Anda di halaman 1dari 18

“PENERAPAN ETIKA BISNIS DIDALAM BERBISNIS”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Etika Bisnis

DISUSUN OLEH :

PUTRA DHUANA KARO-KARO

NPM : 2225310322

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS SOSIAL SAINS

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN PANCA BUDI MEDAN

2022 - 2023
KATA PENGANTAR

Puji Syukur atas kehadirat Tuhan YME dimana telah memberikan Kesehatan, kemampuan
serta waktu kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul
“Penerapan Etika Bisnis Didalam Berbisnis”

Dalam proses pembuatan Makalah ini, penulis cukup mendapat tantangan, akan tetapi
dengan bantuan dari banyak pihak dapat teratasi segalanya. Tidak lupa juga Penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Dewi Nurmasari Pane, S.E.,
M.M., selaku dosen Mata Kuliah Etika Bisnis atas bimbingannya serta kemudahan yang telah
diberikan kepada penulis dalam pengerjaannya.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan yang ada didalam Makalah ini, maka
dari itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari setiap pembaca.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi setiap orang yang membacanya.

Medan, 16 Januari 2023

Penulis

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………. I

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………. II

BAB I ………………………………………………………………………………….

PENDAHULUAN …………………………………………………………………. 1

1.1 LATAR BELAKANG …………………………………………. 1

1.2 RUMUSAN MASALAH …………………………………………. 2

1.3 TUJUAN PENULISAN …………………………………………. 2

1.4 MANFAAT PENULISAN …………………………………………. 3

BAB II ………………………………………………………………………………… 4

PEMBAHASAN …………………………………………………………………. 4

2.1 DEFINISI ETIKA BISNIS …………………………………………. 4

2.2 SASARAN DAN RUANG LINGKUP ETIKA BISNIS …………… 5

2.3 INDIKATOR ETIKA BISNIS………………………………………… 6

2.4 HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM ETIKA BISNIS 9

2.5 PENERAPAN ETIKA BISNIS………………………………………… 10

BAB III ………………………………………………………………………………. 17

PENUTUP ………………………………………………………………………… 17

3.1 KESIMPULAN ………………………………………………… 17

3.2 SARAN……………………………………………………………….. 17

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………… 18

II
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di era milenial saat ini hal yang paling berkembang mulai dari ekonomi kecil hingga
besar adalah dengan melakukan bisnis. Banyak orang melakukan bisnis didalam berbagai
bidang. Bisnis tidak hanya digeluti oleh para professional saat ini banyak pebisnis muda yang
ikut bersaing didalam dunia bisnis.

Dengan adanya para pebisnis baru di era ini, maka suatu hal penting bagi para
pebisnis untuk mengetahui tentang Etika Bisnis. Tidak hanya mengetahui dan memahami tapi
juga diperlukan adanya suatu Penerapan pada bisnisnya. Dengan begitu, para pebisnis tidak
hanya berpacu pada profit oriented tapi juga memeperhatikan Etika dalam berbisnis, sehingga
bisnis yang dijalankan dapat berjalan dengan baik.

Akan tetapi, tidak semudah itu didalam Penerapan Etika Bisnis di Indonesia karena
ada sebuah paradigma klasik yang menyatakan bahwa ilmu ekonomi adalah bebas nilai
(value free) yang maksudnya Etika bisnis hanyalah mempersempit ruang gerak keuntungan
ekonomis. Padahal, prinsip ekonomi, menurut mereka adalah mencari keuntungan yang
sebesar-besarnya.

Pada tahun 1990-an Paul Ormerof, seorang ekonom kritis Inggris menerbitkan
bukunya yang amat menghebohkan “The Death of Economics", Ilmu Ekonomi sudah
menemui ajalnya. (Ormerof,1994). Tidak sedikit pula pakar ekonomi telah menyadari makin
tipisnya kesadaran moral dalam kehidupan ekonomi dan bisnis modern.

Amitas Etzioni menghasilkan karya; The Moral dimension: Toward a New


Economics(1988). Berbagai buku etika bisnis dan dimensi moral dalam ilmu ekonomi
semakin banyak bermunculnan.

Contoh kecil kesadaran itu terlihat pada sikap para pakar ekonomi kapitalis Barat
yang telah merasakan implikasi keburukan strategi spekulasi yang amat riskan mengusulkan
untuk membuat kebijakan dalam memerangi spekulasi.

1
1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut maka dapat ditarik sebuah rumusan masalah
sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan etika bisnis ?

2. Bagaimana sasaran dan ruang lingkup etika bisnis ?

3. Apa saja indikator etika bisnis ?

4. Apa saja prinsip dalam etika bisnis ?

5. Apa saja hal-hal yang harus diketahui dalam menciptakan etika bisnis ?

6. Bagaimana penerapan etika bisnis ?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan untuk memenuhi tugas softskill mata kuliah Etika
Bisnis dalam membuat makalah tentang Konsep Dasar Etika dan Penerapan Etika
Bisnis. Maksud dari penulisan ini adalah :

1. Untuk mengetahui etika dalam berbisnis dan dapat menerapkan didalam dunia

bisnis yang sesungguhnya;

2. Dapat mengetahui bagaimana etika bisnis yang baik agar mampu menghadapi

pesaing dan permintaan konsumen;

3. Dapat memberikan informasi bagi penulis sendiri dan pembaca atas hasil

penulisan ini.

2
1.4 Manfaat Penulisan

Adapun manfaat penulisan makalah ini yang kami harapkan :

1. Memahami etika dalam berbisnis dan dapat menerapkan didalam dunia bisnis yang

sesungguhnya;

2. Memahami bagaimana etika bisnis yang baik agar mampu menghadapi pesaing dan

permintaan konsumen;

3. Mampu mengimplementasikan informasi yang disampaikan dalam makalah ini

dengan baik dan benar; 4. Mampu memberikan wawasan dan pandangan keilmuan

mengenai etika bisnis bagi para pembaca.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI ETIKA BISNIS

Etika bisnis adalah cara-cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup
seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan, industri dan juga masyarakat.
Kesemuanya ini mencakup bagaimana kita menjalankan bisnis secara adil, sesuai dengan
hukum yang berlaku, dan tidak tergantung pada kedudukan individu ataupun perusahaan di
masyarakat.

Etika bisnis lebih luas dari ketentuan yang diatur oleh hukum, bahkan merupakan
standar yang lebih tinggi dibandingkan standar minimal ketentuan hukum, karena dalam
kegiatan bisnis seringkali kita temukan wilayah abu-abu yang tidak diatur oleh ketentuan
hukum.

Etika bisnis merupakan cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup
seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan dan juga masyarakat. Etika Bisnis
dalam suatu perusahaan dapat membentuk nilai, norma dan perilaku karyawan serta pimpinan
dalam membangun hubungan yang adil dan sehat dengan pelanggan/mitra kerja, pemegang
saham, masyarakat.

Perusahaan meyakini prinsip bisnis yang baik adalah bisnis yang beretika, yakni
bisnis dengan kinerja unggul dan berkesinambungan yang dijalankan dengan mentaati
kaidah-kaidah etika sejalan dengan hukum dan peraturan yang berlaku.

Etika Bisnis dapat menjadi standar dan pedoman bagi seluruh karyawan termasuk
manajemen dan menjadikannya sebagai pedoman untuk melaksanakan pekerjaan sehari-hari
dengan dilandasi moral yang luhur, jujur, transparan dan sikap yang profesional.

Etika Bisnis dapat menjadi standar dan pedoman bagi seluruh karyawan termasuk
manajemen dan menjadikannya sebagai pedoman untuk melaksanakan pekerjaan sehari-hari
dengan dilandasi moral yang luhur, jujur, transparan dan sikap yang profesional.

4
2.2 SASARAN DAN RUANG LINGKUP ETIKA BISNIS

Setelah melihat penting dan relevansinya etika bisnis ada baiknya kita tinjau lebih lanjut
apa saja sasaran dan lingkup etika bisnis itu. Ada tiga sasaran dan lingkup pokok ketika bisnis
yaitu:

1. Etika bisnis sebagai etika profesi membahas berbagai prinsip, kondisi dan masalah yang
terkait dengan praktek bisnis yang baik dan etis. Dengan kata lain, etika bisnis yang pertama
bertujuan untuk mengimbau para pelaku bisnis untuk menjalankan bisnisnya secara baik dan
etis. Karena lingkup bisnis yang pertama ini lebih sering ditujunjukkan kepada para manajer
dan pelaku bisnis dan lebih sering berbicara mengenai bagaimana perilaku bisnis yang baik
dan etis itu.

2. Etika bisnis bisa menjadi sangat subversife. Subversife karena mengunggah, mendorong
dan membangkitkan kesadaran masyarakat untuk tidak dibodoh – bodohi, dirugikan dan
diperlakukan secara tidak adil dan tidak etis oleh praktrek bisnis pihak mana pun. Untuk
menyadarkan masyarakat khususnya konsumen, buruh atau karyawan dan masyarakat luas
akan hak dan kepentingan mereka yang tidak boleh dilanggar oleh praktek bisnis siapapun
juga.

3. Etika bisnis juga berbicara mengenai system ekonomi yang sangat menentukan etis
tidaknya suatu praktek bisnis. Dalam hal ini etika bisnis lebih bersifat makro, yang karena itu
barangkali lebih tepat disebut sebagai etika ekonomi.

Ketiga lingkup dan sasaran etika bisnis ini berkaitan erat satu dengan yang lainnya dan

bersama – sama menentukan baik tidaknya, etis tidaknya praktek bisnis tersebut.

5
2.3 INDIKATOR ETIKA BISNIS

Kehidupan bisnis modern menurut banyak pengamat cenderung mementingkan


keberhasilan material. Menempatkan material pada urutan prioritas utama, dapat mendorong
para pelaku bisnis dan masyarakat umum melirik dan menggunakan paradigma dangkal
tentang makna dunia bisnis itu sendiri. Sesungguhnya dunia binis tidak sesadis yang
dibayangkan orang dan material bukanlah harga mati yang harus diupayakan dengan cara apa
yang dan bagaimanapun. Dengan paradigma sempit dapat berkonotasi bahwa bisnis hanya
dipandang sebagai sarana meraih pendapatan dan keuntungan uang semata, dengan
mengabaikan kepentingan lainnya. Organisasi bisnis dan perusahaan dipandang hanya
sekedar mesin dan sarana untuk memaksimalkan keuntungannya dan dengan demikian bisnis
semata-mata berperan sebagai jalan untuk menumpuk kekayaan dan bisnis telah menjadi jati
diri lebih dari mesin pengganda modal atau kapitalis.

Dari sudut pandang etika, keuntungan bukanlah hal yang baru, bahkan secara moral
keuntungan merupakan hal yang baik dan diterima. Alasannya adalah sebagai berikut:
1. Secara moral keuntungan memungkinkan organisasi/perusahaan untuk bertahan
dalam kegiatan bisnisnya.
2. Tanpa memperoleh keuntungan tidak ada pemilik modal yang bersedia
menanamkan modalnya, dan karena itu berarti tidak akan terjadi aktivitas yang
produktif dalam memacu pertumbuhan ekonomi.
3. Keuntungan tidak hanya memungkinkan perusahaan bertahan melainkan dapat
menghidupi karyawannya ke arah tingkat hidup yang lebih baik. Keuntungan dapat
dipergunakan sebagai pengembangan perusahaan sehingga hal ini akan membuka
lapangan kerja baru.

Implementasi etika dalam penyelenggaraan bisnis mengikat setiap personal menurut


bidang tugas yang diembannya. Dengak kata lain mengikat manajer, pimpinan unit kerja dan
kelembagaan perusahaan. Semua anggota organisasi/perusahaan sesuai dengan tugas pokok
dan fungsi harus menjabarkan dan melaksanakan etika bisnis secara konsekuen dan penuh
tanggung jawab. Dalam pandangan sempit perusahaan dianggap sudah dianggap
melaksanakan etika bisnis bilamana perusahaan yang bersangkutan telah melaksanakan
tanggung jawab sosialnya. Dari berbagai pandangan etika bisnis, beberapa indikator yang

6
dapat dipakai untuk menyatakan bahwa seseorang atau perusahaan telah
mengimplementasikan etika bisnis antara lain adalah:
1. Indikator Etika Bisnis menurut ekonomi adalah apabila perusahaan atau pebisnis
telah melakukan pengelolaan sumber daya bisnis dan sumber daya alam secara
efisien tanpa merugikan masyarakat lain.
2. Indikator Etika Bisnis menurut peraturan khusus yang berlaku. Berdasarkan
indikator ini seseorang pelaku bisnis dikatakan beretika dalam bisnisnya apabila
masing-masing pelaku bisnis mematuhi aturanaturan khusus yang telah disepakati
sebelumnya.
3. Indikator Etika Bisnis menurut hukum. Berdasarkan indikator hukum seseorang
atau suatu perusahaan dikatakan telah melaksanakan etika bisnis apabila seseorang
pelaku bisnis atau suatu perusahaan telah mematuhi segala norma hukum yang
berlaku dalam menjalankan kegiatan bisnisnya.
4. Indikator Etika Bisnis berdasarkan ajaran agama. Pelaku bisnis dianggap beretika
bilamana dalam pelaksanaan bisnisnya senantiasa merujuk kepada nilai-nilai ajaran
agama yang dianutnya.
5. Indikator Etika Bisnis berdasarkan nilai budaya. Setiap pelaku bisnis baik secara
individu maupun kelembagaan telah menyelenggarakan bisnisnya dengan
mengakomodasi nilai-nilai budaya dan adat istiadat yang ada disekitar operasi suatu
perusahaan, daerah dan suatu bangsa.
6. Indikator Etika Bisnis menurut masing-masing individu adalah apabila masing
masing pelaku bisnis bertindak jujur dan tidak mengorbankan integritas pribadinya.

7
2.4 PRINSIP ETIKA BISNIS

Pada dasarnya, setiap pelaksanaan bisnis seyogyanya harus menyelaraskan proses


bisnis tersebut dengan etika bisnis yang telah disepakati secara umum dalam lingkungan
tersebut. Sebenarnya terdapat beberapa prinsip etika bisnis yang dapat dijadikan pedoman
bagi setiap bentuk usaha.
Sonny Keraf (1998) menjelaskan bahwa prinsip etika bisnis adalah sebagai berikut :
1. Prinsip Otonomi yaitu sikap dan kemampuan manusia untuk mengambil keputusan
dan bertindak berdasarkan kesadarannya tentang apa yang dianggapnya baik untuk
dilakukan.
2. Prinsip Kejujuran terdapat tiga lingkup kegiatan bisnis yang bisa ditunjukkan
secara jelas bahwa bisnis tidak akan bisa bertahan lama dan berhasil kalau tidak
didasarkan atas kejujuran. Pertama, jujur dalam pemenuhan syarat-syarat perjanjian
dan kontrak. Kedua, kejujuran dalam penawaran barang atau jasa dengan mutu dan
harga yang sebanding. Ketiga, jujur dalam hubungan kerja intern dalam suatu
perusahaan.
3. Prinsip Keadilan menuntut agar setiap orang diperlakukan secara sama sesuai
dengan aturan yang adil dan sesuai criteria yang rasional obyektif, serta dapat
dipertanggung jawabkan.
4. Prinsip Saling Menguntungkan (Mutual Benefit Principle) ; menuntut agar bisnis
dijalankan sedemikian rupa sehingga menguntungkan semua pihak.
5. Prinsip Integritas Moral ; terutama dihayati sebagai tuntutan internal dalam diri
pelaku bisnis atau perusahaan, agar perlu menjalankan bisnis dengan tetap menjaga
nama baik pimpinan atau orang-orangnya maupun perusahaannya.

Selain itu juga ada beberapa nilai – nilai etika bisnis yang dinilai oleh Adiwarman
Karim, Presiden Direktur Karim Business Consulting, seharusnya jangan dilanggar, yaitu : 
1. Kejujuran: Banyak orang beranggapan bisnis merupakan kegiatan tipumenipu demi
mendapat keuntungan. Ini jelas keliru. Sesungguhnya kejujuran merupakan salah
satu kunci keberhasilan berbisnis. Bahkan, termasuk unsur penting untuk bertahan
di tengah persaingan bisnis.

8
2. Keadilan: Perlakukan setiap orang sesuai haknya. Misalnya, berikan upah kepada
karyawan sesuai standar serta jangan pelit memberi bonus saat perusahaan
mendapatkan keuntungan lebih. Terapkan juga keadilan saat menentukan harga,
misalnya dengan tidak mengambil untung yang merugikan konsumen.

3. Rendah Hati: Jangan lakukan bisnis dengan kesombongan. Misalnya, dalam


mempromosikan produk dengan cara berlebihan, apalagi sampai menjatuhkan produk
bersaing, entah melalui gambar maupun tulisan. Pada akhirnya, konsumen memiliki
kemampuan untuk melakukan penilaian atas kredibilitas sebuah poduk/jasa. Apalagi,
tidak sedikit masyarakat yang percaya bahwa sesuatu yang terlihat atau terdengar
terlalu sempurna, pada kenyataannya justru sering kali terbukti buruk.

4. Simpatik: Kelola emosi. Tampilkan wajah ramah dan simpatik. Bukan hanya di
depan klien atau konsumen anda, tetapi juga di hadapan orangorang yang mendukung
bisnis anda, seperti karyawan, sekretaris dan lain-lain.

5. Kecerdasan: Diperlukan kecerdasan atau kepandaian untuk menjalankan strategi


bisnis sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku, sehingga menghasilkan
keuntungan yang memadai. Dengan kecerdasan pula seorang pebisnis mampu
mewaspadai dan menghindari berbagai macam bentuk kejahatan non-etis yang
mungkin dilancarkan oleh lawan-lawan bisnisnya.

2.5 HAL HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM ETIKA BISNIS

a. Menuangkan ke dalam Hukum Positif Perlunya sebagian etika bisnis dituangkan dalam
suatu hukum positif yang menjadi Peraturan Perundang-Undangan dimaksudkan untuk
menjamin kepastian hukum dari etika bisnis tersebut, seperti “proteksi” terhadap pengusaha
lemah.

b. Mampu Menyatakan yang Benar itu Benar Kalau pelaku bisnis itu memang tidak wajar
untuk menerima kredit (sebagai contoh) karena persyaratan tidak bisa dipenuhi dan jangan
memaksa diri untuk mengadakan “kolusi” serta memberikan “komisi” kepada pihak yang
terkait.

9
c. Pengembangan Tanggung Jawab Sosial (Social Responsibility) Pelaku bisnis disini
dituntut untuk peduli dengan keadaan masyarakat, bukan hanya dalam bentuk “uang” dengan
jalan memberikan sumbangan, melainkan lebih kompleks lagi.

d. Memelihara Kesepakatan Memelihara kesepakatan atau menumbuhkembangkan


Kesadaran dan rasa Memiliki terhadap apa yang telah disepakati adalah salah satu usaha
menciptakan etika bisnis.

e. Mampu Menyatakan yang Benar itu Benar Kalau pelaku bisnis itu memang tidak wajar
untuk menerima kredit (sebagai contoh) karena persyaratan tidak bisa dipenuhi dan jangan
memaksa diri untuk mengadakan “kolusi” serta memberikan “komisi” kepada pihak yang
terkait.

2.6 PENERAPAN ETIKA BISNIS

Utilitarianisme adalah suatu teori dari segi etika normatif yang menyatakan bahwa
suatu tindakan yang patut adalah yang memaksimalkan penggunaan (utility), biasanya
didefinisikan sebagai memaksimalkan kebahagiaan dan mengurangi penderitaan.
"Utilitarianisme" berasal dari kata Latin utilis, yang berarti berguna, bermanfaat, berfaedah,
atau menguntungkan. Istilah ini juga sering disebut sebagai teori kebahagiaan terbesar (the
greatest happiness theory). Utilitarianisme sebagai teori sistematis pertama kali dipaparkan
oleh Jeremy Bentham dan muridnya, John Stuart Mill. Utilitarianisme merupakan suatu
paham etis yang berpendapat bahwa yang baik adalah yang berguna, berfaedah, dan
menguntungkan. Sebaliknya, yang jahat atau buruk adalah yang tak bermanfaat, tak
berfaedah, dan merugikan. Karena itu, baik buruknya perilaku dan perbuatan ditetapkan dari
segi berguna, berfaedah, dan menguntungkan atau tidak. Dari prinsip ini, tersusunlah teori
tujuan perbuatan.

Di Indonesia tampaknya masalah penerapan etika perusahaan yang lebih intensif


masih belum dilakukan dan digerakan secara nyata. Pada umumnya baru sampai tahap
pernyataan-pernyaaatn atau sekedar “lipsservice” belaka. Karena memang enforcement dari
pemerintah pun belum tampak secara jelas.

10
Sesungguhnya Indonesia harus lebih awal menggerakan penerapan etika bisnis secara
intensif terutama setelah tragedi krisis ekonomi tahun 1998. Sayangnya bangsa ini mudah
lupa dan mudah pula memberikan maaf kepada suatu kesalahan yang menyebabkan bencana
nasional sehingga penyebab krisis tidak diselesaikan secara tuntas dan tidak berdasarkan
suatu pola yang mendasar. Sesungguhnya penyebab utama krisis ini, dari sisi korporasi,
adalah tidak berfungsinya praktek etika bisnis secara benar, konsisten dan konsekuen.

Demikian pula penyebab terjadinya kasus Pertamina tahun (1975), Bank Duta (1990)
adalah serupa praktek penerapan etika bisnis yang paling sering kita jumpai pada umunya
diwujudkan dalam bentuk buku saku “code of conducts” atau kode etik dimasing-masing
perusahaan. Hal ini barulah merupakan tahap awal dari praktek etika bisnis yakni
mengkodifikasi-kan nilai-nilai yang terkandung dalam etika bisnis bersama-sama
corporateculture atau budaya perusahaan, kedalam suatu bentuk pernyataan tertulis dari
perusahaan untuk dilakukan dan tidak dilakukan oleh manajemen dan karyawan dalam
melakukan kegiatan bisnis. Secara sederhana yang dimaksud dengan etika bisnis adalah cara-
cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan
individu, perusahaan, industri dan juga masyarakat. Kesemuanya ini mencakup bagaimana
kita menjalankan bisnis secara adil (fairness), sesuai dengan hukum yang berlaku (legal)
tidak tergantung pada kedudukani individu ataupun perusahaan di masyarakat.

Etika bisnis lebih luas dari ketentuan yang diatur oleh hukum, bahkan merupakan
standar yang lebih tinggi dibandingkan standar minimal ketentuan hukum, karena dalam
kegiatan bisnis seringkali kita temukan “grey-area” yang tidak diatur oleh ketentuan hukum.
Menurut Von der Embse dan R.A. Wagley dalam artikelnya di Advance Managemen
Jouurnal (1988) yang berjudul Managerial Ethics Hard Decisions on Soft Criteria,
membedakan antara ethics, morality dan law sebagai berikut : 
a. Ethics is defined as the consensually accepted standards of behavior for an occupation,
trade and profession 
b. Morality is the precepts of personal behavior based on religious or philosophical grounds
c. Law refers to formal codes that permit or forbid certain behaviors and may or may not
enforce ethics or morality.

11
Berdasarkan pengertian tersebut, terdapat tiga pendekatan dasar dalam merumuskan
tingkah laku etika kita :
1. Utilitarian Approach : setiap tindakan harus didasarkan pada konsekuensi nya. Oleh
karena itu dalam bertindak seseorang seharusnya mengikuti cara-cara yang dapat
memberi manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat, dengan cara yang tidak
membahayakan dan dengan biaya serendah-rendahnya.
2. Individual Rights Approach : setiap orang dalam tindakan dan kelakuan nya
memiliki hak dasar yang harus dihormati. Namun tindakan ataupun tingkah laku
tersebut harus dihindari apabila diperkirakan akan menyebabkan terjadi benturan
dengan hak orang lain.
3. Justice Approach : para pembuat keputusan mempunyai kedudukan yang sama, dan
bertindak adil dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan baik secara
perseorangan ataupun secara kelompok.

Dari pengelompokan tersebut Cavanagh (1990) memberikan cara menjawab


permasalahan etika dengan merangkum dalam 3 bentuk pertanyaan sederhana yakni : 
 Utility : Does it optimize the satisfactions of all stakeholders ? 
 Rights : Does it respect the rights of the individuals involved ? 
 Justice : Is it consistent with the canons oif justice ?

Mengapa etika bisnis dalam perusahaan terasa sangat penting saat ini? Karena untuk
membentuk suatu perusahaan yang kokoh dan memiliki daya saing yang tinggi serta
mempunyai kemampuan menciptakan nilai (valuecreation) yang tinggi, diperlukan suatu
landasan yang kokoh. Biasanya dimulai dari perencanaan strategis , organisasi yang baik,
sistem prosedur yang transparan didukung oleh budaya perusahaan yang andal serta etika
perusahaan yang dilaksanakan secara konsisten dan konsekuen. Contoh kasus Enron yang
selain menhancurkan dirinya telah pula menghancurkan Kantor Akuntan Publik Arthur
Andersen yang memiliki reputasi internasional, dan telah dibangun lebih dari 80 tahun,
menunjukan bahwa penyebab utamanya adalah praktek etika perusahaan tidak dilaksanakan
dengan baik dan tentunya karena lemahnya kepemimpinan para pengelolanya. Dari
pengalaman berbagai kegagalan tersebut, kita harus makin waspada dan tidak terpana oleh
cahaya dan kilatan suatu perusahaan hanya semata-mata dari penampilan saja, karena berkilat
belum tentu emas.

12
Haruslah diyakini bahwa pada dasarnya praktek etika perusahaan akan selalu
menguntungkan perusahaan baik untuk jangka menengah maupun jangka panjang karena :
a. Akan dapat mengurangi biaya akibat dicegahnya kemungkinan terjadinya friksi baik
intern perusahaan maupun dengan eksternal.
b. Akan dapat meningkatkan motivasi pekerja.
c. Akan melindungi prinsip kebebasan ber-niaga
d. Akan meningkatkan keunggulan bersaing.

Tindakan yang tidak etis, bagi perusahaan akan memancing tindakan balasan dari
konsumen dan masyarakat dan akan sangat kontra produktif, misalnya melalui gerakan
pemboikotan, larangan beredar, larangan beroperasi. Hal ini akan dapat menurunkan nilai
penjualan maupun nilai perusahaan. Sedangkan perusahaan yang menjunjung tinggi nilai-
nilai etika pada umumnya perusahaan yang memiliki peringkat kepuasan bekerja yang tinggi
pula, terutama apabila perusahaan tidak mentolerir tindakan yany tidak etis misalnya
diskriminasi dalam sistem remunerasi atau jenjang karier. Karyawan yang berkualitas adalah
aset yang paling berharga bagi perusahaan oleh karena itu semaksimal mungkin harus tetap
dipertahankan. Untuk memudahkan penerapan etika perusahaan dalam kegiatan seharihari
maka nilai-nilai yang terkandung dalam etika bisnis harus dituangkan kedalam manajemen
korporasi yakni dengan cara :
1. Menuangkan etika bisnis dalam suatu kode etik (code of conduct)
2. Memperkuat sistem pengawasan
3. Menyelenggarakan pelatihan (training) untuk karyawan secara terus menerus.

Ketentuan tersebut seharusnya diwajibkan untuk dilaksanakan, minimal oleh para


pemegang saham, sebagaimana dilakukan oleh perusahaan yang tercatat di NYSE ( antara
lain PT. TELKOM dan PT. INDOSAT) dimana diwajibkan untuk membuat berbagai
peraturan perusahaan yang sangat ketat sesuai dengan ketentuan dari Sarbannes Oxley yang
diterbitkan dengan maksud untuk mencegah terulangnya kasus Enron dan Worldcom.
Kesemuanya itu adalah dari segi korporasi, bagaimana penerapan untuk individu dalam
korporasi tersebut ? Anjuran dari filosuf Immanual Kant yang dikenal dengan Golden Rule
bisa sebagai jawabannya, yakni : 
 Treat others as you would like them to treat you 
 An action is morally wrong for a person if that person uses others, merely as means for
advancing his own interests.

13
BAB III

PENUTUP

3.1 SIMPULAN

Etika bisnis merupakan cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup
seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan dan juga masyarakat. Etika Bisnis
dalam suatu perusahaan dapat membentuk nilai, norma dan perilaku karyawan serta pimpinan
dalam membangun hubungan yang adil dan sehat dengan pelanggan/mitra kerja, pemegang
saham, masyarakat.

Utilitarianisme merupakan suatu paham etis yang berpendapat bahwa yang baik
adalah yang berguna, berfaedah, dan menguntungkan. Sebaliknya, yang jahat atau buruk
adalah yang tak bermanfaat, tak berfaedah, dan merugikan. Karena itu, baik buruknya
perilaku dan perbuatan ditetapkan dari segi berguna, berfaedah, dan menguntungkan atau
tidak. Dari prinsip ini, tersusunlah teori tujuan perbuatan.

Dan pada intinya etika bisnis adalah suatu hal yang penting dan harus dapat
diterapkan didalam menjalankan suatu usaha/bisnis untuk mengetahui baik dan buruk
keputusan yang diambil dan selalu mempertimbangkan apa yang akan siterapkan dengan
tidak memetingkan profit oriented tetapi juga kebermanfaatan bersama.

3.2 SARAN

Sebagai mahasiswa yang sudah mengetahui dan memahami keilmuan tentang etika
bisnis hendaknya kelak dikemudian hari ketika merintis dan menjalankan suatu bisnis dapat
menerapkan konsep etika bisnis yang sesungguhnya untuk menunjang nilai lebih dari
keilmuan yang diperoleh dan dapat mengamalkan secara langsung keilmuan yang dimiliki.
Untuk para pelaku bisnis seharusnya dapat lebih bijak dalam menjalankan bisnisnya
dengan menerapkan etika bisnis yang baik dan benar agar tidak merugikan pihak lain hanya
dikarenakan ketamakan diri yang mengejar keuntungan tanpa memperhatikan baik buruknya
keputusan yang di ambil dalam menyikapi suatu permasalahan yang ada dalam bisnisnya.
Sebagai pemerintah Indonesia juga hendaknya mampu mengontrol setiap pelaku
bisnis agar mampu menerapkan etika bisnis dalam menjalankan usaha agar angka
ketidaketisan pelaku bisnis dapat menurun sehingga tidak ada lagi ketidaketisan bisnis

14
DAFTAR PUSTAKA

Dimas. (2015, Oktober 9). Pengertian Etika Bisnis dan Penerapannya dalam Perusahaan.
Diambil dari Dimasaja: https://dimasaja68.wordpress.com/2015/10/09/pengertian-etika-
bisnis-danpenerapannya-dalam-perusahaan/

Permatasari, I. (2013, November 18). Penerapan Etika Bisnis dalam Perusahaan. Diambil dari
Intapermatasarii: http://intanermatasarii.blogspot.co.id/2013/1/penerapan-etika-bisnisdalam-
perusahaan.html

Pradadista, F. (2012, Oktober 09). Pengertian Etika Etika Bisnis dan Penerapan Etika dalam
Kehidupan Sehari-hari. Diambil dari Fajripradadista:
http://fajripradadista.wordpress.com/2012/10/09/pengertian-etika-etikabisnis-dan-penerapan-
etika-dalam-kehidupan-sehari-hari/

Rahmah, L. Z. (2013, Oktober 2). Etika dalam Bisnis. Diambil dari Lailasoftskill:
http://lailasoftskill.blogspot.co.id/2013/10/2-etika-dalam-bisnis.html

Salim, M. (2013, Mei). Etika Bisnis dalam Ekonomi Islam. Diambil dari Serba Makalah:
http://serbamakalah.blogspot.co.id/2013/05/etika-bisnis-dalamekonomi-islam_2527.html

15

Anda mungkin juga menyukai