Anda di halaman 1dari 6

Makalah

TATA NIAGA EKSPOR

DISUSUN OLEH :
DEDE NOVRIANDA PUTRA

EKONOMI MANAJEMEN
SEMESTER 5 / B

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI


YAYASAN UNIVERSITAS LABUHANBATU
TAHUN AJARAN 2017/2018
TATA NIAGA EKSPOR
Menurut peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor: 01/M-DAG/PER/1/2007 tanggal 22
Januari 2007. Disebutkan bahwa barang-barang ekspor diklasifikasikan menjadi empat
kelompok, yaitu:

a. Jenis barang yang diatur tata niaga ekspornya

Jenis barang ini hanya dapat diekspor oleh eksportir terdaftar saja. Sedangkan eksportir
terdaftar adalah perusahaan atau perorangan yang telah mendapatkan pengakuan dari
Kementerian Perdagangan untuk mengekspor barang tertentu sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan.

Suatu barang yang diatur ekspornya karena pertimbangan :

1. Meningkatkan devisa dan daya saing


2. Terikat dengan perjanjian internasional
3. Kelestarian alam
4. Tersedianya bahan baku

Barang Diatur ekspornya ini meliputi :

Produk Perkebunan : kopi digongsang / tidak digongsang, olahan


Produk Kehutanan : produk dari rotan ataupun kayu
Produk Industri : asetat anhidrida, asam fenilasetat, efedrin, aseton, butanol
Produk Pertambangan : intan, timah, emas

b. Jenis barang yang diawasi ekspornya

Barang yang ekspornya hanya dapat dilakukan oleh eksportir yang telah mendapatkan
persetujuan ekspor dari Kementerian Perdagangan atau Pejabat yang ditunjuk.

Barang yang diawasi ekspornya adalah barang yang ekspornya hanya dilakukan oleh
eksportir yang telah mendapat persetujuan ekspor dari Menteri Perdagangan atau pejabat
yang ditunjuk (eksportir khusus).
Suatu barang diawasi ekspornya karena pertimbangan untuk menjaga keseimbangan pasokan
di dalam negeri agar tidak mengganggu konsumsi dalam negeri.

Barang Diawasi ekspornya ini meliputi:

Produk Peternakan : bibit sapi, sapi bukan bibit, kerbau, kulit Buaya, wet blue,
binatang liar dan tumbuhan (appendix II cites)
Produk Perikanan : ikan napoleon, wirasse, benih ikan bandeng
Produk Perkebunan : inti kelapa sawit (palm kernel)
Produk Pertambangan : gas, kokas/minyak petroleum, bijih logam Mulia, perak,
emas,
Produk industri : sisa dan scrap dari besi, baja steinless, tembaga, kuningan,
aluminium, pupuk urea

c. Jenis barang yang dilarang ekspornya

Suatu barang yang dilarang ekspornya karena pertimbangan :

1. Menjaga kelestarian alam


2. Tidak memenuhi standar mutu
3. Menjamin kebutuhan bahan baku bagi industri kecil atau pengrajin
4. Peningkatan nilai tambah
5. Merupakan barang bernilai sejarah dan budaya

Barang Dilarang ekspornya ini meliputi:

Produk Pertanian: anak ikan dan ikan arwana, benih ikan sidat, ikan hias botia, udang
galah ukuran 8 cm dan udang panaedae
Produk Kehutanan: kayu bulat, bahan baku serpih, bantalan kereta api atau trem
dari kayu dan kayu gergajian
Produk Kelautan: pasir laut
Produk Pertambangan: bijih timah dan konsentratnya, abu dan residu yang
mengandung arsenik, logam atau senyawanya dan lainnya, terutama yang
mengandung timah dan batu mulia
d. Jenis barang yang bebas

Semua jenis barang yang tidak tercantum dalam peraturan di atas dikategorikan sebagai
barang bebas ekspor, namun tentunya eksportir harus memenuhi persyaratan sebagai
eksportir terlebih dahulu

MASALAH-MASALAH YANG DIHADAPI

Masalah-masalah yang lazim dihadapi para pelaku ekspor impor dapat dikategorikan sebagai
berikut :

Masalah Pemasaran

Masalah pemasaran menjadi masalah klasik yang dihadapi oleh produsen diindonesia.kemana
brang yang ditawarkan,jenis barang apa yang sedang digandrungi pasar,bagaimana
berkomunikasi dengan pasar,kapan sebaiknya barang ditawarkan,merupakan masalah yang
sulit terjawab apalagi bagi ekportir pemula.pengalaman dan ketekunan untuk mempelajari
hal-hal tersebut merupakan sala satu jalan keluar untuk mengatasi kendala
tersebut.bimbingan dan penyeluhan dari pemerintah melalui instansi terkait dapat pula
dipertimbangkan sebagai alternatif.

Masalah Persiapan barang dan Pengemasan

Masalah penyiapan barang dan system kemasan merupakan masalah lain yang juga menjadi
kendala yang di hadapai produsen eksportir.pemenuhan syarat ini harus di dasarkan pada
manajemen yang sangat baik dalam bidang pemilihan bahan baku, pembelian, penyimpanan,
pengolahan dan pengemasan yang memenuhi standar yang berlaku secara internasional.
kesalahan sekecil apapun dalam peroses produksi dan pengemasan dapat menjadi alasan
penolakan klaim pembayaran transaksi dan pembayaran klaim asuransi.

Masalah efesiensi dan mutu produksi

Manajemen yang baik juga diharapkan dapat meningkatkan efesiensi di segala


bidang,sehinga dengan demikian diharapkan tercapai suatu skala produksi yang optimal dan
biaya produksi dapat ditekan serendah munkin guma meninkatkan daya saing.akan tetapi
disini lain standar mutu justru harus ditingkatkan sesuai dengan standar yang dipasar
internasional.tidak ada toleransi mengenai hal ini.

Masalah sumber daya manusia

Segala permasalahan yang timbul tidak terlepas dari masalah sumber daya manusia yang
rendah dan tidak berkualitas.tingkatan pendidikan yang rendah,pengetahuan mengenai
produksi dan desain,riset pasar dan pemasaran yang amat minim dan perdagangan
internasional merupakan kendala utama.

Masalah pembiayaan ( Finacial Problem )

Masalah klasik lainya adalah masalah pembiayaan yang kerap dihadapi produsen
eksportir.hal ini meliputi ketidak tahuan bagaimana memperoleh sumber dana yang
tersedia,tata cara dan produser perolehan serta bagaimana cara memanfaatkannya.
keterbatasan sumber informasi akan hal ini disebabkan oleh minimnya wawasan merupakan
alasan utama dari masalah ini.

Pembiayaan yang ditawarkan oleh Bank atau lembaga keuangan,dapat dibagi menjadi 2 (dua)
kategori,yakni : Kredit Ekspor dan Kredit Impor.

Pada Kredit Ekspor,dilihat dari tempo pencairanya dapat dibagi 2 (dua) yakni :

1. Pre Shipment Financing,yakni

Kredit pra Pengapalan yang berarti pembiyaan sebelum pengapalan,maka kredit yang
ditawarkan oleh bank atau lembaga keungan pada jenis ini dimadsudkan untuk dapat
digunakan sebagai pembiayaan investasi dan penambahan modal kerja untuk memproduksi
barang dalam rangka ekspor.

2. Post Shipment Financing

Pada pembiayaan modal ini,bank atau lembaga keungan menawarkan pembiayaan pasca
pengapalan dengan cara membeli dengan discount (diskonto) wesel-wesel atau tagihan dari
penjualan yang belum jatuh tempo sesuai jangka waktu temponya.dengan
demikian,pengusaha atau eksportir dapat terus melanjutkan proses produksinya dengan
mendapatkan uang kas meskipun dengan konsekuensi dikenakan discount tadi. Bank-bank
komersial pada dasarnya tidak menggunakan uang kasnya untuk membiayai jenis kredit
ini,karena wesel-wesel yang belum jatuh tempo tadi dapat dijual lagi kepada bank lain atau
bank Indonesia dengan discount pula ( rediscounting ).hal ini merupakan dukungan
pemerintah kepada pelaku ekspor untuk menjaga Cash fow keuangan mereka.

Pada kredit Impor,Bank atau lembaga keuangan menawarkan beberapa jenis pembiayaan
seperti :

Trust Receipt adalah pinjaman jangka pendek lainya yang berjangka maksimum 30
hari.Fasilitas ini diberikan untuk situasi mendesak dengan sejumlah syarat yang
diterapkan oleh bank atau lembaga pembiayaan.
Letter of Credit (L/C) yakni penerbitan surat jaminan pembayaran kepada eksportir
diluar negeri.
Overdraft atau Cerukan atau penarikan dana diatas saldo yang tersedia.pada dasarnya
overdraft dapat dikatakan sebagai pinjaman jangka maksimun 7 (tuhjuh) hari,
bunganya dihitung secara harian.
Short Term Loans adalah pinjaman jangka pendek yang berjangka 1 (satu) tahun
dengan mengikuti prosedur penyaluran kredit sebagaimana lazimnya.

Jadi pada dasarnya,baik bank maupun lembaga keuangan memiliki produk pembiayaan
berkaitan dengan kegiatan ekspor dan impor.masalahnya adalah,apakah para pengusaha baik
produsen atau eksportir memahi seluruh ketentuan yang berkaitan dengan fasilitas
pembiayaan yang ditawarkan oleh bank atau lembaga keuangan lainya.

Anda mungkin juga menyukai