Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“ETIKA BISNIS”

Disusun guna Memenuhi Tugas Manajemen Strategi dan Kebijakan Bisnis

Dosen Pengampu : Prof. Dr. Ir. Made Antara, M.P.

Disusun oleh :

ANGGIT
E32120002

PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PERTANIAN


JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah Subhanahu wa ta'ala, karena berkat
rahmat, kesehatan, dan kesempatan yang diberikan-Nya, sehingga penulis mampu
menyelesaikan makalah ini yang berjudul "Etika Bisnis”. Sholawat serta salam
semoga tercurah kepada Baginda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, keluarga,
serta pengikutnya sampai akhir zaman.
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk melengkapi tugas mata
kuliah Manajemen Strategi dan Kebijakan Bisnis. Ucapan terima kasih penulis
haturkan kepada dosen pengampu mata kuliah Manajemen Strategi dan Kebijakan
Bisnis, Bapak Prof. Dr. Ir. Made Antara, M.P. atas penjelasan dan tugas yang
diberikan sehingga penulis mendapat tambahan ilmu pengetahuan.
Dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, karena
keterbatasan pengetahuan wawasan dan pengetahuan oleh karena itu penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca.

Palu, 23 Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3 Tujuan........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
2.1 Pengertian Etika Bisnis.............................................................................3
2.2 Prinsip-Prinsip Etika Bisnis.......................................................................5
2.3 Peran Etika Bisnis Bagi Kelangsungan Perusahaan..................................8
2.4 Implementasi Etika Bisnis.........................................................................9
BAB III PENUTUP...............................................................................................13
3.1 Kesimpulan..............................................................................................13
3.2 Saran........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Saat ini dunia bisnis berkembang dengan cepat dan dinamis, hal ini harus
diimbangi dengan aturan-aturan atau norma-norma yang dapat mengatur jalannya
kegiatan bisnis itu sendiri, sehingga pihak-pihak yang berkepentingan
(stakeholder) dapat melakukan kegiatan bisnis dengan baik, lancar, dan
berkesinambungan. Bahkan kegiatan bisnis tersebut dapat mendatangkan
keuntungan yang optimal bagi kelangsungan perusahaan.
Moral seorang pengusaha maupun pelaku bisnis merupakan sesuatu yang
dapat mendorong orang lain untuk melakukan kebaikan etika dan bertindak sesuai
rambu-rambu yang menjadi kesepakatan secara sukarela bagi semua anggota
suatu kelompok. Dunia bisnis yang bermoral akan mampu mengembangkan etika
yang menjamin kegiatan bisnis yang baik dan seimbang selaras dan serasi.
Etika dan integritas adalah suatu keinginan yang murni dalam membantu
orang lain. Kejujuran hati adalah kemampuan melakukan analisis pada batas-batas
kompetisi seseorang, kemampuan untuk mengakui kesalahan dan belajar dari
kegagalan.
Etika bisnis adalah pengetahuan tentang tata cara ideal dalam pengaturan
dan pengelolaan antara lain norma dan moralitas yang berlaku secara universal
dan berlaku secara ekonomi dan sosial. Pertimbangan yang diambil pelaku bisnis
dalam mencapai tujuannya adalah dengan memperhatikan terhadap kepentingan
dan fenomena sosial dan budaya masyarakat
Pentingnya etika bisnis dilihat dari dua sisi yaitu: Pertama, segi sosial
supaya kepada semua orang berkompetisi di pasar. Kedua: segi moral dalam
konteks pasar bebas, etika bisnis sangat dibutuhkan sebagai jaminan agar
kompetisi berjalan dengan baik sesuai moral.

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Etika Bisnis?


2. Bagaimana Prinsip-prinsip Etika Bisnis?
3. Bagaimana Peran Etika Bisnis Bagi Kelangsungan Perusahaan?
4. Bagaimana Implementasi Etika Bisnis?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian etika bisnis.
2. Untuk Mengetahui prinsip-prinsip etika bisnis.
3. Untuk mengetahui peran etika bisnis bagi kelangsungan perusahaan.
4. Untuk Mengetahui bentuk implementasi etika bisnis.
5. Untuk memenuhi tugas matakuliah Manajemen Strategi dan Kebijakan
Bisnis.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Etika Bisnis

Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu ethos, yang berarti yang berarti
tempat tinggal, padang rumput, kandang, kebiasaan, adat, watak, perasaan, sikap,
cara berpikir. Bentuk jamaknya adalah ta etha, yang berarti adat istiadat. Dalam
hal ini etika identik dengan moral atau moralitas. Moral atau moralitas dalam
pengertian di sini adalah untuk menilai baik atau buruk dan benar atau salah
terhadap suatu perbuatan ataupun tindakan yang dilakukan. Yang dimaksud
dengan moral atau moralitas adalah nilai yang dianut atau dipercaya
keabsahannya di lingkungan masyarakat.
Pengertian etika sering dikonotasikan dengan istilah tata krama, sopan-
santun, pedoman moral dan norma susila. Etika membahas nilai dan norma moral
yang mengatur perilaku manusia baik sebagai individu atau kelompok dan
institusi di dalam masyarakat. Sedangkan norma merupakan aturan atau konvensi
yang diberlakukan di masyarakat baik secara tersurat atau tersirat.
(Prihatiningtyas, 2019)
Menurut Lawrence, Weber, dan Post (2005) dalam Sukirno Agus dan I
Cekik Ardana (2009: 127-128) etika adalah suatu konsepsi tentang perilaku benar
dan salah. Etika menjelaskan kepada kita apakah perilaku kita bermoral atau tidak
berkaitan dengan hubungan kemanusiaan yang fundamental, bagaimana kita
berpikir dan bertindak kepada orang lain dan bagaimana kita inginkan meraka
berpikir dan bertindak terhadap kita.
Etika bisnis terkait dengan masalah penilaian terhadap kegiatan dan perilaku
bisnis yang mengacu pada kebenaran atau kejujuran berusaha (Murti Sumarni,
1995:21). Chandra R (1998: 20) menambahkan bahwa perubahan-perubahan
besar dalam oraktik pengelolaan bisnis dewasa ini menyebabkan perhatian
terhadap etika bisnis semakin penting.

3
Menurut Muslich (2004: 9) etika bisnis dapat diartikan sebagai pengetahuan
tentang tata cara ideal pengaturan dan pengelolaan bisnis yang memperhatikan
norma dan moralitas yang berlaku secara universal dan secara ekonomi/sosial, dan
pengetrapan norma dan moralitas ini menunjang maksud dan tujuan kegiatan
bisnis. Menurut Ronald J. Ebert dan Ricky M. Gifrin, etika bisnis adalah suatu
istilah yang sering digunakan untuk menunjukkan perilaku etika dari seorang
manajer atau karyawan suatu organisasi.
Berdasarkan pengertian etika dan etika bisnis diatas dapat dipahami bahwa,
etika bisnis merupakan pengetahuan pedagang tentang tata cara pengaturan dan
pengelolaan bisnis yang memperhatikan norma dan moralitas melalui penciptaan
barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan memperoleh
keuntungan melalui transaksi.
Etika bisnis sangat penting untuk mempertahankan loyalitas stakeholder
dalam membuat keputusan-keputusan perusahaan dan dalam memecahkan
persoalan perusahaan karena semua keputusan perusahaan sangat mempengaruhi
dan dipengaruhi oleh stakeholder adalah semua individu atau kelompok yang
berkepentingan atau berpengaruh terhadap perusahaan.
Etika bisnis sebagai pemikiran moral, selalu berpikir tentang apa yang
seharusnya dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan. Etika bisnis sebagai
refleksi, menyoroti dan menilai baik buruknya perilaku orang lain. Perhatian etika
bisnis seumur dengan bisnis itu sendiri, sejak manusia terjun dalam perniagaan,
artinya selalu mempertimbangkan apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak
boleh dilakukan antara lain harus bersikap dan berkata secara jujur, terbuka,
transparan, tidak boleh berbuat curang dan melakukan penipuan. Hal ini
mempertegas bahwa memang manusia dikodrati hal-hal positif. (Maksum, 2020)
Etika bisnis kadang-kadang disebut pula etika manajemen yaitu penerapan
standar moral ke dalam kegiatan bisnis. Etika bisnis adalah seperangkat nilai
tentang baik, buruk, benar, dan salah dalam dunia bisnis berdasarkan pada prinsip-
prinsip moralitas. Dalam arti lain, etika bisnis berarti seperangkat prinsip dan
norma di mana para pelaku bisnis harus komit kepadanya dalam bertransaksi,
berperilaku, dan berelasi guna mencapai tujuan-tujuan bisnis. (Maksum, 2020)

4
2.2 Prinsip-Prinsip Etika Bisnis

Secara umum etika bisnis memiliki acuan cara yang harus ditempuh
perusahaan untuk mencapai tujuannya. Oleh karena itu etika bisnis memiliki
prinsip umum yang dijadikan acuan dalam melakukan kegiatan dan mencapai
tujuan bisnis. Adapun prinsip etika bisnis sebagai berikut:
1. Prinsip Otonomi, yaitu perusahaan secara bebas memiliki kewenangan untuk
mengambil kegiatan dan bertindak bertindak berdasarkan kesadarannya
sendiri tentang apa yang menurutnya baik dilakukan dan pelaksanaan visi dan
misi yang dimiliki. Bisnis yang otonom adalah mereka yang sadar tentang apa
yang menjadi kewajibannya dalam dunia bisnis. Ciri-ciri bisnis yang otonom
yaitu:
a. Mengetahui bidang yang ditekuni.
b. Mengetahui situasi yang dihadapi.
c. Mengetahui apa yang diharapkan dari bidang usaha yang ditekuni.
d. Sadar mengenai keputusan dan tindakan yang diambil.
e. Sadar dan mengetahui resiko yang akan terjadi.
f. Sadar dan mengetahui bahwa keputusan yang diambil sesuai dengan
norma atau sebaliknya bertentangan dengan norma.
2. Prinsip Kejujuran, kegiatan bisnis pada umumnya terdiri dari kegiatan
produksi dan pemasaran, baik sekaligus ataupun terpisah. Berkaitan dengan
hal ini, prinsip kejujuran merupakan nilai yang paling mendasar dalam
mendukung keberhasilan kinerja perusahaan. Karena kejujuran dalam
berbisnis adalah kunci keberhasilan perusahaan untuk bertahan dalam jangka
panjang dalam lingkup bisnis yang penuh persaingan ketat. Dalam lingkup
kegiatan bisnis, kejujuran menumbuhkan kepercayaan dan juga sebagai syarat
untuk menjalankan bisnis secara profesional dengan karyawan, pelanggan,
pemasok, dan pihak lain yang terkait dengan bisnis.
Aplikasi prinsip kejujuran dalam kegiatan bisnis ditujukan dalam kegiatan-
kegiatan berikut.
a. Perjanjian kontrak kerja, ini merupakan kesempatan yang baik untuk
membina kerja sama lanjutan di bidang-bidang bisnis lain. Syarat-syarat

5
yang ditetapkan dalam perjanjian kontrak harus dipenuhi secara
konsekuen. Apabila perusahan tidak mematuhi perjanjian kontrak, maka
perusahaan akan menanggung risiko buruk.
b. Penawaran barang, perusahaan harus menjaga hubungan baik dengan
konsumen dengan membangun kepercayaan konsumen dimana produk
yang dibuat dan dipasarkan harus benar-benar sesuai dengan kualitas
produk yang sesuai fakta tanpa ada unsur manipulasi. Jika konsumen
merasa tertipu, dalam waktu singkat akan memberikan efek multiplier-
expansive yang luar biasa.
c. Hubungan kerja dengan perusahaan lain, dalam hal ini perusahaan yang
dimaksud adalah pesaing dari perusahaan sejenis atau mitra usaha, seperti
perusahaan agen, ditributor, pemasok. Khusus dalam hubungan dengan
perusahaan pesaing agar secara jujur dianggap sebagai teman atau kolega.
Karena perusahaan pesaing ini dapat diikutsertakan sebagai mitra usaha
dengan prinsip win-win solution (saling menguntungkan). Tidak boleh
saling membunuh atau mematikan bidang usaha dengan pesaing. Bersama
perusahaan pesaing saling berlomba memberikan pelayanan terbaik, mutu
terbaik, dan harga terjangkau.
d. Hubungan dengan karyawan, perusahaan harus memiliki prinsip bahwa
karyawan harus dipandang sebagai mitra usaha. Sedangkan kejujuran
dalam perusahaan akan terjaga apabila ada etos bisnis yang baik, dimana
karyawan diperlakukan dengan baik dan manusiawi, diperlakukan sebagai
manusia yang memiliki hak-hak tertentu seperti pemberian upah yang adil,
pemberian kompensasi lembur yang wajar, dan terbinanya sikap saling
menghargai sebagai manusia antar satu sama lain. Hal ini akan mendorong
kreativitas dan meningkatkan loyalitas terhadap perusahaan sehingga
produktivitas karyawan meningkat.
3. Prinsip Tidak Berniat Jahat, bisnis dibangun dengan komitmen untuk
meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan karyawan, masyarakat
konsumen atau stakeholder pada umumnya. Komitmen dibuat untuk mencapai

6
tujuan yang baik dan positif. Sehingga tidak terlintas niat untuk berbuat jahat
kepada masyarakat. Prinsip ini justru dapat menyelamatkan perusahaan
4. Prinsip Keadilan, Yang dimaksud dengan keadilan disini adalah tercapainya
keseimbangan antara hak dan kewajiban. Prinsip keadilan menuntut agar
setiap orang yang ada di dalam kegiatan bisnis internal perusahaan maupun
relasi eksternal perusahaan perlu diperlakukan sesuai dengan hak dan
kewajiban. Keadilan menuntut agar tidak boleh ada pihak yang dirugikan hak
dan kepentingannya. Keadilan ditujukan kepada stakeholder terkait dengan
penetapan yang sudah disepakati bersama, antara lain:
1) Penetapan harga jual yang layak terhadap konsumen.
2) Penetapan harga beli yang layak terhadap pemasok.
3) Penetapan keuntungan yang wajar terhadap pemilik perusahaan.
4) Penetapan upah yang layak terhadap karyawan.
5. Prinsip Hormat Pada Diri Sendiri, Prinsip ini merupakan tindakan bisnis
yang dampaknya akan kembali kepada bisnis itu sendiri. Pelaku bisnis dituntut
untuk menjaga nama baiknya atau nama baik perusahaan. Dengan kata lain,
prinsip ini merupakan tuntutan dan dorongan dari dalam diri pelaku bisnis dan
perusahaan untuk menjadi yang terbaik dan dibanggakan. Sebagai contoh,
seandainya manajemen perusahaan dengan team work-nya memiliki falsafah
kerja dan berorientasi dengan memberikan kepuasan kepada pelanggan, maka
dapat dipastikan para pelanggan akan makin percaya terhadap perusahaan.
Demikian juga jika para manajemen berorientasikan pada pemberian kepuasan
kepada karyawan yang berprestasi, maka dapat dipastikan karyawan akan
semakin loyal terhadap perusahaan. Oleh karena itu prinsip hormat kepada diri
sendiri mesti diberlakukan pada etika bisnis.
6. Prinsip Saling Menguntungkan, Prinsip ini menuntut agar bisnis dijalankan
sedemikian rupa sehingga menguntungkan semua pihak. Persib ini terutama
mengakomodasi hakikat dan tujuan bisnis. Karena sebagai produsen ingin
mendapatkan keuntungan dan sebagai konsumen ingin mendapatkan barang
dan jasa yang memuaskan (dalam bentuk harga wajar, kualitas yang baik dan
pelayanan yang baik), maka bisnis dijalankan dengan saling menguntungkan

7
antara produsen dan konsumen. Dalam bisnis yang kompetitif, prinsip ini
menuntut agar persaingan bisnis haruslah melahirkan suatu win-win solution

2.3 Peran Etika Bisnis Bagi Kelangsungan Perusahaan

Dunia bisnis yang tumbuh dengan pesat menjadi tantangan sekaligus


ancaman bagi pelaku usaha agar dapat memenangkan persaingan dan
mempertahankan kelangsungan hidup perusahaannya. Perusahaan yang ingin
berkembang dan ingin mendapatkan keunggulan bersaing harus dapat
menyediakan produk atau jasa yang berkualitas, harga yang murah dibandingkan
pesaing, waktu penyerahan lebih cepat, dan pelayanan yang lebih baik
dibandingkan pesaingnya. Dalam keadaan persaingan ketat memperebutkan
perhatian konsumen, dan dunia bisnis yang semakin kompetitif, bagian pemasaran
perusahaan akan terus mencari terobosan baru melalui promosi untuk
mengimbangi atau mengatasi upaya-upaya promosi oleh pesaing. Terdapat
hubungan yang erat antara etika bisnis dan persaingan usaha, terdapatnya aspek
hukum dan aspek etika bisnis yang sangat menentukan terwujudnya persaingan
yang sehat.
Etika bisnis memiliki hubungan yang erat dengan kepuasan pelanggan.
Etika bisnis memberikan suatu dorongan kepada pelanggan untuk menjalin ikatan
hubungan yang kuat dengan perusahaan. Dalam jangka panjang ikatan seperti ini
memungkinkan perusahaan untuk memahami dengan saksama harapan pelanggan
serta kebutuhan mereka. Dengan demikian, perusahaan dapat meningkatkan
kepuasan pelanggan di mana perusahaan memaksimumkan pengalaman pelanggan
yang menyenangkan dan meminimumkan pengalaman pelanggan yang kurang
menyenangkan. Suatu perusahaan akan berhasil bukan hanya berlandaskan moral
dan manajemen yang baik saja, tetapi juga harus memiliki etika bisnis yang baik.
Perusahaan harus dapat mempertahankan mutu serta dapat memenuhi permintaan
pasar yang sesuai dengan apa yang dianggap baik dan diterima masyarakat.
Etika bisnis perusahaan memiliki peran yang sangat penting untuk
membentuk suatu perusahaan yang kokoh dan memiliki daya saing yang tinggi
serta mempunyai kemampuan menciptakan nilai (value creation) yang tinggi,

8
dimana diperlukan suatu landasan yang kokoh untuk mencapai itu semua. Dimulai
dari perencanaan yang strategis, organisasi yang baik, sistem prosedur yang
transparan didukung oleh budaya perusahaan yang andal serta etika perusahaan
yang dilaksanakan secara konsisten dan konsekuen. Etika bisnis ini bisa dilakukan
dalam segala aspek. Saling menjaga kepercayaan dalam kerjasama akan
berpengaruh besar terhadap reputasi perusahaan tersebut, baik dalam lingkup
mikro maupun makro. Tentunya hal ini tidak akan memberikan keuntungan
sesegera mungkin, namun ini adalah wujud investasi jangka panjang bagi seluruh
elemen dalam lingkaran bisnis. Oleh karena itu etika dalam berbisnis sangatlah
penting.
Bisnis harus berlaku etis demi kepentingan bisnis itu sendiri. Banyak
semboyan baru yang mempropogandakan pentingnya menerapkan etika dalam
berbisnis, seperti ethic pay (etika membawa untung), good business is ethical
business, dan sebagainya. Bahkan telah diusahakan untuk menunjukkan secara
empiris bahwa perusahaan yang mempunyai standar etis tinggi tergolong juga
perusahaan yang sukses. Walaupun tidak ada jaminan mutlak, pada umumnya
perusahaan yang etis adalah perusahaan yang akan mencapai kesuksesan.

2.4 Implementasi Etika Bisnis

1. Perlindungan Konsumen
Konsumen seringkali dirugikan dan diperlakukan kewenangan oleh pihak
produsen atau penjual karena penjualan barang yang cacat atau kadaluarsa,
campuran bahan makanan atau minuman yang merusak kesehatan, klausula
bahwa barang yang sudah dibeli tidak dapat dikembalikan, klausula bawa barang
yang hilang menjadi tanggungan penumpang, pengingkaran janji, dan lain
sebagainya. Posisi konsumen lebih lemah dibandingkan produsen atau penjual.
Oleh karena itu berlakulah adagium "Konsumen Waspadalah"atau "caveat
emptor".
Ketentuan dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
menjelaskan bahwa pelaku usaha setiap orang perseorangan atau badan usaha,
baik yang berbadan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan

9
berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah negara Republik
Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian
menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi. Barang adalah
setiap benda, baik berwujud maupun tidak berwujud, baik bergerak maupun tidak
bergerak, dapat dihabiskan maupun tidak dapat dihabiskan, yang dapat
diperdagangkan, dipakai, dipergunakan, atau dimanfaatkan oleh konsumen. Jasa
adalah setiap pelayanan yang berbentuk pekerjaan atau prestasi yang disediakan
untuk konsumen. Perlindungan konsumen (pasal 3) bertujuan untuk:
(1) Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk
melindungi diri;
(2) Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya
dari akses negatif pemakaian barang dan atau jasa;
(3) Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih menentukan dan
menuntut hak-haknya sebagai konsumen;
(4) Menciptakan sistem perlindungan konsumen, sehingga tumbuh sikap yang
jujur dan bertanggung jawab dalam berusaha;
(5) Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan
konsumen, sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam
berusaha;
(6) Meningkatkan kualitas barang dan atau jasa yang menjamin kelangsungan
usaha produksi barang dan atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan,
dan keselamatan konsumen.
Pelaku usaha dilarang memperdagangkan barang yang rusak, cacat atau
bekas, dan tercemar tanpa memberikan informasi secara lengkap dan benar atas
barang tersebut. Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran terhadap pelarangan
di atas wajib menarik barangnya dari peredaran.
Pengawasan terhadap perlindungan konsumen dilakukan oleh pemerintah
dengan membentuk BPKN (Badan Perlindungan Konsumen Nasional), badan
penyelesaian sengketa konsumen (BPSK) di setiap kabupaten/kota, serta lembaga
perlindungan konsumen swadaya masyarakat. Lembaga Perlindungan Konsumen
Swadaya Masyarakat yang sudah lama berdiri adalah Yayasan Lembaga

10
Konsumen Indonesia (YLKI), yang sudah banyak melakukan kegiatan termasuk
analisis mutu barang makanan dan minuman yang ada di pasar.
2. Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Yang Tidak Sehat
Hubungan erat yang bersifat kolusif dan koruptif antara elit politik serta
birokrasi dan konglomerat tertentu menyebabkan ketahanan ekonomi bangsa
Indonesia menjadi sangat rapuh, yang bermuara pada krisis multidimensional,
baik ekonomi, politik, sosial, budaya, maupun keamanan. Bahkan krisis itu dapat
mengancam disintegrasi bangsa. Belum ada yang berani menyatakan kapan krisis
multidimensional dapat dipulihkan. Hal ini berarti kehidupan ekonomi dan bisnis
di Indonesia mau tidak mau harus ditata kembali sehingga dunia usaha tumbuh
dan berkembang dalam iklim yang sehat. Untuk mencapai tujuan tersebut, batik
monopoli monopsoni, oligopoli, oligopsoni, kartel, trust, dan sejenisnya harus
ditentang dan dilarang.
Monopoli jelas merugikan konsumen, karena produsen atau penjual merasa
tidak ada yang menyayangi sehingga ia bebas menentukan harga, mutu produk,
dan pelayanan. Sebaliknya, monopsoni jelas merugikan para penjual atau
pemasok.
3. Tindak Pidana Pencucian Uang
Kegiatan bisnis tidak selalu bersih dari unsur kejahatan, jadi ada
kemungkinan terjadi praktik bisnis ilegal dalam berbagai bentuk, seperti
penipuan, pemalsuan, penyuapan, perjudian, prostitusi, pencucian uang,
perdagangan manusia, senjata, narkoba. Tindak pidana pencucian uang makin
merebak akhir-akhir ini, bahkan ditengarai digunakan sebagai sumber dana untuk
membiayai terorisme. Praktik bisnis ini sangat merugikan masyarakat dan negara,
bahkan merusak sendi-sendi perekonomian negara dan kita bisnis itu sendiri. Oleh
karena itu setiap negara dan masyarakat harus mempunyai komitmen yang kuat
untuk memberantasnya, termasuk melalui kerjasama internasional.
Upaya memberantas pencucian uang secara internasional sudah diupayakan
melalui FATF. Indonesia merupakan salah satu negara yang termasuk dalam
NCCT's. Secara regional, wilayah Asia Pasifik telah membentuk APG, dan
Indonesia adalah salah satu anggotanya. Indonesia mempunyai PPATK, yang

11
dibentuk berdasarkan atas undang-undang nomor 15 tahun 2002. Pada dasarnya
PPATK bertugas mengumpulkan, menyimpan, menganalisis, dan mengevaluasi
informasi yang diperolehnya; melaporkan hasil analisis transaksi keuangan yang
berindikasi tindak pidana pencucian uang kepada kepolisian dan kejaksaan; serta
memberikan laporan mengenai hasil analisis transaksi keuangan dan kegiatan
lainnya setiap 6 bulan kepada Presiden, DPR, dan lembaga negara yang
berwenang melakukan pengawasan terhadap PJK. Dunia internasional menyoroti
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2022 karena berdasarkan ketentuan FATF
undang-undang ini masih mempunyai beberapa kelemahan. Oleh karena itu
undang-undang ini diamandemen menjadi Undang-Undang Nomor 25 Tahun
2003 Tentang Tindak Pidana Pencucian Uang. Dengan adanya undang-undang
yang baru dan upaya pemberantasan tindak pidana pencucian uang dilakukan
secara lebih intensif dan sistematis, Indonesia diharapkan dapat keluar dari daftar
negara yang tidak kooperatif dan dapat menekan kerugian negara.

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Etika bisnis adalah seperangkat nilai tentang baik, buruk, benar, dan salah
dalam dunia bisnis berdasarkan prinsip-prinsip moralitas. Dalam arti lain, etika
bisnis berarti seperangkat prinsip dan norma di mana para pelaku bisnis harus
komitmen kepadanya dalam bertransaksi, berperilaku, dan beralasi guna mencapai
tujuan-tujuan bisnis
Etika bisnis memiliki prinsip yang dijadikan acuan dalam melakukan
kegiatan dan mencapai tujuan bisnis yaitu prinsip otonomi, prinsip kejujuran,
prinsip tidak berniat jahat, prinsip keadilan, prinsip hormat pada diri sendiri,
prinsip saling menguntungkan.
Etika bisnis bagi perusahaan memiliki peran yang sangat penting untuk
membentuk suatu perusahaan yang kokoh dan memiliki daya saing yang tinggi
serta kemampuan menciptakan nilai yang tinggi. Etika bisnis erat kaitannya
dengan persaingan usaha dan kepuasan konsumen. Oleh karena itu adanya etika
bisnis, perusahaan dapat mewujudkan persaingan usaha yang sehat dan
memahami kebutuhan konsumen dengan baik.
Implementasi etika bisnis yaitu perlindungan konsumen, larangan praktik
monopoli dan persaingan usaha yang tidak sehat, dan larangan tindak pidana
pencucian uang.

3.2 Saran
Setiap perusahaan harus menerapkan etika bisnis dalam setiap kegiatan
bisnisnya agar tercipta suasana bisnis yang memiliki persaingan yang sehat, saling
memahami antara produsen dan konsumen dan mencegah hal-hal buruk yang
dapat merugikan perusahaan dan konsumen.

13
DAFTAR PUSTAKA

K. Bertens. 2013. Pengantar Etika Bisnis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Maksum, Jafar Sodiq. 2020. Hukum dan Etika Bisnis. Yogyakarta: Deepublish
Nugroho, Arissetyanto., dkk. 2015. Etika Bisnis (Business Ethic): Pemahaman
Teori Secara Komprehensif dan Implementasinya. Bogor: IPB Press
Prihatiningtyas, Budi. 2019. Etika Bisnis: Suatu Pendekatan dan Aplikasinya
Terhadap Stakeholder. Malang: CV. IRDH
Rindjin, Ketut. 2004. Etika Bisnis dan Implementasinya. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama

Anda mungkin juga menyukai