Anda di halaman 1dari 4

KEBAJIKAN DALAM BERBISNIS MENURUT PERSPEKTIF TRI GUNA

DALAM AJARAN AGAMA HINDU

Oleh:

Ni Made Suci Ari Ayu Riantini


2017051118
5D
Pada era globalisasi saat ini, dunia bisnis tumbuh dan berkembang dengan sangat
pesat, hal ini ditandai dengan maraknya aneka ragam jenis produk maupun jasa
dan sebagainya yang membanjiri pasar. Dalam struktur ekonomi saat ini, bisnis memainkan
peran yang sangat strategis dalam mentransformasi struktur perekonomian,
karena bisnis memberi pesan tentang apa yang dihendaki oleh masyarakat. Di tengah semakin
ketatnya persaingan pasar, para entrepreneur (pelaku usaha) tampak lebih memilih
jalan pintas dengan menininggalkan value ethics asalkan keberlangsungan usahanya
terselamatkan, daripada menjunjung tinggi etika namun usaha (bisnis)
mengalami kebangkrutan (Hulaimi, 2017).

Persoalan pembentukan etika dalam berbagai disiplin ilmu menjadi sangat urgent
untuk dikaji bilamana dunia harus dihadapkan pada beragam problematika yang
mengarah pada moralitas. Munculnya fenomena ketakutan akan persaingan bisnis di
zaman global mengakibatkan pelaku ekonomi menghalalkan segala cara
untuk memenangkan persaingan (Adhiputra, 2014). Ada dua hal yang saling terkait
antara ekonomi bisnis dan etika, bisnis tidak dapat dipisahkan dengan sosial budaya
dimana etika diimplementasikan. Suatu kegiatan bisnis wajib dilakukan dengan dengan
etika maupun norma-norma yang berlaku dalam masyarakat bisnis. Etika dan
norma-norma tersebut dipergunakan agar para entrepreneur tidak melanggar aturan yang
telah ditetapkan dan bisnis yang dilakukan mendapat berkah dari Tuhan Yang Maha Esa.

Dalam setiap agama tentunya mengajarkan umatnya agar berperilaku baik, sopan dan
saling membantu satu sama lain yang tidak lain tujuannya adalah agar munculnya harmonisasi
dan menjaga hubungan yang baik. Hal ini berlaku disegala aktivitas kehidupan manusia yang
termasuk dalam aktivitas usaha, ajaran agama mengajarkan seseorang agar senantiasa
menjalankan usahanya berlandaskan kebaikan melalui etika. Dalam ajaran Hindu yang
bersumber dari kitab suci Weda mengatur terkait etika tersebut, dimana ajaran tersebut
terkandung salah satunya adalah Tri Hita Karana. Dalam perspektif agama Hindu segala
kegiatan hendaknya dilandaskan pada ajaran dharma atau kebaikan, begitu juga halnya didalam
kegiatan bisnis atau usaha. Tujuan dari sebuah bisnis atau usaha adalah tidak lain yakni
keuntungan, tidak bisa dipungkiri seseorang bekerja dengan keras melalui jalan usaha
tujuannya adalah pemenuhan duniawi. Dalam ajaran agama Hindu menjelaskan bahwa
manusia tujuan hidup manusia pada hakekatnya adalah mencari landasan atau haluan dalam
bertindak didalam menjalani hidup (Adhiputra 2014). Etika bisnis dalam ajaran agama Hindu
didasarkan pada filsafat Hindu yang didalamnya adalah Tri Hita Karana yang mengajarkan
manusia untuk menjaga keseimbangan dan keharmonisan terlebih dalam hal ini adalah dalam
kegiatan bisnis atau usaha. Ajaran agama Hindu dibangun diatas tiga kerangka dasar yang
berhubungan satu dengan yang lainnya yang bulat dan utuh yang terdiri dari Tattwa,Susila,
Upacara (Adwitya Sanjaya 2018).

Dalam perspektif agama Hindu manusia memiliki unsur Tri Guna dalam dirinya yang
dapat mendorong untuk melaksanakan kebajikan maupun kejahatan terlebih dalam hal ini
adalah dalam kegiatan bisnis atau usaha. Tri Guna adalah tiga sifat pembentuk watak manusia
yang terdiri dari Sattwam (sifat tenang, tulus, bijaksana dan tanpa pamrih), Rajas (sifat energik,
agresif dan ambisius), dan terakhir Tamas (sifat pasif, malas dan lamban) yang mempengaruhi
dan membentuk watak manusia dalam hidup ini.

Perilaku seseorang akan ditentukan oleh pengaruh salah satu dari Tri Guna itu. Bila
sifat sattwa yang menguasai pikiran seseorang maka orang itu akan menjadi pribadi bijaksana,
mengetahui tentang benar dan salah, hormat dan sopan, lurus hati dan kasih sayang, suka
membantu orang yang menderita, setia dan bakti, serta tidak mementingkan diri sendiri. Bila
sifat rajas yang menguasai pikiran seseorang, maka pribadinya akan melekat karakter yang
keras, suka mengagungagungkan diri sendiri, kurang belas kasihan, pemarah, angkuh, egois,
loba, bengis, kata katanya menyakitkan hati. Sedangkan bila sifat tamas yang menguasai
pikiran, orang itu akan menjadi pemalas, pikiran pribadi pemalas, pengotor, suka makan, suka
tidur, dungu, iri hati. Dari uraian di atas jelas bahwa dalam dunia bisnis manusia harus memiliki
sifat sattwam yaitu mempunyai sifat bijaksana, mengetahui benar dan salah, hormat dan sopan
serta tidak mementingkan diri sendiri. Dalam dunia bisnis, manusia (pelaku usaha) tidak boleh
bersifat rajas yaitu angkuh, egois dan mengagungkan diri sendiri. Begitu juga dengan tamas,
dalam dunia bisnis manusi tidak boleh menjadi pemalas. Jika dalam dunia bisnis manusia
(pelaku usaha) memiliki m rajas dan tamas, maka dunia bisnis akan hancur dan banyak pihak
yang dirugikan. Maka dari itu manusia harus dapat mengendalikan sifat – sifat yang buruk di
dalam dirinya baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam dunia bisnis.
Dalam berbisnis sangat penting dalam menjaga hubungan baik antar sesama pelaku
usaha, pelanggan, masyarakat, pemerintah dan lain sebagainya. Hubungan baik tersebut dapat
diwujudkan melalui etika bisnis, selain itu etika juga penting kaitannya dengan upaya dalam
menjaga loyalitas konsumen. Ajaran Weda yang terkandung dalam Tri Hita Karana
mengajarkan manusia sebagai mahluk sosial yag saling membutuhkan satu dengan lainnya agar
selalu menjaga hubungan. Tri Hita Karana yang merupakan kerangka dalam Agama Hindu
bertujuan menciptakan keharmonisan seluruh mahluk hidup, saling menjaga, saling
menghargai dan menghormati adalah salah satu modal didalam menjalankan kehidupan dan
berwirausaha. Dengan menambahkan nilai-nilai Tri Hita Karana dalam usaha maka etika bisnis
akan terbentuk dalam diri sehingga akan mampu membedakan mana yang baik dan yang tidak
baik, serta mampu melakukan perbauatan baik dan menghindari perbuatan curang khususnya
dalam berbisnis.

Dalam berbisnis manusia juga dipengaruhi oleh sifat – sifat yang ada dalam dirinya
seperti sifat egois, bijaksana dan pemalas. Dalam agama Hindu dikenal dengan Tri Guna yaitu
sifat dalam diri manusia yang dapat mendorong untuk melaksanakan kebajikan maupun
kejahatan terlebih dalam hal ini adalah dalam kegiatan bisnis atau usaha. Pengendalian emosi
dalam diri manusia hanya dapat dilakukan dengan mengendalikan ketiga guna tersebut. Dalam
dunia bisnis, manusia harus dapat mengendalikan dan menghindari sifat – sifat yang buruk
dalam dirinya dan mempertahankan sifat yang baik dan benar dalam dunia bisnis sesuai dengan
etika bisnis dan norma-norma yang ada.
DAFTAR PUSTAKA:
Adwitya Sanjaya, P. K. (2018). Etika Bisnis Dan Entrepreneurship Dalam Pembangunan
Ekonomi Bali: Dalam Perspektif Hindu. Dharmasmrti: Jurnal Ilmu Agama Dan
Kebudayaan, 18(1), 93–101. https://doi.org/10.32795/ds.v1i18.106
Mastiningsih, N. N. (2019). Mengendalikan Emosi Melalui Ajaran Tri Guna. Tantangan Dan
Peluang Dunia Pendidikan Di Era 4.0, 157–160.
Wijaya, I. G. B. (2022). Etika Kewirausahaan Berdasarkan Ajaran Weda. 438-Article Text-
1012-1-10-20220225. 1(1), 44–51.

Anda mungkin juga menyukai