Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

“Studi Kasus Pelanggaran Etika Bisnis Internasional


dan Whistle-Blowing”

Dosen : Estu Mahanani, SP., M.M


Mata kuliah : Etika Bisnis

Disusun oleh : Kelompok 6

1. Tasya Clarissa Putri (2114290003)


2. Dennisa Maharani (2114290028)
3. Fauziah Amalia P. (2114290038)
4. Syahkilla Amarsya D. (2114290041)

UNIVERSITAS PERSADA INDONESIA YAI


FAKULTAS EKONOMI & BISNIS
PRODI MANAJEMEN S1

ETIKA BISNIS 1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan hidayah-
Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah berjudul “ Studi Kasus Pelanggaran Etika Bisnis
Internasional dan Whistle-Blowing” dengan tepat waktu. Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas Mata Kuliah Etika Bisnis.

Selain itu, makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan tentang kasus pelanggaran
etika bisnis internasional serta whistle-blowing bagi para pembaca dan juga bagi kita sebagai
penulis dari makalah ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada sebagai dosen mata
kuliah Etika Bisnis, Ibu Estu Mahanani SP., MM. Ucapan terimakasih tak lupa kami
sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini. Penulis
menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, 30 Oktober 2022

Kelompok 7

ETIKA BISNIS 2
DAFTAR ISI

ETIKA BISNIS
KATA PENGANTAR..............................................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................................4
C. Tujuan Pembahasan......................................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN........................................................................................................................................5
A. Pengertian Etika Bisnis Internasional...........................................................................................5
B. Contoh Pelaksanaan Pelanggaran Etika Bisnis Internasional.......................................................5
C. Pengertian Whistle-blowing..........................................................................................................6
D. Jenis-jenis Whistle-blowing..........................................................................................................7
E. Contoh Pelaksanaan Pelanggaran Whistle-blowing......................................................................7
BAB III......................................................................................................................................................8
PENUTUP.................................................................................................................................................8
A. Kesimpulan...................................................................................................................................8
B. Saran.............................................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................................9

ETIKA BISNIS 3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Etika berasal dari kata Yunani yaitu ethos artinya kebiasaan, adat. Juga berarti
kesusilaan, perasaan batin, atau kecenderungan hati dengan mana seseorang
melaksanakan sesuatu perbuatan. Etika berkaitan erat dengan perilaku dan cara
berperilaku manusia. Ini mengacu pada dua hal: positif dan negatif. Tugas etika,
oleh karena itu, adalah untuk mempelajari, mengontrol, memodifikasi,
membimbing dan mengarahkan tindakan atau tindakan yang akan diambil untuk
memperbaiki perilaku. Etika sebagai ilmu adalah ilmu yang mempelajari standar
moral individu dan standar moral masyarakat. Etika juga mengkaji bagaimana
standar moral diterapkan bersama dengan penalaran dalam kehidupan . Di sisi lain,
etika bisnis itu sendiri adalah penerapan pemahaman tentang standar moral
kebaikan dan hak yang diterapkan oleh korporasi.
Istilah bisnis berarti perdagangan. Bisnis adalah hubungan antara orang-orang
yang “saling membutuhkan” dengan cara yang berbeda, seperti penjual dan
pembeli. Kegiatan usaha saling memenuhi kebutuhan tersebut. Jika perusahaan
menetapkan tujuan bisnis mereka sebagai tujuan jangka panjang, mereka harus
bertindak secara etis. Bertindak Etis di Era Industrialisasi Global kini menjadi
pilihan utama sebagai strategi bisnis jangka panjang.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian etika bisnis internasional?
2. Apa saja jenis-jenis pelanggaran etika bisnis internasional?
3. Apakah pengertian dari whistle-blowing?

C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui pengertian etika bisnis internasional.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis pelanggaran etika bisnis internasional.
3. Untuk mengetahui pengertian dari whistle-blowing.

ETIKA BISNIS 4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Etika Bisnis Internasional


Teori etika bisnis dalam perdagangan internasional yaitu pengetahuan tentang tata
cara ideal pengaturan dan pengelolaan bisnis yang memperhatikan norma dan
moralitas yang berlaku secara universal dan secara ekonomi/sosial, dan penerapan
norma dan moralitas ini menunjang maksud dan tujuan kegiatan bisnis. Bisnis
internasional terjadi salah satunya karena ketidakmampuan suatu negara dalam
memenuhi semua kebutuhan negaranya, oleh karena itu muncul ide untuk menjalin
kerja sama antara satu negara dan negara lain. Sebuah bisnis tidak akan dapat
berkembang tanpa peran konsumen, karena tujuan utama perusahaan selain
mendapatkan keuntungan adalah untuk dapat menarik minat konsumen dan
mendapatkan kepercayaan dari konsumen dan mitra bisnis. Kesimpulannya adalah
pelanggaran etika bisnis itu dapat melemahkan daya saing hasil industri dipasar
internasional. Ini bisa terjadi sikap para pengusaha kita. Lebih parah lagi bila
pengusaha Indonesia menganggap remeh etika bisnis yang berlaku secara umum
dan tidak pengikat itu. Etika bisnis perdagangan internasional hendaknya
kecenderungan makin banyaknya pelanggaran etika bisnis membuat keprihatinan
banyak pihak. Pengabaian etika bisnis dirasakan akan membawa kerugian tidak
saja buat masyarakat, tetapi juga bagi tatanan ekonomi nasional. Disadari atau
tidak, para pengusaha yang tidak memperhatikan etika bisnis akan menghancurkan
nama mereka sendiri dan negara.
B. Contoh Pelaksanaan Pelanggaran Etika Bisnis Internasional
Pada saat ini makin banyak dibicarakan perlunya pengaturan tentang perilaku
bisnis terutama menjelang mekanisme pasar bebas. Dalam mekanisme pasar bebas
diberi kebebasan luas kepada pelaku bisnis untuk melakukan kegiatan dan
mengembangkan diri dalam pembangunan ekonomi. Disini pula pelaku bisnis
dibiarkan bersaing untuk berkembang mengikuti mekanisme pasar. Dalam
persaingan antar perusahaan terutama perusahaan besar dalam memperoleh

ETIKA BISNIS 5
keuntungan sering kali terjadi pelanggaran etika berbisnis, bahkan melanggar
peraturan yang berlaku. Dalam kasus Indomie yang mendapat larangan untuk
beredar di Taiwan karena disebut mengandung bahan pengawet yang berbahaya
bagi manusia dan ditarik dari peredaran. Zat yang terkandung dalam Indomie
adalah methyl parahydroxybenzoate dan benzoic acid (asam benzoat). Kedua zat
tersebut biasanya hanya boleh digunakan untuk membuat kosmetik sehingga
pada akhirnya pihak Taiwan telah memutuskan untuk menarik semua jenis produk
Indomie dari peredaran.
Di Hongkong, dua supermarket terkenal juga untuk sementara waktu tidak
memasarkan produk dari Indomie. Pada saat Kasus Indomie mendapat perhatian
anggota DPR dan Komisi IX akan segera memanggil Kepala BPOM Kustantinah.
Komisi IX DPR akan meminta keterangan tentang kasus Indomie ini bisa terjadai,
apalagi pihak negara luar yang mengetahui terlebih dahulu akan adanya zat
berbahaya yang terkandung di dalam produk Indomie. Seorang praktisi kosmetik
menjelaskan, dua zat yang terkandung di dalam Indomie yaitu methyl
parahydroxybenzoate dan benzoic acid (asam benzoat) adalah bahan pengawet
yang membuat produk tidak cepat membusuk dan tahan lama. Zat berbahaya ini
umumnya dikenal dengan nama nipagin. Dalam pemakaian untuk produk kosmetik
sendiri pemakaian nipagin ini dibatasi maksimal 0.15%. Ketua BPOM Kustantinah
juga membenarkan tentang adanya zat berbahaya bagi manusia dalam kasus
Indomie ini. Kustantinah menjelaskan bahwa benar Indomie mengandung nipagin,
yang juga berada di dalam kecap dalam kemasam mie instan tersebut. tetapi kadar
kimia yang ada dalam Indomie masih dalam batas wajar dan aman untuk
dikonsumsi, lanjut Kustantinah.Tetapi bila kadar nipagin melebihi batas ketetapan
aman untuk di konsumsi yaitu /5+ mg per kilogram untuk mie instan dan 1.000 mg
nipagin per kilogram dalam makanan lain kecuali daging, ikan dan unggas, akan
berbahaya bagi tubuh yang bisa mengakibatkan muntah-muntah dan sangat
berisiko terkena penyakit kanker.
Menurut Kustaninah, Indonesia yang merupakan anggota codex alimentarius
commision, produk Indomie sudah mengacu kepada persyaratan Internasional
tentang regulasi mutu, gizi dan kemanan produk pangan. Sedangkan Taiwan bukan

ETIKA BISNIS 6
merupakan anggota codec. Produk Indomie yang dipasarkan di Taiwan seharusnya
untuk dikonsumsi di Indonesia. Dan karena standar di antara kedua negara berbeda
maka timbulah kasus Indomie ini.
C. Pengertian Whistle-blowing
Whistleblowing adalah tindakan suatu badan swasta atau publik yang
mengeluarkan informasi untuk mengungkap kasus korupsi berbahaya kepada
publik (Kumar dan Santoro, 2017). Whistleblower, di sisi lain, adalah individu
yang melaporkan dugaan penipuan, penyalahgunaan kekuasaan, atau pelanggaran
hukum atau kode etik dalam suatu organisasi kepada publik atau otoritas terkait
(Sweeney, 2008). Jeon (2017) mengungkapkan bahwa pelapor mengungkap
perilaku tidak etis dari 4.444 pemerintah dan memainkan peran kunci dalam
meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pemerintah kepada publik. Selain itu,
Sweeney (2008) menemukan bahwa whistleblowing digunakan lebih efektif dalam
pencegahan penipuan daripada audit internal, audit eksternal, dan sistem
pengendalian internal. Sejauh ini telah banyak penelitian tentang whistleblowing,
namun masih minim dilakukan di Indonesia, khususnya pada organisasi sektor
publik. Penelitian di Indonesia dalam lingkungan organisasi sektor publik sebagian
besar dilakukan untuk instansi seperti BPK dan KAP serta belum pernah dilakukan
di instansi kementrian keuangan. Berdasarkan hal tersebut penelitian ini perlu
dilakukan untuk menguji kembali faktor-faktor tersebut di lingkungan kementrian
keuangan agar memperoleh hasil yang definitif.
D. Jenis-jenis Whistle-blowing
Floriano C. Roa menyebut, ada dua jenis pelaporan yang dapat dilakukan
whistleblower, yakni:
 Pelaporan dalam lingkup internal: pelaporan yang disampaikan langsung
kepada atasan yang ada di dalam ruang lingkup lingkungan yang sama
dengannya (misalnya, perusahaan atau instansi pemerintahan);
 dan Pelaporan dalam lingkup eksternal: pelaporan yang disampaikan
kepada individu, badan pengawas, atau pihak eksternal lain terkait kegiatan
ilegal atau immoral dalam perusahaan atau instansinya (misalnya, kepada
kepolisian).

ETIKA BISNIS 7
E. Contoh Pelaksanaan Pelanggaran Whistle-blowing
Contoh kasus yang diungkap pelapor adalah kasus korupsi Anggaran Pendapatan
dan Belanja Desa (APBDes) Shitem di Kecamatan Mundu, Cirebon tahun 2018-
2020 yang menimpa kepala desa Supriyadi. Dalam kasus ini, negara mengalami
kerugian hingga Rp818 juta. Pertama, kasus ini dibongkar oleh Nurhayati, kepala
keuangan desa Chitem. Namun, setelah hampir dua tahun membantu polisi
mengusut kasus tersebut, Nurhayati juga ditetapkan sebagai tersangka pada akhir
tahun 2021. Penetapan status tersangka tersebut menuai kontroversi. Ini karena
status Nurhayati sebagai reporter. Kasus korupsi yang dia laporkan dengan
tersangka Supriyadi belum masuk proses. Dengan mengacu pada Undang-Undang
Nomor 31 Tahun 2014 tentang Perlindungan Saksi dan Korban, pelapor tidak
dapat dituntut atas segala pengaduan yang hendak, telah atau telah dibuatnya,
kecuali pengaduan tersebut dibuat dengan itikad baik. Undang-undang juga
menetapkan bahwa jika suatu tindakan diajukan terhadap pelapor, tindakan
tersebut harus ditunda sampai kasus yang dilaporkan oleh pelapor telah diputuskan
di pengadilan dan bersifat final secara permanen. Kasus Nurhayati akhirnya
dibatalkan setelah Kejaksaan Negeri Cirebon mengeluarkan surat keputusan
(SKP2) yang mengakhiri penuntutan pada awal Maret 2022. Supriyadi, mantan
kepala desa Citemu, Juli lalu juga dijatuhi hukuman tiga bulan penjara, dengan
pengurangan empat tahun penjara dan denda Rs.200 crore. Ia juga harus membayar
biaya penukaran sebesar Rp 818.722.500. Baik Supriyadi maupun Kejaksaan telah
mengajukan banding atas putusan hakim Pengadilan Tipikor Bandung tersebut.
Kejadian itu berlanjut hingga hari ini.

ETIKA BISNIS 8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan lima puluh delapan literatur yang berupa jurnal dan laporan, penulis
menarik kesimpulan berdasarkan rumusan masalah penelitian, bahwa:
1. Agar pelanggaran etika bisnis internasional dapat terhindar dalam
pelaksanaan peranan etika bisnis dalam perusahaan bisnis. Etika bisnis
internasional didasarkan pada pendapat-pendapat ahli tentang etika bisnis
dan peranannya dalam perusahaan. Etika berbisnis ini bisa dilakukan dalam
segala aspek. Saling menjaga kepercayaan dalam kerjasama akan
berpengaruh besar terhadap reputasi perusahaan tersebut, baik dalam
lingkup mikro maupun makro. Tentunya ini tidak akan memberikan
keuntungan segera, namun ini adalah wujud investasi jangka panjang bagi
seluruh elemen dalam lingkaran bisnis.
2. Agar sistem whistleblowing dianggap efektif, sistem whistleblowing harus
memiliki elemen berupa pelapor pelanggaran (whistleblower), pelanggaran
yang dilaporkan, pelaku pelanggaran, penerima laporan (designated
officer), tindakan pelaporan, dan hasil pelaporan. Sistem whistleblowing
yang efektif juga memberikan manfaat kepada perusahaan yaitu menjadi
alat komunikasi antara pemangku kepentingan dan perusahaan untuk
mendeteksi pelanggaran, memberikan cara etis untuk mencegah,
menghentikan, dan memperbaiki pelanggaran, menjadi alat tata kelola
perusahaan, meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengendalian internal,
melindungi sumber daya perusahaan sekaligus meningkatkan kinerjanya,
serta memberikan keuntungan yang lebih dibandingkan biaya
implementasinya.

B. Saran
Diharapkan kita semua selagi para mahasiswa yang ingin meranti atau mempelajari

ETIKA BISNIS 9
etika bisnis internasional mampu untuk menggunakan contoh dari studi kasus
pelanggaran etika bisnis yang tertera pada makalah ini guna untuk melaksanakan
kebijakan yang telah ditetapkan. Dalam kaitannya dengan membangun atau
meranti bisnis melalui pembelajarannya berkaitan dengan etika.

ETIKA BISNIS 10
DAFTAR
PUSTAKA
1. Susandy, Gugyh dan Deden Ramdhan. 2015. ETIKA BISNIS
SEBAGAI STRATEGI BISNIS JANGKA PANJANG DALAM
ERA BISNIS GLOBAL DAN REVOLUSI TEKNOLOGI
INFORMASI.
2. Lestari, Rohmaida dan Rizal Yaya. 2017. WHISTLEBLOWING
DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI NIAT
MELAKSANAKANNYA OLEH APARATUR SIPIL NEGARA.
3. Mulyadi, Lilik. 2015. Perlindungan Hukum terhadap Whistle
Blower dan Justice Collaborator dalam Upaya Penanggulangan
Organized Crime. Bandung: Alumni.
4. Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 4 Tahun 2011 tentang
Perlakuan bagi Pelapor Tindak Pidana (Whistle Blower) dan Saksi
Pelaku yang Bekerja Sama (Justice Collaborator) di dalam
Perkara Tindak Pidana Tertentu
5. http://economy.okezone.com/read/2010/10/13/320/381919/ri-minta-
taiwan-klarifkasi-kasus-indomie
6. http://www.kopertis12.or.id/2010/10/12/keterangan-pers-dari-
bpom-seputar-kasus-penarikan-indomie-di-taiwan.html

ETIKA BISNIS 11

Anda mungkin juga menyukai