Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

MANAJEMEN STRATEGI DAN KEBIJAKAN BISNIS

“Strategi Bisnis”

Chandra Wijaya
E 321 21 081

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat rahmat-Nyalah makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Penulisan makalah yang berjudul “Bisnis Dan Etika Dalam Dunia Modern” ini
dalam rangka pemenuhan tugas mata kuliah Manajemen Strategi dan Kebijakan
Bisnis.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini tidak luput dari kekurangan-


kekurangan. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan kemampuan
yang penulis miliki. Oleh karena itu, semua kritik dan saran pembaca akan penulis
terima dengan senang hati demi perbaikan makalah ini lebih lanjut.

Makalah ini dapat penulis selesaikan berkat adanya bimbingan dan

bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, sudah sepantasnyalah pada

kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak,

yang telah memberikan masukan demi kelancaran dan kelengkapan makalah ini.

Akhinya, semoga makalah yang jauh dari sempurna ini dapat bermanfaat bagi

pembaca.

Palu, 07 Oktober 2023

Penulis.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. ii


DAFTAR ISI ................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 4
1.1. Latar Belakang .............................................................................. 4
1.2. Rumusan Masalah .........................................................................4
1.3. Tujuan ...........................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................6

1. Tiga Aspek Pokok dai Bisnsin........................................................


2. Apa itu Etika Bisnis .......................................................................
3. Perkembangan Etika Bisnis............................................................
4. Profil Etika Bisnis Dewasa Ini .......................................................
5. Faktor Sejarah Dan Budaya Dalam Etika Bisnis............................
6. Kritik Atas Etika Bisnis .................................................................

BAB III PENUTUP……. ................................................................................22


1. Kesimpulan............................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................23


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Etika bisnis adalah pemikiran atau refleksi moralitas dalam ekonomi dan
bisnis. Moralitas berarti aspek baik atau buruk, terpuji atau tercela, dan karenanya
diperbolehkan atau tidak, dari perilaku manusia. Moralitas selalu berkaitan dengan
apa yang dilakukan manusia, dan kegiatan ekonomis merupakan suatu bidang
perilaku manusia yang penting. Selama perusahaan memiliki produk yang
berkualitas dan berguna untuk masyarakat disamping itu dikelola dengan
manajemen yang tepat dibidang produksi, finansial, sumberdaya manusia dan
lain-lain tetapi tidak mempunyai etika, maka kekurangan ini cepat atau lambat
akan menjadi batu sandungan bagi perusahaan tersebut. Bisnis dengan
menjunjung kode etik merupakan suatu unsur mutlak yang perlu dalam
masyarakat modern. Tetapi kalau merupakan fenomena sosial yang begitu hakiki,
bisnis tidak dapat dilepaskan dari aturan-aturan main yang selalu harus diterima
dalam pergaulan sosial, termasuk juga aturan-aturan moral.

1.2 Rumusan Masalah

Dalam makalah ini diangkat beberapa topik permasalahan yang nantinya


akan dibahas. Permasalah tersebut antara lain:

1. Apa yang dimaksud dengan etika bisnis?

2. Bagaimana perkembangan etika bisnis saat ini?

3. Seperti apakah profil etika bisnis dewasa ini?

4. Bagaimana sejarah dan budaya dalam etika bisnis?


1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah

1. Mengerti dan memahami arti dari etika profesi.

2. Mengetahui perkembangan dan juga profil etika bisnis dewasa ini.

3. Mengetahui faktor apa saja yang selama ini berpengaruh dalam sejarah dan

budaya etika bisnis.


BAB II
PEMBAHASAN

1. Tiga Aspek Pokok Dari Bisnis

Bisnis medern meruakan realistis yang amat kompleks. Banyak faktor


yang turut mempengaruhi dan menentukan kegiatan bisnis, ilmiah-teknologis dan
politik - sosial kultiral. komplekisitas berkaitan dengan komplekisitas masyarakat
modern sekarang. Sebagai kegiatan sosial,bisnis dengan banyak cara terjalin
dengan komplekisitas masyarakat moder itu. Semua faktor membentuk
komplekisitas bisnis modern yang sudah sering dipelajari dan dianilisis melalui
berbagai pendekatan ilmiah, khususnya ilmu ekonomi dan teori manajemen.

Buku ini ingin menyoroti suatu aspek bisnis yang sampai sekarang
disinggung dalam uraian - uraian lain, tetapi semakin banyak diakui pentingnya
yaitu aspek etis atau moralnya. Guna menjelaskan kekhususan aspek etis ini,
dalam suatu pendekatan pertama kita membandingkanya dulu dengan aspek-aspek
lain, terutama aspek ekonomi dan hukum. Sebab bisnis sebagai kegiatan sosial
bisa di soroti sekurang- kurangnya dari tiga sudut pandang yang berbeda tetapi
tidak selalu mungkin dipisahkan ini Sudut pandang Ekonomi, Sudut pandang
Hukum, Sudut pandang Etika.

1.1 Sudut Pandang Ekonomis

Bisnis adalah kegiatan ekonomis yang terjadi dalam kegiatan ini adalah
tukar menukar, jual beli, memproduksi memasarka, bekerja memperkerjakan dan
interaksi manusiawi lainnya dengan maksud memperoleh untung.

1.2 Sudut Pandang Moral

Dengan tetap mengakui peranan sentral dari sudut pandang ekonomis


dalam bisnis, perlu adanya di tambahkan adanya sudut pandang lagi yang tidak
boleh diabaikan, yaitu sudut pandang Moral.
1.3 Sudut pandang Hukum

Tidak bisa diragukan, bisnis juga terikat oleh hukum. "Hukum Dagang"
atau "Hukum Bisnis" merupakan ilmu penting dari cabang Hukum Modern. Dan
dalam raktek hukum banyak mesalah timbu dalam hubungan bisnis, pada taraf
nasional maupun internasional.

1.4 Tolak ukur untuk ketiga sudut pandang ini

Secara ekonomis. bisnis adalah baik kalau menghasilkan laba. Hal itu akan
tampak pada laporan akhir tahun, yang harus disusun menurut metode kontrol
finansial dan akuntansi yang sudah berlaku.

Untuk sudut pandang Hukum-pun, tolok ukurnya cukup jelas bisnis adalah
baik, bila diperbolehkan oleh hukum. Penyelundupan misalnya adalah cara
berdagang berdagang yang tidak baik, karena dilarang oleh hukum.

Lebih sulit untuk menentukan baik tidaknya bisnis dari sudut pandang
moral. Apa yang menjadi tolok ukur untuk menentukan baik buruknya suatu
perbuatan atau tingkah laku? setidak-tidaknya dapat disebut tiga macam tolok
ukur, yaitu: Hati nurani, Kaidah emas dan penilaian masyarakat umum, mari kita
memandang tiga prosedur untuk memastikan kualitas etis suatu perbuatan ini
dengan lebih rinci.

a. Hati nurani

Suatu perbuatan adalah baik, jika dilakukan dengan hati nurani, dan
perbuatan lain adalah buruk, jika dilakukan bertentangan dengan suara hati nurani.

b. Kaidah emas

Cara lebih obyektif untuk menilai baik buruk perilaku moral adalah
dengan jaidah emas yang bebubnyi: "Hendaklah memperlakukan orang lain
sebgaimana anda sendiri ingin diperlakukan". Perilaku saya bisa dianggap secara
moral baik bila saya memperlakukan orang tertentu sebagaimana saya sendiri
ingin dperlakukan.

c. Penilaian umum

Cara ketiga dan barang kali paling ampuh untuk menentukan baik
buruknya suatu perbuatan atau perilaku adalah menyerahkannya kepadda
masyarakaat umum untuk dinilai. Cara ini bisa disebut juga "Audit Sosial".

2. Apa itu Etika Bisnis?

Kata "etika" dan "etis" tidak selalu dipakai dalam arti yang sama karena itu
pula "etika bisnis" bisa berbeda atrinya. Suatu uraian sistematis tentang etika
bisnis sebaiknya dimulai dengan menyelidiki dan menjernihkan cara kata sseperti
"etika" dan "etis" dipakai. Cara yang kami pilih untuk menganalisis arti - arti
"etika" adalah membedakan antara "etika sebagai praksis" dan "etika sebagai
rafleksi".

Etika sebagai praksis berarti : nilai-nilai dan norma-norma moal sejauh


dipraktekkan atau justru tidak dipraktekkan. Walaupun seharusnya dipraktekkan.
Dapat juga di artikan etika sebagai praksis adalah apa yang dilakukan sejauh
sesuai atau tidak sesuai dengan nilai-nilai dan moral moral. Perlu kita perhatikan
kata "etika" atau "etis" dalam contoh ini. Orang yang mengeluh bahwa etika bisnis
mulai menipis, bermaksud bahwa pebisnis sering menyimpang dari nilai norma
yang benar, jadi ia menunjuk etika sebagai praksis. Dan orang yang memikirkan
masalah korupsi berpendapat bahwa dengan menbuat undang-undang anti korupsi
dan menerapkan undang-undang itu secara ketat dan konsekuen, nilai dan moral
dalam bisnis bisa ditegakkan. Etika sebagai praksis sama artinya dengan moral
atau moralitas.

Etika sebagai refleksi adalah pemikiran moral. Dalam etika dalam refleksi
kita berfikir tentang apa yang dilakukan khususnya tentang apa yang harus
dilakukan dan kususnya tentang apa yang harus dilakukan atau tidak boleh
dilakukan. Etika sebagai refleksi berbicara tentang etika sebagai praksis atau
mengambul praksis etis sabagai obyeknya. Etika sebagai refleksi menyoroti dan
menilai baik dan buruknya perilaku orang. Etika dalam arti ini dapat dijalankan
pada taraf populer maupun ilmiah.

Sebetulnya antara distingsi antara praksis dan refleksi ini tidak menandai
paham "etika" saja. Dibidang lain-pun terkadang bisa kita brbicara tentang praksis
disamping refleksi (ilmu). Etika sebagai ilmu mempunyai tradisi yang sudah lama,
tradisi ini sama panjangnya dengan selurung sejarah filsafat, karena etika dalam
arti ini merupakan salah satu cabang filsafat. Karena itu juga sering etika sebagai
ilmu sering disebut juga filsafat moral atau etika filosofis.

Hal itu tidak berarti bahwa etika filosofis ingin memiliki monopoli dalm
membahas topik-topik moral. Ilmu lain juga bisa menyinggung masalah maalah
etis, walaupun hanya sepintas lalu misalnya ilmu-ilmu sosial. Tetapi hanya dalam
etika filosofis, topik-topik moral dibahas secara tuntas dengan metode sistematika
khusus yang sesuai dengan bidang moral itu.

Etika adalah cabang filsafat yang mempelajari baik burukya perilaku


manusia. Karena itu etika dalam arti ini sering disebut juga "filsafat praktis".
Cabang-cabang filsafat lain membicarakan massalah yang tampaknya lebih jauh
dari kehidupan konkret. Sejak akhir tahun 1960-an teori etika mulai membuka diri
bagi topik-topik konkret dan aktual sebagai oobyek penelitiannya. Perkembangan
baru ini sering di sebut "etika terapan" (Applied Ethich). Mula-mula topik ini
konkret itu menyangkut ilmu ilmu biomedis, karena itu kemajuan ilmiah
menimbulkan maslah etis yang baru. Tidak lama keudian etika terapan
memperluas perhatiannya ke topik-topik aktual lainnya, seperti lingkungan hidup,
persenjataan nuklir, pemnggunakan tenaga nuklir pada Pembangkit Listrik Tenaga
Nuklir (PLTN), dan lain-lain. Etika bisnis juga sebaiknya kita lihat sebagai suatu
bidang peminatan dari etika terapan.

Seperti etika terapan pada umumnya, etika bisnispun dapat dijalankan


pada tiga taraf taraf makro, moeso dan mikro. Tiga taraf ini berkaitan dengan tiga
kemungkinan yang berada untuk menjalankan kegiatan ekonomi dan tiga
kemungkinan yang mungkin berada untuk menjalankan kegiatan ekonomi dan
bisnis. Pada taraf makro, etika bisnis menjadi aspek-aspek moral dari sistem
ekonomi sebagai keseluruhan.

Pada taraf meso 9madya atau menengah 0, etika bisnis menyelidiki


masalah etis dibidang organisasi. Organisasi disini terutama bagi perusahaan-
perusahaan, tapi bisa juga serrikat buruh, lembaga konsumen, perhimpunan
profesi, dan lain-lain.

Pada taraf mikro, yang difokuskan ialah individu dalam hubungan dengan
ekonomi atau bisnis. Disini dipelajari tanggung jawab etis dari pihak keryawan
dan majikan, bawahan dan manajer, produsen dan konsumen, pemasok dan
investor.

Akhirnya boleh ditambahkan catatan tentang nama "etika bisnis" di


indonesia study tentang masalah etis dalam bidang ekonomi dan bisnis sudah bisa
ditunjukan dengan nama itu, sejalan dengan kebiasaan umum dalam kawasan
bahasa inggris (Business Ethics). Tetapi dalam bahasa lain terdapat banyak
variasi. dalam bahasa belanda pada umumnya dipakai nama Bedrijfshethiek (etika
perusahaan) dan dalam bahasa jerman Unternehmensethik (etika usaha). Cukup
dekat dengan itu dalam bahasa inggris kadang-kadang dipakai Corporate Ethics
(etika korporasi).

Sebagaian nama yang berbeda-beda ini berkaitan dengan preferensi untuk


perspetif makro, meso atau mikro yang berbeda di berbagai negara. Namun
demikian, pada dasarnya semua nama ini menunjuk kepada study tentang aspek-
aspek moral dari kegiatan ekonomi dan bisnis, sebagaimana diupayakan dalam
buku ini.

3. Perkembangan Etika Bisnis

Sepanjang masalah, kegiatan perdagangan atau bisnis tidak pernah lupa


dari sorotan etika. Perhatian etika untuk bisnis seumur dengan bisnis itu sendiri.
Sejak manusia terjun dalam perniagaan, disadari juga bahwa kegiatan ini tidak
terlepas dari masalah etis.

Aktivitas perniagaan selalu sudah berurusan dengan etika, artinya selalu


harus mempertimbangkan apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan.
Namun demikian, jika kita menyimak etika bisnis sebagaimana dipahami dan
dipraktekan sekarang. Tidak bisa disangkal juga, disini kita menghadapi suatu
fenomena baru. Belum pernah dalam sejarah, etika bisnis mendapat hatian begitu
besar dan insentif seperti sekarang ini.

Etika selalu dikaitkan dengan bisnis, sejak ada bisnis, sejak saat itu pula
bisnis dihubungkan dengan etika, sebagaimana etika selalu dikaitkan juga dengan
wilayah - wilayah lain dalam kehidupan manusia seperti politik, keluarga,
seksualitas berbagai profesi dan sebagainya. Jadi etika dalam bisnis atau etika
berhubungan dengan bisnis berbicara tentang bisnis sebagai salah satu topik di
samping sekian banyak topik lainnya. Etika dalam bisnis belum merupakan suatu
bidang khusus yang memiliki corak dan identitas sendiri. Hal itu baru timbulny
a"etika bisnis' dalam arti yang sesungguhnya. Etikan dalam bisnis mempunyai
riwayat yang sudah panjang sekali, sedangkan umur etika bisnis masih muda
sekali. Kita baru bisa berbicara tentang etika bisnis dalam arti spesifik setelah
menjadi suatu bidang (Field) tersendiri, maksudnya suatu bidang intelektual dan
akademis dalam konteks pengajaran dan penelitian di perguruan tinggi. Etika
bisnis dalam arti khusus ini utuk pertama kali timbul di Amerika Serikat pada
tahun 1970-an dan agak cepat meluas ke kawasan dunia lainya. Dengan
mamanfaatkan dan memperluas pemikiran De George ini kita dapat membedakan
lima periode dalam perkembangan etika dalam bisnis menjadi etika bisnis ini.

3.1 Situasi dahulu

Berabad abad lamanya kita berbicara pada taraf ilmiah tentang masalah
ekonomi dan bisnis sebagai salah satu topik disamping sekian banyak topik lain.
Pada awal filsafat, Plato, Aristoteles, dan filsuf - filsuf yunani lain menyelidiki
bagaimana sebaiknya mengatur kebaikan manusia bersama dalam negara dan
dalam konteks itu mereka membahas juga bagaimana kehidupan ekonomi dan
kegiatan niaga harus di atur.dalam filsafat dan teologi abad pertengahan
pembahasan ini dilanjutkan, dalam kalangan kristen maupun Islam. Topik-topik
moral sekitar ekonomi dan perniagaan tidak luput pula dari perhatian filsafat (dan
teologi) di zaman modern.

Pada waktu itu banyak universitas diberikan kuliah agama dimana


masiswa mempelajari masalah masalah moral sekitar ekonomi dan bisnis.
Pembahasannya tentu berbeda, sejauh mata kuliah ini diberikan dalam kalangan
katolik atau protestan. Dengan demikian di Amerika Serikat selama paro pertama
pada abad ke-20 etika dalam bisnis terutama dipraktekan dalam konteks agama
dan teologi. Dan pendekatanini masih berlangsung terus sampai hari ini, di
Amerika Serikat maupun di tempat lain.

3.2 Masa peralihan; tahun 1960-an

Dalam tahun 1960-an terjadi perkembangan baru yang dilihat sebagai


persiapan langsung bagi timbulnya etika bisnis dalam dekade berikutnya.
Dasawarsa 1960-an ini di Amerika Serikat (dan dunia barat pada
umumnya) ditandai oleh pemberontakan terhadap kuasa dan otoritas, revolusi
mahasiswa (mulai di ibukota Prancis bulan Mei 1968). Suasana tidak tenang ini
diperkuat lagi karena frustasi yang dirasakan secara khusus oleh kaum muda
dengan keterlibatan Amerika Serikat dalam perang Vietnam. Rasa tidak puas ini
mengakibatkan demonstrasi - demonstrasi paling besar dirasakan di Amerika
serikat. Secara khusus kaum muda menolak kolusi yang di mata mereka terjadi
antara militer dan industri. Industri dinilai terutama melayani kepentingan militer.
Serentak juga untuk pertama kali timbul kesadaran akan masalah ekologis dan
terutama industri di anggap sebagai penyebab masalah lingkungan hidup itu
dengan polusi udara, air, dan tanah serta limbah beracun dan sampah nuklir.

Dunia pendidikan menanggapi situasi ini dengan cara berbeda-beda. Salah


satu reaksi paling penting adalah memberi perhatian khusus kepada social issues
dalam kuliah tentang manajemen. Nbeberapa sekolah bisnis mulai dengan
mencamtumkan mata kuliah baru di kurikulumnya yang biasanya dibesi nama
Business and Society. Kuliah ini diberikan oleh Doden Dosen manajeman dan
mereka menyusun buku-buku pegangan dan publikasi lain untuk menunjang mata
kuliah itu. Pendekatan ini diadakan dari segi manajemen, dengan sebagaian
melibatkan juga hukum dan sosiologi, tetapi teori etika filosofis disini belum
dimanfaatkan.

3.3 Etika bisnis di Amerika Serikat tahun 1970-an

Etika bisnis sebagai suatu bidang intelektual dan akademis dengan


identitas sendiri mulai muali terbentuk di Amerika Serikat tahun 1970-an. Jika
sebelumnya etika hanya membicarakan aspek-aspek moral dari bisnis di samping
banyak pokok pembicaraan moral lainya (etika dalam hubungan dengan bisnis),
kini mulai berkembang etika dalam arti sebenarnya. Jika sebelumnya hanya para
teolog dan agamawan pada tahap ilmiah (teologi) membicarakan masalah-masalah
moral dari bisnis, pada tahun 1970-an para filsuf mamasuki wilayah penelitian ini
dalam waktu singkat menjadi kelompok yang paling dominan. Sebagaian sukses
usaha itu, kemudian beberapa filsuf memberanikan diri untuk terjun kedalam etika
bisnis sebagai sebuah cabang etika terapan lainnya.

Faktor kedua yang memicu timbulnya etika bisnis sebagai suatu bidang
study yang serius adalah krisis moral yang dialami dunia bisnis
Amerika pada awal tahun 1970-an. Krisis moral dalam dunia bisnis itu diperkuat
lagi oleh krisis moral lebih umum yang melanda seluruh masyarakat Amerika
pada waktu itu. Dlatarbelakangi krisis moral yang umum itu, dunia bisnis amerika
tertimpa oleh kerisis moral yang khusus. sebagaian sebagai reaksi atas terjadinya
peristiwa-peristiwa tidak etis ini pada awal tahun 1970-an dalam kalangan
pendidikan Amerika didasarkan kebutuhan akan refleksi etika di bidang bisnis.
Salah satu usaha khusus adalah menjadikan etika bisnis sebagai mata kuliah dalam
kurikulum ini ternyata berdampak luas. Dengan demikian dipilihnya etika bisnis
sebagai mata kuliah dalam kurikulum sekolah bisnis banyak menyumbang kapada
perkembangannya ke arah bidang ilmiah yang memiliki identitas sendiri.
3.4 Etika bisnis meluas ke Eropa tahun 1980-an

Di Eropa Barat etika bisnis sebagai ilmu baru mulai berkembang kira-kira
sepuluh tahun kemudian, mula-mula di inggris yang secara geografis maupun
kultural paling dekat dengan Amerika Serikat, tetapi tidak lama kemudian juga
negara -negara Eropa Barat lainnya. Semakin banyak fakultas ekonomi atau
sekolah bisnis di Eropa mencantumkan mata kuliah etika bisnis dalam
kurikulumnya, sebagai mata kulah pilihan ataupun wajib di tempuh. Sepuluh
tahun kemudinan sudah tedapat dua belas profesor etika bisnis pertama di
universitas - Universitas Eropa. Pada tahun 1987 didirikan European Business
Ethich Network (EBEN) yang bertujuan menjadi forum pertemuan antara
akademisi dari universitas serta seklah bisnis pengusaha dan wakil-wakil
organisasi nasional dan internasional 9seperti misalnya para serikat buruh).
Konferensi EBEN yang pertama berlangsung di Brussel (1987). Konferensi kedua
di Barcelona (1989) dan selanjutnya ada konferensi setiap tahun: milano (1990),
London (1991), Paris (1992), Sanvika, noewegia (1993), St. Gallen Swis (1994).
Breukelen. Belanda (1995). Frankfurt (1996). Sebagaian bahan. konferensi -
konferensi itu telah diterbitkandalam bentuk buku.

3.5 Etika bisnis menjadi fenomena global tahun 1990-an

Dalam dekade 1990-an sudah menjadi jelas etika bisnis tidak terbatas lagi
pada dunia barat. Kini etika bisnis dipeajari, diajarkan dan dikembangkan di
seluruh dunia, kita mendungar tentang kehadiran etika bisnis amerika latin, eropa
timur, apalagi sejak runthnya komunisme disana sebagai sistem politik dan
ekonomi. Tidak mengherankan bila etika bisnis mendapat perhatian khusus di
negara yang memiliki ekonomi yang paling kuat di luar dunia barat. Tanda bukti
terakhir bagi sifat global etika bisnis adalah telah didirikannya international
society for business management economis and ethics (ISBEE).

4. Profil Etika Bisnis Dewasa Ini

Kini etika bisnis mempunyai status imiah yang serius. la semakin diterima
di antara ilmu-ilmu yang sudah mapan dan memiliki ciri-ciri yang biasanya
menandai sebuah ilmu. Tentu saja masih banyak harus dikerjakan. Etika bisnis
harus bergumul terus untuk membuktikan diri sebagai disiplin ilmu yang dapat
disegani. Disini kami berusaha menggambarkan beberapa pertanda yang
menunjukan setatus itu cukup meyakinkan, sekaligus kami mencoba melukiskan
profil ilmiah dari etika bisnis sebagaimana tampak sekarang.

 Praktis di segala kawasan etika bisnis diberikan sebagai mata kuliah di


perguruan tinggi.
 Banyak sekali publikasi diterbitkan etika bisnis. Pada tahun 1987. De
George menyebut adanya paling sidikit 20 buku pegangan tentang etika
bisnis dan 10 buku kasus Amerika Serikat.
 Sudah ada cukup banyak jurnal ilmiah khusus tentang etika bisnis.
munculnya jurnal merupakan suatu gejala penting yang menunjukan
tercapainya kematangan ilmiah bagi bidang yang bersangkutan.
 Dalam bahasa jerman sudah tersedia sebuah kamus tentang etika bisnis.
Kemudian menyusul lagi kamus etika bisnis dalam bahasa inggris.
 Ditemukan juga cukup banyak institut penelitian yang secara khusus
mendalami masalah etika bisnis.
 Sudah didirikan beberapa asosiasi atau himpunan dengan tujuan khusus
memajukan etika bisnis, terutama dengan mengumpulkan dosen - dosen
etika bisnis dan peminat lain dalam pertemuan berkala.
 Di Amerika Serikat dan Eropa Barat disediakan beberapa program study
tingkat S-2 dan S-3, khusus di idang etika bisnis.

5. Faktor Sejarah Dan Budaya Dalam Etika Bisnis


Orang yang terjun dalam kegiatan bisnis, menurut penilaian sekarang
menyibukan diri dengan suatu pekerjaan terhormat, apalagi jika ia berhasil
menjadi pebisnis yang sukses. Dewasa ini orang akan merasa bangga, bila dapat
menunjukan kartu nama yang menyimpangkan identitasnya sebagai direktur atau
manajer dalam sebuah perusahaan ternama,
Jika kita mempelajari sejarah, dan khususnya sejarah dunia barat, sikap
positif ini tidak selamanya menandai pandangan terhadap bisnis. Pedagang tidak
mempunyai nama baik dalam masyarakat barat masa lampau. Orang seperti
pedangang jelas-jelas dicurigakan kualitas etisnya. Sikap negatif terhadap bisnis
ini berlangsung terus sampai zaman modern dan baru menghilang seharusnya
sekitar waktu industrialisasi. Disini tentu tidak mungkin mempelajari seluruh
perkembangan historis dari sikap terhadap bisnis ini. Hanya beberapa unsur saja
akan disinggung. Tetapi kiranya hal itu sudah cukup untuk memperlihatkan
bahwa pandangan etis tentang perdagangan dan bisnis berkiatan erat dengan
faktor sejarah dan budaya.

5.1 Kebudayaan yunani kuno

Masyarakat yunani kuno pada umumnya berprasangka terhadap kegiatan


dagang dan kekayaan. Warga negara yang bebas seharusnya mencurahkan
perhatian dan waktunya untuk kesenian dan ilmu pengetahuan (filsafat), di
samping tentu. memberi sumbangsih kepada pengurusan - pengurusan negara.
Bukti lain yang kerap kali dikemukakan untuk nama buruk dari perdagangan
dalam masyarakat yunani kuno adalah kenyataan bahwa dewa yunani hermes
dihormati sebagai dewa pelindung baik bagi bai pedagang maupun bagi pencuri.
Pedagang dan pencuri terutama termasuk orang yang banyak beergian dari satu
tempat ke tempat lain, dan karena itu mempergunakan jalan. Namun demikian,
bagi orang modern tetap bisa timbul keheranan, karena pedagang dan pencuri
tanpa merasa keberatan dapat disebut dalam satu tarikan nafas.

5.2 Agama kristen

Dalam kitab suci kristen terdapat cukup banyak teks yang berada kritis
terhadap kekayaan uang, dalam perjanjian lama maupun baru. Dalam
Alkitab itu sendiri perdgangan tidak ditolak sebagai kurang etis, akan tetapi,
karena perdagangan merupakan salah satu jalan biasa menuju kekayaan. Tetapi
teolog tersebut mempunyai penafsiran lain dengan melihat adegan itu.

5.3 Agama Islam


Jika kita memandang sejarah, dalam agama islam tampak pandangan lebih
positif terhadp perdagangan dan kegiatan ekonomis. Dalam periode modern tidak
ditemukan sikap kritis dan curiga terhadap bisnis. Nabi Muhammad sendiri adalah
seorang pedagang dan ajaran islam mula-mula disebarluaskan terutama melalui
para pedagang muslim. Dalam Al-Qur'an terdapat peringatan terhadap
penyalahgunaan kekayaan, tetapi tidak dilarang mencari kekayaan dengan cara
halal. Seandainya begitu, akan timbul pertentangan juga dengan ajaran zakat yang
mewajibkan orang membagi kekayaan dan pendapatannya yang berlebih.
Penelitiaan historis perlu dilakukan apakah etika reformasi itu sebenarnya
mendapat pengaruh dari ajaran Islam.

Sepatah kata perlu ditambah tentang masalah riba dalam pandangan Islam,
sebuah persoalan yang jelas berkaitan dengan etika ekonomi. Pertama-tama peru
kita tekankan bahwa masalah ini tidak terbatas pada Agama Islam saja oleh
dikatakan pengambilan riba di larang dalam seluruh dunia. Jika kita melihat dalam
prespektif sejarah, masalah riba sangat menarik sebagai contoh tentang
mungkinkannya perubahan rudikal dalam pemikiran moral dan khususnya
perubahan yang didorong oleh realitas ekonomis. Dalam kalangan islam dewasa
ini tidak semua orang bisa menerima pembedaan antara riba dengan bunga uang
ini. Sehingga pandangan tentang masalah moral ini menjadi berbeda.

Dalam diskusi - diskusi etis yang modern masalah riba muncul kembali
dalam konteks utang negara-negara miskin terhadap negara -negara kaya. Salah
satu argumen untuk membela negara - negara miskin yang tidak sanggup
membayar kembali utangnya adalah bahwa mereka terpaksa meminjam uang dari
negara negara kaya, supaya dapat bertahan hidup. Disini tidak bisa dikatakan
bahwa mereka dengan bebas meminta pinjaman tersebut. Mereka tidak ada pilihan
lain, kalau tidak mau tenggelam dalam tubir kehancuran. Mereka tidak meminjam
uang menurut "nilai pasar". Mereka terlilit utag yang didasarkan atas riba (dalam
arti tidak etis).

5.4 Kebudayaan Jawa


Dipandang menurut spektrum budaya, tidak semua suku bangsa indonesia
memperlihatkan minat dan bakatnya yang sama di bilang perdaangan. Orang
minang, umpamanya, terkenal karena tekun dalam usaha dagangnya dan sanggup
mencatat sukses. Dalam kebudayaan jawa terlihat perbedaan yang menarik. Jika
Clifford Geertz pada tahun 1950-an menyelidiki struktur sosial dari kota jawa
timur yang diebutnya. modjokuto (nama samaran untuk pare), ia disitu
menemukan empat golongan : Penyanyi, para pedagang pribumi (wong dagang),
orang kecil yang bekerja sebagai buruh tani atau tukang (wong cilik), orang
tionghoa (orang china) yang hampir semua bekerja di bidang perdagangan.

Perbedaan yang dilukiskan tadi kadang-kadang bergema dalam


pengalaman orang jawa modern. Seorang pengusaha terkenal, asal jawa,
umpamanya, mengaku kepada wartawan asing. "ayah selalu menegaskan
kepadaku bahwa bisnis adalah kegiatan untuk kelas bawah, la ingin aku akan
bekerja di pemerintahan". Dalam trasisi kebudayaan jawa kekayaan ternyata
dicurigakan. Pandangan ini tentu tidak kondusif untuk memajukan semangat
kewiraswastaan. Secara spotan kekayaan tidak dihargai sebagai hasil jerih payah
seorang atau sebagai prestasi dalam berusaha.

5.5 Sikap modern dewasa ini

Hanya sepintas menijau data sejarah dan budaya sudah cukup untuk
menyadarkan kita tentang perbedaan sikap terhdap bisnis, dulu dan sekarang.
Kalau sekarang kegiatan bisnis dinilai sebagai pekerjaan terhormat dan semakin
jauh dibanggakan sejauh membawa sukses, di masa silam tidak selalu begitu.
Kalau pencarian untung menjadi motif utama bagi bisnis mengejar kepentingan
diri. Namun demikian, masih ada jalan tengh antara egoisme dan alturisme. Tidak
benar bahwa mengejar kepentingan diri selalu sama dengan egoisme. Bisa juga
orang mengejar kepentingan diri, sambil tetap memperhatikan kepentingan orang
lain. Orang yang terlibat dalam kegiatan bisnis, memang mencari kepentingan diri
(ia tidak bermaksud melakukan karya amal), tapi tidak sampai merugikan
kepentingn orang lain. Sebaliknya, relasi ekonomis justru menguntungkn untuk
kedua belah pihak sekaligus. Diantara aemua relasi antar manusia, berangkali
inilah ciri khas ang paling mencolok pada relasi ekonomis. Tetapi serentak juga
disini tampak kebutuhan akan etika, dalam arti nilai-nilai dan norma-norma moral
yang harus dipegang dalam kegiatan bisnis. Keprihatinan moral dalam berbisnis
kini tampak pada tahap lain lagi ketimbang konteks tradisional. Kita hidup di
zaman konglomerat dan korporasi multinassional. Kita hidup di zaman kaitalisme,
bahkan sejak runtuhnya komunisme, kapitalisme tanpa antagonis.

Semanya ini beraku pada taraf nasional maupun internasional. malah


dalam era globalisasi ekonomi sekarang, masalahnya menjadi lebih pelik lagi. Jika
kuasa ekonomi bisa merajalela dengan leluasa, tidak bisa dihindarkan ekonomi -
ekonomi lemah menjadi korbanya, Kuasa selalu dipegang oleh yang kuat dan
secara alami yang kuat menindih yang lemah. Disini bukan tempatnya untuk
merugikan semuanya ini dengan lebih rinci. Untuk sementara kita bisa membatasi
diri pada prinsip: makin besar kepentingan kepentingan yang digumuli bisnis,
makin mendesak pula keikutsetaan etika.

6. Kritik atas etika bisnis

Etika bisnis sebagai usaha intelektual dan akademis yang baru, pasti masih
banya menderita banyak "penyakit anak". Disini akan dibhas beberapa contoh.
Baragkali penjelasan ini bisa membantu mendapatkan gambaran lebih lengkap
tentang corak dan maksud etik bisnis sebagaimana dipahami sekarang ini.

6.1 Etika bisnis mendiskriminasi

Kritik pertama ini lebih menarik karena sumbernya daripada karena isinya.
Kritik itu sebetulnya tidak perlu dijawab, arena pengaangnya ternyata tidak
berusaha mempelajari dengan serius literatur tentang etika bisnis, sebagaimana
sepetutnya dilakukan setiap orang yang ingin mengkritik suatu ilmu. Para
pengarang tentang etika bisnis sama sekali tidak bermaksud bahwa bisnis harus
diukur dengan prinsip- prinsip lain daripada bidang bidang biasa. Jika kita
menyimak buku buku pegangan tentang etika bisnis maka disitu justru dimulai
dengan penguraian teori teori etika yang umum. Disitu tidak terlihat aturan-aturan
moral yang hanya berlaku untuk seroang bisnis. Etika bisnis adalah penerapan
prinsip-prinsip moral yang umum atas suatu bidang yang khusus. Etika bisnis
menjadi suatu ilmu dengan identitas tersendiri, bukan karena adanya norma-
norma moral yang umum ata suatu wilayah kegiatan manusiawi yang minta
perhatian khusus, sebab keadaanya dan masalah-masalahnya mempunyai corak
tersendiri.

6.2 Etika bisnis itu kontradiktif

Kritik lain tidak berasal dari satu orang, tetapi ditemukan dalam kalangan
populer yang cukup luas. Dunia bisnis itu ibarat rimba raya dimana tidak ada
tempat untuk etika. Kalau mau disebut bidang yang sama sekali asing terhadap
etika, tidak ada contoh jelas daripada justru bisnis. Etika dan bisnis itu bagaikan
air dan minyak, yang tidak meresap yang satu ke dalam yang lain. Sebenarnya
buku ini sebagai keseluruhan berusaha untuk memperlihatkan bahwa kritikan ini
merupakan asumsi yang tidak benar, dan dalam bab terakhir kita kembali pada
masalah ini, bila diupayakan jawaban atas pertanyaan mengapa bisnis harus
berlaku etis.

6.3 Etika bisnis tidak praktis

Tidak ada kritik atas etika bisnis yang menimbulkan begitu banyak relasi.
Keberatan bahwa etika bisnis (sebagai ilmu) kurang prakstis lebih sering
terdengar dan stark bukan orang pertama yang menyinggung masalah ini. Karena
itu ada baiknya kita menanggapi keberatan itu sebagai berikut. Sebagai ilmu etika
bisnis selalu bergerak pada taraf refleksi dan akibatnya ada taraf teoretis juga.
Walauun etika bisnis berbicara tentang hal-hal yang sangat praktis,
pembicaraannya berlangsung pada taraf teoristis. Kita harus bersungguh-sungguh
agar kita dekat dengan praktek bisnis, namun jarak antara teori dan praktek tidak
pernah bisa dihilangkan.

6.4 Etikawan tidak bisa mengambil alih tanggung jawab


Kritikan lain lagi dilontarkan kepada etika terapan pada umumnya,
termasuk juga etika bisnis. Disamping etika biomedis, etika jurnalistik, etika
profesi hukum, dam lain-lain. Kita disini membicarakannya dalam konteks etika
bisnis saja. Setiap manusia merupakan pelaku moral yang bertanggung jawab atas
perbuatannya sediri. Berikutnya etika bisnis dapat memberikan informasi yang
berharga sebelum pebisnis mengambik keputusan moral yang di anggap sulit.
Etikawan cukup menguasai literatur di bidangnya. la tahu tentang kasus-kasus
sejenis dan jalan keluar yang baik yang pernah diupayakan. Dan yang paling
penting etika bisnis bisa membantu untuk menyusun argumentasi moral yang
tepat. Setiap keputusah harus mempunyai alasannya, rtinya harus dilandasi
argumen - argumen yng tahan uji. Etikawan secara khusus terlatih dalam hal itu
karena itu dapat memberi bantuan yang berharga.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan

Bisnis merupakan kegiatan penting dalam masyarakat, selain


mempertaruhkan barang dan uang untuk tujuan mendapat keuntungan, bisnis juga
membutuhkan etika yang setidak-tidaknya memberikan pedoman dan aturan bagi
pihak yang melakukannya. Etika bisnis berperan penting dalam memberikan
kepercayaan terhadap kelompok atau individu yang berkepentingan dalam
kegiatan itu dengan menjalankan sistem untuk mencegah terjadinya hal-hal yang
tidak diingkan kedua belah pihak. Pada dasarnya, dunia bisnis yang bermoral akan
mampu mengembangkan etika yang nantinya akan menjamin kegiatan bisnis itu
dapat berjalan dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA

Bertens, Kees. Pengantar Etika Bisnis (Seri Filsafat Atmajaya: 21), Yogyakarta,

Penerbit Kanisius, 2000.

rizkilah.blogspot.com/2011/11/makalah-etika-bisnis-html

antilicous.wordpress.com/2011/11/24/makalah-etika-bisnis/

Anda mungkin juga menyukai