Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH ETIKA BISNIS DAN PROFESI

“ETIKA DALAM BISNIS”

DOSEN PENGAMPUH :
TERI, SE., M.SI, AK, CA., CTA., CPA

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
1. ANDI PUTRI RAHAYU MELYANI (1810321136)
2. YORIANI MELINA (1810321125)
3. MUH. REZA RIZALDY (1810321116)
4. YUNIZAR (18103211..)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI S1

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU-ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS FAJAR

MAKASSAR

2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Puji dan syukur kehadirat Allah swt. atas segala kenikmatan-Nya, baik itu berupa fisik maupun
akal pikiran sehingga penulis mampu menyelesaikan pembuatan makalah sebagai salah satu tugas
Mata Kuliah ETIKA BISNIS DAN PROFESI yang diampuh oleh Bapak TERI, SE., M.SI, AK, CA., CTA.,
CPA. Makalah ini berjudul “ETIKA DALAM BISNIS”
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dan
memberi dukungan dalam pembuatan makalah ini. Dengan adanya bantuan serta dukungan sehingga
penulis mampu menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kekurangan serta kesalahan didalamnya. Untuk itu penulis mengharapkan kritik serta saran
yang membangun dari pembaca, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik
lagi.

Semoga dengan adanya makalah ini mampu membuka wawasan pembaca pada umumnya dan
penulis pada khususnya.

Makassar, Februari 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI
JUDUL ...................................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................................................. ii
DAFTAR ISI .............................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG .................................................................................................. 1
1.2 RUMUSAN MASALAH .............................................................................................. 1
1.3 TUJUAN PENULISAN ............................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 BUDAYA, VISI DAN MISI PERUSAHAAN ................................................................ 3
2.2 SASARAN DAN STRATEGI...................................................................................... 5
2.3 PERLINDUNGAN STAKEHOLDER........................................................................... 8
BAB III PENUTUP
3.1 KESIMPULAN ........................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Etika bisnis merupakan etika terapan. Etika bisnis ini merupakan aplikasi pemahaman kita
tentang apa yang baik dan benar untuk beragam institusi, teknoloi, transaksi, aktivitas, dan usaha
yang kita sebut bisnis. Pembahasan tentang etika bisnis harus dimulai dengan menyediakan
kerangka prinsip-prinsip dasar pemahaman tentang apa yang dimaksud dengan istilah baik dan
benar, hanya dengan cara itu selanjutnya seseorang dapat membahas implikasi-implikasinya
terhadap dunia bisnis.
Banyak faktor yang mempengaruhi dan menentukan kegiatan berbisnis. Sebagai kegiatan
sosial, bisnis dengan banyak cara terjalin dengan kompleksitas masyarakat modern. Dalam kegiatan
berbisnis, mengejar keuntungan adalah hal yang wajar, asalkan dalam mencapai keuntungan
tersebut tidak merugikan banyak pihak. Jadi, dalam mencapai tujuan dalam kegiatan berbisnis ada
batasnya. Kepentingan dan hak-hak orang lain perlu diperhatikan.
Perilaku etis dalam kegiatan berbisnis adalah sesuatu yang penting demi kelangsungan hidup
bisnis itu sendiri. Bisnis yang tidak etis akan merugikan bisnis itu sendiri terutama jika dilihat dari
perspektif jangka panjang. Bisnis yang baik bukan saja bisnis yang menguntungkan, tetapi bisnis
yang baik adalah selain bisnis tersebut menguntungkan juga bisnis yang baik secara moral. Perilaku
yang baik, juga dalam konteks bisnis, merupakan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai moral.
Dalam kenyataanya budaya sangat berpengaruh terhadap kelancaran dalam dunia bisnis baik
dalam perkembangna dalam bisnis skala nasional maupun skala internasional. Sesuatu hal baru
yang tidak sesuai dengan kebudayaan suatu bangsa akan sulit diterima atau berkembang didalam
Negara tersebut.

1.2. RUMUSAN MASALAH


Adapun rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana budaya, visi dan misi perusahaan dalm etika bisnis?
2. Apa sasaran dan strategi dalam etika bisnis?
3. Apa yang dimaksud dengan perlindungan stakeholder?

1
1.3. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan sebagai berikut :
1. Mengetahui budaya, visi dan misi perusahaan dalm etika bisnis
2. Mengetahui sasaran dan strategi dalam etika bisnis
3. Mengetahui perlindungan stakeholder

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 BUDAYA, VISI DAN MISI PERUSAHAAN
A. Budaya Perusahaan
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan
bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi, dan
akal manusia.
Istilah budaya (culture) berasal dari latin “colere” yang dapat diartikan sebagai “segala daya
dan aktivitas manusia untuk mengelolah dan mengubah alam” (prasetya dkk, 2013;28). pengertian ini
harus disertai dengan catatan bahwa tidak semua ada definisi yang baku untuk istilah budaya.
Koentjaraningrat (dalam prasetya dkk, 2013;32) menguraikan wujud kebudayaan dalam 3 bentuk, yang
disebut kompleks. Berikut ini ketiga bentuk wujud kebudayaan tersebut.
1. Kompleks dari ide, gagasan, nilai, norma, peraturan dan sebagainya.
2. Kompleks aktivitas dan tindakan berpola dari manusia dalam masyarat.
3. Kompleks benda-benda hasil karya manusia.
Inti dari pengembangan budaya perusahaan adalah untuk mendorong perilaku dan tindakan-
tindakan sebagai berikut:
1. Mematuhi ketentuan hukum, undang-undang dan peraturan.
2. Mematuhi kebijakan dan prosedur internal perusahaan.
3. Mempedulikan hak dan kepentingan pihak-pihak lain didalam dan diluar perusahaan.
4. Mengangggap perusahaan sebagai bagian dari dirinya sendiri.
Budaya perusahaan memang milik perusahaan, tetapi pelaksanaanya akan tergantung pada
masing-masing individu. Oleh karena itu, adalah penting agar nilai dan etika perusahaan juga
merupakan nilai dan etika individu, adalah penting agar visi dan misi perusahaan dipahami oleh
individu.
Salah satu wujud dari budaya adalah nilai. Nilai yang bekerja dalam suatu sistem disebut
sebagai sistem nilai (value system), nilai itu apa? Webster dictionary mendefinisikan nilai sebagai
“standar atau sifat utama yang sudah mendarah daging dan dianggap penting atau diinginkan” (scott
dkk, 1993; edisi bahasa indonesia 2010:19) terkandung dalam defenisi ini beberapa istilah yang
menjelaskan budaya perusahaan. Defenisi budaya oleh koentjaraningrat menyejajarkan nilai dengan
ide, gagasan atau norma yang beradah dalam satu kompleks.

3
Etika pada dasarnya adalah standar atau moral yang menyangkut benar-salah, baik-buruk.
Dalam kerangka konsep etika bisnis terdapat pengertian tentang etika perusahaan, etika kerja, dan
etika perorangan, yang menyangkut hubungan-hubungan sosial antara perusahaan, karyawan dan
lingkungannya. Etika perusahaan menyangkut hubungan perusahaan dan karyawan sebagai satu
kesatuan dengan lingkungannya (misalnya dengan perusahaan lain atau masyarakat setempat), etika
kerja terkait antara perusahaan dengan karyawannya, dan etika perorangan mengatur hubungan antar
karyawan.
Etika seseorang dan etika bisnis adalah satu kasatuan yang terintegrasi sehingga tidak dapat
dipisahkan satu dengan yang lainnya, keduanya saling melengkapi dalam mempengaruhi perilaku
antar individu maupun kelompok, yang kemudian menjadi perilaku organisasi yang akan berpengaruh
terhadap budaya perusahaan. Jika etika menjadi nilai dan keyakinan yang terinternalisasi dalam
budayau perusahaan, maka akan berpotensi menjadi dasar kekuatan perusahaan dan akhirnya akan
berpotensi menjadi stimulus dalam peningkatan kinerja karyawan.
Terdapat pengaruh yang signifikan antara etika seseorang dariu tingkatan manajer terhadap
tingkah laku etis dalam pengambilan keputusan. Kemampuan seorang profesional untuk dapat
mengerti dan pekau terhadap adanya masalah etika dalam profesinya sangat dipengaruhi oleh
lingkungan, sosial budaya, dan masyarakat dimana dia berada. Budaya perusahaan memberikan
sumbangan yang sangat berartiu terhadap perilaku etis. Perusahaan akan menjadi lebih baik jika
mereka membudayakan etika dalam lingkungan perusahaannya.

B. Visi dan Misi


Budaya perusahaan tentu diciptakan untuk didiamkan begitu saja. Perusahaan adalah suatu
organisasin yang dinamis. Perusahaan mempunyai tujuan dan mempunyai tugas untuk mencapai
tujuan tersebut. Oleh karena itu, perusahaan harus menjalankan aktivitas. Budaya perusahaan
merupakan pedoman dalam setiap gerak langkah perusahaan. Ini merupakan jawaban atas
pertanyaan lanjutan tentang budaya perusahaan, yaitu untuk apa? Budaya perusahaan digunakan
sebagai inspirasi dalam mengembangkan visi dan misi. Visi dan misi meruapakan operasionalisasi
pada tingkat pertama dari budaya perusahaan.

4
Visi dan misi tidak boleh menyimpang dari maksud dan tujuan didirikannya perusahaan seperti
yang tercantum dalam anggaran dasar perseroan. Visi dan misi pada dasarnya adalah penjabaran dan
maksud dan tujuan perusahaan itu.
C. Nilai, visi dan misi
Scott dkk, (2010;21) menyebutkan bahwa sebelum ada misi, visi, dan strategi, perusahaan harus
sudah menyepakati terlebih dahulu apa yang akan dipertahankan, baik dalam kaitannya dengan
pelayanan kepada pelanggan maupun hubungan dengan komunitas lain serta hubungan didalam
komunitas itu sendiri. Dalam istilah roberthaas, hal itu merupakan “apa yang dibela dan apa yang
dipercaya” atau nilai perusahaan. Sementara itu, Joachim (2010;18-22) menjelaskan adanya hubungan
timbale balik antara visi, misi, strategi dan aktivitas.
Dengan menggunakan konsep Joachim (yang juga mengadaptasi kerja dari wottonnhorne,
1997), nilai atau budaya perusahaan menjiwai pernyataan visi dan misi. Mengapa perusahaan berada
dalam bisnis yang ia geluti (misi) dan seperti apa gambaran masa depan yang diinginkan (visi)
disarikan dari nilai-nilai yang diyakini perusahaan.

1.2 SASARAN DAN STRATEGI


1. Sasaran
Pertimbangan pelaksanaan etika bisnis dalam penetapan sasaran dan perencanaan strategis
terletak pada pemilihan “siapa” dan “apa”. Bukan “dimana” mereka ditempatkan. Persoalan dimana
ditempatkan menjadi diskresi perusahaan, satu dan lain hal, didasarkan atas konsep deontologisme.
Asas manfaat dan keharusan akan menetukan dimana upaya etis, dalam arti perhatian terhadap hak
dan kepentingan pihak lain akan ditempatkan. Perlu dicatat bahwa sasaran dan strategi lebih banyak
berkaitan dengan masalah ekonomi.
Ada tiga sasaran dan ruang lingkup pokok etika bisnis di sini, yaitu:
1. Etika bisnis sebagai etika profesi membahas berbagai prinsip, kondisi, dan masalah yang terkait
dengan praktek bisnis yang baik dan etis. Dengan kata lain, etika bisnis pertama-tama bertujuan
untuk menghimbau para pelaku bisnis untuk menjalankan bisnis secara baik dan etis.
2. Menyadarkan masyarakat, khususnya konsumen, buruh, atau karyawan dan masyarakatluas
pemilik aset umum semacam lingkungan hidup, akan hak dan kepentingan mereka yang tidak
boleh dilanggar oleh praktek bisnis siapa pun juga. Pada tingkat ini, etika bisnis berfungsi untuk
menggugah masyarakat untuk bertindak menuntut para pelaku bisnis untuk berbisnis secara baik

5
demi terjaminnya hak dan kepentingan masyarakat tersebut. Etik bisnis mengajak masyarakat
luas, entah sebagai kartawan, konsumen, atau pemakai aset umum lainnya yan gberkaitan
dengan kegiatan bisnis, untuk sadar dan berjuang menuntut haknya atau paling kurang agar hak
dan kepentingannya tidak dirugikan oleh kegiatan bisnis pihak mana pun.
3. Etika bisnis juga berbicara mengenai sistem ekonomi yang sangat menentukan etis tidaknya suatu
praktek bisnis. Dalam hal ini, etika bisnis lebih bersifat makro, yang karena itu barang kali lebih
tepat disebut etika ekonomi. Dalam lingkup makro semacam ini, etika bisnis berbicara mengenai
monopoli, oligopoli, kolusi, dan praktek-praktek semacamnya yang akan sangatmempengaruhi
tidak saja sehat tidaknya suatu ekonomi melainkan juga baik tidaknya praktek bisnis dalam sebuah
negara.
2. Strategi perusahaan
Pembahasan tentang strategi perusahaan (company’s stategy) mengharuskan adanya
pembedaan antara istilah perusahaan (company) dan korporasi (corporate). Perencaan stategis
dibedakan menurut levelnya, yaitu pada tingkat unit bisnis (business unit) dan korporasi (corporate).
Perusahaan digunakan untuk menyebut organisasi kegiatan bisnis secara umum. Unit bisnis
merupakan salah satu cabang dari keseluruhan kegiatan bisnis yang dianggap mandiri atau
mempunyai spesifikasi tertentu. Unit bisnis dapat berupa entitas legal terpisah atau bagian dari divisi
dari sebuah perusahaan. Korporasi adalah kumpulan dari unit bisnis yang berada dalam satu kendali
managemen. Unit bisnis dan korporasi secara umum disebut perusahaan.
Strategi adalah kiat untuk mencapai tujuan dan sasaran. Strategi bukan hanya cara karena
dalam stratei terkandun makna fleksibilitas dan kreatifitas. Cara lebih bersifat kaku dan baku yang
dihasilkan oleh suatu proses pengambilan keputusan. Jika sasaran telah ditentukan, strategi
menguraikan, secara lebih rinci, kebijakan-kebijakan operasional yang harus dilakukan. Kebijakan-
kebijakan tersebut dapat meliputi hal-hal yang berkaitan dengan produk, teknoloi, mesin-mesin dan
peralatan, pelangan, geografi, sumber daya manusia, dan sarana dan prasarana.
Strategi yang disusun perusahaan tetap harus memperhatikan hak, kewajiban dan keadilan
seperti yang dianut dalam paham deontologisme. Hak dan kepentingan stakehendol tetap harus
menjadi acuan. Oleh karena itu, asas-asas kewajaran, kepatutan/kapantasan, dan proposionalitas
harus dipegang teguh nilai-nilai keutamaan yang terkandung dalam paham firtuisme, seperti iktikad
baik, kejujuran, integritas, tanggun jawab dan niat untuk menjadi warga Negara yan baik harus
mendasari setiap kegiatan termasuk penyusunan strategi.

6
3. Peran etika
Bagaimana perencanaan strategi pada level bisnis dan korporasi yang beretika?
Tujuan memperoleh keunggulan kompotitif dan keunggulan korporasi bukanlah tujuan yang
menyimpang etika. Dalam kaitannya dengan etika, pertanyaan yang mungkin muncul adalah seberapa
ungul datanya. Namun dalam sistem ekonomi pasar, pertanyaan tersebut akan dijawab oleh sistem itu
sendiri. Sistem ekonomi pasara menhargai inovasi (innovation) dan upaya (effort) dari setiap individu,
termasuk perusahaan. Hasilnya boleh mereka nikmati, mereka berlomba dalam persaingan yang
bebas, persainga itulah yang akan membatasi keungulan. Efisiensi dan produktivitas adalah ciri dari
sistem ekonomi pasar. Keduanya merupakan alat untuk merebut pasar dalam suatu persaingan yang
bebas intervensi pemerintah. Keduanya mengacu pada keunggulan kompetitif dan keunggulan
korporasi. Mekanisme pasar dengan persaingan bebas akan mendorong inovasi dan upaya ketingkat
pareto oprimal. Dalam jangka panjang, kondisi pareto optimal inilah yang akan membatasi keunggulan
kompotitif dan keunulan korporasi.
Regulasi oleh pemerintah dapat membatasi keinginan perusahaan untuk melakukan rencana
strategis sesuai dengan seleranya. Pada dasarnya, regulasi pemerintah dikeluarkan sebagai bentuk
perlindungan bagi pihak-pihak yang akan terpenaruh oleh keberadaan perusahaan. Kepatuhan
terhadap regulasi pemerintah merupakan cara lain untuk memastikan bahwa strategi telah disusun
secara etis. Banyak hal-hal strategis dalam perusahaan yang telah diatur oleh regulasi, misalnya
tentang persaingan usaha yang salah satu tujuannya adalah pembatasan penuasaan pasar. Ketentuan
tentang marger, akuisisi, dan integragi juga telah diatur oleh regulasi.
Proses pengembangan strategi juga memengaruhi etis atau tidaknya aktivitas yang
bersangkutan. Pengembangan strategi harus dilakukan dalam kerangka tata kelola perusahaan, cara
ini akan memastikan bahwa semua kepentingan telah diperhatikan dan ditempatkan pada posisi yang
tepat. Adanya peluang saling periksa (check and balance) dalam pengambilan keputusan dan evalusi
kinerja memungkinkan pengembangan strategi telah melalui proses review dan otoritas oleh pihak
yang idependen satu sama lain. Cara ini dapat mencegah dimasukkannya kepentingan pribadi dalam
penentuan stratei perusahaan. Penetepan sasaran dan perencanaan strategi yang dilakukan dalam
kerangka tata kelola perusahaan akan membuat proses penetapan dan perencanaan tersebut berjalan
sesuai dengan budaya, visi, dan misi perusahaan.

7
1.3 PERLINDUNGAN STAKEHOLDER
A. Konsep dan cakupan Stakeholder
Stakeholder merupakan individu, sekelompok manusia, komunitas atau masyarakat baik
secara keseluruhan maupun secara parsial yang memiliki hubungan serta kepentingan terhadap
perusahaan. Individu, kelompok, maupun komunitas dan masyarakat dapat dikatakan sebagai
stakeholder jika memiliki karakteristik seperti yang diungkapkan oleh Budimanta dkk, 2008 yaitu
mempunyai kekuasaan, legitimasi, dan kepentingan terhadap perusahaan.
Pihak yang berkepentingan (stakeholders) dalam perusahaan dapat terdiri dari :
1. Pengusaha (Pemegang Saham) yang sehari-hari diwakili manajemen.
2. Para pekerja dan serikat pekerja.
3. Para pengusaha Pemasok.
4. Masyarakat (konsumen).
5. Perusahaan Pengguna.
6. Masyarakat sekitar.
7. Pemerintah.
Adapun pembagian kelompok Stakeholders ini secara umum. Bisa dibagi menjadi dua kelompok
yaitu kelompok yang di dalam perusahaan atau disebut internal stakeholders dan yang berada di luar
perusahaan yang disebut external stakeholders.
Stakeholder menurut definisinya adalah kelompok atau individu yang dukunganya diperlukan
demi kesejahteraan dan kelangsungan hidup organisasi. Clarkson membagi stakeholder menjadi dua :
Stakeholder primer dan stakeholder sekunder.
Stakeholder primer adalah ‘pihak dimana tanpa partisipasinya yang berkelanjutan organisasi
tidak dapat bertahan.’ Contohnya Pemilik modal atau saham, kreditor, karyawan, pemasok, konsumen,
penyalur dan pesaing atau rekanan. Menurut Clarkson, suatu perusahaan atau organisasi dapat
didefinisikan sebagai suatu system stakeholder primer yang merupakan rangkaian kompleks hubungan
antara kelompok-kelompok kepentingan yang mempunyai hak, tujuan, harapan, dan tanggung jawab
yang berbeda. Perusahaan ini juga harus menjalin relasi bisnis yang baik dan etis dengan kelompok
ini.
Stakeholder sekunder didefinisikan sebagai ‘pihak yang mempengaruhi atau dipengaruhi oleh
perusahaan, tapi mereka tidak terlibat dalam transaksi dengan perusahaan dan tidak begitu penting
untuk kelangsungan hidup perusahaan.’ Contohnya Pemerintah setempat, pemerintah asing, kelompok

8
sosial, media massa, kelompok pendukung, masyarakat. Perusahaan tidak bergantung pada kelompok
ini untuk kelangsungan hidupnya, tapi mereka bisa mempengaruhi kinerja perusahaan dengan
mengganggu kelancaran bisnis perusahaan. Pemerintah setempat, pemerintah asing, kelompok sosial,
media massa, kelompok pendukung, masyarakat.
B. Perlindungan konsumen
Perlindungan konsumen dimaksudkan agar hubungan antara perusahaan dan konsumen dapat
dilaksanakan dengan asas manfaat, keadilan, kewajaran, integritas dan iktikad baik. Perlindungan
dilakukan melalui pemenuhan hak-hak dan kepentingan konsumen oleh perusahaan. Namun, jika
masalah hak dan kepentingan telah bersifat penting bagi kehidupan bernegara, pengaturan hak dan
kepentingan tersebut akan diambil alih oleh Negara melalui regulasi. Hak dan kepentingan konsumen,
bahkan sudah menjadi perhatian dunia internasional. Satu dan lain hal disebabkan oleh pengalaman
tentang lemahnya kedudukan konsumen dimata perusahaan.
Asas Perlindungan Konsumen : “Perlindungan konsumen berdasarkan manfaat, keadilan,
keseimbangan, keamanan dan keselamatan konsumen, serta kepastian hukum”.
Azas Perlindungan Konsumen:
 Asas Manfaat
Mengamanatkan bahwa segala upaya dalam penyelenggaraan perlindungan ini harus memberikan
manfaat sebesar-besarnya bagi kepentingan konsumen dan pelaku usaha secara keseluruhan,
 Asas Keadilan
Partisipasi seluruh rakyat dapat diwujudkan secara maksimal dan memberikan kesempatan
kepada konsumen dan pelaku usaha untuk memperoleh haknya dan melaksanakan kewajibannya
secara adil,
 Asas Keseimbangan
Memberikan keseimbangan antara kepentingan konsumen, pelaku usaha, dan pemerintah dalam
arti materiil ataupun spiritual,
 Asas Keamanan dan Keselamatan Konsumen
Memberikan jaminan atas keamanan dan keselamatan kepada konsumen dalarn penggunaan,
pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang dikonsumsi atau digunakan,
 Asas Kepastian Hukum
Baik pelaku usaha maupun konsumen mentaati hukum dan memperoleh keadilan dalam
penyelenggaraan perlindungan konsumen, serta negara menjamin kepastian hukum.

9
C. Perlindungan persaingan usaha
Dalam perkembangan sistem ekonomi Indonesia, persaingan usaha menjadi salah satu
instrumen ekonomi sejak saat reformasi digulirkan. Sebetulnya sudah sejak lama masyarakat
Indonesia, khususnya para pelaku bisnis, merindukan sebuah undang-undang yang secara
komprehensif mengatur persaingan sehat. Keinginan itu didorong oleh munculnya praktik-praktik
perdagangan yang tidak sehat, terutama karena penguasa sering memberikan perlindungan ataupun
priveleges kepada para pelaku bisnis tertentu, sebagai bagian dari praktik-praktik kolusi, korupsi,
kroni, dan nepotisme. Dikatakan secara komprehensif, karena sebenarnya secara pragmentaris,
batasan-batasan yuridis terhadap praktik-praktik bisnis yang tidak sehat atau curang dapat ditemukan
secara tersebar di berbagai hukum positif. Tetapi karena sifatnya yang sektoral, perundangundangan
tersebut sangat tidak efektif untuk (secara konseptual) memenuhi berbagai indikator sasaran yang
ingin dicapai oleh undangundang persaingan sehat tersebut.
Pesain (competitor) dimasukkan sebagai salah satu pihak yang berkepentinan (stakeholder)
dalam perusahaan. Perhatian terhadap pesaing sebagai salah satu pemegang kepentingan harus
dibaca dalam konteks persaingan usaha yang tidak sehat. Undang-undang nomor 5 tahun 1999
memberikan 3 (tiga) idikator untuk persaingan usaha tidak sehat, yaitu persaingan usaha yang
dilakukan dengan cara tidak jujur, melawan hukum, dan menghambat terjadinya persaingan diantara
pelaku usaha. Tujuan dikeluarkannya larangan peraktik monopoli dan persaingan tidak sehat adalah
untuk mendorong bekerjanya sistem ekonomi pasar yang tidak wajar. Bentuk persaingan usaha
menunjukan struktur pasar, persaingan usaha yang tidak sehat berpengaruh terhadap bekerjanya
mekanisme pasar yang menuju pada efisiensi pareto. Perlindungan persaingan usaha dimaksudkan
agar persaingan itu dilakukan secara jujur, adil dan wajar. Upaya-upaya dalam persaingan yang
mengarah pada penguasaan pasar perlu dihindari, persaingan usaha harus dilandasi pada iktikad baik.
Struktur pasar yang ideal untuk mencapai tujuan pareto efisien adalah persaingan sempurna
(perfect competition) namun akan selalu ada kondisi yang diakibatkan oleh peristiwa, keadaan, atau
kejadian yang dapat mengakibatkan ketidaksempurnaan pasar (inperfect market). Ketidaksempurnaan
pasar ditandai dengan pengendalian melalui penguasaan pasar, pada umumnya pengendalian
dilakukan terhadap harga kuantitas dan kualitas produksi dengan tujuan memperoleh laba diatas
normal.

10
D. Perlindungan lingkungan hidup
Tora J. Radin (dalam Hartman dan Desjardins, 2011;434-442) menyebutkan adanya 3 (tiga)
prinsip tanggungjawab perusahaan terhadap lingkungan yaitu:
1. Perusahaan diwajibkan untuk memperhatikan lingkungan alam.
2. Kewajiban dari perusahaan pada umumnya bersifat diskresioner.
3. Kewajiban perusahaan terhadap lingkungan lebih dari sekedar mematuhi hukum yang
berlaku.
Pelaksanaan spektrum hijau mencakup tindakan yang tidak mengakibatkan kerusakan, tindakan
pencegahan terhadap kerusakan, dan tindakan perbaikan lingkungan hidup, intinya adalah pelestarian
lingkungan. Tujuan adalah menjaga kelstarian lingkungan hidup didasarkan pada anggapan bahwa
masalah lingkungan hidup merupakan eksternalitas bagi perusahaan.

11
BAB III
PENUTUP
1.1 KESIMPULAN
Istilah budaya (culture) berasal dari latin “colere” yang dapat diartikan sebagai “segala daya
dan aktivitas manusia untuk mengelolah dan mengubah alam”. Etika seseorang dan etika bisnis adalah
satu kasatuan yang terintegrasi sehingga tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya, keduanya
saling melengkapi dalam mempengaruhi perilaku antar individu maupun kelompok, yang kemudian
menjadi perilaku organisasi yang akan berpengaruh terhadap budaya perusahaan. Visi dan misi pada
dasarnya adalah penjabaran dan maksud dan tujuan perusahaan itu.
Sasaran dan strategi lebih banyak berkaitan dengan masalah ekonomi. Perencaan stategis
dibedakan menurut levelnya, yaitu pada tingkat unit bisnis (business unit) dan korporasi (corporate). .
Pengembangan strategi harus dilakukan dalam kerangka tata kelola perusahaan, cara ini akan
memastikan bahwa semua kepentingan telah diperhatikan dan ditempatkan pada posisi yang tepat.
Adanya peluang saling periksa (check and balance) dalam pengambilan keputusan dan evalusi kinerja
memungkinkan pengembangan strategi telah melalui proses review dan otoritas oleh pihak yang
idependen satu sama lain.
Stakeholder merupakan individu, sekelompok manusia, komunitas atau masyarakat baik secara
keseluruhan maupun secara parsial yang memiliki hubungan serta kepentingan terhadap perusahaan.
stakeholder terbagi menjadi dua yaitu Stakeholder primer dan stakeholder sekunder. egitu penting
untuk kelangsungan hidup perusahaan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Soemarso. S. R. Etika dalam Bisnis dan Profesi Akuntansi. Jakarta : Salemba Empat.
Velasquez, Manuel G. Etika Bisnis konsep dan kasus edisi 5. Yogyakarta : Andi
Anonym.1.2013
http://mykebukannamasebenarnya.blogspot.com/2013/05/perlindungan-konsumen-etika-
bisnis.html Diakses pada tanggal 29 februari 2020
Anthonputra.2015
https://etikabisnisperandanmanfaat.wordpress.com/2015/03/31/sasaran-dan-ruang-lingkup-
etika-bisnis-anthon-putra-sila-tambe-2/ Diakses pada tanggal 29 februari 2020
MuhammadAdilYusuf.2017
http://muhammadadilayusuf.blogspot.com/2017/04/hubungan-antara-budaya-dengan-etika.html
Diakses pada tanggal 29 februari 2020

13

Anda mungkin juga menyukai