Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PRINSIP-PRINSIP ETIKA BISNIS

Disusun Oleh :
Muhammad Andri NPM. 3031910009
Nurcahaya Ramadhani NPM.3031910046
Nurul NPM. 3031910051
Sella NPM. 3031910011

SEKOLAH TINGGI ILMU MANAJEMEN


INDONESIA BANJARMASIN
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
 
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
Rahmat, Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga kami dapat merampungkan
penyusunan makalah dengan judul PRINSIP-PRINSIP ETIKA BISNIS " tepat
pada waktunya

Penyusunan makalah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung


bantuan dari berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya.
Akhirnya kami sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini dapat
diambil manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para pembaca
untuk mengangkat permasalahan lain yang relevan ,dengan segala kerendahan
hati, kami juga menerima kritik dan saran agar penyusunan makalah selanjutnya
menjadi lebih baik. Untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih dan
semoga karya tulis ini bermanfaat bagi para pembaca.

Banjarmasin, September 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................1
1.3 Tujuan..............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Etika Bisnis....................................................................................3
2.2 Prinsip-Prinsip Etika Bisnis ............................................................................3
2.3 Contoh Pelangaran Prinsip Etika Bisnis..........................................................6

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan......................................................................................................10
3.2 Saran................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebagian besar orang beranggapan bahwa dalam menjalankan bisnis seorang
pebisnis tidak perlu mengindahkan aturan-aturan, prinsip-prinsip serta nilai moral
yang berlaku dalam bisnis karena bisnis merupakan suatu persaingan, sehingga
pelaku bisnis harus memfokuskan diri untuk berusaha dengan berbagai macam
cara dan upaya agar bisa menang dalam persaingan bisnis yang ketat.
Dalam bisnis terdapat aturan yang penuh dengan persaingan dan tentunya
aturan-aturan tersebut berbeda dengan aturan moral dan sosial yang biasa
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Seorang pebisnis yang ingin mematuhi
atau menerapkan aturan moral atau etika akan berada pada posisi yang tidak
menguntungkan.
Namun, anggapan tersebut tidak sepenuhnya benar karena ternyata beberapa
perusahaan dapat berhasil karena memegang teguh kode etis dan komitmen moral
tertentu. Bisnis merupakan aktivitas yang penting dari masyarakat, sehingga
norma dan nilai moral yang dianggap baik dan berlaku di masyarakat dibawa dan
diterapkan ke dalam kegiatan bisnis.
Sebuah perusahaan yang unggul sebaiknya tidak hanya tergantung pada
kinerja yang baik, pengaturan manejerial dan financial yang baik , keunggulan
teknologi yang dimiliki, sarana dan prasarana yang dimiliki melainkan juga harus
didasari dengan etis dan etos bisnis yang baik. Dengan memperhatikan etos dan
etis bisnis yang baik maka kepercayaan konsumen terhadap perusahaan tetap
terjaga. Hal ini tentunya membantu perusahaan dalam menciptakan citra bisnis
yang baik dan etis.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa maksud dari Pengertian Etika Bisnis?
2. Apa saja Prinsip-Prinsip Etika Bisnis ?
3. Bagaimana Contoh Pelangaran Prinsip Etika Bisnis?

1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui maksud dari pengertian Etika Bisnis
2. Untuk mengetahui prinsip-prinsip Etika Bisnis
3. Untuk mengetahui contoh pelangaran Prinsip Etika Bisnis

2
 BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Etika Bisnis
Secara sederhana yang dimaksud dengan etika bisnis adalah cara-cara untuk
melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan
individu, perusahaan, industri dan juga masyarakat. Semua ini mencakup
bagaimana kita menjalankan bisnis secara adil, sesuai dengan hukum yang
berlaku, dan tidak tergantung pada kedudukan individu ataupun perusahaan di
masyarakat.
Etika bisnis lebih luas dari ketentuan yang diatur oleh hukum, bahkan
merupakan standar yang lebih tinggi dibandingkan standar minimal ketentuan
hukum, karena dalam kegiatan  bisnis seringkali kita temukan wilayah abu-abu
yang tidak diatur oleh ketentuan hukum.
Beberapa hal yang mendasari perlunya etika dalam kegiatan bisnis:
1. Selain mempertaruhkan barang dan uang untuk tujuan keuntungan, bisnis juga
mempertaruhkan nama, harga diri, bahkan nasib manusia yang terlibat di
dalamnya.
2. Bisnis adalah bagian penting dalam masyarakat.
3. Bisnis juga membutuhkan etika yang setidaknya mampu memberikan
pedoman bagi pihak – pihak yang melakukannya.

2.2 Prinsip-Prinsip Pelaku Etika Bisnis


Dalam etika bisnis berlaku prinsip-prinsip yang seharusnya dipatuhi oleh para
pelaku bisnis. Menurut Sonny Keraf, prinsip dimaksud adalah :
1. Prinsip Otonomi, yaitu kemampuan mengambil keputusan dan bertindak
berdasarkan kesadaran tentang apa yang baik untuk dilakukan dan
bertanggung jawab secara moral atas keputusan yang diambil.
2. Prinsip Kejujuran, bisnis tidak akan bertahan lama apabila tidak
berlandaskan kejujuran karena kejujuran merupakan kunci keberhasilan suatu
bisnis (misal, kejujuran dalam pelaksanaan kontrak, kejujuran terhadap
konsumen, kejujuran dalam hubungan kerja dan lain-lain).

3
3. Prinsip Keadilan, bahwa tiap orang dalam berbisnis harus mendapat
perlakuan yang sesuai dengan haknya masing-masing, artinya tidak ada yang
boleh dirugikan haknya.
4. Prinsip Saling Mengutungkan, agar semua pihak berusaha untuk saling
menguntungkan, demikian pula untuk berbisnis yang kompetitif.
5. Prinsip Integritas Moral, prinsip ini merupakan dasar dalam berbisnis
dimana para pelaku bisnis dalam menjalankan usaha bisnis mereka harus
menjaga nama baik perusahaan agar tetap dipercaya dan merupakan
perusahaan terbaik.
Di samping 5 prinsip diatas, dalam menciptakan etika bisnis ada beberapa hal
yang juga perlu diperhatikan, antara lain adalah:
1. Pengendalian diri
2. Pengembangan tanggung jawab sosial (social responsibility)
3. Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh
pesatnya perkembangan informasi dan teknologi
4. Menciptakan persaingan yang sehat
5. Menerapkan konsep “pembangunan berkelanjutan”
6. Menghindari sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi, dan
Komisi)
7. Mampu menyatakan yang benar itu benar
8. Menumbuhkan sikap saling percaya antara golongan pengusaha kuat dan
golongan pengusaha ke bawah
9. Konsekuen dan konsisten dengan aturan main yang telah disepakati bersama
10. Kembangkan kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa yang telah disepakati
11. Perlu adanya sebagian etika bisnis yang dituangkan dalam suatu hokum positif
yang berupa peraturan perundang-undangan
Penerapan etika bisnis sangat penting terutama dalam menghadapi era
pasar bebas dimana perusahaan-perusahaan harus dapat bersaing berhadapan
dengan kekuatan perusahaan asing. Perusahaan asing ini biasanya memiliki
kekuatan yang lebih terutama mengenai bidang SDM, Manajemen, Modal dan
Teknologi.

4
Ada mitos bahwa bisnis dan moral tidak ada hubungan. Bisnis tidak dapat
dinilai dengan nilai etika karena kegiatan pelaku bisnis, adalah melakukan sebaik
mungkin kegiatan untuk memperoleh keuntungan. Sehingga yang menjadi pusat
pemikiran mereka adalah bagaimana memproduksi, memasarkan atau membeli
barang dengan memperoleh keuntungan sebesar-besarnya. Perilaku bisnis sebagai
suatu bentuk persaingan akan berusaha dengan berbagai bentuk cara dan
pemanfaatan peluang untuk memperoleh keuntungan.
Apa yang diungkapkan diatas adalah tidak benar karena dalam bisnis yang
dipertaruhkan bukan hanya uang dan barang saja melainkan juga diri dan nama
baik perusahaan serta nasib masyarakat sebagai konsumen. Perilaku bisnis
berdasarkan etika perlu diterapkan meskipun tidak menjamin berjalan sesuai
dengan apa yang diharapkan, akan tetapi setidaknya akan menjadi rambu-rambu
pengaman apabila terjadi pelanggaran etika yang menyebabkan timbulnya
kerugian bagi pihak lain.
Masalah pelanggaran etika sering muncul antara lain seperti, dalam hal
mendapatkan ide usaha, memperoleh modal, melaksanakan proses produksi,
pemasaran produk, pembayaran pajak, pembagian keuntungan, penetapan mutu,
penentuan harga, pembajakan tenaga profesional, blow-up proposal proyek,
penguasaan pangsa pasar dalam satu tangan, persengkokolan, mengumumkan
propektis yang tidak benar, penekanan upah buruh dibawah standar, insider
traiding dan sebagainya. Ketidaketisan perilaku berbisnis dapat dilihat hasilnya,
apabila merusak atau merugikan pihak lain. Biasanya faktor keuntungan
merupakan hal yang mendorong terjadinya perilaku tidak etis dalam berbisnis.
Suatu perusahaan akan berhasil bukan hanya berlandaskan moral dan
manajemen yang baik saja, tetapi juga harus memiliki etika bisnis yang baik.
Perusahaan harus mampu melayani kepentingan berbagai pihak yang terkait. Ia
harus dapat mempertahankan mutu serta dapat memenuhi permintaan pasar yang
sesuai dengan apa yang dianggap baik dan diterima masyarakat. Dalam proses
bebas dimana terdapat barang dan jasa yang ditawarkan secara kompetitif akan
banyak pilihan bagi konsumen, sehingga apabila perusahaan kurang berhati-hati
akan kehilangan konsumennya.

5
Perilaku tidak etis dalam kegiatan bisnis sering juga terjadi karena
peluang-peluang yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan yang
kemudian disahkan dan disalah gunakan dalam penerapannya dan kemudian
dipakai sebagai dasar untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang melanggar etika
bisnis.

2.3 Contoh Pelanggaran Prinsip Etika Bisnis


Etika bisnis saat ini telah banyak dilanggar oleh para pelaku bisnis. Demi
mendapatkan laba yang sebesar-besarnya, pelaku bisnis kerap menghalakan segala
cara. Inilah yang menyebabkan timbul kasus-kasus etika bisnis yang
terkadangurusannya dapat sampai ke meja hijau.
Secara sederhana, etika bisnis dapat diartikan sebagai prinsip-prinsip moral
dalam melaksanakan kegiatan bisnis. Etika dalam berbisnis ini ialah hal penting.
Sebagaimana pentingnya etika dalam pergaulan atau bermasyarakat.
Tanpa etika bisnis yang baik maka seorang pelaku bisnis akan berlaku
seenaknya, dan hal itu akan merugikan pihak lain. Etika bisnis juga berfungsi
sebagai penjaga batasan bagi pelaku bisnis yang lain, buat saling menghargai
pelaku bisnis lain.
Dalam era pasar bebas seperti saat ini, setiap pelaku bisnis diberi kebebasan
seluas-luasnya buat membangun dan mengembangan bisnis ekonominya. Setiap
pelaku bisnis diberi kesempatan yang sama sehingga persaingan yang tak sehat
kerap terjadi.
Di sinilah etika dalam berbisnis itu kerap dilanggar. Masalahnya seperti
menemukan penemuan baru, cara memperoleh modal, penentuan harga,
pembajakan tenaga profesional, dan sebagainya kerap menjadi penyebabnya.
     Untuk mengenal lebih jauh apakah sebenarnya etika bisnis itu, maka
etika bisnis bisa dilihat dari berbagai aspek pelanggaran yang sering terjadi.
Aspek pelanggaran tersebut antara lain:

1. Pelanggaran etika bisnis terhadap hukum

6
Sebuah perusahaan x karena kondisi perusahaan yang pailit akhirnya
memutuskan untuk melakukan PHK kepada karyawannya. Namun dalam
melakukan PHK itu, perusahaan sama sekali tidak memberikan pesongan
sebagaimana yang diatur dalam UU No. 13/2003 tentang Ketenagakerjaan.
Dalam kasus ini perusahaan x dapat dikatakan melanggar prinsip
kepatuhan terhadap hukum.
2. Pelanggaran etika bisnis terhadap prinsip kewajaran
Sebuah perusahaan property tidak memberikan surat ijin membangun
rumah dari developer kepada dua orang konsumennya di kawasan kavling
perumahan milik perusahaan tersebut. Konsumen pertama sudah
memenuhi kewajibannya membayar harga tanah sesuai kesepakatan dan
biaya administrasi lainnya. Sementara konsumen kedua masih mempunyai
kewajiban membayar kelebihan tanah, karena setiap kali akan membayar
pihak developer selalu menolak dengan alasan belum ada ijin dari pusat
perusahaan. Dikawasan kavling itu hanya dua orang ini yang belum
mengantongi ijin pembangunan rumah, sementara 30 konsumen lainnya
sudah diberi ijin dan rumah mereka sudah dibangun semuannya. Alasan
yang dikemukakan perusahaan itu adalah ingin memberikan pelajaran
kepada dua konsumen tadi karena dua orang ini telah memprovokasi
konsumen lainnya untuk melakukan penuntutan segera pemberian ijin
pembangunan rumah. Dari kasus ini, perusahaan property tersebut telah
melanggar prinsip kewajaran (fairness) karena tidak memenuhi hak-hak
stakeholder (konsumen) dengan alasan yang tidak masuk akal.
3. Pelanggaran etika bisnis terhadap pertanggungjawaban.
Sebuah perusahaan PJTKI melakukan rekruitmen untuk tenaga baby sitter.
Dalam pengumuman dan perjanjian dinyatakan bahwa perusahaan berjanji
akan mengirimkan calon TKI setelah 2 bulan mengikuti training dan
dijanjikan akan dikirim ke negara-negara tujuan. Bahkan perusahaan
tersebut menjanjikan bahwa segala biaya yang dikeluarkan pelamar akan
dikembalikan jika mereka tidak jadi berangkat ke negara tujuan. B yang
terarik dengan tawaran tersebut langsung mendaftar dan mengeluarkan

7
biaya sebanyak Rp 7 juta untuk ongkos administrasi dan pengurusan visa
dan paspor. Namun setelah 2 bulan training, B tak kunjung
diberangkatkan. Ketika dikonfirmasi, perusahaan PJTKI itu selalu berkilah
ada penundaan, begitu seterusnya. Dari kasus ini, Perusahaan PJTKI
tersebut telah melanggar prinsip pertanggungjawaban dengan
mengabaikan hak-hak B sebagai calon TKI yang seharusnya diberangnka
ke negara tujuan untuk bekerja.
4. Pelanggaran etika bisnis terhadap transparansi
Sebuah Yayasan X menyelenggarakan pendidikan setingkat SMA. Pada
tahun ajaran baru sekolah mengenakan biaya sebesar Rp 500.000,- kepada
setiap siswa baru. Pungutan sekolah ini sama sekali tidak diinformasikan
kepada mereka saat akan mendaftar, sehingga setelah diterima mau tidak
mau mereka harus membayar. Disamping itu tidak ada informasi maupun
penjelasan resmi tentang penggunaan uang itu kepada wali murid.
Setelah didesak oleh banyak pihak, Yayasan baru memberikan informasi
bahwa uang itu dipergunakan untuk pembelian seragama guru. Dalam
kasus ini, pihak Yayasan dan sekolah dapat dikategorikan melanggar
prinsip transparansi.
5. Pelanggaran etika bisnis terhadap akuntabilitas
Sebuah RS Swasta melalui pihak pengurus mengumumkan kepada seluruh
karyawan yang akan mendaftar PNS secara otomotais dinyatakan
mengundurkan diri. A sebagai salah seorang karyawan di RS Swasta itu
mengabaikan pengumuman dari pihak pengurus karena menurut
pendapatnya ia diangkat oleh Pengelola dalam hal ini direktur, sehingga
segala hak dan kewajiban dia berhubungan dengan Pengelola bukan
Pengurus. Pihak
Pengelola sendiri tidak memberikan surat edaran resmi mengenai
kebijakan tersebut. Karena sikapnya itu, A akhirnya dinyatakan
mengundurkan diri. Dari kasus ini RS Swasta itu dapat dikatakan
melanggar prinsip akuntabilitas karena tidak ada kejelasan fungsi,

8
pelaksanaan dan pertanggungjawaban antara Pengelola dan Pengurus
Rumah Sakit.
6. Pelanggaran etika bisnis terhadap prinsip kejujuran
Sebuah perusahaan pengembang di Sleman membuat kesepakatan dengan
sebua perusahaan kontraktor untuk membangun sebuah perumahan. Sesuai
dengan kesepakatan pihak pengembang memberikan spesifikasi bangunan
kepada kontraktor. Namun dalam pelaksanaannya, perusahaan kontraktor
melakukan penurunan kualitas spesifikasi bangunan tanpa sepengetahuan
perusahaan pengembang. Selang beberapa bulan kondisi bangunan sudah
mengalami kerusakan serius. Dalam kasus ini pihak perusahaan
kontraktor dapat dikatakan telah melanggar prinsip kejujuran karena tidak
memenuhi spesifikasi bangunan yang telah disepakati bersama dengan
perusahaan pengembang.
7. Pelanggaran etika terhadap prinsip empati
Seorang nasabah sebut saja X, dari perusahaan pembiayaan terlambat
membayar angsuran mobil sesuai tanggal jatuh tempo karena anaknya
sakit parah. X sudah memberitahukan kepada pihak perusahaan tentang
keterlambatannya membayar angsuran, namun tidak mendapatkan respon
dari perusahaan. Beberapa minggu setelah jatuh tempo pihak perusahaan
langsung mendatangi X untuk menagih angsuran dan mengancam akan
mengambil mobil yang masih diangsur itu. Pihak perusahaan menagih
dengan cara yang tidak sopan dan melakukan tekanan psikologis kepada
nasabah. Dalam kasus ini, kita dapat mengkategorikan pihak perusahaan
telah melakukan pelanggaran prinsip empati pada nasabah X, karena
sebenarnya pihak perusahaan dapat memberikan peringatan kepada
nasabah itu dengan cara yang bijak dan tepat.

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian bahasan prinsip-prinsip etika bisnis dapat disimpulkan
bahwa:
Dalam etika bisnis berlaku prinsip-prinsip yang seharusnya dipatuhi oleh
para pelaku bisnis. Prinsip dimaksud adalah : Prinsip Otonomi, yaitu kemampuan
mengambil keputusan dan bertindak berdasarkan kesadaran tentang apa yang baik
untuk dilakukan dan bertanggung jawab secara moral atas keputusan yang
diambil. Prinsip Kejujuran, bisnis tidak akan bertahan lama apabila tidak
berlandaskan kejujuran karena kejujuran merupakan kunci keberhasilan suatu
bisnis (misal, kejujuran dalam pelaksanaan kontrak, kejujuran terhadap
konsumen, kejujuran dalam hubungan kerja dan lain-lain). Prinsip Keadilan,
bahwa tiap orang dalam berbisnis harus mendapat perlakuan yang sesuai dengan
haknya masing-masing, artinya tidak ada yang boleh dirugikan haknya. Prinsip
Saling Mengutungkan, agar semua pihak berusaha untuk saling menguntungkan,
demikian pula untuk berbisnis yang kompetitif. Prinsip Integritas Moral, prinsip
ini merupakan dasar dalam berbisnis dimana para pelaku bisnis dalam
menjalankan usaha bisnis mereka harus menjaga nama baik perusahaan agar tetap
dipercaya dan merupakan perusahaan terbaik. 
Jangan menganggap remeh suatu etika bisnis itu karena etika tersebut sangat
penting bagi kemajuan perusahaan itu sendiri. Tanpa adanya suatu etika dalam
bisnis mungkin perusahaan tidak akan bertahan lama karena akan menghancurkan
nama baik perusahaan itu sendiri. Oleh karena itu wajib bagi semua perusahaan
untuk menerapkan suatu etika bisnis dalam perusahaannya.

10
3.2 Saran
1. Perlu adanya sadar diri didalam hati para pegawai didalam perusahaan yang
ingin menerapkan etika didalam bisnis agar tidak adanya kecurangan atau
kebohongan yang terjadi pada perusahaan itu nantinya dan perlu
diterapkannya sanksi atau hukuman yang berat apabila ada salah satu pegawai
yang melanggarnya, sehingga etika di dalam bisnis pun dapat berjalan dengan
baik dan lancar di perusahaan tersebut.
2. Hendaknyasetiappelakubisnismenjalankanbisnisnyasesuaidegankodeetikdanpr
insipetika yang berlaku. Semua hal yang dilakukan dengan benar, maka akan
menghasilkan sesuatu yang bermanfaat dan menguntungkan banyak pihak.
Prinsip etika ini bermanfaat untuk mengurangi risiko kerusakan di lingkungan
sekitar.
3. Saling menjaga kepercayaan dalam kerjasama akan berpengaruh besar
terhadap reputasi perusahaan tersebut, baik dalam lingkup mikro maupun
makro. Tentunya ini  tidak akan memberikan keuntungan segera, namun ini
adalah wujud investasi jangka panjang bagi seluruh elemen dalam lingkaran
bisnis. Oleh karena itu, etika dalam berbisnis sangatlah penting.
4. Setiap pelaku etika bisnis hendaknya melaksanakan prinsip – prinsip dalam
beretika. Pelanggaran – pelanggaran Etika yang terjadi menunjukkan bahwa
kesadaran pelaku bisnis terhadap pentingnya etika masih sangat kurang. Pada
umumnya pelanggaran etika bisnis yang sering terjadi, dilakukan oleh pihak
yang memiliki kekuasaan.  Hal ini dikarenakan tidak adanya etika yang
bersifat mengikat bagi pelakunya, oleh karena itu perlu dibuat aturan – aturan
yang tegas bersifat lebih mengikat terhadap pelanggaran yang merugikan
pelaku bisnis. Penegakan aturan – aturan ini harus jelas dan transparan.
5. Dalam berbisnis kita juga harus mempunyai etika. Jika etika kita kurang baik
maka orang lain akan menilai anda secara negatif.
6. Kunci utama kesuksesan bisnis adalah reputasinya sebagai pengusaha yang
memegang teguh integritas dan kepercayaan pihak lain, yaitu dengan cara
memegang prinsip-pripsip etika dalam berbisnis.

11
 DAFTAR PUSTAKA
Brooks, Leonard J dkk, 2007. Etika Bisnis & Profesi (Untuk Direktur, Eksekutif,
dan Akuntan). Jakarta: Salemba Empat.
Keraf, A Sonny, 1998. Etika Bisnis (Tuntutan Dan Relevansinya). Yogyakarta:
Kanisius.
http://lollipop46.blogspot.com/2015/02/v-behaviorurldefaultvmlo_13.html
http://suharmita-darmin.blogspot.com/2014/04/etika-bisnis.html

12

Anda mungkin juga menyukai