Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

ETIKA DAN PEKERJA

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Etika Bisnis

Dosen Pengampu

Dr. Hj. Erni Rusyani, SE., MM.

Disusun Oleh :

1. Levy Ailena Vivian 194010125


2. Rikaldo Fitrah 194010136
3. Ghina Siti Chusniyyah 194010145
4. Aldi Muhammad Iqbal 194010149

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG
17MJF
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang
senantiasa memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Etika dan Pekerja”. Maksud dan tujuan
penulisan makalah ini adalah untuk melengkapi salah satu syarat menempuh tugas mata
kuliah Etika Bisnis. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh
dikatakan baik dan sempurna, serta masih banyak kekurangan karena keterbatasan
kemampuan dan pengetahuan kami. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
penyusun menerima saran dan kritik yang bersifat membangun. Proses penyusunan makalah
ini tentunya banyak memperoleh bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Terutama
kepada Ibu DR. Hj. Erni R. Ernawan, S.E,. M.M., selaku dosen mata kuliah Etika Bisnis,
yang telah membimbing kami selama proses belajar didalam kelas, kami ucapkan
terimakasih. Dan tidak lupa untuk teman-teman sejawatan diprodi manajemen
Universitas Pasundan, terimakasih atas dorongannya.

Akhir kata kami berharap penyusunan laporan ini dapat bermanfaat bagi kami
khususnya, dan pembaca pada umumnya.

Bandung, Maret 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................ 3
2.1 Pengertian Etika Kerja........................................................................................ 3
2.2 Hak – Hak Pekerja.............................................................................................. 5
2.3 Kewajiban Pekerja.............................................................................................. 8
2.4 Aspek – Aspek Etika Kerja................................................................................. 8
2.5 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Etika Kerja.............................................. 10
2.6 Tampilan Etika yang Kuat.................................................................................. 11
2.7 Cara Meningkatkan Moral Pekerja..................................................................... 12
2.8 Prinsip Etika dalam Bekerja................................................................................ 15
2.9 Whistle Blowing................................................................................................. 16
BAB III PENUTUP........................................................................................................ 17
3.1 Kesimpulan......................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................... 18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu elemen penting dalam dunia usaha adalah masalah ketenagakerjaan,
karena tenaga kerja adalah penggerak sektor usaha yang memerlukan perhatian
khusus dalam penanganannya dan pekerja adalah salah satu sumber daya terpenting
bagi perusahaan. Kita dapat berkaca dari Negara China, dimana China sebagai
pesaing Indonesia pada awalnya unggul di bidang tenaga kerja murah karena
memberikan upah buruh jauh dibawah upah buruh yang berlaku di Indonesia, namun
belakangan ini justru secara umum berada diatas Indonesia. Biaya operasional di
China relatif rendah bukan semata-mata karena rendahnya upah buruh, melainkan
karena adanya upaya meningkatkan efisiensi dan produktifitas, atau korea selatan
yang tidak mempunyai sumber daya alam yang memadai, namun pendapatan
perkapitanya bias mencapai 20.000 dollar AS, berkat ketrampilan pekerjanya.
Sejak awal abad ke-20, masalah ketenagakerjaan mendapatkan perhatian yang
lebih besar dibandingkan sebelumnya, karena manusia sudah tidak dipandang lagi
sebagai barang dagangan, tetapi sebagai makhluk yang mempunyai harga diri dan
keinginan. Munculnya perhatian tersebut diantaranya dipicu karena berkembangnya
manajemen ilmiah yang mengulas tentang tenaga kerja, kemajuan serikat-serikat
pekerja serta campur tangan pemerintah dalam mendorong pengusaha untuk
memperhatikan soal ketenagakerjaan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari eitika kerja / etos?
2. Apa saja hak – hak pekerja?
3. Apa saja kewajiban pekerja?
4. Apa saja aspek – aspek dari etika kerja?
5. Apa saja faktor – faktor yang mempengaruhi etika kerja?
6. Bagaimana tampilan etika kerja yang kuat?
7. Bagaimana cara meningkatkan moral pada tenaga kerja?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian dari etika kerja
2. Memahami hak – hak pekerja
3. Memahami kewajiban sebagai pekerja

1
4. Mengetahui aspek – aspek dari etika kerja
5. Mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi etika kerja
6. Memahami seperti apa tampilan etika kerja yang kuat
7. Memahami bagaimana cara meningkatkan moral pada tenaga kerja

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Etika Kerja


Etika kerja adalah sistem nilai atau norma yang digunakan oleh seluruh
karyawan perusahaan, termasuk pimpinannya dalam pelaksanaan kerja sehari-hari.
Perusahaan dengan etika kerja yang baik akan memiliki dan mengamalkan nilai-nilai,
yakni : kejujuran, keterbukaan, loyalitas kepada perusahaan, konsisten pada
keputusan, dedikasi kepada stakeholder, kerja sama yang baik, disiplin, dan
bertanggung jawab.
Berdasarkan kamus Webster (2007), “etos” didefinisikan sebagai keyakinan
yang  berfungsi  sebagai  panduan    tingkah  laku  bagi  seseorang,  sekelompok,  atau
institusi. Jadi, etos kerja dapat diartikan sebagai doktrin tentang kerja yang diyakini
oleh seseorang atau sekelompok orang sebagai baik dan benar yang mewujud nyata
secara khas dalam perilaku kerja mereka (Sinamo, 2002).
Banyak tokoh lain yang menyatakan defenisi dari etos kerja. Salah satunya
ialah  Harsono  dan  Santoso  (2006)  yang  menyatakan  etos  kerja  sebagai  semangat
kerja yang didasari oleh nilai-nilai atau norma-norma tertentu. Hal ini sesuai dengan
pendapat  Sukriyanto  (2000)  yang  menyatakan  bahwa  etos  kerja  adalah  suatu
semangat kerja yang dimiliki oleh masyarakat untuk mampu bekerja lebih baik guna
memperoleh  nilai  hidup  mereka. Etos  kerja  menentukan  penilaian  manusia  yang
diwujudkan dalam suatu pekerjaan. Selanjutnya, Hill (1999) menyatakan etos kerja
adalah suatu norma budaya
yang  mendukung  seseorang  untuk  melakukan  dan  bertanggung  jawab  terhadap
pekerjaannya  berdasarkan  keyakinan  bahwa  pekerjaan  tersebut  memiliki  nilai
instrinsik.  Berdasarkan  pendapat  tokoh  diatas,  dapat  dilihat  bahwa  etos erat
kaitannya  dengan  nilainilai  yang  dihayati  secara  intrinsik  oleh  seseorang.  Hal  ini
diperkuat oleh Hitt (dalam Boatwright & Slate, 2000) yang menyamakan etos kerja
sebagai suatu nilai dan menyatakan bahwa gambaran etos kerja seseorang merupakan
gambaran  dari  nilainilai  yang  dimilikinya  yang  berfungsi  sebagai  panduan  dalam
tingkah lakunya.
Cherrington (dalam  Boatwright  &  Slate,  2000)  menyimpulkan  etos  kerja
dengan  lebih  sederhana  yaitu  etos  kerja  mengarah  kepada  sikap  positif  terhadap
pekerjaan. Ini berarti bahwa seseorang yang menikmati pekerjaannya memiliki etos

3
kerja  yang  lebih  besar  dari  pada  seseorang  yang  tidak  menikmati  pekerjaannya.
Pandangan yang sama juga dikemukakan oleh Anoraga (2001) yang menyatakan etos
kerja adalah suatu pandangan dan sikap suatu bangsa atau suatu umat terhadap kerja.
Jika  pandangan  dan  sikap  itu  melihat  kerja  sebagai  suatu  hal  yang  luhur  untuk
eksistensi  manusia,  maka  etos  kerja  akan  tinggi.  Sebaliknya,  jika  melihat  kerja
sebagai  suatu  hal  yang  tidak  berarti  untuk  kehidupan  manusia,
apalagi  kalau  sama
sekali  tidak  ada  pandangan  dan  sikap  terhadap  kerja,  maka  etos  kerja  itu  denga
n sendirinya akan rendah.
Subekti (dalam Kusnan, 2004) menambahkan, suatu individu atau kelompok
masyarakat  dapat  dikatakan  memiliki  etos  kerja  yang  tinggi,  apabila  menunjukk
an tanda-tanda sebagai berikut:
a. Mempunyai penilaian yang sangat positif terhadap hasil kerja manusia.
b. Menempatkan pandangan tentang kerja, sebagai suatu hal yang amat luhur bagi
eksistensi manusia.
c. Kerja yang dirasakan sebagai aktivitas yang bermakna bagi kehidupan manusia.
d. Kerja dihayati sebagai suatu proses yang membutuhkan ketekunan dan sekaligus
sarana yang penting dalam mewujudkan cita-cita.
e. Kerja dilakukan sebagai bentuk ibadah.
Selanjutnya  Petty  (1993)  menyatakan  etos  kerja  sebagai  karakteristik  yang
harus  dimiliki  pekerja  untuk  dapat  menghasilkan  pekerjaan yang  maksimal  yang
terdiri dari keahlian interpersonal, inisiatif, dan dapat diandalkan. Defenisi etos kerja
yang digunakan dalam penelitian ini adalah defenisi etos
kerja  yang  dikemukakan  oleh  Petty  (1993),  yang  menyatakan  etos  kerja  sebagai
karakteristik yang harus dimiliki pekerja untuk dapat menghasilkan pekerjaan yang
maksimal yang terdiri dari keahlian interpersonal, inisiatif, dan dapat diandalkan.

Webster (2007:45), “etika” didefinisikan sebagai keyakinan yang berfungsi


sebagai panduan tingkah laku bagi seseorang, sekelompok, atau institusi. Jadi, etos
kerja dapat diartikan sebagai doktrin tentang kerja yang diyakini oleh seseorang atau
sekelompok orang sebagai baik dan benar yang mewujud nyata secara khas dalam
perilaku kerja mereka .

Harsono dan Santoso (2006:35) yang menyatakan etika kerja sebagai


semangat kerja yang didasari oleh nilai-nilai atau norma-norma tertentu. Hal ini sesuai

4
dengan pendapat Sukriyanto (2000:29) yang menyatakan bahwa etika kerja adalah
suatu semangat kerja yang dimiliki oleh masyarakat untuk mampu bekerja lebih baik
guna memperoleh nilai hidup mereka. etika kerja menentukan penilaian manusia yang
diwujudkan dalam suatu pekerjaan.

Etika kerja merupakan sikap, pandangan, kebiasaan, ciri-ciri atau sifat


mengenai cara bekerja yang dimiliki seseorang, suatu golongan atau suatu bangsa
(Tasmara, 2000:14). Etika kerja yang tinggi tentunya rutinitas tidak akan membuat
bosan, bahkan mampu meningkatkan prestasi kerjanya atau kinerja. Hal yang
mendasari etika kerja tinggi di antaranya keinginan untuk menjunjung tinggi mutu
pekerjaan, maka individu yang mempunyai etos kerja tinggi akan turut serta
memberikan masukan- masukan ide di tempat bekerja.

2.2 Hak – Hak Pekerja


1) Hak atas Pekerjaan
Hak atas pekerjaan merupakan suatu hak asasi manusia. Karena, pertama, sebagai
mana dikatakan John Locke, kerja melekat pada tubuh manusia. Kerja adalah aktivitas
tubuh dan karena itu  tidak bisa dilepaskan atau dipikirkan lepas dari tubuh manusia.
Karena tubuh adalah milik kodrati atau asasi setiap orang, dan karena itu tidak bisa
dicabut, dirampas, atau diambil darinya, maka kerja pun tidak bias dicabut, dirampas,
atau diambil dari seseorang. Maka, sebagaimana halnya tubuh dan kehidupan
merupakan salah satu hak asasi manusia, kerja pun merupakan salah satu hak asasi
manusia. Bersama hak atas hidup dan tubuh, hak atas kerja dimiliki manusia hanya
karena dia adalah manusia. Ia melekat pada manusia sebagai manusia sejak lahir dan
seorangpun tak dapat merampasnya.
Kedua, kerja merupakan perwujudan diri manusia. Melalui kerja, manusia
merealisasikan dirinya sebagai manusia dan sekaligus membangun hidup dan
lingkungannya yang lebih manusiawi. Melalui kerja manusia menentukan hidupnya
sendiri sebagai manusia mandiri.
Ketiga, hak atas kerja juga merupakan salah satu hak asasi manusia karena kerja
berkaitan dengan hak atas hidup, bahkan hak atas hidup yang layak. Hanya dengan
dan melalui kerjanya manusia dapat hidup dan juga dapat hidup secara layak sebagai
manusia. Karena dengan pentingnya, hak ini lalu dikodifikasi dalam hukum positif
oleh Negara tertentu. Indonesia misalnya, dengan jelas mencantumkan, dan berarti
menjamin sepenuhnya, hak atas pekerjaan ini. Pasal 27, ayat 2, UUD 1945 dengan

5
tegas menyatakan bahwa “ Tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Ini berarti negara kita mengakui dan
menjamin hak atas pekerjaan sebagai hak asasi (demi kemanusiaan), dan juga karena
hak ini berkaitan dengan penghidupan yang layak sebagai manusia. Ini menunjukkan
bahwa jauh sebelum Deklarasi Universal Hak-Hak Asasi Manusia PBB, yang juga
menganggap hak atas pekerjaan sebagai suatu hak asasi manusia, Indonesia telah
mengakui hak atas pekerjaan sebagai suatu hak asasi yang dimiliki setiap warga.
2) Hak atas Upah yang Adil
Hak atas upah yang adil merupakan hak legal yang diterima dan dituntut
seseorang sejak ia mengikat diri untuk bekerja pada suatu perusahaan. Karena itu
perusahaan yang bersangkutan mempunyai kewajiban untuk memberikan upah yang
adil. Dalam hak atas upah yang adil ada tiga hal yang harus ditegaskan.
Pertama, bahwa setiap pekerja berhak mendapatkan upah. Artinya, setiap pekerja
berhak untuk dibayar. Ini merupakan tuntutan yang harus dipenuhi. Dalam kerangka
keadilan komutatif ini merupakan hak sempurna, yaitu hak yang dituntut untuk
dipenuhi perusahaan dan bahkan setiap pekerja berhak memaksa perusahaan untuk
memenuhinya.
Kedua, setiap orang tidak hanya berhak memperoleh upah, tetapi juga berhak
untuk memperoleh upah yang adil, yaitu upah yang sebanding dengan tenaga yang
telah disumbangkannya.
Ketiga, hak atas upah yang adil adalah bahwa pada prinsipnya tidak boleh ada
perlakuan yang berbeda atau diskriminatif dalam soal pemberian upah kepada semua
karyawan. Dengan kata lain, harus berlaku prinsip upah yang sama untuk pekerjaan
yang sama. Maksudnya, tidak boleh ada tingkat upah yang berbeda-beda antara satu
pekerja dengan pekerja yang lain untuk bidang pekerjaan yang sama, kecuali atas
dasar pertimbangan yang rasional dan objektif dan dari segi moral dapat
dipertanggungjawabkan secara terbuka dan transparan. 
3) Hak untuk Berserikat dan Berkumpul
Ada dua dasar moral yang penting dari hak untuk berserikat dan berkumpul ini.
Pertama,ini merupakan salah satu wujud utama dari hak atas kebebasan yang
merupakan salah satu hak asasi manusia. Dasar filosofisnya, manusia adalah makhluk
sosial yang selalu menurut dan berdasarkan kodratnya cenderung berkumpul dan
berserikat dengan sesamanya. Karena itulah hak pekerja untuk berserikat dan
berkumpul merupakan salah satu hak asasi manusia yang harus dijamin. Melarang dan

6
melanggar hak ini berarti merendahkan martabat manusia, khususnya sebagai
makhluk sosial. Kedua, sebagaimana telah dikatakan diatas, dengan hak untuk
berserikat dan berkumpul, pekerja dapat bersama-sama secara kompak
memperjuangkan hak mereka yang lain, khususnya hak atas upah yang adil. Dengan
berserikat dan berkumpul, posisi mereka menjadi kuat dan karena itu tuntutan wajar
mereka dapat lebih diperhatikan, yang pada gilirannya berarti hak mereka akan lebih
bias dijamin. Tanpa hak berserikat dan berkumpul, mereka akan sulit bersatu dan itu
berarti posisi mereka menjadi lemah. Konsekuensinya, hak-hak mereka sulit
ditegakkan. Karena itu, setiap pekerja berhak dan dijamin haknya untuk bergabung
dengan sesame pekerjaan lainnya dalam sebuah serikat pekerja dan secara bersama
berhak mengadakan tawar-menawar dengan pihak perusahaan.
Catatan penting yang perlu diberikan disini adalah bahwa para manejer puncak
diharapkan untuk menjadi katalisator penting dalam perjuangan menegakkan hak
pekerja ini.
4) Hak atas Perlindungan Keamanan dan Kesehatan
Setiap perusahaan/ organisasi wajib menyediakan jaminan kesehatan dan
melindungi setiap pekerjanya, terutama untuk perusahaan yang mengandung risiko
cukup tinggi. Upaya perusahaan dapat berupa penyediaan masker dan helm
pelindung, memelihara lingkungan tempat kerja, penyediaan alat pemadam kebakaran
serta memberikan jaminan asuransi kesehatan.
5) Hak untuk Diproses Hukum Secara Sah
Hak ini terutama berlaku ketika seseorang pekerja dituduh dan diancam dengan
hukuman tertentu karena diduga melakukan pelanggaran atau kesalahan tertentu.
Dalam hal ini, pekerja tersebut wajib diberi kesempatan untuk mempertanggung
jawabkan tindakannya. Ia wajib diberi kesempatan untuk membuktikan apakah ia
melakukan kesalahan seperti dituduhkan atau tidak. Konkretnya, kalau ia tidak
bersalah ia wajib diberi kesempatan untuk membela diri. Jadi, dia harus di dengar
pertimbangannya, alasannya, saksi yang mungkin bias dihadapkannya, atau kalau dia
bersalah dia harus diberi kesempatan untuk mengaku secara jujur dan minta maaf.
Ini berarti, baik secara legal maupun moral perusahaan tidak diperkenankan untuk
menindak seseorang karyawan secara sepihak tanpa mencek atau mendengarkan
pekerja itu sendiri. Tindakan sepihak dengan memecat pekerja itu misalnya,
merupakan tindakan yang sewenang-wenang dan melanggar hak dan martabat setiap
pekerja, setiap manusia. Siapapun karyawan itu, dia harus didengar dan harus pula

7
bisa membuktikan posisinya dengan saksi dan bukti yang dapat
dipertanggungjawabkan.
6) Hak untuk Diperlakukan Secara Sama
Dengan hak ini mau ditegaskan bahwa semua pekerja, pada prinsipnya, harus
diperlakukan secara sama. Artinya, tidak boleh ada diskriminasi dalam perusahaan
entah berdasarkan warna kulit, jenis kelamin, etnis, agama, dan semacamny, baik
dalam sikap dan perlakuan, gaji, maupun peluang untuk jabatan, pelatihan atau
pendidikan lebih lanjut. Tentu tetap saja ada perbedaan di sana sini, tetapi perbedaan
dalam gaji dan peluang misalnya, harus didasarkan pada criteria dan pertimbangan
yang rasional, objektif, dan dapat dipertanggungjawabkan secara terbuka, misalnya
atas dasar kemampuan, pengalaman, prestasi, kondite, dan semacamnya. Diskriminasi
yang didasarkan pada jenis kelamin, etnis, agama, dan semacamnya adalah perlakuan
yang tidak adil.
7) Hak atas Rahasia Pribadi
Merupakan hak individu untuk menentukan seberapa banyak informasi mengenai
dirinya yang boleh diungkapkan kepada pihak lain, artinya pekerja dijamin haknya
untuk tidak mengungkapkan sesuatu yang dianggap sangat pribadi, namun dengan
catatan tidak membahayakan kepentingan orang lain
8) Hak atas Kebebasan Suara Hati
Hak ini menuntut agar setiap pekerja harus dihargai kesadaran moralnya. Ia harus
dibiarkan bebas mengikuti apa yang menurut suara hatinya adalah hal yang baik.
Konkretnya, pekerja tidak boleh dipaksa untuk melakukan tindakan tertentu yang
dianggapnya tidak baik.
2.3 Kewajiban Pekerja

1. Kewajiban Ketaatan, hal ini berarti bahwa karyawan harus memiliki konsekuensi
dan patuh pada peraturan yang ada pada perusahaan.
2. Kewajiban Konfidensialitas, setiap karyawan wajib untuk menjaga kerahasiaan
data-data yang dimiliki oleh perusahaan.
3. Kewajiban Loyalitas, yang artinya karyawan harus mendukung visi dan misi
perusahaan dan memiliki loyalitas yang tinggi terhadap perusahaan tersebut.
2.4 Aspek – Aspek Etika Kerja
Menurut Petty (1993), etos kerja memiliki tiga aspek atau karakteristik, yaitu keahlian
interpersonal, inisiatif, dan dapat diandalkan.

8
a. Keahlian interpersonal
Keahlian interpersonal adalah aspek yang berkaitan dengan hubungan kerja
dengan  orang  lain  atau  bagaimana  pekerja  berhubungan  dengan  pekerja  lain  di
lingkungan  kerjanya.  Keahlian  interpersonal  meliputi  kebiasaan,  sikap,  cara,
penampilan dan perilaku yang digunakan individu pada saat berada di sekitar orang
lain serta mempengaruhi bagaimana individu berinteraksi dengan orang lain.
Indikator  yang  digunakan  untuk  mengetahui  keahlian  interpersonal  seorang
pekerja adalah meliputi karakteristik pribadi yang dapat memfasilitasi terbentuknya
hubungan  interpersonal  yang  baik  dan  dapat  memberikan  kontribusi  dalam
performansi  kerja  seseorang,  dimana  kerjasama  merupakan  suatu  hal  yang  sanga
t penting. Terdapat 17 sifat yang dapat menggambarkan keahlian interpersonal
seorang pekerja (Petty, 1993), yaitu: sopan, bersahabat, gembira, perhatian,
menyenangkan,
kerjasama,  menolong,  disenangi,  tekun,  loyal,  rapi,  sabar,  apresiatif,  kerja  keras,
rendah hati, emosi yang stabil, dan  keras kemauan.
b. Inisiatif
Inisiatif  merupakan  karakteristik  yang  dapat  memfasilitasi  seseorang  agar
terdorong  untuk  lebih  meningkatkan  kinerjanya  dan  tidak  langsung  merasa  puas
engan kinerja yang biasa. Aspek ini sering dihubungkan dengan situasi di tempat kerja
yang tidak lancar. Hal-hal seperti penundaan pekerjaan, hasil kerja yang buruk,
kehilangan  kesempatan  karena  tidak  dimanfaatkan  dengan  baik  dan  kehilangan
pekerjaan, dapat muncul jika individu tidak memiliki inisiatif dalam bekerja
(Petty,1993).
Terdapat 16 sifat yang dapat menggambarkan inisiatif seorang pekerja (Petty,
1993)  yaitu:  cerdik,  produktif,  banyak  ide,  berinisiatif,  ambisius,  efisien,  efektif,
antusias, dedikasi, daya tahan kerja, akurat, teliti, mandiri, mampu beradaptasi, gigih,
dan teratur.
c. Dapat diandalkan
Dapat  diandalkan  adalah  aspek  yang  berhubungan  dengan  adanya  harapan
terhadap hasil kerja seorang pekerja dan merupakan suatu perjanjian implisit pekerja
untuk  melakukan  beberapa  fungsi  dalam kerja.  Seorang  pekerja  diharapkan  dapat
memuaskan harapan minimum perusahaan, tanpa perlu terlalu berlebihan sehingga
melakukan pekerjaan yang bukan tugasnya. Aspek ini merupakan salah satu hal yang
sangat diinginkan oleh pihak perusahaan terhadap

9
pekerjanya.Terdapat  7  sifat  yang  dapat  menggambarkan  seorang  pekerja  yang  da
pat
diandalkan  (Petty,  1993),  yaitu:  mengikuti  petunjuk,  mematuhi  peraturan,  dapat
diandalkan, dapat dipercaya, berhati-hati, jujur, dan tepat waktu.
Berdasarkan  pemaparan  diatas,  dapat disimpulkan  terdapat  tiga  aspek  etos kerja
yaitu keahlian interpersonal, inisiatif, dan dapat diandalkan.
2.5 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Etika Kerja
Terdapat beberapa faktor internal  yang mempengaruhi etos kerja, yaitu:
A. Usia
Menurut hasil penelitian Buchholz’s dan Gooding’s, pekerja yang berusia di
bawah 30 tahun memiliki etos kerja lebih tinggi daripada pekerja yang berusia
diatas 30 tahun (dalam Boatwright & Slate, 2000).\
B. Jenis kelamin
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Boatwright dan Slate (2000), wanita
memiliki etos kerja yang lebih tinggi dari pada pria.
C. Latar belakang pendidikan
Hasil  penelitian  Boatwright  dan  Slate  (2000)  menyatakan  bahwa  etos  kerja
tertinggi  dimiliki  oleh  pekerja  dengan  latar  belakang  pendidikan  S1  dan  ter
endah dimiliki oleh pekerja dengan latar belakang pendidikan SMU.
D. Lama bekerja
Menurut  penelitian  Boatwright  dan  Slate  (2000)  mengungkapkan  bahwa
pekerja yang sudah bekerja selama 1-2 tahun memiliki etos kerja yang lebih
tinggi
daripada  yang  bekerja  dibawah  1  tahun.  Semakin  lama  individu  bekerja,  se
makin
tinggilah  kemungkinan  individu  untuk  memperoleh  kesempatan  untukmenge
mbangkan  dan  menggunakan  kapasitasnya  dan  memperoleh  peluang  untuk
pertumbuhan dan mendapatkan jaminan. Kedua hal diatas akan membentuk
persepsi seseorang terhadap kualitas kehidupan bekerjanya (Walton, dalam
Kossen 1986).
Selain  faktor-faktor  internal  di  atas,  terdapat  pula  faktor  eksternal  yang
mempengaruhi etos kerja karyawan yaitu :
a. Budaya

10
Masyarakat  yang  memiliki  system  budaya  maju  akan  memiliki etos  kerja
yang lebih tinggi daripada masyarakat yang memiliki system budaya yang tidak
maju (Rosmiani, 1996).
b. Sosial Politik
Etos  kerja  yang  dimiliki  suatu  masyarakat  sangat  tergantung  kepada  ada
tidaknya sturktur politik yang mendorong masyarakat untuk bekerja keras dan
dapat menikmati hasil kerja keras mereka dengan penuh (Soewarso, Subagyo dan
Utomo, dalam Rosmiani 1996).
c. Kondisi Lingkungan Geografis
Lingkungan  alam  yang  mendukung,  mempengaruhi  manusia  yang  ada  di
dalamnya  melakukan  usaha  untuk  dapat  mengelola  dan  mengambil  manfaat,  
danbahkan  dapat  mengundang  pendatang  untuk  turut  mencari  penghidupan  d
ilingkungan  tersebut  (Suryawati,  Dharmika,  Namiarthi,  Putri  dan  Weda,  dala
mRosmiani,  1996).  Kondisi  lingkungan  inilah  yang  akan  mempengaruhi  bag
aimana persepsi seseorang terhadap kualitas kehidupan bekerjanya. (Walton,
dalam Kossen1986).
d. Struktur Ekonomi
Tinggi rendahnya etos kerja yang dimiliki masyarakat, dipengaruhi oleh ada
atau  tidaknya  stuktur  ekonomi  yang  mampu  memberikan  insentif  bagi  angg
otamasyarakat  untuk  bekerja  keras  dan  menikmati  hasil  kerja  keras  
mereka  dengan penuh
2.6 Tampilan Etika yang Kuat
Saat kita ingin menilai etika kerja seorang karyawan, kita bisa melihat dari
‘hasil’ yang diberikan dari pekerjaan yang dilakukannya. Secara umum, para
karyawan yang menampilkan etika kerja yang kuat menerapkan beberapa tindakan
seperti ini: 

 Datang tepat waktu, setiap hari.

Ya! Setiap hari. Ini juga bisa diartikan secara umum. Maksudnya, karyawan selalu
datang tepat waktu jam 9:00 pagi dan bekerja sampai 5:00 sore. Namun, ini juga dapat
diartikan bahwa ketika jam kerja, mereka benar-benar melakukan pekerjaan mereka.
Tidak berjalan-jalan di luar kantor tanpa sepengetahuan bos, atau asyik membuka
media sosial saat mengerjakan pekerjaan kantor. 

11
 Melakukan apa yang perlu dilakukan.

Seseorang yang memiliki etika kerja yang kuat, mereka akan mengerjakan semua
tugas kerja yang mudah dan yang sulit sekalipun. Mereka tidak akan pergi
meninggalkan tanggung jawab yang harus mereka kerjakan. Semuanya akan mereka
kerjakan sampai selesai. 

 Tetap bekerja meskipun situasi buruk menghampiri.

Tidak peduli seberapa besar cobaan dan godaan yang datang untuk mengganggu fokus
kerja kita, atau membisikkan kita agar tidak bekerja dan kembali bersanta-santai,
orang-orang yang memiliki etika kerja yang sangat kuat akan mampu melawan semua
godaan itu. Misalnya, saat hujan rintik-rintik dan kita merasa kurang enak badan,
dengan etika kerja yang kuat, kita tidak akan bolos kerja. Namun, jika seorang
karyawan benar-benar merasa sakit yang tidak tertahankan dan cuaca juga semakin
memburuk, misalnya hujan dengan angin kencang. Maka, situasi berbahaya tersebut
bisa menjadi alasan yang kuat seseorang tidak bekerja, dan bukan berarti mereka tidak
memiliki etika kerja yang baik. 

 Selalu berusaha memberikan yang terbaik.

Nah, seseorang yang memiliki etika kerja yang baik juga akan selalu memberikan
upaya yang terbaik yang dia miliki. Semua ini dilakukan demi mendapatkan hasil
yang terbaik juga. Seperti yang sudah dibahas di awal, etika kerja yang baik dapat
dinilai berdasarkan ‘hasil’ yang diberikan dari pekerjaan yang seseorang lakukan. 

2.7 Cara Meningkatkan Moral Pekerja

Ada banyak cara untuk menanamkan moral karyawan yang positif dan tidak selalu
mesti dengan cara menambah pundi-pundi gaji mereka. Perusahaan yang besar dan
tim yang puas memiliki sikap umum yang positif, dan rasa kepuasan kerja yang
terkait dengan kesejahteraan secara umum. Singkat kata, meningkatkan budaya
perusahaan tidak hanya meningkatkan secara signifikan produktivitas dan efektivitas
perusahaan saja, namun juga kehidupan tim Anda. Berikut cara melakukannya:

12
 Tingkatkan lingkungan kerja

Ini tidak mesti mahal seperti kedengarannya. Terutama di tengah-tengah pandemi


seperti sekarang, banyak UKM yang bekerja di ruang sempit, bahkan garasi, namun
mereka masih menikmatinya. Salah satu hal terpenting adalah cahaya alami. Banyak
penelitian telah membuktikan kaitan antara hal ini dengan kesejahteraan dengan 80%
karyawan mengatakan bahwa hal itu penting bagi mereka. Tambahkan beberapa
tanaman, sediakan alat pembuat kopi berkualitas, tambahkan satu atau dua kopinya,
atau pasang bantal besar untuk bersantai di ruang kantor, tiba-tiba kantor itu menjadi
pusat perhatian. Bekerja dalam lingkungan yang redup dan membosankan tidak hanya
berdampak pada kewaspadaan dan keterlibatan secara keseluruhan, tapi juga
berdampak serius pada kesehatan mental.

 Peduli dengan kesehatan jiwa

Bagaimana pun juga, moral karyawan juga sama berlaku di lingkungan kerja dari
rumah atau jarak jauh seperti kantor sesungguhnya, karena itu menawarkan area
dukungan seperti kesehatan jiwa itu sangat penting. Pengakuan karyawan tidak hanya
terkait memperhatikan beberapa keberhasilan kerja, namun juga mengakui manusia di
balik layar pekerjaan hebat itu. Anda mungkin tidak dapat menjalankan seluru
departemen sumber daya manusia, namun Anda harus memiliki staf atau karyawan
yang adil, tidak memihak yang dicari karyawan untuk meminta bantuan. Dengan
semangat yang sama, Anda harus fleksibel dengan anggota tim yang perlu berada
dalam kondisi terbaik. Ini berarti Anda tidak mesti menghakimi ketidakhadiran karena
masalah kesehatan jiwa sebagai tidak penting dibandingkan dengan anggota tim yang
sakit tidak masuk kerja karena flu.

 Menemukan keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi

Bekerja yang fleksibel dan membolehkan tim bekerja dari rumah adalah hal yang
perlu dipertimbangkan secara serius jika Anda belum melakukannya. Keseimbangan
antara pekerjaan dan kehidupan pribadi yang sempurna berarti bahwa kehidupan yang
berkualitas di rumah karyawan Anda tidak terganggu oleh jam kerja mereka. Ini bisa
berupa mengurangi biaya dan lama waktu bolak balik ke kantor dengan mengizinkan
mereka bekerja dari rumah dan menghabiskan waktu berharga tambahan mereka

13
bersama keluarga. Ini dapat berarti membiarkan mereka berhenti dan mulai bekerja
pada waktu-waktu seputar komitmen kehidupan pribadi mereka, sepanjang mereka
mengalokasikan jumlah jam mereka untuk bekerja. Namun demikian, jika kantor
Anda ingin menerapkan hal ini, pastikan bahwa Anda melakukan yang terbaik untuk
mengakomodasi kebutuhan tim Anda, tidak hanya kebutuhan bisnis saja.

 Hierarki rata

Sudah menjadi norma yang diterima di kantor modern, pemilik bisnis dan bos harus
menghilangkan segala ego mereka. Dalam banyak bisnis sekarang ini, Anda bisa
masuk ke sebuah kantor dan tidak mengetahui siapa bosnya, karena semua orang
diperlakukan setara. Untuk menghilangkan hierarki yang kaku, Anda membebaskan
pekerja dari konsep kolot "tetap berada di tempatnya" atau "tahu diri". Dengan
demikian Anda akan mendorong mereka membagikan ide-ide baru dan mengatasi
masalah secara kreatif dan tidak dibatasi oleh pangkat. Bis harus dapat mudah diajak
bicara seperti halnya rekan kerja yang lebih yunior, dan kontribusi rekan kerja yang
lebih yunior harus sama diakuinya dengan kontribusi pimpinan tim itu.

 Jangan melarang kegembiraan

Memasukkan kegembiraan dan mendorong obrolan santai harus menjadi kunci untuk
menciptakan keakraban yang sebenarnya di antara staf. Dengan bantuan aplikasi
pesan seperti Slack dan beberapa emoji pilihan, proyek yang paling membosankan
sekalipun dapat dibuat lebih baik jika dikerjakan oleh tim yang selalu siap membuat
suasana suram menjadi menyenangkan—dan, lebih baik lagi, dengan suasana hati
yang baik akan menghasilkan pekerjaan yang baik.

 Biarkan tim Anda mengetahui bahwa mereka telah bekerja dengan sangat baik

Masukan karyawan adalah area yang sering dikeluhkan pekerja karena jarang
dilakukan di tempat kerja. Ya, tim Anda boleh saja memiliki bantal santai, mesin kopi
canggih, dan meja biliar di kantor untuk dimainkan setelah istirahat makan siang,
namun jika karyawan tidak diberi masukan, mereka tidak akan pernah tahu cara
memperbaiki diri. Pengembangan dan pertumbuhan karyawan merupakan faktor
penting bagi banyak karyawan, tidak ada seorang pun yang tidak mau tidak maju.

14
Pastikan bahwa Anda sering melakukan evaluasi dengan tim dan buat rencana
tindakan agar mereka dapat maju dan memperbaiki diri. Evaluasi karyaan harus
dilakukan sekurangnya sekali setahun, namun tidak mesti menjadi sebuah acara yang
menakutkan atau dihindari. Mereka harus merasa acara evaluasi sebagai sebuah acara
yang terbuka dan jujur yang memfokuskan pada apa yang telah baik mereka lakukan,
dapat tingkatkan atau perbaiki, dan bantuan yang bisa Anda berikan kepada mereka
setiap saat. Dengan menunjukkan bahwa Anda memberi perhatian pada
perkembangan profesional karyawan merupakan salah satu indikasi paling jelas
bahwa mereka dihargai.

2.8 Prinsip Etis dalam Bekerja


Dalam bekerja setidaknya kita bisa mendasarkan pada prinsip dalam bekerja, yaitu :
1.      Bekerja dengan ikhlas,
2.      Bekerja dengan tekun dan bertanggung jawab,
3.      Bekerja dengan semangat dan disiplin,
4.      Bekerja dengan kejujuran dan dapat dipercaya,
5.      Berkemampuan dan bijaksana,
6.      Bekerja dengan berpasangan,
7.      Bekerja dengan memperhatikan kepentingan umum.
Masalah yang dapat timbul yang berhubungan dengan etika dalam bekerja
yaitu berupa diskriminasi, konflik kepentingan dan penggunaan sumber-sumber
perusahaan.
     Diskriminasi
terjadi bila pekerja merasa diperlakukan tidak sama, misalkan karena
perbedaan ras, etnis, agama, usia, status perkawinan atau jenis kelamin serta
keanggotaan serikat buruh atau afiliasi politik.
  Konflik Kepentingan
Suatu konflik atas kepentingan dapat timbul bila pekerja mempunyai, secara
langsung maupun tidak langsung kepentingan pribadi di dalam mengambil suatu
keputusan, dimana keputusan tersebut seharusnya diambil secara objektif, bebas
dri keragu-raguan dan demi kepentingan terbaik dari perusahaan. Konflik
kepentingan muncul saat kepentingan pribadi pegawai mendorongnya melakukan
tindakan yang mungkin bukan merupakan tindakan yang terbaik bagi perusahaan,
dan tidak selalu berkaitan dengan masalah uang.

15
    Penggunaan Sumber-sumber Perusahaan
Adalah beberapa aktivitas mungkin akan memberikan keuntungan karyawan
secara perorangan, yang tidak diketahui atau disetujui oleh atasan anda. Hal ini
dapat berupa :
1.      Pemakai atau menyalah-gunakan milik perusahaan untuk pemakaian pribadi atau
keuntungan pribadi.
2.      Secara fisik mengubah atau merusak milik perusahaan tanpa izin yang sesuai.
3.      Menghilangkan milik perusahaan atau memakai jasa layanan perusahaan tanpa
persetujuan dari manjemen sebelumnya.
2.9 Whistle Blowing
Whistle blowing adalah tindakan yang dilakukan oleh seorang atau beberapa orang
karyawan untuk membocorkan kecurangan entah yang dilakukan oleh perusahaan
atau atasannya kepada pihak lain.  tujuan whistle blowing adalah untuk meperbaiki
atau mencegah suatu tindakan yang merugikan.
Ada dua macam whistle blowing, yaitu :
1.      Whistle blowing internal. Ini terjadi dalam lingkup internal perusahaan, dimana
yang melakukan kecurangnan adalah individu di dalam perusahaan, kemudian
dilaporkan ke atasan yang bersangkutan, karena tindakannya dapat merugikan
perusahaan.
2.      Whistle blowing eksternal. Ini terjadi jika yang melakukan kecurangan adalah
perusahaannya, dimana akibat yang ditimbulkannya berdampak negatif pada
masyarakat, sehingga pekerja mengungkapkan kecurangan tersebut kepada
khalayak umum. Secara umum ini merupakan indikasi mengenai adanya kegagalan
serius dalam sistem komunikasi internal perusahaan, karena perusahaan tidak
mempunyai kebijakan atau prosedur yang jelas yang memungkinkan pegawai
menyampaikan pertimbangan –pertimbangan moral mereka di luar perintah yang
standar.

16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Jadi berdasarkan pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa macam-
macam hak pekerja adalah hak atas pekerjaan, hak atas upah yang adil, hak untuk
berserikat dan berkumpul, hak atas perlindungan keamanan dan kesehatan, hak
untuk diproses hukum secara sah, hak untuk diperlakukan sama, hak atas rahasia
pribadi, dan hak atas kebebasan suara hati. Etika kerja merupakan rumusan
penerapan nilai-nilai etika yang berlaku di lingkungannya. dengan tujuan untuk
mengatur tata karma aktivitas para karyawannya agar mencapai tingkat efisiensi
dan produktivitas yang maksimal. Dalam bekerja setidaknya kita bisa
mendasarkan pada prinsip dalam bekerja, yaitu  Bekerja dengan ikhlas, Bekerja
dengan tekun dan bertanggung jawab, Bekerja dengan semangat dan disiplin,
Bekerja dengan kejujuran dan dapat dipercaya, Berkemampuan dan bijaksana,
Bekerja dengan berpasangan, Bekerja dengan memperhatikan kepentingan
umum. Masalah yang dapat timbul yang berhubungan dengan etika dalam bekerja
yaitu berupa diskriminasi, konflik kepentingan dan penggunaan sumber-sumber
perusahaan.

17
DAFTAR PUSTAKA

Ernawan, Erni R. 2016. Business Ethic. Bandung: Alfabeta.

Keraf, Sony. 1998. Etika Bisnis. KANISIUS.

https://www.dropbox.com/id/business/resources/boost-employee-morale

http://mirafitriani10.blogspot.com/2015/09/etika-kerja.html

https://www.psychologymania.com/2012/06/pengertian-etika-kerja_16.html

https://www.studilmu.com/blogs/details/cara-terbaik-menunjukkan-etika-kerja-yang-
kuat#:~:text=Definisi%20etika%20kerja%20adalah%20serangkaian,yang
%20mengatur%20regulasi%20dalam%20bekerja

18

Anda mungkin juga menyukai