Anda di halaman 1dari 6

TUGAS KARYA ILMIAH KEWIRAUSAHAAN DAN ETIKA TERAPAN TUGAS KARYA ILMIAH KEWIRAUSAHAAN DAN ETIKA TERAPAN

Disusun Oleh : Wawan Ridwan 0651 10 057 B (Semester 4) Blog : http://yahabibiyamuhammad.wordpress.com/ Dosen : Prof. Dr.-Ing. Soewarto Hardhienata e-mail respon tugas : <kep2012@endhunt.web.id> PROGRAM STUDI ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PAKUAN BOGOR KATA PENGANTAR Alhamdulillahirobbilalamin, segala puji bagi Allah SWT Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas kuliah 02 tentang KEWIRAUSAHAAN DAN ETIKA TERAPAN Sholawat serta salam semoga terlimpah dan tercurah kepada baginda Nabi besar Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan salam kita selaku umatnya. Dalam penyusunan tugas ini, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr.-Ing. Soewarto Hardhienata selaku dosen yang telah memberikan bimbingan dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini, serta kedua orang tua, keluarga besar penulis, dan rekan-rekan mahasiswa Universitas Pakuan yang selalu berdoa dan memberikan motivasi kepada penulis. Karya tulis ilmiah ini di susun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah yaitu Kewirausahaan Dan Etika Profesi yang merupakan mata kuliah yang ada di Program Studi Ilmu Komputer / Fakultas Mipa, Universitas Pakuan Bogor. agar menjadi seorang wirausaha yang mandiri dan berkompeten bisa menciptakan lapangan pekerjaan yang kreatif serta inovatif. Penulis menyadari bahwa tugas ini masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar tugas ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata penulis berharap tugas ini dapat memberikan wawasan dan pengetahuan kepada para pembaca pada umumnya dan pada penulis pada khusunya. Bogor, 12 April 2012 Penyusun Wawan Ridwan DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PEDAHULUAN 1.1 Tinjauan Umum Tentang Kewirausahaan dan Etika 1.2 Pengertian Kewirausahaan 1.3 Pengertian Etika Profesi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kewirausahaan 2.2 Etika dan Terapan BAB III PEMBAHASAN 3.1 Munculnya Etika Terapan 3.2 Metode Etika Terapan BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan DAFTAR PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Umum Tentang Kewirausahaan dan Etika. kewirausahaan adalah sebuah bidang yang ditekuni oleh manusia berilmu yang mempunyai kemampuan khusus, tentu saja dalam hal ini yang sudah di tekuni dan dipelajarinya, seorang wirausaha haruslah kreatif dan inovatif dalam menjalankan wirausaha, biasanya kewirausahaan menerapkan tentang kemandirian, dalam hal ini kemampuan seorang wirausaha terletak pada bidang masing-masing yang sudah di tekuni, bidang tersebut bisa terkategorikan dengan kemampuan dan skill masing-masing setiap individu yang melakoninya, Jadi menurut saya kewirausahaan adalah suatu sikap, jiwa dan kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang kreatif dan inovatif serta mandiri, diharapkan seorang wirausaha berguna bagi dirinya sendiri dan orang lain. Untuk artian dari Etika dapat di artikan sebagai sifat ataupun perilaku seorang manusia, sedangkan profesi merupakan suatu kemampuan seseorang yang ditekuni sebagai pekerjaannya, bisa di simpulkan dalam hal ini keduanya berhubungan sangat erat dengan kewirausahaan jadi etika profesi adalah suatu sikap yang di miliki oleh seorang wirausaha untuk menjadikan seorang pelaku wirausaha yang profesional dan mandiri, intinya kewirausahaan harus di barengi dengan etika profesi supaya bisa menghasilkan profesionalitas yang di akui semua orang. 1.2 Pengertian Kewirausahaan Wirausaha adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk melihat dan menilai kesempatankesempatan bisnis, mengumpulkan sumber daya- sumber daya yang dibutuhkan untuk mengambil tindakan yang tepat dan mengambil keuntungan dalam rangka meraih sukses. Kewirausahaan pada hakekatnya adalah sifat, ciri dan watak seseorang yang memiliki kemauan dalam mewujudkan gagasan inovatif ke dalam dunia nyata secara kreatif, sedangkan yang dimaksudkan dengan seorang Wirausahawan adalah orang-orang yang memiliki kemampuan melihat dan menilai kesempatankesempatan bisnis; mengumpulkan sumberdaya-sumberdaya yang dibutuhkan untuk mengambil tindakan yang tepat, mengambil keuntungan serta memiliki sifat, watak dan kemauan untuk mewujudkan gagasan inovatif kedalam dunia nyata secara kreatif dalam rangka meraih sukses/meningkatkan pendapatan. Intinya, seorang Wirausahawan adalah orang-orang yang

memiliki jiwa Wirausaha dan mengaplikasikan hakekat Kewirausahaan dalam hidupnya. Orang-orang yang memiliki kreativitas dan inovasi yang tinggi dalam hidupnya. Secara epistimologis, sebenarnya kewirausahaan hakikatnya adalah suatu kemampuan dalam berpikir kreatif dan berperilaku inovatif yang dijadikan dasar, sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat dan kiat dalam menghadapi tantangan hidup. Seorang wirausahawan tidak hanya dapat berencana, berkata-kata tetapi juga berbuat, merealisasikan rencana-rencana dalam pikirannya ke dalam suatu tindakan yang berorientasi pada sukses. Maka dibutuhkan kreatifitas, yaitu pola pikir tentang sesuatu yang baru, serta inovasi, yaitu tindakan dalam melakukan sesuatu yang baru. 1.3 Pengertian Etika Profesi Etika profesi itu adalah ke profesional seseorang wirausahawan, sesuai dengan norma dan nilai yang mempunyai arti filsafat kehidupan manusia yang baik untuk di lakukan sebagai hidup dengan mengandalkan keahlian dan keterampilan dengan melibatkan kotmitmen pribadi yang baik dalam suatu pekerjaan yang ahli di bidang tersebut dan bisa memperhatiakan pekerjaan sesuai dengan etika profesi pribadi itu sendiri. Untuk memahami apa itu etika profesi, sesungguhnya kita perlu membandingkannya dengan moralitas. Baik etika dan moralitas sering dipakai secara dapat dipertukarkan dengan pengertian yang sering disamakan begitu saja. Ini sesungguhnya tidak sepenuhnya salah. Hanya saja perlu diingat bahwa etika bisa saja punya pengertian yang sama sekali berbeda dengan moralitas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kewirausahaan Pada hakikatnya kewirausahaan adalah sifat, ciri, dan watak seseorang yang memiliki kemauan dalam mewujudkan gagasan inovatif kedalam dunia nyata secara kreatif. Dari beberapa konsep yang ada ada 6 hakekat penting kewirausahaan sebagai berikut ( Suryana,2003 : 13), yaitu : 1. Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang dijadikan dasar sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses, dan hasil bisnis (Acmad Sanusi, 1994). 2. Kewirausahaan adalah suatu kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (ability to create the new and different) (Drucker, 1959). 3. Kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan (Zimmerer. 1996). 4. Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diperlukan untuk memulai suatu usaha (start-up phase) dan perkembangan usaha (venture growth) (Soeharto Prawiro, 1997). 5. Kewirausahaan adalah suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru (creative), dan sesuatu yang berbeda (inovative) yang bermanfaat memberi nilai lebih. 2.2 Etika dan Terapan Etika Terapan diartikan sebagai ilmu yang mempelajari kebaikan dan keburukan dalam hidup manusia khususnya perbuatan manusia yang didorong oleh kehandak dengan didasari pikiran yang jernih dengan pertimbangan perasaan. Etika terapan dibagi menjadi 2 yaitu, Etika Umum dan Etika Khusus, Etika Umum berbicara mengenai norma, nilai moral, dan kondisi-kondisi dasar bagi manusia untuk bertindak secara etis. Sedangkan Etika Khusus atau etika terapan adalah penerapan prinsipprinsip atau norma-norma moral dasar dalam bidang kehidupan yang khusus.

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Munculnya Etika Terapan Sudah dalam waktu yang lama etika tampil dalam bentuk etika umum, yang membahas secara teoritis-filosofis perihal baik-buruknya perbuatan manusia dari sudut pandang etis. Akan tetapi, kirakira empat dasawarsa terakhir perhatian terhadap filsafat moral (etika) berubah drastis. Etika tampil dalam bentuk etika terapan atau kadang disebut filsafat terapan. Pada awal abad 20, di kawasan berbahasa inggris, khususnya di United Kingdom dan Amerika Serikat etika dipraktekkan sebagaimetaetika. Ini adalah suatu aliran dalam filsafat moral yang tidak menyelidiki baik buruknya perbuatan manusia, melainkan bahasa moral atau ungkapan-ungkapan manusia tentang baik dan buruk. Aliran meta etika merupakan filsafat moral yang mendominasi enam decade pertama abad ke-20. Baru mulai akhir 1960-an terlihat suatu tendensi lain. Timbul perhatian yang semakin besar terhadap etika. Sekitar saat itu etika mulai meminati masalah-masalah etis yang konkrit. Etika turun dari tempatnya yang tinggi, dan mulai membumi. Perubahan tersebut dapat dikatakan dipicu oleh beberapa factor yang timbul serentak. Diantara beberapa factor itu dapat disebut faktor penting pertama adalah perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan dan tekhnologi, khususnya dalam sector ilmu-ilmu biomedis. Perkembangan pesat bidang ini telah menimbulkan banyak persoalan etis yang besar. Faktor penting kedua adalah terciptanya semacam iklim moral yang mengundang minat baru untuk etika. Iklim baru yang dimaksud berupa munculnya gerakan hak diberbagai bidang, yang secara khusus telah mengundang peran actual dari etika itu sendiri. 3.2 Kaitan etika terapan dengan etika umum Penampilan baru etika dalam bentuk etika terapan sekarang ini mempunyai konsekuensi juga untuk etika teoretis atau etika umum. Perdebatan tentang masalah-masalah kongkrit akhirnya akan memperjelas, menguji dan mempertajam juga prinsip-prinsip moral yang umum. Perjumpaan dengan praktek akan memberikan banyak masukan berharga yang dapat dimanfaatkan oleh refleksi etika teoritis. Sebaliknya, etika terapan sangat membutuhkan bantuan dari teori etika, sebagai pegangan baginya dalam memasuki pergumulan dengan masalah-masalah praktis. Disini ia mempergunakan prinsip-prinsip dan teori moral yang diharapkan sudah mempunyai dasar yang kukuh. Apa yang dihasilkan oleh etika terapan tidaklah bias diandalkan kalau teori etika yang ada dibelakangnya tidak berbobot dan bermutu. 3.2 Metode Etika Terapan Etika terapan bukanlah suatu pendekatan ilmiah yang pasti seragam. Etika terapan tidak menyediakan metode siap pakai yang biasa dimanfaatkan begitu saja oleh setiap orang yang berkecimpung di bidang ini. Variasi metode dan variasi pendekatan pasti cukup besar di dalamnya. Namun demikian, terdapat empat unsur yang dengan salah satu cara selalu berperanan dalam etika terapan, betapapun besarnya variasi yang dapat ditemui di dalamnya. Dan kalau dikaji lebih dalam, maka sebenarnya keempat unsur ini akan selalu mewarnai pemikiran etis. Artinya, siapa saja yang ingin membentuk suatu pendirian yang beralasan tentang problem-problem etis juga di luar kerangka etika terapan yang resmi akan mempunyai empat unsur ini. Kempat unsur yang dimaksud adalah:

1. Sikap Awal Sikap awal merupakan sikap tertentu seseorang terhadap statu hal atau masalah yang dihadapinya. Sikap moral berupa sikap awal ini bisa pro atau kontra atau juga netral, masalah bisa tak acuh, terhadap sesuatu. Sikap awal ini pada umumnya merupakan sikap yang Belum direfleksikan. Artinya, orang Belem memikirkan mengana dia bersikap demikian terhadap masalah itu. Sikap awal ini terbentuk oleh macam-macam faktor yang ikut memainkan peranan dalam hidup seorang manusia, seperti: pendidikan, agama, kebudayaan, watak seseorang, pengalaman pribadi, media massa, kebiasaan, dan lain-lain. Umumnya sikap awal ini orang pertahankan tanpa memikirkannya lebih dalam lagi sampai saat dia berhadapan dengan suatu peristiwa atau keadaan yang menggugah refleksinya. Refleksi yang dilakukan selanjutnya dapat saja mengubah sikap awal tadi atau malah semakin meneguhkannya. Sikap awal kita menjadi sesuatu yang problematis ketika kita bertemu dengan orang yang memiliki sikap lain tentang masalah yang sama. Kita bisa berbeda pandangan tentang sesuatu hal, umpamanya, tentang hukuman mati eutanasia; atau tentang masalah lebih sederhana, umpamanya tentang tindakan pemberantasan korupsi, tentang penentuan jodoh oleh orang tua, dan sebagainya. Berhadapan dengan sikap awal yang berbeda ini, pemikiran moral kita mulai tergugah, dan pada saat itulah refleksi etis kita mulai berlangsung. Kita mulai merefleksikan sikap awal, kita bertanya lebih dalam mengana kita bersikap demikian terhadap masalah itu; apa alasan yang bisa kita pertanggungjawabkan yang melandasi sikap kita itu; apakah alasan-alasan itu bisa tahan uji dihadapan berbagai alasan-alasan yang dikemukakan, yang melatarbelakangi sikap orang lain yang berbeda dengan sikap kita; dan sebagainya. 2. Informasi. Setelah pemikiran etis tergugah, unsur kedua yang dibutuhkan adalah informasi, yang tentu mempunyai kaitan dengan masalah yang sedang dihadapi. Kita butuh informasi penting dan obyektif mengenai sesuatu hal, dengannya kita bisa mengetahui dengan lebih baik tentang sesuatu yang sedang kita hadapi. Tanpa informasi yang memadai, maka sikap moral kita terhadap sesuatu sulit dipertanggungjawabkan. Kita butuh informasi yang berasal dari sumber yang dapat dipercaya, yang memiliki keahlian dan punya wawasan yang luas. Kalau informasi penting tidak kita dapatkan, maka sikap moral hanya didasarkan atas asumsi-asumsi pribadi, diatas pemikiran subyektif dan bahkan sangat emosional saja. Pentingnya mendapatkan informasi yang memadai merupakan salah satu alasan mendasar mengenai etika terapan harus dijalankan dalam konteks verja sama multidisipliner, berbagai infornasi penting yang Sangat kita butuhkan sebagai landasan obyektif pembentukan sikap yang dapat kita pertanggungjawabkan, dapat kita peroleh. 3. Logika berpikir Proses pembahasan suatu masalah yang sedang dihadapi harus mematuhi tuntutan berpikir logisrasional. Ini diperlukan bagi setiap usa pembahasan untuk menghasilkan kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan secara moral. Penerapan prinsip logis-rasional dapat memperlihatkan hubungan antara kesimpulan dengan premis-premis yang mendahuluinya, dan apakah kesimpulan yang diambil dapat tahan uji jika diperiksa secara iritis menurut aturan-aturan logika. Logika juga dapat menunjukan kesalahan-kesalahan penalaran deserta inkonsistensi yang barangkali terjadi dalam argumentasi. Penggunaan pemikiran logis-rasional juga sangat diperlukan dalam melakukan perumusan yang tepat mengenai batasan yang jelas atas topik yang sedang dibicarakan. Diskusi tentang topik-topik etis seringkali menjadi kacau karena tidak dirumuskan dengan jelas apa yang dimaksudkan dengan topik tersebut, sehingga para peserta diskusi mungkin memaksudkan beberapa hal yang berbeda.

Keempat unsur yang telah dibicarakan, yakni : sikap awal, informasi, norma-norma etis dan pemikiran logis, merupakan unsur-unsur paling penting yang membentuk etika terapan. Diskusi yang berlangsung dalam etika terapan dimungkinkan sebagai buah hasil kerjasama dan interaksi antara empat unsur itu. Dengan cara demikian, etika terapan dapat membantu untuk mengangkat pertimbangan dan keputusan moral kita dari suatu taraf subyektif serta emosional ke suatu taraf obyektif dan rasional. Suatu pandangan disebut obyektif apabila dalam penalarannya lepas dari factor-faktir yang hanya penting untuk beberapa orang; tidak memihak atau memenangkan kepentingan pihak tertentu saja; tidak berprasangka atau bertolak dari anggapan-anggapan yang tidak bisa dipertanggungjawabkan secara rasional. BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Mata kuliah ini memberi kemampuan dasar kepada mahasiswa dalam bidang kewirausahaan dan penerapannya dalam kehidupan praktis. Dalam mata kuliah ini dibahas mengenai konsep-konsep dasar kewirausahaan, model pengembangan wirausaha, strategi kewirausahaan, kompetensi inti, etika bisnis dalam kewirausahaan, analisis dan studi kelayakan usaha, dan sebagainya. Selain secara teoritis dikemukakan tentang cara-cara berwirausaha, perkuliahan ini juga menguraikan langkahlangkah praktis menuju wirausaha sukses. Pada topik pembahasan dari materi yang dibahas dalam tugas ini ada beberapa hal yang berkaitan dengan etika terapan (applied ethic). Alasannya, karena sebagian besar dari materi yang dibahas dalam tugas ini, merupakan bahan-bahan pembahasan dari etika terapan. Istilah etika terapan kedengarannya agak baru, tapi isinya bukanlah sesuatu baru sama sekali dalam sejarah filsafat moral. Daftar Pustaka http://wirausahaumy.blogspot.com/2008/03/kuliah-i-pengertian-kewirausahaan.html http://ernirismayana.blogspot.com/2011/12/proses-kewirausahaan.html http://yahabibiyamuhammad.wordpress.com/ http://bomels8.blogspot.com/2009/03/bab-4-proses-kewirausahaan.html

Anda mungkin juga menyukai