Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

NEGOSIASI SEBAGAI PROSEDUR PENYELESAIAN


DAN RESOLUSI KONFLIK

(Diajukan dalam rangka memenuhi tugas Mata Kuliah Manajemen Konflik)

Dosen Pengampu : Dr. Wahyu Hidayat, MA.

Disusun oleh:

Kelompok 12

Muhammad Sulthon Ar Rizieq (1202010095)

Mutiara Hati (1202010097)

Reihan Azkiya (1202010114)

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
KOTA BANDUNG
20223
KATA PENGATAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah
melimpahkan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
pembuatan makalah yang berjudul “Negosiasi sebagai Prosedur Penyelesaian dan
Resolusi Konflik” ini sesuai dengan waktu yang ditentukan. Tanpa adanya berkat
dan rahmat Allah SWT tidak mungkin rasanya dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik dan tepat pada waktunya.

Dalam pembuatan makalah ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai


sumber literatur pustaka, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. Wahyu Hidayat, MA. yang telah
memberikan tugas membuat makalah ini dan dapat penulis selesaikan dengan
lancar.
Penulis berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan pada penulis khususnya. Penulis menyadari bahwa dalam
pembuataan makalah   ini masih jauh dari sempurna untuk itu penulis menerima
saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan kearah yang lebih baik.
Akhir kata penulis sampaikan terimakasih.

Bandung, 05 Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGATAR................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................2
C. Tujuan...........................................................................................................2
D. Metode Penulisan..........................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................4
PEMBAHASAN.....................................................................................................4
A. Konsepsi Negosiasi........................................................................................4
1. Pengertian Negosiasi................................................................................4
2. Aspek Kemampuan Negosiasi.................................................................6
3. Faktor- factor yang mempengaruhi kemampuan negosiasi................7
B. Langkah-Langkah Negosiasi.......................................................................7
C. Jenis-jenis Negosiasi.....................................................................................8
D. Penyebab dan cara mengenali konflik dalam negosiasi..........................14
E. Negosiasi sebagai prosedur penanganan konflik dalam pandangan
Islam..................................................................................................................16
BAB III..................................................................................................................23
PENUTUP.............................................................................................................23
A. Kesimpulan..................................................................................................23
B. Saran............................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................24

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Dalam kehidupan sehari-hari, konflik adalah sesuatu yang nyata dan


selalu ada selama seseorang masih hidup bersosial bersama masyarakat.
Konflik antar perorangan dan antar kelompok merupakan bagian dari sejarah
umat manusia. Berbagai macam keinginan seseorang dan tidak terpenuhinya
keinginan tersebut dapat juga berakhir dengan konflik.

Perbedaan pandangan antar perorangan juga dapat mengakibatkan


konflik. Jika konflik antar perorangan tidak dapat teratasi secara adil dan
proposional, maka hal itu dapat menjadi konflik antar kelompok masyarakat.
Sebuah konflik sering berawal dari persoalan kecil dan sederhana. Perbedaan
sikap dan pendapat termasuk ketidakinginan untuk menerima orang lain,
dapat menyebabkan konflik antar perorangan dan sebagainya (Fatah Syukur,
2011:159). Tentunya, persoalan yang sederhana apabila tidak segera
diselesaikan, maka akan bisa menjadi besar dengan seiring berjalannya
waktu. Oleh karena itu, persoalan yang ada dan sekecil apapun harus segera
diselesaikan agar konflik tidak berujung pada perselisihan yang lebih besar.

Dunia ini tidak memerlukan harapan yang radikal untuk mengakhiri


konflik. Apa yang diperlukan masyarakat sekarang ini adalah manajemen
konflik yang dengan cara tersebut dapat mengubah kehidupan umat manusia.
Konflik antar perorangan dan konflik antar kelompok masyarakat perlu
diolah dan dibuat menjadi kekuatan seseorang dan masyarakat untuk
menciptakan sebuah kehidupan baru di dunia ini (Syukur, 2011:160).
Tentunya semua itu perlu tata kelola manajemen konflik yang sesuai dengan
kebutuhan dan sasarannya.

Konflik dapat diibaratkan “pedang bermata dua”. Di satu sisi dapat


bermanfaat jika digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan, di sisi lain
dapat merugikan dan mendatangkan mala petaka jika digunakan untuk

1
bertikai atau berkelahi. Demikian halnya dalam sebuah organisasi, meskipun
kehadiran konflik sering menimbulkan ketegangan, tetap diperlukan untuk
kemajuan dan perkembangan organisasi. Dalam hal ini, konflik dapat
menjadi energi yang dahsyat jika dikelola dengan baik, bahkan dapat
dijadikan sebagai alat untuk melakukan perubahan, tetapi dapat menurunkan
kinerja jika tidak dapat dikendalikan. Selain konflik juga sebagai salah satu
esensi dari kehidupan dan perkembangan manusia yang mempunyai
karakteristik yang beragam (Mulyasa, 2005:239).

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan lingkungan organisasi ?
2. Apa Faktor Lingkungan yang Memengaruhi Lingkungan Organisasi ?
3. Bagaimana hubungan lingkungan dengan organisasi ?
4. Bagaimana hubungan lingkungan dengan budaya ?
5. Bagaimana perubahan pada lingkungan organisasi ?

C. Tujuan 
1. Ingin memahami konsep dasar lingkungan organisasi.
2. Ingin mengetahui faktor apa saja yang memengaruhi lingkungan organisasi
3. Ingin menganalisa hubungan lingkungan dengan organisasi
4. Ingin menganalisa hubungan lingkungan dengan budaya
5. Ingin menganalisa perubahan pada lingkungan organisasi.

D. Metode Penulisan
Ditinjau dari objek kajian dan tempatnya, penulisan makalah ini
termasuk kategori metode kepustakaan (library research). Adapun yang
dimaksud metode pustaka adalah menjadikan bahan pustaka berupa buku,
majalah ilmiah, dokumen-dokumen dan materi lainnya yang dapat dijadikan
sumber rujukan dalam penulisan ini untuk kemudian dianalisis sedemikian
rupa sehingga didapati kesismpulan yang komprehensif dan efektif untuk
pembahasan selanjutnya.

2
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan ini
merupakan suatu pendekatan dengan menggunakan data atau berupa dokumen-
dokumen manuskrip atau pemikiran-pemikiran yang ada dimana dari data
tersebut kemudian dikategorikan berdasarkan relevansinya dengan pokok
permasalahan yang dikaji.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsepsi Negosiasi

1. Pengertian Negosiasi

Istilah negosiasi berasal bahasa Inggris “negotiation”, dalam pengertian


secara umum negosiasi adalah proses tawar-menawar dengan cara berunding
untuk mencapai kesepakatan kedua belah pihak.1 Sedangkan Colquitt dalam
bukunya Organizational Behavior menerangkan “Negotiations is a process in
which two or more interdependent individuals discuss and attempt to come to
an agreement about their different preferences”.2 (Negosiasi adalah proses di
mana dua atau lebih individu saling tergantung membahas dan mencoba untuk
mencapai kesepakatan tentang preferensi yang berbeda).

Sementara itu Phil Baguley dalam bukunya Teach Yourself Negotiating


menjelaskan negosiasi adalah suatu cara untuk menetapkan keputusan yang
dapat disepakati dan diterima oleh dua pihak dan menyetujui apa dan
bagaimana tindakan yang akan dilakukan di masa mendatang. Begitu juga
Robbins menjelaskan bahwa Negosiasi adalah sebuah proses dimana dua pihak
atau lebih melakukan pertukaran barang atau jasa dan berupaya untuk
menyepakati nilai tukarnya.3 Sedangkan Menurut kamus Besar Bahasa
Indonesia, arti kata negosiasi adalah: “Proses tawar menawar dengan jalan
berunding guna mencapai kesepakatan bersama antara satu pihak (kelompok
atau organisasi) dan pihak (kelompok atau organisasi) yang lain.

Stella Ting Toomey mengeksplorasika cara cara dimana identitas di


negosiasikan dalam interaksi dengan orang lain, terutama dalam berbagai

1
Suci Ramadhani, Jihan Hana, dkk, 2022, Strategi Lobi dan Negosiasi Dalam Proses Komunikasi
Politik, Jurnal Edukasi Nonformal, VO. 3. NO. 1, hal 92
2
Colquitt, 2011, Organizational Behavior, USA: McGraw-Hill, Hal 466.
3
Faiqotul Isma, 2017, Efektivitas Komunikasi Negosiasi dalam Bisnis, Jurnal Komunike, Volume ix,
No. 2, Hal 110

4
budaya. Toomey menjelaskan bahwa identitas seseorang selalu dihasilkan
melalui interaksi sosial. Identitas atau gambaran refleksi diri dibetuk melalui
negosiasi ketika kita menyatakan, memidifikasi atau menantang identifikasi
identifikasi diri kita atau orang lain.4

Negosiasi disebut pula sebagai proses interaktif yang dilakukan untuk


mencapai persetujuan. Proses ini melibatkan dua orang atau lebih yang
memiliki pandangan berbeda tetapi ingin mencapai beberapa resolusi bersama. 5
Sedangkan Modul Garuda Sales Institute mengartikan negosiasi adalah proses
untuk mencapai kesepakatan dengan memperkecil perbedaan serta
mengembangkan persamaan guna meraih tujuan Bersama yang saling
menguntungkan. Negosiasi juga merupakan komunikasi dua arah, yaitu penjual
sebagai komunikator dan pembeli sebagai komunikan atau saling bergantian.
Proses komunikasi dalam negosiasi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Melibatkan dua pihak, pihak penjual dan pihak pembeli

b. Adanya kesamaan tema masalah yang dinegosiasikan

c. Kedua belah pihak menjalin kerja sama

d. Adanya kesamaan tujuan kedua belah pihak

e. Untuk mengkonkritkan masalah yang masih abstrak

Tim Hindle (dalam Rustono, 2008) dalam bukunya Negotiation Skills


menyebutkan ”The art of negotiation is based on attempting to reconcile what
constitutes a good result for the other party”. Negosiasi adalah keterampilan
yang dapat dipelajari oleh setiap orang (Rustono, 2008). Sedangkan Jackman
(2005) mengatakan negosiasi adalah satu proses, sebuah metode untuk
mencapai kesepakatan mengenai suatu masalah yang sedang didiskusikan atau
diperdebatkan.
4
Littlejohn, Stephen W &Karen A. Foss, 2009, Teori Komunikasi edisi-9, Jakarta: Salemba
Humanika, Hal 66.
5
McGuire, R. 2004. Negotiation : An In Important Life Skill. Jurnal The Pharmaceutical. Vol. 273
Hal 24-25

5
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa negosiasi
merupakan suatu proses komunikasi dimana dua orang atau lebih dengan
tujuan yang berbeda melakukan suatu proses timbal balik yang melibatkan
pertukaran sesuatu antara dua orang atau lebih hingga mencapai kesepakatan
bersama yang menguntungkan semua pihak.

2. Aspek Kemampuan Negosiasi

Menurut Jackman terdapat empat aspek kemampuan negosiasi yaitu: 6

a. Kemampuan untuk memisahkan perasaan pribadi dengan masalah yang


sedang dihadapi. Negosiator harus mampu bersikap professional dengan tetap
fokus pada masalah yang sedang dibicarakan, bukan pada orang yang terlibat
di dalamnya, dan harus mampu mengesampingkan perasaan pribadi yang dapat
mempengaruhi proses negosiasi.

b. Kemampuan untuk berfokus pada kepentingan bukan posisi. Setiap


negosiator berangkat dari posisi yang berbeda, menganggap lawan negosiasi
sebagai “seseorang yang harus dikalahkan” adalah sikap yang kurang
menguntungkan karena dapat menjebak dalam kecurigaan yang dapat
mengalihkan kepentingan awal bernegosiasi.

c. Kemampuan untuk mengumpulkan beberapa pilihan sebelum membuat


keputusan akhir. Mampu mengumpulkan sebanyak mungkin pilihan agar tidak
terjebak pada masalah atau solusi, hal ini akan meningkatkan kualitas
kesepakatan akhir dan memperbesar kemungkinan untuk memuaskan
kebutuhan semua pihak yang terlibat. Menyusun strategi negosiasi yang efektif
sebelum negosiasi dimulai akan membantu mencapai kesepakatan.

d. Kemampuan untuk memastikan bahwa hasil didasarkan pada kriteria


obyektif. Orang karismatik atau vokal terdengar sangat menyakinkan selama
negosiasi akan memberikan pengaruh yang tidak seimbang dalam mengambil

6
Mahmudah N, Mia Widiant, 2010, Analisis Karakteristik Khusus Teks Negosiasi, Jurnal Ilmiah
Pend. Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah. Vol. 10, No. 1, Hal 25.

6
keputusan, terlebih ketika seseorang memiliki keraguan demi mencapai hasil
maksimal sangatlah penting untuk mampu menggunakan kriteria yang
obyektif, seperti menganalisis keuntungan dan kerugian dari tawaran yang
diberikan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa seseorang dengan


kemampuan negosiasi yang baik dapat memahami dan mengenali aspek
kemampuan negosiasi berupa kemampuan untuk memisahkan perasaan pribadi
dengan masalah yang sedang dihadapi, kemampuan untuk berfokus pada
kepentingan bukan posisi, kemampuan untuk mengumpulkan beberapa pilihan
sebelum membuat keputusan akhir, kemampuan untuk memastikan bahwa
hasil didasarkan pada kriteria obyektif.

3. Faktor- factor yang mempengaruhi kemampuan negosiasi

Mc Guire mengatakan terdapat tiga faktor utama dalam kemampuan


negosiasi yang baik, yaitu: 7

a. Patience adalah negosiator yang baik menyadari bahwa negosiasi


membutuhkan proses, termasuk di dalamnya untuk menghilangkan sekat
diantara kedua pihak dan bukan merupakan hasil instan.

b. Self confidence, yaitu negosiator yang baik menyadari bahwa dengan


memiliki kepercayaan diri berarti memiliki pula keyakinan akan
kemampuannya untuk mencapai keberhasilan negosiasi.

c. Communication skill, yaitu negosiator yang baik menyadari bahwa dengan


melibatkan dua pihak, negosiasi membutuhkan kemampuan komunikasi yang
baik agar mampu menangkap pesan secara efektif

B. Langkah-Langkah Negosiasi

Dalam melakukan negosiasi terdapat enam tahapan yang penting yang harus
dilakukan:
7
McGuire, R. 2004. Negotiation : An In Important Life Skill. Jurnal The Pharmaceutical. Vol. 273
Hal 24

7
1. Persiapan, Mengumpulkan informasi, Menentukan tim negosiasi,
Mengusahakan lebih banyak mengenal profil pihak lawan, tujuannya adalah
menumbuhkan kepercayaan diri dan kesiapan dalam melakukan negosiasi;

2. Kontak pertama, Tahap ini adalah tahap pertemuan secara langsung abtara
kedua belah pihak yang terlibat dalam proses negosiasi. - Tahap penilaian yang
berlangsung diantara para negosiator dan biasanya pada tahap ini akan
memunculkan kesan pertama antara kedua belah pihak.

3. Konfrontasi, Tahap ini adalah tahap dimana sering terjadinya adu


argumentasi antara kedua pihak terhadap segala sesuatu yang dinegosiasikan. -
Pada tahap ini terdpat perbedaan dan potensi perdebatan yang semakin
memanas dan biasanya tidak terkendali disebabkan oleh kurangnya
pengendalian emosi.

4. Konsiliasi, Bentuk konsoliasi adalah melakukan tawar menawar untuk


memperoleh titik temu atau kesepakatan yang betul-betul disepakati dan
bermanfaat bagi kedua belah pihak. Seperti halnya proses tawar menawar
antara penjual dan pembeli.

5. Solusi, tahap dimana kedua belah pihak mulai saling menerima dan
memberi, atau dimana para negosiator mulai menemukan titik kesepakatan
bagi kedua belah pihak dengan cara mereka masing-masing dengan
mengembangkan sikap relasional yaitu sikap yang selalu berorientasi untuk
menanggung bersama dan selalu menumbuhkan sikap saling member solusi
terbaik bagi kedua belah pihak.

6. Pasca Negosiasi, Tahap ini adalah tahap terakhir dari negosiasi yaitu bentuk
konsolidasi bagi kedua belah pihak, apakah masing-masing pihak benar-benar
memiliki komitmen atas segala yang telah disepakati bersama.

C. Jenis-jenis Negosiasi

1. Negosiasi Kompetitif (competitive)

8
Negosiator yang terlibat dapat menerapkan negosiasi kompetitif. Jenis
negosiasi ini melibatkan kepribadian yang kompetitif yang dimilik oleh sang
negosiator. Negosiator yang kompetitif sangat berorientasi pada hasil, fokus
dan tegas, dan mereka sering kali bisa menjadi agresif.

Mereka cenderung lebih berusaha untuk menang daripada menjaga hubungan


antar kedua belah pihak. Mereka juga pemikir strategis dan tidak berbasa-basi.
Negosiasi Kompetitif bisa kamu digunakan saat diperlukan dengan cepat,
ketika pembahasan sudah tidak bisa dinegosiasikan lagi, dan ketika pihak
negosiastor memerlukan kemenangan yang terjamin atas pihak lain
(kemungkinan besar akan menang melawan negosiator yang akomodatif).

Perlu diingat negosiator tetap harus berhati-hati ketika menggunakan negosiasi


ini apalagi saat terjadi ketegangan diantara kedua belah pihak dan pihak lain
sangat mungkin menghindari pihak lawan dengan gaya negosiasi seperti ini.
Karena gaya kompetitif seringkali digunakan dalam negosiasi, jadi berhati-hati
sangat penting karena pihak lain mungkin dapat mempersiapkan untuk
melawan.

Negosiasi juga terbagi ke dalam beberapa jenis berdasarkan style yang dapat
digunakan saat melakukan negosiasi. Terdapat 5 jenis yang dimaksud, antara
lain adalah:

2. Negosiasi Kolaboratif (collaborative)

Negosiator dengan menerapkan gaya kolaboratif akan menciptakan negosiator


yang terbuka dan jujur. Negosiator kolaboratif akan memahami keprihatinan
dan kepentingan pihak lain. Mereka menikmati proses negosiasi, terutama jika
itu melibatkan mereka untuk menemukan solusi kreatif untuk saling
memuaskan kedua belah pihak. Namun, mereka mungkin memiliki
kecenderungan untuk mengubah situasi sederhana menjadi lebih rumit dengan
terlalu banyak berpikir dan mengeksplorasi banyak alternatif.

9
Sebaiknya negosiator menerapkan gaya negosiasi jenis ini ketika kedua belah
pihak membutuhkan tujuan mereka tercapai, brainstorming kreatif diperlukan
untuk menemukan solusi untuk masalah yang sulit, mengejutkan lawan dengan
gaya negosiator kompetitif atau (dengan kemungkinan besar menang).

Negosiator harus berhati-hati menggunakan negosiasi jenis ini agar informasi


tidak terlalu banyak dibagikan kepada pihak ini dan memastikan negosiator
memiliki cukup waktu yang secara efisien digunakan untuk berkolaborasi.

3. Negosiasi Menghindari (avoiding)

Negosiator yang cenderung menerapkan gaya menghindari benar-benar tidak


menyukai negosiasi. Mereka mungkin mencoba menghindari situasi yang dapat
menimbulkan konflik karena mereka merasa intimidasi dan stress. Oleh karena
itu, jenis negosiator ini sering lebih suka bekerja di belakang layar.

Negosiator bisa saja menerapkan gaya ini ketika masalah yang dibahas
merupakan hal sepele dan tidak layak untuk meluangkan waktu untuk hal-hal
seperti ini. Pun ketika negosiator tidak siap, melakukan penghindaran seperti
ini akan lebih baik dan akan menunda negosiasi. Namun, jangan sampai sikap
ini dianggap sebagai pasif agresif oleh pihak lawan karepa bisa menimbulkan
konflik. Apalagi ketika negosiasi ini dikejar oleh waktu dan kepentingan yang
mana tidak bisa ditunda.

4. Negosiasi Berkompromi (compromising)

Dalam menerapkan jenis negosiasi ini, akan memungkinkan negosiator


melakukan apa yang adil bagi kedua belah pihak dan menemukan jalan tengah.
Mereka lebih suka berkompromi pada hasil sendiri untuk memuaskan pihak
lain. Mereka mungkin terburu-buru bernegosiasi dan membuat konsesi terlalu
cepat yang pada akhirnya dapat menyebabkan kerugian.

10
Negosiator dapat menerapkan gaya negosiasi ini ketika dianggap perlu untuk
memperbaiki atau mempertahankan hubungan dengan pihak lain, berusaha
mengurangi ketegangan, dan ketika mereka tidak memiliki hal lain yang dapat
ditawarkan dalam negosiasi sehingga harus berkompromi dengan hasil
akhirnya.

Kemungkinan besar, negosiasi jenis ini akan menang melawan negosiator jenis
menghindari. Namun yang harus diperhatikan adalah negosiator tidak
sebaiknya melabel diri mereka sebagai tukang kompromi, karena akan
dianggap lemah oleh lawan. Jangan gunakan negosiasi jenis ini ketika hasil
yang diinginkan sangat penting untuk kepentingan pihak sendiri.

5. Negosiasi Akomodatif (accommodating)

Yang terakhir, negosiasi akomodatif memungkinkan negosiator untuk


menghabiskan banyak waktu untuk membangun dan menjaga hubungan
dengan pihak lain. Mereka sangat peka terhadap emosi, hubungan, dan bahasa
tubuh dalam situasi negosiasi. Mereka akan berusaha meminimalisir konflik
dan memperbaiki hubungan untuk mengakhiri negosiasi dengan nada positif
dan ramah.

Negosiasi dengan gaya ini bisa saja digunakan ketika pihaknya memang perlu
membangun atau memperbaiki hubungan dengan pihak lawan. Untuk negosiasi
pada pihak baru, sangat disarankan untuk menerapkan negosiasi ini untuk
menciptakan dinamika positif. Jangan gunakan negosiasi akomodatif secara
memaksa, tidak semua negosiasi berjalan dengan baik dan tidak semua pihak
tertarik membangun hubungan.

Selain jenis-jenis negosiasi di atas, Spangler menyebutkan terdapat 4 jenis


pendekatan yang berbeda untuk negosiasi dan hasil negosiasi tergantung pada
pendekatan tersebut. Adapun dapat dijelaskan lebih lanjut sebagai
berikut(Spangler, Brad. 2003. "Distributive Bargaining" dalam Beyond
Intractability, (eds.) Guy Burgess dan Heidi Burgess. Conflict Information

11
Consortium, University of Colorado,
Boulder.<http://www.beyondintractability.org/essay/distributive-bargaining>):

1. Win-Lose Approach (Distributive Negotiation)

Negosiasi distributif, juga kadang-kadang disebut negosiasi posisi atau tawar-


menawar, beroperasi dalam kondisi zero-sum. Hal ini didasarkan pada premis
bahwa keuntungan apa pun yang diperoleh satu pihak adalah atas pengorbanan
pihak lain dan sebaliknya.

Untuk alasan ini, negosiasi distributif juga kadang-kadang disebut win-lose


dengan asumsi bahwa keuntungan satu orang adalah kerugian orang lain.
Contoh negosiasi distributif termasuk harga tawar-menawar di pasar terbuka,
termasuk negosiasi harga mobil atau rumah. Adapun karakteristik umumnya
adalah:

Ini memiliki karakteristik sebagai berikut:

Satu sisi ‘menang’ dan satu sisi ‘kalah’.

Ada sumber daya tetap yang harus dibagi sehingga ketika semakin banyak
yang diterima oleh salah satu, semakin sedikit yang lain dapatkan.

Kepentingan satu orang bertentangan dengan kepentingan orang lain.

Prioritas utama dalam jenis tawar-menawar ini biasanya untuk memaksimalkan


kepentingan diri sendiri.

Strategi dominan dalam jenis negosiasi ini termasuk manipulasi, pemaksaan


dan pemotongan informasi.

Dalam mode ini, seseorang berusaha mendapatkan keuntungan dengan


menyembunyikan informasi, menyesatkan, atau menggunakan tindakan
manipulatif. Tentu saja, metode ini memiliki potensi serius untuk konsekuensi
negatif. Namun bahkan dalam jenis negosiasi ini, kedua belah pihak harus

12
merasa bahwa pada akhirnya hasilnya adalah yang terbaik yang dapat mereka
capai dan bahwa itu layak untuk diterima dan didukung.

2. Lose-Lose Approach

Pendekatan negosiasi ini diterapkan ketika salah satu pihak negosiasi merasa
bahwa kepentingannya sendiri terancam dan dia melakukan semua yang dia
bisa untuk memastikan bahwa hasil negosiasi tidak sesuai dengan kepentingan
pihak lain juga. Dalam tawar-menawar, kedua belah pihak akhirnya saling
kalah.

Jenis situasi ini muncul ketika pihak negosiasi mengabaikan kebutuhan satu
sama lain dan kebutuhan untuk saling menyinggung melebihi kebutuhan untuk
menemukan semacam solusi yang dapat diterima. Ini adalah jenis hasil yang
paling tidak diinginkan dan karenanya pendekatan negosiasi ini sebaiknya
dihindari.

3. Compromise Approach

Pendekatan ini memberikan hasil yang merupakan perbaikan dari hasil strategi
lose-lose. Untuk menghindari situasi lose-lose, kedua belah pihak menyerahkan
sebagian dari apa yang awalnya mereka cari dan menerima sesuatu yang
kurang dari apa yang mereka cari. Kompromi adalah jalan keluar terbaik ketika
tidak mungkin bagi kedua belah pihak untuk meyakinkan satu sama lain atau
ketika sumber daya yang dipersengketakan terbatas.

4. Win-Win Approach (Integrative Negotiation)

Pendekatan negosiasi ini juga disebut kolaboratif atau menciptakan pendekatan


nilai. Itu lebih unggul dari semua pendekatan negosiasi. Negosiasi ini akan
menghasilkan kedua belah pihak merasa bahwa mereka mencapai apa yang

13
mereka inginkan. Dan akhirnya pun menghasilkan kepuasan bagi kedua belah
pihak. Adapun karakteristik umumnya adalah sebagai berikut:

Ada sumber daya yang cukup untuk dibagi dan kedua belah pihak dapat
‘menang’

Prioritas utama di sini adalah untuk memaksimalkan hasil bersama.

Strategi dominan meliputi kerja sama, berbagi informasi, dan saling


memecahkan masalah. Jenis ini juga disebut ‘menciptakan nilai’ karena tujuan
di sini adalah membuat kedua belah pihak meninggalkan perasaan negosiasi
yang memiliki nilai lebih besar dari sebelumnya.

Negosiasi integratif sering melibatkan tingkat kepercayaan yang lebih tinggi


dan membentuk suatu hubungan. Ini juga dapat melibatkan pemecahan
masalah yang kreatif yang bertujuan untuk mencapai keuntungan bersama.

Negosiasi ini melihat kesepakatan yang baik sebagai perjanjian yang


memberikan keuntungan optimal untuk semua pihak. Masing-masing berusaha
untuk memberikan manfaat yang cukup bagi yang lain.

D. Penyebab dan cara mengenali konflik dalam negosiasi

1. Penyebab konflik dalam negosiasi

Dalam negosiasi terdapat banyak hal yang bisa menyebabkan konflik.


Berikut ini dipaparkan beberapa contoh penyebab konflik dalam negosiasi : 8
1. Ketika satu pihak atau lebih menolak untuk bergerak dari posisi awal
negosiasi;
2. Lebih fokus kepada orang dan posisi daripada masalah yang ada;
3. Adanya agenda tersembunyi atau rasa saling tidak percaya terhadap motivasi
pihak lawan;
4. Manipulasi dan perilaku agresif terhadap salah satu pihak atau lebih;
8
Ann Jackman. 2005. How to Negotiate: Teknik Suskses Bernegosiasi. Jakarta: Erlangga

14
5. Keinginan untuk menang, tanpa mempedulikan apapun resikonya;
6. Mengejar sasaran yang terlalu tinggi dan tidak realistis.
7. Tidak bersedia meluangkan waktu untuk menjajaki posisi lawan dan/atau,
adanya penolakan untuk menghargai sudut pandang lawan;
8. Kurang jelasnya peran atau tingkat otoritas;
9. Kriteria subyektif yang digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan
atau proses pengambilan keputusan yang tidak jelas.
Dalam negosiasi seorang manajer harus dapat memahami sikapnya
terhadap konflik. Pemahaman tersebut dapat berguna sebagai persiapan dan
pemikiran dalam menghadapi konflik ketika konflik tersebut muncul dalam
negosiasi.

2. Mengenali konflik dalam negosiasi

Kemampuan mengenali konflik adalah salah satu langkah awal untuk


menghadapi konflik. Berikut dipaparkan mengenai hal-hal yang menandai
adanya konflik dalam negosiasi :
1. Kurangnya kesediaan untuk mendengarkan, justru disertai dengan keinginan
yang lebih besar untuk memaksakan ide kepada lawan;
2. Suasana semakin tegang;
3. Sikap defensif dan kurangnya keterbukaan;
4. Sikap mempertahankan posisi awal dan menolak untuk bergerak
(berkembangnya mentalitas “kami” dan “mereka”)
5. Sikap menarik diri dari diskusi atau menolak dalam perdebatan;
6. Ada pihak yang ngambek;
7. Serangan personal baik secara langsung ataupun tidak langsung;
8. Menggunakan ancaman, sikap kasar, dan saling menjatuhkan;
9. Mengabaikan lawan, misalnya tidak mau menerima telepon atau email dari
pihak lawan;
10. Menjuluki lawan dengan istilah yang menghina dan merendahkan.
Ketika konflik mencapai pada level yang ekstrim mungkin
mengakibatkan sebuah konflik yang tidak teratasi/tidak terselesaikan sehingga

15
negosiasi harus dihentikan (deadlock). Untuk mencegah deadlock tersebut
pihak ketiga harus dihadirkan sebagai mediator. Dalam menengahi deadlock
tersebut mediator harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Mediator harus mengakui adanya konflik dan mengarahkan pada caracara
untuk menyelesaikan persoalan yang timbul. Bagi pihak-pihak yang bertikai
konflik dianggap sebagai suatu masalah yang serius, oleh karena itu mediator
tidak boleh menganggap remeh konflik tersebut;
2. Mediator harus bersikap netral. Mediator tidak boleh menunjukkan
persetujuannya kesalahsatu pihak, baik dengan ekspresi muka, gerakan tubuh
atau mengulangi pernyataan dari salah satu pihak yang bertikai. Dengan
bersikap netral diharapkan kedua pihak akan merasa nyaman untuk
meyampaikan tuntutan mereka;
3. Mediator harus memfokuskan diskusi pada masalah bukan kepada pribadi
yang bertikai;
4. Mediator harus meletakkan pihakpihak yang bertikai pada perspektifnya
dengan mengidentifikasi bidangbidang yang akan disetujui dan memfokuskan
pada masalah secara satu persatu;
5. Mediator bersikap sebagi fasilitator dan bukan sebagai hakim yang akan
menentukan siapa yang menang dan kalah;
6. Mediator harus memperoleh keyakinan bahwa pihak yang bertikai
mendukung solusi yang telah mereka setujui.9

E. Negosiasi sebagai prosedur penanganan konflik dalam pandangan Islam

Al-sulh merupakan istilah bahasa Arab yang Secara bahasa berarti


meredam pertikaian, menyelesaikan perselisihan sedangkan menurut istilah
“sulh” berarti suatu jenis akad atau perjanjian untuk mengakhiri
perselisihan/pertengkaran antara dua pihak yang bersengketa secara damai. 10
Islah dalam penyelesaian sengketa non litigasi bisa diartikan sebagai negosiasi,

9
Zumaeroh, 2010, Mengenali Konflik Dalam Negosiasi, Jurnal Ilmiah Ekonomika, Volume 13
Nomor 4, Hal 136
10
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, 2000, juzu’ 3, Cairo: Dar al-Fath, Hal 210.

16
karena ini adalah sebuah upaya mendamaikan atau membuat harmonisasi
antara dua atau beberapa pihak yang berselisih. Perdamaian dalam syari’at
Islam sangat dianjurkan. Sebab, dengan perdamaian akan terhindarlah
kehancuran silaturrahim (hubungan kasih sayang) sekaligus permusuhan
diantara pihak-pihak yang bersengketa akan dapat diakhiri. 11

Firman Allah SWT menjelaskan metode negosiasi ini dalam Surat Asy-
Syuura:37-38:

٣٧ َ‫ُوا هُمۡ يَ ۡغفِرُون‬


ْ ‫ضب‬ َ ‫َوٱلَّ ِذينَ يَ ۡجتَنِبُونَ َك ٰبَِٓئ َر ٱِإۡل ۡث ِم َو ۡٱلفَ ٰ َو ِح‬
ِ ‫ش َوِإ َذا َما َغ‬

٣٨ َ‫صلَ ٰوةَ َوَأمۡ ُرهُمۡ ُشو َر ٰى بَ ۡينَهُمۡ َو ِم َّما َرز َۡق ٰنَهُمۡ يُنفِقُون‬ ْ ‫ُوا لِ َربِّ ِهمۡ َوَأقَا ُم‬
َّ ‫وا ٱل‬ ْ ‫ٱستَ َجاب‬
ۡ َ‫َوٱلَّ ِذين‬

Artinya : Dan (bagi) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan


perbuatan- perbuatan keji, dan apabila mereka marah mereka memberi maaf.
Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan
mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat
antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami
berikan kepada mereka. (QS. Asy-Syuura: 37-38).

Mengatasi konflik dengan cara negosiasi atau perundingan, perlu


diperhatikan halhal sebagai berikut ini yaitu (1) berkompromi dalam hal
bahwa semua pihak berpengaruh meninggalkan perasaan seperti mereka telah
memenangkannya dan (2) tugas sebelum berunding yaitu dengan cara
memahami pihak lain, dan mengetahui semua pilihan (Zainal, 2014). Dari
berbagai pendapat mengenai negosiasi, maka negosiasi dapat dikatakan
sebagai tindakan yang menyangkut pandangan bahwa penyelesaian konflik
dapat dilakukan oleh orang-orang yang berkonflik secara bersama-sama tanpa
melibatkan pihak ketiga, yang diakhiri dengan perdamaian.

Hal ini dijelaskan dalam Surat Al-Hujurat ayat 9:

ْ ُ‫َت ِإ ۡح َد ٰىهُ َما َعلَى ٱُأۡل ۡخ َر ٰى فَ ٰقَتِل‬


‫وا ٱلَّتِي ت َۡب ِغي َحتَّ ٰى تَفِ ٓي َء‬ ۡ ‫ُوا بَ ۡينَهُ َم ۖا فَِإ ۢن بَغ‬ْ ‫صلِح‬ ۡ ‫وا فََأ‬ ْ ُ‫طٓاِئفَتَا ِن ِمنَ ۡٱل ُم ۡؤ ِمنِينَ ۡٱقتَتَل‬ َ ‫َوِإن‬
٩ َ‫ُوا بَ ۡينَهُ َما بِ ۡٱل َع ۡد ِل َوَأ ۡق ِسطُ ٓو ۖ ْا ِإ َّن ٱهَّلل َ يُ ِحبُّ ۡٱل ُم ۡق ِس ِطين‬
ْ ‫صلِح‬ ۡ ‫ِإلَ ٰ ٓى َأمۡ ِر ٱهَّلل ۚ ِ فَِإن فَٓا َء ۡت فََأ‬
11
Suhrawardi K. Lubis. Hukum ekonomi Islam, (Jakarta: Sinar Grafindo, 2000), h. 178

17
Artinya : “dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang
hendaklah kamu damaikan antara keduanya! tapi kalau yang satu melanggar
Perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar Perjanjian itu kamu
perangi sampai surut kembali pada perintah Allah. kalau Dia telah surut,
damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan hendaklah kamu Berlaku
adil; Sesungguhnya Allah mencintai orangorang yang Berlaku adil.

Hadits yang berkaitan dengan surat Al-Hujarat ayat 9: “Diriwayatkan


oleh Bukhari dan Muslim dari Anas, ketika Rasulullah pergi menuju rumah
Abdullah bin Ubay dengan mengendarai keledai. Abdullah Bin Ubay berkata,
Enyahlah kau dari sini! Demi Allah aku tidak nyaman dengan bau keledaimu,
”Berkata seorang dari kaum Anshar, Demi Allah, keledai Rasulullah ini lebih
harum dari pada bau badanmu. ”Anak buah Abdullah bin Ubay pun marah dan
timbullah keributan hingga terjadi perkelahian dengan menggunakan pelepah
kurma, tangan dan sandal. Kemudian turunlah ayat 9 ini.12

Tafsir Wajiz dikatakan: “Dan jika ada dua golongan dari orang-orang
mukmin berperang, maka damaikanlah antara keduanya, hai orang-orang islam
dengan memberikan nasehat dan bimbingan untuk menjalankan Kitabullah dan
rela dengan hukumnya. Jika salah satu dari kedua golongan itu berbuat aniaya
dan melampaui batas terhadap golongan yang lain serta menolak perdamaian
maka perangilah golongan yang berbuat aniaya itu sehingga golongan itu
kembali kepada perintah Allah. Jika golongan itu telah kembali kepada
perintah Allah, maka damaikanlah antara keduanya dengan adil, yaitu dengan
memberikan sanksi kepada orang yang berbuat aniaya sebagai balasan atas
tindakannya yang melanggar batas dan berlaku adillah. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang berlaku adil, yaitu memuji tindakan mereka
memberikan balasan yang baik.13

Selanjutnya Allah berfirman dala Alquran surat Al-Hujarat ayat 10:

ْ ُ‫ُوا بَ ۡينَ َأ َخ َو ۡي ُكمۡۚ َوٱتَّق‬


١٠ َ‫وا ٱهَّلل َ لَ َعلَّ ُكمۡ تُ ۡر َح ُمون‬ ۡ ‫ة فََأ‬ٞ ‫ِإنَّ َما ۡٱل ُم ۡؤ ِمنُونَ ِإ ۡخ َو‬
ْ ‫صلِح‬
12
Saifuddij, Saifuddij, Al-Qur’anul Karim, Hal. 1030.
13
Wahbah Zuhaili, 2007, Tafsir Wajiz, Depok: Gema Insani Pers, hal. 517.

18
Artinya: “orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu
damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah
terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.”

Hadist yang berkaitan dengan surat Al-Hujarat ayat 10 ini adalah hadist
Shahih: Ibnu Abbas r.a berkata Rasulullah saw bersabda: Seandainya aku
mengambil kekasih dari umat ini niscaya aku ambil Abu Bakar, tetapi
persaudaraan Islam itu lebih utama atau lebih baik, maka beliau mengucapkan
yang demikian ini karena beliau menempatkan atau menetapkan Abu Bakar
sebagai ayah (mertua). Tutuplah dariku setiap pintu di mesjid ini, kecuali pintu
Abu Bakar.” (HR.Bukhari,259).14

Tafsir Al-Kasy’af Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah menjelaskan bahwa “Ayat


ini merupakan kelanjutan sekaligus penegasan perintah dalam ayat sebelumnya
untuk meng-ishlâh-kan kaum Mukmin yang bersengketa. Itu adalah solusi jika
terjadi persengketaan. Namun, Islam juga memberikan langkah-langkah untuk
mencegah timbulnya persengketaan. Misal, dalam dua ayat berikutnya, Allah
Swt. melarang beberapa sikap yang dapat memicu pertikaian, seperti saling
mengolokolok dan mencela orang lain, panggil-memanggil dengan gelar-gelar
yang buruk (QS. Al-Hujurat: 11); banyak berprasangka, mencari-cari kesalahan
orang lain, dan menggunjing saudaranya (QS. Al-Hujurat: 12)

Konflik dalam terminologi Al-Qur’an sepadan dengan kata “ikhtilaf”


yang berarti berselisih atau berlainan. Konflik yang berarti perselisihan
tertuang dalam ayat Al-Qur’an, diantaranya dalam Surat Ali Imran Ayat 105:
ٓ ُ ۚ َ‫د َما َجٓا َءهُ ُم ۡٱلبَيِّ ٰن‬²ِ ‫وا ِم ۢن بَ ۡع‬
َ ‫ت َوُأوْ ٰلَِئ‬
١٠٥ ‫يم‬ٞ ‫ك لَهُمۡ َع َذابٌ َع ِظ‬ ۡ ‫وا َو‬
ْ ُ‫ٱختَلَف‬ ْ ُ‫وا َكٱلَّ ِذينَ تَفَ َّرق‬
ْ ُ‫َواَل تَ ُكون‬

Artinya : Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai


dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. mereka
Itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat (QS. Ali Imran: 105).

14
Saifuddij, Saifuddij, Al-Qur’anul Karim, hal 1030.

19
Pimpinan organisasi yang mengelola konflik pada kedua pihak yang
bertentangan dengan melakukan negosiasi haruslah memiliki sifat sabar.
Penyelesaian konflik dilakukan dengan cara musyawarah mufakat, melakukan
kompromi atau perundingan yang hasilnya dapat memuaskan kedua pihak.
Ketika seorang pimpinan berhasil melakukan negosiasi, dia akan mendapatkan
pahala yang besar dari Allah SWT, hal ini tertuang dalam Surat Ali Imran ayat
159:

   ۡ‫فَبِ َما َر ۡح َم ٖة ِّمنَ ٱهَّلل ِ لِنتَ لَ ُهمۡۖ َولَ ۡو ُكنتَ فَظًّا َغلِيظَ ۡٱلقَ ۡل ِب ٱَلنفَ ُّضو ْا ِم ۡن َح ۡولِ ۖكَ فَ ۡٱعفُ ع َۡن ُهمۡ َو ۡٱست َۡغفِ ۡر لَ ُهم‬
١٥٩ َ‫َوشَا ِو ۡرهُمۡ فِي ٱَأۡلمۡ ۖ ِر فَِإ َذا َع َزمۡ تَ فَتَ َو َّكلۡ َعلَى ٱهَّلل ۚ ِ ِإنَّ ٱهَّلل َ يُ ِح ُّب ۡٱل ُمت ََو ِّكلِين‬

Artinya : Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut
terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah
mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka,
mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka
dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka
bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang bertawakkal kepada-Nya.

Dari uraian yang telah disampaikan di atas, dapat memberikan pemahaman


kepada kita, bahwa negosiasi merupakan salah satu cara efektif dalam
menyelesaikan konflik di dalam organisasi. Dalam pandangan Islam yang tertuang
dalam ayat-ayat AlQur’an memberikan kita pedoman untuk bisa menyelesaikan
konflik dengan melakukan kompromi/ perundingan/ negosiasi. Dengan negosiasi
pertentangan kedua pihak dapat diselesaikan dengan baik, dan kedua pihak tidak
ada yang dirugikan dengan kesepakatan dari keduanya. Bahkan dari hasil
negosiasi tersebut dapat dirumuskan strategi manajemen konflik yang lebih baik,
sebagai panduan bila nantinya terjadi konflik yang berakar pada masalah yang
sama.

Bank Syariah Mandiri (BSM) Cabang Tuanku Tambusai Pekanbaru


merupakan Kantor Cabang Pembantu (Dalam Negeri) Syariah BSM Pekanbaru
yang menjalankan peran dan fungsinya di bidang perbankan syariah. Beralamat di

20
Jl. Tuanku Tambusai No 320 E-F, Labuh Baru Timur, Kota Pekanbaru kode pos
2800(Putri, Wardi, & Farwitawati, 2016). Berbagai perubahan dan perkembangan
kegiatan BSM Pekanbaru Tuanku Tambusai mampu bertahan dari berbagai
guncangan dan persaingan bisnis perbankan(Sulistywati, Ati, & Santoso, 2020).
Namun demikian sesuai dengan studi pendahuluan dan data awal yang peneliti
peroleh, masih ada terjadi konflik diantara pegawai misalnya kekurangharmonisan
hubungan akibat dari persaingan dalam menduduki jabatan. Kemudian gejala lain
adanya penegakan disiplin yang kurang seimbang sehingga menyebabkan
kecemburuan sosial diantara pegawai.

Apa yang telah dilakukan oleh manajemen BSM Tuanku Tambusai


Pekanbaru selaku institusi pelopor perbankan syariah diKota Pekanbaru telah
berusaha mengaktualisasikan prinsip-prinsi ajaran Islam dalam mencegah dan
mengatasi konflik. Konfli. Cara mengatasi konflik yang dijarakan Islam melalui
negosiasi telah dijalankan BSM Tuanku Tambusai Pekanbaru dengan sussunan
yang sistemik dan bertahap.

Pimpinan BSM Tuanku Tambusai Pekanbaru telah mengelola konflik sesuai


prosedur, dan pimpinan tentu telah mengaplikasikan sifat sabar. Penyelesaian
konflik dilakukan dengan cara musyawarah mufakat, melakukan kompromi atau
perundingan yang hasilnya dapat memuaskan kedua pihak. Segaia pimpinan di
lembaga yang berlebelkan syariah seperti BSM Tuanku Tambusai Pekanbaru,
pimpinan selaluberharap apa yang mereka upaykan mendatangkan manfaat bagi
semua pihak, dan hanya ridha dan pahala yang besar dari Allah SWT. saya
sebagai tujuan akhir

6. Penelitian Manajemen Konflik dalam Organisasi Sekolah di SMA Negeri


8 Kota Pontianak

21
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Lingkungan organisasi adalah semua elemen di dalam maupun di


luar organisasi yang dapat mempengaruhi sebagian atau keseluruhan suatu
organisasi. Terdapat dua jenis klasifikasi lingkungan yakni lingkungan
internal dan lingkungan eksternal.

Lingkungan internal yang berpengaruh langsung dalam organisasi


meliputi karyawan/pegawai organisasi dalam, serta pimpinan manajer.
Lingkungan eksternal dibagi dua yaitu yang berpengaruh langsung dan
tidak langsung.

Lingkungan eksternal langsung adalah unsur-unsur yang


berpengaruh langsung terhadap organisasi, yang terdiri dari pesaing
(competitors), penyedia (suppliers) , langganan (customers), lembaga
keuangan (financial institutions), pasar tenaga kerja (labour supply) , dan
perwakilan-perwakilan pemerintah. Sedangkan lingkungan eksternal tidak
langsung meliputi berbagai faktor, antara lain kondisi ekonomi, politik
dan hukum, sosial budaya, demografi, teknologi, dan kondisi global
yang mungkin mempengaruhi organisasi.

Lingkungan internal perusahaan merupakan kekuatan-kekuatan


yang ada dalam organisasi itu sendiri dan memiliki sifat yang dapat
dikontrol oleh manajemen. Lingkungan internal meliputi;
pekerja/karyawan, dewan komisaris, dan pemegang saham.

B. Saran

Dengan adanya pembahasan tentang perubahan lingkungan


organisasi ini, diharapkan dapat memberikan kemudahan dan pemahaman
kepada khalayak umum mengenai perubahan lingkungan organisasi.

22
DAFTAR PUSTAKA

Amien. 2008. Pengantar Manajemen: Lingkungan Organisasi, Budaya


Organisasi Etika, dan Tanggung Jawab Sosial. Modul IV. Jakarta:
Universitas Mercu Buana

Andi Youna, Bachtiar. 2014. Modul Perkuliahan Dasar-Dasar Manajemen.


Yogyakarta : Universitas Mercu Buana.

Anton. 2011. Modul Bab 5 Manajer Dan Lingkungan Organisasi, Tanggung


Jawab Sosial, Dan Etika

Asep Saefullah dan Ahmad Rusdiana. 2016. Manajemen Perubahan. Bandung:


Pustaka Setia

Astuti, Rifelly Dewi. 2011. Modul 1 Pengantar Bisnis: Bisnis dan Lingkungannya.

Claudio Usman, Daud. M., Wehelmina R. 2016. Pengaruh Lingkungan Internal


Dan Eksternal Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai (Studi Pada Pegawai
Di Kantor Otoritas Bandar Udara Wilayah VIII Manado). Jurnal Ilmu
Sosial & Pengelolaan Sumberdaya Pembangunan. Edisi XXI

Dewi, Nomastuti Junita. 2005. Analisis Pengaruh Budaya dan Lingkungan


Organisasi Terhadap Konsensus Strategi Dalam Rangka Meningkatkan
Kinerja Organisasi (Studi Kasus pada Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air
Propinsi Jawa Tengah), Tesis. Semarang: Tidak Diterbitkan Secara Umum.

Indartono, Setyabudi. 2014. Change Management. Modul Universitas Negeri


Yogyakarta.

Kurniasih, Dewi. 2011. Perubahan Status Desa Menjadi Kelurahan Di Kabupaten


Bandung. Jurnal Governance.

Marhumi. 2018. Pengaruh Faktor Internal, Eksternal Organisasi dan Pendanaan


Terhadap Mutu Perguruan Tinggi dan Implikasinya pada Peningkatan

23
Citra Perguruan Tinggi Swasta di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi dan Bisnis
(Stieb) Perdana Mandiri Purwakarta. Jurnal Bisnis.

Margaretta, Hensi. 2012. Lingkungan Manajemen, Budaya Perusahaan, Etika


Manajerial, dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.

Prayitno, Dian Hadri. Pengaruh Kompensasi dan Lingkungan Kerja, Disiplin


Kerja dan Kompensasi Terhadpa kinerja Karyawan. Jurnal Manajemen dan
Bisnis.

Rani Susanthi, Putu. 2017. Analisis lingkungan internal dan Eksternal Dalam
Mencapai Tujuan Perusahaan (Studi Kasus STIE Galileo Batam). Jurnal
Elektronik.

Robbins, Stephen P. Coulter, Mary. Fernandez, Agna. 2019. Management. India:


Pearson

Rojuaniah. 2012. Perubahan Budaya Organisasi. Jurnal Forum Ilmiah.

Rosimah, Siti & Siswanto, Joko. 2012. Kebutuhan Sistem Organisasi Yang
Adaptif Dan Rekonfiguratif Untuk Menghadapi Perubahan Lingkungan
Eksternal Pada Perusahaan Telekomunikasi. Jurnal Seminar Nasional
Manajemen Teknologi.

Wardani, Selvira & Aslami, Nur. 2022. Peran Penting Kepemimpinan dalam
Manajemen Perubahan di Suatu Organisasi. Jurnal Ilmu Komputer,
Ekonomi dan Manajemen (JIKEM).

Sulistiawan, Deni,. dkk. 2017. Pengaruh budaya organisasi dan lingkungan kerja
terhadap kinerja pegawai. Jurnal Kinerja.

Sukriah, Erry. 2009. Modul Budaya dan Lingkungan Organisasi

Wahyu Setyowati, Novita. 2015. Pengaruh Lingkungan Eksternal dan Lingkungan


Internal Terhadap Keunggulan Bersaing pada Industri Kecil dan Menengah
di Bandung. Jawa Barat. Jurnal Bisnis dan Manajemen

24
25

Anda mungkin juga menyukai