Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“ETIKA BISNIS DAN BUDAYA ORGANISASI”


“DALAM RANGKA MEMENUHI TUGAS PROGRAM MATA
KULIAH ETIKA DAN HUKUM BISNIS ”

Nama : FRANS NATANAEL SIHOTANG


NPM : 220320034
ProdI : S1
Jurusa : AGRIBISNIS B

UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA


Jl. Harmonika baru p.bulan selayang II Medan 20131
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan
pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah
penulis dapat menyelesaikan makalah dengan Tema “Etika Bisnis dan Budaya
Organisasi” tepat waktu.

Makalah Etika dan Budaya pada Bisnis dan Organisasi disusun guna memenuhi tugas
Dosen Dr. Henny saida,SH,M,Hum pada bidang mata kuliah Etika dan Hukum Bisnis
universitas Methodist Indonesia. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini
dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang Etika dan Budaya.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Dr. Henny


saida,SH,M,Hum selaku Dosen Etika dan Hukum Bisnis. Tugas yang telah diberikan
ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis.
Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu
proses penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

Medan, 28 September 2022

Frans Natanael Sihotang


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perubahan lingkungan semakin turbulen, tingkat persaingan semakin ketat dan tajam,
bahkan semakin tidak menentu arah perubahanya. Secara eksplisit turbulen dalam sistem
ekonomi dapat menciptakan berbagai ancaman yang dapat melemahkan daya saing
perusahahaan , atau bahkan bisa tersingkir dalam dalam sebuah persaingan. Untuk tetap
bertahan dalam persaiangan perusahaan harus mempunyai sebuah ciri khas dan dapat
memberikan kenyamanan kepada konsumen dengan cara menerapkan Etika dalam kegiatan
binisnya. Penciptaan etika yang baik berawal dari budaya yang kuat dan baik dari perusahaan
tersebut
Inti dari kehidupan organisasi ditemukan di dalam budayanya. Dalam hal ini, budaya
tidak mengacu pada keanekaragaman ras, etnis, dan latar belakang individu. Melainkan
budaya adalah suatu cara hidup di dalam sebuah organisasi. Budaya organisasi mencakup
iklim atau atmosfer emosional dan psikologis. Hal ini mungkin mencakup semangat kerja
karyawan, sikap, dan tingkat produktivitas. Budaya organisasi juga mencakup simbol
(tindakan, rutinitas, percakapan, dst.) dan makna-makna yang dilekatkan orang pada simbol-
simbol ini. Makna dan pemahaman budaya dicapai melalui interaksi yang terjadi antar
karyawan dan pihak manajemen.

1.2 Rumus Masalah


1. Apakah pengertian dari Etika Bisnis dan Pengertian dari Budaya
Perusahaan. ?
2. Bagaimana hubungan Etika bisnis dengan Budaya perusahaan. ?
3. Apa saja kendala dalam mwujudkan kinerja bisnis yang etis.?
4. Bagaimana Pengaruh Etika Terhadap Budaya ?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Etika Bisnis dan Budaya Organisasi


2.1.1 Pengertian Etika dan Etika Bisnis
Istilah Etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Bentuk tunggal kata „etika‟ yaitu ethos
sedangkan bentuk jamaknya yaitu ta etha. Ethos mempunyai banyak arti yaitu : tempat
tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan/adat, akhlak,watak, perasaan, sikap,
cara berpikir. Sedangkan arti ta etha yaitu adat kebiasaan.
Menurut Brooks (2007), Etika adalah cabang dari ilmu filsafat yang menyelidiki
penilaian normatif tentang apakah perilaku ini benar atau apa yang seharusnya dilakukan.
Kebutuhan akan etika, muncul dari keinginan untuk menghindari permasalahan –
permasalahan di dunia nyata.
menurut Magnis Suseno (1989), dan Sonny Kerap (1991), menyatakan bahwa untuk
memahami etika perlu dibedakan dengan moralitas. Moralitas adalah suatu sistem tentang
bagaimana seseorang harus berprilaku sebagai manusia. Sedangkan etika berbicara mengenai
nilai dan norma moral yang menentukan prilaku manusia dalam hidupnya
secara sederhananya etika adalah ilmu yang mempelajari mengenai kebaikan dan
keburukan didalam hidup manusia.
Adapun pengertian Etika Bisnis menurut para ahli adalah : Menurut Yosephus,
Etika Bisnis secara hakiki merupakan Applied Ethics (etika terapan). Di sini, etika bisnis
merupakan wilayah penerapan prinsip-prinsip moral umum pada wilayah tindak manusia di
bidang ekonomi, khususnya bisnis. Jadi, secara hakiki sasaran etika bisnis adalah perilaku
moral pebisnis yang berkegiatan ekonomi.
Menurut Lozano (1996), Etika bisnis merupakan salah satu bagian dari prinsip etika
yang diterapkan dalam dunia bisnis. Jadi, etika bisnis Merupakan cara untuk melakukan
kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan
dan juga masyarakat.
Pada dasarnya etika bisnis menyoroti moral prilaku manusia yang mempunyai profesi
dibidang bisnis dan dimiliki secara global oleh perusahaan secara umum, sedangkan
perwujudan dari etika bisnis yang ada pada masing- masing perusahaan akan terbentuk dan
terwujud sesuai dengan kebudayaan perusahaan yang bersangkutan. Etika bisnis ini akan
muncul ketika masing- masing perusahaan berhubungan dan berinteraksi satu sama lain
sebagai satuan stakeholder. Tujuan etika bisnis disini adalah mengunggah kesadaran moral
para pelaku bisnis untuk menjalankan bisnis dengan “baik dan bersih”. (Ernawan, Erni R.
2011:25)

2.1.2 Indikator Etika Bisnis


Implementasi etika dalam penyelenggaraan bisnis mengikat setiap personal sesuai
dengan tugas yang diembannya, dengan kata lain, mengikat manajer, unit kerja, dan
kelembagaan perusahaan. Semua anggota perusahaan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi
harus melaksanakan etika bisnis secara konsekuen dan penuh tanggung jawab. Dalam
pandangan sempit suatu perusahaan dianggap sudah melaksanakan etika bisnis bila mana
perusahaan yang bersangkutan telah melaksanakan tanggung jawab sosialnya. Tanggung
jawab sosial itu timbul sebagai akibat adanya eksternalitas yang negatip, dan perusahaan
harus membayar biaya sosialnya (sosial cost). Dari berbagai pandangan tentang etika bisnis,
beberapa indikator yang dapat dipakai untuk menyatakan apakah seseorang atau perusahaan
telah melaksanakan etika bisnis dalam perusahaannya adalah sebagai berikut:
1. Menurut ekonomi adalah apabila perusahaan telah melakukan pengelolaan sumber daya
bisnis dan sumber daya alam secara efisien tanpa merugikan masyarakat lain.
2. Menurut peraturan khusus yang berlaku, berdasarkan indikator ini pelaku bisnis
dikatakan beretika apabila masing-masing pelaku bisnis mematuhi peraturan-peraturan
khusus yang telah disepakati sebelumnya.
3. Menurut hukum, seseorang atau perusahaan dikatakan telah melaksanakan etika bisnis
apabila telah mematuhi segala norma hukum yang berlaku dalam kegiatan bisnisnya.
4. Berdasarkan ajaran agama, pelaku bisnis dianggap beretika bila mana dalam
pelaksanaan bisnisnya senantiasa merujuk kepada nilai-nilai ajaran agama yang
dianutnya.
5. Setiap pelaku bisnis telah menyelenggarakan bisnisnya dengan mengakomodasi nilai-
nilai budaya dan adat istiadat yang ada disekitar operasi suatu perusahaan, daerah dan
suatu bangsa.
6. Indikator etika bisnis menurut masing-masing individu, adalah apabila masing-masing
pelaku bisnis bertindak jujur dan tidak mengorbankan integritas pribadinya. (Ernawan,
Erni R. 2011:30-31)

2.1.3 Pengertian Organisasi (Perusahaan) dan Budaya Perusahaan


Organisasi pada dasarnya merupakan tempat atau wadah dimana orang- orang
berkumpul, bekerjasama secara rasional dan sistematis, terkendali, dengan memanfaatkan
sumber daya (dana, material, lingkungan, metode, sarana, prasarana, data) dan lain
sebagainya yang digunakan secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan bersama.
Menurut Agus Arijanto budaya perusahaan dapat dikatakan sebagai kombinasi ide, adat
istiadat, praktik tradisional, nilai-nilai perusahaan dan artian bersama yang membantu
mendefinikan perilaku normal bagi setiap orang yang bekerja di suatu perusahaan. (2011:40).
Budaya perusahaan adalah sebuah kebiasaan yang telah berlangsung lama dan dipakai
serta diterapkan dalam kehidupan aktivitas kerja sebagai salah satu pendorong untuk
meningkatkan kualitas kerja para karyawan dan manajer perusahaan.
Untuk mencapai sukses dalam bekerja individu yang bersangkutan perlu belajar
bagaimana perusahaan tersebut melakukan kegiatannya. Biasanya diberikan training untuk
merestrukturisasikan cara berpikir mereka diajarkan untuk berpikir dan bertindak seperti
yang dikehendaki perusahaan.
Budaya perusahaan memberikan ketegasan dan mencerminkan spesifikasi suatu
perusahaan sehingga berbeda dengan perusahaan lain. Budaya perusahaan melingkupi seluruh
pola perilaku anggota perusahaan dan menjadi pegangan bagi setiap individu dalam
berinteraksi, baik di dalam ruang lingkup internal maupun ketika berinteraksi dengan
lingkungan eksternal.
Budaya perusahaan biasanya dimulai dari tindakan dan nilai-nilai dari sang pemimpin
perusahaan yang dalam kenyataannya banyak pemimpin perusahaan itu adalah pemilik atau
pendiri perusahaan. Tindakan dan nilai-nilai tadi tanpa disadari oleh sang pemimpin diikuti
dan dilaksanakan oleh para pengikut yaitu pegawai-pegawai dan akhirnya membudaya
dengan sendirinya.
Budaya perusahaan merupakan nilai dan norma yang dianut bersama yang menjadi
dasar bertindak seorang individu dalam organisasi. Budaya perusahaan inilah yang
menyebabkan mengapa suatu strategi dapat diimplementasikan pada suatu perusahaan
sedangkan gagal pada perushaan yang lain.
Jadi dengan bahasa yang sederhana budaya perusahaan itu adalah penerapan nilai-nilai
yang telah menjadi kebiasaan yang baik dalam perusahaan misalnya bagaimana seorang
pelayan toko melayani pembeli dengan sebaik-baiknya (ramah, senyum, sapa, salam) di
bidang perbankan, bagaimana seorang front liner melayani nasabahnya dengan baik atau
bagaimana seorang analis kredit melakukan penilaian kredit yang akan diberikannya sesuai
prosedur dan masih banyak lagi.

Menurut Robbins (1996) memberi pengertian budaya organisasi antara lain sebagai :
 Nilai-nilai dominan yang didukung oleh organisasi.
 Falsafah yang menuntun kebijaksanaan organisasi terhadap pegawai dan pelanggan.
 Cara pekerjaan dilakukan di tempat itu.
 Asumsi dan kepercayaan dasar yang terdapat di antara anggota organisasi.

Dari sudut pandang karyawan, budaya memberi pedoman bagi karyawan akan segala sesuatu
yang penting untuk dilakukan. Sejumlah peran penting yang dimainkan oleh budaya
perusahaan adalah :
 Membantu pengembangan rasa memiliki jati diri bagi karyawan.
 Dipakai untuk mengembangkan keterkaitan pribadi dengan organisasi.
 Membantu stabilitas organisasi sebagai suatu sistem sosial.
 Menyajikan pedoman perilaku sebagai hasil dari norma perilaku yang sudah dibentuk.

Budaya organisasi yang terbentuk, dikembangkan, diperkuat atau bahkan diubah,


memerlukan praktik yang dapat membantu menyatukan nilai budaya anggota dengan nilai
budaya organisasi. Praktik tersebut dapat dilakukan melalui induksi atau sosialisasi, yaitu
melalui transformasi budaya organisasi. Sosialisasi organisasi merupakan serangkaian
aktivitas yang secara substantif berdampak kepada penyesuaian aktivitas individual dan
keberhasilan organisasi, antara lain komitmen, kepuasan dan kinerja. Beberapa langkah
sosialisasi yang dapat membantu dan mempertahankan budaya organisasi adalah melalui
seleksi calon karyawan, penempatan, pendalaman bidang pekerjaan, penilaian kinerja, dan
pemberian penghargaan, penanaman kesetiaan pada nilai-nilai luhur, perluasan cerita dan
berita, pengakuan kinerja dan promosi. Berbagai praktik di atas dapat memperkuat budaya
organisasi dan memastikan karyawan yang bekerja sesuai dengan budaya organisasi
memberikan imbalan sesuai dukungan yang dilakukan. Sosialisasi yang efektif akan
menghasilkan kepuasan kerja, komitmen organisasi, rasa percaya diri pada pekerjaan,
mengurangi tekanan serta kemungkinan keluar dari pekerjaan. Beberapa hal yang dapat
dilakukan organisasi untuk mempertahankan organisasi adalah menyusun asumsi dasar,
menyatakan dan memperkuat nilai yang diinginkan dan mensosialisasikan melaui contoh.

2.1.4 Teori-teori Budaya Perusahaan

Terdapat tiga asumsi yang mengarahkan pada teori budaya Perusahaan yaitu :

1. Angota-anggota organisasi menciptakan dan mempertahankan perasaan yang dimiliki


bersama mengenai realitas organisasi, yang berakibat pada pemahaman yang lebih baik
mengenai nilai-nilai sebuah organisasi.

Asumsi yang pertama berhubungan dengan pentingya orang di dalam kehidupan


organisasi. Secara khusus, individu saling berbagi dalam menciptakan dan mempertahankan
realitas. Individu-individu ini mencakup karyawan, supervisor, dan atasan. Pada inti dari
asumsi ini adalah yang dimiliki oleh organisasi. Nilai adalah standar dan prinsip-prinsip
dalam sebuah budaya nya yang memiliki nilai intrinsik dari sebuah budaya. Nilai
menunjukkan kepada anggota organisasi mengenai apa yang penting.
Orang berbagi dalam proses menemukan nilai-nilai perusahaan. Menjadi anggota dari
sebuah organisasi membutuhkan partisipasi aktif dalam organisasi tersebut. Makna dari
simbol-simbol tertentu misalnya, mengapa sebuah perusahaan terus melaksanakan wawancara
terhadap calon karyawan ketika terdapat sebuah rencana pemutusan hubungan kerja besar-
besaran dikomunikasikan baik oleh karyawan maupun oleh pihak manajemen. Makna
simbolik dari menerima karyawan baru ketika yang lainnya dipecat tidak akan dilewatkan
oleh pekerja yang cerdik; mengapa memberikan uang pada karyawan baru ketika yang lama
kehilangan pekerjan mereka? Karyawan memberikan kontribusi dalam pembentukan budaya
organisasi. Perilaku mereka sangatlah penting dalam menciptakan dan pada akhirnya
mempertahankan realitas organisasi.
2. Penggunaan dan intepretasi simbol sangat penting dalam budaya orgaisasi.

Realitas organisasi juga sebagiannya ditentukan oleh simbol-simbol, dan ini merupakan
asumsi kedua dari teori ini. Perspektif ini menggaris bawahi penggunaan simbol di dalam
organisasi. Simbol merupakan representasi untuk makna. Anggota-angota organisasi
menciptakan, menggunakan, dan mengintrepetasikan simbol setiap hari. Simbol-simbol ini
sangat penting bagi budaya perusahaan. Simbol-simbol mencakup komunikasi verbal dan
nonverbal di dalam organisasi. Seringkali, simbol-simbol ini mengkomunikasikan nilai-nilai
organisasi. Simbol dapat berupa slogan yang memiliki makna. Sejauh mana simbol-simbol ini
efektif bergantung tidak hanya pada media tetapi bagaimana karyawan perusahaan
mempraktikannya.

3. Budaya bervariasi dalam organisasi-organisasi yang berbeda, dan interpretasi tindakan


dalam budaya ini juga beragam.

Asumsi yang ketiga mengenai teori budaya organisasi berkaitan dengan keberagaman
budaya organisasi. Sederhana, budaya organisasi sangat bervariasi. Persepsi mengenai
tindakan dan aktivitas di dalam budaya-budaya ini juga seberagam budaya itu sendiri.
2.1.5 Dimensi Budaya Perusahaan

Terdapat banyak dimensi yang membedakan budaya. Dimensi ini mempengaruhi perilaku
yang dapat mengakibatkan kekeliruan pemahaman, ketidaksepakatan, atau bahkan konflik.
Konsep budaya pada awalnya berasal dari lapangan antropologi dan mendapat tempat pada
awal perkembangan ilmu perilaku organisasi. Dimensi-dimensi yang digunakan untuk
membedakan budaya.

Menurut Robbins (1996) ada tujuh karakteristik primer yang secara bersama-sama
menangkap hakikat budaya organisasi, yaitu:
1. Inovasi dan pengambilan resiko.
2. Perhatian ke hal yang rinci.
3. Orientasi hasil.
4. Orientasi Orang.
5. Orientasi Tim.
6. Keagresifan
7. Kemantapan

Menurut Luthan (1998) menyebutkan sejumlah karakteristik yang penting dari budaya
organisasi, yang meliputi:
1. Aturan-aturan perilaku Yaitu bahasa, terminologi, dan ritual yang biasa dipergunakan oleh
anggota organisasi.
2. Norma adalah standar perilaku yang menjadi petunjuk bagaimana melakukan sesuatu.
Lebih jauh di masyarakat kita kenal adanya norma agama, norma susila, norma sosial,
norma adat.
3. Nilai-nilai dominan adalah nilai utama yang diharapkan dari organisasi untuk dikerjakan
oleh para anggota, misalnya tingginya kualitas produk, rendahnya tingkat absensi,
tingginya produktivitas dan efisiensi, serta tingginya disiplin kerja.
4. Filosofi adalah kebijakan yang dipercaya organisasi tentang hal-hal yang disukai para
karyawan dan pelanggannya, seperti “Kepuasan Anda adalah harapan Kami”.
5. Peraturan-peraturan adalah aturan yang tegas dari organisasi. Pegawai baru harus
mempelajari peraturan ini agar keberadaannya dapat diterima dalam organisasi.
6. Iklim Organisasi adalah keseluruhan “perasaan” yang meliputi hal-hal fisik, bagaimana
para anggota berinteraksi dan bagaimana para anggota organisasi mengendalikan diri
dalam berhubungan dengan pelanggan atau pihak luar organisasi.

Menurut Hofsede (dalam Gibson, 1996) mengemukakan empat dimensi budaya, yaitu:
1. Penghindaran atas ketidakpastian adalah tingkat dimana anggota masyarakat merasa tidak
nyaman dengan ketidakpastian. Perasaan ini mengarahkan mereka untuk mempercayai
kepastian yang menjanjikan dan untuk memelihara lembaga- lembaga yang melindungi
penyesuaian.
2. Maskulin vs feminim yaitu, Maskulin adalah kecenderungan dalam masyarakat akan
prestasi, kepahlawanan, ketegasan, dan keberhasilan materiil. Sedangkan, Feminitas berarti
kecenderungan akan kesederhanaan, perhatian pada yang lemah, dan kualitas hidup.
3. Individu vs kebersamaan yaitu, Individu adalah kecenderungan dalam kerangka sosial
dimana individu dianjurkan untuk menjaga diri sendiri dan keluarganya. Kebersamaan
berarti kecenderungan dimana individu dapat mengharapkan kerabat, suku, atau kelompok
lainnya melindungi mereka sebagai ganti atas loyalitas mutlak yang mereka berikan.
4. Jarak kekuasaan adalah ukuran dimana anggota suatu masyarakat menerima bahwa
kekuasaan dalam lembaga atau organisasi tidak didistribusikan secara merata.

Selanjutnya budaya perusahaan dapat ditemukan dalam tiga tingkatan, yaitu:

1. Artefak

Pada tingkat ini budaya bersifat kasat mata tetapi seringkali tidak dapat diartikan, misalnya
lingkungan fisik organisasi, teknologi, dan cara berpakaian. Analisis pada tingkat ini cukup
rumit karena mudah diperoleh tetapi sulit ditafsirkan.

2. Nilai

Nilai memiliki tingkat kesadaran yang lebih tinggi daripada artefak. Nilai ini sulit diamati
secara langsung sehingga untuk menyimpulkannya seringkali diperlukan wawancara dengan
anggota organisasi yang mempunyai posisi kunci atau dengan menganalisis kandungan
artefak seperti dokumen.

3. Asumsi dasar

Merupakan bagian penting dari budaya organisasi. Pada tingkat ini budaya diterima begitu
saja, tidak kasat mata dan tidak disadari. Asumsi ini merupakan reaksi yang bermula dari
nilai-nilai yang didukung. Bila asumsi telah diterima maka kesadaran akan menjadi tersisih.
Dengan kata lain perbedaan antara asumsi dengan nilai artefak terletak pada apakah nilai-nilai
tersebut masih diperdebatkan dan diterima apa adanya atau tidak.

Tahap-tahap pembentukan atau pembangunan budaya organisasi dapat diidentifikasikan


sebagai berikut:

1) Seorang (biasanya pendiri) datang dengan ide atau gagasan tentang sebuah usaha baru.
2) Pendiri membawa orang-orang kunci yang merupakan para pemikir, dan menciptakan
kelompok inti yang mempunyai visi yang sama dengan pendiri.
3) Kelompok inti memulai serangkaian tindakan untuk menciptakan organisasi,
mengumpulkan dana, menentukan jenis dan tempat usaha dan lain-lain yang relevan.
4) Orang-orang lain dibawa ke dalam organisasi untuk berkarya bersama-sama dengan
pendiri dan kelompok inti, memulai sebuah sejarah bersama.

Pembianaan budaya perusahaan dapat dilakukan dengan serangkaian langkah sosialisasi


sebagai berikut:

1. Seleksi pegawai yang objektif.


2. Penempatan orang dalam pekerjaan sesuai dengan kemampuan dan bidangnya.
3. Perolehan dan peningkatan kemahiran melalui pengalaman.
4. Pengukuran prestasi dan pemberian imbalan yang sesuai.
5. Penghayatan akan nilai-nilai kerja atau hal lain yang penting.
6. Ceritera-ceritera dan faktor-faktor organisasi yang menumbuhkan semangat dan
kebanggan.
7. Pengakuan dan promosi bagi karyawan yang berprestasi.

2.1.6 Cara Etika Karyawan Mempelajari Budaya Perusahaan


Proses transformasi budaya oleh karyawan dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu :

A. Cerita-cerita

Cerita-cerita mengenai bagaimana kerasnya perjuangan pendiri organisasi di dalam


memulai usaha sehingga kemudian menjadi maju seperti sekarang merupakan hal yang baik
untuk disebarluaskan. Bagaimana sejarah pasang surut perusahaan dan bagaimana perusahaan
mengatasi kemelut dalam situasi tak menentu merupakan kisah yang dapat menodorong dan
memotivasi karyawan untuk bekerja keras jika mereka mau memahaminya.

B. Ritual / Upacara-upacara

Semua masyarakat memiliki corak ritual sendiri-sendiri. Di dalam perusahaan, tidak jarang
ditemui acara-acara ritual yang sudah mengakar dan menjadi bagian hidup perusahaan.

C. Simbol-simbol material

Simbol-simbol atau lambang-lambang material seperti pakaian seragam, ruang kantor dan
lain-lain, atribut fisik yang dapat diamati merupakan unsur penting budaya organisasi yang
harus diperhatikan sebab dengan simbol-simbol itulah dapat dengan cepat diidentifikasi
bagaimana nilai, keyakinan, norma, dan berbagai hal lain itu menjadi milik bersama dan
dipatuhi anggota organisasi.

D. Bahasa

Bahasa merupakan salah satu media terpenting di dalam mentransformasikan nilai. Dalam
suatu organisasi atau perusahaan, tiap bidang, divisi, strata atau semacamnya memiliki bahasa
atau jarigan yang khas, yang kadang-kadang hanya dipahami oleh kalangan itu sendiri. Hal ini
penting karena untuk dapat diterima di suatu lingkungan dan menjadi bagian dari lingkungan,
salah satu syaratnya adalah memahami bahasa yang berlaku di lingkungan itu. Dengan
demikian menjadi jelas bahwa bahasa merupakan unsur penting dalam budaya perusahaan.

2.1.7 Hubungan Etika Bisnis dengan Budaya Perusahaan

Etika pada dasarnya adalah standar atau moral yang menyangkut benar atau salah, baik
atau buruk. Dalam kerangka konsep etika bisnis terdapat berbagai pengertian tentang etika
perusahaan, etika kerja, dan etika perorangan, yang menyangkut hubungan-hubungan sosial
antar perusahaan, karyawan, dan lingkungannya. Etika perusahaan menyangkut hubungan
perusahaan dengan karyawan yang sebagai satu kesatuan dengan lingkungannya. Etika kerja
berkaitan dengan antara perusahaan dengan karyawannya, dan etika perorangan mengukur
hubungan masyarakat.
Pelaku yang telah berkembang dalam perusahaan menimbulkan situasi saling percaya
antara perusahaan dan stakeholder, yang memungkinkan perusahaan meningkatkan
keuntungan jangka panjang. Perilaku akan mencegah pelanggan, pegawai, dan pemasok
bertindak oportunis, serta timbulnya saling percaya. Budaya perusahaan memberikan
kontribusi yang signifikan terhadap pembentukan perilaku etis, karena budaya perusahaan
merupakan seperangkat nilai dan norma yang membimbing tindakan karyawan. Budaya dapat
mendorong terciptanya perilaku yang etis, dan sebaliknya dapat pula mendorong perilaku
yang tidak etis. Kebijakan perusahaan untuk memberikan perhatian yang serius pada etika
perusahaan dan memberikan citra bahwa manajemen mendukung perilaku etis dalam
perusahaan.
Kebijakan perusahaan biasanya secara formal didokumentasikan dalam bentuk Kode Etik
(Code of Conduct). Ditengah iklim keterebukaan dan globalisasi yang membawa keragaman
budaya, kode etik memiliki peranan yang sangat penting sebagai penahan dalam interaksi
intensif beragam ras, pemikiran, pendidikan, dan agama. Sebagai persamaian untuk
menumbuhkan perilaku etis, perlu dibentuk iklim etika dalam perusahaan. Iklim etika tersebut
tercipta, jika dalam suatu perusahaan terdapat kumpulan pengertian tentang perilaku apa yang
dianggap benar dan tersedia mekanisme yang memungkinkan permasalahan mengenai etika
dapat diatasi.

Terdapat tiga faktor utama yang memungkinkan terciptanya iklim etika dalam perusahaan
yaitu :
1. Terciptanya budaya perusahaan secara baik.
2. Terbangunnya suatu kondisi organisasi berdasarkan saling percaya.
3. Terbentuknya manajemen hubungan antar pegawai.

Iklim etika dalam perusahaan dipengaruhi oleh adanya interaksi beberapa faktor, yaitu :
1. Faktor kepentingan sendiri.
2. Faktor keuntungan perusahaan.
3. Faktor pelaksanaan efisiensi.
4. Faktor kepentingan kelompok.

Penciptaan iklim etika mutlak diperlukan, meskipun memerlukan waktu, biaya, dan
ketekunan manajemen.
2.1.8 Fungsi Budaya Perusahaan

Fungsi budaya perusaan secara umum :

1. Budaya memberikan nuansa identitas bagi karyawan.

2. Budaya membantu menimbulkan komitmen karyawan terhadap sesuatu yang


lebih besar dari pada diri mereka sendiri.

3. Budaya menambah stabilitas prusahaan sebagai suatu sistem sosial.

4. Budaya adalah kerangka referensi bagi karyawan agar digunakan untuk


menerima berbagai kegiatan organisasional adn juga sebagai pedoman bagi
prilaku yang tepat.
2.1.9 Keuntungan Memiliki Budaya Perusahaan Yang Kuat

1. Budaya perusahaan sangat menentukan etika kerja. Caranya banbyak


perusahaan memberi hadiah kepada karyawawn yang tidak pernah terlambat
sampai setahun penuh hari kerja. Dari budaya ini munculallah perilaku dan
mental sikap disiplin.

2. Budaya perusahaan memeberi arah pengembangan bisnis. Adanya evaluasi


terhadap visi, misi, struktur, maka budaya perusahaan mendukung terhadap
kejelasan arah pengembangan bisnis.

3. Budaya perusahaan mamapu meningkatkan produktivitas dan kreativiitas.


Budaya yang dinamis, kreatif, memberikan jaminan tumbuhnya kreativiitas
pada saemua level, maka para pegawainya tidak akan terjebak dalam aktivitas
rutin.

2.1.10 Pengaruh Etika Terhadap Budaya

Jika etika menjadi nilai dan keyakinan yang terinternalisasi dalam budaya
perusahaan maka hal tersebut berpotensi menjadi dasar kekuatan perusahaan yang pada
gilirannya berpotensi menjadi sarana peningkatan kinerja

Kemampuan seorang profesional untuk dapat mengerti dan peka akan adanya
masalah etika dalam profesinya sangat dipengaruhi oleh lingkungan, budaya, atau
masyarakat dimana profesi itu berada, lingkungan profesi, lingkungan organisasi atau
tempat ia bekerja, serta pengalaman pribadinya. Budaya perusahaan memberikan
kontribusi yang signifikan terhadap prilaku etis. Perusahaan akan menjadi lebih baik
jika mereka membudayakan etika dalam lingkungan perusahaanya.
Etika mempunyai nilai kebenaran yang harus selalu disesuaikan dengan kebudayaan
karena sifatnya tidak absolut dan mempunyai standar moral yang berbeda-beda tergantung
budaya yang berlaku dimana kita tinggal dan kehidupan social apa yang kita jalani.
Baik atau buruknya suatu perbuatan itu tergantung budaya yang berlaku. Prinsip moral
sebaiknya disesuaikan dengan norma-norma yang berlaku, sehingga suatu hal dikatakan baik
apabila sesuai dengan budaya yang berlaku di lingkungan sosial tersebut. Budaya
menuntut individu untuk berprilaku dan memberi petunjuk pada mereka mengenai apa saja
yang harus diikuti dan dipelajari.

2.1.11 Kendala Dalam Mewujudkan Kinerja Bisnis Yang Etis


1. Mentalitas terutama Top Management yang secara moral rendah, sehingga berdampak
pada seluruh kinerja bisnis. Perilaku perusahaan yang etis biasanya banyak bergantung
pada kinerja top management, karena kepatuhan pada aturan itu berjenjang dari mulai atas
ke tingkat bawah
2. Faktor budaya masyrakat yang cenderung memandang pekerjaan bisnis sebagai profesi
yang penuh tipu muslihat dan keserakaha. Hal tersebut memeperlihatkan bahwa
masyarakat kita memiliki presepsi yang keliru tentang profesi bisnis.
3. Faktor sistem politik dan sistem kekuasaan yang diterapkan oleh penguasa sehingga
menciptakan sistem ekonomi yang jauh dari nilai-nilai moral. Hal ini dapat terlihat dalam
bentuk KKN.
Disini dapat juga kita lihat bahwa bagaimanapun budaya perusahaan akan mempengaruhi
perilaku etis perorangan dalam perusahaan tersebut untuk bertindak etis.

Anda mungkin juga menyukai