Oleh :
KELAS D
FAKULTAS EKONOMI
2022
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul …… ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah Kewirausahaan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
etika kewirausahaan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Rini Safitri,SE.,M.M. selaku dosen mata
kuliah kewirausahaan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah
ini.
Wassalamu’alaikum wr.wb
Kelompok 7
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seperti yang kita ketahui, etika merupakan suatu hal yang sangat penting dalam
kehidupan kita. Dikarenakan hal ini dapat menunjang kehidupan yang lebih baik. Seseorang
dapat dikatakan baik apabila seseorang tersebut memiliki etika atau perilaku yang baik pula.
Namun sangat disayangkan, pada masa sekarang ini etika dan perilaku baik tidak diterapkan
oleh sebagian orang, apalagi di era digitalisasi saat ini masih banyak yang menganggap
bahwa etika itu merupakan hal dasar yang tidak perlu dipelajari lebih dalam. Pasalnya
mereka sudah terpengaruh oleh efek negatif dari globalisasi. Oleh karena itu, kita sangat
perlu untuk mempelajari dan menerapkan etika yang baik dalam keseharian kita.
Bagi para pebisnis, etika sangat perlu diterapkan terhadap bisnis yang sedang dijalankan.
Mengapa demikian? karena dalam dunia bisnis seorang pebisnis atau wirausahawan tidak
dapat mengerjakan pekerjaannya sendiri, melainkan juga memerlukan bantuan dari para
wirausahawan lain maupun karyawan. Maka dari itu, seorang pebisnis perlu untuk memiliki
etika dan perilaku yang baik agar dapat memperoleh simpati dari orang lain sehingga hal ini
dapat membangun citra yang baik bagi seorang pebisnis itu sendiri maupun bagi perusahaan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari etika?
2. Apa pengertian dari entrepreneurship?
3. Apa itu etika entrepreneurship/bisnis?
4. Apa tujuan dan manfaat etika entrepeneurship?
5. Prinsip apa saja yang digunakan dalam etika entrepeneurship?
6. Bagaimana cara mempertahankan standar etika bisnis/entrepreneneurship?
7. Apa saja contoh dari etika entrepeneurship?
8. Adakah masalah Etika dan contoh Pelanggaran etika dalam perusahaan?
C. Tujuan Pembahasan
1. Mendeskripsikan pengertian etika.
2. Mendeskripsikan pengertian entrepreneurship.
3. Mendeskripsikan pengertian etika entrepreneurship/Bisnis.
4. Menjelaskan tujuan dan manfaat etika entrepeneurship.
5. Menjelaskan prinsip etika entrepreneurship.
6. Menjelaskan cara mempertahankan standar etika bisnis/entrepreneurship.
7. Memberikan contoh etika entrepeneurship.
8. Menjelaskan masalah etika dan contoh pelanggaran etika pada perusahaan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Etika
Etika adalah sebuah ilmu yang mempelajari bagaimana berperilaku jujur, benar dan adil.
Etika merupakan cabang ilmu filsafat, mempelajari perilaku moral dan amoral, membuat
pertimbangan matang yang patut dilakukan oleh seseorang kepada orang lain atau kelompok
tertentu.
Menurut Bertens (2001) secara etimologi kata etika berasal dari bahasa Yunani yaitu
ethos. Dalam bentuk tunggal ethos bermakna tempat tinggal yang biasa, padang rumput,
kandang, kebiasaan, adat, akhlak, perasaan, cara berpikir. Dalam bentuk jamak kata etika
yaitu berarti adat kebiasaan. Dan arti terakhir inilah yang menjadi latar belakang bagi
terbentuknya istilah etika.
Etika merupakan ilmu yang mendalami standar moral perorangan dan standar moral
masyarakat. Etika mempertanyakan bagaimana standar-standar diaplikasikan dalam
kehidupan dan apakah standar itu masuk akal atau tidak masuk akal, yaitu apakah didukung
dengan penalaran yang tepat atau tidak tepat.
Etika merupakan penelaahan standar moral, proses pemeriksaan standar moral orang atau
masyarakat untuk menentukan apakah standar tersebut masuk akal atau tidak untuk
diterapkan dalam situasi dan permasalahan konkrit. Etika juga merupakan studi standar moral
yang tujuan eksplisitnya adalah menentukan standar yang benar atau yang didukung oleh
penalaran yang baik, dan dengan demikian etika mencoba mencapai kesimpulan tentang
moral yang benar dan salah, dan moral yang baik dan jahat.
Dan dalam arti yang luas, etika sering disebut sebagai tindakan mengatur tingkah laku
atau perilaku manusia dengan masyarakat. Dan tingkah laku tersebut perlu diatur agar tidak
melanggar norma-norma atau kebiasaan yang berlaku di masyarakat. hal ini disebabkan
norma-norma atau kebiasaan masyarakat di setiap daerah atau negara berbeda-beda.
(Kasmir,2006)
Menurut O.P. Simorangkir (2000), Etika atau etik merupakan pandangan manusia dalam
berperilaku menurut ukuran dan nilai yang baik. Menurut Magnis Suseno (2001), Etika
adalah sebuah ilmu dan bukan sebuah ajaran, yang memberi manusia norma tentang
bagaimana harus hidup adalah moralitas.
1. Etika umum
Berkaitan dengan kondisi-kondisi dasar bagaimana manusia bertindak secara etis,
bagaimana manusia mengambil keputusan etis, teori-teori etika dan prinsip-prinsip
moral dasar yang menjadi pegangan bagi manusia dalam bertindak serta tolak ukur
dalam menilai baik atau buruknya suatu tindakan. Etika umum dapat dianalogikan
dengan ilmu pengetahuan, yang membahas mengenai pengertian umum dan teori-
teori.
2. Etika khusus
Merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang kehidupan yang
khusus. Penerapan ini bisa berwujud bagaimana saya mengambil keputusan dan
bertindak dalam bidang kehidupan dan kegiatan khusus yang saya lakukan, yang
didasari oleh cara, teori dan prinsip-prinsip moral dasar. Namun, penerapan itu dapat
juga berwujud bagaimana saya menilai perilaku saya dan orang lain dalam bidang
kegiatan dan kehidupan khusus yang dilatarbelakangi oleh kondisi yang
memungkinkan manusia bertindak etis, cara bagaimana manusia mengambil suatu
keputusan atau tindakan, dan teori serta prinsip moral dasar yang ada dibaliknya.
B. Pengertian Entrepreneurship
Entrepreneur adalah kata dalam bahasa Perancis yang berasal dari tahun 1700-an, dan
sejak saat itu telah berkembang berarti seseorang yang “melakukan usaha”. Jean-Baptiste
Say, seorang ekonom Perancis tahun 1800-an, menyatakan bahwa : “… seorang
wirausahawan memindahkan sumber daya ekonomi dari area dengan produktivitas rendah ke
area dengan produktivitas lebih tinggi dan hasil lebih besar.” Dalam konteks yang lebih
modern, Kamus Oxford menggambarkan seorang wirausahawan sebagai berikut : “… orang
yang mengorganisir, mengelola dan mengasumsikan risiko perusahaan bisnis.”
Menurut Kirzner (1973), Kewirausahaan adalah kemampuan untuk melihat peluang baru.
Pengakuan dan pemanfaatan peluang ini akan cenderung untuk “memperbaiki” pasar dan
membawanya kembali ke keseimbangan. Menurut Drucker (1985) Kewirausahaan adalah
tindakan inovasi yang melibatkan pemberian sumber daya yang ada dengan kapasitas
kekayaan baru.
Menurut Rumelt (1987), Kewirausahaan adalah penciptaan bisnis baru: bisnis baru yang
berarti bahwa mereka tidak persis menduplikasi bisnis yang sudah ada tetapi memiliki
beberapa unsur kebaruan. Sedangkan menurut Morris (1998), Kewirausahaan adalah proses
di mana individu dan tim menciptakan nilai dengan menyatukan paket unik input sumber
daya untuk mengeksploitasi peluang di lingkungan. Ini dapat terjadi dalam konteks
organisasi apa pun dan dapat menghasilkan berbagai hasil yang mungkin, termasuk usaha
baru, produk, layanan, proses, pasar, dan teknologi.
Etika bisnis adalah suatu kode etik perilaku pengusaha berdasarkan pada nilai-nilai moral
dan norma yang dijadikan tuntunan dalam mebuat keputusan dan memecahkan persoalan-
persoalan yang dihadapi. Etika bisnis diartikan sebagai pengetahuan tentang tata cara ideal
pengaturan dan pengelolaan bisnis yang memerhatikan norma dan moralitas yang berlaku
secara universal dan secara ekonomis/sosial, dan penerapan norma dan moralitas ini
menunjang maksud dan tujuan kegiatan bisnis.
Menurut Salvatore (2005) menjelaskan etika bisnis (business ethics) berusaha untuk
melarang perilaku bisnis, manajer perusahaan dan pekerja yang seharusnya tidak dilakukan.
Sedangkan menurut Trevino dan Nelson (1995) menyatakan etika bisnis menyangkut usaha
membangun kepercayaan antara anggota masyarakat dengan perusahaan dan hal ini
merupakan elemen yang sangat penting bagi suksesnya suatu usaha dalam jangka panjang.
Secara umum, pengertian etika bisnis adalah cara-cara yang dilakukan oleh suatu bisnis
dalam menjalankan kegiatan bisnisnya yang mencakup beberapa aspek, baik itu individu,
perusahaan maupun masyarakat. Etika bisnis dapat juga diartikan sebagai suatu pengetahuan
mengenai tata cara ideal dalam mengelola bisnis dengan memperhatikan norma dan moralitas
yang berlaku secara universal, ekonomi dan sosial.
Etika bisnis merupakan cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh
aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan dan juga masyarakat. Etika bisnis dalam
suatu perusahaan dapat membentuk nilai, norma dan perilaku karyawan serta pimpinan
dalam membangun hubungan yang adil dan sehat dengan pelanggan/mitra kerja, pemegang
saham, masyarakat.
Pengertian etika bisnis juga dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu secara makro : etika
bisnis mempelajari aspek-aspek moral dari sistem ekonomi secara keseluruhan, secara meso :
etika bisnis mempelajari masalah-masalah etis di bidang organisasi, secara mikro : etika
bisnis difokuskan pada hubungan individu dengan ekonomi dan bisnis.
Boove sebagaimana dikutip Alma (2009) menjelaskan beberapa faktor yang berpengaruh
terhadap etika usaha/bisnis yaitu :
1. Cultural difference.
Setiap daerah, lingkungan, organisasi maupun perusahaan memiliki kebiasaan
sendiri-sendiri. Demikian pula bentuk penyogokan, komisi, titipan, amplop, upeti,
uang lelah, uang meja dan berbagai istilah lainnya tentunya dipahami sebagai sesuatu
yang berbeda di setiap daerah, lingkungan, organisasi maupun perusahaan. Ada yang
membolehkan namun ada yang melarang dan ada pula dibuat kesepakatan.
2. Knowledge.
Orang-orang yang mengetahui dan berada dalam jalur pengambil keputusan mencoba
berusaha tidak terlibat dalam masalah-masalah menyangkut masalah etika ini.
Demikian pula jika sudah mengetahui bahwa perbuatan itu melanggar etika maka
jangan dilakukan karena hal itu melanggar kata hati dan akan berhadapan dengan
hukum. Jika dihukum dan dipenjara tentu kredibilitas dan integritas diri seorang
entrepreneur akan tercemar.
3. Organizational behaviour.
Pondasi yang kokoh dari sebuah etika usaha adalah iklim yang berlaku pada sebuah
organisasi. Ada organisasi yang benar-benar ketat menjaga etika, dan memberi
pelatihan kepada stafnya agar menjaga etika. Biasanya perusahaan besar banyak
menerapkan kode etik yang diberlakulan dilingkungan usahanya. Hal ini dilakukan
demi kenyamanan dan ketenangan dalam bekerja.
D. Tujuan dan Manfaat Etika Entrepreneurship
Etika merupakan pedoman untuk mendapatkan hidup yang bernilai atau bermanfaat, di
samping itu etika juga terkait dengan petunjuk-petunjuk tindakan-tindakan apa yang benar
dan apa yang salah. Hal ini ternyata juga menjadu pedoman dan petunjuk bagi seorang
entrepreneur.
Etika yang mengikat pada diri entrepreneur, bertujuan dan bermanfaat sebagai berikut :
Basrowi (2011) memaparkan 13 (tiga belas) prinsip terkait dengan aktivitas berwirausaha
yaitu :
11. Mandiri.
Prinsip kemandirian harus menjadi panduan dalam berwirausaha. Mandiri dalam
banyak hal adalah kunci penting agar dapat menghindarkan ketergantungan dari
pihak-pihak atau para pemangku kepentingan atas usaha yang dijalani.
12. Jujur.
Kejujuran adalah mata uang yang akan laku di mana-mana. Jadi jujur kepada
pemasok dan pelanggan atau kepada seluruh pemangku kepentingan perusahaan
adalah prinsip dasar yang harus dinomorsatukan dalam usaha.
13. Peduli lingkungan.
Seorang entrepreneur harus memiliki kepedulian terhadap lingkungan sehingga turut
serta menjaga kelestarian lingkungan tempat usahanya.
Menurut Michael Josephson (1988) yang dikutip oleh Zimmerer, secara universal ada
sepuluh prinsip etika yang mengarahkan perilaku, yaitu sebagai berikut :
Cara mempertahankan standar etika bisnis dalam perusahaan, dapat melakukan hal-hal
berikut ini :
1. Kejujuran.
Entrepreneur harus selalu bersikap jujur baik dalam berbicara maupun bertindak.
Jujur ini perlu agar berbagai pihak percaya terhadap apa yang akan dilakukan.
Tanpa kejujuran, usaha tidak akan maju dan tidak dipercaya oleh mitra kerja
maupun pelanggan. Bukankah ada peribahasa yang menyatakan: “sekali lancung
ke ujian seumur hidup orang tak percaya”, peribahasa ini bermakna apabila
berbohong maka orang lain tak akan pernah percaya lagi.
Darmawan (2010) menyatakan dalam bisnis, pelaku usaha harus jujur dan adil.
Jujur berarti berani mengakui dan menerima hak setiap pihak, sedangkan adil
adalah kemauan dan kerelaan untuk memberi dan menerima hak masing-masing,
sehingga tidak ada pihak yang mengklaim apalagi merebut hak pihak lain.
2. Bertanggung jawab.
Entrepreneur harus bertanggung jawab terhadap segala kegiatan yang dilakukan
dalam bidang usahanya. Kewajiban terhadap berbagai pihak harus segera
diselesaikan. Tanggung jawab tidak hanya terbatas pada kewajiban, tetapi juga
kepada seluruh karyawannya, masyarakat sekitarnya dan pemerintah.
3. Menepati janji.
Entrepreneur dituntut untuk selalu menepati janji. Sekali entrepreneur ingkar
janji, maka hilanglah kepercayaan pihak lain terhadapnya. Entrepreneur juga
harus konsisten terhadap apa yang telah dibuat dan disepakati sebelumnya.
Bukankah manusia yang dipegang lidah atau perkataannya. Sekali kita tidak
menepati janji maka akan tergerus kepercayaan pihak lain kepada kita.
4. Disiplin.
Entrepreneur dituntut untuk selalu disiplin dalam berbagai kegiatan yang
berkaitan dengan usahanya, misalnya dalam hal waktu pembayaran atau
pelaporan kegiatan usahanya.
5. Taat hukum.
Entrepreneur harus selalu patuh dan menaati hukum yang berlaku, baik yang
berkaitan dengan norma, adat istiadat di masyarakat ataupun hukum yang dibuat
pemerintah. Pelanggaran terhadap hukum dan peraturan yang telah diperbuat akan
berakibatkan fatal di kemudian hari. Bahkan hal itu akan menjadi beban moral
bagi seorang entrepreneur apabila tidak diselesaikan segera.
6. Suka membantu.
Entrepreneur secara moral harus sanggup membantu berbagai pihak yang
memerlukan bantuan. Sikap ringan tangan ini dapat ditunjukkan kepada
masyarakat dalam berbagai cara.
7. Komitmen dan menghormati.
Entrepreneur harus komitmen dengan apa yang dijalankan dan menghargai
komitmen dengan pihak-pihak lain yang berhubungan dengannya. Entrepreneur
yang menjunjung komitmen terhadap apa yang telah diucapkan atau disepekati
akan dihargai oleh berbagai pihak.
8. Mengejar prestasi.
Entrepreneur yang sukses harus selalu berusaha mengejar prestasi setinggi
mungkin. Tujuannya agar perusahaan dapat terus bertahan dari waktu ke waktu.
Prestasi yang berhasil dicapai perlu terus ditingkatkan. Di samping itu,
entrepreneur juga harus tahan mental dan tidak mudah putus asa terhadap
berbagai kondisi dan situasi yang dihadapinya. Di mana kondisi dan situasi yang
dihadapi bukan sebagai penghalang tetapi merupakan sebagai tantang untuk maju.
H. Masalah Etika dalam Bisnis dan Contoh Pelanggaran
Masalah etika dalam bisnis dapat diklasifikasikan ke dalam lima kategori yaitu : Suap
(Bribery), paksaan (Coercion), penipuan (Deception), pencurian (Theft), Diskriminasi tidak
jelas (Unfair discrimination), yang masing-masing dapat diuraikan berikut ini :
1. Suap (Bribery)
Adalah tindakan berupa menawarkan, memberi, menerima atau meminta sesuatu
yang berharga dengan tujuan mempengaruhi tindakan seorang pejabat dalam
melaksanakan kewajiban publik. Suap dimaksudkan untuk memanipulasi
seseorang dengan membeli pengaruh. ‘Pembelian’ itu dapat dilakukan baik
dengan membayarkan sejumlah uang atau barang, maupun pembayaran kembali
setelah transaksi terlaksana. Suap kadang kala tidak mudah dikenali. Pemberian
cash dimasukkan sebagai suap, tetapi pemberian hadiah tidak selalu sebagai suap,
tergantung maksud yang diharapkan oleh pemberi hadiah.
2. Paksaan (Coercion)
Adalah tekanan, batasan, dorongan dengan paksa atau dengan menggunakan
jabatan atau ancaman. Coercion dapat berupa ancaman untuk mempersulit
kenaikan jabatan, pemecatan, atau penolakan industri terhadap seorang individu.
3. Penipuan (Deception)
Adalah tindakan memperdaya, menyesatkan yang disengaja dengan mengucapkan
atau melakukan kebohongan.
4. Pencurian (Theft)
Adalah tindakan mengambil sesuatu yang bukan hak kita atau mengambil properti
milik orang lain tanpa persetujuan pemiliknya. Properti tersebut dapat berupa
properti fisik atau konseptual.
5. Diskriminasi tidak jelas (Unfair discrimination)
Adalah perlakuan tidak adil atau penolakan terhadap orang-orang tertentu yang
disebabkan oleh ras, jenis kelamin, kewarganegaraan, atau agama. Suatu
kegagalan untuk memperlakukan semua orang dengan setara tanpa adanya
perbedaan yang beralasan antara mereka yang ‘disukai’ dan tidak.
BAB III
PENUTUPAN
A. KESIMPULAN
Etika adalah sebuah ilmu yang mempelajari bagaimana berperilaku jujur, benar dan adil.
Etika merupakan cabang ilmu filsafat, mempelajari perilaku moral dan amoral, membuat
pertimbangan matang yang patut dilakukan oleh seseorang kepada orang lain atau kelompok
tertentu. Regulasi dan etika bisnis merupakan seperangkat aturan, norma, nilai, dan kode etik
yang harus diperhatikan para pengusaha dalam menjalankan usaha/bisnisnya secara adil,
sesuai dengan hukam yang berlaku, dan tidak tergantung pada kedudukan individu ataupun
perusahaan di masyarakat. Prinsip etika dalam entrepeneurship antara lain yaitu membangun
kepercayaan antar anggota masyarakat dengan perusahaan atau pengusaha, menjaga etika
adalah hal penting untuk melindungi reputasi perusahaan.
B. SARAN
Semua pengusaha menjalankan usaha atau bisnisnya harus memperhatikan regulasi dan
etika bisnis. Sebagaimana yang telah diatur dalam undang-undang dan hokum yang berlaku
sebagai bentuk kebijakan perintah dalam perannya menertibkan iklim perokonomian nasional
agar tetap kondusif. Khusunya hubungan perusahaan dengan konsumen, perusahaan lain,
pemerintah, maupun masyarakat, agar usaha yang dijalankan tersebut dapat berjalan dengan
baik dan mampu meningkatkan daya saing dengan produk lain. Hal tersebut diharapkan
dapat meningkatkan perekonomian nasional.