Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“KASUS PELANGGARAN ETIKA BISNIS BOEING”

ETIKA BISNIS DAN PROFESI BERPARADIGMA THK

Dosen Pengampu:

Prof.Dr. Anantawikrama Tungga Atmadja, S.E., Ak., M.Si.

Oleh:

Ni Made Suci Ari Ayu Riantini


2017051118
5D

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

PRODI S1 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penyususan makalah yang diberi
judul “Kasus Pelangaran Etika Bisnis Boeing”.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Etika Bisnis dan
Profesi Berparadigma THK” Universitas Pendidikan Ganesha. Makalah ini dibuat
dengan mengacu pada sumber bacaan dan akses dari internet. Penulis mengucapkan
terimakasih kepada Prof.Dr. Anantawikrama Tungga Atmadja, S.E., Ak., M.Si.
Selaku dosen pembimbing mata kuliah “Etika Bisnis dan Profesi Berparadigma
THK”.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, hal
tersebut terjadi karena keterbatasan pengetahuan penulis. Oleh karena itu, penulis
mengharap kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini. Tidak lupa penulis
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini, memberikan manfaat bagi semua
pihak.

Singaraja, Oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I ...................................................................................................................... 2
PENDAHULUAN .................................................................................................. 2
1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 2
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3. Tujuan ....................................................................................................... 3
1.4. Manfaat ..................................................................................................... 3
BAB II .................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN .................................................................................................... 4
2.1. Pengertian Etika Bisnis ............................................................................ 4
2.2. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pelanggaran Etika Bisnis .............. 5
2.3. Latar belakang perusahaan Boeing ........................................................... 6
2.4. Alasan Boeing Dikatakan Melanggar Etika Bisnis .................................. 7
2.5. Langkah- Langkah Agar Perusahaan Dapat Menerapkan Etika Bisnis
Dengan Baik ........................................................................................................ 8
BAB III ................................................................................................................. 10
PENUTUP ............................................................................................................ 10
3.1. Simpulan ................................................................................................. 10
3.2. Saran ....................................................................................................... 10
DATAR PUSTAKA ............................................................................................ 11

1
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Banyaknya pelanggaran - pelanggaran etika bisnis yang terjadi saat ini, menjadi
suatu problematika tersendiri. Salah satu faktor pendukung terjadinya pelanggaran
tersebut dikarenakan kurang pengetahuan dasar tentang etika bisnis serta adanya
kebebasan pelaku bisnis dalam menjalankan kegiatan perekonomian, sehingga banyak
pelaku bisnis yang bersaing dalam meningkatkan mekanisme pasar. Menurut
Sumarni, (1998) Etika bisnis terkait dengan masalah penilaian terhadap
kegiatan dan perilaku bisnis yang mengacu pada kebenaran atau kejujuran
berusaha.
Banyak perusahaan yang menganggap keuntungan, menghindari kerugian, dan
kekuatan bersaing sebagai satu-satunya tujuan dalam menjalankan bisnis sehingga
faktor moral atau etika tidak lagi menjadi pertimbangan. (Ferrell dalam Haurisa dan
Praptiningsih, 2014). Jadi etika bisnis tersebut menyangkut baik atau buruknya
perilaku-perilaku manusia dalam menjalankan bisnisnya. Bisnis yang beretika harus
dilihat dari tiga sudut pandang yaitu ekonomi, hukum, dan moral (Bertens, 2013).
Dalam menjalankan suatu bisnis tentunya etika menjadi salah satu dasar
yang sangat diperlukan, tetapi pada kenyataanya banyak pelanggaran yang
terjadi terhadap etika bisnis itu sendiri, seperti peristiwa dua kecelakaan maut
Boeing 737 MAX beberapa tahun lalu yang menewaskan 346 jiwa. Pilot latih
Boeing, Mark A Forkner, dikatakan menipu Badan Penerbangan Federal
Amerika Serikat (FAA) soal sistem kontrol penerbangan otomatis (MCAS),
Forkner dituduh menyembunyikan perubahan penting terhadap MCAS.
Peristiwa tersebut dianggap telah melanggar etika bisnis, dan merugikan banyak
orang.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas Adapun rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa itu etika bisnis?
2. Apa saja faktor yang mempengaruhi pelanggaran etika bisnis?
3. Bagaimana latar belakang perusahaan Boeing?
4. Mengapa Boeing dikatakan melanggar etika bisnis?

2
5. Bagaimana Langkah- Langkah agar perusahaan dapat menerapkan etika
bisnis dengan baik?

1.3.Tujuan
Dari pemaparan rumusan masalah diatas, Adapun tujuan dari penyusunan
makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui makna dari etika bisnis.
2. Untuk mempengaruhi faktor - faktor yang mempengaruhi pelanggaran etika
bisnis.
3. Untuk mengetahui latar belakang perusahaan Boeing.
4. Untuk mengetahui kasus pelanggaran etika bisnis oleh perusahaan Boeing.
5. Untuk mengetahui langkah- langkah agar perusahaan dapat menerapkan
etika bisnis dengan baik.

1.4. Manfaat
Adapun manfaat dari penyusunan makalah ini yaitu:
1. Bagi penulis
Melalui penulisan makalah yang berjudul “Kasus Pelanggaran Etika Bisnis
Boeing”, penulis menganalisis masalah atau kasus tentang pelanggaran
etika bisnis, dan tentunya penulis mendapatkan pengetahuan tambahan
tentang etika bisnis.
2. Bagi pembaca
Melalui penulisan makalah yang berjudul “Kasus Pelanggaran Etika Bisnis
Boeing”, bagi pembaca makalah ini dapat memberikan informasi tambahan
mengenai kasus pelanggaran etika bisnis, faktor yang mempengaruhi
adanya pelanggaran etika bisnis, dan Langkah – Langkah yang sebaiknya
diambil agar perusahaan dapat menerapkan etika bisnis dengan baik.

3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Etika Bisnis
Secara etimologi etika berasal dari kata ethicus dan eticos yang memiliki
makna kebiasaan. Menurut Harmon Chaniago (2013) etika adalah nilai-nilai
yang dianut oleh suatu masyarakat, didasarkan pada kebiasaan mereka. Hal
ini dipertegas oleh Barten dalam Gustina (2008) “etika dapat diartikan sebagai
nilai nilai dan norma-norma moral dalam suatu masyarakat. Bertens juga
(2000) menyatakan pengertian tentang etika bisnis, etika bisnis adalah
pemikiran atau refleksi kritis tentang moralitas dalam kegiatan ekonomi dan
bisnis, moralitas selalu berkaitan dengan yang dilakukan manusia dan
kegiatan bisnis merupakan salah satu bentuk kegiatan manusia.
Bisnis memang seharusnya dinilai dari sudut pandang moral, sama seperti
semua kegiatan manusia lainya juga dilihat dari sudut pandang moral. Keraf,
(1998) pengertian etika bisnis di atas bahwa semua kegiatan bisnis pasti
bermuara pada moral yang berlaku, ketika suatu perusahaan tidak
mengindahkan norma moral yang berlaku maka hal tersebut masuk dalam
lingkup pelanggaran etika bisnis. Bertens (2013) mengemukakan tiga ukuran
moralitas dalam bisnis yang dapat digunakan untuk mengukur sudut pandang
moral dan prinsip integritas moral, yaitu:
a. Hati nurani; Setiap keputusan yang diambil menurut hati nurani adalah
baik. Orang yang mengambil keputusan dengan mengingkari hati
nuraninya, secara tidak langsung dia juga menghancurkan integritas
pribadinya
b. Kaidah emas; Kaidah emas berbunyi “ hendaklah memperlakukan orang
lain sebagaimana anda sendiri ingin diperlakukan” hal ini berarti, jika
seseorang tidak ingin mendapat perlakuan buruk, maka jangan sampai
memperlakukan orang lain dengan buruk.
c. Penilaian umum; Perilaku bisnis yang oleh masyarakat umum dinilai baik,
berarti bisnis tersebut etis. Namun, jika masyarakat umum menilai bisnis
tersebut tidak baik, berarti bisnis tersebut tidak etis. Hal ini disebut juga
audit sosial.

4
2.2. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pelanggaran Etika Bisnis
Faktor yang membuat pelaku bisnis melakukan pelanggaran antara lain :
1. Banyaknya competitor baru dengan produk mereka yang lebih menarik,
2. Ingin menambah pasar,
3. ingin menguasai pasar.
Dari ketiga faktor tersebut, faktor pertama adalah factor yang memiliki
pengaruh paling kuat. Untuk mempertahankan produk perusahaan tetap
menjadi yang utama.
Gwynn Nettler dalam bukunya lying, memberikan kesimpulan, tentang
sebab-sebab seseorang berbuat curang, yaitu :
1. Orang yang sering mengalami kegagalan cenderung sering melakukan
kecurangan,
2. orang yang tidak disukai atau tidak menyukai dirinya sendiri cenderung
menjadi pendusta.
3. orang yang hanya menuruti kata hatinya, bingung dan tidak
dapatmenangguhkan keinginan memuaskan hatinya, cenderung berbuat
curang.
4. orang yang memiliki hati nurani (mempunyai rasa takut, prihatin dan rasa
tersiksa) akan lebih mempunyai rasa melawan terhadap godaan untuk
berbuat curang.
5. orang yang cerdas (intelligent) cenderung menjadi lebih jujur daripada
orang yang dungu (ignorant).
6. orang yang berkedudukan menengah atau tinggi cenderung lebih jujur
7. kesempatan yang mudah untuk berbuat curang atau mencuri, akan
mendorong orang akan melakukannya.
8. Masing- masing individu mempunyai kebutuhan yang berbeda dan karena
itu menempati tingkat yang berbeda, sehingga mudah tergerak untuk
berbohong, berlaku curang atau menjadi pencuri.
9. kehendak berbohong, main curang akan meningkat apabila orang
mendapat tekanan yang besar untuk mencapai tujuan yang dirasakannya
sangat penting.

5
10. perjuangan untuk menyelamatkan nyawa mendorong untuk berlaku tidak
jujur.

2.3. Latar belakang perusahaan Boeing


Perusahaan Boeing adalah perusahaan pesawat dan pertahanan
multinasional Amerika yang didirikan pada tahun 1916 oleh William E.
Boeing di Seattle, Washington. Produknya antara lain desain dan manufaktur
helikopter, elektronik dan pertahanan sistem, rudal, satelit, kendaraan
peluncuran dan sistem informasi dan komunikasi canggih. Sebagai penyedia
layanan utama NASA, Boeing adalah kontraktor utama untuk Stasiun
Antariksa Internasional. Perusahaan ini juga menyediakan berbagai layanan
dukungan maskapai penerbangan militer dan komersial. Boeing menyediakan
produk dan layanan dukungan kepada pelanggan di 150 negara dan
merupakan salah satu yang terbesar eksportir AS dalam hal penjualan.
Perusahaan ini telah berkembang selama bertahun-tahun, dan bergabung
dengan McDonnell Douglas pada tahun 1997. Boeing memindahkan kantor
pusat perusahaan dari Seattle ke Chicago, Illinois, pada tahun 2001.
Perusahaan ini terdiri dari beberapa unit bisnis, yang Boeing Commercial
Airplanes (BCA); Boeing Defense, Space & Security (BDS); Engineering,
Operations & Technology; Boeing Capital; and Boeing Shared Services
Group.
Berpengalaman dalam pembuatan pesawat dan dalam bidang pertahanan
selama puluhan tahun, Boeing memiliki visi, "Banyak orang bekerja bersama
sebagai perusahaan global untuk kepemimpinan perusahaan penerbangan.
Bagaimana kita bisa mencapainya?". Dari visi ini, Boeing berkomitmen untuk
memimpin industri kedirgantaraan dunia yang memiliki kemajuan,
perkembangan, keunggulan, serta manajemen yang baik untuk mengetahui,
memahami, mengantisipasi dan merespon kebutuhan pelanggan. Boeing
menghargai keterampilan, kekuatan dan perspektif tim mereka yang beragam
untuk menumbuhkan kerja partisipatif yang memungkinkan orang untuk
terlibat dalam membuat keputusan tentang pekerjaan mereka yang
memajukan tujuan bisnis umat manusia.

6
2.4. Alasan Boeing Dikatakan Melanggar Etika Bisnis
Pesawat Boeing 737 MAX Lion Air JT 610 mengalami kecelakaan pada
tanggal 29 Oktober 2018. Pesawat jatuh hanya beberapa menit after take off
dan menewaskan 189 penumpang dan kru. Hanya beberapa bulan berselang,
tanggal 10 Maret 2019, pesawat sejenis milik Ethiopian Airlines mengalami
kecelakaan yang nyaris serupa, yaitu jatuh after take off. Sebanyak 157
penumpang dan kru tewas menyebabkan total 346 nyawa melayang pada dua
kecelakaan tersebut.
Pilot latih Boeing, Mark A Forkner, membohongi pemerintah dalam hal ini
yaitu Badan Penerbangan Federal Amerika Serikat (FAA) soal sistem kontrol
penerbangan otomatis (MCAS) yang diyakini menyebabkan dua kecelakaan
maut Boeing 737 MAX beberapa tahun lalu. Forkner dituduh
menyembunyikan perubahan penting terhadap MCAS.
Forkner diduga telah menyembunyikan informasi tentang sistem kontrol
penerbangan yang diaktifkan secara keliru dan mendorong hidung pesawat
Boeing 737 MAX ke bawah yang jatuh di Indonesia tahun 2018 dan di
Ethiopia tahun 2019 lalu. Total 346 orang tewas dalam dua kecelakaan itu.
Pilot dua pesawat yang jatuh itu gagal mengambil alih kendali pesawat,
dengan kedua pesawat jatuh menukik selang beberapa menit setelah lepas
landas. Forkner sebelumnya menjabat kepala pilot teknis Boeing untuk
program MAX. Forkner mengetahui perubahan penting pada sistem kontrol
penerbangan bernama Sistem Augmentasi Karakteristik Manuver (MCAS)
pada Boeing 737 MAX tahun 2016, namun menyembunyikan informasi itu
dari FAA.
Jaksa-jaksa federal AS menyebut Forkner meremehkan kekuatan sistem
kontrol itu untuk menghindari persyaratan agar para pilot menjalani pelatihan
ulang secara ekstensif dan memakan biaya mahal, yang akan menaikkan biaya
pelatihan untuk maskapai-maskapai penerbangan. Para penyelidik Kongres
AS menyebut pelatihan tambahan bisa menambahkan US$ 1 juta untuk harga
setiap pesawat Boeing 737 MAX. Disebutkan juga bahwa Forkner pernah
memberitahu seorang pegawai Boeing lainnya pada tahun 2016 bahwa MCAS
'mengerikan' dan 'susah dikendalikan' ketika dia melakukan uji coba dalam

7
simulator penerbangan, namun lagi-lagi dia tidak memberitahukan hal ini
kepada FAA.
Jadi, dari pemaparan kasus tersebut, diketahui bahwa Boeing, terutama
Mark A Forkner telah melanggar etika bisnis, karena telah menyembunyikan
informasi MCAS kepada FAA, dan informasi terkait lainnya, mengenai
kondisi pesawat sebelum kecelakaan terjadi. Kemudian, Forkner sudah
mengetahui ada masalah pada pesawat sebelum kecelakaan terjadi namun
tidak memberitahunya kepada FAA. Sehingga dapat dikatakan bahwa
Forkner telah melanggar etika bisni. Kemudian untuk perusahaan Boeing,
boeing melakukan kelalaian karena tidak cepat tanggap menangani kasus
kecelakaan pertama, mereka mengetahui MCAS bermasalah dan mengambil
alih pesawat, jika mereka cepat tanggap menangani kasus Lion Air, maka
kemungkinan kasus yang ke 2 tidak akan terjadi. Jadi dapat dikatakan Boeing
telah melanggar etika bisnis.

2.5. Langkah- Langkah Agar Perusahaan Dapat Menerapkan Etika Bisnis


Dengan Baik
Perusahaan yang memiliki sikap pegawai dan moral yang tinggi terbukti
mampu mempertahankan karyawan dengan lebih baik. Selain itu perusahaan
yang memiliki moral baik mampu menciptakan good employee brand di mata
publik. Adapun langkah- langkah agar perusahaan dapat menerapkan etika
bisnis dengan baik yaitu:
1. Komunikasi Secara Terbuka
Komunikasi yang terbuka sangat penting untuk diterapkan di dalam tim
manapun. Ini bukan hanya bertujuan untuk mengurangi kesalahpahaman
di dalam pekerjaan, namun juga untuk menumbuhkan rasa
profesionalisme dan menumbuhkan budaya kerja yang baik di tempat
kerja. Tidak ada yang perlu ditutup-tutupi, tidak ada kebohongan dan
semuanya berjalan apa adanya. Komunikasi yang berjalan dengan lancar
dan terbuka akan menciptakan tim yang kuat. Mengapa? Karena mereka
akan merasa saling percaya satu sama lain.

8
2. Memberikan Reward Sebagai Bentuk Apresiasi Terhadap Pegawai
Sikap karyawan yang baik dan jujur yang ditunjukkan oleh semangat kerja
karyawan. Semangat tersebut terpusat pada bagaimana perasaan
karyawan di tempat kerja. Salah satu cara untuk meningkatkan hal ini
adalah dengan menerapkan program reward and recognition. Program
tersebut dapat berupa bonus proyek hingga penghargaan yang dapat
memperkuat nilai-nilai perusahaan.
3. Membentuk Sikap Pegawai Melalui Kegiatan Outbound
Dengan membuat kegiatan di luar jam kantor, akan memungkinkan
karyawan berkenalan lebih baik dengan karyawan lain tanpa ada tekanan
dari peran mereka di tempat kerja. Karyawan akan lebih terbuka tentang
siapa dirinya, bagaimana pendapatnya tentang suatu hal, dan sebagainya.
Hal itu akan membuat perusahaan tahu tentang pribadi masing-masing
karyawan sehingga akan lebih mudah untuk mencari cara meningkatkan
sikap pegawai dan moral perusahaan.
4. Memberikan Pelatihan Berkualitas kepada Para Karyawan.
Pelatihan ini bisa berupa pelatihan kepemimpinan, pelatihan manajemen,
dan lain sebagainya. Tujuan dari pelatihan ini adalah untuk mengasah
kemampuan para karyawan agar mereka lebih termotivasi untuk menjadi
karyawan yang lebih unggul. Tentunya, semua karyawan unggul pasti
memiliki etika kerja yang tinggi.
5. Saling Memberikan Contoh yang Baik
Meskipun posisi pemimpin selalu ada di depan, namun bukan berarti
hanya para pemimpin yang memiliki tanggung jawab untuk memberikan
contoh yang baik. Dapat dikatakan bahwa semua orang yang berada di
dalam setiap perusahaan memiliki kewajiban untuk memberi contoh yang
baik. Memberi contoh yang baik tidak selalu tentang hal-hal yang berat,
misalnya mendapat penghargaan dari mitra bisnis dan lain sebagainya.

9
BAB III

PENUTUP
3.1. Simpulan
Kegiatan bisnis harus bermuara pada moral yang berlaku, ketika suatu
perusahaan tidak mengindahkan norma moral yang berlaku maka hal tersebut
masuk dalam lingkup pelanggaran etika bisnis.
Seperti dalam kasus pelanggaran etika bisnis Boeing, bahwa pilotnya yaitu
Mark A Forkner telah melanggar etika bisnis, karena telah menyembunyikan
informasi MCAS kepada FAA, dan informasi terkait lainnya, mengenai kondisi
pesawat sebelum kecelakaan terjadi. Kemudian, Forkner sudah mengetahui ada
masalah pada pesawat sebelum kecelakaan terjadi namun tidak
memberitahunya kepada FAA. Sehingga dapat dikatakan bahwa Forkner telah
melanggar etika bisni. Kemudian untuk perusahaan Boeing, boeing melakukan
kelalaian karena tidak cepat tanggap menangani kasus kecelakaan pertama,
mereka mengetahui MCAS bermasalah dan mengambil alih pesawat, jika
mereka cepat tanggap menangani kasus Lion Air, maka kemungkinan kasus
yang ke 2 tidak akan terjadi. Jadi dapat dikatakan Boeing telah melanggar etika
bisnis.
Hal tersebut berdampak besar bagi banyak orang, banyak pihak yang
dirugikan atas hal tersebut. Tanpa adanya etika dalam berbisnis, akan
membuat konsumen menderita, persaingan antar perusahaan dapat menjadi
tidak sehat, terjadi pencemaran lingkungan atau menimbulkan praktik monopoli
perdagangan, dan memberikan citra buruk terhadap konsumen.

3.2. Saran
Sebaiknya, pemimpin perusahaan melakukan Langkah – Langkah yang tegas
untuk menegakkan etika bisnis, seperti melakukan komunikasi secara terbuka
terhadap para pegawai, memberikan sanksi jika ada yang melanggar peraturan
tentang etika bisnis, memberikan pelatihan berkualitas kepada para karyawan,
saling memberikan contoh yang baik, dan lain sebagainya untuk menegakkan
etika bisnis pada perusahaan.

10
DATAR PUSTAKA
Qomariyah, N. (2018). Pelanggaran Etika Bisnis. Manajemen & Bisnis Jurnal, 4(2),
45–53. https://doi.org/10.37303/embeji.v4i2.76

Christiastuti, N. (2021). Terancam Bui 100 Tahun, Eks Pilot Boeing Tutupi Info
Soal MCAS 737 MAX. News.Detik.Com.
https://news.detik.com/internasional/d-5767992/terancam-bui-100-tahun-eks-
pilot-boeing-tutupi-info-soal-mcas-737-max.

D. Kustin Ayuwuragil. (2013). BOEING. Merdeka.Com.


https://m.merdeka.com/boeing/profil

11

Anda mungkin juga menyukai