif utama tampaknya hidup diluar kemampuannya?
3. Apakah eksekutif utama memiliki kebiasaan berjudi?
4. Apakah eksekutif utama tampaknya kecanduan alkohol atau obat-obatan?
5. Apakah ada diantara para eksekutif utama yang tampaknya kurang memiliki kode etik
pribadi?
6. Apakah kondisi ekonomi tidak mendukung untuk industri perusahaan tersebut?
7. Apakah perusahaan menggunakan beberapa bank, dan tidak satupun dari bank
tersebut mendapatkan gambaran keuangan keseluruhan perusahaan?
8. Apakah ada diantara para eksekutif utama yang memiliki hubungan dekat dengan
pemasok?
9. Apakah perusahaan mengalami tingkat keluar masuk karyawan penting secara cepat,
entah disebabkan karena berhenti atau dipecat?
10. Apakah ada satu atau dua orang yang mendominasi perusahaan?

Tabel 2.1 Distribusi Kerugian


Persentase
Jumlah Kerugian Kecurangan
$1 - $999 2,30%
$1.000 - $9.999 10,20%
$10.000 - $49.999 22,90%
$50.000 - $99.999 12,10%
$100.000 - $499.999 27,60%
$500.000 - $999.999 8,50%
$1.000.000 -
$9.999.999 13,20%
$10.000.000 + 3,20%

10
2.7 KERUGIAN KEUANGAN AKIBAT KECURANGAN
Biaya kecurangan sesungguhnya sulit diukur karena sejumlah alasan, yaitu:
1. Tidak semua kecurangan terdeteksi
2. Dari semua yang terdeteksi, tidak semua dilaporkan
3. Dalam banyak kasus kecurangan, informasi yang dikumpulkan tidak lengkap
4. Informasi tidak didistribusikan dengan benar ke pihak manajemen atau lembaga
hukum yang berwenang
5. Seringkali, perusahaan memutuskan untuk tidak melakukan tunbtutan hukum perdata
atau pidana atas pelaku kecurangan.

Selain kerugian ekonomi langsung pada perusahaan, biaya total kecurangan meliputi
banyak biaya tidak langsung, seperti penurunan produktivitas, biaya tuntutan hukum,
peningkjatan pengangguran, dan gangguan pada bisnis karena adanya penyelidikan
kecurangan.

2.8 FAKTOR PELAKU KECURANGAN


Penelitian ACFE mempelajari sejumlah faktor yang mencirikan pelaku kecurangan,
termasuk posisinya dalam perusahaan, kolusi dengan pihak lain, gender, umur, dan
pendidikan. Median kerugian keuangan juga dihitung untuk tiap faktor tersebut.
1. Kerugian akibat kecurangan berdasarkan posisi dalam perusahaan
Tabel 2.2 menunjukkan bahwa 58 persen dari kasus kecurangan yang dilaporkan
dilakukan oleh karyawan pada tingkat manajerial, 36 persen oleh manajer tanpa
melibatkan orang lain, dan 6 persen oleh manajer dengan melakukan kolusi bersama.
Median kerugian dalam berbagai kasus yang melibatkan kolusi antara manajer
dengan karyawan adalah $ 500.000. jumlah ini dua kali median kerugian yang
ditimbulkan oleh skema dimana manajer bertindak sendiri dan hampir delapan kali
kerugian jika karyawan bertindak sendiri.
Kolusi diantara para karyawan dalam melakukan kecurangan sulit untuk dicegah dan
dideteksi. Hal ini terutama berlaku ketika kolusi dilakukan antara manajer dengan

11
karyawan bawahannya. Pihak manajemen memainkan peran penting dala struktur
pengendalian internal perusahaan. Pihak manajemen merupakan tempat bergantung
untuk mencegah dan mendeteksi kecurangan diantara bawahannya. Jika pihak
manajemen terlibat dalam kecurangan bersama dengan karyawan yang seharusnya
diawasi, maka struktur pengendalian perusahaan melemah atau sepenuhnya dilanggar,
dan perusahaan akan menjadi lebih rentan mengalami kerugian.

Tabel 2.2 Kerugian Akibat Kecurangan Berdasarkan Posisi


Posisi Persentase kecurangan kerugian
 Manajer dan karyawan 6 $500.000
 Manajer sendiri 36 $250.000
 Karyawan sendiri 58 $60.000

2. Kerugian akibat kecurangan dan pengaruh kolusi

Kerugian akibat kecurangan yang melibatkan kolusi, cenderung lebih besar daripada
yang dilakukan oleh orang yang bertindak sendiri. Kolusi ini meliputi kolusi internal
serta skema dimana seorang karyawan atau manajer berkolusi dengan pihak luar,
seperti pemasok atau pelanggan. Walaupun kecurangan yang dilakukan perseorangan
jauh lebih banyak (68%) dari seluruh kasus, median kerugian akibat kolusi adalah
$450.000. jumlah ini mewakili median kerugian yang hampir tujuh kali lebih besar
daripada yang disebabkan oleh pelaku yang bertindak sendiri.

Tabel 2.3 Kerugian Akibat Kecurangan Dengan Kolusi


Pelaku Kerugian
Dua atau lebih (32,4%) $450.000
Sendirian (67,6%) $67.000

3. Kerugian akibat kecurangan berdasarkan gender


Median kerugian perlu kasus yang disebabkan oleh laki-laki ($200.000) lebih besar
dari tiga kali lipat kerugian yang ditimbulkan oleh perempuan ($60.000).

Tabel 2.3 Kerugian Akibat Kecurangan Berdasarkan Gender


Gender Kerugian
Laki-laki $200.000
Perempuan $60.000

4. Kerugian akibat kecurangan berdasarkan usia

12
Pelaku dengan usia 25 tahun atau lebih muda, menghasilkan median kerugian sekitar
$18.000, semestara karyawan berusia 60 tahun atau lebih melakukan kecurangan yang
rata-rata 28 kali lebih besar yaitu $500.000.

Tabel 2.4 Kerugian Akibat Kecurangan Berdasarkan Usia


Kisaran Usia Kerugian
< 25 $18.000
 26-30 $27.000
31-35 $100.000
36-40 $100.000
41-50 $150.000
51-60 $285.000
>60 $500.000

5. Kerugian akibat kecurangan berdasarkan pendidikan

Median akibat kecurangan yang dihubungan dengan tingkat pendidikan pelakunya.


Kecurangan yang dilakukan lulusan SMA rata-rata hanya senilai $70.000, sementara
mereka yang memiliki gelar sarjana rata-rata menimbulkan kerugian sebesar
$245.000. pelaku yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi
bertanggungjawab atas kecurangan dengan median kerugian sebesar $162.000. hasil
terakhir ini tidak konsisten dengan laporan ACFE tahun 1996, yang menunjukkan
bahwa tingkat kerugian kecurangan meningkatkan sejalan bertambah lamanya pelaku
mengenyam pendidikan.

Tabel 2.4 Kerugian Akibat Kecurangan Berdasarkan Tingkat Pendidikan


Tingkat Pendidikan Kerugian
 SMA  $70.000
Sarjana $243.000
 Pascasarjana  $162.000

Kesimpulan yang Dapat Ditarik


Perbedaan kerugian keuangan yang berkaitan dengan tiap klasifikasi di atas
dijelaskan berdasarkan faktor peluangnya berikut ini.
1. Gender. Walaupun gambarnya demografis berubah-ubah, ada lebih banyak laki-
laki daripada perempuan yang menduduki jabatan penting dalam perusahaan,
hingga memberi mereka lebih banyak akses ke aset.

13
2. Posisi. Mereka yang memiliki posisi paling tinggi adalah yang memiliki akses
terbesar ke dana serta aset lain perusahaan.
3. Usia. Karyawan yang lebih tua cenderung menduduki jabatan yang lebih tinggi
tingkatnya sehingga biasanya mereka memiliki akses lebih besar ke aset
perusahaan.
4. Pendidikan. Secara umum, mereka yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi
menempati jabatan yang lebih tinggi pula dalam perusahaan, dan karenanya
memiliki akses yang lebih besar ke dana serta aset lain perusahaan.
5. Kolusi. Salah satu alasan melakukan pemisahan pekerjaan adalah untuk mencegah
orang berpotensi melakukan kecurangan untuk benar-benar melakukannya. Ketika
orang-orang yang memiliki jabatan penting berkolusi, maka mereka menciptakan
peluang untuk mengendalikan atau mendapatkan akses ke aset yang jika tidak
berkolusi maka tidak akan mereka dapatkan.

2.9 MASALAH MENDASAR


Serangkaian peristiwa yang diwakili oleh kehancuran Enron, Worldcom, dan
Adelphia menimbulkan banyak pernyataan mengenai apakah peraturan keamanan federal
saat ini telah memadai untuk memastikan adanya pengungkapan secara lengkap dan
wajar oleh perusahaan politik. Berikut ini adalah beberapa masalah mendasar yang
merupakan akar dari kekhawatiran tersebut.
1. Kurangnya independensi auditor
KAP yang juga dikontrak oleh klien untuk melakukan aktivitas nonakuntansi, seperti
jasa aktuaria, jasa alih kontrak (outsourcing) audit internal, dan konsultasi, akan
kurang independensinya. KAP seperti ini pada dasarnya mengaudit pekerjaannya
sendiri. Risikonya adalah sebagai auditor, KAP terkait tidak memberikan peringatan
pada pihak manajemen mengenai masalah yang terdeteksi dan yang dapat
mempengaruhi secara negatif pendapatan dari jasa konsultasi. Contohnya, auditor
Enron-Arthur Andersen adalah juga auditor internal dan konsultan manajemen Enron.
2. Kurangnya independensi komisaris
Banyak anggota dewan komisaris terdiri atas orang-orang yang tidak independen.
Contoh dari kurangnya independensi komisaris adalah
a. komisaris yang memiliki hubungan pribadi karena bergabung sebagai dewan
komisaris di perusahaan lain

14
b. memiliki hubungan dagang sebagai pelanggan atau pemasok utama
perusahaan
c. memiliki hubungan keuangan sebagai pemegang saham utama atau menerima
pinjaman pribadi dari perusahaan
d. memiliki hubungan operasional sebagai karyawan perusahaan.
3. Skema kompensasi eksekutif yang meragukan
Survei yang dilakukan oleh Thompson Financial mengungkapkan adanya keyakinan
yang besar bahwa eksekutif telah menyalahgunakan kompensasi berbasis saham.
Konsensusnya adalah opsi saham seharusnya ditawarkan lebih sedikit daripada yang
saat ini dipraktikkan. Penggunaan berlebihan opsi saham jangka pendek sebagai
kompensasi bagi para direktur dan eksekutif dapat mengakibatkan pemikiran jangka
pendek dan strategi akan ditujukan untuk meningkatkan harga saham dengan
mengorbankan kesehatan jangka panjang perusahaan. Dalam kasus ekstrem, laporan
keuangan salah saji telah menjadi kendaraan untuk mencapai harga saham yang
dibutuhkan agar dapat mempraktikkan opsi tersebut.
4. Praktik akuntansi yang tidak wajar
Penggunaan berbagai teknik akuntansi yang tidak wajar adalah ciri yang banyak
ditemui dalam banyak skema kecurangan laporan keuangan. Enron banyak
menggunakan Special Purpose Entities (SPE) untuk menyembunyikan berbagai
kewajiban melalui akuntansi diluar neraca. SPE adalah hal yang sah, tetapi
aplikasinya dalam kasus ini jelas ditujukan untuk menipu pasar. Enron juga
menggunakan teknik penggelembungan pendapatan. Contohnya, ketika perusahaan
menjual suatu kontrak penyediaan gas alam untuk periode dua tahun, maka
perusahaan itu akan mengakui semua pendapaan di masa mendatang dalam periode
ketika kontrak tersebut dijual.

2.10 UNDANG-UNDANG SARBANES-OXLEY


Kongres memberlakukan dan presiden Bush menyetujui Undang-Undang
Sarbanes-Oxley (Sarbanes-Oxley Act) pada bulan Juli 2002. Peraturan yang sangat
besar pengaruhnya ini akan secara mendasar mengubah cara perusahaan publik
menjalankan bisnis dan cara profesi akuntansi melakukan fungsi atestasinya.
Peraturan tersebut membentuk sebuah kerangka kerja yang memodernkan serta
mereformasi pengawasan serta pengaturan audit perusahaan publik. Hal-hal prinsip
yang direformasi berhubungan dengan:

15
 Pembuatan dewan pengawas akuntansi
 Independensi auditor
 Tata kelola dan tanggung jawab perusahaan
 Persyaratan pengungkapan
 Hukuman atas kecenderungan dan pelanggaran lainnya

1. Dewan pengawas akuntansi


Undang-Undang Sarbanes-Oxley membentuk public Company Accounting
Oversight Board-PCAOB (Dewan Pengawas Akuntansi Perusahaan Publik).
PCOB ini diberdayakan untuk menetapkan standar audit, pengendalian kualitas dan
etika, memeriksa KAP, melakukan penyelidikan, dan untuk mengambil tindakan
displiner.
2. Independensi auditor
Kategori layanan yang tidak dapat dilaksanakan KAP bagi para kliennya meliputi
sembilan fungsi berikut ini:
a. Pencatatan atau jasa lainnya yang berkaitan dengan pencatatan akuntansi atau
laporan keuangan
b. Desain dan implementasi sistem informasi keuangan
c. Jasa penilaian atau valuasi, pendapat kewajaran, atau laporan contribution-
inkind
d. Jasa aktuaria
e. Jasa alih kontrak audit internal
f. Fungsi manajemen atau fungsi daya manusia
g. Broker atau dealer, penasihat investasi atau jasa perbankan investasi
h. Jasa hukum dan jasa ahli yang tidak berkaitan dengan audit
i. Berbagai jasa lainnya yang ditetapkan PCAOB sebagai jasa yang tidak diizinkan

Tata kelola dan tanggung jawab perusahaan

Undang-Undang Sarbanes-Oxley mensyaratkan bahwa semua anggota komite audit


harus independen dan mensyaratkan komite audit untuk mempekerjakan serta
mengawasi auditor eksternal. Ketentuan ini konsisten dengan banyak investor yang
menganggap komposisi dewan merupakan faktor investasi yang sangat penting.
Contohnya, survei Thompson Financial mengungkapkan bahwa kebanyakan

16
investor lembaga ingin agar dewan komisaris perusahaan terdiri atas minimal 75%
dari komisaris independen.

Dua syarat lainnya yang penting dari peraturan tersebut berkaitan dengan tata kelola
perusahaan, yaitu:

1) Perusahaan publik dilarang memberikan pinjaman ke para pejabat eksekutif dan


komisarisnya,

2) Peraturan tersebut mensyaratkan agar para pengacara melaporkan bukti adanya


pelanggaran yang material terhadap peraturan sekuritas atau pelanggaran atas
kewajiban penerima kepercayaan ke CEO, CFO, atau PCAOB.

Pengungkapan perusahaan dan pihak manajemen

Undang-Undang Sarbanes-Oxley menetapkan beberapa peraturan pengungkapan


perusahaan baru, yaitu:

 Perusahaan publik harus melaporkan semua transaksi di luar neraca.


 Laporan tahunan yang dimasukkan ke SEC kini harus memasukkan juga laporan
penilaian pihak manajemen yang bertanggung jawab untuk membentuk dan
mempertahankan pengendalian internal secara memadai dan menilai atas
efektivitas pengendalian tersebut. Persyaratan baru ini sangat penting bagi
auditor internal karena mereka akan cenderung banyak dilibatkan dalam
pembuatan laporan pengendalian tersebut.
 Pejabat harus menjamin bahwa semua akun perusahaan “menggambarkan secara
wajar” kondisi keuangan perusahaan dan hasil operasinya. Jika ternyata
diketahui memberikan jaminan palsu, maka akan dianggap sebagai tindak
kriminal.

Hukuman kecurangan dan tindak criminal

Undang-Undang Sarbanes-Oxley mensyaratkan beberapa kisaran hukuman


tindak kriminal baru untuk kecurangan dan tindakan salah lainnya. Secara khusus,
undang-undang sarbanes-oxley membentuk beberapa peraturan federal baru yang
berkaitan dengan penghancuran dokumen atau lembar kerja audit, kecurangan
sekuritas, perusakan dokumen yang digunakan sebagai catatan resmi, dan tindakan
melawan pembocor (whistleblower).

17
2.11 PROFESI ANTIKECURANGAN
Organisasi yang melayani profesi antikecurangan dalam cara yang hampir
sama AICPA melayani akuntan publik adalah Association Certified Fraud
Examiners (ACFE). ACFE menyediakan pendidikan, pelatihan, literatus, dukungan,
dan sertifikasi untuk profesi antikecurangan dan tidak diragukan merupakan
pemimpin dalam tahun-tahun belakangan ini. Seorang Certified Fraud Examiners
(CFE) akan menjadi ahli dalam konsep-konsep yang telah disebutkan ini, dan juga
dalam area lainnya, seperti wawancara, bukti hukum, dan kriminologi untuk
kejahatan kerah putih.
2.12 CONTOH KASUS
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mendorong
terjadinya kecurangan dalam laporan keuangan analisis teori penipuan berlian.
Penelitian ini menganalisis pengaruh variable tekanan diproksi oleh target keuangan,
stabilitas keuangan, tekanan eksternal, kebutuhan keuangan pribadi, peluang yang
diproksi berdasarkan sifat industri, pemantauan yang tidak efektif, razionisasi
diproksi dengan opini audit, dan kemampuan untuk mengganti direktur proksi
terhadap penipuan laporan keuangan. Sampel dalam penelitian ini adalah 105 sampel
perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2014-
2016. Itu hasil menunjukkan bahwa variabel target keuangan yang diukur dengan
laba atas aset, tekanan eksternal yang diukur dengan rasio leverage, kebutuhan
keuangan pribadi sebagai diukur dengan kepemilikan saham oleh dewan komisaris
mempengaruhi keuangan pernyataan penipuan. Studi ini tidak menemukan tekanan
stabilitas keuangan yang diukur dengan rasio perubahan total aset, pemantauan tidak
efektif yang diukur dengan rasio Komisaris terafiliasi, sifat industri yang diukur
dengan rasio perubahan piutang, opini audit yang diukur dengan memperoleh
pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelas, dan kemampuan yang
diukur dengan perubahan pengaruh direktur laporan keuangan penipuan.

18
BAB III

PENUTUP

Dua subjek etika yang sangat berkaitan datu sama lain, yaitu etika dalam kecurangan
serta implikasi keduanya bagi audit. Masalah etika yang telah dibahas masyarakat selama
berabad-abad. Etika yang baik adalah kondisi yang penting untuk profitabilitas jangak
panjang perusahaan. Unutk mencapai hal itu, masalah etika harus dipahami di semua tingkat
perusahaan, dari pihak manajemen puncak, hingga pekerja lini bawah. Beberapa masalah
etika yang harus dipertimbangkan oleh auditor dalam melaksanakan penilaian resiko
kecurangan diidentifikasi. Walaupun istilah kecurangan sangat sering ditemui dalam berita
keuangan saat ini, hal-hal yang menyebabkan kecurangan tidaklah selalu jelas. Kecurangan

19
dibedakan menjadi kecurangan oleh karyawan dan kecuranagn oleh pihak manajemen,
dorongan yang memotivasi kecurangan, serta dibahas pula peraturan antikecurangan terkini
dan profesi antikecurangan secara umum.

20
DAFTAR PUSTAKA

Hall, James A. and Singleton, Tommie. (2007) INFORMATION TECHNOLOGY AND


ASSURANCE, 2ndEd. Vol. 2. Jakarta : Salemba Empat. Pp 250-274

21

Anda mungkin juga menyukai