Anda di halaman 1dari 18

ETIKA BISNIS

MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas pengantar bisnis & manajemen

Disusun oleh :

Kelompok 12

1. Nasya Salsabillah Ashillah/23051214211/F

2. Muhammad rahman shiddiq/23051214188/F

3. Nicki Dewi Anjani P.U / 23051214219 / G

4. Naufal Azzam Robbani / 23051214235 / G

5. A'iza Karimatul Lailiyah/23051214275/H

6. Galang Adhi Luhung/23051214265/H

7. Nurus Safa'ah/23051214290/I

8. Davin indra prayoga M./23051214311/I

9. Muh. Fatahillah Maulana/ 23051214316/ I

SISTEM INFORMASI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2023
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah dengan judul “ETIKA BISNIS” ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak
lupa juga kami mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang
telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya.

Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi nilai tugas dalam mata
kuliah Pengantar Bisnis dan Manajemen. Selain itu, pembuatan makalah ini
juga bertujuan agar menambah pengetahuan dan wawasan bagi para
pembaca. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman maka kami
yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempuraan makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini dapat berguna bagi
para pembaca.

2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..............................................................................(2)
Daftar Isi........................................................................................(3)
BAB 1 PENDAHULUAN...................................................................(4)
1.1 Latar Belakang.............................................................................(4)
1.2 Rumusan Masalah........................................................................(4)
1.3 Tujuan.........................................................................................(4)
BAB 2 PEMBAHASAN.....................................................................(5)
2.1 Definisi Etika bisnis........................................................................(5)
2.2 Prinsip Etika bisnis.........................................................................(6)
2.3 Etika Pemasaran............................................................................(8)
2.4 Tanggung jawab sosial Perusahaan...................................................(10)
2.5 Hak Konsumen dan Etika bisnis……...................................................(11)
2.6 Kode Etik Perusahaan………………….....................................................(13)
2.7 Kecurangan dalam Bisnis…………….....................................................(15)
BAB 3 PENUTUP………......................................................................(19)

3
BAB 1 PENDAHULUAN
 LATAR BELAKANG
MAKALAH INI DIBUAT UNTUK TUGAS PRESENTASI SEBAGAI SARANA BELAJAR MATAKULIAH
PENGANTAR BISNIS DAN MANAJEMEN
 RUMUSAN MASALAH
-APA DEFINISI ETIKA BISNIS?
-APA SAJA PRINSIP ETIKA BISNIS?
-BAGAIMANA ETIKA PEMASARAN?
-APA ITU TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN?
-APA ITU HAK KONSUMEN DAN ETIKA BISNIS?
-APA ITU KODE ETIK PERUSAHAAN?
-APA ITU KECURANGAN DALAM BISNIS?
 TUJUAN
TUJUAN PENULISAN MAKALAH UNTUK MENJAWAB RUMUSAN MASALAH TENTANG ETIKA
DALAM BERBISNIS

4
BAB 2 PEMBAHASAN

A. Etika Bisnis

1. Definisi Etika Bisnis


Etika atau yang lazim disebut etik, berasal dari bahasa latin ethica. Ethica
dalam bahasa Yunani artinya norma – norma, nilai, kaidah, ukuran bagi tingkah
laku yang baik. Etika perlu dipahami sebagai sebuah cabang filsafat yang
berbicara mengenai nilai dan norma moral. Etika bermaksud membantu manusia
untuk bertindak secara bebas dan dapat dipertanggungjawabkan karena setiap
tindakannya selalu lahir dari keputusan pribadi yang bebas dengan selalu
bersedia untuk mempertanggungjawabkan tindakannya tersebut karena ada
alasan yang jelas atas tindakannya. Etika bermaksud membantu manusia untuk
bertindak secara bebas dan dapat dipertanggungjawabkan karena setiap
tindakannya selalu lahir dari keputusan pribadi yang bebas dengan selalu
bersedia mempertanggungjawabkan tindakannya itu karena terdapat alasan –
alasan dan pertimbangan dalam setiap tindakannya. Etika bisnis dapat dilihat
sebagai suatu usaha untuk merumuskan dan menerapkan prinsip – prinsip dasar
etika di bidang hubungan ekonomi antar manusia.

Etika bisnis dapat juga dikatakan menyoroti segi – segi moral dalam
hubungan antar berbagai pihak yang terlibat dalam kegiatan bisnis. Etika bisnis
merupakan cara untuk melakukan kegiatan bisnis yang mencakup seluruh aspek
yang berkaitan dengan individu, perusahaan dan masyarakat. Etika bisnis dalam
suatu perusahaan dapat membentuk nilai, norma dan perilaku karyawan serta
pimpinan dalam membangun hubungan yang adil dan sehat dengan
pelanggan/mitra kerja, pemegang saham dan masyarakat. Dalam menciptakan
etika bisnis, menurut Dalimunthe, Kharis raharjo menganjurkan untuk
memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
1) Pengendalian Diri.
Pelaku bisnis dapat mengendalikan diri untuk tidak memperoleh apapun dari
siapapun dalam bentuk apapun. Tidak mendapatkan keuntungan dengan
jalan curang atau memakan puhak lain dengan menggunakan keuntungan
tersebut.
2) Pengembangan Tanggung Jawab Sosial. Pelaku bisnis dituntut untuk peduli
dengan keadaan masyarakat bukan hanya dalam bentuk “uang” dengan
memberikan sumbangan melainkan lebih kompleks lagi.
3) Mempertahankan Jati Diri.
4) Menciptakan Persaingan yang Sehat
5) Menerapkan Konsep “Pembangunan Berkelanjutan”. Yaitu memikirkan
bagaimana keadaan di masa yang akan datang. Pelaku bisnis dituntut untuk

5
tidak mengeksploitasi lingkungan dan keadaan sekarang tanpa
mempertimbangkan keadaan di masa mendatang.

6) Menghindari Sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi dan Komisi).


Etika Perbankan ialah suatu kesepakatan para bankir yang merupakan suatu
norma sopan santun dalam menjalankan usahanya, dan merupakan prinsip-
prinsip moral atau nilai-nilai (Values) mengenai hal-hal yang dianggap baik,
serta tugas dan tanggung jawab unsur-unsur untuk mewujudkan hal yang baik
dan mencegah hal yang tidak baik.

B. Prinsip Etika Bisnis

a. Prinsip otonomi.

Prinsip otonomi adalah sikap dan kemampuan manusia dalam mengambil


keputusan dan bertindak berdasarkan kesadarannya tentang apa yang
dianggapnya baik untuk dilakukan. Untuk bertindak secara otonom,
diandaikan ada kebebasan untuk mengambil keputusan dan bertindak
berdasarkan keputusan yang menurutnya terbaik itu. Kebebasan adalah
unsur hakiki dari prinsip otonomi ini. Dalam etika, Kebebasan adalah
prasyarat utama untuk bertindak secara etis, karena tindakan etis adalah
tindakan yang bersumber dari kemauan baik serta kesadaran pribadi. Hanya
karena seseorang mempunyai kebebasan, ia bisa di tuntut untuk bertindak
secara etis. Dengan otonomi, pelaku bisnis dan karyawan dalam Perusahaan
manapun tidak lagi diperlakukan sebagai sekadar tenaga yang dieksploitasi
sesuai kebutuhan bisnis dan demi kepentingan bisnis. Dengan kata lain,
dengan otonomi para pelaku bisnis benar – benar menjadi subyek moral yang
bertindak secara bebas dan bertanggung jawab atas tindakannya. Ini berarti
sebagai subyek moral tidak lagi sekedar bertindak dan berbisnis seenaknya
dengan merugikan hak dan kepentingan pihak lain. Otonomi juga
memungkinkan inovasi, mendorong kreativitas, meningkatkan produktivitas,
yang semuanya akan sangat berguna bagi bisnis modern yang terus berubah
dalam persaingan yang ketat. Dengan prinsip otonomi, tanggung jawab moral
juga tertuju kepada semua pihak terkait yang berkepentingan.
b. Prinsip kejujuran.

Bisnis tidak akan bisa bertahan lama dan berhasil kalau tidak
didasarkan atas kejujuran. Terdapat tiga lingkup kegiatan yang harus dilandasi
kejujuran. Pertama, jujur dalam pemenuhan syarat-syarat perjanjian dan
kontrak. Kejujuran ini sangat penting artinya bagi masing – masing pihak dan
sangat menentukan relasi dan kelangsungan bisnis masing-masing pihak
selanjutnya. Karena seandainya salah satu pihak berlaku curang dalam
memenuhi syarat syarat perjanjian tersebut, selanjutnya tidak mungkin lagi
pihak yang dicurangi itu mau menjalin relasi bisnis dengan pihak yang curang
tadi. Kedua, kejujuran dalam penawaran barang atau jasa dengan mutu dan

6
harga yang sebanding. Dalam pasar yang terbuka dengan barang dan jasa
yang beragam dan berlimpah ditawarkan kedalam pasar, dengan mudah
konsumen berpaling dari satu produk ke produk yang lain. Maka cara cara
bombastis, tipu menipu, bukan lagi cara bisnis yang baik dan berhasil.
Kejujuran adalah prinsip yang justru sangat penting dan relevan untuk
kegiatan bisnis yang baik dan tahan lama. Ketiga, jujur dalam hubungan kerja
intern dalam suatu perusahaan. Kejujuran dalam perusahaan adalah inti dan
kekuatan perusahaan itu. Perusahaan itu akan hancur kalau suaana kerja
penuh dengan akal-akalan dan tipu-menipu. Kalau karyawan diperlakukan
secara baik dan manusiawi, diperlakukan sebagai manusia yang punya hak-
hak tertentu, kalau sudah terbina sikap saling menghargai sebagai manusia
antara satu dan yang lainnya, ini pada gilirannya akan terungkap keluar dalam
relasi dengan perusahaan lain atau relasi dengan konsumen. Selama kejujuran
tidak terbina dalam perusahaan, relasi keluar pun sulit dijalin atas dasar
kejujuran.

c. Prinsip keadilan.

Menuntut agar setiap orang diperlakukan secara sama


sesuai dengan aturan yang adil, serta dapat dipertanggung jawabkan.
Keadilan menuntut agar setiap orang dalam kegiatan bisnis perlu di
perlakukan sesuai dengan haknya masing-masing dan agar tidak boleh
ada pihak yang dirugikan hak dan kepentingannya.

d. Prinsip saling menguntungkan (mutual benefit principle).

Prinsip ini menuntut agar bisnis dijalankan sedemikian rupa sehingga


menguntungkan semua pihak. Jika prinsip keadilan menuntut agar tidak boleh
ada pihak yang dirugikan dalam hak dan kepentingannya, prinsip saling
menguntungkan menuntut hal yang sama, yaitu agar semua pihak berusaha
untuk saling menguntungkan satu sama lain. Prinsip ini terutama
mengakomodasi hakikat dan tujuan bisnis yaitu mendapatkan keuntungan.
Maka, prinsip ini menuntut agar bisnis haruslah melahirkan win-win situation.

e. Prinsip integritas moral.

Dihayati sebagai tuntutan internal dalam diri


pelaku bisnis atau perusahaan, agar perlu menjalankan bisnis dengan
tetap menjaga nama baik pimpinan atau orang-orangnya maupun
perusahaannya. Dengan kata lain prinsip ini merupakan tuntutan dan
dorongan dari dalam diri pelaku dan perusahaan untuk menjadi yang
terbaik dan dibanggakan. Dan itu tercermin dalam seluruh perilaku
bisnisnya dengan siapa saja, baik keluar maupun kedalam perusahaan.

7
C. Etika Pemasaran

a) Definisi Etika Pemasaran

Menurut Wikipedia bahasa Indonesia, etika berasal dari bahasa Yunani Kuno
"ethikos", berarti "timbul dari kebiasaan" yaitu cabang utama filsafat yang
mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan
penilaian moral. Definisi etika secara sederhana adalah studi mengenai hak dan
kewajiban manusia, peraturan moral yang dibuat dalam pengambilan keputusan
dan sifat alami hubungan antar manusia dan alam.

Etika pemasaran adalah standar etika dalam kegiatan pemasaran. Pemasaran


adalah bidang yang sering dipandang sebagai inheren tidak etis, tetapi
sebenarnya diatur oleh hukum dan standar perilaku sama seperti bidang lainnya.
Ada sejumlah bidang yang menjadi perhatian etis dalam pemasaran. Tujuan
pemasaran adalah untuk menjual produk, jasa, dan ide kepada orang-orang, dan
ini dapat dilakukan dalam berbagai cara, tidak semua yang etis. Pemasar harus
berhati-hati tentang bagaimana mereka menjalankan kampanye untuk
menghindari berbenturan dengan hukum, dan untuk menangani wilayah abu-abu
etika yang tidak dapat dilindungi oleh hukum.

b) Prinsip Etika Pemasaran

Prinsip etika pemasaran di Indonesia dimuat di dalam Etika Pariwara Indonesia


(EPI) yaitu berisi ketentuan-ketentuan normatif yang menyangkut profesi dan
usaha periklanan yang telah disepakati untuk dihormati, ditaati, dan harus
ditegakkan oleh semua asosiasi dan lembaga pengembannya. Lembaga Penegak
Etika adalah organisasi independen yang bertugas serta memiliki wewenang
untuk menegakkan etika periklanan yang bernaung di bawah Dewan Periklanan
Indonesia atau asosiasi pengemban EPI.
Para pengurus atau pimpinan dari berbagai asosiasi yang telah meratifikasi dan
menyepakati diberlakukannya EPI ini adalah :
1. AMLI (Asosiasi Perusahaan Media Luar-griya Indonesia)
2. APPINA (Asosiasi Perusahaan Pengiklan Indonesia)
3. ASPINDO (Asosiasi Pemrakarsa dan Penyantun Iklan Indonesia)
4. ATVLI (Asosiasi Televisi Lokal Indonesia)
5. ATVSI (Asosiasi Televisi Swasta Indonesia)
6. GPBSI (Gabungan Perusahaan Bioskop Indonesia)
7. PPPI (Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia)
8. PRSSNI (Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia)
9. SPS (Serikat Penerbit Suratkabar)
10. Yayasan TVRI (Yayasan Televisi Republik Indonesia)

8
Etika Pariwara Indonesia mengandung asas iklan dan pelaku periklanan yang harus
dipenuhi, yaitu :
a. Jujur, benar, dan bertanggungjawab.
b. Bersaing secara sehat.
c. Melindungi dan menghargai khalayak, tidak merendahkan agama,budaya, negara,
dan golongan, serta tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku.

c) Norma & Etika Umum dalam bidang Pemasaran


a. Etika pemasaran dalam konsep produk

 Produk yang dibuat berguna dan dibutuhkan masyarakat.


 Produk yang dibuat berpotensi ekonomi atau benefit
 Produk yang dibuat bernilai tambah tinggi
 Produk yang dapat memuaskan masyarakat
b. Etika pemasaran dalam konteks harga

 Harga diukur dengan kemampuan daya beli masyarakat.


 Perusahaan mencari margin laba yang layak.
 Harga dibebani cost produksi yang layak.
c. Etika pemasaran dalam konteks tempat/distribusi

 Barang dijamin keamanan dan keutuhannya.


 Konsumen mendapat pelayanan cepat dan tepat.
 Etika pemasaran dalam konteks promosi
 Sebagai sarana menyampaikan informasi yang benar dan obyektif.
 Sabagai sarana untuk membangun image positif.
 Tidak ada unsur memanipulasi atau memberdaya konsumen.
 Selalu berpedoman pada prinsip2 kejujuran.
 Tidak mengecewakan konsumen.

D. Tanggung jawab sosial Perusahaan

9
Tanggung jawab Sosial Perusahaan(Corporate Social Responsibillity adalah konsep
manajemen) dimana Perusahaan mengintegrasikan masalah social dan lingkungan
dalan oprasi bisnis mereka dan interaksi dengan pemangku kepentingan mereka.
Lebih baik bagi suatu bisnis berdasarkan program CSRnya pada Pendekatan Triple
Bottom Line (TBL). Pendekatan TBL digunakan sebagai kerangka kerja untuk
mengukur dan melaporkan kinerja Perusahaan terhadap kinerja ekonomi, sosial dan
lingkungan. Perspektif yang diambil adalah agara organisasi dapat berkelanjutan,
organisasi harus aman secara finansial, meminimal dampak lingkungan negatifnya
dan bertindak sesuai dengan harapan masyarakat.
- 4 jenis tanggung jawab social perusahaan:
1.FILANTROPIS
Perusahaan terbesar didunia sejalan dengan Upaya filantropi.Perusahaan memahami
bahwa kesuksesan tidak hanya membutuhkan inovasi yang berkelanjutan, tetapi juga
membangun generasi berikutnya yang mampu memehami, menggunakan, dan
meningkatkan teknologi. Bahkan perusahaan kecil mendapat manfaat dari
penyelarasan dengan tujuan filantropis. Tempat cuci mobil local mungkin
menawarkan pelatihan pencucian yang bertujuan untuk penggalangan dana acara
keagamaan. Mendukung tujuan-tujuan ini bisa juga menjadi teknik pemasaran yang
baik, karena Masyarakat diundang ke dalam bisnis, memiliki pengalaman yang baik,
dan melihat perusahaan secara posistif.
2.KONVERSI LINGKUNGAN
Masalah lingkungan secara teratur mrnjadi berita utama, baik masalah jangka
Panjang seperti perubahaan iklim global atau masalah yang lebih lokal seperti
tumpahan bahan kimia beracun. Perusahaan yang menyelaraskan diri dalam upaya
ini membantu meminimalkan masalah lingkungan dengan mengambil langkah-
langkah seperti mengurangi jejak karbon mereka secara keseluruhan. Meskipun
perusahaan besar mendapatkan sebagian besar perhatian karena komitmen
lingkungan mereka, misalnya General Mills telah berkomitmen untuk mengurangi 28
persen emisi gas rumah kaca, namun ada banyak peluang untuk usaha kecil dan
menengah juga. Apakah bisnis Anda memiliki program daur ulang aktif di lokasi
Pernahkah Anda mempertimbangkan untuk menggunakan sumber energi alternatif
seperti matahari dan angin untuk membantu menggerakkan operasi Anda Ada
banyak alternatif pembersihan ramah lingkungan yang dapat membantu mengurangi
penggunaan bahan kimia pembersih beracun yang keras. Semua Langkah ini dapat
memberikan kontribusi kecul namun signifikan untuk memperbaiki lingkungan,
dengan demikian komitmen lingkungan anda berlipat ganda di sepanjang rantai
pasokan.

3.PERAKTIK KERAGAMAN DAN PERUSAHAAN DAN PRAKTIK KETENAGAKERJAAN

10
Para pemimpin bisnis menyadari bahwa keragaman di tempat kerja bermanfaat
ketika semua orang bergaul dan bekerja sebagai tim.Skandal dengan Harvey
Weinstein dan Steve Wynn menunjukkan bahwa tidak ada perusahaan yang
mentutup kemungkinan atas konsekuensi pelecehan seksual. Sebagai pemimpin
bisnis, tinjau kebijakan dan protokol keragaman Anda sendiri untuk menangani
keluhan dan pelanggaran apa pun.
4.MENDUKUNG UPAYA RELAWAN DAN KEGIATAN AMAL
Komunitas dan badan amal lokal selalu membutuhkan bantuan. Berikan kesempatan
kepada karyawan untuk membantu sekolah setempat menanam pohon atau bekerja
dengan pemerintah kota dalam menangani tunawisma di daerah tersebut.Yang
penting bagi bisnis adalah memilih penyebab dan menyumbangkan waktu.Semua
Langkah ini dapat memberikan kontribusi kecil namun signifikan untuk memperbaiki
lingkungan, dengan demikian, komitmen lingkungan anda berlipat ganda disepanjang
rantai pasokan.

E. Hak Konsumen dan Etika Bisnis

a) Definisi Konsumen
Menurut Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 pasal 1 ayat 2, onsumen adalah
setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik
bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan
tidak untuk diperdagangkan.
Jadi, dapat dikatakan konsumen adalah seorang yang membayar jasa/barang untuk
memenuhi kebutuhan pribadinya. Konsumen merupakan rantai terakhir dalam suatu
kegiatan perdagangan atau jual-beli.

b) Hak Konsumen
Dalam Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999, Hak konsumen adalah:
a. hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang
dan/atau jasa;
b. hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa
tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan;
c. hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai konsidi dan jaminan
barang dan/atau jasa;
d. hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang
digunakan;

11
e. hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa
perlindungan konsumen secara patut;
f. hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;
g. hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif;
h. hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila
barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak
sebagaimana mestinya;
i. hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.

c) Hubungan antara Hak Konsumen dengan Etika Bisnis


Etika bisnis tidak dapat dipisahkan dari hak konsumen. Karena etika bisnis berkaitan
erat dengan moral dalam melakukan suatu bisnis. Agar bisnis dapat berjalan dengan
lancar, seorang pebisnis harus memperhatikan perlindungan konsumen dengan
melindungi hak-haknya.
Perlindungan konsumen memiliki tujuan :
a. meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk
melindungi diri;
b. mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya dari
ekses negatif pemakaian barang dan/atau jasa;
c. meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan, dan
menuntut hak-haknya sebagai konsumen;
d. menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian
hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi;
e. menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan
konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggungjawab dalam berusaha;
f. meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin kelangsungan usaha
produksi barang dan/atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan keselamatan
konsumen.

Adapun macam etika bisnis yaitu :


1. Sikap jujur

12
Jujur adalah etika bisnis paling utama dan harus dimiliki setiap pebisnis. Sikap jujur
adalah nilai paling dasar dalam berbisnis. Kejujuran dapat membantu dalam
meningkatkan reputasi bisnis yang dijalankan.
2.Perilaku baik
Etika bisnis yang kedua yaitu perilaku baik. Berperilaku baik merupakan salah satu hal
terpenting dalam bisnis. Saat berinteraksi dalam kegiatan bisnis, perilaku baik dapat
memberikan kesan yang baik pada bisnis yang dimiliki.
3. Menggunakan bahasa yang sopan
Dalam bisnis diperlukan interaksi antar sesama. Oleh karena itu, dalam interaksi
pebisnis harus memperhatikan setiap kata yang dilontarkan.
4. Bersikap dewasa
Sikap dewasa sangat diperlukan pebisnis dalam menghadapi berbagai situasi.
Diperlukan pengendalian diri yang kuat agar tidak terjerumus oleh ego pribadi.
5. Sopan santun
Sopan santun juga merupakan hal terpenting dalam etika bisnis. Dengan sopan
santun dapat memberikan kesan yang positif terhadap perusahaan.
6. Selalu ucapkan terima kasih
Ucapan terimakasih menjadi hal krusial tak hanya di etika bisnis melainkan juga
dikehidupan sehari-hari. Kata ini merupakan bentuk apresiasi positif kepada orang
lain.

F. Kode Etik Perusahaan

Kode Etik Perusahaan adalah pedoman internal yang mengikat di lingkungan


Perseroan yang berisikan seperangkat nilai, etika bisnis, etika kerja, dan norma
terkait kepatutan dan kepatuhan terhadap kebijakan dan ketentuan yang telah
dibakukan oleh perusahaan maupun aturan perundang-undangan di Indonesia. Kode
etik dirumuskan oleh Direksi dan Dewan Komisaris berdasarkan nilai-nilai
perusahaan, yaitu Pelayanan Prima, Reliabilitas, Integritas, Aksesibilitas, Bisnis
Berbasis Nilai Tambah dan Kepedulian, serta dengan mempertimbangkan prinsip-
prinsip moral yang berkembang di perusahaan dan komitmen yang dimiliki
perusahaan untuk merealisasikan visi dan misinya

Fungsi Kode Etik

13
1. Memperkuat Merek Perusahaan
Kode etik perusahaan berfungsi sebagai ‘branding’ atau memperkuat merek dan
identitas korporat. Identitas bisnis yang dibangun dalam organisasi bisnis bertujuan
untuk menjalankan praktik bersih dan berintegritas. Dengan memiliki kode etika yang
baik, maka perusahaan akan lebih mudah mendapatkan kepercayaan dari pelanggan
dan investor.

2. Membangun minat dan Mempertahankan Karyawan

Memiliki kode etik dan budaya kerja yang positif dapat menjadikan suatu bisnis
memiliki nilai tambah di mata calon kandidat karyawan. Jika perusahaan
menjalankan praktik bisnis yang baik dan mensejahterakan pegawainya, hal tersebut
akan menjadi manfaat bagi seluruh karyawan sehingga karyawan yang bekerja di
perusahaan tersebut akan membangun loyalitasnya dan memiliki motivasi kerja
tinggi.

3. Menghindari Permasalahan Hukum


Fungsi lainnya yaitu dapat menjauhi perusahaan dari permasalahan yang melibatkan
aktivitas ilegal. Dengan memiliki kode etika, perusahaan akan terhindar dari kasus
pembajakan, manipulasi pajak, dan suap.

Jenis Kode Etik

Kode etik dapat mengambil berbagai bentuk namun tujuan umumnya adalah untuk
memastikan bahwa bisnis dan karyawannya mengikuti undang-undang negara. Dua
jenis kode etik yang terdapat dalam bisnis.

1. Kode Etik Berbasis Kepatuhan

14
Untuk semua bisnis, undang-undang mengatur masalah seperti perekrutan dan
standar keselamatan. Kode etik berbasis kepatuhan tidak hanya mengatur pedoman
perilaku tetapi juga menentukan sanksi atas pelanggaran. Di beberapa industri,
termasuk perbankan, undang-undang khusus mengatur perilaku bisnis. Industri ini
merumuskan kode etik berbasis kepatuhan untuk menegakkan hukum dan
peraturan. Jenis kode etik ini didasarkan pada aturan yang jelas dan konsekuensi
yang terdefinisi dengan baik daripada pemantauan individu terhadap perilaku
pribadi. Terlepas dari kepatuhan yang ketat terhadap hukum, beberapa kode etik
berbasis kepatuhan tidak dengan demikian mendorong iklim tanggung jawab moral
di dalam perusahaan.

2. Kode Etik Berbasis Nilai


Kode etik berbasis nilai membahas sistem nilai inti perusahaan. Ini menguraikan
standar perilaku yang bertanggung jawab karena mereka berhubungan dengan
barang publik yang lebih besar dan lingkungan. Kode etik berbasis nilai mungkin
memerlukan tingkat pengaturan diri yang lebih besar daripada kode berbasis
kepatuhan. Beberapa kode etik berisi bahasa yang membahas kepatuhan dan nilai-
nilai.

G. Kecurangan dalam bisnis

Fraud Triangle adalah teori yang digunakan untuk mengetahui alasan dan potensi
atau kemungkinan terjadinya penipuan atau kecurangan dalam bisnis. Kata “Triangle”
atau “Segitiga” digunakan karena dalam proses kecurangan yang sering terjadi, ada 3
tahap yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan kecurangan. Sedangkan, kata
Fraud atau Kecurangan diartikan sebagai tindakan melanggar hukum yang bertujuan
memperkaya diri atau kelompok sendiri. Biasanya pelaku kecurangan memiliki
berbagai motif untuk melakukan penyimpangan. Berdasarkan teori ini, seseorang
bisa melakukan kecurangan saat memenuhi 3 tahapan, yaitu: Tekanan, Peluang, dan
Pembenaran.

15
1. Tekanan (Pressure)
Tekanan berhubungan dengan niat seseorang dalam melakukan kecurangan. Tekanan
inilah yang menjadi motivasi untuk memutuskan berbuat curang. Ditambah lagi,
masalah personal yang dialami sering jadi alasan melakukan penggelapan dana,
pencurian, atau kecurangan lainnya. Tuntutan pekerjaan atau atasan juga bisa jadi
penyebab terjadinya kecurangan. Misalnya saat dikejar deadline atau target. Karena
stress belum mencapai target, seorang karyawan bisa melakukan berbagai hal
misalnya memasukan data pembeli palsu.

2. Peluang (Opportunity)
Pengawasan yang lemah dan SOP (Standard Operational Procedure) adalah celah
yang bisa dimanfaatkan untuk melakukan kecurangan. Fungsi Supervisor yang kurang
jelas membuat karyawan bisa berbuat sesuka hati saat melakukan pekerjaan. Oleh
karena itu, dibutuhkan fungsi Internal Control yang ketat untuk mencegah terjadinya
Fraud dalam organisasi. Peluang kecurangan juga bisa terjadi saat ada karyawan yang
melakukan dua atau lebih pekerjaan sekaligus. Misalnya tim marketing yang juga
mengurus laporan keuangan sampai klaim pembayaran vendor. Situasi tersebut bisa
jadi peluang untuk melakukan kecurangan, misalnya korupsi atau mark up biaya
vendor.

3. Pembenaran (Rationalization)
Oknum karyawan yang ketahuan melakukan kecurangan biasanya memberi banyak
alasan untuk membenarkan perbuatannya. Tujuannya agar tindakan Fraud yang
dilakukan dapat dimaklumi, atau dimaafkan. Alasan yang paling banyak dilontarkan
adalah masalah gaji yang tidak sesuai dengan pekerjaan. Ada juga yang beralasan
ingin memberi bonus ke bawahan karena bonus yang diberi perusahaan terlalu kecil.

4. Penyebab Kecurangan dalam Fraud Triangle


Menurut Donald R. Cressey, ada tiga tahap yang bisa menjadi penyebab kecurangan.
Semua penyebab ini akan digunakan dalam Fraud Triangle untuk menganalisa
potensi kecurangan. 3 tahap kecurangan di bawah ini saling berkaitan. Berikut ini 3
kondisi penyebab kecurangan dalam Fraud Triangle.

16
Jenis-jenis Kecurangan dalam Bisnis

1. Pemalsuan Dokumen
Pemalsuan dokumen adalah praktek curang yang melibatkan perubahan,
pengubahan, atau pembuatan dokumen palsu untuk kepentingan pribadi atau
organisasi.

2. Keuangan Kreatif
Keuangan kreatif adalah praktik manipulatif yang digunakan untuk mengubah
laporan keuangan agar terlihat lebih baik daripada kinerja sebenarnya.

3. Mark Up Biaya
Mark up biaya adalah jenis kecurangan yang banyak terjadi di berbagai macam
perusahaan. Karyawan yang terlibat biasanya menaikkan biaya anggaran proyek atau
membuat kuitansi kosong atas pembelian barang yang fiktif.

4. Pencurian Data Perusahaan


Tindakan kecurangan berat yang merugikan perusahaan Anda. Bayangkan jika semua
data klien atau konsumen penting Anda dibawa ke kompetitor atau rencana jangka
panjang dibocorkan ke kompetitor maka akan mematikan bisnis Anda.

5. Korupsi
Korupsi mencakup berbagai praktik suap, nepotisme, atau penyalahgunaan
kekuasaan untuk keuntungan pribadi.

Dampak Kecurangan dalam Bisnis

1. Kehilangan Kepercayaan
Kecurangan dalam bisnis dapat merusak kepercayaan pelanggan, investor, dan pihak
terkait lainnya. Hal ini dapat menghancurkan reputasi perusahaan dan mengurangi
kemungkinan kolaborasi masa depan.

17
2. Kerugian Keuangan
Praktek kecurangan dapat menyebabkan kerugian finansial yang signifikan bagi
perusahaan, termasuk hilangnya pendapatan, biaya hukum yang tinggi, dan denda
yang harus dibayar.

3. Pengaruh Negatif pada Pekerja


Kecurangan dalam bisnis dapat menciptakan lingkungan kerja yang toksik dan
merusak moral karyawan. Hal ini dapat menyebabkan stres, ketidakpuasan kerja, dan
tingkat keberhentian yang tinggi.

Cara untuk Mencegah Kecurangan dalam Bisnis

1. Membangun Budaya Integritas


Budaya integritas yang kuat dan komitmen terhadap etika bisnis yang tinggi dapat
mencegah kecurangan. Pimpin dengan teladan, tingkatkan transparansi, dan edukasi
karyawan mengenai risiko dan konsekuensi hukum.

2. Sistem Pengendalian Internal yang Efektif


Memiliki sistem pengendalian internal yang baik dapat membantu mengidentifikasi
dan mengurangi risiko kecurangan. Ini meliputi pemisahan tugas, audit internal, dan
proses pelaporan yang jelas.

3. Penerapan Kode Etik yang Jelas


Miliki kode etik yang jelas dan sanksi yang tegas untuk pelanggaran. Promosikan
kesadaran akan kode etik dan berikan pelatihan kepada karyawan.

18

Anda mungkin juga menyukai