Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

PRINSIP-PRINSIP ETIKA BISNIS DAN PENERAPANNYA


“Disusun guna memenuhi tugas kelompok mata kuliah Etika dan Hukum Bisnis”
Dosen Pengampu : Muh.Dzulfaqori Jatnika,S.Pd.,M.SEI

Disusun oleh ;
Kelompok 4
Nailan Kinan Al-Jauzi (200312046)
Salma Sayidah (200312058)
Widi Aulia Nurrahman (200312069)
Yasmin Aulia Mumtaz (200312073)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANDUNG
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan dalam
menyelesaikan makalah tepat waktu. Tanpa rahmat dan pertolongan-Nya, kami tidak akan
mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tidak lupa shalawat serta salam tercurahkan
kepada Nabi agung Muhammad SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak.

Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
sehingga makalah “Prinsip-Prinsip Etika Bisnis dan Penerapannya” dapat diselesaikan.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Etika dan Hukum Bisnis. Selain itu,
makalah ini bertujuan untuk mengetahui secara mendalam tentang Prinsip-Prinsip Etika Bisnis
dan Penerapannya dalam menjalankan Perusahaan.

Kami menyadari makalah bertema “Prinsip-Prinsip Etika Bisnis dan Penerapannya”


ini masih perlu banyak penyempurnaan karena kesalahan dan kekurangan. Kami terbuka
terhadap kritik dan saran pembaca agar makalah ini dapat lebih baik. Apabila terdapat banyak
kesalahan pada makalah ini, baik terkait penulisan maupun konten, Kami memohon maaf.

Bandung, 03 November 2021

Kelompok 4

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………...…...……………...i

DAFTAR ISI ………………………………………….…………...……………...ii

BAB I PENDAHULUAN ………………………….……………..………….…...1

1.1 Latar Belakang ……………………………….…….………….……………….1

1.2 Rumusan Masalah ……………………………….….……………….…………1

1.3 Tujuan Penelitian ……………………………………………….….…………...2

1.4 Manfaat Penelitian ……………………………………………………..……….2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...…………………….…………………….……3

2.1 Etika Bisnis……………...….………………...…………………….…………...3

2.2 Prinsip Etika Bisnis…………….……..………………...……….……………....3

BAB III METODE PENELITIAN ……………………...………………………..4

3.1 Dasar Penelitian………………...……………………………………………….4

3.2 Fokus Penelitian ……………………………...………………………………....4

3.3 Teknik Pengumpulan Data……….…………….…………...…………………...4

3.4 Jenis Metode Penelitian………...……….…..….…………………………….….4

BAB IV PEMBAHASAN…………..……………………...……………………….5

4.1 Etika Bisnis…....………………...……………………………………………….5

3
4.2 Prinsip-Prinsip Etika Bisnis…………………...…………………….…………...6

4.3 Penerapan Prinsip Etika Bisnis……….……...….…………...…………………..9

4.4 Contoh Pelanggaran Etika Bisnis………...……….…...….……………………..11

4.5 Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Pelanggaran Etika Bisnis.…....………..13

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……………………...….………………….15

5.1 Kesimpulan.……..………….……...…………………………….……………….15

5.2 Saran……………..……………………………...…………….………………….16

STUDI KASUS………... …………………………..……………………..…………17

DAFTAR PUSTAKA…..…………………………..………………..………………18

4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Dalam memulai usaha atau suatu bisnis perlu adanya aturan namun sebagian besar orang
masih beranggapan bahwa dalam menjalankan bisnis seorang pebisnis tidak perlu mengindahkan
aturan-aturan, prinsip-prinsip serta nilai moral yang berlaku dalam bisnis karena bisnis
merupakan suatu persaingan, sehingga pelaku bisnis harus memfokuskan diri untuk berusaha
dengan berbagai macam cara dan upaya agar bisa menang dalam persaingan bisnis yang ketat.

Dalam bisnis terdapat aturan yang penuh dengan persaingan dan tentunya aturan-aturan
tersebut berbeda dengan aturan moral dan sosial yang biasa diterapkan dalam kehidupan sehari-
hari. Seorang pebisnis yang ingin mematuhi atau menerapkan aturan moral atau etika akan
berada pada posisi yang tidak menguntungkan.

Namun, anggapan tersebut tidak sepenuhnya benar karena ternyata beberapa perusahaan
dapat berhasil karena memegang teguh kode etis dan komitmen moral tertentu. Bisnis
merupakan aktivitas yang penting dari masyarakat, sehingga norma dan nilai moral yang
dianggap baik dan berlaku di masyarakat dibawa dan diterapkan ke dalam kegiatan bisnis.

Sebuah perusahaan yang unggul sebaiknya tidak hanya tergantung pada kinerja yang
baik, pengaturan manejerial dan financial yang baik , keunggulan teknologi yang dimiliki, sarana
dan prasarana yang dimiliki melainkan juga harus didasari dengan etis dan etos bisnis yang baik.

Dengan memperhatikan etos dan etis bisnis yang baik maka kepercayaan konsumen
terhadap perusahaan tetap terjaga. Hal ini tentunya membantu perusahaan dalam menciptakan
citra bisnis yang baik dan etis.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi etika bisnis?
2. Apa saja prinsip-prinsip etika bisnis beserta penjelesan nya ?
3. Bagaimana penerapan prinsip etika bisnis dalam menjalankan suatu bisnis dalam
perusahaan?
4. Apa contoh pelanggaran suatu perusahaan yang tidak menerapkan etika bisnis?
5. Mengapa masih banyak perusahaan yang melanggar prinsip-prinsip etika bisnis?

5
1.3 Tujuan Penelitian
1. Memahami definisi dari etika bisnis
2. Memahami prinsip-prinsip etika bisnis
3. Memahami penerapan etika bisnis dalam menjalankan bisnis
4. Mengetahui pelanggaran prinsip etika bisnis yang dilakukan perusahaan
5. Memahami mengapa masih banyak perusahaan yang melanggar prinsip etika bisnis

1.4 Manfaat Penelitian


Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu pengetahuan dan informasi
untuk mahasiswa mengenai prinsip-prinsip etika bisnis dan penerapannya dalam
perusahaan, diharapkan juga makalah ini dapat menjadi acuan jika ingin memulai usaha
atau bisnis perlu menerapkan prinsip-prinsip etika bisnis ini agar usaha atau bisnis yang
kita buat dapat berjalan dengan baik sesuai harapan yang diinginkan.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Etika Bisnis
Sumarni (1998:21) mengatakan bahwa Pengertian Etika bisnis itu terkait dengan masalah
penilaian terhadap kegiatan serta perilaku bisnis yang mengacu pada kebenaran atau juga
kejujuran berusaha. Bertens (2000) mengatakan bahwa Etika bisnis ini lebih luas dari adanya
suatu ketentuan yang diatur oleh hukum, bahkan ini merupakan standar yang lebih tinggi apabila
dibandingkan standar minimal ketentuan hukum, karena di dalamnya kegiatan atau aktivitas
bisnis itu seringkali kita temukan wilayah abu-abu yang mana hal tersebut tidak diatur oleh
ketentuan hukum.
Pengertian Etika Bisnis ini merupakan karakter dalam menyampaikan integritas moral
serta nilai-nilai yang konsisten dalam pelayanan kepada masyarakat. Hal tersebut berkaitan
dengan kepemimpinan yang efektif di dalam organisasi yang diungkapkan oleh Sim. Yang mana
pengertian Etika Bisnis ini merupakan kedisiplinan yang berhubungan dengan baik serta
buruknya suatu tugas dan juga kewajiban moral dalam konteks bisnis Menurut Bussiness &
Society-Ethics and Stakeholders Management.
Bagi perusahaan yang sudah go publik itu maka akan memperoleh manfaat seperti
meningkatnya kepercayaan investor untuk berinvestasi. Apabila terjadi kenaikan harga saham ini
maka biasanya akan menarik minat investor untuk berinvestasi atau juga membeli saham
perusahaan.
2.2 Prinsip Etika Bisnis
Terdapat 3 sudut pandang Prinsip Etika Bisnis yang perlu dipandang dari tiga sudut
pandang seperti yang dirumuskan oleh Bertens (2013: 25) adalah dari sudut pandang ekonomi,
bisnis yang baik adalah bisnis yang menghasilkan keuntungan tanpa merugikan orang lain, dari
sudut pandang hukum, bisnis yang baik adalah bisnis yang tidak melanggar aturan-aturan
hukum, dari sudut pandang moral, bisnis yang baik adalah bisnis yang sesuai dengan ukuran-
ukuran moralitas. Sementara itu, menurut Sonny Keraf (1998), ada lima prinsip etika bisnis yang
bisa dijadikan suatu pedoman perilaku dalam menjalankan praktik tersebut yaitu Prinsip otonomi
menunjukkan sikap kemandirian, kebebasan, dan tanggung jawab, Prinsip kejujuran
menanamkan sikap bahwa apa yang dipikirkan adalah apa yang dikatakan, dan apa yang
dikatakan adalah yang dikerjakan, Prinsip keadilan menanamkan sikap untuk memperlakukan
semua pihak secara adil, Prinsip saling menguntungkan menanamkan kesadaran bahwa dalam
berbisnis perlu ditanamkan prinsip win-win solution, Prinsip integritas moral adalah prinsip
untuk tidak merugikan orang lain dalam segala keputusan dan tindakan bisnis yang diambil.

7
8
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Dasar Penulisan
Penulisan makalah ini dilakukan sebagai dasar atas penerapan prinsip etika bisnis dalam
perushaan yang mana menganalisis perushaan dengan penerapan etika bisnis pada sebuah
perushaan yang mana sesuai dengan prinsip etika bisnis yang ada. Maka dengan demikian ,
penulis ingin memaparkan Prinsip Etika Bisnis dan Penerapannya.
3.2 Fokus Penulisan
Penulisan difokuskan pada prinsip etika bisnis dan penerapnya pada sebuah perushaan
yang mana dalam penusunan makalah ini dapat memberikan pemahaman dalam penyampaian
prinsip etika bisnis dalam sebuah perusahaan.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Proses pengumpulan data mengacu pada salah satu permasalah penetapan prinsip etika
bisnis. Pegumpulan data dilakukan melalui studi kasus perusahaan yang melanggar prinsip etika
bisnis.
3.4 Jenis Metode Penelitian
Dengan teknik pengumpulan data yang mengacu pada salah satu permasalahan
pentetapan prinsip etika bisnis. Maka metode penelitian menggunakan kualitatif yang dimana
penelitian berlandaskan teori dari tinjauan pustaka.

9
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Etika Bisnis
Seiring dengan perkembangan zaman dan era persaingan global yang sangat
sengit, pengusaha dituntut untuk selalu senantiasa melakukan segala upaya untuk dapat
bertahan di pasar global ini. Upaya-upaya yang dijalankan jelas memacu para pengusaha
berkompetisi mendapatkan kesempatan dan keuntungan sebanyak-banyaknya. Namun
untuk mendapatkannya, segelintir pengusaha bahkan rela untuk melakukan segala cara
tanpa memikirkan bahwa ada pihak lain yang dirugikan atas tindakan tersebut. Perilaku
kompetisi seperti ini lah yang harusnya dihindari, karena inti dalam berbisnis bukan
hanya meraih keuntungan sebanyak-banyaknya. Dalam dunia bisnis, peranan etika dan
moral sangatlah penting demi menghindari sifat-sifat berkompetisi yang tidak sehat.
Etika bisnis dipercaya sebagai cara untuk mempertahankan bisnis dan harus diterapkan
oleh seluruh pihak. Jika semua pihak melaksanakannya, maka konsumen pun akan
merasa disejahterakan sehingga kepercayaan pun terlahir. Dengan begitu kesetiaan untuk
melakukan bisnis dengan suatu perusahaan tersebut pun tercipta.

Untuk memahami etika bisnis, kita harus memahami etika dan bisnis itu sendiri.
Etika berasal dari bahasa Yunani dengan nama ethos, yang diartikan identik dengan
moral atau moralitas. Moral atau moralitas dalam pengertian di sini diterapkan untuk
menilai baik atau buruk dan benar atau salah terhadap suatu perbuatan ataupun tindakan
yang dilakukan. Pengertian etika sering dikonotasikan dengan istilah tatakrama, sopan-
santun, pedoman moral dan norma susila. Etika membahas nilai dan norma moral yang
mengatur perilaku manusia baik sebagai individu atau kelompok dan institusi di dalam
masyarakat. Sedangkan norma merupakan aturan atau konvensi yang diberlakukan di
masyarakat baik secara tersurat atau tersirat (yang bersifat informal dan tradisional).

Istilah bisnis berasal dari bahasa Inggris, yaitu “business" yang artinya


“kesibukan". Kesibukan ini bertujuan untuk melakukan aktivitas dalam rangka
mendapatkan laba. Bisnis adalah kegiatan yang dilakukan oleh individu maupun
organisasi yang melibatkan proses pembuatan, pembelian, penjualan, atau pertukaran
barang maupun jasa dengan tujuan untuk menghasilkan keuntungan.

Etika Bisnis adalah pengetahuan tentang tata cara ideal dalam pengaturan dan
pengelolaan antara lain: norma dan moralitas yang berlaku secara universal dan berlaku
secara ekonomi dan sosial. Pertimbangan yang diambil pelaku bisnis dalam mencapai
tujuannya adalah dengan memperhatikan terhadap kepentingan & fenomena sosial dan
budaya masyarakat.

10
4.2 Prinsip-Prinsip Etika Bisnis
Secara umum etika bisnis merupakan acuan cara yang harus ditempuh oleh
perusahaan untuk mencapai tujuan yang telah disepakati. Oleh karena itu etika bisnis
memiliki prinsip umum yang dijadikan acuan dalam melaksanakan kegiatan dan
mencapai tujuan bisnis yang dimaksud. Adapun prinsip etika bisnis tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Prinsip Otonomi
Yang dimaksud dengan prinsip otonomi adalah perusahaan secara bebas memiliki
kewenangan untuk mengambil keputusan dan bertindak berdasarkan kesadarannya
sendiri tentang apa yang dianggapnya baik untuk dilakukan dan pelaksanaan sesuai
dengan visi dan misi yang dimiliki.

Persyaratan bagi orang bisnis yang otonom adalah memiliki kebebasan karena
merupakan unsur hakiki dari prinsip otonomi. Adapun kebebasan yang dimaksud disini
antara lain:
a. Kebebasan dalam mengambil keputusan.
b. Kebebasan bertindak berdasarkan keputusan yang terbaik dalam waktu yang
tepat.
c. Dilandasi tanggung jawab.

Dalam etika, kebebasan adalah prasyarat utama untuk bertindak secara etis,
karena tindakan etis itu sendiri, dalam bahasa indonesia, bersumber dari kemauan baik
dan kesadaran pribadi untuk berbuat baik. Kebebasan berbuat baik kepada pelaku bisnis
pada scala besar maupun scala kecil untuk tidak hanya melakukan:
a. Menuntut hak.
b. Perintah bekerja.
c. Melakukan pengendali dari luar.
d. Perlakuan tidak etis

Secara khusus dalam dunia bisnis, tanggung jawab moral yang diharapkan dari
setiap pelaku bisnis yang otonom mempunyai dua arah, yaitu :
1) Pertama, yang paling pokok adalah tanggung jawab terhadap diri sendiri.
2) Kedua, tanggung jawab moral juga tertuju kepada semua pihak terkait yang
berkepentingan stakeholders.
Hal ini memperlihatkan bahwa bisnis bukan sekadar asal melakukan bisnis,
melainkan melakukan bisnis dengan pertimbangan yang sangat matang. Etika bisnis
adalah aturan yang menegaskan suatu bisnis boleh bertindak dan tidak boleh bertindak,
aturan-aturan tersebut bersumber dari aturan tertulis maupun tidak tertulis (Fahmi,
2013:3). Jadi etika bisnis menyangkut baik atau buruknya perilaku manusia dalam
menjalankan bisnisnya. Bisnis yang beretika harus dilihat dari tiga sudut pandang yaitu
ekonomi, hukum, dan moral (Bertens, 2013: 25).

11
a) Dari sudut pandang ekonomi, bisnis yang baik adalah bisnis yang menghasilkan
keuntungan tanpa merugikan orang lain.
b) Dari sudut pandang hukum, bisnis yang baik adalah bisnis yang tidak melanggar
aturan hukum
c) Dari sudut pandang moral, bisnis yang baik adalah bisnis yang sesuai dengan
moralitas.

2. Prinsip Kejujuran
Kegiatan bisnis secara umum terdiri dari kegiatan berproduksi dan penjualan, baik
dilakukan sekaligus atau terpisah. Dilakukan sekaligus bila perusahaan disamping
melakukan kegiatan berproduksi atas suatu barang atau jasa, juga melakukan kegiatan
pemasaran atas barang atau jasa tersebut. Disamping itu perusahaan ada yang hanya
melaksanakan kegiatan berproduksi saja atau pemasaran saja.

Berkait dengan kegiatan bisnis tersebut, prinsip kejujuran merupakan merupakan


nilai yang paling mendasar (modal dasar atau aset yang paling dan sangat berharga)
dalam mendukung keberhasilan kinerja perusahaan. Karena kejujuran dalam berbisnis
adalah kunci keberhasilan, termasuk untuk bertahan dalam jangka panjang, dalam
suasana bisnis yang penuh persaingan ketat. Dalam lingkup kegiatan bisnis prinsip
kejujuran menumbuhkan kepercayaan, sekaligus merupakan syarat, untuk dapat
menjalankan bisnis secara profesional bersama-sama dengan:
a. Karyawan Perusahaan.
b. Pelanggan dan Konsumen.
c. Pemasok atau Rekanan.
d. Pihak lain yang terkait dalam menjalin relasi bisnis.

Aplikasi prinsip kejujuran dalam kegiatan bisnis ditujukan terhadap bidang-


bidang berikut:
a. Perjanjian Kontrak Kerja
Ini merupakan momentum terbinanya suatu kerjasama lanjutan di bidang-
bidang bisnis lain terhadap: Perusahaan lain, Tenaga Ahli, Peneliti dan lain
lain. Distributor, pemasok dan lain lain. Syarat-syarat yang ditetapkan dalam
perjanjian kontrak harus dipenuhi secara konsekuen. Bila tidak berarti pelaku
bisnis telah menggali kubur bagi bisnisnya sendiri.

b. Penawaran Barang
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa kepercayaan konsumen
adalah hal yang paling pokok. Perusahaan harus menjaga hubungan baik
dengan konsumen dimana produk yang dibuat dan dipasarkan harus benar-
benar mencerminkan kualitas produk yang sesuai dengan fakta, tidak terdapat
unsur manipulasi. Jika konsumen merasa tertipu, dalam waktu singkat akan
mempunyai efek multiplier-expansive yang luar biasa.

12
c. Hubungan Kerja Dengan Perusahaan Lain
Yang dimaksud dengan perusahaan lain disini dapat berupa para pesaing
dari perusahaan yang sejenis atau mitra usaha antara lain: perusahaan agen,
distributor, pemasok. Khusus dalam hubungan dengan pesaing perusahaan
agar secara jujur dianggap sebagai teman atau kolega. Karena perusahaan
pesaing ini dapat diikut sertakan sebagai mitra usaha sesuai dengan prinsip
win-win solution (suatu hubungan yang bertujuan saling membutuhkan, saling
menutupi, saling menghidupi dan saling menguntungkan). Tidak
diperkenankan saling membunuh atau saling mematikan bidang usaha dengan
perusahaan pesaing. Terhadap perusahaan milik pesaing agar diterapkan
bentuk lomba dalam memberikan pelayanan terbaik, mutu terbaik dan harga
terjangkau.

d. Hubungan Dengan Tenaga Kerja


Perusahaan harus berprinsip bahwa tenaga kerja harus dipandang sebagai
mitra usaha. Sedangkan kejujuran dalam perusahaan hanya mungkin terjaga
kalau ada etos bisnis yang baik, dimana karyawan diperlakukan secara baik
dan manusiawi, diperlakukan sebagai manusia yang mempunyai hak-hak
tertentu pemberian upah yang adil, pemberian kompensasi lembur yang wajar
dan terbinanya sikap saling menghargai sebagai manusia antara satu dan yang
lainnya. Hal ini akan mendorong kreativitas dan meningkatkan loyalitas
terhadap perusahaan sehingga meningkatkan produktivitas karyawan.

3. Prinsip Tidak Berniat Jahat


Bisnis didirikan dengan suatu komitmen untuk meningkatkan kemakmuran dan
kesejahteraan karyawan, masyarakat konsumen atau stakeholders pada umumnya.
Komitmen ini adalah untuk mencapai tujuan yang baik dan positif. Sehingga tidak
terlintas niatan untuk berbuat jahat terhadap masyarakat. Prinsip ini justru akan dapat
menyelamatkan perusahaan.

4. Prinsip Keadilan
Yang dimaksud dengan keadilan adalah tercapainya keseimbangan antara hak dan
kewajiban. Prinsip keadilan menuntut agar setiap orang dalam kegiatan bisnis internal
perusahaan maupun relasi eksternal perusahaan perlu diperlakukan sesuai dengan hak
dan kewajiban. Keadilan menuntut agar tidak boleh ada pihak yang dirugikan hak dan
kepentingannya. Keadilan ditujukan kepada stakehoders terkait dengan penetapan
yang sudah disepakati bersama, antara lain:
1) Penetapan harga jual yang layak terhadap konsumen.
2) Penetapan harga beli yang layak terhadap pemasok.
3) Penetapan keuntungan yang wajar terhadap pemilik perusahaan.
4) Penetapan upah yang layak terhadap karyawan.

5. Prinsip Hormat Pada Diri Sendiri

13
Prinsip ini merupakan prinsip tindakan bisnis yang dampaknya berpulang kembali
kepada bisnis itu sendiri. Pelaku bisnis dituntut menjaga nama baiknya atau nama
baik perusahaannya. Dengan kata lain, prinsip ini merupakan tuntutan dan dorongan
dari dalam diri pelaku dan perusahaan untuk menjadi yang terbaik dan dibanggakan.
Sebagai contoh, seandainya manajemen perusahaan dengan team worknya memiliki
falsafah kerja dan berorientasikan memberikan kepuasan kepada pelanggan, maka
dapat dipastikan para pelanggan akan makin percaya terhadap perusahaan. Demikian
juga jika para manajemen berorientasikan pada pemberian kepuasan kepada
karyawan yang berprestasi, maka dapat dipastikan karyawan akan makin loyal
terhadap perusahaan. Oleh karena itu prinsip hormat pada diri sendiri mesti
diberlakukan pada estika bisnis.

6. Prinsip Saling Menguntungkan


Prinsip ini menuntut agar bisnis dijalankan sedemikian rupa sehingga
menguntungkan semua pihak. Prinsip ini terutama mengakomodasi hakikat dan
tujuan bisnis. Karena sebagai produsen ingin mendapatkan keuntungan dan sebagai
konsumen ingin mendapatkan barang dan jasa yang memuaskan (dalam bentuk harga
wajar, kualitas baik dan pelayanan baik), maka bisnis dijalankan dengan saling
menguntungkan produsen dan konsumen. Dalam bisnis yang kompetitif, prinsip ini
menuntut agar persaingan bisnis haruslah melahirkan suatu win-win solution.

Etika diharapkan mampu memberikan manfaat yang berarti bagi pelaku usaha,
sehingga diharapkan etika dapat mendorong dan mengajak untuk bersikap kritis dan
rasional dalam mengambil keputusan serta dapat dipertanggung jawabkan. Etika di
harapkan mampu mengarahkan pelaku usaha untuk berkembang menjadi masyarakat
yang tertib, teratur, damai dan sejahtera dengan mentaati norma yang berlaku demi
ketertiban dan kesejahteraan sosial. Setiap pelanggaran yang dilakukan baik sengaja
ataupun tidak sengaja harus diselesaikan menurut kode etik yang berlaku.

4.3 Penerapan Prinsip Etika Bisnis


Penerapan prinsip etika bisnis dalam sebuah tindakan adalah suatu keharusan
untuk dipegang teguh oleh semua aspek yang terikat dengan perusahaan. Prinsip etika
bisnis mencakup segala aspek lebih umum, namun penerapannya harus tepat sasaran
karena sebagai pondasi dalam membangun sebuah perusahaan. Penerapan prinsip etika
bisnis di sebuah perusahaan akan membangun hubungan yang adil dan sehat, baik di
antara sesama rekan kerja, pemegang saham, pelanggan, dan masyarakat. Prinsip-prinsip
etika bisnis yang telah ada tentu harus diterapkan dalam kegiatan berbisnis guna
membawa perusahaan mereka menjadi yang terdepan. Namun prinsip-prinsip etika bisnis
baru dapat berjalan jika suatu perusahaan membangun satu budaya di perusahaan tersebut
(corporate culture) yang disebut Keraf sebagai etos bisnis.

14
Etos bisnis merupakan budaya moral yang menyangkut pada kegiatan bisnis yang
dianut suatu perusahaan secara turun-menurun. Etos bisnis merupakan pembudayaan dan
pembiasaan pengkhayatan akan nilai, norma, atau prinsip moral tertentu yang dianggap
sebagai inti kekuatan dari suatu perusahaan yang sekaligus juga membedakannya dari
perusahaan lain. Bentuk konkrit dalam penerapan etos bisnis ini berupa pelayanan yang
baik, kedisiplinan, tanggung jawab dan sebagainya.
1. Prinsip Kejujuran
Prinsip kejujuran harus menjadi dasar penting bagi segala bidang bisnis. Bagi
sebagian pebisnis, baik pengusaha modern maupun pengusaha konvensional
menyatakan bahwa kejujuran merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam bisnis.
Secara umum, bisnis yang berjalan tanpa mengadopsi prinsip kejujuran tidak akan
bisa bertahan lama.

Bagi pengusaha, kejujuran terkait dengan kualitas dan harga barang yang
ditawarkan kepada konsumen. Contoh penerapan prinsip kejujuran dapat dilihat
kegiatan menjual produk berkualitas tinggi dengan harga yang wajar dan masuk
akal. Kejujuran memiliki dampak besar pada proses menjalankan bisnis karena
ketika pengusaha tidak jujur, maka akan menjadi awal kemunduran dan kehancuran
bisnis. Apalagi untuk bisnis di era digital seperti sekarang ini, tingkat persaingannya
sangat tinggi menuntut prinsip kejujuran sebagai prinsip etika bisnis yang harus
dipegang teguh untuk mempertahankan loyalitas konsumen.

2. Prinsip Integritas Moral


Prinsip integritas moral yang diterapkan dengan baik sangat berguna untuk
menjaga nama baik perusahaan. Selain itu, prinsip ini akan kepercayaan terhadap
konsumen. Penerapan prinsip integritas moral harus dilakukan oleh semua pihak,
baik pemilik bisnis, karyawan, dan manajemen perusahaan.

3. Prinsip Kesetiaan
Prinsip kesetiaan selalu berkaitan dengan proses menjalankan sebuah bisnis yang
dilakukan oleh pekerja, baik manajemen, atasan, dan bawahannya. Prinsip kesetiaan
dapat diterapkan dengan cara kerja dan keseriusan dalam menjalankan bisnis yang
sesuai dengan visi dan misi perusahaan.

Penerapan prinsip kesetiaan berarti bahwa pebisnis dan elemen-elemen yang


ada di dalamnya tidak boleh mengaitkan antara masalah pribadi dengan
masalah pekerjaan.

4. Prinsip Otonomi
Prinsip otonomi terkait dengan sikap dan kemampuan seorang individu dalam
mengambil keputusan dan tindakan yang benar. Dengan kata lain, pelaku bisnis
harus bisa membuat keputusan yang baik dan benar. Selain itu, pebisnis harus hati-
hati dalam memperhitungkan keputusan.

15
Dalam penerapannya, pengusaha harus memiliki prinsip otonomi dengan
kesadaran penuh akan kewajiban dalam menjalankan bisnis. Maka dari itu, pebisnis
harus memahami bidang bisnis yang dilakukan, situasi yang dihadapi, tuntutan, dan
aturan yang berlaku di bidang itu.

Prinsip otonomi juga harus diterapkan dalam mengambil sebuah keputusan dan
tindakan yang sesuai serta meninggalkan yang dianggap bertentangan dengan nilai
atau norma moral tertentu. Prinsip ekonomi menjadi prinsip etika bisnis yang sangat
berguna untuk mengurangi risiko yang dapat terjadi pada perusahaan. Prinsip
otonom tidak hanya mengikuti nilai dan norma yang berlaku, tetapi juga dengan
mempertimbangkan kesadaran batin mengenai pilihan terbaik untuk dilakukan.

5. Prinsip Keadilan
Prinsip keadilan merujuk untuk semua pihak yang terlibat dalam bisnis yang
memiliki hak untuk mendapatkan perlakuan yang sama sesuai dengan aturan
yang berlaku. Dengan prinsip etika bisnis ini, semua pihak yang terlibat harus
berkontribusi pada keberhasilan bisnis yang dilakukan, baik secara langsung
maupun tidak langsung.

Prinsip keadilan mendorong semua pihak agar dapat terlibat dalam bisnis, baik
hubungan internal maupun hubungan eksternal. Setiap pihak akan menerima
perlakuan yang sama sesuai dengan haknya masing-masing.

6. Prinsip Saling Menguntungkan


Prinsip saling menguntungkan berarti bahwa kegiatan bisnis yang dilakukan harus
dapat memberikan manfaat bagi semua pihak. Prinsip saling menguntungkan bukan
prinsip bersyarat seperti semua pihak tidak merasa rugi. Prinsip saling
menguntungkan membutuhkan hak untuk manfaat dari kegiatan bisnis seperti
mengakomodasi sifat dan tujuan bisnis.

4.4 Contoh Pelanggaran Etika Bisnis


Etika bisnis saat ini telah banyak dilanggar oleh para pelaku bisnis. Demi
mendapatkan laba yang sebesar-besarnya, pelaku bisnis kerap menghalakan segala
cara. etika bisnis dapat diartikan sebagai prinsip-prinsip moral dalam melaksanakan
kegiatan bisnis. Etika dalam berbisnis ini ialah hal penting. Sebagaimana pentingnya
etika dalam pergaulan atau bermasyarakat. Tanpa etika bisnis yang baik maka seorang
pelaku bisnis akan berlaku seenaknya, dan hal itu akan merugikan pihak
lain. Pelanggaran etika bisnis yang sering terjadi jika dilihat dari berbagai aspek, antara
lain :
 Pelanggaran etika bisnis terhadap prinsip kewajaran

16
Sebuah perusahaan property tidak memberikan surat ijin membangun
rumah dari developer kepada dua orang konsumennya di kawasan kavling
perumahan milik perusahaan tersebut. Konsumen pertama sudah memenuhi
kewajibannya membayar harga tanah sesuai kesepakatan dan biaya administrasi
lainnya. Sementara konsumen kedua masih mempunyai kewajiban membayar
kelebihan tanah, karena setiap kali akan membayar pihak developer selalu
menolak dengan alasan belum ada ijin dari pusat perusahaan. Dikawasan kavling
itu hanya dua orang ini yang belum mengantongi ijin pembangunan rumah,
sementara 30 konsumen lainnya sudah diberi ijin dan rumah mereka sudah
dibangun semuannya. Alasan yang dikemukakan perusahaan itu adalah ingin
memberikan pelajaran kepada dua konsumen tadi karena dua orang ini telah
memprovokasi konsumen lainnya untuk melakukan penuntutan segera pemberian
ijin pembangunan rumah. Dari kasus ini, perusahaan property tersebut telah
melanggar prinsip kewajaran (fairness) karena tidak memenuhi hak-hak
stakeholder (konsumen) dengan alasan yang tidak masuk akal.

 Pelanggaran etika bisnis terhadap pertanggungjawaban.


Sebuah perusahaan PJTKI melakukan rekruitmen untuk tenaga baby sitter.
Dalam pengumuman dan perjanjian dinyatakan bahwa perusahaan berjanji akan
mengirimkan calon TKI setelah 2 bulan mengikuti training dan dijanjikan akan
dikirim ke negara-negara tujuan. Bahkan perusahaan tersebut menjanjikan bahwa
segala biaya yang dikeluarkan pelamar akan dikembalikan jika mereka tidak jadi
berangkat ke negara tujuan. B yang tertarik dengan tawaran tersebut langsung
mendaftar dan mengeluarkan biaya sebanyak Rp 7 juta untuk ongkos administrasi
dan pengurusan visa dan paspor. Namun setelah 2 bulan training, B tak kunjung
diberangkatkan. Ketika dikonfirmasi, perusahaan PJTKI itu selalu berkilah ada
penundaan, begitu seterusnya. Dari kasus ini, Perusahaan PJTKI tersebut telah
melanggar prinsip pertanggungjawaban dengan mengabaikan hak-hak B sebagai
calon TKI yang seharusnya diberangnka ke negara tujuan untuk bekerja.

 Pelanggaran etika bisnis terhadap prinsip kejujuran


Sebuah perusahaan pengembang di Sleman membuat kesepakatan dengan
sebuah perusahaan kontraktor untuk membangun sebuah perumahan. Sesuai
dengan kesepakatan pihak pengembang memberikan spesifikasi bangunan kepada
kontraktor. Namun dalam pelaksanaannya, perusahaan kontraktor melakukan
penurunan kualitas spesifikasi bangunan tanpa sepengetahuan perusahaan
pengembang. Selang beberapa bulan kondisi bangunan sudah mengalami
kerusakan serius. Dalam kasus ini pihak perusahaan kontraktor dapat dikatakan
telah melanggar prinsip kejujuran karena tidak memenuhi spesifikasi bangunan
yang telah disepakati bersama dengan perusahaan pengembang.

 Pelanggaran etika terhadap prinsip empati

17
Seorang nasabah sebut saja X, dari perusahaan pembiayaan terlambat
membayar angsuran mobil sesuai tanggal jatuh tempo karena anaknya sakit parah.
X sudah memberitahukan kepada pihak perusahaan tentang keterlambatannya
membayar angsuran, namun tidak mendapatkan respon dari perusahaan. Beberapa
minggu setelah jatuh tempo pihak perusahaan langsung mendatangi X untuk
menagih angsuran dan mengancam akan mengambil mobil yang masih diangsur
itu. Pihak perusahaan menagih dengan cara yang tidak sopan dan melakukan
tekanan psikologis kepada nasabah. Dalam kasus ini, kita dapat mengkategorikan
pihak perusahaan telah melakukan pelanggaran prinsip empati pada nasabah X,
karena sebenarnya pihak perusahaan dapat memberikan peringatan kepada
nasabah itu dengan cara yang bijak dan tepat.

 Pelanggaran etika bisnis terhadap hukum


Sebuah perusahaan x karena kondisi perusahaan yang pailit akhirnya
memutuskan untuk melakukan PHK kepada karyawannya. Namun dalam
melakukan PHK itu, perusahaan sama sekali tidak memberikan pesongan
sebagaimana yang diatur dalam UU No. 13/2003 tentang Ketenagakerjaan. Dalam
kasus ini perusahaan x dapat dikatakan melanggar prinsip kepatuhan terhadap
hukum.

4.5 Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Pelanggaran Etika Bisnis


Melihat banyaknya pelanggaran etika yang terjadi antara perusahaan dan
stakeholder memunculkan asumsi bahwa ada hal-hal yang mempengaruhi etika bisnis,
berikut ini beberapa di antaranya:
a. Karakter
Karakter, yaitu sifat tidak ingin bertanggung jawab dan ikut campur atas
kerugian orang lain demi memperkecil kerugian yang di alami.Teori psikoanalitik
yang dikemukakan Sigmund Freud dalam Umam (2010:44) menjelaskan bahwa
dalam diri setiap orang terdapat dua sisi yaitu “id” yang selalu berusaha mencari
kepuasan bagi dirinya sendiri dan “superego” yang mengandung unsur ideal dan
pikiran yang baik. Pola perilaku manusia selalu berada dalam kompromi antara
“id” dan “superego” tersebut. Hal ini berarti karakter buruk yang ada pada
seseorang berasal dari “id” yang jauh lebih besar dari “superego”.

Manusia memiliki sifat yang cenderung tidak pernah merasa puas terhadap
apa yang diperoleh dan selalu merasa kurang dan terus mencari (Fahmi, 2013:3).
Hal ini didukung dengan prinsip homo homoni lupus yang menyatakan bahwa
manusia adalah serigala bagi manusia lainnya, arti dari prinsip ini adalah sisi
ambisius manusia untuk meraih keuntungan, menghindari kerugian tanpa
memikirkan nasib orang lain, dan lebih mengutamakan kesenangan bagi dirinya.
Ketika “id” seseorang ingin mengejar keuntungan sebesar-besarnya dan

18
mengabaikan “superego” nya, maka ia akan mengabaikan sisi baik dari dirinya,
tidak peduli dengan kerugian yang ditimbulkan pada orang lain.

b. Kurangnya modal dan pengetahuan


Kurangnya modal dan pengetahuan, yaitu kekhawatiran akan modal dan
keuntungan yang turun drastis karena kerugian yang harus ditanggung, dan
kurangnya pemahaman atas peraturan- peraturan perlindungan konsumen dan
pengetahuan atas kualitas telur dan kontaminasi bakteri pada telur yang rusak.

Beberapa kondisi menyebabkan seseorang berada pada dilema etis yang


menuntut pengambilan keputusan yang etis. Salah satunya dilema antara kerugian
yang dapat dikurangi dengan adanya beberapa konsumen yang mungkin
dirugikan. Selain itu, dilema etis bisa terjadi ketika ada kesempatan, ada pilihan,
dan ada ajakan. Kegagalan seseorang mengambil keputusan yang etis disebabkan
terbatasnya modal dan pengetahuan. Bisnis lebih mudah terfokus pada aspek
finansial daripada aspek etis (Desjardins, 2011:38), kondisi ini disebut miopi
normatif. Para pelaku pelanggaran etika bisnis terkadang hanya terfokus pada
pertimbangan keuntungan finansial dan mengabaikan pertimbangan etika.
Berbeda dengan faktor pertama, pada kondisi ini bukan karena karakter buruk,
pelaku bisa saja berkarakter baik hanya saja tidak memiliki imajinasi moral yaitu
kreativitas dalam menentukan pilihan- pilihan yang etis. Beberapa perusahaan
yang memiliki modal terbatas, dan mengalami keterbatasan pengetahuan atau
miopi normatif akan lebih memilih melakukan pelanggaran etika tanpa
mempertimbangkan resiko-resiko yang akan terjadi di kemudian hari daripada
membangun nama baik, citra, dan reputasi.

c. Lemahnya kontrol pihak berwenang


Kontrol pihak berwenang yang masih lemah, yaitu penerapan sanksi
yang belum memberi efek jera, kurangnya sosialisasi atas peraturan-peraturan
perlindungan konsumen, dan sosialisasi atas pengetahuan kualitas makanan
khususnya telur dari aparat penegak hukum dan lembaga-lembaga swadaya serta
pemberdayaan masyarakat.

Banyak juga pelaku usaha yang belum memahami peraturan-peraturan dan


undang-undang perlindungan konsumen atau sejenisnya. Hal ini dapat diketahui
dari hasil wawancara ketika peneliti menanyakan tentang undang- undang
perlindungan konsumen namun penjual menjawab tidak mengetahui, hanya
pernah mendengar saja itupun tidak jelas apa saja yang diatur dalam undang-
undang tersebut. Menurutnya hal- hal semacam itu perlu disosialisasikan dulu,
karena pedagang-pedangang pasar tradisional sebagian besar tingkat
pendidikannya masih minim. Perlu pula sosialisasi pakar kesehatan jika memang
telur rusak tersebut berbahaya. Karena mereka tidak pernah mendapat pelajaran
tentang itu ketika sekolah.

19
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Secara umum etika bisnis merupakan acuan cara yang harus ditempuh oleh perusahaan
untuk mencapai tujuan yang telah disepakati. Oleh karena itu etika bisnis memiliki prinsip umum
yang dijadikan acuan dalam melaksanakan kegiatan dan mencapai tujuan bisnis yang dimaksud.
Dalam etika bisnis ada beberapa prinsip yang harus diterapkan, yaitu : Prinsip Otonomi,
prinsip kejujuran, prinsip tidak berniat jahat, prinsip keadilan, prinsip hormat pada diri sendiri
dan prinsip saling menguntungkan.
Prinsip-prinsip etika bisnis yang telah ada tentu harus diterapkan dalam kegiatan
berbisnis guna membawa perusahaan mereka menjadi yang terdepan. Penerapan prinsip etika
bisnis dalam sebuah tindakan adalah suatu keharusan untuk dipegang teguh oleh semua aspek
yang terikat dengan perusahaan. Prinsip etika bisnis mencakup segala aspek lebih umum, namun
penerapannya harus tepat sasaran karena sebagai pondasi dalam membangun sebuah perusahaan.
1. Prinsip Kejujuran : kejujuran terkait dengan kualitas dan harga barang yang ditawarkan
kepada konsumen.
2. Prinsip Integritas Moral : Prinsip integritas moral yang diterapkan dengan baik sangat
berguna untuk menjaga nama baik perusahaan.
3. Prinsip Kesetiaan : pebisnis dan elemen-elemen yang ada di dalamnya tidak boleh
mengaitkan antara masalah pribadi dengan masalah pekerjaan.
4. Prinsip Otonomi : Prinsip otonomi terkait dengan sikap dan kemampuan seorang individu
dalam mengambil keputusan dan tindakan yang benar.
5. Prinsip Keadilan : Prinsip keadilan merujuk untuk semua pihak yang terlibat dalam bisnis
yang memiliki hak untuk mendapatkan perlakuan yang sama sesuai dengan aturan yang
berlaku
6. Prinsip Saling Menguntungkan : Prinsip saling menguntungkan bukan prinsip bersyarat
seperti semua pihak tidak merasa rugi.
Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Pelanggaran Etika Bisnis
Melihat banyaknya pelanggaran etika yang terjadi antara perusahaan dan stakeholder
memunculkan asumsi bahwa ada hal-hal yang mempengaruhi etika bisnis, berikut ini
beberapa di antaranya:
a. Karakter
b. Kurangnya modal dan pengetahuan
c. Lemahnya kontrol pihak berwenang

20
21
5.2 Saran
Kami memberikan saran kepada para pembisnis atau yang ingin memulai usahanya
dibutuhkan :
 Perlu adanya sadar diri didalam hati para pegawai didalam perusahaan yang ingin
menerapkan etika didalam bisnis agar tidak adanya kecurangan atau kebohongan
yang terjadi pada perusahaan itu nantinya dan perlu diterapkannya sanksi atau
hukuman yang berat apabila ada salah satu pegawai yang melanggarnya, sehingga
etika di dalam bisnis pun dapat berjalan dengan baik dan lancar di perusahaan
tersebut.
 Hendaknya setiap pelaku bisnis menjalankan bisnisnya sesuai dengan kode etik
dan prinsi petika yang berlaku. Semua hal yang dilakukan dengan benar, maka
akan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat dan menguntungkan banyak pihak.
Prinsip etika ini bermanfaat untuk mengurangi risiko kerusakan di lingkungan
sekitar.
 Saling menjaga kepercayaan dalam kerjasama akan berpengaruh besar terhadap
reputasi perusahaan tersebut, baik dalam lingkup mikro maupun makro. Tentunya
ini tidak akan memberikan keuntungan segera, namun ini adalah wujud investasi
jangka panjang bagi seluruh elemen dalam lingkaran bisnis. Oleh karena itu, etika
dalam berbisnis sangatlah penting.
 Setiap pelaku etika bisnis hendaknya melaksanakan prinsip – prinsip dalam
beretika. Pelanggaran – pelanggaran Etika yang terjadi menunjukkan bahwa
kesadaran pelaku bisnis terhadap pentingnya etika masih sangat kurang. Pada
umumnya pelanggaran etika bisnis yang sering terjadi, dilakukan oleh pihak yang
memiliki kekuasaan. Hal ini dikarenakan tidak adanya etika yang bersifat
mengikat bagi pelakunya, oleh karena itu perlu dibuat aturan – aturan yang tegas
bersifat lebih mengikat terhadap pelanggaran yang merugikan pelaku bisnis.
Penegakan aturan – aturan ini harus jelas dan transparan.
 Dalam berbisnis kita juga harus mempunyai etika. Jika etika kita kurang baik
maka orang lain akan menilai anda secara negatif.
 Kunci utama kesuksesan bisnis adalah reputasinya sebagai pengusaha yang
memegang teguh integritas dan kepercayaan pihak lain, yaitu dengan cara
memegang prinsip-pripsip etika dalam berbisnis.

22
STUDI KASUS
 Contoh Penerapan Prinsip-Prinsip Etika Bisnis (Luar Negeri)
ENRON Enron merupakan perusahaan dari penggabungan antara InterNorth
(penyalur gas alam melalui pipa) dengan Houston Natural Gas. Bisnis inti Enron
bergerak dalam industri energi, kemudian melakukan diversifikasi usaha yang sangat luas
bahkan sampai pada bidang yang tidak ada kaitannya dengan industri energi. Kasus
Enron mulai terungkap pada bulan Desember tahun 2001 dan terus menggelinding pada
tahun 2002 berimplikasi sangat luas terhadap pasar keuangan global yang di tandai
dengan menurunnya harga saham secara drastis berbagai bursa efek di belahan dunia,
mulai dari Amerika, Eropa, sampai ke Asia.

Enron, suatu perusahaan yang menduduki ranking tujuh dari lima ratus
perusahaan terkemuka di Amerika Serikat dan merupakan perusahaan energi terbesar di
AS jatuh bangkrut dengan meninggalkan hutang hampir sebesar US $ 31.2 milyar. Dalam
kasus Enron diketahui terjadinya perilaku moral hazard atau menentang prinsip-prinsip
etika bisnis diantaranya manipulasi laporan keuangan dengan mencatat keuntungan 600
juta Dollar AS padahal perusahaan mengalami kerugian. Enron dan KAP Arthur
Andersen (satu dari lima perusahaan akuntansi terbesar) sudah melanggar kode etik yang
seharusnya menjadi pedoman dalam melaksanakan tugasnya dan bukan untuk dilanggar
yaitu telah bekerja sama dalam memanipulasi laporan keuangan sehingga merugikan
berbagai pihak baik pihak eksternal seperti para pemegang saham dan pihak internal yang
berasal dari dalam perusahaan Enron.

 Contoh Penerapan Prinsip-Prinsip Etika Bisnis (Dalam Negeri)


PT POS INDONESIA Salah satu upaya untuk meningkatkan kinerja suatu
perusahaan atau organisasi adalah dengan cara menerapkan Good Corporate Governance
(GCG). Penerapan Good Corporate Governance (GCG) dalam perusahaan PT POS
INDONESIA merupakan pedoman bagi Komisaris dan Direksi dalam membuat
keputusan dan menjalankan tindakan dengan dilandasi moral yang tinggi, kepatuhan
kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku serta kesadaran akan adanya
tanggung jawab sosial perseroan terhadap pihak yang berkepentingan (stakeholders)
secara konsisten. Salah satu maksud dan tujuan penerapan GCG di dalam perusahaan PT
POS INDONESIA adalah memaksimalkan nilai Perusahaan dengan cara meningkatkan
prinsip keterbukaan, akuntabilitas, dapat dipercaya, bertanggung jawab, dan adil agar
Perusahaan memiliki daya saing yang kuat, baik secara nasional maupun internasional.

23
24
DAFTAR PUSTAKA
Ibeng, Parta. 2021. “Pengertian Etika Bisnis, Tujuan, Manfaat, Prinsip dan Menurut Ahli”,
https://pendidikan.co.id/pengertian-etika-bisnis-tujuan-manfaat-prinsip-dan-menurut-ahli/,
diakses pada 29 Oktober 2021 pukul 12.30.
Team, Dewaweb. 2021. “101 Etika Bisnis: Rumusan Lengkap dari Para Ahli”,
https://www.dewaweb.com/blog/etika-bisnis/, diakses pada 29 Oktober 2021 pukul 12.30.
Prihatminingtyas, Budi. 2019. Etika Bisnis Suatu Pendekatan dan Aplikasinya Terhadap
Stakeholders. Purwekerto: CV IRDH
https://salamadian.com/pengertian-bisnis/
https://www.harmony.co.id/blog/prinsip-etika-bisnis-penjelasan-dan-penerapannya-dalam-bisnis
https://mohammadfadlyassagaf.wordpress.com/2016/12/04/prinsip-prinsip-etika-bisnis/
http://jurnal.stieimalang.ac.id/index.php/JAK/article/download/55/26
Sumber:https://www.slideshare.net/anregita/prinsipprinsip-etika-bisnis-etika-bisnis

25

Anda mungkin juga menyukai