Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH ETIKA BISNIS DENGAN PROFESI

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah : Etika Bisnis


Dosen Pengampu : Ibu Nelia Feriani Siregar, SS.,M.PD

Disusun Oleh :
Anirih 120020397
3K MANAJEMEN

PROGRAM STUDY MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
CIREBON
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesempatan penulis untuk
menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Makalah Etika Bisnis Dan Profesi” dengan tepat waktu. Adapun tujuan penulisan
makalah ini guna memenuhi tugas Dosen Pengampu : Ibu Nelia Fariani Siregar, SS.,M.PD, pada
program studi Manajemen dosen pengampu mata kuliah Etika Bisnis di Universitas Swadaya
Gunung Jati. Selain itu, penulis juga berharap supaya makalah ini bisa menambah wawasan
bagi pembaca perihal Etika pada bisnis dan Profesi serta dapat bermanfaat bagi pembaca
dikemudian nanti.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Nelia Fariani Siregar,
SS.,M.PD, selaku dosen mata kuliah Etika Bisnis pada tugas yang telah diberikan ini dapat
menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang penulis tekuni. Penulis menyadari,
bahwa makalah yang penulis susun ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis
menerima kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Cirebon, Januari 2023

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Bisnis adalah suatu profesi dan para pelaku bisnis dituntut untuk bekerja secara
professional, karena peranan bisnis saat ini dan di masa mendatang akan semakin
penting. Pada dasarnya aktivitas bisnis memengaruhi masyarakat dan perekonomian
suatu negara secara langsung. Aktivitas bisnis menentukan pertumbuhan investasi dan
produksi yang pada gilirannya menciptakan dan memperluas lapangan pekerjaan,
pendapatan masyarakat, pedapatan negara melalui pajak, bea masuk, dan cukai.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan bahwa profesi adalah
bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan, kejujuran, dan
sebagainya) tertentu. Sedangkan professional : (a) bersangkutan dengan profesi, (b)
memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya, (c) mengharuskan adanya
pembayaran untuk melakukannya (lawan amatir). Dan profesionalisme merupakan ciri
suatu profesi atau orang yang professional.
Dapat diketahui bahwa dalam bisnis juga dapat diartikan sebagai suatu lembaga
atau wadah di mana di dalamnya berkumpul banyak orang dari berbagai latar belakang
pendidikan dan keahlian untuk bekerja sama dalam menjalankan aktivitas produksi dalam
rangka memberikan manfaat ekonomi (pendapatan/kentungan) bagi semua pelaku bisnis
yang berkepentingan (stakeholder).
Prinsip etika bisnis sendiri menurut Caux Round Table (dalam Alois A.
Nugroho,2001) ini merupakan suatu kombinasi yang dilandasi secara bersama oleh
konsep etika jepang kyosei yang sifatnya lebih menekankan pada penghormatan terhadap
martabat dan nilai-nilai individu (human dignity). Sedangkan prinsip etika bisnis menurut
Lawrence, Weber, dan Post (2005) : Prinsip etis merupakan tuntunan bagi perilaku moral.
Contoh prisip etika antara lain : kejujuran (honesty), pegang janji (keeping promises),
membantu orang lain (helping others), serta menghormati hak-hak orang lain (the rights
of others).
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud etika bisnis dan profesi ?
2. Apa saja prinsip-prinsip etika bisnis dan profesi ?
3. Bagaimana hubungan etika bisnis dalam profesi ?
4. Apa saja kode etik profesi yang ada didalam etika bisnis dan profesi ?
5. Contoh kasus apa yang terdapat pada etika bisnis dan profesi ?

1.3 TUJUAN

1. Untuk memberikan pemahaman mengenai etika bisnis dan profesi.


2. Untuk mengetahui apa saja prinsip-prinsip yang ada didalam etika bisnis dan profesi.
3. Untuk memberikan pemahaman keterkaitan antara etika bisnis dan profesi.
4. Untuk mengetahui apa saja kode etik profesi yang terdapat pada etika bisnis dan profesi.
5. Untuk mengetahui kasus apa saja yang terdapat pada etika bisnis dan profesi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Etika Bisnis dengan Profesi
A. Pengertian Etika Bisnis
Etika berasal dari kata Yunani ethos, yang pada bentuk jamaknya (ta etha) berarti
norma adat atau kebiasaan. dalam pengertian ini etika berkaitan dengan moral. Moral
berasal dari istilah Latin: mos (bentuk tunggal), atau mores (bentuk jamak) yag berarti
kebiasaan, tabiat, watak,akhlak, cara hidup. kebiasaan hidup yg baik, baik pada diri
seorang maupun masyarakat atau kelompok masyarakat. Ini berarti etika berkaitan
dengan nilai-nilai, tata cara hidup yang baik, aturan hidup yang baik, serta segala
kebiasaan yang dianut dan diwariskan dari satu orang ke orang lain atau dari satu
generasi ke generasi yang lain.
Etika secara etimologis dapat diartikan sebagai ilmu tentang apa yang biasa
dilakukan, atau ilmu tentang adat kebiasaan yang berkenan dengan hidup yang baik dan
yang buruk. (Kanter, 2001). Kata lain dari etika yaitu susila. Su merupakan baik, serta
sila merupakan kebiasaan atau tingkah laku seseorang. Jadi, susila berarti kebiasaan atau
tingkah laku perbuatan manusia yang baik. Etika menjadi ilmu diklaim tata susila, untuk
menyelidiki tata nilai perihal baik serta buruknya suatu perbuatan, apa yang wajib
dikerjakan atau dihindari tercipta korelasi yg baik diantara sesame individu (Suhardana,
2006).
Etika bisnis adalah keseluruhan dari aturan-aturan etika, baik yang tertulis
maupun yan tidak tertulis, yang mengatu hak-hak dan kewajiban produsen dan konsumen
serta etika yang harus dipraktekkan dalam bisnis.
Etika bisnis menurut para ahli :
1. Hill dan Jones : bahwa etika bisnis merupakan suatu ajaran untuk membedakan antara
benar dan salah. Etika bisnis juga memberikan pembekalan kepada setiap pemimpin
perusahaan ketika harus mempertimbangkan untuk mengambil keputusan strategi
yang terkait dengan masalah moral yang kompleks.
2. Menurut Muslich : bahwa etika bisnis adalah suatu pengetahuan tentang tata cara
ideal pengaturan dan pengelolaan bisnis yang berfokus pada norma-norma/istiadat
tata cara serta moralitas yang berlaku secara umum.

B. Pengertian Profesi

Profesi merupakan kata serapan dari bahasa Belanda yaitu professie dan dalam
bahasa Yunani dari kata Epangelia yang artinya janji untuk memenuhi kewajiban
melaksanakan suatu tugas khusus dengan tetap atau secara permanen. Selain itu profesi
juga dapat diartikan sebagai bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian
(keterampilan, kejuruan, dan sebagainya. Sedangkan professional sesuatu yang
bersangkutan dengan profesi, memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya
serta mengharuskan adanya pembayaran untuk melakukannya.
Adapun terdapat beberapa definisi menurut pada ahli :
1. Menurut Hidaya Nur Wahid dalam Economics, Business, Accounting Review, edisi
II/ April 2006: Profesi adalah sebuah pilihan yang sadar dilakukan oleh seseorang,
sebuah
pekerjaan yang secara khusus dipilih, dilakukan dengan konsisten, kontinu ditekuni,
sehingga orang bisa menyebut kalau dia memang berprofesi dibidang tersebut.
Sedangkan profesionalisme yang memayungi profesi tersebut adalah semangat,
paradigma, spirit, tingkah laku, ideologi, pemikiran, gairah untuk terus menerus
secara dewasa (mature), secara intelek meningkatkan kalitas profesi mereka.
2. Menurut Kanter (2001)
Profesi adalah pekerjaan dari kelompok terbatas orang-orang yang memiliki keahlian
khusus yang diperolehnya melalui training atau pengalaman lainnya, serta bisa saja
diperoleh melalui keduanya. Sehingga penyandang profesi dapat membimbing atau
memberi nasehat/saran dan juga melayani orang lain dalam bidangnya sendiri.
3. Menurut Sonny Keraf (1998)
Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai nafkah hidup dengan mengandalkan
keahlian serta keterampilan yang tinggi dan dengan melibatkan komitmen pribadi
(moral) yang mendalam. Dengan demikian, orang yang professional adalah orang
yang menekuni pekerjaannya dengan purna-waktu, dan hidup dari pekerjaan itu
dengan mengandalkan keahlian dn keterampilan yang tinggi serta punya komitmen
pribadi yang mendalam atas pekerjaannya itu.

4. Menurut Brooks (2004)


Profesi adalah suatu kombinasi fitur, kewajiban dan hak yang kesemuanya dibingkai
dalam seperangkat nilai-nilai professional yang umum dan nilai-nilai yang
menentukan bagaimana keputusan dibuat dan bagaimana tindakan dilaksanakannya.
5. Menurut Prof. Dr. Widjojo Nitisastro (dalam Hans Kartikahadi: Jurnal Economics,
Business, Accounting review, edisi II/ April 2006) sebagai berikut: “Seorang
profesinal akan selalu mempersoalkan (concern) apakah karyanya sesuai dengan
kaidah yang berlaku.” Dari definisi yang diberikan oleh Widjojo Nitisastro, dapat
dipetik intisari dari pengertian profesi adalah sebagai berikut :
1. Karyanya berarti hasil karya (hasil pekerjaan) dari seorang professional.
2. Kaidah berarti pedoman, aturan, norma, asas. Dalam kaitannya dengan profesi,
diperlukan minimal tiga unsur kaidah, yaitu: kaidah pengetahuan (keilmuan),
kaidah keterampilan (teknis), dan kaidah tingkah laku (seiring disebut kode etik).

Dengan menyimak berbagai definisi tersebut, dapat diketahui bahwa definisi


yang diberikan mulai dari yang sangat luas sampai ke definisi yang khusus dan terbatas.

a. Definisi yang sangat luas, di mana profesi disamakan dengan “pekerjaan” diberikan
oleh Hidayat Nur Wahid.
b. Definisi lebih sempit di mana profesi adalah “pekerjaan yang ditandai oleh
pendidikan dan keterampilan khusus” diwakili oleh pemikiran Kanter dan Kamus
Besar Bahasa Indonesia.
c. Definisi yang lebih luas lagi di mana profesi ditandai oleh tiga unsur yaitu pentin-
pekerjaan, pendidikan atau keterampilan khusus, dan adanya komitmen moral/nilai-
nilai etis diberikan oleh Widjojo Nitisastro, Sonny Keraf, dan Brooks.
2.2 Prinsip-Prinsip Etika Bisnis dan Profesi

John Naisbit dalam bukunya, Global paradox (1995), telah meramalkan bahwa
pada abad ke-21 akan ada aturan-aturan baru yang menyangkut perilaku (etis) universal
dalam praktik bisnis. Ia bahkan dengan yakin mengatakan bahwa kinerja ekonomi (berupa
keuntungan) dan kinerja etis bukanlah dua kutub yang bertentangan dari suatu kontinum,
melainkan kinerja etis justru akan menjadi factor strategis dalam menentukan kinerja
ekonomis. Prinsip dalam hal ini dapat diartikan sebagai asas atas dasar untuk berpikir dan
bertindak.

Prinsip-prinsip etika bisnis dan profesi menurut para ahli :

1. Prinsip-prinsip etika bisnis menurut Caux Round Table (dalam Alois A. Nugroho,2001).
Prediksi John Naisbitt akan adanya standar perilaku etis dunia yang unversal makin
mendekati kebenaran dengan munculnya prinsip etika internasional pertama dalam
bidang bisnis yang dihasilkan dalam pertemuan para eksekutif puncak bisnis dari
Amerika, Eropa, dan Jepang pada bulan Juli 1994. Pertemuan itu dikenal dengan Caux
Round Table. Bisa dipahami bahwa prinsip- prinsip etika bisnis menurut Caux Round
Table ini merupakan suatu kombinasi yang dilandasi secara bersama oleh konsep etika
Jepang kyosei yang sifatnya lebih menekankan kebersamaan (communitarian) dan
konsep etika Barat yang lebih menekankan pada penghormatan terhadap martabat/nilai-
nilai individu (human dignity).
Prinsip-prinsip etika bisnis menurut Caux Round Table adalah:
a. Tanggung jawab bisnis: dari shareholders ke stakeholders.
b. Dampak Ekonomis dan Sosial dari Bisnis: menuju inovasi, keadilan dan komunitas
dunia.
c. Perilaku Bisnis: dari hukum yang tersurat ke semangat saling percaya.
d. Sikap menghormati aturan.
e. Dukungan bagi perdagangan multilateral.
f. Sikap hormat bagi lingkungan alam.
g. Menghindari operasi-operasi yang tidak etis.

Penjelasan :
 Prinsip pertama menyiratkan bahwa perlu ada perubahan paradigma tentang tujuan
perusahaan dan fungsi eksekutif perusahaan dilihat dari teori keagenan (agency theory).
Tujuan perusahaan menurut prinsip ini adalah menghasilkan barang dan jasa untuk
menciptakan kemakmuran bagi masyarakat secara luas (stakeholders), bukan hanya
terbatas untuk kepentingan shareholders-para pemegang saham (pemilik perusahaan).
Dengan demikian, para eksekutif puncak perusahaan menurut paradigma baru adalah
mewakili dan memperhatikan kepentingan semua pemangku kepentingan (stakeholders).
Menurut teori keagenan (paradigma lama), para eksekutif puncak perusahaan diangkat
oleh para pemegang saham sehingga maka para eksekutif ini hanya bekerja untuk
kepentingan para pemegang saham saja. Jadi, orientasinya adalah menciptakan
keuntungan dan kekayaan bagi para pemegang saham.
 Prinsip kedua menyiratkan bahwa kegiatan bisnis tidak semata mencari keuntungan
ekonomis, tetapi juga mempunyai dimensi sosial dan perlunya menegakkan keadilan
dalam setiap praktik bisnis mereka. Di samping itu, prinsip ini juga menyiratkan bahwa
kegiatan bisnis ke depan harus selalu didasarkan atas inovasi dan keadilan. Semua pihak
harus menciptakan suatu iklim dan kesadaran agar aktivitas bisnis dapat bebas bergerak
secara global melampaui batas-batas suatu negara menuju satu kesatuan masyarakat
ekonomi dunia.
 Prinsip ketiga menekankan pentingnya membangun sikap kebersamaan dan sikap saling
percaya. Sikap ini hanya dapat dikembangkan bila para pelaku bisnis mempunyai
integritas dan kepedulian sosial.
 Prinsip keempat menyiratkan perlunya dikembangkan perangkat hukum dan aturan yang
berlaku secara multilateral dan diharapkan semua pihak dapat tunduk dan menghormati
hukum/aturan multilateral tersebut.
 Prinsip kelima merupakan prinsip yang memperkuat prinsip kedua agar semua pihak
mendukung perdagangan global dalam mewujudkan satu kesatuan ekonomi dunia.
 Prinsip keenam meminta kesadaran semua pelaku bisnis akan pentingnya bersama-sama
menjaga lingkungan bumi dan alam dari berbagai tindakan yang dapat memboroskan
sumber daya alam atau mencemarkan dan merusak lingkungan hidup.
 Prinsip ketujuh semua pelaku bisnis untuk mencegah tindakan-tindakan tidak etis,
seperti: penyuapan, pencucian uang, korupsi, dan praktik-praktik tidak etis lainnya.
2. Prinsip etika bisnis menurut Sonny Keraf (1998).
Setidaknya ada lima prinsip etika bisnis yang dapat dijadikan titik tolak pedoman
perilaku dalam menjalankan praktik bisnis, yaitu:
a. Prinsip Otonomi
b. Prinsip Kejujuran
c. Prinsip Keadilan
d. Prinsip Saling Menguntungkan
e. Prinsip Integritas Moral
 Prinsip otonomi menunjukkan sikap kemandirian, kebebasan, dan tanggung jawab. Orang
yang mandiri berarti orang yang dapat mengambil suatu keputusan dan melaksanakan
tindakan berdasarkan kemampuan sendiri sesuai dengan apa yang diyakininya, bebas dari
tekanan, hasutan, atau ketergantungan kepada pihak lain. Oleh karena itu, syarat mutlak
yang harus diciptakan untuk membentuk sikap mandiri adalah mengembangkan suasana
kebebasan dalam berpikir dan bertindak. Namun harus disadari bahwa kebebasan dalam
hal ini harus disertai dengan kesadaran akan pentingnya memupuk rasa tanggung jawab.
Kebebasan tanpa rasa tanggung jawab akan memunculkan manusia pengecut dan
munafik, sedangkan kebebasan disertai tanggung jawab akan menumbuhkan "sikap
kesatria", yaitu sikap berani bertindak dan mengatakan hal yang benar sekaligus berani
dan berjiwa besar mengakui suatu kesalahan, serta berani menanggung konsekuensinya.
 Prinsip kejujuran menanamkan sikap bahwa apa yang dipikirkan adalah yang dikatakan,
dan apa yang dikatakan adalah yang dikerjakan. Prinsip ini juga menyiratkan kepatuhan
dalam melaksanakan berbagai komitmen, kontrak, dan perjanjian yang telah disepakati.
Prinsip kejujuran menjadi prasyarat untuk membangun jaringan bisnis dan kerja tim yang
dilandasi oleh rasa saling percaya dengan semua mitra usaha dan mitra kerja.
 Prinsip keadilan menanamkan sikap untuk memperlakukan semua pihak secara adil (fair),
yaitu suatu sikap yang tidak membeda-bedakan dari berbagai aspek, baik dari aspek
ekonomi (menyangkut distribusi pendapatan), aspek hukum (dalam hal perlakuan yang
sama di mata hukum), maupun aspek lainnya-seperti: agama, ras, suku, dan jenis
kelamin-untuk memperoleh kesempatan yang sama dalam hal perekrutan karyawan,
promosi jabatan, pemilihan mitra usaha, dan sebagainya.
 Prinsip saling menguntungkan menanamkan kesadaran bahwa dalam berbisnis perlu
ditanamkan prinsip win-win solution, artinya dalam setiap keputusan dan tindakan bisnis
harus diusahakan agar semua pihak merasa diuntungkan. Prinsip ini melandasi lahirnya
konsep stakeholders dalam proses keputusan dan tindakan bisnis sebagaimana telah
dijelaskan pada bab sebelumnya.
 Prinsip integritas moral adalah prinsip untuk tidak merugikan orang lain dalam segala
keputusan dan tindakan bisnis yang diambil. Prinsip ini dilandasi oleh kesadaran bahwa
setiap orang harus dihormati harkat dan martabatnya. Inti dari prinsip integritas moral ini
adalah apa yang disebut sebagai the golden rule atau kaidah emas, yaitu: "Perlakukan
orang lain sebagaimana Anda ingin diperlakukan dan jangan dilakukan pada orang lain
apa yang Anda tidak ingin orang lain perlakukan kepada Anda."
2.3 Bisnis Sebagai Profesi
Pengertian profesi dalam arti yang luas di mana profesi diartikan sebagai “pekerjaan
penunjan nafkah hidup”, maka sudah sangat jelas bahwa semua aktivitas bisnis dapat dianggap
sebagai profesi. Sebagaimana diketahui bahwa bisnis dapat diartikan sebagai suatu lembaga
atau wadah di mana di dalamnya berkumpul banyak orang dari berbagai latar belakang
pendidikan dan keahlian untuk bekerjasama dalam menjalankan aktivitas produktif dalam
rangka memberikan manfaat ekonomi (pendapatan/keuntungan) bagi semua pelaku bisnis yang
berkepentingan (stakeholder). Namun ada lagi pengertian profesi dalam arti yang lebih
terbatas/khusus, maka akan muncul perdebatan apakah bisnis dapat dianggap sebagai profesi
atau tidak. Dalam konteks ini diperlukan minimal tiga kaidah agar suatu pekerjaan dapat
disebut sebagai profesi, yaitu : pengertian/ilmu, keterampilan, dan komitmen moral (etika).
Meskipun masih banyak yang mendukung pandangan bisnis amoral, namun diyakini
bahwa pandangan bisnis amoral akan makin ditinggalkan karena para pelaku bisnis saat ini dan
di masa mendatang makin banyak yang menyadari bahwa dalam berbisnis pun diperlukan
komitmen moral yang tinggi. Fakta-fakta yang makin banyak terungkap, membuktikan bahwa
suatu lembaga bisnis yang mengabaikan moralitas, serakah, merugikan masyarakat luas, dan
merusak lingkungan alam banyak yang gulung tikar atau mendapat penolakan dan perlawanan
keras dari masyarakat. Banyak perusahaan dan bank di Indonesia yang berguguran pada krisis
moneter yang terjadi menjelang akhir abad ke-20, dan ternyata yang berguguran adalah
perusahaan-perusahaan dan bank-bank yang pengelolaannya sarat dengan korupsi, kolusi, dan
nepotisme (KKN). Perusahaan-perusahaan multinasional dan konsultan-konsultan besar di
Amerika Serikat (AS), seperti Enron, WorldCom, Arthur Anderson, dan banyak lagi
perusahaan besar lainnya yang dipimpin oleh eksekutif puncak yang serakah dan menerapkan
praktik bisnis amoral mendadak tumbang hampir secara bersamaan.
Disadari atau tidak, aktivitas bisnis di samping memberikan dampak positif bagi
masyarakat berupa penciptaan lapangan kerja dan sumber penghasilan bagi banyak pemangku
kepentingan (stakeholders), juga dapat membawa dampak negatif. Dampak negatif tersebut,
antara lain: meluasnya pencemaran lingkungan, meningkatnya penyalahgunaan wewenang,
korupsi, dan kejahatan kerah putih yang dilakukan oleh para eksekutif yang dapat membawa
kebangkrutan perusahaan. Hal tersebut tidak saja merugikan karyawan, tetapi juga para
pemangku kepentingan (stakeholders) lain, seperti: pemegang saham, pemerintah, bursa
saham, dan kreditur. Bahkan, hal itu juga dapat mengancam pertumbuhan ekonomi suatu
negara.
Masyarakat global dan pemerintah semua negara saat ini akan semakin sadar dan makin
kritis terhadap perilaku bisnis dalam menjaga kelestarian alam dan lingkungan hidup. Mereka
juga akan makin meningkatkan kesadarannya dalam menjalankan tanggung jawab sosial
(corporate social responsibility) serta dalam menjalankan praktik bisnis berlandaskan "tata
kelola yang baik (good corporate governance)". Oleh karena itu, makin banyak orang
sependapat bahwa bisnis adalah suatu profesi dan hampir semua jabatan/fungsi/pekerjaan yang
ada di dalam organisasi bisnis sebenarnya profesi dan tidak lagi dipandang hanya sebatas
"pekerjaan". Jabatan eksekutif seperti manajer pemasaran, manajer sumber daya manusia
(SDM), manajer produksi, dan manajer keuangan mungkin dulu hanya dianggap sebagai
pekerjaan biasa. Akan tetapi, hampir semua jabatan sekarang ini adalah profesi sehingga
jabatan-jabatan tersebut harus diisi oleh orang-orang profesional.
Yang membedakan pekerjaan biasa dengan profesi adalah pada "dampak" dari pekerjaan
biasa dan profesi tersebut pada masyarakat. Pekerjaan biasa mempunyai dampak terbatas pada
masyarakat, sedangkan profesi berdampak luas pada masyarakat. Oleh karena profesi
mempunyai dampak luas kepada maka orang yang menggeluti profesi tersebut dituntut untuk
mempunyai kualifikasi ilmu dan keterampilan yang tinggi serta komitmen moral yang sangat
ketat. Sementara itu, orang yang hanya menjalankan pekerjaan biasa tidak dituntut untuk
memiliki ilmu dan keterampilan yang tinggi serta tidak (atau hanya sedikit) memerlukan
komitmen moral. Contoh pekerjaan biasa antara lain yang dilaksanakan oleh petugas fotokopi,
office boy, tukang kayu, tukang parkir, dan sebagainya. Kelalaian tugas yang dilakukan oleh
petugas-petugas ini tidak sampai memengaruhi perusahaan dan masyarakat secara keseluruhan,
sedangkan kesalahan atau kelalaian yang dilakukan oleh para eksekutif perusahaan bisa
menyebabkan kebangkrutan perusahaan sehingga bisa berdampak luas pada masyarakat.
Keteledoran para eksekutif dalam pengelolaan bank dan perusahaan di Indonesia bukan saja
banyak karyawan yang di-PHK, tetapi juga berakibat pada keterpurukan perekonomian
menjelang akhir abad ke-20 telah menyebabkan banyak bank dan perusahaan berguguran
sehingga bukan saja banyak karyawan yang di PHK, tetapi juga berakibat pada keterpurukan
perekonomian Indonesia.
Bisnis dapat dianggap sebagai profesi karena telah sesuai dengan definisi dan ciri-ciri
suatu profesi, yaitu:
a. Profesi adalah pekerjaan dan di dalam bisnis terdapat banyak jenis pekerjaan.
b. Sebagian besar jenis pekerjaan di dalam perusahaan terutama yang dilaksanakan oleh
jajaran manajemen menurut pengetahuan dan keterampilan tinggi, baik melalui
pendidikan formal maupun melalui berbagai jenis pelatihan dan pengalaman.
c. Profesi menuntut penerapan kaidah moral/etika yang sangat ketat. Begitu pula di dalam
bisnis, saat ini telah disadari bahwa semua pelaku bisnis khususnya para
eksekutif/manajemen juga harus dituntut mempunyai tingkat kesadaran/kaidah moral
yang tinggi.
d. Tuntutan kaidah moral yang tinggi menjadi keharusan dalam bisnis karena pengalaman
membuktikan bahwa perilaku para pelaku bisnis menentukan kinerja perusahaan yang
akan berpengaruh besar bagi kehidpan ekonomi masyarakat dan negara baik secara
positif (misalnya perluasan lapangan pekerjaan, penigkatan pendapatan masyarakat, dan
sebagainya) maupun secara negatife (terjadinya kasus penyelewengan/manipulasi yang
mengakibatkan PHK, pengangguran, penurunan pendapatan masyarakat dan negara, dan
sebagainya.
2.4 Kode Etik Profesi dalam Etika Bisnis dan Profesi

Anda mungkin juga menyukai