Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

ETIKA BISNIS

Dosen Pengampu : Satriawan, SE,. MM

Di susun Oleh :

Nama : Nurlailah (2020A1H017)

Alamat Email : nurlailah654@gmail.com

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (PGSD)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM (UMMAT)

2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas karunia yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Etika Bisnis”, makalah ini penulis buat untuk memenuhi
tugas individu mata kuliah Kewirausahaan.

Penulis selaku penyusun makalah ini sepenuhnya menyadari bahwa makalah ini belum
sempurna, sehingga penulis berharap uluran tangan dari para pembaca untuk memberi kritik dan
saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini sesuai dengan harapan anda.

Akhir kata penulis ucapkan terimakasih. Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis
selaku penyusun maupun para pembaca sekalian.

Mataram, 12 November 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................
DAFTAR ISI............................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................
1.1 LATAR BELAKANG...............................................................................
1.2 RUMUSAN MASALAH..........................................................................
1.3 TUJUAN...................................................................................................
1.4 MANFAAT...............................................................................................
BAB 2 PEMBAHASAN....................................................................................
2.1 DEFINISI ETIKA BISNIS........................................................................
2.2 SASARAN DAN RUANG LINGKUP ETIKA BISNIS..........................
2.3 INDIKATOR ETIKA BISNIS..................................................................
2.4 PRINSIP ETIKA BISNIS.........................................................................
2.5 HAL ̶ HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM MENCIPTAKAAN
ETIKA BISNIS..................................................................................................
2.6 PENERAPAN ETIKA BISNIS...............................................................
2.7 CONTOH KASUS-KASUS PELANGGARAN ETIKA BISNIS..........
BAB 3 PENUTUPAN......................................................................................
3.1 SIMPULAN.............................................................................................
3.2 SARAN...................................................................................................
Daftar Pustaka........................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di era menuju G20 dan salah satu cara untuk menghadapi MEA (Masyarakat
Ekonomi ASEAN) adalah dengan melakukan bisnis. Maka sekarang ini bisnis sangat
berkembang pesat di era ini, banyak orang melakukan bisnis didalam berbagai bidang.
Bisnis tidak hanya digeluti oleh para professional saat ini banyak pebisnis muda yang
ikut bersaing didalam dunia bisnis.
Dengan adanya para pebisnis baru di era ini, maka suatu hal penting bagi para
pebisnis untuk mengetahui tentang Etika Bisnis. Tidak hanya mengetahui dan memahami
tapi juga diperlukan adanya suatu Penerapan pada bisnisnya. Dengan begitu, para
pebisnis tidak hanya berpacu pada profit oriented tapi juga memeperhatikan Etika dalam
berbisnis, sehingga bisnis yang dijalankan dapat berjalan dengan baik.
Akan tetapi, tidak semudah itu didalam Penerapan Etika Bisnis di Indonesia
karena ada sebuah paradigma klasik yang menyatakan bahwa ilmu ekonomi adalah bebas
nilai (value free) yang maksudnya Etika bisnis hanyalah mempersempit ruang gerak
keuntungan ekonomis. Padahal, prinsip ekonomi, menurut mereka adalah mencari
keuntungan yang sebesar-besarnya.
Pada tahun 1990-an Paul Ormerof, seorang ekonom kritis Inggris menerbitkan
bukunya yang amat menghebohkan “The Death of Economics", Ilmu Ekonomi sudah
menemui ajalnya. (Ormerof,1994). Tidak sedikit pula pakar ekonomi telah menyadari
makin tipisnya kesadaran moral dalam kehidupan ekonomi dan bisnis modern.
Amitas Etzioni menghasilkan karya; The Moral dimension: Toward a New
Economics(1988). Berbagai buku etika bisnis dan dimensi moral dalam ilmu ekonomi
semakin banyak bermunculnan.
Contoh kecil kesadaran itu terlihat pada sikap para pakar ekonomi kapitalis Barat
yang telah merasakan implikasi keburukan strategi spekulasi yang amat riskan
mengusulkan untuk membuat kebijakan dalam memerangi spekulasi.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut maka dapat ditarik sebuah rumusan masalah sebagai
berikut :
1) Apa yang dimaksud dengan etika bisnis ?
2) Bagaimana sasaran dan ruang lingkup etika bisnis ?
3) Apa saja indikator etika bisnis ?
4) Apa saja prinsip dalam etika bisnis ?
5) Apa saja hal-hal yang harus diketahui dalam menciptakan etika bisnis ?
6) Bagaimana penerapan etika bisnis ?
7) Apa saja contoh kasus-kasus etika bisnis?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulisan untuk memenuhi tugas softskill mata kuliah Etika Bisnis
dalam membuat makalah tentang Konsep Dasar Etika dan Penerapan Etika Bisnis.
Maksud dari penulisan ini adalah :
1) Untuk mengetahui etika dalam berbisnis dan dapat menerapkan didalam dunia
bisnis yang sesungguhnya;
2) Dapat mengetahui bagaimana etika bisnis yang baik agar mampu menghadapi
pesaing dan permintaan konsumen;
3) Dapat memberikan informasi bagi penulis sendiri dan pembaca atas hasil
penulisan ini.

1.4 Manfaat
Adapun manfaat penulisan makalah ini yang kami harapkan :
1) Memahami etika dalam berbisnis dan dapat menerapkan didalam dunia bisnis
yang sesungguhnya;
2) Memahami bagaimana etika bisnis yang baik agar mampu menghadapi pesaing
dan permintaan konsumen;
3) Mampu mengimplementasikan informasi yang disampaikan dalam makalah ini
dengan baik dan benar;
4) Mampu memberikan wawasan dan pandangan keilmuan mengenai etika bisnis
bagi para pembaca.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Etika Bisnis


Etika bisnis adalah cara-cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup
seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan, industri dan juga masyarakat.
Kesemuanya ini mencakup bagaimana kita menjalankan bisnis secara adil, sesuai dengan
hukum yang berlaku, dan tidak tergantung pada kedudukan individu ataupun perusahaan
di masyarakat.
Etika bisnis lebih luas dari ketentuan yang diatur oleh hukum, bahkan merupakan
standar yang lebih tinggi dibandingkan standar minimal ketentuan hukum, karena dalam
kegiatan bisnis seringkali kita temukan wilayah abu-abu yang tidak diatur oleh ketentuan
hukum.
Etika bisnis merupakan cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup
seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan dan juga masyarakat. Etika
Bisnis dalam suatu perusahaan dapat membentuk nilai, norma dan perilaku karyawan
serta pimpinan dalam membangun hubungan yang adil dan sehat dengan pelanggan/mitra
kerja, pemegang saham, masyarakat.
Perusahaan meyakini prinsip bisnis yang baik adalah bisnis yang beretika, yakni
bisnis dengan kinerja unggul dan berkesinambungan yang dijalankan dengan mentaati
kaidah-kaidah etika sejalan dengan hukum dan peraturan yang berlaku. Etika Bisnis
dapat menjadi standar dan pedoman bagi seluruh karyawan termasuk manajemen dan
menjadikannya sebagai pedoman untuk melaksanakan pekerjaan sehari-hari dengan
dilandasi moral yang luhur, jujur, transparan dan sikap yang profesional.
Etika Bisnis dapat menjadi standar dan pedoman bagi seluruh karyawan termasuk
manajemen dan menjadikannya sebagai pedoman untuk melaksanakan pekerjaan sehari-
hari dengan dilandasi moral yang luhur, jujur, transparan dan sikap yang profesional.
2.2 Sasaran Dan Ruang Lingkup Etika Bisnis
Setelah melihat penting dan relevansinya etika bisnis ada baiknya kita tinjau lebih
lanjut apa saja sasaran dan lingkup etika bisnis itu. Ada tiga sasaran dan lingkup
pokoketika bisnis yaitu:
1) Etika bisnis sebagai etika profesi membahas berbagai prinsip, kondisi dan
masalah yang terkait dengan praktek bisnis yang baik dan etis. Dengan kata lain,
etika bisnis yang pertama bertujuan untuk mengimbau para pelaku bisnis untuk
menjalankan bisnisnya secara baik dan etis. Karena lingkup bisnis yang pertama
ini lebih sering ditujunjukkan kepada para manajer dan pelaku bisnis dan lebih
sering berbicara mengenai bagaimana perilaku bisnis yang baik dan etis itu.
2) Etika bisnis bisa menjadi sangat subversife. Subversife karean ia mengunggah,
mendorong dan membangkitkan kesadaran masyarakat untuk tidak dibodoh –
bodohi, dirugikan dan diperlakukan secara tidak adil dan tidak etis oleh praktrek
bisnis pihak mana pun. Untuk menyadarkan masyarakat khususnya konsumen,
buruh atau karyawan dan masyarakat luas akan hak dan kepentingan mereka yang
tidak boleh dilanggar oleh praktek bisnis siapapun juga.
3) Etika bisnis juga berbicara mengenai system ekonomi yang sangat menentukan
etis tidaknya suatu praktek bisnis. Dalam hal ini etika bisnis lebih bersifat makro,
yang karena itu barangkali lebih tepat disebut sebagai etika ekonomi.

Ketiga lingkup dan sasaran etika bisnis ini berkaitan erat satu dengan yang
lainnya dan bersama – sama menentukan baik tidaknya, etis tidaknya praktek bisnis
tersebut.

2.3 Indikator Etika Bisnis


Kehidupan bisnis modern menurut banyak pengamat cenderung mementingkan
keberhasilan material. Menempatkan material pada urutan prioritas utama, dapat
mendorong para pelaku bisnis dan masyarakat umum melirik dan menggunakan
paradigma dangkal tentang makna dunia bisnis itu sendiri. Sesungguhnya dunia binis
tidak sesadis yang dibayangkan orang dan material bukanlah harga mati yang harus
diupayakan dengan cara apa yang dan bagaimanapun. Dengan paradigma sempit dapat
berkonotasi bahwa bisnis hanya dipandang sebagai sarana meraih pendapatan dan
keuntungan uang semata, dengan mengabaikan kepentingan lainnya. Organisasi bisnis
dan perusahaan dipandang hanya sekedar mesin dan sarana untuk memaksimalkan
keuntungannya dan dengan demikian bisnis semata-mata berperan sebagai jalan untuk
menumpuk kekayaan dan bisnis telah menjadi jati diri lebih dari mesin pengganda modal
atau kapitalis.
Dari sudut pandang etika, keuntungan bukanlah hal yang baru, bahkan secara
moral keuntungan merupakan hal yang baik dan diterima. Alasannya adalah sebagai
berikut:
1) Secara moral keuntungan memungkinkan organisasi/perusahaan untuk bertahan
dalam kegiatan bisnisnya.
2) Tanpa memperoleh keuntungan tidak ada pemilik modal yang bersedia
menanamkan modalnya, dan karena itu berarti tidak akan terjadi aktivitas yang
produktif dalam memacu pertumbuhan ekonomi.
3) Keuntungan tidak hanya memungkinkan perusahaan bertahan melainkan dapat
menghidupi karyawannya ke arah tingkat hidup yang lebih baik. Keuntungan
dapat dipergunakan sebagai pengembangan perusahaan sehingga hal ini akan
membuka lapangan kerja baru.

Implementasi etika dalam penyelenggaraan bisnis mengikat setiap personal


menurut bidang tugas yang diembannya. Dengak kata lain mengikat manajer, pimpinan
unit kerja dan kelembagaan perusahaan. Semua anggota organisasi/perusahaan sesuai
dengan tugas pokok dan fungsi harus menjabarkan dan melaksanakan etika bisnis secara
konsekuen dan penuh tanggung jawab. Dalam pandangan sempit perusahaan dianggap
sudah dianggap melaksanakan etika bisnis bilamana perusahaan yang bersangkutan telah
melaksanakan tanggung jawab sosialnya. Dari berbagai pandangan etika bisnis, beberapa
indikator yang dapat dipakai untuk menyatakan bahwa seseorang atau perusahaan telah
mengimplementasikan etika bisnis antara lain adalah:
1) Indikator Etika Bisnis menurut ekonomi adalah apabila perusahaan atau pebisnis
telah melakukan pengelolaan sumber daya bisnis dan sumber daya alam secara
efisien tanpa merugikan masyarakat lain.
2) Indikator Etika Bisnis menurut peraturan khusus yang berlaku. Berdasarkan
indikator ini seseorang pelaku bisnis dikatakan beretika dalam bisnisnya apabila
masing-masing pelaku bisnis mematuhi aturan- aturan khusus yang telah
disepakati sebelumnya.
3) Indikator Etika Bisnis menurut hukum. Berdasarkan indikator hukum seseorang
atau suatu perusahaan dikatakan telah melaksanakan etika bisnis apabila
seseorang pelaku bisnis atau suatu perusahaan telah mematuhi segala norma
hukum yang berlaku dalam menjalankan kegiatan bisnisnya.
4) Indikator Etika Bisnis berdasarkan ajaran agama. Pelaku bisnis dianggap beretika
bilamana dalam pelaksanaan bisnisnya senantiasa merujuk kepada nilai-nilai
ajaran agama yang dianutnya.
5) Indikator Etika Bisnis berdasarkan nilai budaya. Setiap pelaku bisnis baik secara
individu maupun kelembagaan telah menyelenggarakan bisnisnya dengan
mengakomodasi nilai-nilai budaya dan adat istiadat yang ada disekitar operasi
suatu perusahaan, daerah dan suatu bangsa.
6) Indikator Etika Bisnis menurut masing-masing individu adalah apabila masing-
masing pelaku bisnis bertindak jujur dan tidak mengorbankan integritas
pribadinya.

2.4 Prinsip Etika Bisnis


Pada dasarnya, setiap pelaksanaan bisnis seyogyanya harus menyelaraskan proses
bisnis tersebut dengan etika bisnis yang telah disepakati secara umum dalam lingkungan
tersebut. Sebenarnya terdapat beberapa prinsip etika bisnis yang dapat dijadikan
pedoman bagi setiap bentuk usaha.Sonny Keraf (1998) menjelaskan bahwa prinsip etika
bisnis adalah sebagai berikut :
1) Prinsip Otonomi yaitu sikap dan kemampuan manusia untuk mengambil
keputusan dan bertindak berdasarkan kesadarannya tentang apa yang dianggapnya
baik untuk dilakukan.
2) Prinsip Kejujuran terdapat tiga lingkup kegiatan bisnis yang bisa ditunjukkan
secara jelas bahwa bisnis tidak akan bisa bertahan lama dan berhasil kalau tidak
didasarkan atas kejujuran. Pertama, jujur dalam pemenuhan syarat-syarat
perjanjian dan kontrak. Kedua, kejujuran dalam penawaran barang atau jasa
dengan mutu dan harga yang sebanding. Ketiga, jujur dalam hubungan kerja
intern dalam suatu perusahaan.
3) Prinsip Keadilan menuntut agar setiap orang diperlakukan secara sama sesuai
dengan aturan yang adil dan sesuai criteria yang rasional obyektif, serta dapat
dipertanggung jawabkan.
4) Prinsip Saling Menguntungkan (Mutual Benefit Principle) ; menuntut agar bisnis
dijalankan sedemikian rupa sehingga menguntungkan semua pihak.
5) Prinsip Integritas Moral ; terutama dihayati sebagai tuntutan internal dalam diri
pelaku bisnis atau perusahaan, agar perlu menjalankan bisnis dengan tetap
menjaga nama baik pimpinan atau orang-orangnya maupun perusahaannya.

Selain itu juga ada beberapa nilai – nilai etika bisnis yang dinilai oleh Adiwarman
Karim, Presiden Direktur Karim Business Consulting, seharusnya jangan dilanggar,
yaitu :

1) Kejujuran: Banyak orang beranggapan bisnis merupakan kegiatan tipu- menipu


demi mendapat keuntungan. Ini jelas keliru. Sesungguhnya kejujuran merupakan
salah satu kunci keberhasilan berbisnis. Bahkan, termasuk unsur penting untuk
bertahan di tengah persaingan bisnis.
2) Keadilan: Perlakukan setiap orang sesuai haknya. Misalnya, berikan upah kepada
karyawan sesuai standar serta jangan pelit memberi bonus saat perusahaan
mendapatkan keuntungan lebih. Terapkan juga keadilan saat menentukan harga,
misalnya dengan tidak mengambil untung yang merugikan konsumen.
3) Rendah Hati: Jangan lakukan bisnis dengan kesombongan. Misalnya, dalam
mempromosikan produk dengan cara berlebihan, apalagi sampai menjatuhkan
produk bersaing, entah melalui gambar maupun tulisan. Pada akhirnya, konsumen
memiliki kemampuan untuk melakukan penilaian atas kredibilitas sebuah
poduk/jasa. Apalagi, tidak sedikit masyarakat yang percaya bahwa sesuatu yang
terlihat atau terdengar terlalu sempurna, pada kenyataannya justru sering kali
terbukti buruk.
4) Simpatik: Kelola emosi. Tampilkan wajah ramah dan simpatik. Bukan hanya di
depan klien atau konsumen anda, tetapi juga di hadapan orang- orang yang
mendukung bisnis anda, seperti karyawan, sekretaris dan lain- lain.
5) Kecerdasan: Diperlukan kecerdasan atau kepandaian untuk menjalankan strategi
bisnis sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku, sehingga menghasilkan
keuntungan yang memadai. Dengan kecerdasan pula seorang pebisnis mampu
mewaspadai dan menghindari berbagai macam bentuk kejahatan non-etis yang
mungkin dilancarkan oleh lawan-lawan bisnisnya.

2.5 Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Menciptakaan Etika Bisnis


1) Menuangkan ke dalam Hukum Positif
Perlunya sebagian etika bisnis dituangkan dalam suatu hukum positif yang
menjadi Peraturan Perundang-Undangan dimaksudkan untuk menjamin kepastian
hukum dari etika bisnis tersebut, seperti “proteksi” terhadap pengusaha lemah.
2) Mampu Menyatakan yang Benar itu Benar
Kalau pelaku bisnis itu memang tidak wajar untuk menerima kredit
(sebagai contoh) karena persyaratan tidak bisa dipenuhi dan jangan memaksa diri
untuk mengadakan “kolusi” serta memberikan “komisi” kepada pihak yang
terkait.
3) Pengembangan Tanggung Jawab Sosial (Social Responsibility)
Pelaku bisnis disini dituntut untuk peduli dengan keadaan masyarakat,
bukan hanya dalam bentuk “uang” dengan jalan memberikan sumbangan,
melainkan lebih kompleks lagi.
4) Memelihara Kesepakatan
Memelihara kesepakatan atau menumbuhkembangkan Kesadaran dan rasa
Memiliki terhadap apa yang telah disepakati adalah salah satu usaha menciptakan
etika bisnis.
5) Mampu Menyatakan yang Benar itu Benar
Kalau pelaku bisnis itu memang tidak wajar untuk menerima kredit
(sebagai contoh) karena persyaratan tidak bisa dipenuhi dan jangan memaksa diri
untuk mengadakan “kolusi” serta memberikan “komisi” kepada pihak yang
terkait.

2.6 Penerapan Etika Bisnis


Utilitarianisme adalah suatu teori dari segi etika normatif yang menyatakan bahwa
suatu tindakan yang patut adalah yang memaksimalkan penggunaan (utility), biasanya
didefinisikan sebagai memaksimalkan kebahagiaan dan mengurangi penderitaan.
"Utilitarianisme" berasal dari kata Latin utilis, yang berarti berguna, bermanfaat,
berfaedah, atau menguntungkan. Istilah ini juga sering disebut sebagai teori kebahagiaan
terbesar (the greatest happiness theory). Utilitarianisme sebagai teori sistematis pertama
kali dipaparkan oleh Jeremy Bentham dan muridnya, John Stuart Mill. Utilitarianisme
merupakan suatu paham etis yang berpendapat bahwa yang baik adalah yang berguna,
berfaedah, dan menguntungkan. Sebaliknya, yang jahat atau buruk adalah yang tak
bermanfaat, tak berfaedah, dan merugikan. Karena itu, baik buruknya perilaku dan
perbuatan ditetapkan dari segi berguna, berfaedah, dan menguntungkan atau tidak. Dari
prinsip ini, tersusunlah teori tujuan perbuatan.
Di Indonesia tampaknya masalah penerapan etika perusahaan yang lebih intensif
masih belum dilakukan dan digerakan secara nyata. Pada umumnya baru sampai tahap
pernyataan-pernyaaatn atau sekedar “lips- service” belaka. Karena memang enforcement
dari pemerintah pun belum tampak secara jelas.
Sesungguhnya Indonesia harus lebih awal menggerakan penerapan etika bisnis
secara intensif terutama setelah tragedi krisis ekonomi tahun 1998. Sayangnya bangsa ini
mudah lupa dan mudah pula memberikan maaf kepada suatu kesalahan yang
menyebabkan bencana nasional sehingga penyebab krisis tidak diselesaikan secara tuntas
dan tidak berdasarkan suatu pola yang mendasar. Sesungguhnya penyebab utama krisis
ini, dari sisi korporasi, adalah tidak berfungsinya praktek etika bisnis secara benar,
konsisten dan konsekuen.
Demikian pula penyebab terjadinya kasus Pertamina tahun (1975), Bank Duta
(1990) adalah serupa praktek penerapan etika bisnis yang paling sering kita jumpai pada
umunya diwujudkan dalam bentuk buku saku “code of conducts” atau kode etik
dimasing-masing perusahaan. Hal ini barulah merupakan tahap awal dari praktek etika
bisnis yakni mengkodifikasi-kan nilai-nilai yang terkandung dalam etika bisnis bersama-
sama corporate- culture atau budaya perusahaan, kedalam suatu bentuk pernyataan
tertulis dari perusahaan untuk dilakukan dan tidak dilakukan oleh manajemen dan
karyawan dalam melakukan kegiatan bisnis.
Secara sederhana yang dimaksud dengan etika bisnis adalah cara-cara untuk
melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan
individu, perusahaan, industri dan juga masyarakat. Kesemuanya ini mencakup
bagaimana kita menjalankan bisnis secara adil (fairness), sesuai dengan hukum yang
berlaku (legal) tidak tergantung pada kedudukani individu ataupun perusahaan di
masyarakat.
Etika bisnis lebih luas dari ketentuan yang diatur oleh hukum, bahkan merupakan
standar yang lebih tinggi dibandingkan standar minimal ketentuan hukum, karena dalam
kegiatan bisnis seringkali kita temukan “grey-area” yang tidak diatur oleh ketentuan
hukum. Menurut Von der Embse dan R.A. Wagley dalam artikelnya di Advance
Managemen Jouurnal (1988) yang berjudul Managerial Ethics Hard Decisions on Soft
Criteria, membedakan antara ethics, morality dan law sebagai berikut :
1) Ethics is defined as the consensually accepted standards of behavior for an
occupation, trade and profession
2) Morality is the precepts of personal behavior based on religious or philosophical
grounds
3) Law refers to formal codes that permit or forbid certain behaviors and may or
may not enforce ethics or morality.
Berdasarkan pengertian tersebut, terdapat tiga pendekatan dasar dalam
merumuskan tingkah laku etika kita :
1) Utilitarian Approach : setiap tindakan harus didasarkan pada konsekuensi nya.
Oleh karena itu dalam bertindak seseorang seharusnya mengikuti cara-cara yang
dapat memberi manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat, dengan cara yang
tidak membahayakan dan dengan biaya serendah-rendahnya.
2) Individual Rights Approach : setiap orang dalam tindakan dan kelakuan nya
memiliki hak dasar yang harus dihormati. Namun tindakan ataupun tingkah laku
tersebut harus dihindari apabila diperkirakan akan menyebabkan terjadi benturan
dengan hak orang lain.
3) Justice Approach : para pembuat keputusan mempunyai kedudukan yang sama,
dan bertindak adil dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan baik secara
perseorangan ataupun secara kelompok.
Dari pengelompokan tersebut Cavanagh (1990) memberikan cara menjawab
permasalahan etika dengan merangkum dalam 3 bentuk pertanyaan sederhana yakni :
1) Utility : Does it optimize the satisfactions of all stakeholders ?
2) Rights : Does it respect the rights of the individuals involved ?
3) Justice : Is it consistent with the canons oif justice ?
Mengapa etika bisnis dalam perusahaan terasa sangat penting saat ini? Karena
untuk membentuk suatu perusahaan yang kokoh dan memiliki daya saing yang tinggi
serta mempunyai kemampuan menciptakan nilai (value- creation) yang tinggi, diperlukan
suatu landasan yang kokoh. Biasanya dimulai dari perencanaan strategis , organisasi yang
baik, sistem prosedur yang transparan didukung oleh budaya perusahaan yang andal serta
etika perusahaan yang dilaksanakan secara konsisten dan konsekuen.
Contoh kasus Enron yang selain menhancurkan dirinya telah pula menghancurkan
Kantor Akuntan Publik Arthur Andersen yang memiliki reputasi internasional, dan telah
dibangun lebih dari 80 tahun, menunjukan bahwa penyebab utamanya adalah praktek
etika perusahaan tidak dilaksanakan dengan baik dan tentunya karena lemahnya
kepemimpinan para pengelolanya. Dari pengalaman berbagai kegagalan tersebut, kita
harus makin waspada dan tidak terpana oleh cahaya dan kilatan suatu perusahaan hanya
semata-mata dari penampilan saja, karena berkilat belum tentu emas.
Haruslah diyakini bahwa pada dasarnya praktek etika perusahaan akan selalu
menguntungkan perusahaan baik untuk jangka menengah maupun jangka panjang
karena :
1) Akan dapat mengurangi biaya akibat dicegahnya kemungkinan terjadinya friksi
baik intern perusahaan maupun dengan eksternal.
2) Akan dapat meningkatkan motivasi pekerja.
3) Akan melindungi prinsip kebebasan ber-niaga
4) Akan meningkatkan keunggulan bersaing.
Tindakan yang tidak etis, bagi perusahaan akan memancing tindakan balasan dari
konsumen dan masyarakat dan akan sangat kontra produktif, misalnya melalui gerakan
pemboikotan, larangan beredar, larangan beroperasi. Hal ini akan dapat menurunkan nilai
penjualan maupun nilai perusahaan. Sedangkan perusahaan yang menjunjung tinggi nilai-
nilai etika pada umumnya perusahaan yang memiliki peringkat kepuasan bekerja yang
tinggi pula, terutama apabila perusahaan tidak mentolerir tindakan yany tidak etis
misalnya diskriminasi dalam sistem remunerasi atau jenjang karier. Karyawan yang
berkualitas adalah aset yang paling berharga bagi perusahaan oleh karena itu semaksimal
mungkin harus tetap dipertahankan.
Untuk memudahkan penerapan etika perusahaan dalam kegiatan sehari- hari maka
nilai-nilai yang terkandung dalam etika bisnis harus dituangkan kedalam manajemen
korporasi yakni dengan cara :
1) Menuangkan etika bisnis dalam suatu kode etik (code of conduct)
2) Memperkuat sistem pengawasan
3) Menyelenggarakan pelatihan (training) untuk karyawan secara terus menerus.
Ketentuan tersebut seharusnya diwajibkan untuk dilaksanakan, minimal oleh para
pemegang saham, sebagaimana dilakukan oleh perusahaan yang tercatat di NYSE ( antara
lain PT. TELKOM dan PT. INDOSAT) dimana diwajibkan untuk membuat berbagai
peraturan perusahaan yang sangat ketat sesuai dengan ketentuan dari Sarbannes Oxley
yang diterbitkan dengan maksud untuk mencegah terulangnya kasus Enron dan
Worldcom. Kesemuanya itu adalah dari segi korporasi, bagaimana penerapan untuk
individu dalam korporasi tersebut ? Anjuran dari filosuf Immanual Kant yang dikenal
dengan Golden Rule bisa sebagai jawabannya, yakni :
1) Treat others as you would like them to treat you
2) An action is morally wrong for a person if that person uses others, merely as
means for advancing his own interests.
2.7 Contoh Kasus – Kasus Etika Bisnis
Berikut adalah beberapa kasus pelanggaran etika bisnis.
1) PT Freeport Indonesia
Mogoknya hampir seluruh pekerja PT Freeport Indonesia (FI) disebabkan
perbedaan indeks standar gaji yang diterapkan oleh manajemen pada operasional
Freeport di seluruh dunia. Pekerja Freeport di Indonesia diketahui mendapatkan
gaji lebih rendah daripada pekerja Freeport di negara lain untuk level jabatan
yang sama. Gaji sekarang per jam USD 1,5–USD 3. Padahal, bandingan gaji di
negara lain mencapai USD 15–USD 35 per jam. Sejauh ini, perundingannya
masih menemui jalan buntu. Manajemen Freeport bersikeras menolak tuntutan
pekerja, entah apa dasar pertimbangannya. Solusinya dari masalah di atas adalah
Sebagai perusahaan berlabel MNC (multinational company) yang otomatis
berkelas dunia, apalagi umumnya korporasi berasal dari AS, pekerja adalah
bagian dari aset perusahaan. Menjaga hubungan baik dengan pekerja adalah suatu
keharusan. Sebab, di situlah terjadi hubungan mutualisme satu dengan yang lain.
Perusahaan membutuhkan dedikasi dan loyalitas agar produksi semakin baik,
sementara pekerja membutuhkan komitmen manajemen dalam hal pemberian gaji
yang layak.
2) Kasus PT.PLN
Usaha PT. PLN termasuk kedalam jenis monopoli murni. Hal ini
ditunjukkan karena PT. PLN merupakan penjual atau produsen tunggal, produk
yang unik dan tanpa barang pengganti yang dekat, serta kemampuannya untuk
menerapkan harga berapapun yang mereka kehendaki. Kasus ini menjadi menarik
karena disatu sisi kegiatan monopoli mereka dimaksudkan untuk kepentingan
mayoritas masyarakat dan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat sesuai UUD
1945 Pasal 33, namun disisi lain tindakan PT. PLN justru belum atau bahkan
tidak menunjukkan kinerja yang baik dalam pemenuhan kebutuhan listrik
masyarakat Solusinya dari masalah di atas adalah untuk memenuhi kebutuhan
listrik bagi masyarakat secara adil dan merata, sebaiknya Pemerintah membuka
kesempatan bagi investor untuk mengembangkan usaha di bidang listrik. Akan
tetapi Pemerintah harus tetap mengontrol dan memberikan batasan bagi investor
tersebut, sehingga tidak terjadi penyimpangan yang merugikan masyarakat serta
Pemerintah dapat memperbaiki kinerja PT. PLN saat ini, sehingga menjadi lebih
baik demi tercapainya kebutuhan dan kesejahteraan masyarakat banyak sesuai
amanat UUD 1945 Pasal 33. Selain daripada itu bukan hanya pihak pemerintahan
yang harus berpartisipati kita sebagai masyarakat yang cerdas sudah seharusnya
berpikir terbuka dan cerdas untuk masa depan, gunakanlah sumber daya alam
yang terdapat di negeri ini secukupnya agar sumber daya alam kita tetap terjaga
sehingga penerus bangsa nanti bisa merasakan sumber daya alam yang sama.
3) PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP)
Kesalahan yang dilakukan oleh PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP)
yaitu sudah melanggar Prinsip Etika bisnis yaitu prinsip kejujuran, prinsip
keadilan dan prinsip tidak berbuat jahat dan berbuat baik. Pada prinsip kejujuran,
perusahaan sudah ingkar janji atau telah melanggar perjanjian dengan para
karyawan mengenai pemberian bonus jika target perusahaan tercapai, perjanjian
yang disepakati bersama telah diabaikan oleh PT Riau Andalan Pulp Paper
(RAPP) sehingga menimbulkan kekesalan para karyawannya dan mengakibatkan
banyak yang mengancam keluar dari perusahaan. Solusi dari masalah diatas yaitu
bagi PT Riau Andalan Pulp and Paper agar lebih memperhatikan lagi
kelangsungan hidup para karyawannya dengan jangan memberikan iming-iming
yang nantinya tidak akan dapat terlealisasikan. Sebaiknya hasil kerja keras
karyawan dibayar dengan apa yang telah mereka kerjakan. Dengan begitu maka
pelanggaran dalam prinsip etika bisnis dapat dihindarkan demi masa depan
perusahaan tersebut. Apabila dalam suatu perusahaan sedang terjadi
permasalahan internal, jangan sekali-kali bagi perusahaan lain untuk mengambil
kesempatan dalam kesempitan. Agar kehidupan bisnis dinegara kita akan semakin
maju berlandaskan pada kejujuran, keadilan dan perbuatan-perbuatan yang baik
serta melakukan persaingan dengan cara sehat.
4) PT.Nabisco (Oreo)
PT.Nabisco mengeluarkan produk biskiut coklat berlapiskan susu dengan
brand image Dijilat,diputer,lalu dicelupin. Ada pepatah mengatakan “tak ada satu
pun orangtua yang tidak menyayangi anaknya”. Ini merupakan ungkapan yang
tepat bagi orangtua yang mempunyai anak-anak terlebih anak yang masih berusia
kecil. Kekhawatiran orangtua ini, menjadi membludak sebab diisukannya biskuit
oreo, yang merupakan biskuit favorit anak-anak, mengandung bahan melamin.Hal
ini cukup berlangsung lama di dunia perbisnisan, sehingga tingkat penjualan
menurun drastis. BPOM dan dinas kesehatan mengatakan bahwa oreo produksi
luar negri mengandung melamin dan tidak layak untuk dikonsumsi karna
berbahaya bagi kesehatan maka harus ditarik dari peredarannya. Pembersihan
nama oreo pun sebagai biskuit berbahaya cukup menguras tenaga bagi public
relation PT. Nabisco. Solusi dari masalah diatas yaitu pihak perusahaan lebih
memperhatikan lagi komposisi yang ada di dalam produknya. Jika produksinya
dari luar negeri maka harus di cek kembali atau komposisinya tidak disamakan
dengan negaratersebut. Sebaiknya pemerintah juga bersikap tegas bukan
dibiarkan lama beredar di pasaran dan lebih teliti dalam pengecekan suatu produk
makanan. Bagi konsumen juga harus selalu membaca komposisi suatu produk
karena akan berbahaya bagi kesehatan apalagi dikonsumsi anak- anak.
5) PT Tirta Fresindo Jaya
Bisnis minuman kemasan yang dilakukan oleh PT Tirta Fresindo Jaya,
anak usaha Mayora Group diklaim telah menyerobot Gunung Karang di
Kabupaten Pandeglang, Banten. Akibatnya, warga yang telah bertahun-tahun
bergantung pada mata air dari kaki gunung itu, mengalami kekeringan. Mereka
pun mengadu ke kantor bupati.Sayangnya, aduan mereka hanya dianggap angin
lalu, hingga berujung pada emosi warga dengan merusak gudang perusahaan.
pendirian pabrik juga dinilai melanggar tata ruang dan wilayah karena kawasan
tersebut diperuntukan untuk pertanian. Sementara itu, Juru Bicara PT Mayora
Group, Sribugo Suratmo, mengaku pasrah dengan apapun keputusan pemerintah
daerah.
BAB III

PENUTUPAN

3.1 Simpulan
Etika bisnis merupakan cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup
seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan dan juga masyarakat. Etika
Bisnis dalam suatu perusahaan dapat membentuk nilai, norma dan perilaku karyawan
serta pimpinan dalam membangun hubungan yang adil dan sehat dengan pelanggan/mitra
kerja, pemegang saham, masyarakat.
Utilitarianisme merupakan suatu paham etis yang berpendapat bahwa yang baik
adalah yang berguna, berfaedah, dan menguntungkan. Sebaliknya, yang jahat atau buruk
adalah yang tak bermanfaat, tak berfaedah, dan merugikan. Karena itu, baik buruknya
perilaku dan perbuatan ditetapkan dari segi berguna, berfaedah, dan menguntungkan atau
tidak. Dari prinsip ini, tersusunlah teori tujuan perbuatan.
Pada intinya etika bisnis adalah suatu hal yang penting dan harus dapat diterapkan
didalam menjalankan suatu usaha/bisnis untuk mengetahui baik dan buruk keputusan
yang diambil dan selalu mempertimbangkan apa yang akan siterapkan dengan tidak
memetingkan profit oriented tetapi juga kebermanfaatan bersama.

3.2 Saran
Sebagai mahasiswa yang sudah mengetahui dan memahami keilmuan tentang
etika bisnis hendaknya kelak dikemudian hari ketika merintis dan menjalankan suatu
bisnis dapat menerapkan konsep etika bisnis yang sesungguhnya untuk menunjang nilai
lebih dari keilmuan yang diperoleh dan dapat mengamalkan secara langsung keilmuan
yang dimiliki.
Untuk para pelaku bisnis seharusnya dapat lebih bijak dalam menjalankan
bisnisnya dengan menerapkan etika bisnis yang baik dan benar agar tidak merugikan
pihak lain hanya dikarenakan ketamakan diri yang mengejar keuntungan tanpa
memperhatikan baik buruknya keputusan yang di ambil dalam menyikapi suatu
permasalahan yang ada dalam bisnisnya.
Sebagai pemerintah Indonesia juga hendaknya mampu mengontrol setiap pelaku
bisnis agar mampu menerapkan etika bisnis dalam menjalankan usaha agar angka
ketidaketisan pelaku bisnis dapat menurun sehingga tidak ada lagi ketidaketisan bisnis
DAFTAR PUSTAKA

Dimas. (2015, Oktober 9). Pengertian Etika Bisnis dan Penerapannya dalam Perusahaan.
Diambil dari Dimasaja: https://dimasaja68.wordpress.com/2015/10/09/pengertian-
etika-bisnis-dan- penerapannya-dalam-perusahaan/

Permatasari, I. (2013, November 18). Penerapan Etika Bisnis dalam Perusahaan.

Pradadista, F. (2012, Oktober 09). Pengertian Etika Etika Bisnis dan Penerapan Etika dalam
Kehidupan Sehari-hari. Diambil dari Fajripradadista:
http://fajripradadista.wordpress.com/2012/10/09/pengertian-etika-etika- bisnis-dan-
penerapan-etika-dalam-kehidupan-sehari-hari/

Rahmah, L. Z. (2013, Oktober 2). Etika dalam Bisnis. Diambil dari Lailasoftskill:
http://lailasoftskill.blogspot.co.id/2013/10/2-etika-dalam-bisnis.html/

Salim, M. (2013, Mei). Etika Bisnis dalam Ekonomi Islam. Diambil dari Serba Makalah:
http://serbamakalah.blogspot.co.id/2013/05/etika-bisnis-dalam- ekonomi
islam_2527.html

Anda mungkin juga menyukai