Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“Relevansi Etika Dan Bisnis Dalam Dunia Modern”

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah:

ETIKA BISNIS

Dosen Pengampu: Nala Tri Kusuma, S.E., M.M.

Disusun oleh:

LINDA AZHARI
2001008253
SEPRIAN ADIT M S
2018008272
PETRUS PIRHOT SILALAHI
2018008279

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA
YOGYAKARTA
2020
DAFTAR PUSTAKA

BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................1
C. Tujuan Dan Manfaat Pembahasan.....................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN...............................................................................................................3
A. Pengertian dan Aspek Pokok Dari Bisnis...........................................................3
B. Pengertian Etika Bisnis........................................................................................4
C. Sejarah dan Perkembangan Etika Bisnis...........................................................6
D. Etika Bisnis Dalam Dunia Modern.....................................................................9
E. Kasus Etika Bisnis..............................................................................................10
BAB III...........................................................................................................................11
PENUTUP.......................................................................................................................11
A. Kesimpulan.........................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................11
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bisnis merupakan suatu hal yang tidak dapat terlepas dari
masyarakat,dalam kata lain masyarakat merupakan bagian dalam bisnis dan
sebaliknya. . Bisnis yang merupakan kegiatan ekonomi yang dalam kegiatanya
terdapat aktivitas tukar-menukar, jual-beli, memproduksi-memasarkan, bekerja-
mempekerjakan, serta interaksi manusiawi lainnya. Keuntungan tetap selalu
menjadi salah satu orientasi utama dalam dunia bisnis.
Namun demikian, apakah produktivitas dalam meraih keuntungan dapat
dipertahankan dengan segala cara. Memang, mengejar keuntungan merupakan hal
yang wajar, selagi tidak timbulnya kerugian terhadap pihak lain. Dengan kata lain,
dalam dunia bisnis etika memiliki peranan yang menjadikan keuntungan bukan
lagi menjadi satu-satunya tujuan organisasi. Menurut Kerin et al, etika adalah
prinsip-prinsip moral dan nilai-nilai yang mengatur tindakan dan keputusan dari
seorang individu atau kelompok (dalam Story & Hess, 2010). Jadi, terdapat
berbagai hal yang akan membatasi pelaku bisnis dalam mewujudkan tujuan
utamanya.
Dewasanya, etika bisnis dalam dunia modern saat ini menjadi topik bisnis
yang sangat penting. Semakin terbukanya pasar nasional sebagai dampak dari
proses globalisasi ekonomi semakin menumbuhkan minat untuk melakukan
kegiatan bisnis. Kegiatan bisnis yang tengah berkembang, khususnya di
Indonesia, akan memicu terjadi persaingan yang sangat ketat dan kadang kala
akibat dari ketatnya persaingan dapat menyebabkan pelaku bisnis menghalalkan
segala cara untuk mencapai tujuannya, akibatnya terjadilah persaingan yang tidak
sehat dalam bisnis. Persaingan yang tidak sehat ini dapat merugikan orang
banyak, selain itu juga dalam jangka panjang dapat merugikan pelaku bisnis itu
sendiri. Berangkat dari permasalahan diatas, penulis akan membahas mengenai
“relevansi etika dan bisnis dalam dunia modern”.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Etika, Bisnis, dan Etika Bisnis?
2. Bagaimana sejarah dan perkembangan etika bisnis?
3. Bagaimana relevansi antara etika dan bisnis dalam dunia modern?
4. Bagaimana kasus yang terdapat pada masalah etika bisnis?
C. Tujuan Dan Manfaat Pembahasan
1. Mengetahui pengertian dari etika, bisnis, dan etika bisnis.
2. Mengetahui sejarah dan perkembangan dari etika bisnis.
3. Memahami relevansi antara etika dan bisnis pada dunia modern
4. Mengetahui contoh kasus permasalahan yang terdapat pada bidang etika
bisnis.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Aspek Pokok Dari Bisnis


Menurut Sukrisno Agoes dan I Cenik Ardana (2009:76), aktivitas bisnis
bukan saja kegiatan dalam rangka menghasilkan barang dan jasa, tetapi juga
termasuk kegiatan mendistribusikan barang dan jasa tersebut ke pihak-pihak yang
memerlukan serta aktivitas lain yang mendukung kegiatan produksi dan distribusi
tersebut.
Dikatakan oleh Silalahi (2003) bahwa bisnis terdiri dari hal-hal yang
berkaitan dengan industri, trading, keuangan dan jasa. Aktivitas bisnis terjadi
kalau ada interaksi antara konsumen dan produsen yang mana produsen
menyediakan kebutuhan yang dibutuhkan oleh konsumen dan meminta imbalan
uang demi kebutuhan tertentu. Bila tidak ada konsumen, bisnis pun tidak mungkin
ada. Gambaran bisnis ini mengisyaratkan bahwa bisnis tidak bebas nilai karena:
(a) keuntungan hanya dilihat sebagai konsekuensi logis dari kegiatan bisnis, (b)
memenuhi kebutuhan masyarakat dengan baik adalah untuk mendapatkan
keuntungan akan datang dengan sendirinya, (c) pertukaran timbal balik secara
fair, (d) integritas organisasi profesi bisnis pertama-tama tinggi dan baik, (e)
usaha atau proses pertukaran jasa atau produk dalam rangka pencapaian nilai
tambah.
Selain itu, menurut Bertens (2000) terdapat tiga aspek dan sudut pandang
pokok dari bisnis, yaitu:
1. Sudut pandang ekonomi, bisnis adalah kegiatan ekonomis, maksudnya
adalah adanya interaksi produsen/perusahaan dengan pekerja, produsen
dengan produsen dalam sebuah organisasi. Kegiatan antar manusia ini
adalah bertujuan untuk mencari untung oleh karena itu menjadi kegiatan
ekonomis. Pencarian keuntungan dalam bisnis tidak bersifat sepihak, tetapi
dilakukan melalui interaksi yang melibatkan berbagai pihak.
2. Sudut pandang etika, dalam bisnis berorientasi pada profit adalah sangat
wajar, akan tetapi jangan keuntungan yang diperoleh tersebut justru
merugikan pihak lain. Maksudnya adalah, semua yang kita lakukan harus
menghormati kepentingan dan hak orang lain.
3. Sudut pandang hukum, bisa dipastikan bahwa kegiatan bisnis juga terikat
dengan Hukum Dagang atau Hukum Bisnis, yang merupakan cabang
penting dari ilmu hukum modern. Dalam praktik hukum banyak masalah
timbul dalam hubungan bisnis pada taraf nasional maupun internasional.
Seperti etika, hukum juga merupakan sudut pandang normatif, karena
menetapkan apa yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan.

Terdapat tolak ukur untuk tiga sudut pandang ini. Tolak ukur untuk
menentukan baik buruknya suatu perbuatan atau tingkah laku, setidaknya ada
tiga macam tolak ukur : hati nurani, Kaidah Emas dan penilaian masyarakat.

a. Hati Nurani
Hati nurani merupakan moral yang penting, namun sifatnya subjektif
sehingga tidak terbuka untuk orang lain. Dalam dunia bisnis, suara hati
nurani mudah dininabobokan oleh keinginan memperoleh keuntungan
sebesar-besarnya. Karena alasan itu, hati nurani sebagai norma moral
sering kali sulit dipakai dalam forum umum dan harus dilengkapi
dengan norma-norma lain.
b. Kaidah Emas
Kaidah emas dapat dirumuskan dengan cara positif maupun negative.
Secara positif kaidah emas berbunyi “Hendaklah memperlakukan
orang lain sebagaiamana Anda sendiri ingin diperlakukan”. Sedangkan
secara negative berbunyi “Janganlah melakukan terhadap orang lain,
apa yang Anda sendiri tidak ingin dilakukan terhadap diri Anda”.
c. Penilaian Umum
Cara ini disebut juga sebagai “audit sosial”. Namun penilaian disini
haruslah dilakukan oleh suatu forum yang luas guna mencapai suatu
tahap objektif. Perilaku sosial itu bersifat baik secara moral, bila tahan
uji dalam audit sosial.
B. Pengertian Etika Bisnis
Menurut L. Sinuar Yosephus (2010: 3), secara etimologi, kata etika
berasal dari kata Yunani ethos (tunggal) yang berarti adat, kebiasaan, watak,
akhlak, sikap, perasaan, dan cara berpikir. Bentuk jamaknya ta etha. Sebagai
bentuk jamak dari ethos, ta etha berarti adat kebiasaan atau pola pikir yang dianut
oleh suatu kelompok orang yang disebut masyarakat atau pola tindakan yang
dijunjung tinggi dan dipertahankan oleh masyarakat tersebut. Bentuk jamak inilah
yang menjadi acuan dengannya istilah etika yang dipakai dalam sejarah peradaban
manusia hingga saat ini tercipta. Sedangkan, Menurut O.P. Simorangkir (1992:4)
etika berasal dari bahasa Yunani ethos mempunyai beragam arti: pertama, sebagai
analisis konsep-konsep terhadap apa yang harus, mesti, tugas, aturan-aturan
moral, benar, salah, wajib, tanggung jawab dan lain-lain. Kedua, aplikasi ke dalam
watak moralitas atau tindakan-tindakan moral. Ketiga, aktualisasi kehidupan yang
baik secara moral. Etika merupakan filsafat tentang moral. Jadi sasaran etika
adalah moralitas. Moralitas adalah istilah yang dipakai untuk mencakup praktek
dan kegiatan yang membedakan apa yang baik dan apa yang buruk, aturan-aturan
yang mengendalikan kegiatan itu dan nilai yang tersimpul di dalamnya, yang
dipelihara atau dijadikan sasaran oleh kegiatan dan praktik tersebut.
Dengan kata lain, etika merupakan pernyataan benar atau salah yang
menentukan perilaku seseorang tergolong bermoral atau tidak bermoral, baik atau
buruk. Pernyataan inilah yang kemudian dituangkan dalam bentuk prinsip-prinsip
etika yang secara normative dipergunakan untuk membimbing tindakan seseorang
menjadi perilaku yang bermoral. Perbuatan yang tidak menyenangkan seperti
berbohong, mencuri, mengancam, atau merusak miik orang lain dari sisi etika
tergolong perbuatan yang tidak etis dan tidak bermoral, sedangkan kejujuran,
menepati janji, saling membantu sessama, dan menghormati hak dan kewajiban
orang lain merupakan perbuatan ynag secara etis dan moral sangat diharapkan
untuk dilakukan oleh manusia.
Maka dari itu, etika bisnis adalah perwujudan dari serangkaian prinsip-
prinsip etika normatif ke dalam perilaku bisnis, sehingga bisnis tidak dapat
menetapkan sendiri enar salahnya suatu tindakan tanpa berpijak pada norma
kehidupan masyarakat. Meskipun sebuah korporasi dapat berkelit dari tuntutan
etis karena berlindung dibalik aturan atau regulasi, tetap saja masyarakat secara
bersama-sama akan mengecam atau menuntut korporasi ke pengadilan agar
kembali berperilaku bisnis yang etis, dan inilah yang dimaksud perwujudan dari
“audit sosial” yang maksud oleh K. Bertens (2000: 28-29).

C. Sejarah dan Perkembangan Etika Bisnis


Umur etika bisnis masih terbilang muda sekali, dulu sekitar tahun seribu
sembilan ratus sembilan puluhan (1990 an), di fakultas ekonomi pada strata 1
tidak ada mata kuliah etika bisnis. Jadi mahasiswa fakultas ekonomi Strata 1 tidak
dibekali dengan mata kuliah etika bisnis. Berbicara tentang etika bisnis dalam arti
spesifik dapat terwujud setelah menjadi satu bidang (field) tersendiri, maksudnya
suatu bidang intelektual dan akademis dalam konteks pengajaran dan penelitian di
perguruan tinggi. Etika bisnis dalam arti khusus ini untuk pertama kalinya timbul
pada tahun 1970-an di Amerika Serikat dan meluas ke kawan dunia lainya.
1. Situasi Dahulu
Pada awal sejarah filsafat, Plato, Aristotetles, dan filsuf Yunani lain
menyelidiki bagaimana sebaiknya mengatur kehidupan manusia bernegara
dan kehidupan ekonomi. De George melukiskan bagaimana di perguruan
tinggi masalah moral di sekitar ekonomi dan bisnis terutama disoroti
dalam teolog. Pada waktu itu banyak universitas diberikan kuliah agama
yang mempelajari masalah moral sekitar ekonomi dan bisnis. Mata kuliah
ini diberikan dalam kalangan Katolik dan Protestan. Dalam kalangan
Katolik, lebih mendalami “Ajaran Sosial Gereja” yang banyak
menyinggug tema yang menyangkut moralitas dalam kehidupan sosial-
ekonomi. Sedangkan di kalangan Protestan buku teolog Jerman Reinhold
Neibhur Moral Man and Immoral Society (New York, 1932) menjalankan
pengaruh besar atas pengajaran etika mengenai tema-tema soiso-ekonomi
dan bisnis.
2. Masa Peralihan: tahun 1960-an
Pemberontakan yang terjadi di Amerika Serikat pada masa itu
menyebabkan timbul kesadaran akan masalah ekologis terutama industri
dianggap sebagai penyebab masalah lingkungan hidup. Di samping itu
timbul sikap anti-konsumeristis akibat dari bisnsi modern. Salah satu
reaksi dunia pendidikan ialah dengan memberikan mata kuliah baru yang
diberi nama Business and Society. Pendekatan ini diadakan dari segi
manajemen, dengan sebagaian melibatkan juga hokum dan sosiologi,
tetapi teori etika filosifis di sini belum dimanfaatkan.

3. Etika Bisnis Lahir di Amerika Serikat: tahun 1970-an


Terdapat dua faktor yang memberi kontribusi besar kepada kelahiran etika
bisnis di Amerika Serikat pada pertengahan tahun 1970-an: sejumlah filsuf
mulai terlibat dalam memikirkan masalah etis sekitar bisnis dan etika
bisnis dianggap sebagai tanggapan tepat mengatasi krisis moral saat itu.
Dalam mengembangkan etika bisnis para filsuf cenderung bekerja sama
dengan ahli ekonomi dan manajemen. Selain itu, salah satu upaya khusus
yang dilakukan untuk mengatasi krisis moral ialah dengan menjadikan
etika bisnis sebagai mata kuliah.
4. Etika Bisnis Meluas ke Eropa: tahun 1980-an
Etika bisnis memasuki Eropa sekitar sepuluh tahun kemudian, dimulai dari
Inggris dan menyebar ke negara Eropa Barat lainnya. Banyak fakultas
ekonomi yang mencantumkan etika bisnis sebagai mata kuliah baru.
Perkembangan pesat ini terjadi ketika anggaran belanja universitas
diperketat akibat kesulitan finansial. Pada tahun 1987 didirikan European
Business Ethics Network (EBEN) yang bertujuan menjadi forum
pertemuan antara akademini dari universitas dan sekolah bisnis serta
pengusaha dan wakil organisasi nasional maupun internasional.
5. Etika Bisnis Menjadi Fenomena Global: tahun 1990-an
Pada dekade 1990-an etika bisnis tidak terbatas lagi pada dunia Barat. Kini
etika bisnsi dipelajar, diajarkan dan dikembangkan diseluruh dunia. Tidak
mengherankan bila etika bisnis mendapat perhatian khusus di negara yang
memiliki ekonomi paling kuat di luar dunia Barat. Tanda bukti lain sifat
global etika bisnis adalah didirikannya International Society for Business,
Economics, and Ethics (ISBEE).

Sebelum menjadi menjadi fenomena global, etika bisnis sempat mengalami


penolakan pada masa lampau. Etika bisnis terbentuk melalui faktor sejarah dan
budaya yang cukup rumit. Seperti yang dijelaskan dalam buku K. Bertens (2000:
41-52) setidaknya terdapat lima faktor sejarah dan budaya dalam etika bisnis.

1) Kebudayaan Yunani Kuno


Masyarakat Yunani kuno pada umumnya berprasangkan terhadap kegiatan
dagang dan kekayaan. Menurut Plato, perdagangan dianggap mempertebal
keserakahan manusia. Penolakan ini diberi dasar lebih teoritis oleh
Aristotetles (384-322 SM) yang mengatakan bahwa tidak etis setiap
kegaitan menambah kekayaan. Bukti lain bahwa masyarakat Yunani kuno
menganggap dewa Yunani Hermes sebagai pelindung pedagang dan
mencuri, mengakibatkan anggapan kesetaraan antara pedagang dan
pencuri.
2) Agama Kristen
Dalam Kitab Suci Kristen terdapat cukup banyak teks yang bernada kritis
terhadap kekayaan dan uang. Meskipun dalam Alkitab itu sendiri tidak
terdapat penolakan perdagangan sebagai kurang etis. Pada abad
pertengahan profesi perdagangan sering dinilai kurang pas sehingga
banyak diserahkan kepada Yahudi. Mulai pada zaman Protestantisme,
pandangan terhadap perdagangan mulai lebih positif. Selain itu, adanya
Reformasi sikap positif terhadap perdagangan timbul. Protestan
memandang bahwa berdagang dinilai sebagai pertanda berkat Tuhan.
3) Agama Islam
Dalam Islam pandangan terhadap perdagangan lebih positif, dikarenakan
Nabi Muhammad sendiri merupakan seorang pedangang. Namun hal yang
perlu diperhatikan dalam pandangan Islam adalah masalah riba. Untuk itu,
terdapat suatu percobaan keluar dari masalah moral yaitu dengan
membedakan antara riba dan bunga uang. Namun dalam kalangan Islam
dewasa ini tidak semua orang bisa menerima pembedaan antara riba dan
bunga. Untuk itu dibentuklah Bank Syari’ah sebagai solusi mengatasi
perbedaan anggapan terhadap riba.
4) Kebudayaan Jawa
Tidak semua suku banga di Indonesia memperlihatkan minat dan bakat
yang sama di bidang perdagangan. Dalam kebudayaan Jawa terlihat
perbedaan yang menarik. Menurut penyelidikan yang dilakukan Clifford
Geertz tahun 1950-an di kota Jawa Timur, terdapat empat golongan :
priyayi, pedagang pribumi (wong dagang), petani dan tukang (wong cilik)
dan pedaganga Cina (Tioghoa). Para kaum priyayi bekerja sebagai
pegawai di bidang pemerintahan. Sedangkan kaum wong dagang yang
menjamin perputaran roda ekonomi di kota tersebut bersama kaum
Tioghoa.
5) Sikap Modern Dewasa ini
Bisnis pada dasarnya berkaitan dengan pencarian untung sebagai tujuan
bisnis. Pencarian untung sebagai tujuan bisnis. Pencarian untung sebagai
motif utama bagi bisnis merupakan suatu fenomena modern. Mencari
kepentingan diri lebih lanjut disamakan dengan egoism, yang tentu dinilai
sebagai sikap yang tidak bagus dari sudut moral. Jika bisnis hanya
memiliki tujuan untuk mencari untung bagi dirinya sendiri, maka segera
terbuka pintu untuk aneka macam praktek praktek jahat (jalan pintas)
untuk mencapai tujuan yang sama mencuri dan menipu akan mendapatkan
keuntungan secara cepat. Tetapi dari kenyataan itu tidak boleh ditarik
kesimpulan bahwa bisnis itu kotor. Kesimpulan yang benar adalah
janganlah menjadikan bisnis menjadi pekerjaan yang kotor. Di banyak
negara sebagian besar Poduk Domestik Bruto dikuasai oleh sejumlah
konglomerat dan korporasi multinasional. Di sini tantangan bagi etika
adalah melaksanakan prinsip-prinsip keadilan.
D. Etika Bisnis Dalam Dunia Modern
Dahulu bisnis dilakukan dengan cara barter¸ yaitu kegiatan tukar-menukar
barang atau jasa yang terjadi tanpa menggunakan uang sebagai
perantara,selanjutnya manusia dihadapkan pada kenyataan bahwa apa yang
mereka hasilkan sendiri tidak cukup untuk memenuhi kebutuhannya. Untuk
memperoleh barang- barang yang tidak dapat dihasilkan sendiri mereka mencari
dari orang yang mau menukarkan barang yang dimilikinya dengan barang lain
yang dibutuhkannya. Jadi barter adalah kegiatan tukar menukar barang.
Dewasanya, dalam dunia modern saat ini yang ditandai dengan era
Revolusi Industi 4.0 dan era globalisasi yang merupakan proses yang meliputi
seluruh dunia dan menyebabkan sistem ekonomi serta sosial negara-negara
menjadi terhubung bersama, termasuk didalamnya barang-barang, jasa, modal,
pengetahuan, dan peninggalan budaya yang diperdagangkan dan saling berpindah
dari satu negara ke negara lain. Selain itu, era globalisasi ditandai dengan tuntutan
untuk bisa menciptakan suatu persaingan yang kompetitif sehingga dapat
terselesaikannya tujuan dengan baik, kolusi, korupsi, mengandalkan koneksi,
kongkalikong menjadi suatu hal yang biasa dalam tatanan kehidupan bisnis, yang
mana prinsip menguasai medan dan menghalalkan segala cara untuk
memenangkan persaingan menjadi suatu hal yang lumrah.
E. Kasus Etika Bisnis
“Kasus Iklan Nissan March”
Kasus ini terjadi antara PT Nissan Motor Indonesia (NMI) dengan salah
satu konsumen mobil Nissan March yaitu Ludmilla Arief. Kasus ini terjadi pada
tahun 2011 silam. Bermula ketika Ludmilla Arief tertarik untuk membeli salah
satu produk Nissa March yang diiklankan dengan jargon “city car” dan “irit”
tersebut. Milla membeli mobil tersebut pada Maret 2011 di showroom Nissan
Warung Buncit, Jakarta Selatan.
Setelah satu bulan menggunakan mobil tersebut, Milla merasakan sebuah
keganjilan. Ia merasa bahwa jargon “irit” yang ditampilkan dalam iklan dan
brosur tidak benar. Milla mencoba melakukan penghitungan antara jarak tempuh
dengan jumlah bensin yang ia butuhkan. Menurut penghitungan yang dilakukan
Milla, 1 (satu) liter bensin mampu menempuh jarak 7,9 – 8,2 km. Sedangkan di
iklan disampaikan bahwa 1 liter bensin mampu menempuh 21,8 km. Milla
kemudian menunjukkan hasil penghitungannya kepada pihak Nissan cabang
Warung Buncit dan Nissan cabang Halim.
Setelah menerima laporan tersebut, pihak Nissan melakukan tiga kali
pengujian. Dalam tiga kali pengujian, Milla mengikuti dua kali proses pengujian
tesebut. Lantaran tidak mendapatkan hasil, Milla meminta diakukan tes langsung
di jalan dengan mengikutsertakan saksi. Kasus ini akhirnya masuk ke Badan
Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) Jakarta. Putusan BPSK pada 16
Februari 2012 dimenangkan oleh Milla. BPSK menyatakan PT NMI melanggar
Pasal 9 ayat (1) huruf k dan Pasal 10 huruf c Undang-Undang Perlindungan
Konsumen. PT NMI diminta membatalkan transaksi dan mengembalikan uang
pembelian Rp 150 juta.
Tak terima dengan putusan BPSK, PT NMI mengajukan keberatan ke
Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Sidang lanjutan yang dilakukan pada 12 April
2012 itu memasuki tahap kesimpulan. Hakim Mohammad Razzad membacakan
keputusan yang menyatakan pihak Pengadilan Negeri Jakarta Selatan
menguatakan putusan yang telah diambil oleh BPSK. Sehingga dapat diambil
kesimpulan bahwa kasus tersebut dimenangkan oleh Ludmilla Arief.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Etika bisnis merupakan suatu pedoman yang sangat penting dalamkegiatan
bisnis, pelaku bisnis harus mampu memahami dan mengintrepretasikanapa yang
dimaksud dengan etika bisnis. Etika bisnis menjadi sangat penting
bagikelangsungan hidup suatu perusahaan, maksudnya adalah keberlangsungan
hidupsuatu perusahaan bergantung pada bagaimana cara penerapan etika bisnis
oleh pelaku bisnis.
Dengan terapkannya etika dalam bisnis, maka secara tidak langsung
dapatmenumbuhkan kepercayaan dari rekan kerja, masyarakat, dan pelanggan, di
manakepercayaan merupakan sebuah modal yang sangat penting agar
kelangsunganhidup perusahaan tetap terjamin. Maka dari itu, perusahaan memiliki
tanggung jawab untuk mempertahankan atau bahkan meningkatkan standar etika
Dengan terciptanya kesadaran akan pentingnya etika bisnis, maka akan
ada banyak pihak yang mendapat keuntungan, diantaranya adalah pelaku bisnis
itusendiri, pelanggan, serta masyarakat serta pemerintah. Dengan menerapkan
etika bisnis, dapat membantu tatanan ekonomi menjadi lebih baik dan
dapatmengingkatkan tanggung jawab sosial perusahaan
DAFTAR PUSTAKA

Bertens, K. (2013). Pengantar Etika Bisnis. Yogyakarta: Kanisius.


Suyoto. 2018. Etika Bisnis Di Era Etik: Era Industri 4.0. Diakses dari
http://info.umg.ac.id/2018/08/10/etika-bisnis-di-era-etik-era-industri/ pada tanggal 22 Februari
2020.
Nuryadin. 2015. Urgensi Penerapan Etika Bisnis. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam. IAIN
Samarinda. Samarinda.
Kurniawati. 2015. Literatur Review: Pentingkah Etika Bisnis Bagi Perusahaan?. Jurusan
Administrasi Niaga. Program Studi D-III Administrasi Bisnis. Politeknik Negeri Bandung. Bandung.
Muslim. 2017. Urgensi Etika Bisnis Di Era Global. Institut Bisnis Nusantara. ESENSI, Vol.
20 No. 2 / 2017
Sutjiadi, Kent A. 2014. Etika Bisnis & E-Commerce Dalam Dunia Teknologi. Diakses dari
https://www.slideshare.net/kentardysutjiadi/etika-bisnis-35527596 pada tanggal 23 Februari
2020.

Anda mungkin juga menyukai