Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

Disusun untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah : Kewirausahaan
Dosen Pengampu : Rini Safitri,SE.,M.M.

Oleh :

Rodyah Awallul Rohmah 200503110100

Hellen Monica Ghaby Ayu Saputra 200503110123

Muhammad Hilmi Maulana 200503110135

KELAS D

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul …… ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah Kewirausahaan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
etika kewirausahaan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Rini Safitri,SE.,M.M. selaku dosen mata
kuliah kewirausahaan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah
ini.

Wassalamu’alaikum wr.wb

Malang, Februari 2022

Kelompok 7
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seperti yang kita ketahui, etika merupakan suatu hal yang sangat penting dalam
kehidupan kita. Dikarenakan hal ini dapat menunjang kehidupan yang lebih baik. Seseorang
dapat dikatakan baik apabila seseorang tersebut memiliki etika atau perilaku yang baik pula.
Namun sangat disayangkan, pada masa sekarang ini etika dan perilaku baik tidak diterapkan
oleh sebagian orang, apalagi di era digitalisasi saat ini masih banyak yang menganggap
bahwa etika itu merupakan hal dasar yang tidak perlu dipelajari lebih dalam. Pasalnya
mereka sudah terpengaruh oleh efek negatif dari globalisasi. Oleh karena itu, kita sangat
perlu untuk mempelajari dan menerapkan etika yang baik dalam keseharian kita.

Bagi para pebisnis, etika sangat perlu diterapkan terhadap bisnis yang sedang dijalankan.
Mengapa demikian? karena dalam dunia bisnis seorang pebisnis atau wirausahawan tidak
dapat mengerjakan pekerjaannya sendiri, melainkan juga memerlukan bantuan dari para
wirausahawan lain maupun karyawan. Maka dari itu, seorang pebisnis perlu untuk memiliki
etika dan perilaku yang baik agar dapat memperoleh simpati dari orang lain sehingga hal ini
dapat membangun citra yang baik bagi seorang pebisnis itu sendiri maupun bagi perusahaan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari etika?
2. Apa pengertian dari entrepreneurship?
3. Apa itu etika entrepreneurship/bisnis?
4. Apa tujuan dan manfaat etika entrepeneurship?
5. Prinsip apa saja yang digunakan dalam etika entrepeneurship?
6. Bagaimana cara mempertahankan standar etika bisnis/entrepreneneurship?
7. Apa saja contoh dari etika entrepeneurship?
8. Adakah masalah Etika dan contoh Pelanggaran etika dalam perusahaan?
C. Tujuan Pembahasan
1. Mendeskripsikan pengertian etika.
2. Mendeskripsikan pengertian entrepreneurship.
3. Mendeskripsikan pengertian etika entrepreneurship/Bisnis.
4. Menjelaskan tujuan dan manfaat etika entrepeneurship.
5. Menjelaskan prinsip etika entrepreneurship.
6. Menjelaskan cara mempertahankan standar etika bisnis/entrepreneurship.
7. Memberikan contoh etika entrepeneurship.
8. Menjelaskan masalah etika dan contoh pelanggaran etika pada perusahaan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Etika

Etika adalah sebuah ilmu yang mempelajari bagaimana berperilaku jujur, benar dan adil.
Etika merupakan cabang ilmu filsafat, mempelajari perilaku moral dan amoral, membuat
pertimbangan matang yang patut dilakukan oleh seseorang kepada orang lain atau kelompok
tertentu.

Menurut Bertens (2001) secara etimologi kata etika berasal dari bahasa Yunani yaitu
ethos. Dalam bentuk tunggal ethos bermakna tempat tinggal yang biasa, padang rumput,
kandang, kebiasaan, adat, akhlak, perasaan, cara berpikir. Dalam bentuk jamak kata etika
yaitu berarti adat kebiasaan. Dan arti terakhir inilah yang menjadi latar belakang bagi
terbentuknya istilah etika.

Etika merupakan ilmu yang mendalami standar moral perorangan dan standar moral
masyarakat. Etika mempertanyakan bagaimana standar-standar diaplikasikan dalam
kehidupan dan apakah standar itu masuk akal atau tidak masuk akal, yaitu apakah didukung
dengan penalaran yang tepat atau tidak tepat.

Etika merupakan penelaahan standar moral, proses pemeriksaan standar moral orang atau
masyarakat untuk menentukan apakah standar tersebut masuk akal atau tidak untuk
diterapkan dalam situasi dan permasalahan konkrit. Etika juga merupakan studi standar moral
yang tujuan eksplisitnya adalah menentukan standar yang benar atau yang didukung oleh
penalaran yang baik, dan dengan demikian etika mencoba mencapai kesimpulan tentang
moral yang benar dan salah, dan moral yang baik dan jahat.

Dan dalam arti yang luas, etika sering disebut sebagai tindakan mengatur tingkah laku
atau perilaku manusia dengan masyarakat. Dan tingkah laku tersebut perlu diatur agar tidak
melanggar norma-norma atau kebiasaan yang berlaku di masyarakat. hal ini disebabkan
norma-norma atau kebiasaan masyarakat di setiap daerah atau negara berbeda-beda.
(Kasmir,2006)

Menurut O.P. Simorangkir (2000), Etika atau etik merupakan pandangan manusia dalam
berperilaku menurut ukuran dan nilai yang baik. Menurut Magnis Suseno (2001), Etika
adalah sebuah ilmu dan bukan sebuah ajaran, yang memberi manusia norma tentang
bagaimana harus hidup adalah moralitas.

Etika secara uum dapat dibagi menjadi :

1. Etika umum
Berkaitan dengan kondisi-kondisi dasar bagaimana manusia bertindak secara etis,
bagaimana manusia mengambil keputusan etis, teori-teori etika dan prinsip-prinsip
moral dasar yang menjadi pegangan bagi manusia dalam bertindak serta tolak ukur
dalam menilai baik atau buruknya suatu tindakan. Etika umum dapat dianalogikan
dengan ilmu pengetahuan, yang membahas mengenai pengertian umum dan teori-
teori.
2. Etika khusus
Merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang kehidupan yang
khusus. Penerapan ini bisa berwujud bagaimana saya mengambil keputusan dan
bertindak dalam bidang kehidupan dan kegiatan khusus yang saya lakukan, yang
didasari oleh cara, teori dan prinsip-prinsip moral dasar. Namun, penerapan itu dapat
juga berwujud bagaimana saya menilai perilaku saya dan orang lain dalam bidang
kegiatan dan kehidupan khusus yang dilatarbelakangi oleh kondisi yang
memungkinkan manusia bertindak etis, cara bagaimana manusia mengambil suatu
keputusan atau tindakan, dan teori serta prinsip moral dasar yang ada dibaliknya.
B. Pengertian Entrepreneurship

Entrepreneur adalah kata dalam bahasa Perancis yang berasal dari tahun 1700-an, dan
sejak saat itu telah berkembang berarti seseorang yang “melakukan usaha”. Jean-Baptiste
Say, seorang ekonom Perancis tahun 1800-an, menyatakan bahwa : “… seorang
wirausahawan memindahkan sumber daya ekonomi dari area dengan produktivitas rendah ke
area dengan produktivitas lebih tinggi dan hasil lebih besar.” Dalam konteks yang lebih
modern, Kamus Oxford menggambarkan seorang wirausahawan sebagai berikut : “… orang
yang mengorganisir, mengelola dan mengasumsikan risiko perusahaan bisnis.”

Menurut Kirzner (1973), Kewirausahaan adalah kemampuan untuk melihat peluang baru.
Pengakuan dan pemanfaatan peluang ini akan cenderung untuk “memperbaiki” pasar dan
membawanya kembali ke keseimbangan. Menurut Drucker (1985) Kewirausahaan adalah
tindakan inovasi yang melibatkan pemberian sumber daya yang ada dengan kapasitas
kekayaan baru.

Menurut Rumelt (1987), Kewirausahaan adalah penciptaan bisnis baru: bisnis baru yang
berarti bahwa mereka tidak persis menduplikasi bisnis yang sudah ada tetapi memiliki
beberapa unsur kebaruan. Sedangkan menurut Morris (1998), Kewirausahaan adalah proses
di mana individu dan tim menciptakan nilai dengan menyatukan paket unik input sumber
daya untuk mengeksploitasi peluang di lingkungan. Ini dapat terjadi dalam konteks
organisasi apa pun dan dapat menghasilkan berbagai hasil yang mungkin, termasuk usaha
baru, produk, layanan, proses, pasar, dan teknologi.

Dari beberapa pengertian entrepeneurship atau kewirausahaan di atas menurut beberapa


ahli, dapat disimpulkan bahwa entrepreneurship atau keiwrausahaan adalah sebuah proses
seorang wirausaha atau pebisnis menciptakan suatu bisnis atau usaha baru yang memiliki
nilai dan memiliki peluang sukses di suatu lingkungan.
C. Pengertian Etika Entrepreneurship atau Etika Bisnis

Etika bisnis adalah suatu kode etik perilaku pengusaha berdasarkan pada nilai-nilai moral
dan norma yang dijadikan tuntunan dalam mebuat keputusan dan memecahkan persoalan-
persoalan yang dihadapi. Etika bisnis diartikan sebagai pengetahuan tentang tata cara ideal
pengaturan dan pengelolaan bisnis yang memerhatikan norma dan moralitas yang berlaku
secara universal dan secara ekonomis/sosial, dan penerapan norma dan moralitas ini
menunjang maksud dan tujuan kegiatan bisnis.

Menurut Salvatore (2005) menjelaskan etika bisnis (business ethics) berusaha untuk
melarang perilaku bisnis, manajer perusahaan dan pekerja yang seharusnya tidak dilakukan.
Sedangkan menurut Trevino dan Nelson (1995) menyatakan etika bisnis menyangkut usaha
membangun kepercayaan antara anggota masyarakat dengan perusahaan dan hal ini
merupakan elemen yang sangat penting bagi suksesnya suatu usaha dalam jangka panjang.

Secara umum, pengertian etika bisnis adalah cara-cara yang dilakukan oleh suatu bisnis
dalam menjalankan kegiatan bisnisnya yang mencakup beberapa aspek, baik itu individu,
perusahaan maupun masyarakat. Etika bisnis dapat juga diartikan sebagai suatu pengetahuan
mengenai tata cara ideal dalam mengelola bisnis dengan memperhatikan norma dan moralitas
yang berlaku secara universal, ekonomi dan sosial.

Etika bisnis merupakan cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh
aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan dan juga masyarakat. Etika bisnis dalam
suatu perusahaan dapat membentuk nilai, norma dan perilaku karyawan serta pimpinan
dalam membangun hubungan yang adil dan sehat dengan pelanggan/mitra kerja, pemegang
saham, masyarakat.

Pengertian etika bisnis juga dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu secara makro : etika
bisnis mempelajari aspek-aspek moral dari sistem ekonomi secara keseluruhan, secara meso :
etika bisnis mempelajari masalah-masalah etis di bidang organisasi, secara mikro : etika
bisnis difokuskan pada hubungan individu dengan ekonomi dan bisnis.

Boove sebagaimana dikutip Alma (2009) menjelaskan beberapa faktor yang berpengaruh
terhadap etika usaha/bisnis yaitu :

1. Cultural difference.
Setiap daerah, lingkungan, organisasi maupun perusahaan memiliki kebiasaan
sendiri-sendiri. Demikian pula bentuk penyogokan, komisi, titipan, amplop, upeti,
uang lelah, uang meja dan berbagai istilah lainnya tentunya dipahami sebagai sesuatu
yang berbeda di setiap daerah, lingkungan, organisasi maupun perusahaan. Ada yang
membolehkan namun ada yang melarang dan ada pula dibuat kesepakatan.
2. Knowledge.
Orang-orang yang mengetahui dan berada dalam jalur pengambil keputusan mencoba
berusaha tidak terlibat dalam masalah-masalah menyangkut masalah etika ini.
Demikian pula jika sudah mengetahui bahwa perbuatan itu melanggar etika maka
jangan dilakukan karena hal itu melanggar kata hati dan akan berhadapan dengan
hukum. Jika dihukum dan dipenjara tentu kredibilitas dan integritas diri seorang
entrepreneur akan tercemar.
3. Organizational behaviour.
Pondasi yang kokoh dari sebuah etika usaha adalah iklim yang berlaku pada sebuah
organisasi. Ada organisasi yang benar-benar ketat menjaga etika, dan memberi
pelatihan kepada stafnya agar menjaga etika. Biasanya perusahaan besar banyak
menerapkan kode etik yang diberlakulan dilingkungan usahanya. Hal ini dilakukan
demi kenyamanan dan ketenangan dalam bekerja.
D. Tujuan dan Manfaat Etika Entrepreneurship

Etika merupakan pedoman untuk mendapatkan hidup yang bernilai atau bermanfaat, di
samping itu etika juga terkait dengan petunjuk-petunjuk tindakan-tindakan apa yang benar
dan apa yang salah. Hal ini ternyata juga menjadu pedoman dan petunjuk bagi seorang
entrepreneur.

Etika yang mengikat pada diri entrepreneur, bertujuan dan bermanfaat sebagai berikut :

1. Untuk persahabatan dan pergaulan.


Etika dapat meningkatkan keakraban dengan karyawan, pelanggan atau pihak-pihak lain
yang berkepentingan. Suasana akrab akan berubah menjadi persahabatan dan menambah
luasnya pergaulan. Jika entrepreneur, karyawan, pelanggan dan masyarakat menjadi
akrab dan terbina hubungan yang harmonis maka diharapkan segala urusan akan menjadi
lebih mudah dan lancar.
2. Menyenangkan orang lain.
Sikap menyenangkan orang lain merupakan sikap yang mulia. Jika ingin dihormati, maka
harus menghormati orang lain. Menyenangkan orang lain berarti membuat orang menjadi
suka dan puas terhadap pelayanan yang diterimanya. Jika pelanggan merasa senang dan
puas atas pelayanan yang diberikan tentunya diharapkan mereka akan mengulanginya
kembali suatu waktu.
3. Membujuk pelanggan.
Setiap calon pelanggan memiliki karakter tersendiri. Terkadang seorang calon pelanggan
perlu dibujuk agar mau menjadi pelanggan. Berbagai cara dapat dilakukan perusahaan
untuk membujuk calon pelanggan. Salah satu caranya adalah melalui etika yang
ditunjukkan seluruh karyawan perusahaan/organisasi melalui perilaku, tutur kata yang
sopan, mau mendengarkan keluhan pelanggan, berempati dan sebagainya.
4. Mempertahankan pelanggan.
Mempertahankan pelanggan jauh lebih sulit daripada mencari pelanggan. Melalui
pelayanan etika maka diharapkan pelanggan dapat dipertahankan karena mereka sudah
merasa puas atau layanan yang diberikan atau diterimanya.

5. Membina dan menjaga hubungan.


Hubungan yang sudah berjalan baik harus tetap dan terus terbina. Hindari adanya
perbedaan paham atau konflik. Ciptakan hubungan dalam suasana akrab. Dengan etika
berhubungan yang lebih baik dan akrab pun dapat terwujud.
E. Prinsip Etika Entrepreneurship

Basrowi (2011) memaparkan 13 (tiga belas) prinsip terkait dengan aktivitas berwirausaha
yaitu :

1. Jangan takut gagal.


Banyak yang berpendapat bahwa untuk berwirausaha dianalogikan dengan impian
seseorang untuk dapat berenang. Walaupun teori mengenai berbagai gaya berenang
sudah bertumpuk, sudah dikuasai dengan baik dan literatur sudah lengkap, tidak ada
gunanya berteori kalau tidak terjun langsung sehingga mengalami (berpengalaman)
dan jangan takut gagal, sebab kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda.
2. Penuh semangat.
Hal yang menjadi penghargaan terbesar bagi entrepreneur bukanlah tujuannya,
melainkan lebih kepada proses dan atau perjalanannya, maka bersemangatlah dalam
usaha dengan penuh semangat biasanya usaha akan sukses.
3. Kreatif dan inovatif.
Kreativitas dan inovasi adalah modal utama bagi seorang entrepreneur. Seorang
entrepreneur tidak boleh berhenti berkreativitas dan berinovasi dalam segala hal.
4. Bertindak dengan penuh perhitungan dalam mengambil risiko.
Risiko selalu ada dimanapun berada. Sering kali kita menghindar dari risiko yang satu
tetapi menemui bentuk risiko lainnya. namun yang harus dipertimbangkan adalah
perhitungan dengan baik-baik sebelum memutuskan sesuatu, terutama yang tingat
resikonya tinggi. Seringkali yang menjadi pertimbangan utama dalam berusaha
khususnya dalam pengambilan keputusan adalah seberapa besar kemungkinan
mampu menanggung suatu resiko atau seberapa banyak mampu menanggung
kerugian atas konsekuensi dari sebuah keputusan, tidak saja selalu pada seberapa
besar manfaat atau keuntungan yang akan mungkin dapat diperoleh dari suatu
pengambilan keputusan usaha.
5. Sabar, ulet dan tekun.
Prinsip yang tidak kalah pentingnya dalam berusaha adalah kesabaran dan ketekunan.
Sabar, ulet dan tekun meskipun harus menghadapi berbagai bentuk permasalahan
percobaan, dan kendala bahkan diremehkan oleh orang lain. Dengan kesabaran
biasanya akan memahami dengan baik bagaimana mengatasi permasalahan yang
timbul, sehingga mampu memecahkan dan menghadapinya dengan baik dan optimal.
6. Optimis.
Optimis adalah modal usaha yang cukup penting bagi entrepreneur sebab kata optimis
merupakan prinsip yang dapat memotivasi kesadaran, sehingga apapun usaha yang
dilakukan harus penuh optimis bahwa usaha yang dijalankan akan sukses. Dengan
optimis yang digunakan sebagai acuan kerja, maka alam bawah sadar akan
mendorong diri semakin yakin bahwa yang dikerjakan akan berhasil dengan baik.
7. Ambisius.
Seorang entrepreneur harus berambisi, apapun jenis usaha yang dijalaninya. Tentunya
ambisi yang didasari atas perhitungan yang matang dan dikerjakan dengan sungguh-
sungguh.
8. Pantang menyerah.
Prinsip pantang menyerah adalah bagian yang harus dilakukan kapanpun waktunya.
Entah kondisi mendukung maupun kurang mendukung dan mungkin dalam usaha
mengalami kemunduran maka tidak boleh putus asa.
9. Peka terhadap pasar dan dapat membaca peluang pasar.
Prinsip peka terhadap pasar dan dapat membaca peluang pasar adalah prinsip mutlak
yang harus dilakukan oleh seorang entrepreneur, baik pasar di tingkat lokal, regional,
maupun internasional. Peluang pasar sekecil apapun harus diidentifkasi dengan baik,
sehingga dapat mengambil peluang pasar tersebut dengan baik.
10. Berbisnis dengan standar etika.
Prinsip bahwa setiap entrepreneur harus senantiasa memegang secara baik tentang
standar etika yang berlaku secara universal. Hal yang menjadi perhatian adalah
apakah standar etika yang berlaku di setiap negera dikenali dengan baik yang
disesuaikan dengan budaya bangsa yang bersangkutan.

11. Mandiri.
Prinsip kemandirian harus menjadi panduan dalam berwirausaha. Mandiri dalam
banyak hal adalah kunci penting agar dapat menghindarkan ketergantungan dari
pihak-pihak atau para pemangku kepentingan atas usaha yang dijalani.
12. Jujur.
Kejujuran adalah mata uang yang akan laku di mana-mana. Jadi jujur kepada
pemasok dan pelanggan atau kepada seluruh pemangku kepentingan perusahaan
adalah prinsip dasar yang harus dinomorsatukan dalam usaha.
13. Peduli lingkungan.
Seorang entrepreneur harus memiliki kepedulian terhadap lingkungan sehingga turut
serta menjaga kelestarian lingkungan tempat usahanya.

Menurut Michael Josephson (1988) yang dikutip oleh Zimmerer, secara universal ada
sepuluh prinsip etika yang mengarahkan perilaku, yaitu sebagai berikut :

1. Kejujuran (honesty), yaitu penuh kepercayaan, bersifat jujur, sungguhsungguh, terus


terang, tidak curang, tidak mencuri, tidak menggelapkan, dan tidak berbohong.
2. Integritas (integrity), yaitu memegang prinsip, melakukan kegiatan yang terhormat,
tulus, berani, dan penuh pendirian/keyakinan, tidak bermuka dua, tidak berbuat jahat,
dan saling percaya.
3. Memelihara janji (promise keeping), yaitu selalu menepati janji, patut dipercaya,
penuh komitmen, patuh, jangan menginterpretasikan persetujuan dalam bentuk
teknikal atau legalistis dengan alasan ketidakrelaan.
4. Kesetiaan (fidelity), yaitu hormat dan loyal kepada keluarga, teman karyawan, dan
negara; jangan menggunakan atau memperlihatkan informasi yang diperoleh dalam
kerahasiaan. Begitu juga, dalam suatu konteks profesional, menjaga/melindungi
kemampuan untuk membuat keputusan profesional yang bebas dan teliti, menghindari
hal-hal yang tidak pantas, dan konflik kepentingan.
5. Kewajaran/keadilan (fairness), yaitu berlaku adil dan berbudi luhur,bersedia untuk
mengakui kesalahan, dan perlihatkan komitmen keadilan, persamaan perlakuan
individual dan toleran terhadap perbedaan, jangan bertindak melampaui batas atau
mengambil keuntungan yang tidak pantas dari kesalahan atau kemalangan orang lain.
6. Suka membantu orang lain (caring for others), yaitu saling membantu,berbaik hati,
belas kasihan, dan menghindari segala sesuatu yang membahayakan orang lain.
7. Hormat kepada orang lain (respect for others), yaitu menghormati martabat manusia,
menghormati kebebasan dan hak untuk menentukan nasib sendiri bagi semua orang,
sopan santun, jangan mempermalukan seseorang, dan merendahkan martabat orang
lain.
8. Warga negara yang bertanggung jawab, yaitu selalu menaati hukum/aturan, penuh
kesadaran sosial, dan menghormati proses demokrasi dalam mengambil keputusan.
9. Mengejar keunggulan, yaitu mengejar keunggulan dalam segala hal, baik dalam
pertemuan personal maupun pertanggungjawaban profesional, tekun, dapat
dipercaya/diandalkan, rajin penuh komitmen, melakukan semua tugas dengan
kemampuan terbaik, dan mengembangkan serta mempertahankan tingkat kompetensi
yang tinggi.
10. Dapat dipertanggungjawabkan, yaitu memiliki dan menerima tanggung jawab atas
keputusan dan konsekuensinya serta selalu memberi contoh.
F. Cara Mempertahankan Standar Etika Bisnis/Entrepreneurship

Cara mempertahankan standar etika bisnis dalam perusahaan, dapat melakukan hal-hal
berikut ini :

1. Ciptakan kepercayaan perusahaan. Kepercayaan perusahaan dalam menetapkan nilai-


nilai perusahaan yang mendasari tanggung jawab etika bagi pemangku kepentingan.
2. Kembangkan kode etik. Kode etik merupakan suatu catatan tentang standar tingkat
laku dan prinsip-prinsip etik yang diharapkan perusahaan dari karyawan.
3. Jalankan kode etik secara adil dan konsisten. Manajer harus mengambil tindakan
apabila mereka melanggar etika. Bila karyawan mengetahui bahwa yang melanggar
etika tidak dihukum, kode etik menjadi tidak berarti apa-apa.
4. Lindungi hak perorangan. Akhir dari semua keputusan setiap etika sangat bergantung
pada individu. Melindungi seseorang dengan kekuatan prinsip moral dan nilainya
merupakan jaminan terbaik untuk menghindari penyimpangan etika.
5. Adakan pelatihan etika. Workshop (lokakarya) merupakan alat untuk meningkatkan
kesadaran para karyawan.
6. Lakukan audit etika secara periodik. Audit merupakan cara terbaik untuk
mengevaluasi efektivitas sistem etika. Hasil evaluasi tersebut akan memberikan suatu
sinyal kepada karyawan bahwa etika bukan sekadar gurauan.
7. Pertahankan standar tinggi tentang tingkah laku, tidak hanya aturan. Standar tingkah
laku sangat penting untuk menekankan betapa pentingnya etika dalam organisasi.
Setiap karyawan harus mengetahui bahwa etika tidak bisa dinegosiasi atau ditawar.
8. Hindari contoh etika yang tercela setiap saat dan etika diawali dari atasan. Atasan
harus memberi contoh dan menaruh kepercayaan kepada bawahannya.
9. Ciptakan budaya yang menekankan komunikasi dua arah. Komunikasi dua arah
sangat penting, yaitu untuk menginformasikan barang dan jasa yang kita hasilkan dan
menerima aspirasi untuk perbaikan perusahaan.
10. Libatkan karyawan dalam mempertahankan standar etika. Para karyawan diberi
kesempatan untuk memberikan umpan balik tentang bagaimana standar etika
dipertahankan.

G. Contoh Etika Entrepreneurship

Secara khusus etika yang melekat pada diri entrepreneur adalah :

1. Kejujuran.
Entrepreneur harus selalu bersikap jujur baik dalam berbicara maupun bertindak.
Jujur ini perlu agar berbagai pihak percaya terhadap apa yang akan dilakukan.
Tanpa kejujuran, usaha tidak akan maju dan tidak dipercaya oleh mitra kerja
maupun pelanggan. Bukankah ada peribahasa yang menyatakan: “sekali lancung
ke ujian seumur hidup orang tak percaya”, peribahasa ini bermakna apabila
berbohong maka orang lain tak akan pernah percaya lagi.
Darmawan (2010) menyatakan dalam bisnis, pelaku usaha harus jujur dan adil.
Jujur berarti berani mengakui dan menerima hak setiap pihak, sedangkan adil
adalah kemauan dan kerelaan untuk memberi dan menerima hak masing-masing,
sehingga tidak ada pihak yang mengklaim apalagi merebut hak pihak lain.
2. Bertanggung jawab.
Entrepreneur harus bertanggung jawab terhadap segala kegiatan yang dilakukan
dalam bidang usahanya. Kewajiban terhadap berbagai pihak harus segera
diselesaikan. Tanggung jawab tidak hanya terbatas pada kewajiban, tetapi juga
kepada seluruh karyawannya, masyarakat sekitarnya dan pemerintah.
3. Menepati janji.
Entrepreneur dituntut untuk selalu menepati janji. Sekali entrepreneur ingkar
janji, maka hilanglah kepercayaan pihak lain terhadapnya. Entrepreneur juga
harus konsisten terhadap apa yang telah dibuat dan disepakati sebelumnya.
Bukankah manusia yang dipegang lidah atau perkataannya. Sekali kita tidak
menepati janji maka akan tergerus kepercayaan pihak lain kepada kita.
4. Disiplin.
Entrepreneur dituntut untuk selalu disiplin dalam berbagai kegiatan yang
berkaitan dengan usahanya, misalnya dalam hal waktu pembayaran atau
pelaporan kegiatan usahanya.

5. Taat hukum.
Entrepreneur harus selalu patuh dan menaati hukum yang berlaku, baik yang
berkaitan dengan norma, adat istiadat di masyarakat ataupun hukum yang dibuat
pemerintah. Pelanggaran terhadap hukum dan peraturan yang telah diperbuat akan
berakibatkan fatal di kemudian hari. Bahkan hal itu akan menjadi beban moral
bagi seorang entrepreneur apabila tidak diselesaikan segera.
6. Suka membantu.
Entrepreneur secara moral harus sanggup membantu berbagai pihak yang
memerlukan bantuan. Sikap ringan tangan ini dapat ditunjukkan kepada
masyarakat dalam berbagai cara.
7. Komitmen dan menghormati.
Entrepreneur harus komitmen dengan apa yang dijalankan dan menghargai
komitmen dengan pihak-pihak lain yang berhubungan dengannya. Entrepreneur
yang menjunjung komitmen terhadap apa yang telah diucapkan atau disepekati
akan dihargai oleh berbagai pihak.
8. Mengejar prestasi.
Entrepreneur yang sukses harus selalu berusaha mengejar prestasi setinggi
mungkin. Tujuannya agar perusahaan dapat terus bertahan dari waktu ke waktu.
Prestasi yang berhasil dicapai perlu terus ditingkatkan. Di samping itu,
entrepreneur juga harus tahan mental dan tidak mudah putus asa terhadap
berbagai kondisi dan situasi yang dihadapinya. Di mana kondisi dan situasi yang
dihadapi bukan sebagai penghalang tetapi merupakan sebagai tantang untuk maju.
H. Masalah Etika dalam Bisnis dan Contoh Pelanggaran

Masalah etika dalam bisnis dapat diklasifikasikan ke dalam lima kategori yaitu : Suap
(Bribery), paksaan (Coercion), penipuan (Deception), pencurian (Theft), Diskriminasi tidak
jelas (Unfair discrimination), yang masing-masing dapat diuraikan berikut ini :

1. Suap (Bribery)
Adalah tindakan berupa menawarkan, memberi, menerima atau meminta sesuatu
yang berharga dengan tujuan mempengaruhi tindakan seorang pejabat dalam
melaksanakan kewajiban publik. Suap dimaksudkan untuk memanipulasi
seseorang dengan membeli pengaruh. ‘Pembelian’ itu dapat dilakukan baik
dengan membayarkan sejumlah uang atau barang, maupun pembayaran kembali
setelah transaksi terlaksana. Suap kadang kala tidak mudah dikenali. Pemberian
cash dimasukkan sebagai suap, tetapi pemberian hadiah tidak selalu sebagai suap,
tergantung maksud yang diharapkan oleh pemberi hadiah.
2. Paksaan (Coercion)
Adalah tekanan, batasan, dorongan dengan paksa atau dengan menggunakan
jabatan atau ancaman. Coercion dapat berupa ancaman untuk mempersulit
kenaikan jabatan, pemecatan, atau penolakan industri terhadap seorang individu.
3. Penipuan (Deception)
Adalah tindakan memperdaya, menyesatkan yang disengaja dengan mengucapkan
atau melakukan kebohongan.
4. Pencurian (Theft)
Adalah tindakan mengambil sesuatu yang bukan hak kita atau mengambil properti
milik orang lain tanpa persetujuan pemiliknya. Properti tersebut dapat berupa
properti fisik atau konseptual.
5. Diskriminasi tidak jelas (Unfair discrimination)
Adalah perlakuan tidak adil atau penolakan terhadap orang-orang tertentu yang
disebabkan oleh ras, jenis kelamin, kewarganegaraan, atau agama. Suatu
kegagalan untuk memperlakukan semua orang dengan setara tanpa adanya
perbedaan yang beralasan antara mereka yang ‘disukai’ dan tidak.

Berikut dikemukakan beberapa contoh pelanggaran etika bisnis yang sering


terjadi dalam sebuah perusahaan, yaitu :

1. Pelanggaran etika bisnis terhadap hukum


Sebuah perusahaan X karena kondisi perusahaan yang pailit akhirnya
memutuskan untuk melakukan PHK kepada karyawannya. Namun dalam
melakukan PHK itu, perusahaan sama sekali tidak memberikan pesangon
sebagaimana yang diatur dalam UU No.13/2003 tentang Ketenagakerjaan.
Dalam kasus ini perusahaan X dapat dikatakan melanggaar prinsip kepatuhan
terhadap hukum.
2. Pelanggaran etika bisnis terhadap transparansi
Sebuah yayasan X menyelenggarakan pendidikan setingkat SMA. Pada tahun
ajaran baru sekolah mengenakan biaya sebesar Rp 500.000,- epada setiap
siswa baru. Pungutan sekolah ini sama sekali tidak diinformasikan kepada
mereka saat akan mendaftar. Di samping itu tidak ada informasi maupun
penjelasan resmi tentang penggunaan uang itu kepada wali murid. Setelah
didesak oleh banyak pihak, yayasan baru memberikan informasi bahwa uang
itu dipergunakan untuk pembelian seragam guru. Dalam kasus ini, pihak
yayasan dan sekolah dapat dikategorikan melanggar prinsip transparansi.
3. Pelanggaran etika bisnis terhadap akuntabilitas
Sebuah RS swasta melalui pihak pengurusnya mengumumkan kepada seluruh
karyawan yang akan mendaftar PNS secara otomatis dinyatakan
mengundurkan diri. A sebagai salah seorang karyawan di RS swasta itu
mengabaikan pengumuman dari pihak pengurus karena menurut pendapatnya
ia diangkat oleh pengelola dalam hal ini direktur, sehingga segala hak dan
kewajiban dia berhubungan dengan pengelola bukan pengurus. Pihak
pengelola sendiri tidak memberikan surat edaran resmi mengenai kebijakan
tersebut. Karena sikapnya itu, A akhirnya dinyatakan mengundurkan diri. Dari
kasus ini RS swasta itu dapat dikatakan melanggar prinsip akuntabilitas
karena tidak ada kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban
antara pengelola dan pengurus rumah sakit.

4. Pelanggaran etika bisnis terhadap prinsip pertanggungjawaban


Sebuah perusahaan PJTKI di Jogja melakukan rekrutmen untuk tenaga baby
sitter. Dalam pengumuman dan perjanjian dinyatakan bahwa perusahaan
berjanji akan mengirimkan calon TKI setelah 2 bulan mengikuti training
dijanjikan akan dikirim ke negara-negara tujuan. Bahkan perusahaan tersebut
menjanjikan bahwa segala biaya yang dikeluarkan pelamar akan dikembalikan
jika mereka tidak jadi berangkat ke negara tujuan. B yang tertarik dengan
tawaran tersebut langsung mendaftar dan mengeluarkan biaya sebanyak Rp 7
juta untuk ongkos administrasi dan pengurusan visa dan paspor. Namun
setelag 2 bulan training, B tak kunjung diberangkatkan, bahkan hingga satu
tahun tidak ada kejelasan. Ketika dikonfirmasi, perusahaan PJTKI itu selalu
berkilah ada penundaan, begitu seterusnya. Dari kasus ini dapat disimpulkan
bahwa perusahaan PJTKI tersebut telah melanggar prinsip
pertanggungjawaban dengan mengabaikan hak-hak B sebagai calon TKI yang
seharusnya diberangkatkan ke negara tujuan untuk bekerja.
5. Pelanggaran etika bisnis terhadap prinsip kewajaran
Sebuah perusahaan properti ternama di Yogyakarta tidak memberikan surat
izin membangun rumah dari developer kepada dua orang konsumennya di
kawasan kaveling perumahan milik perusahaan tersebut. Konsumen pertama
sudah memenuhi kewajibannya membayar harga tanah sesuai kesepakatan dan
biaya administrasi lainnya. sementara konsumen kedua masih mempunyai
kewajiban membayar kelebihan tanah, karena setiap kali akan membayar
pihak developer selalu menolak dengan alasan belum ada izin dari pusat
perushaaan (pusatnya di Jakarta). Yang aneh adalah di kawasan kaveling itu
hanya dua orang ini yang belum mengantongi izin pembangunan rumah,
sementara 30 konsumen lainnya sudah diberi izin dan rumah mereka sudah
dibangun semuanya. Alasan yang dikemukakan perusahaan itu adalah ingin
memberikan pelajaran kepada dua konsumen tadi karena dua orang ini telah
memprovokasi konsumen lainnya untuk melakukan penuntutan segera
pemberian izin pembangunan rumah. dari kasus ini perusahaan properti
tersebut telah melanggar prinsip kewajaran (fairness) karena tidak memenuhi
hak-hak stakeholder (konsumen) dengan alasan yang tidak masuk akal.
6. Pelanggaran etika bisnis terhadap prinsip kejujuran
Sebuah perusahaan pengembang di Sleman membuat kesepakatan dengan
sebuah perusahaan kontraktor untuk membangun sebuah perumahan. Sesuai
dengan kesepakatan pihak pengembang memberikan spesifikasi bangunan
kepada kontraktor. Namun dalam pelaksanaannya, perusahaan kontraktor
melakukan penurunan kualitas spesifikasi bangunan tanpa sepengetahuan
perusahaan pengembang. Selang beberapa bulan kondisi bangunan sudah
mengalami kerusakan serius. Dalam kasus ini pihak kontraktor dapat
dikatakan telah melanggar prinsip kejujuran karena tidak memenuhi
spesifikasi bangunan yang telah disepakati bersama dengan perusahaan
pengembang.
7. Pelanggaran etika bisnis terhadap prinsip empati
Seorang nasabah X dari perusahaan pembiayaan terlambat membayar
angsuran mobil sesuai tanggal jatuh tempo karena anaknya sakit parah. X
sudah memberitahukan kepada pihak perusahaan tentang keterlambatannya
membayar angsuran, namun tidak mendapatkan respons dari perusahaan.
Beberapa minggu setelah jatuh tempo pihak perusahaan langsung mendatangi
X untuk menagih angsuran dan mengancam akan mengambil mobil yang
masih diangsur itu, pihak perusahaan menagih dengan cara yang tidak sopan
dan melakukan tekanan psikologis kepada nasabah. Dalam kasus ini kita dapat
mengategorikan perusahaan telah melakukan pelanggaran prinsip empati pada
nasabah karena sebenarnya perusahaan dapat memberikan peringatan kepada
nasabah itu dengan cara yang bijak dan tepat.

BAB III

PENUTUPAN

A. KESIMPULAN

Etika adalah sebuah ilmu yang mempelajari bagaimana berperilaku jujur, benar dan adil.
Etika merupakan cabang ilmu filsafat, mempelajari perilaku moral dan amoral, membuat
pertimbangan matang yang patut dilakukan oleh seseorang kepada orang lain atau kelompok
tertentu. Regulasi dan etika bisnis merupakan seperangkat aturan, norma, nilai, dan kode etik
yang harus diperhatikan para pengusaha dalam menjalankan usaha/bisnisnya secara adil,
sesuai dengan hukam yang berlaku, dan tidak tergantung pada kedudukan individu ataupun
perusahaan di masyarakat. Prinsip etika dalam entrepeneurship antara lain yaitu membangun
kepercayaan antar anggota masyarakat dengan perusahaan atau pengusaha, menjaga etika
adalah hal penting untuk melindungi reputasi perusahaan.

Sikap dan perilaku seseorang wirausaha menunjukkan bagaimana etikanya dalam


berusaha. Sikap dan tingkah laku menunjukkan kepribadian suatu perusahaan. Etika
entrepeneurship bermanfaat bagi usaha yang dijalankan karena dapat meningkatkan
kredibilitas suatu usaha, karena etika telah dijadikan sebagai corporate culture dan sebaginya.

B. SARAN

Semua pengusaha menjalankan usaha atau bisnisnya harus memperhatikan regulasi dan
etika bisnis. Sebagaimana yang telah diatur dalam undang-undang dan hokum yang berlaku
sebagai bentuk kebijakan perintah dalam perannya menertibkan iklim perokonomian nasional
agar tetap kondusif. Khusunya hubungan perusahaan dengan konsumen, perusahaan lain,
pemerintah, maupun masyarakat, agar usaha yang dijalankan tersebut dapat berjalan dengan
baik dan mampu meningkatkan daya saing dengan produk lain. Hal tersebut diharapkan
dapat meningkatkan perekonomian nasional.

Anda mungkin juga menyukai