Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH ETIKA BISNIS

KONSEP DASAR DAN PENERAPAN ETIKA BISNIS

Laporan dibuat guna memenuhi syarat tugas mata kuliah Etika Bisnis serta nilai
guna yang dapat dipelajari dari materi yang dibahas

Dosen Pengampu :

Dr. Dumiyati, M.Pd.

Disusun oleh :

Aim Matutoifah (1103160013)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI RONGGOLAWE TUBAN
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas karunia yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Etika Bisnis”, makalah ini
saya buat untuk memenuhi tugas matakuliah Kewirausahaan.

Kami ucapkan terimakasih kepada pihak yang telah membantu kami dalam
menyelesaikan makalah ini, sehingga kami dapat menyelesaikannya tepat pada
waktunya. Ucapan terimakasih ini kami berikan kepada :

1. Dr. Dumiyati, M.Pd. selaku dosen pengampu,


2. Teman – teman yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini,
3. Para penulis buku dan pemilik situs web yang telah berbagi ilmu dan
wawasannya.
Saya selaku penyusun makalah ini sepenuhnya menyadari bahwa makalah
ini belum sempurna, sehingga saya berharap uluran tangan dari para pembaca
untuk memberi kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah
ini sesuai dengan harapan anda.

Akhir kata saya ucapkan terimakasih. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
saya selaku penyusun maupun para pembaca sekalian.

Tuban, 27 Maret 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................ 1

1.1 LATAR BELAKANG .............................................................................. 1

1.2 RUMUSAN MASALAH ......................................................................... 2

1.3 TUJUAN .................................................................................................. 2

1.4 MANFAAT .............................................................................................. 3

BAB 2 PEMBAHASAN ................................................................................... 4

2.1 DEFINISI ETIKA BISNIS ....................................................................... 4

2.2 SASARAN DAN RUANG LINGKUP ETIKA BISNIS ......................... 5

2.3 INDIKATOR ETIKA BISNIS ................................................................. 6

2.4 PRINSIP ETIKA BISNIS......................................................................... 8

2.5 HAL ̶ HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM


MENCIPTAKAAN ETIKA BISNIS ...................................................... 10

2.6 PENERAPAN ETIKA BISNIS .............................................................. 11

BAB 3 PENUTUPAN..................................................................................... 16

3.1 SIMPULAN ............................................................................................ 16

3.2 SARAN .................................................................................................. 16

Daftar Pustaka ....................................................................................................... 18

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Di era menuju G20 dan salah satu cara untuk menghadapi MEA
(Masyarakat Ekonomi ASEAN) adalah dengan melakukan bisnis. Maka
sekarang ini bisnis sangat berkembang pesat di era ini, banyak orang
melakukan bisnis didalam berbagai bidang. Bisnis tidak hanya digeluti oleh
para professional saat ini banyak pebisnis muda yang ikut bersaing didalam
dunia bisnis.

Dengan adanya para pebisnis baru di era ini, maka suatu hal penting
bagi para pebisnis untuk mengetahui tentang Etika Bisnis. Tidak hanya
mengetahui dan memahami tapi juga diperlukan adanya suatu Penerapan
pada bisnisnya. Dengan begitu, para pebisnis tidak hanya berpacu pada profit
oriented tapi juga memeperhatikan Etika dalam berbisnis, sehingga bisnis
yang dijalankan dapat berjalan dengan baik.

Akan tetapi, tidak semudah itu didalam Penerapan Etika Bisnis di


Indonesia karena ada sebuah paradigma klasik yang menyatakan bahwa ilmu
ekonomi adalah bebas nilai (value free) yang maksudnya Etika bisnis
hanyalah mempersempit ruang gerak keuntungan ekonomis. Padahal, prinsip
ekonomi, menurut mereka adalah mencari keuntungan yang sebesar-besarnya.

Pada tahun 1990-an Paul Ormerof, seorang ekonom kritis Inggris


menerbitkan bukunya yang amat menghebohkan “The Death of Economics",
Ilmu Ekonomi sudah menemui ajalnya. (Ormerof,1994). Tidak sedikit pula
pakar ekonomi telah menyadari makin tipisnya kesadaran moral dalam
kehidupan ekonomi dan bisnis modern.

1
Amitas Etzioni menghasilkan karya; The Moral dimension: Toward a
New Economics(1988). Berbagai buku etika bisnis dan dimensi moral dalam
ilmu ekonomi semakin banyak bermunculnan.

Contoh kecil kesadaran itu terlihat pada sikap para pakar ekonomi
kapitalis Barat yang telah merasakan implikasi keburukan strategi spekulasi
yang amat riskan mengusulkan untuk membuat kebijakan dalam memerangi
spekulasi.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang tersebut maka dapat ditarik sebuah rumusan


masalah sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan etika bisnis ?

2. Bagaimana sasaran dan ruang lingkup etika bisnis ?

3. Apa saja indikator etika bisnis ?

4. Apa saja prinsip dalam etika bisnis ?

5. Apa saja hal-hal yang harus diketahui dalam menciptakan etika bisnis ?

6. Bagaimana penerapan etika bisnis ?

1.3 TUJUAN

Adapun tujuan penulisan untuk memenuhi tugas softskill mata kuliah


Etika Bisnis dalam membuat makalah tentang Konsep Dasar Etika dan
Penerapan Etika Bisnis. Maksud dari penulisan ini adalah :

1. Untuk mengetahui etika dalam berbisnis dan dapat menerapkan didalam


dunia bisnis yang sesungguhnya;

2
2. Dapat mengetahui bagaimana etika bisnis yang baik agar mampu
menghadapi pesaing dan permintaan konsumen;
3. Dapat memberikan informasi bagi penulis sendiri dan pembaca atas hasil
penulisan ini.

1.4 MANFAAT

Adapun manfaat penulisan makalah ini yang kami harapkan :

1. Memahami etika dalam berbisnis dan dapat menerapkan didalam


dunia bisnis yang sesungguhnya;
2. Memahami bagaimana etika bisnis yang baik agar mampu
menghadapi pesaing dan permintaan konsumen;
3. Mampu mengimplementasikan informasi yang disampaikan dalam
makalah ini dengan baik dan benar;
4. Mampu memberikan wawasan dan pandangan keilmuan mengenai etika
bisnis bagi para pembaca.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI ETIKA BISNIS


Etika bisnis adalah cara-cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang
mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan,
industri dan juga masyarakat. Kesemuanya ini mencakup bagaimana kita
menjalankan bisnis secara adil, sesuai dengan hukum yang berlaku, dan tidak
tergantung pada kedudukan individu ataupun perusahaan di masyarakat.

Etika bisnis lebih luas dari ketentuan yang diatur oleh hukum, bahkan
merupakan standar yang lebih tinggi dibandingkan standar minimal ketentuan
hukum, karena dalam kegiatan bisnis seringkali kita temukan wilayah abu-abu
yang tidak diatur oleh ketentuan hukum.

Etika bisnis merupakan cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang


mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan dan juga
masyarakat. Etika Bisnis dalam suatu perusahaan dapat membentuk nilai,
norma dan perilaku karyawan serta pimpinan dalam membangun hubungan
yang adil dan sehat dengan pelanggan/mitra kerja, pemegang saham,
masyarakat.

Perusahaan meyakini prinsip bisnis yang baik adalah bisnis yang


beretika, yakni bisnis dengan kinerja unggul dan berkesinambungan yang
dijalankan dengan mentaati kaidah-kaidah etika sejalan dengan hukum dan
peraturan yang berlaku. Etika Bisnis dapat menjadi standar dan pedoman bagi
seluruh karyawan termasuk manajemen dan menjadikannya sebagai pedoman
untuk melaksanakan pekerjaan sehari-hari dengan dilandasi moral yang luhur,
jujur, transparan dan sikap yang profesional.

Etika Bisnis dapat menjadi standar dan pedoman bagi seluruh karyawan
termasuk manajemen dan menjadikannya sebagai pedoman untuk

4
melaksanakan pekerjaan sehari-hari dengan dilandasi moral yang luhur, jujur,
transparan dan sikap yang profesional.

2.2 SASARAN DAN RUANG LINGKUP ETIKA BISNIS


Setelah melihat penting dan relevansinya etika bisnis ada baiknya kita
tinjau lebih lanjut apa saja sasaran dan lingkup etika bisnis itu. Ada tiga
sasaran dan lingkup pokoketika bisnis yaitu:

1. Etika bisnis sebagai etika profesi membahas berbagai prinsip, kondisi dan
masalah yang terkait dengan praktek bisnis yang baik dan etis. Dengan
kata lain, etika bisnis yang pertama bertujuan untuk mengimbau para
pelaku bisnis untuk menjalankan bisnisnya secara baik dan etis. Karena
lingkup bisnis yang pertama ini lebih sering ditujunjukkan kepada para
manajer dan pelaku bisnis dan lebih sering berbicara mengenai bagaimana
perilaku bisnis yang baik dan etis itu.

2. Etika bisnis bisa menjadi sangat subversife. Subversife karean ia


mengunggah, mendorong dan membangkitkan kesadaran masyarakat
untuk tidak dibodoh – bodohi, dirugikan dan diperlakukan secara tidak adil
dan tidak etis oleh praktrek bisnis pihak mana pun. Untuk menyadarkan
masyarakat khususnya konsumen, buruh atau karyawan dan masyarakat
luas akan hak dan kepentingan mereka yang tidak boleh dilanggar oleh
praktek bisnis siapapun juga.

3. Etika bisnis juga berbicara mengenai system ekonomi yang sangat


menentukan etis tidaknya suatu praktek bisnis. Dalam hal ini etika bisnis
lebih bersifat makro, yang karena itu barangkali lebih tepat disebut sebagai
etika ekonomi.

Ketiga lingkup dan sasaran etika bisnis ini berkaitan erat satu dengan
yang lainnya dan bersama – sama menentukan baik tidaknya, etis tidaknya
praktek bisnis tersebut.

5
2.3 INDIKATOR ETIKA BISNIS
Kehidupan bisnis modern menurut banyak pengamat cenderung
mementingkan keberhasilan material. Menempatkan material pada urutan
prioritas utama, dapat mendorong para pelaku bisnis dan masyarakat umum
melirik dan menggunakan paradigma dangkal tentang makna dunia bisnis itu
sendiri. Sesungguhnya dunia binis tidak sesadis yang dibayangkan orang dan
material bukanlah harga mati yang harus diupayakan dengan cara apa yang
dan bagaimanapun. Dengan paradigma sempit dapat berkonotasi bahwa bisnis
hanya dipandang sebagai sarana meraih pendapatan dan keuntungan uang
semata, dengan mengabaikan kepentingan lainnya. Organisasi bisnis dan
perusahaan dipandang hanya sekedar mesin dan sarana untuk memaksimalkan
keuntungannya dan dengan demikian bisnis semata-mata berperan sebagai
jalan untuk menumpuk kekayaan dan bisnis telah menjadi jati diri lebih dari
mesin pengganda modal atau kapitalis.

Dari sudut pandang etika, keuntungan bukanlah hal yang baru, bahkan
secara moral keuntungan merupakan hal yang baik dan diterima. Alasannya
adalah sebagai berikut:

1. Secara moral keuntungan memungkinkan organisasi/perusahaan untuk


bertahan dalam kegiatan bisnisnya.

2. Tanpa memperoleh keuntungan tidak ada pemilik modal yang bersedia


menanamkan modalnya, dan karena itu berarti tidak akan terjadi aktivitas
yang produktif dalam memacu pertumbuhan ekonomi.

3. Keuntungan tidak hanya memungkinkan perusahaan bertahan melainkan


dapat menghidupi karyawannya ke arah tingkat hidup yang lebih baik.
Keuntungan dapat dipergunakan sebagai pengembangan perusahaan
sehingga hal ini akan membuka lapangan kerja baru.

Implementasi etika dalam penyelenggaraan bisnis mengikat setiap


personal menurut bidang tugas yang diembannya. Dengak kata lain mengikat

6
manajer, pimpinan unit kerja dan kelembagaan perusahaan. Semua anggota
organisasi/perusahaan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi harus
menjabarkan dan melaksanakan etika bisnis secara konsekuen dan penuh
tanggung jawab. Dalam pandangan sempit perusahaan dianggap sudah
dianggap melaksanakan etika bisnis bilamana perusahaan yang bersangkutan
telah melaksanakan tanggung jawab sosialnya. Dari berbagai pandangan etika
bisnis, beberapa indikator yang dapat dipakai untuk menyatakan bahwa
seseorang atau perusahaan telah mengimplementasikan etika bisnis antara lain
adalah:

1. Indikator Etika Bisnis menurut ekonomi adalah apabila perusahaan atau


pebisnis telah melakukan pengelolaan sumber daya bisnis dan sumber
daya alam secara efisien tanpa merugikan masyarakat lain.

2. Indikator Etika Bisnis menurut peraturan khusus yang berlaku.


Berdasarkan indikator ini seseorang pelaku bisnis dikatakan beretika
dalam bisnisnya apabila masing-masing pelaku bisnis mematuhi aturan-
aturan khusus yang telah disepakati sebelumnya.

3. Indikator Etika Bisnis menurut hukum. Berdasarkan indikator hukum


seseorang atau suatu perusahaan dikatakan telah melaksanakan etika bisnis
apabila seseorang pelaku bisnis atau suatu perusahaan telah mematuhi
segala norma hukum yang berlaku dalam menjalankan kegiatan bisnisnya.

4. Indikator Etika Bisnis berdasarkan ajaran agama. Pelaku bisnis dianggap


beretika bilamana dalam pelaksanaan bisnisnya senantiasa merujuk kepada
nilai-nilai ajaran agama yang dianutnya.

5. Indikator Etika Bisnis berdasarkan nilai budaya. Setiap pelaku bisnis baik
secara individu maupun kelembagaan telah menyelenggarakan bisnisnya
dengan mengakomodasi nilai-nilai budaya dan adat istiadat yang ada
disekitar operasi suatu perusahaan, daerah dan suatu bangsa.

6. Indikator Etika Bisnis menurut masing-masing individu adalah apabila


masing-masing pelaku bisnis bertindak jujur dan tidak mengorbankan
integritas pribadinya.

7
2.4 PRINSIP ETIKA BISNIS
Pada dasarnya, setiap pelaksanaan bisnis seyogyanya harus
menyelaraskan proses bisnis tersebut dengan etika bisnis yang telah disepakati
secara umum dalam lingkungan tersebut. Sebenarnya terdapat beberapa
prinsip etika bisnis yang dapat dijadikan pedoman bagi setiap bentuk usaha.

Sonny Keraf (1998) menjelaskan bahwa prinsip etika bisnis adalah


sebagai berikut :

1. Prinsip Otonomi yaitu sikap dan kemampuan manusia untuk mengambil


keputusan dan bertindak berdasarkan kesadarannya tentang apa yang
dianggapnya baik untuk dilakukan.
2. Prinsip Kejujuran terdapat tiga lingkup kegiatan bisnis yang bisa
ditunjukkan secara jelas bahwa bisnis tidak akan bisa bertahan lama dan
berhasil kalau tidak didasarkan atas kejujuran. Pertama, jujur dalam
pemenuhan syarat-syarat perjanjian dan kontrak. Kedua, kejujuran dalam
penawaran barang atau jasa dengan mutu dan harga yang sebanding.
Ketiga, jujur dalam hubungan kerja intern dalam suatu perusahaan.
3. Prinsip Keadilan menuntut agar setiap orang diperlakukan secara sama
sesuai dengan aturan yang adil dan sesuai criteria yang rasional obyektif,
serta dapat dipertanggung jawabkan.
4. Prinsip Saling Menguntungkan (Mutual Benefit Principle) ; menuntut
agar bisnis dijalankan sedemikian rupa sehingga menguntungkan semua
pihak.
5. Prinsip Integritas Moral ; terutama dihayati sebagai tuntutan internal
dalam diri pelaku bisnis atau perusahaan, agar perlu menjalankan bisnis
dengan tetap menjaga nama baik pimpinan atau orang-orangnya maupun
perusahaannya.

8
Selain itu juga ada beberapa nilai – nilai etika bisnis yang dinilai oleh
Adiwarman Karim, Presiden Direktur Karim Business Consulting, seharusnya
jangan dilanggar, yaitu :

• Kejujuran: Banyak orang beranggapan bisnis merupakan kegiatan tipu-


menipu demi mendapat keuntungan. Ini jelas keliru. Sesungguhnya
kejujuran merupakan salah satu kunci keberhasilan berbisnis. Bahkan,
termasuk unsur penting untuk bertahan di tengah persaingan bisnis.

• Keadilan: Perlakukan setiap orang sesuai haknya. Misalnya, berikan upah


kepada karyawan sesuai standar serta jangan pelit memberi bonus saat
perusahaan mendapatkan keuntungan lebih. Terapkan juga keadilan saat
menentukan harga, misalnya dengan tidak mengambil untung yang
merugikan konsumen.

• Rendah Hati: Jangan lakukan bisnis dengan kesombongan. Misalnya,


dalam mempromosikan produk dengan cara berlebihan, apalagi sampai
menjatuhkan produk bersaing, entah melalui gambar maupun tulisan. Pada
akhirnya, konsumen memiliki kemampuan untuk melakukan penilaian atas
kredibilitas sebuah poduk/jasa. Apalagi, tidak sedikit masyarakat yang
percaya bahwa sesuatu yang terlihat atau terdengar terlalu sempurna, pada
kenyataannya justru sering kali terbukti buruk.

• Simpatik: Kelola emosi. Tampilkan wajah ramah dan simpatik. Bukan


hanya di depan klien atau konsumen anda, tetapi juga di hadapan orang-
orang yang mendukung bisnis anda, seperti karyawan, sekretaris dan lain-
lain.

• Kecerdasan: Diperlukan kecerdasan atau kepandaian untuk menjalankan


strategi bisnis sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku, sehingga
menghasilkan keuntungan yang memadai. Dengan kecerdasan pula
seorang pebisnis mampu mewaspadai dan menghindari berbagai macam
bentuk kejahatan non-etis yang mungkin dilancarkan oleh lawan-lawan
bisnisnya.

9
2.5 HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM
MENCIPTAKAAN ETIKA BISNIS

a. Menuangkan ke dalam Hukum Positif

Perlunya sebagian etika bisnis dituangkan dalam suatu hukum positif


yang menjadi Peraturan Perundang-Undangan dimaksudkan untuk menjamin
kepastian hukum dari etika bisnis tersebut, seperti “proteksi” terhadap
pengusaha lemah.

b. Mampu Menyatakan yang Benar itu Benar

Kalau pelaku bisnis itu memang tidak wajar untuk menerima kredit
(sebagai contoh) karena persyaratan tidak bisa dipenuhi dan jangan memaksa
diri untuk mengadakan “kolusi” serta memberikan “komisi” kepada pihak
yang terkait.

c. Pengembangan Tanggung Jawab Sosial (Social Responsibility)

Pelaku bisnis disini dituntut untuk peduli dengan keadaan masyarakat,


bukan hanya dalam bentuk “uang” dengan jalan memberikan sumbangan,
melainkan lebih kompleks lagi.

d. Memelihara Kesepakatan

Memelihara kesepakatan atau menumbuhkembangkan Kesadaran dan


rasa Memiliki terhadap apa yang telah disepakati adalah salah satu usaha
menciptakan etika bisnis.

10
2.6 PENERAPAN ETIKA BISNIS
Utilitarianisme adalah suatu teori dari segi etika normatif yang
menyatakan bahwa suatu tindakan yang patut adalah yang memaksimalkan
penggunaan (utility), biasanya didefinisikan sebagai memaksimalkan
kebahagiaan dan mengurangi penderitaan. "Utilitarianisme" berasal dari kata
Latin utilis, yang berarti berguna, bermanfaat, berfaedah, atau
menguntungkan. Istilah ini juga sering disebut sebagai teori kebahagiaan
terbesar (the greatest happiness theory). Utilitarianisme sebagai teori
sistematis pertama kali dipaparkan oleh Jeremy Bentham dan muridnya, John
Stuart Mill. Utilitarianisme merupakan suatu paham etis yang berpendapat
bahwa yang baik adalah yang berguna, berfaedah, dan menguntungkan.
Sebaliknya, yang jahat atau buruk adalah yang tak bermanfaat, tak berfaedah,
dan merugikan. Karena itu, baik buruknya perilaku dan perbuatan ditetapkan
dari segi berguna, berfaedah, dan menguntungkan atau tidak. Dari prinsip ini,
tersusunlah teori tujuan perbuatan.

Di Indonesia tampaknya masalah penerapan etika perusahaan yang


lebih intensif masih belum dilakukan dan digerakan secara nyata. Pada
umumnya baru sampai tahap pernyataan-pernyaaatn atau sekedar “lips-
service” belaka. Karena memang enforcement dari pemerintah pun belum
tampak secara jelas.

Sesungguhnya Indonesia harus lebih awal menggerakan penerapan


etika bisnis secara intensif terutama setelah tragedi krisis ekonomi tahun 1998.
Sayangnya bangsa ini mudah lupa dan mudah pula memberikan maaf kepada
suatu kesalahan yang menyebabkan bencana nasional sehingga penyebab
krisis tidak diselesaikan secara tuntas dan tidak berdasarkan suatu pola yang
mendasar. Sesungguhnya penyebab utama krisis ini, dari sisi korporasi,
adalah tidak berfungsinya praktek etika bisnis secara benar, konsisten dan
konsekuen.

Demikian pula penyebab terjadinya kasus Pertamina tahun (1975),


Bank Duta (1990) adalah serupa praktek penerapan etika bisnis yang paling

11
sering kita jumpai pada umunya diwujudkan dalam bentuk buku saku “code of
conducts” atau kode etik dimasing-masing perusahaan. Hal ini barulah
merupakan tahap awal dari praktek etika bisnis yakni mengkodifikasi-kan
nilai-nilai yang terkandung dalam etika bisnis bersama-sama corporate-
culture atau budaya perusahaan, kedalam suatu bentuk pernyataan tertulis dari
perusahaan untuk dilakukan dan tidak dilakukan oleh manajemen dan
karyawan dalam melakukan kegiatan bisnis.

Secara sederhana yang dimaksud dengan etika bisnis adalah cara-cara


untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang
berkaitan dengan individu, perusahaan, industri dan juga masyarakat.
Kesemuanya ini mencakup bagaimana kita menjalankan bisnis secara adil
(fairness), sesuai dengan hukum yang berlaku (legal) tidak tergantung pada
kedudukani individu ataupun perusahaan di masyarakat.

Etika bisnis lebih luas dari ketentuan yang diatur oleh hukum, bahkan
merupakan standar yang lebih tinggi dibandingkan standar minimal ketentuan
hukum, karena dalam kegiatan bisnis seringkali kita temukan “grey-area”
yang tidak diatur oleh ketentuan hukum. Menurut Von der Embse dan R.A.
Wagley dalam artikelnya di Advance Managemen Jouurnal (1988) yang
berjudul Managerial Ethics Hard Decisions on Soft Criteria, membedakan
antara ethics, morality dan law sebagai berikut :

• Ethics is defined as the consensually accepted standards of behavior for an


occupation, trade and profession

• Morality is the precepts of personal behavior based on religious or


philosophical grounds

• Law refers to formal codes that permit or forbid certain behaviors and
may or may not enforce ethics or morality.

Berdasarkan pengertian tersebut, terdapat tiga pendekatan dasar dalam


merumuskan tingkah laku etika kita :

12
1. Utilitarian Approach : setiap tindakan harus didasarkan pada konsekuensi
nya. Oleh karena itu dalam bertindak seseorang seharusnya mengikuti
cara-cara yang dapat memberi manfaat sebesar-besarnya kepada
masyarakat, dengan cara yang tidak membahayakan dan dengan biaya
serendah-rendahnya.

2. Individual Rights Approach : setiap orang dalam tindakan dan kelakuan


nya memiliki hak dasar yang harus dihormati. Namun tindakan ataupun
tingkah laku tersebut harus dihindari apabila diperkirakan akan
menyebabkan terjadi benturan dengan hak orang lain.

3. Justice Approach : para pembuat keputusan mempunyai kedudukan yang


sama, dan bertindak adil dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan
baik secara perseorangan ataupun secara kelompok.

Dari pengelompokan tersebut Cavanagh (1990) memberikan cara


menjawab permasalahan etika dengan merangkum dalam 3 bentuk pertanyaan
sederhana yakni :

• Utility : Does it optimize the satisfactions of all stakeholders ?

• Rights : Does it respect the rights of the individuals involved ?

• Justice : Is it consistent with the canons oif justice ?

Mengapa etika bisnis dalam perusahaan terasa sangat penting saat ini?
Karena untuk membentuk suatu perusahaan yang kokoh dan memiliki daya
saing yang tinggi serta mempunyai kemampuan menciptakan nilai (value-
creation) yang tinggi, diperlukan suatu landasan yang kokoh. Biasanya
dimulai dari perencanaan strategis , organisasi yang baik, sistem prosedur
yang transparan didukung oleh budaya perusahaan yang andal serta etika
perusahaan yang dilaksanakan secara konsisten dan konsekuen.

Contoh kasus Enron yang selain menhancurkan dirinya telah pula


menghancurkan Kantor Akuntan Publik Arthur Andersen yang memiliki
reputasi internasional, dan telah dibangun lebih dari 80 tahun, menunjukan
bahwa penyebab utamanya adalah praktek etika perusahaan tidak

13
dilaksanakan dengan baik dan tentunya karena lemahnya kepemimpinan para
pengelolanya. Dari pengalaman berbagai kegagalan tersebut, kita harus makin
waspada dan tidak terpana oleh cahaya dan kilatan suatu perusahaan hanya
semata-mata dari penampilan saja, karena berkilat belum tentu emas.

Haruslah diyakini bahwa pada dasarnya praktek etika perusahaan akan


selalu menguntungkan perusahaan baik untuk jangka menengah maupun
jangka panjang karena :

a. Akan dapat mengurangi biaya akibat dicegahnya kemungkinan terjadinya


friksi baik intern perusahaan maupun dengan eksternal.

b. Akan dapat meningkatkan motivasi pekerja.

c. Akan melindungi prinsip kebebasan ber-niaga

d. Akan meningkatkan keunggulan bersaing.

Tindakan yang tidak etis, bagi perusahaan akan memancing tindakan


balasan dari konsumen dan masyarakat dan akan sangat kontra produktif,
misalnya melalui gerakan pemboikotan, larangan beredar, larangan beroperasi.
Hal ini akan dapat menurunkan nilai penjualan maupun nilai perusahaan.
Sedangkan perusahaan yang menjunjung tinggi nilai-nilai etika pada
umumnya perusahaan yang memiliki peringkat kepuasan bekerja yang tinggi
pula, terutama apabila perusahaan tidak mentolerir tindakan yany tidak etis
misalnya diskriminasi dalam sistem remunerasi atau jenjang karier. Karyawan
yang berkualitas adalah aset yang paling berharga bagi perusahaan oleh karena
itu semaksimal mungkin harus tetap dipertahankan.

Untuk memudahkan penerapan etika perusahaan dalam kegiatan sehari-


hari maka nilai-nilai yang terkandung dalam etika bisnis harus dituangkan
kedalam manajemen korporasi yakni dengan cara :

1. Menuangkan etika bisnis dalam suatu kode etik (code of conduct)

2. Memperkuat sistem pengawasan

14
3. Menyelenggarakan pelatihan (training) untuk karyawan secara terus
menerus.

Ketentuan tersebut seharusnya diwajibkan untuk dilaksanakan,


minimal oleh para pemegang saham, sebagaimana dilakukan oleh perusahaan
yang tercatat di NYSE ( antara lain PT. TELKOM dan PT. INDOSAT)
dimana diwajibkan untuk membuat berbagai peraturan perusahaan yang
sangat ketat sesuai dengan ketentuan dari Sarbannes Oxley yang diterbitkan
dengan maksud untuk mencegah terulangnya kasus Enron dan Worldcom.
Kesemuanya itu adalah dari segi korporasi, bagaimana penerapan untuk
individu dalam korporasi tersebut ? Anjuran dari filosuf Immanual Kant yang
dikenal dengan Golden Rule bisa sebagai jawabannya, yakni :

• Treat others as you would like them to treat you

• An action is morally wrong for a person if that person uses others, merely
as means for advancing his own interests.

15
BAB III

PENUTUP

3.1 SIMPULAN
Etika bisnis merupakan cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang
mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan dan juga
masyarakat. Etika Bisnis dalam suatu perusahaan dapat membentuk nilai,
norma dan perilaku karyawan serta pimpinan dalam membangun hubungan
yang adil dan sehat dengan pelanggan/mitra kerja, pemegang saham,
masyarakat.

Utilitarianisme merupakan suatu paham etis yang berpendapat bahwa


yang baik adalah yang berguna, berfaedah, dan menguntungkan. Sebaliknya,
yang jahat atau buruk adalah yang tak bermanfaat, tak berfaedah, dan
merugikan. Karena itu, baik buruknya perilaku dan perbuatan ditetapkan dari
segi berguna, berfaedah, dan menguntungkan atau tidak. Dari prinsip ini,
tersusunlah teori tujuan perbuatan.

Dan pada intinya etika bisnis adalah suatu hal yang penting dan harus
dapat diterapkan didalam menjalankan suatu usaha/bisnis untuk mengetahui
baik dan buruk keputusan yang diambil dan selalu mempertimbangkan apa
yang akan siterapkan dengan tidak memetingkan profit oriented tetapi juga
kebermanfaatan bersama.

3.2 SARAN

Sebagai mahasiswa yang sudah mengetahui dan memahami keilmuan


tentang etika bisnis hendaknya kelak dikemudian hari ketika merintis dan
menjalankan suatu bisnis dapat menerapkan konsep etika bisnis yang

16
sesungguhnya untuk menunjang nilai lebih dari keilmuan yang diperoleh dan
dapat mengamalkan secara langsung keilmuan yang dimiliki.

Untuk para pelaku bisnis seharusnya dapat lebih bijak dalam


menjalankan bisnisnya dengan menerapkan etika bisnis yang baik dan benar
agar tidak merugikan pihak lain hanya dikarenakan ketamakan diri yang
mengejar keuntungan tanpa memperhatikan baik buruknya keputusan yang di
ambil dalam menyikapi suatu permasalahan yang ada dalam bisnisnya.

Sebagai pemerintah Indonesia juga hendaknya mampu mengontrol


setiap pelaku bisnis agar mampu menerapkan etika bisnis dalam menjalankan
usaha agar angka ketidaketisan pelaku bisnis dapat menurun sehingga tidak
ada lagi ketidaketisan bisnis

17
Daftar Pustaka

Dimas. (2015, Oktober 9). Pengertian Etika Bisnis dan Penerapannya dalam
Perusahaan. Diambil dari Dimasaja:
https://dimasaja68.wordpress.com/2015/10/09/pengertian-etika-bisnis-dan-
penerapannya-dalam-perusahaan/

Permatasari, I. (2013, November 18). Penerapan Etika Bisnis dalam Perusahaan.


Diambil dari Intapermatasarii:
http://intanermatasarii.blogspot.co.id/2013/1/penerapan-etika-bisnis-
dalam-perusahaan.html

Pradadista, F. (2012, Oktober 09). Pengertian Etika Etika Bisnis dan Penerapan
Etika dalam Kehidupan Sehari-hari. Diambil dari Fajripradadista:
http://fajripradadista.wordpress.com/2012/10/09/pengertian-etika-etika-
bisnis-dan-penerapan-etika-dalam-kehidupan-sehari-hari/

Rahmah, L. Z. (2013, Oktober 2). Etika dalam Bisnis. Diambil dari Lailasoftskill:
http://lailasoftskill.blogspot.co.id/2013/10/2-etika-dalam-bisnis.html

Salim, M. (2013, Mei). Etika Bisnis dalam Ekonomi Islam. Diambil dari Serba
Makalah: http://serbamakalah.blogspot.co.id/2013/05/etika-bisnis-dalam-
ekonomi-islam_2527.html

18

Anda mungkin juga menyukai