PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Di era menuju G20 dan salah satu cara untuk menghadapi MEA
(Masyarakat Ekonomi ASEAN) adalah dengan melakukan bisnis. Maka
sekarang ini bisnis sangat berkembang pesat di era ini, banyak orang
melakukan bisnis didalam berbagai bidang. Bisnis tidak hanya digeluti
oleh para professional saat ini banyak pebisnis muda yang ikut bersaing
didalam dunia bisnis.
Dengan adanya para pebisnis baru di era ini, maka suatu hal
penting bagi para pebisnis untuk mengetahui tentang Etika Bisnis. Tidak
hanya mengetahui dan memahami tapi juga diperlukan adanya suatu
Penerapan pada bisnisnya. Dengan begitu, para pebisnis tidak hanya
berpacu pada profit oriented tapi juga memeperhatikan Etika dalam
berbisnis, sehingga bisnis yang dijalankan dapat berjalan dengan baik.
Akan tetapi, tidak semudah itu didalam Penerapan Etika Bisnis
di Indonesia karena ada sebuah paradigma klasik yang menyatakan
bahwa ilmu ekonomi adalah bebas nilai (value free) yang maksudnya
Etika bisnis hanyalah mempersempit ruang gerak keuntungan
ekonomis. Padahal, prinsip ekonomi, menurut mereka adalah mencari
keuntungan yang sebesar-besarnya.
Pada tahun 1990-an Paul Ormerof, seorang ekonom kritis Inggris
menerbitkan bukunya yang amat menghebohkan “The Death of
Economics", Ilmu Ekonomi sudah menemui ajalnya. (Ormerof,1994).
Tidak sedikit pula pakar ekonomi telah menyadari makin tipisnya
kesadaran moral dalam kehidupan ekonomi dan bisnis modern.
Amitas Etzioni menghasilkan karya; The Moral dimension: Toward a
New Economics(1988). Berbagai buku etika bisnis dan dimensi moral
dalam ilmu ekonomi semakin banyak bermunculnan.
Contoh kecil kesadaran itu terlihat pada sikap para pakar
ekonomi kapitalis Barat yang telah merasakan implikasi keburukan
strategi spekulasi yang amat riskan mengusulkan untuk membuat
kebijakan dalam memerangi spekulasi.
1
1.2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut maka dapat ditarik sebuah rumusan
masalah sebagai berikut :
1.1.3. Tujuan
Adapun tujuan penulisan untuk memenuhi tugas softskill mata
kuliah Etika Bisnis dalam membuat makalah tentang Konsep Dasar Etika
dan Penerapan Etika Bisnis. Maksud dari penulisan ini adalah :
1.1.4. Manfaat
Adapun manfaat penulisan makalah ini yang kami harapkan :
2
4. Mampu memberikan wawasan dan pandangan keilmuan mengenai etika
bisnis bagi para pembaca.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Etika Bisnis
Etika bisnis adalah cara-cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang
mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan,
industri dan juga masyarakat. Kesemuanya ini mencakup bagaimana kita
menjalankan bisnis secara adil, sesuai dengan hukum yang berlaku, dan
tidak tergantung pada kedudukan individu ataupun perusahaan di
masyarakat.
Etika bisnis lebih luas dari ketentuan yang diatur oleh hukum,
bahkan merupakan standar yang lebih tinggi dibandingkan standar
minimal ketentuan hukum, karena dalam kegiatan bisnis seringkali kita
temukan wilayah abu-abu yang tidak diatur oleh ketentuan hukum.
Etika bisnis merupakan cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang
mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan dan
juga masyarakat. Etika Bisnis dalam suatu perusahaan dapat membentuk
nilai, norma dan perilaku karyawan serta pimpinan dalam membangun
hubungan yang adil dan sehat dengan pelanggan/mitra kerja, pemegang
saham, masyarakat.
Perusahaan meyakini prinsip bisnis yang baik adalah bisnis yang
beretika, yakni bisnis dengan kinerja unggul dan berkesinambungan yang
dijalankan dengan mentaati kaidah-kaidah etika sejalan dengan hukum dan
peraturan yang berlaku. Etika Bisnis dapat menjadi standar dan pedoman
bagi seluruh karyawan termasuk manajemen dan menjadikannya sebagai
pedoman untuk melaksanakan pekerjaan sehari-hari dengan dilandasi
moral yang luhur, jujur, transparan dan sikap yang profesional.
Etika Bisnis dapat menjadi standar dan pedoman bagi seluruh
karyawan termasuk manajemen dan menjadikannya sebagai pedoman
untuk melaksanakan pekerjaan sehari-hari dengan dilandasi moral yang
luhur, jujur, transparan dan sikap yang profesional.
3
2.2 Sasaran Dan Ruang Lingkup Etika Bisnis
Setelah melihat penting dan relevansinya etika bisnis ada baiknya
kita tinjau lebih lanjut apa saja sasaran dan lingkup etika bisnis itu. Ada
tiga sasaran dan lingkup pokoketika bisnis yaitu:
1. Etika bisnis sebagai etika profesi membahas berbagai prinsip,
kondisi dan masalah yang terkait dengan praktek bisnis yang baik
dan etis. Dengan kata lain, etika bisnis yang pertama bertujuan untuk
mengimbau para pelaku bisnis untuk menjalankan bisnisnya secara
baik dan etis. Karena lingkup bisnis yang pertama ini lebih sering
ditujunjukkan kepada para manajer dan pelaku bisnis dan lebih
sering berbicara mengenai bagaimana perilaku bisnis yang baik dan
etis itu.
2. Etika bisnis bisa menjadi sangat subversife. Subversife karean ia
mengunggah, mendorong dan membangkitkan kesadaran masyarakat
untuk tidak dibodoh – bodohi, dirugikan dan diperlakukan secara
tidak adil dan tidak etis oleh praktrek bisnis pihak mana pun. Untuk
menyadarkan masyarakat khususnya konsumen, buruh atau
karyawan dan masyarakat luas akan hak dan kepentingan mereka
yang tidak boleh dilanggar oleh praktek bisnis siapapun juga.
3. Etika bisnis juga berbicara mengenai system ekonomi yang sangat
menentukan etis tidaknya suatu praktek bisnis. Dalam hal ini etika
bisnis lebih bersifat makro, yang karena itu barangkali lebih tepat
disebut sebagai etika ekonomi.
Ketiga lingkup dan sasaran etika bisnis ini berkaitan erat satu
dengan yang lainnya dan bersama – sama menentukan baik tidaknya,
etis tidaknya praktek bisnis tersebut.
4
bisnis itu sendiri. Sesungguhnya dunia binis tidak sesadis yang
dibayangkan orang dan material bukanlah harga mati yang harus
diupayakan dengan cara apa yang dan bagaimanapun. Dengan paradigma
sempit dapat berkonotasi bahwa bisnis hanya dipandang sebagai sarana
meraih pendapatan dan keuntungan uang semata, dengan mengabaikan
kepentingan lainnya. Organisasi bisnis dan perusahaan dipandang hanya
sekedar mesin dan sarana untuk memaksimalkan keuntungannya dan
dengan demikian bisnis semata-mata berperan sebagai jalan untuk
menumpuk kekayaan dan bisnis telah menjadi jati diri lebih dari mesin
pengganda modal atau kapitalis.
Dari sudut pandang etika, keuntungan bukanlah hal yang baru,
bahkan secara moral keuntungan merupakan hal yang baik dan diterima.
Alasannya adalah sebagai berikut:
1. Secara moral keuntungan memungkinkan organisasi/perusahaan untuk
bertahan dalam kegiatan bisnisnya.
2. Tanpa memperoleh keuntungan tidak ada pemilik modal yang
bersedia menanamkan modalnya, dan karena itu berarti tidak akan
terjadi aktivitas yang produktif dalam memacu pertumbuhan ekonomi.
3. Keuntungan tidak hanya memungkinkan perusahaan bertahan
melainkan dapat menghidupi karyawannya ke arah tingkat hidup yang
lebih baik. Keuntungan dapat dipergunakan sebagai pengembangan
perusahaan sehingga hal ini akan membuka lapangan kerja baru.
Implementasi etika dalam penyelenggaraan bisnis mengikat setiap
personal menurut bidang tugas yang diembannya. Dengak kata lain
mengikat manajer, pimpinan unit kerja dan kelembagaan perusahaan.
Semua anggota organisasi/perusahaan sesuai dengan tugas pokok dan
fungsi harus menjabarkan dan melaksanakan etika bisnis secara konsekuen
dan penuh tanggung jawab. Dalam pandangan sempit perusahaan
dianggap sudah dianggap melaksanakan etika bisnis bilamana perusahaan
yang bersangkutan telah melaksanakan tanggung jawab sosialnya. Dari
berbagai pandangan etika bisnis, beberapa indikator yang dapat dipakai
untuk menyatakan bahwa seseorang atau perusahaan telah
mengimplementasikan etika bisnis antara lain adalah:
5
1. Indikator Etika Bisnis menurut ekonomi adalah apabila perusahaan
atau pebisnis telah melakukan pengelolaan sumber daya bisnis dan
sumber daya alam secara efisien tanpa merugikan masyarakat lain.
2. Indikator Etika Bisnis menurut peraturan khusus yang berlaku.
Berdasarkan indikator ini seseorang pelaku bisnis dikatakan beretika
dalam bisnisnya apabila masing-masing pelaku bisnis mematuhi
aturanaturan khusus yang telah disepakati sebelumnya.
3. Indikator Etika Bisnis menurut hukum. Berdasarkan indikator hukum
seseorang atau suatu perusahaan dikatakan telah melaksanakan etika
bisnis apabila seseorang pelaku bisnis atau suatu perusahaan telah
mematuhi segala norma hukum yang berlaku dalam menjalankan
kegiatan bisnisnya.
4. Indikator Etika Bisnis berdasarkan ajaran agama. Pelaku bisnis
dianggap beretika bilamana dalam pelaksanaan bisnisnya senantiasa
merujuk kepada nilai-nilai ajaran agama yang dianutnya.
5. Indikator Etika Bisnis berdasarkan nilai budaya. Setiap pelaku bisnis
baik secara individu maupun kelembagaan telah menyelenggarakan
bisnisnya dengan mengakomodasi nilai-nilai budaya dan adat istiadat
yang ada disekitar operasi suatu perusahaan, daerah dan suatu bangsa.
6. Indikator Etika Bisnis menurut masing-masing individu adalah apabila
masing-masing pelaku bisnis bertindak jujur dan tidak mengorbankan
integritas pribadinya.
6
1. Prinsip Otonomi yaitu sikap dan kemampuan manusia untuk
mengambil keputusan dan bertindak berdasarkan kesadarannya
tentang apa yang dianggapnya baik untuk dilakukan.
2. Prinsip Kejujuran terdapat tiga lingkup kegiatan bisnis yang bisa
ditunjukkan secara jelas bahwa bisnis tidak akan bisa bertahan
lama dan berhasil kalau tidak didasarkan atas kejujuran. Pertama,
jujur dalam pemenuhan syarat-syarat perjanjian dan kontrak.
Kedua, kejujuran dalam penawaran barang atau jasa dengan mutu
dan harga yang sebanding. Ketiga, jujur dalam hubungan kerja
intern dalam suatu perusahaan.
3. Prinsip Keadilan menuntut agar setiap orang diperlakukan secara
sama sesuai dengan aturan yang adil dan sesuai criteria yang
rasional obyektif, serta dapat dipertanggung jawabkan.
4. Prinsip Saling Menguntungkan (Mutual Benefit Principle) ;
menuntut agar bisnis dijalankan sedemikian rupa sehingga
menguntungkan semua pihak.
5. Prinsip Integritas Moral ; terutama dihayati sebagai tuntutan
internal dalam diri pelaku bisnis atau perusahaan, agar perlu
menjalankan bisnis dengan tetap menjaga nama baik pimpinan atau
orang-orangnya maupun perusahaannya.
Selain itu juga ada beberapa nilai – nilai etika bisnis yang dinilai
oleh Adiwarman Karim, Presiden Direktur Karim Business Consulting,
seharusnya jangan dilanggar, yaitu :
Kejujuran: Banyak orang beranggapan bisnis merupakan kegiatan
tipumenipu demi mendapat keuntungan. Ini jelas keliru.
Sesungguhnya kejujuran merupakan salah satu kunci keberhasilan
berbisnis. Bahkan, termasuk unsur penting untuk bertahan di
tengah persaingan bisnis.
Keadilan: Perlakukan setiap orang sesuai haknya. Misalnya,
berikan upah kepada karyawan sesuai standar serta jangan pelit
memberi bonus saat perusahaan mendapatkan keuntungan lebih.
Terapkan juga keadilan saat menentukan harga, misalnya dengan
tidak mengambil untung yang merugikan konsumen.
7
Rendah Hati: Jangan lakukan bisnis dengan kesombongan.
Misalnya, dalam mempromosikan produk dengan cara berlebihan,
apalagi sampai menjatuhkan produk bersaing, entah melalui
gambar maupun tulisan. Pada akhirnya, konsumen memiliki
kemampuan untuk melakukan penilaian atas kredibilitas sebuah
poduk/jasa. Apalagi, tidak sedikit masyarakat yang percaya bahwa
sesuatu yang terlihat atau terdengar terlalu sempurna, pada
kenyataannya justru sering kali terbukti buruk.
Simpatik: Kelola emosi. Tampilkan wajah ramah dan simpatik.
Bukan hanya di depan klien atau konsumen anda, tetapi juga di
hadapan orangorang yang mendukung bisnis anda, seperti
karyawan, sekretaris dan lainlain.
Kecerdasan: Diperlukan kecerdasan atau kepandaian untuk
menjalankan strategi bisnis sesuai dengan ketentuan-ketentuan
yang berlaku, sehingga menghasilkan keuntungan yang memadai.
Dengan kecerdasan pula seorang pebisnis mampu mewaspadai dan
menghindari berbagai macam bentuk kejahatan non-etis yang
mungkin dilancarkan oleh lawan-lawan bisnisnya.
8
Pelaku bisnis disini dituntut untuk peduli dengan keadaan
masyarakat, bukan hanya dalam bentuk “uang” dengan jalan
memberikan sumbangan, melainkan lebih kompleks lagi.
d. Memelihara Kesepakatan
Memelihara kesepakatan atau menumbuhkembangkan
Kesadaran dan rasa Memiliki terhadap apa yang telah disepakati adalah
salah satu usaha menciptakan etika bisnis.
e. Mampu Menyatakan yang Benar itu Benar
Kalau pelaku bisnis itu memang tidak wajar untuk menerima
kredit (sebagai contoh) karena persyaratan tidak bisa dipenuhi dan
jangan memaksa diri untuk mengadakan “kolusi” serta memberikan
“komisi” kepada pihak yang terkait.
9
Sesungguhnya Indonesia harus lebih awal menggerakan
penerapan etika bisnis secara intensif terutama setelah tragedi krisis
ekonomi tahun 1998. Sayangnya bangsa ini mudah lupa dan mudah pula
memberikan maaf kepada suatu kesalahan yang menyebabkan bencana
nasional sehingga penyebab krisis tidak diselesaikan secara tuntas dan
tidak berdasarkan suatu pola yang mendasar. Sesungguhnya penyebab
utama krisis ini, dari sisi korporasi, adalah tidak berfungsinya praktek
etika bisnis secara benar, konsisten dan konsekuen.
Demikian pula penyebab terjadinya kasus Pertamina tahun
(1975), Bank Duta (1990) adalah serupa praktek penerapan etika bisnis
yang paling sering kita jumpai pada umunya diwujudkan dalam bentuk
buku saku “code of conducts” atau kode etik dimasing-masing
perusahaan. Hal ini barulah merupakan tahap awal dari praktek etika
bisnis yakni mengkodifikasi-kan nilai-nilai yang terkandung dalam etika
bisnis bersama-sama corporateculture atau budaya perusahaan, kedalam
suatu bentuk pernyataan tertulis dari perusahaan untuk dilakukan dan
tidak dilakukan oleh manajemen dan karyawan dalam melakukan
kegiatan bisnis.
Secara sederhana yang dimaksud dengan etika bisnis adalah cara-
cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek
yang berkaitan dengan individu, perusahaan, industri dan juga
masyarakat. Kesemuanya ini mencakup bagaimana kita menjalankan
bisnis secara adil (fairness), sesuai dengan hukum yang berlaku (legal)
tidak tergantung pada kedudukani individu ataupun perusahaan di
masyarakat.
Etika bisnis lebih luas dari ketentuan yang diatur oleh hukum,
bahkan merupakan standar yang lebih tinggi dibandingkan standar
minimal ketentuan hukum, karena dalam kegiatan bisnis seringkali kita
temukan “grey-area” yang tidak diatur oleh ketentuan hukum. Menurut
Von der Embse dan R.A. Wagley dalam artikelnya di Advance
Managemen Jouurnal (1988) yang berjudul Managerial Ethics Hard
Decisions on Soft Criteria, membedakan antara ethics, morality dan law
sebagai berikut :
10
Ethics is defined as the consensually accepted standards of
behavior for an occupation, trade and profession.
Morality is the precepts of personal behavior based on religious or
philosophical grounds.
Law refers to formal codes that permit or forbid certain behaviors
and may or may not enforce ethics or morality.
Berdasarkan pengertian tersebut, terdapat tiga pendekatan dasar dalam
merumuskan tingkah laku etika kita :
1. Utilitarian Approach : setiap tindakan harus didasarkan pada
konsekuensi nya. Oleh karena itu dalam bertindak seseorang
seharusnya mengikuti cara-cara yang dapat memberi manfaat
sebesar-besarnya kepada masyarakat, dengan cara yang tidak
membahayakan dan dengan biaya serendah-rendahnya.
2. Individual Rights Approach : setiap orang dalam tindakan dan
kelakuan nya memiliki hak dasar yang harus dihormati. Namun
tindakan ataupun tingkah laku tersebut harus dihindari apabila
diperkirakan akan menyebabkan terjadi benturan dengan hak
orang lain.
3. Justice Approach : para pembuat keputusan mempunyai
kedudukan yang sama, dan bertindak adil dalam memberikan
pelayanan kepada pelanggan baik secara perseorangan ataupun
secara kelompok.
Dari pengelompokan tersebut Cavanagh (1990)
memberikan cara menjawab permasalahan etika dengan
merangkum dalam 3 bentuk pertanyaan sederhana yakni :
• Utility : Does it optimize the satisfactions of all stakeholders ?
• Rights : Does it respect the rights of the individuals involved ?
• Justice : Is it consistent with the canons oif justice ?
Mengapa etika bisnis dalam perusahaan terasa sangat penting saat
ini? Karena untuk membentuk suatu perusahaan yang kokoh dan memiliki
daya saing yang tinggi serta mempunyai kemampuan menciptakan nilai
(valuecreation) yang tinggi, diperlukan suatu landasan yang kokoh.
Biasanya dimulai dari perencanaan strategis , organisasi yang baik, sistem
11
prosedur yang transparan didukung oleh budaya perusahaan yang andal
serta etika perusahaan yang dilaksanakan secara konsisten dan konsekuen.
Contoh kasus Enron yang selain menhancurkan dirinya telah pula
menghancurkan Kantor Akuntan Publik Arthur Andersen yang memiliki
reputasi internasional, dan telah dibangun lebih dari 80 tahun, menunjukan
bahwa penyebab utamanya adalah praktek etika perusahaan tidak
dilaksanakan dengan baik dan tentunya karena lemahnya kepemimpinan
para pengelolanya. Dari pengalaman berbagai kegagalan tersebut, kita
harus makin waspada dan tidak terpana oleh cahaya dan kilatan suatu
perusahaan hanya semata-mata dari penampilan saja, karena berkilat
belum tentu emas.
Haruslah diyakini bahwa pada dasarnya praktek etika perusahaan
akan selalu menguntungkan perusahaan baik untuk jangka menengah
maupun jangka panjang karena :
a. Akan dapat mengurangi biaya akibat dicegahnya kemungkinan
terjadinya friksi baik intern perusahaan maupun dengan eksternal.
b. Akan dapat meningkatkan motivasi pekerja.
c. Akan melindungi prinsip kebebasan ber-niaga
d. Akan meningkatkan keunggulan bersaing.
Tindakan yang tidak etis, bagi perusahaan akan memancing
tindakan balasan dari konsumen dan masyarakat dan akan sangat kontra
produktif, misalnya melalui gerakan pemboikotan, larangan beredar,
larangan beroperasi. Hal ini akan dapat menurunkan nilai penjualan
maupun nilai perusahaan. Sedangkan perusahaan yang menjunjung tinggi
nilai-nilai etika pada umumnya perusahaan yang memiliki peringkat
kepuasan bekerja yang tinggi pula, terutama apabila perusahaan tidak
mentolerir tindakan yany tidak etis misalnya diskriminasi dalam sistem
remunerasi atau jenjang karier. Karyawan yang berkualitas adalah aset
yang paling berharga bagi perusahaan oleh karena itu semaksimal
mungkin harus tetap dipertahankan.
Untuk memudahkan penerapan etika perusahaan dalam kegiatan
seharihari maka nilai-nilai yang terkandung dalam etika bisnis harus
dituangkan kedalam manajemen korporasi yakni dengan cara :
12
1. Menuangkan etika bisnis dalam suatu kode etik (code of conduct)
2. Memperkuat sistem pengawasan
3. Menyelenggarakan pelatihan (training) untuk karyawan secara
terus menerus.
Ketentuan tersebut seharusnya diwajibkan untuk dilaksanakan,
minimal oleh para pemegang saham, sebagaimana dilakukan oleh
perusahaan yang tercatat di NYSE ( antara lain PT. TELKOM dan PT.
INDOSAT) dimana diwajibkan untuk membuat berbagai peraturan
perusahaan yang sangat ketat sesuai dengan ketentuan dari Sarbannes
Oxley yang diterbitkan dengan maksud untuk mencegah terulangnya
kasus Enron dan Worldcom. Kesemuanya itu adalah dari segi korporasi,
bagaimana penerapan untuk individu dalam korporasi tersebut ? Anjuran
dari filosuf Immanual Kant yang dikenal dengan Golden Rule bisa sebagai
jawabannya, yakni :
• Treat others as you would like them to treat you
• An action is morally wrong for a person if that person uses others,
merely as means for advancing his own interests.
13
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
14
Sebagai pemerintah Indonesia juga hendaknya mampu mengontrol
setiap pelaku bisnis agar mampu menerapkan etika bisnis dalam
menjalankan usaha agar angka ketidaketisan pelaku bisnis dapat menurun
sehingga tidak ada lagi ketidaketisan bisnis
15
DAFTAR PUSTAKA
Dimas. (2015, Oktober 9). Pengertian Etika Bisnis dan Penerapannya dalam
Perusahaan. Diambil dari Dimasaja:
https://dimasaja68.wordpress.com/2015/10/09/pengertian-etika-bisnis-
danpenerapannya-dalam-perusahaan/
Pradadista, F. (2012, Oktober 09). Pengertian Etika Etika Bisnis dan Penerapan
Etika dalam Kehidupan Sehari-hari. Diambil dari Fajripradadista:
http://fajripradadista.wordpress.com/2012/10/09/pengertian-etika-
etikabisnis-dan-penerapan-etika-dalam-kehidupan-sehari-hari/
Rahmah, L. Z. (2013, Oktober 2). Etika dalam Bisnis. Diambil dari Lailasoftskill:
http://lailasoftskill.blogspot.co.id/2013/10/2-etika-dalam-bisnis.html
Salim, M. (2013, Mei). Etika Bisnis dalam Ekonomi Islam. Diambil dari Serba
Makalah: http://serbamakalah.blogspot.co.id/2013/05/etika-bisnis-
dalamekonomi-islam_2527.html
16