Anda di halaman 1dari 25

Makalah

Etika Profesi Humas


“Etika, Norma-Norma, Kaidah Dan Etiket”

Kelompok 2

Sefka Pajri : 15022009


Adiyatma : 15022024
Agustho Yuanda: 16022028 P

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LAMPUNG
TAHUN AKADEMIK 2017/2018
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah etika profesi
humas dengan baik.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah
ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang etika profesi humas ini dapat memberikan
manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Bandar Lampung, 12 September 2017

Kelompok 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................... i

DAFTAR ISI ...................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................. 1


1.1 Latar Belakang ...................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................. 2
1.3 Tujuan ................................................................................... 2
1.4 Manfaat ................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................... 3


2.1 Pengertian Etika .................................................................... 3
2.2 Pendapat Para Pakar Atau Ilmuan Tentang Etika ................. 3
2.3 Etika Kehumasan .................................................................. 4
2.4 Jenis Dan Guna Etika ............................................................ 9
2.5 Pengertian Norma Dan Etika ................................................ 12
2.6 Hakikat Kaidah Dan Norma ................................................. 13
2.7 Etiket.....................................................................................17
2.8 Mannfaat Beretiket ............................................................... 19
2.9 Persamaan Dan Peredaan Etika Dan Etiket .......................... 19

BAB III PENUTUP ........................................................................... 21


3.1 Simpulan ............................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 22


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

PR (public relations) atau humas merupakan suatu profesi, dimana fungsi dan kegunaanya di
terapkan pada organisasi pemerintahan maupun swasta. Humas atau hubungan masyarakat
adalah seni menciptakan pengertian publik yang lebih baik sehingga dapat memperdalam
kepercayaan publik terhadap suatu individu atau organisasi. sebagai profesi, humas atau PR
mempunyai etika yang harus di terapkan dan dijalankan.
Dalam hal ini yang dimaksud dengan Humas (Public Relations) menurut Frank Jefkins adalah
sesuatu yang merangkum keseluruhan komunikasi yang terencana baik kedalam maupun
keluar antara suatu organisasi dengan semua khalayak dalam rangka mencapai tujuan-tujuan
spesifik yang berlandaskan pada saling pengertian.

Etika merupakan cabang dari filsafat dimana mempelajari pandangan-pandangan dan


persoalan-persoalan yang berhubungan dengan masalah kesusilaan yang kadang-kadang
orang memakai dengan istilah filsafat etika, filsafat moral, filsafat susila.etika ilmu yang
mempelajari apa yang benar dan apa yang salah, fungsi praktis dari etika adalah memberikan
pertimbangan dalam berprilaku. Tujuan mempelajari etika, untuk mendapatkan konsep yang
sama mengenai penilaian baik dan buruk bagi semua manusia dalam ruang dan waktu
tertentu pengertian baik sesuatu hal dikatakan baik bila ia mendatangkan rahmat, dan
memberikan perasaan senang, atau bahagia (Sesuatu dikatakan baik bila ia dihargai secara
positif) Pengertian buruk segala yang tercela. Perbuatan buruk berarti perbuatan yang
bertentangan dengan norma-norma masyarakat yang berlaku.

Akan tetapi pada kenyataanya tidak semua praktisi humas professional menerapkan etika
dalam menjalankan profesi kehumasanya. karena kurang menyadari atau bahkan kurang
perduli,betapa pentingnya etika profesi dalam menjalankan profesi kehumasanya.maka dari
itu makalah ini di buat dengan harapan dapat mengetahui pentinhnya etika profesi dalam
dunia kehumasan.
1.2 PERUMUSAN MASALAH
1. Apa saja jenis-jenis dan guna Etika ?
2. Apa Pengertian Etika ?
3. Apa Pengertian Etika Menurut Para Ahli ?
4. Apa Pengertian Kaidah ?
5. Apa Saja Jenis-Jenis Norma ?
6. Apa Pengertian Etiket ?
7. Apa Guna Etiket ?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan penulis membuat makalah ini adalah kita biasa mengetahui tentang etika, norma-
norma, kaidah dan etiket profesi humas.

1.4 Manfaat Penulisan


Adapun manfaat penulisan ini adalah untuk menambah pengetahuan mengenai etika, norma-
norma, kaidah dan etiket profesi humas.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN ETIKA


Etika (etimologi) berasal dari bahasa Yunani, yaitu “Ethos” yang berarti watak kesusilaan
atau adat kebiasaan (custom). Etika biasanya berkaitan erat dengan perkataan Moral yang
merupakan istilah dari bahasa Latin, yaitu “Mos” dan “MORES” (dalam bentuk jamak), yang
berarti adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik
(kesusilaan) dan menghindari hal-hal tindakan yang buruk.
Menurut Filsuf Aristoteles dalam bukunya “Etika Nikomacheia” menjelaskan pembahasan
Etika sebagai berikut :
1. Terminius Technicus, dalam hal ini etika dipelajari untuk ilmu pengetahuan yang
mempelajari masalah perbuatan atau tindakan manusia.
2. Manner & Custom, membahas Etika yang berkaitan dengan tata cara & kebiasaan (adat)
yang melekat dalam kodrat manusia (Inherent in Human Nature) yang terikat dengan
pengertian “baik & buruk” suatu tingkah laku atau perbuatan manusia.

2.2 PENDAPAT PARA PAKAR ATAU ILMUWAN TENTANG ETIKA


1. “I.R. Poedjawijatna” dalam bukunya Etika, mengemukakan bahwa Etka merupakan
cabang dari filsafat. Etika mencari kebenaran & sebagai filsafat ia mencari keterangan benar
yang sedalam-dalamnya. Tugas Etika adalah mencari ukuran baik-buruknya tingkah laku
manusia.
2. “Ki Hajar Dewantara” (1962), Etika adalah ilmu yang mempelajari segala soal kebaikan &
keburukan di dalam hidup manusia semuanya, teristimewa yang mengenai gerak-gerik
pikiran & rasa yang dapat merupakan pertimbangan & perasaan, sampai mengenai tujuan
yang dapat merupakan perbuatan.
3. “Austin Fogothey”, dalam bukunya “Rights & Reason Ethic (1953)”, Etika berhubungan
dengan seluruh ilmu pengetahuan tentang manusia & masyarakat sebagai antropologi,
psikologi, sosiologi, ekonomi, ilmu politik & hukum.
4. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988), etika memiliki tiga arti :
a. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral
(akhlak);
b. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak; pengertian ini tertuang
dalam kajian kode etik profesi, misalnya: Kode Etik Jurnalistik, Kode Etik Humas,
atau Kode Etik Periklanan
c. Nilai mengenai tindakan yang benar dan salah yang dianut suatu golongan
masyarakat. Pengertian & definisi Etika dari para filsuf atau ahli tersebut diatas
berbeda-beda pokok perhatiannya, antara lain :
1. Merupakan prinsip-prinsip moral yang termasuk ilmu tentang kebaikan dan
sifat dari hak (The principles of morality, including the science of good and
the nature of the right).
2. Pedoman perilaku yang diakui berkaitan dengan memperhatikan bagian utama
dari kegiatan manusia (The rules of conduct, recognize in respect to a
particular class of human actions).
3. Ilmu watak manusia yang ideal & prinsip-prinsip moral sebagai individual
(The science of human character in its ideal state, and moral priciples as of an
individual).
4. Merupakan ilmu mengenai suatu kewajiban (The science of duty). Berkaitan
dengan definisi atau pendapat para tokoh tersebut di atas tentang etika, dapat
ditarik suatu kesimpulan secara umum bahwa “hubungan dengan perbuatan
seseorang yang dapat menimbulkan “penilaian” dari pihak lainnya akan baik-
buruknya perbuatan yang bersangkutan disebut ETIKA”.

2.3 ETIKA KEHUMASAN


1. Etika Profesional
Prinsip di balik etika profesional adalah tindakan seseorang dirancang untuk menciptakan
kebaikan yang paling tinggi baik bagi klien maupun bagi komunitas secara keseluruhan,
bukan untuk meningkatkan posisi dan kekuasaan praktisi. Perilaku profesional di dasarkan
pada apa yang secara umum di anggap sebagai motif yang luhur, yang di pantau dan di ukur
berdasarkan kode perilaku yang berlaku dan di laksanakan melalui interpretasi kongkrit bagi
mereka yang menyimpang dari standar kinerja yang telah di terima. Kode perilaku
profesional di tujukan untuk menentukan norma perilaku yang dapat di terima bagi para
karyawan dan profesional dalam berkarya.

4
Hubungan klien dengan profesional merupakan sebuah hubungan kepercayaan, hubungan
kepercayaan ini berbeda dengan hubungan dengan pelayan ketrampilan. Etika erat kaitannya
dengan pelaksanaan kode etik perilaku. Fungsi dari keduanya adalah untuk melindungi
mereka yang mempercayakan kesejahteraan di tangan profesional. Perlindungan terhadap
profesi tersebut berupa hak istimewa, status, dan kolegitas profesional. Dalam profesi,
penerapan nilai-nilai moral dlam prakteknya di sebut sebagai etika terapan.
Etika profesi merupakan norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah, ukuran-ukuran yang
diterima dan di taati oleh para pegawai atau karyawan, berupa peraturan-peraturan, tatanan
yang di taati semua karyawan dari organisasi tertentu, yang telah di ketahuinya untuk di
laksanakan, karena hal tersebut melekat pada status atau jabatannya. Dalam kata lain etika
profesi adalah kebiasaan yang baik atau peraturan yang diterima dan ditaati oleh para
karyawan dan telah mengendap menjadi bersifat normatif.
Sebagian besar organisasi profesional dan banyak perusahaan bisnis lainnya mempunyai kode
etik. Dalam setiap profesi tersebut pasti memiliki kode etik yang berbeda. Kode etik
merupakan aturan-aturan susila yang ditetapkan bersama dan ditaati bersama oleh seluruh
anggota yang bergabung dalam suatu profesi.
Kode etik meupakan persetujuan bersama yang timbul secara murni dari diri pribadi para
anggota. Kode etik merupakan serangkaian peraturan yang di sepakati bersama guna
menyatakan sikap atau perilaku anggota profesi. Kode etik lebih mengingatkan pembinaan
para anggota sehingga mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat. Kode etik profesi
dilaksanakan oleh pribadi-pribadi yang memiliki profesi terkait karena hal tersebut melekat
pada jabatannya dan bersifat normatif.
Dalam usaha mencanangkan patokan dari perilaku bertanggung jawab, mereka harus
menegakkan kede etik yang merupakan dasar bagi profesionalisme sesuai dengan pernyataan
mereka dengan pertimbangannya adalah kredibilitas. Etika profesi sangat penting terutama
dalam rangka untuk pembinaan karyawan, untuk meningkatkan mutu serta mewujudkan
pribadi karyawan yang jujur, bersih, berwibawa, semakin mempunyai rasa memiliki
organisasi, tanggung jawab, dalam keterlibatannya untuk mengembangkan organisasiny, rasa
ikut memiliki besar.

5
Etika profesi dapat membimbing karyawan dalam menjalankan tugasnya sehingga mampu
menyelesaikan tugas-tugasnya dengan seksama, etos kerja yang tinggi, dengan tanggung
jawab, sehingga memperoleh hasil yang memuaskan. Selain itu etika profesi juga dapat
memberi arah, petunjuk untuk membentuk kepribadian seseorang sesuai dengan profesinya
kemudian hasil kerjanya dapat memuaskan publik yang dilayaninya.

2. Etika Kehumasan
Public Relation adalah merupakan salah satu profesi yang memiliki kode etik. Dalam Public
Ralation kode etik disebut sebagai kode etik Publik Relation atau kode etik kehumasan atau
etika profesi humas. Dalam buku Etika Kehumasan karangan Rosady Ruslan disebutkan
bahwa etika profesi humas merupakan bagian dari bidang etika khusus atau etika terapan
yang menyangkut demensi sosial, khususnya bidang profesi.
Kegiatan Humas atau profesi Humas (Public Relation Professional), baik secara kelembagaan
atau dalam stuktur organisasi (Public Relation by Function) maupun individual sebagai
penyandang professional Humas (Public relation Officer by Professional) berfungsi untuk
menghadapi dan mengantisipasi tantangan kedepan, yaitu pergeseran sistem pemerintahan
otokratik menuju sistem reformasi yang lebih demokratik dalam era globaluisasi yang
ditandai dengan unculnya kebebasan pers, mengeluarkan pendapat, opini dan berekspresi
yang terbuk, serta kemampuan untuk berkompetitif dalam persaingan pasar bebas, khususnya
di bidang jasa teknologi informasi dan bisnis lainnya yang mampu menerobos batas- batas
wilayah suatu negara, sehingga dampaknya sulit dibendung oleh negara lain sebagai target
sasarannya. Perlunya penyesuan, perubahan (revisi) dan modifikasi mengenai seperangkat
pengaturan dan peundang-undangan yang ada, baik di idang hukum komunikasi, etika,
maupun kode etik profesi (code of proffesion) khususnya profesi kehumasan (public relation
ethics, jurnalistik / pers media cetak dan elektronik, periklanan, promosi pemasaran, dan
bidang profesi komunikasi lainnya.
Pada akhirnya munculah titik tolak dari kode etik tersebut adalah untuk menciptakan rasa
tanggung jawab (sense of responsibility) yang hendak dicapai atau dikembangkan oleh pihak
profesi bidang komuniksi pada umumnya, dan pada profesi kehumasan khususnya, melalui
kode etik dan etika profesi sebagai refleksi bentuk tanggung jawab, perilaku, dan moral yang
baik.

6
Dalam buku Etika Kehumasan, Roslan Rosady mengungkapkan aspek aspek yang kode
perilaku seorang praktisi humas, antara lain:

 code of conduct, merupakan kode perilaku sehari-hari terhadap integritas pribadi,


klien dan majkan, media dan umum, serta perilaku terhadap rekan seprofesinya.
 code of profession, merupakan standar moral, bertindak etis dan memiliki kualifikasi
serta kemampuan tertentu secara profesional.
 code of publication, merupakan standar moral dan yuridis etis melakukan kegiatna
komunikasi, proses dan teknis publikasi untuk menciptakan publisitas yang positif
demi kepentingan publik.
 code of enterprise, menyangkut aspek hukum perizinan dan usaha, UU PT, UU Hak
Cipta, Merek dan Paten, serta peraturan lainnya.

Di antara praktisi public relation terdapat perbedaan pendapat yang besar mengenai apakah
public relations adalah suatu karya seni, ketrampilan, atau sebuah profesi dalam pengertian
yang sama denagn kedokteran dan hukum.
Ada juga gagasan, yang dikembangkan oleh banyak profesional bahwa yang palig penting
adalah bagi individu bersangkutan untuk nertindak sebagai seorang profesional dalam bidang
ini. Kemudaian seorang praktisi humas harus memiliki: rasa kemandirian; rasa tanggung
jawab terhadap masyarakat dan kepentingan umum; kepedulian nyata terhadap kompentensi
dan kehormatan profesi ini secara menyeluruh; kesetiaan yang lebih tinggi terhadap standar
profesi dan sesama profesional daripada kepada pihak yang memberi pekerjaan kepadanya
pada saat itu. Hambatan besar bagi profesionalisme adalah sikap banyak praktisi itu sendiri
terhadap pekerjaan mereka, mereka memandang lebih tinggi arti keamanan kerja prestise
dalam organisasi, jumlah gaji, dan pengakuan dari atasan bibandingkan nilai-nilai tersebut.
International Public Relation Association (IPRA) menyatakan kode etik humas yang
kemudian diterima dalam konvensi-nya di Venice pada Mei 1961, isinya adalah:
1. Integritas pribadi dan profesional, reputasi yang sehat, ketaatan pada konstitusi dan kode
IPRA
2. Perilaku kepada klien dan karyawan:

 perlakuan yang adil terhadap klien dan karyawan;


 tidak mewakili kepentingan yang berselisih bersaing tanpa persetujuan;

7
 menjaga kepercayaan klien dan karyawan;
 tidak menerima upah, kecuali dari klien lain atau majikan lain;
 tidak menggunakan metode yang menghina klien atau majikan lain;
 menjaga kompensasi yang bergantung pada pencapaian suatu hasil tertentu.

3. Perilaku terhadap publik dan media:

 memperhatikan kepentingan umum dan harga diri seseorang;


 tidak merusak integritas media komunikasi;
 tidak menyebarkan secara sengaja informasi yang palsu atau menyesatkan;
 memberikan gambarabyang dapat dipercaya mengenai organisasi yang dilayani;
 tidak menciptakan atau menggunakan pengorganisasian palsu untuk melayani
kepentingan pribadi yang terbuka

4. Perilaku terhadap teman sejawat:

 tidak melukai secara senaga reputasi profesional atau praktek anggota lain;
 tidak berupaya mengganti anggota lain dengan kliennya;
 bekerja sama dengan anggota lain dalam menunjunjung tinggi danmelaksanakan kode
etik ini.

Dalam hubungannya denagn kegiatan menejemen perusahaan sikap etislah yang harus
ditunjukkan seorang humas dalam profesinya sehari-hari. Seorang humas juga harus
menguasai etika-etika umum keprofesionalitasan dan etika-etika khusus seorang humas pada
khususnya. Kemampuan tertentu tersebuat antara lain: kemampuan untuk kesadaran etis;
b\kemampuan untuk berpikir secara etis; kemampuan untuk berperilaku secara etis;
kemampuan untuk kepemimpinan yang etis (Soleh Soemirat, 2005:177). Kemudian Soleh
Soemirat juga menanbahkan bahwa sebagai seorang profesional humas harus mampu bekerja
atau bertindak melalui pertimbangan yang matang dan benar, yaitudapat membedakan secara
etis mana yang dapat dilakukan dan mana yang tidak, sesuai dengan pedoman kode etik
profesi yang disandang.

8
3. Etika Sebagai Pencipta Hubungan baik dengan Klien
Sesuai yang telah dipaparkan oleh IPRA terdapat fungsi Public Relation terhadap kliennya.
Etika profesi kehumasan dapat menciptakan hubungan sinergis antara organisasi dengan
kliennya. Pelayanan terhadap klien seharusnya dapat menjadi perhatian khusus oleh Public
Relation karena sebagai fungsi menejemen yang berada di organisasi atau perusahaan peran
humas dan hubungannya sangat dekat dengan klien dan bahkan menjadi pihak penengah
antara organisasi dengan kliennya.

2.4 JENIS ETIKA DAN GUNA ETIKA


1. Jenis-jenis etika
Beberapa pandangan terhadap etika:
Etika dapat dityinjau dari beberapa pandangan. Dalams ejarah lazimnya pandangan ini dilihat
dari segi filosofis yang melahirkan etika filosofis, ditinjau dari segi teologis yang
melahirkan etika teologis, dan ditinjau dari pandangan sosiologis yang melahirkan etika
sosiologis.

a. Etika Filosofis
Etika filosofis adalah etika yang dipandang dari sudut filsafat. Kata filosofis sendiri berasal
dari kata “philosophis” yang asalnya dari bahasa Yunani yakni: “philos” yang berarti cinta,
dan “sophia” yang berarti kebenaran atau kebijaksanaan. Etika filosofis adalah etika yang
menguraikan pokok-pokok etika atau moral menurut pandangan filsafat.
Dalam filsafat yang diuraikan terbatas pada baik-buruk, masalah hak-kewajiban, maslah
nilai-nilai moral secara mendasar. Disini ditinjau hubungan antara moral dan kemanusiaan
secraa mendalam dengan menggunakan rasio sebagai dasar untuk menganalisa.

b. Etika Teologis
Etika teologis adalah etika yang mengajarkan hal-hal yang baik dan buruk berdasarkan
ajaran-ajaran agama. Etika ini memandang semua perbuatan moral sebagai:
 Perbuatan-perbuatan yang mewujudkan kehendak Tuhan ataub sesuai dengan
kehendak Tuhan.

9
 Perbuatan-perbuatan sbegai perwujudan cinta kasih kepada Tuhan
 Perbuatan-perbuatan sebagai penyerahan diri kepada Tuhan.
Orang beragama mempunyai keyakinan bahwa tidak mungkin moral itu dibangun tanpa
agama atau tanpa menjalankan ajaran-ajaran Tuhan dalam kehidupan sehari-hari. Sumber
pengetahuan dan kebenaran etika ini adalah kitab suci.

c. Etika Sosiologis
Etika sosiologis berbeda dengan dua etika sebelumnya. Etika ini menitik beratkan pada
keselamatan ataupun kesejahteraan hidup bermasyarakat. Etika sosiologis memandang etika
sebagai alat mencapai keamanan, keselamatan, dan kesejahteraan hidup bermasyarakat.
Jadi etika sosiologis lebih menyibukkan diri dengan pembicaraan tentang bagaimana
seharusnya seseorang menjalankan hidupnya dalam hubungannya dengan masyarakat.

d. Etika Diskriptif dan Etika Normatif


Dalam kaitan dengan nilai dan norma yang digumuli dalam etika ditemukan dua macam
etika, yaitu :
1. Etika Diskriptif
Etika ini berusaha meneropong secara kritis dan rasional sikap dan perilaku manusia dan apa
yang dikejar oleh manusia dalam kehidupan sebagai sesuatu yang bernilai. Etika ini berbicara
tentang kenyataan sebagaimana adanya tentang nilai dan pola perilaku manusia sebagai suatu
fakjta yang terkait dengan situasi dan realitas konkrit. Dengan demikian etika ini berbicara
tentang realitas penghayatan nilau, namun tidak menilai. Etika ini hanya memaparkab,
karenyanya dikatakan bersifat diskriptif.
2. Etika Normatif
Etika ini berusaha untuk menetapkan sikap dan pola perilaku yang ideal yang seharusnya
dimiliki oleh manusia dalam bertindak. Jadi etika ini berbicara tentang norma-norma yang
menuntun perilaku manusia serta memberi penilaian dan hiambauan kepada manusia untuk
bertindak sebagaimana seharusnya Dengan. Demikian etika normatif memberikan petunjuk
secara jelas bagaimana manusia harus hidup secara baik dan menghindari diri dari yang jelek.
Dalam pergaulan sehari-hari kita menemukan berbagai etika normative yang menjadi
pedoman bagi manusia untuk bertindak.

10
Norma-norma tersebut sekaligus menjadi dasar penilaian bagi manusia baik atau buruk, salah
atau benar. Secara umum norma-norma tersebut dikelompokkan menjadi dua yaitu:
a) Norma khusus
Norma khusus adalah norma yang mengatur tingkah laku dan tindakan manusia dalam
kelompok/bidang tertentu. Seperti etika medis, etika kedokteran, etika lingkungan, eyika
wahyu, aturan main catur, aturan main bola, dll. Di mana aturan tersebut hanya berlaku untuk
bidang khusus dan tidak bisa mengatur semua bidang. Misal: aturan main catur hanya bisa
dipakai untuk permainan catur dan tidak bisa dipakai untuk mengatur permainan bola.
b) Norma Umum
Norma umum justru sebaliknya karena norma umum bersifat universal, yang artinya berlaku
luas tanpa membedakan kondisi atau situasi, kelompok orang tertentu. Secara umum norma
umum dibagi menjadi tiga (3) bagian, yaitu :
 Norma sopan santun ; norma ini menyangkut aturan pola tingkah laku dan sikap
lahiriah seperti tata cara berpakaian, cara bertamu, cara duduk, dll. Norma ini lebih
berkaitan dengan tata cara lahiriah dalam pergaulan sehari-hari, amak penilaiannnya
kurang mendalam karena hanya dilihat sekedar yang lahiriah.
 Norma hukum ; norma ini sangat tegas dituntut oleh masyarakat. Alasan ketegasan
tuntutan ini karena demi kepentingan bersama. Dengan adanya berbagai macam
peraturan, masyarakat mengharapkan mendapatkan keselamatan dan kesejahteraan
bersama. Keberlakuan norma hukum dibandingkan dengan norma sopan santun lebih
tegasdan lebih pasti karena disertai dengan jaminan, yakni hukuman terhadap orang
yang melanggar norma ini. Norma hukum ini juga kurang berbobot karena hanya
memberikan penilaian secara lahiriah saja, sehingga tidak mutlak menentukan
moralitas seseorang.
 Norma moral ; norma ini mengenai sikap dan perilaku manusia sebagai manusia.
Norma moral menjadi tolok ukur untuk menilai tindakan seseorang itu baik atau
buruk, oleh karena ini bobot norma moral lebih tinggi dari norma sebelumnya. Norma
ini tidak menilai manusia dari satus segi saja, melainkan dari segi manusia sebagai
manusia. Dengan kata lain norma moral melihat manusia secara menyeluruh, dari
seluruh kepribadiannya.

11
Di sini terlihat secara jelas, penilannya lebih mendasar karena menekankan sikap
manusia dalam menghadapi tugasnya, menghargai kehidupan manusia, dan
menampilkan dirinya sebgai manusia dalam profesi yang diembannya. Norma moral
ini memiliki kekhusunan yaitu :

 Norma moral merupakan norma yang paling dasariah, karena langsung


mengenai inti pribadi kita sebagai manusia.
 Norma moral menegaskan kewajiban dasariah manusia dalam bentuk perintah
atau larangan.
 Norma moral merupakan norma yang berlaku umum
 Norma moral mengarahkan perilaku manusia pada kesuburan dan kepenuhan
hidupnya sebgai manusia.

2.5 PENGERTIAN NORMA DAN KAIDAH

Norma atau kaidah adalah petunjuk hidup, yaitu petunjuk bagaimana seharusnya kita berbuat,
bertingkah laku, tidak berbuat, dan tidak bertingkah laku didalam masyarakat. Dengan
demikian, norma atau kaidah tersebut berisi perintah atau larangan setiap orang hendaknya
menaati norma atau kaidah itu agar kehidupan dapat tenteram dan damai. Hukum merupakan
seperangkat norma atau kaidah, dan kaidah itu bermacammacam, tetapi tetap sebagai satu
kesatuan. Karena kaidah itu berisi perintah maupun larangan maka sudah selayaknya kaidah
yang merupakan petunjuk hidup tersebut mempunyai sifat memaksa yang merupakan ciri dari
kaidah hukum Bagaimana proses terjadinya norma atau kaidah itu? Menurut Purnadi
Purbacaraka dan Soerjono Soekanto dalam bukunya yang berjudul Perihal Kaidah Hukum,
mengatakan: Apa yang diartikan dengan kaidah adalah patokan atau ukuran ataupun
pedoman bertingkah laku/berperilakuan atau bersikap tindak dalam masyarakat, dalam hidup.
Sumber kaidah, Ada yang berpendapat bahwa kaidah itu datangnya dari luar manusia, kaidah
merupakan perumusan suatu pandangan mengenai perikelakuan atau sikap tindak dalam
hidup, misalnya siapa yang meminjam sesuatu harus mengembalikannya. Adapula yang
berpendapat bahwa kaidah datangnya dari diri manusia itu sendiri, yaitu meliputi pikiran dan
perasaan sendiri.

12
2.6 HAKIKAT KAIDAH ATAU NORMA
Di dalam masyarakat terdapat berbagai macam kepentingan dimana kepentingan bersama
mengharuskan adanya ketertiban dalam kehidupan masyarakat. Sebagaimana yang telah
disebutkan sebelumnya. Agar dapat memenuhi kebutuhannya dengan aman, tenteram, dan
damai diperlukan suatu tata. Tata yang berwujud aturan yang menjadi pedoman bagi seluruh
tingkah laku manusia dalam pergaulan hidupnya lazim disebut kaidah atau norma. Norma
mempunyai dua isi yang berwujud antara lain sebagai berikut :

1. Perintah merupakan keharusan bagi seseorang untuk berbuat sesuatu, oleh karena
akibatnya dipandang baik.

2. Larangan merupakan keharusan bagi seseorang untuk tidak berbuat sesuatu, oleh
karena akibatnya dipandang tidak baik. Fungsi norma adalah memberi petunjuk
kepada manusia mengenai seseorang harus bertindak dalam masyarakat, serta
perbuatan mana yang harus dijalankan dan yang harus dihindari. Norma itu dapat
dipertahankan dengan sanksisanksi, yaitu ancaman hukuman terhadap siapa saja
yang melanggarnya. Sanksi merupakan suatu legitimasi pengukuh terhadap
berlakunya norma tadi dan merupakan reaksi terhadap perbuatan yang melanggar
norma. Kaidah dalam kenyataan Di dalam kehidupan masyarakat tentu
mendambakan kehidupannya yang aman dan tenteram tanpa adanya gangguan apa
pun. Apabila keamanannya teganggu maka masyarakat akan merasa tidak nyaman
dan kacau. Manusia yang bersifat individualistis akan mementingkan dirinya
sendiri, dengan demikian timbullah pertikaian. Jika keadaan masyarakat terus
menerus seperti itu maka tidak dapat dikatakan ada kehidupan yang teratur dalam
masyarakat tersebut. Namun, kehidupan masyarakat dalam pergaulan masyarakat
terikat oleh norma, yaitu peraturan hidup yang mempengaruhi tingkah laku
manusia di dalam masyarakat. Sejak kecil manusia telah merasakan adanya
peraturan hidup yang membatasi sepak terjangnya. Pada awalnya hanyalah
peraturan hidup yang berlaku dalam lingkungan keluarga saja, baru kemudian yang
berlaku dimasyarakat. Apa yang dirasakan paling nyata adalah peraturan hidup
yang berlaku dalam suatu negara. Namun, dengan adanya norma itu dirasakan
adanya penghargaan dan perlindungan terhadap diri dan kepentingannya. Karena
memang norma bertujuan agar kepentingan dan ketenteraman warga masyarakat
terpelihara dan terjamin.

13
Dalam pergaulan hidup dibedakan empat macam kaidah atau norma, yaitu :

1. Norma agama
Norma agama adalah peraturan hidup yang diterima sebagai perintah, larangan, dan anjuran
yang berasal dari Tuhan. Para pemeluk agama mengakui dan berkeyakinan bahwa peraturan
hidup itu bearsal dari Tuhan dan merupakan tuntutan hidup menuju kejalan yang benar.
Norma agama itu bersifat umum dan universal serta berlakunya bagi seluruh golongan
manusia di dunia.

2. Norma kesusilaan
Norma kesusilaann adalah peraturan hidup yang dianggap sebagai suara hati sanubari
manusia. Peraturan hidup itu berupa bisikan kalbu atau suara batin yang diakui dan diinsafi
oleh setiap orang sebagai pedoman dalam sikap dan perbuatannya. Kesusilaan memberikan
peraturan kepada manusia agar menjdi manusia yang sempurna. Hasil drai perintah dan
larangan yang timbul dari norma kesusilaan itu pada manusia tergantung pada pribadi orang
itu sendiri. Hati nuraninya yang akan mengatakan mana perbuatan yang baik untuk
dikerjakan dan mana yang tidak. Norma kesusilaan itu dapat juga menetapkan baik buruknya
suatu perbuatan manusia dan itu pula memelihara ketertiban manusia dalam masyarakat.
Norma kesusilaan ini pun bersifat universal, dapat diterima oleh seluruh umat manusia.

3. Norma kesopanan
Norma kesopanan adalah peraturan hidup yang timbul dari pergaulan segolongan manusia.
Peraturan itu di ikuti dan ditaati sebagai pedoman yang mengatur tingkah laku manusia
terhadap manusia lain yang ada disekitarnya. Satu golongan masyarakat tertentu dapat
menetapkan peraturan tertentu masyarakat tertentu mengenai kesopanan, yaitu apa yang
boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan seseorang dalam masyarakat itu. Norma kesopanan
tidak mempunyai lingkungan pengaruh yang luas jika dibandingkan dengan lingkungan
norma agama dan kesusilaan. Norma kesopanan tidak berlaku bagi seluruh masyarakat dunia,
melainkan bersifat khusus dan setempat (regional), ia hanya berlaku bagi segolongan
masyarakat tertentu saja. Apa yang dianggap sopan bagi segolongan masyarakat mungkin
bagi masyarakat lain tidak demikian.

14
Ketiga macam norma yang telah dijelaskan diatas, yaitu norma agama, norma kesusilaan, dan
norma kesopanan bertujuan membina ketertiban kehidupan manusia. Namun, ketiga
peraturan hidup itu belum cukup memberi jaminan untuk menjaga ketertiban dalam
masyarakat. Pelanggaran norma agama diancam, dengan hukuman dari Tuhan, dan hukuman
itu berlaku kelak diiakhirat. Pelanggran norma kesusialaan megakibatkan perasaan cemas dan
kesal hati kepada si pelanggar yang insaf. Pelanggaran norma kesopanan mengakibatkan
celaan atau pengasingan dari lingkungan masyarakat. Orang yang tidak beragama tentulah
tidak takut hukuman dari Tuhan, orang yang tidak berkesusilaan tidak akan merasa cemas
atau kesal hati atas perbuatannyan yang salah, dan orang yang tidak berkesopanan tidak pula
memedulikan celaan atau pengasingan atas dirinya dari masyarakat. Oleh karena itu, di
samping ketiga jenis peraturan hidup itu maka diperlukan adanya peraturan lain yang dapat
menegakkan tata, yaitu suatu jenis peraturan yang bersifat memaksa dan mempunyai sanksi
yang tegas, yaitu norma hukum ( kaidah hukum).

4. Norma Hukum
Norma hokum adalah peraturan hidup yang bersifat memaksa dan mempunyai sanksi yang
tegas. Peraturan yang timbul dari norma hokum dibuat oleh penguasa negara. Isinya megikat
setiap orang dan pelaksanaanya dapat dipertahankan dengan segala paksaan oleh alatalat
negara. Mislanya:
1. Barangsiapa dengan sengaja mengambil jiwa orang lain, dihukum karena membunuh
dengan hukuman setinggitingginya lima belas tahun ( Pasal 338 KUHP). Di sini
ditentukan besarnya hukuman penjara untuk orang orang melakukan kejahatan (Pidana).
2. Orang yang tidak memenuhi suatu perikatan yang diadakan, diwajibkan mengganti
kerugian (Wanprestasi). (Misalnya: Jual beli, Sewamenyewa, dan sebagainya). Di sini
ditentukan kewajiban mengganti kerugian atau hukuman denda ( Norma Hukum
Perdata).
3. Suatu perseroan terbatas harus didirikan dengan Akta Notaris dan disetujui oleh
Departemen Kehakiman. Di sini ditentukan syaratsyarat untuk mendirikan perseroan
dagang (Norma Hukum Dagang).
Keistimewaan norma hukum itu justru terletak pada sifatnya yangg memaksa dengan
sanksinya yang berupa ancaman hukuman. Alat kekuasaan negara yang berusaha agar
peraturan hukum ditaati dan dilaksanakan.

15
Setiap norma paling tidak mempunyai beberapa unsur yaitu:
 Sumber, yaitu dari mana asal norma norma itu.
 Sifat, yaitu syaratsyarat kapan norma itu berlaku.
 Tujuan, yaitu untuk apakah norma itu dibuat.
4. Sanksi, yaitu reaksi (alat pemaksa) apakah yang akan dikenakan kepada orang yang
melanggar atau tidak mematuhi norma. Indonesia adalah negara yang mempunyai aturan
hukum sendiri, yang berlaku di negara Republik Indonesia, bukan di negara lain.

e. Etika Deontologis
Istilah deontologis berasal dari kata Yunani yang berati kewajiban, etika ini menetapkan
kewajiban manusia untuk bertindak secara baik. Argumentasi dasar yang dipakai adalah
bahwa suatu tindakan itu baik bukan dinilai dan dibenarkan berdasarkan akibat atau tujuan
baik dari suatu tindakan, melainkan berdasarkan tindakan itu sendiri baik pada dirinya
sendiri. Dari argumen di atas jelas bahwa etika ini menekankan motivasi, kemauan baik, dan
watak yang kuat dari pelaku, lepas dari akibat yang ditimbulkan dari pelaku. Menanggapi hal
ini Immanuel kant menegaskan dua hal: Tidak ada hal di dinia yang bisa dianggap baik tanpa
kualifikasi kecuali kemauan baik. Kepintaran, kearifan dan bakat lainnya bisa merugikn kalau
tanpa didasari oleh kemauan baik. Oleh karena itu Kant mengakui bahwa kemauan ini
merupakan syarat mutlak untuk memperoleh kebahagiaan.
Dengan menekankan kemauan yang baik tindakan yang baik adalah tindakan yang tidak saja
sesuai dengan kewajiban, melainkan tindakan yang dijalankannya demi kewajiban. Sejalan
dengan itu semua tindakan yang bertentangan dengan kewajiban sebagai tindakan yang baik
bahkan walaupun tindakan itu dalam arti tertentu berguna, harus ditolak.
Namun, selain ada dua hal yang menegaskan etika tersebut, namun kita juga tidak bisa
menutup mata pada dua keberatan yang ada yaitu:

 Bagaimana bila seseorang dihadapkan pada dua perintah atau kewajiban moral dalam
situasi yang sama, akan tetapi keduanya tidak bisa dilaksankan sekaligus, bahkan
keduanya saling meniadakan.
 Sesungguhnya etika seontologist tidak bisa mengelakkan pentingnya akibat dari suatu
tindakan untuk menentukan apakah tindakan itu baik atau buruk.

16
f. Etika Teleologis
Teleologis berasal dari bahasa Yunani, yakni “telos” yang berati tujuan. Etika teleologis
menjadikan tujuan menjadi ukuran untuk baik buruknya suatu tindakan. Dengan kata lain,
suatu tindakan dinilai baik kalau bertujuan untuk mencapai sesuatu yang baik atau kalau
akibat yang ditimbulkan baik.

2. Guna Etika

 Etika membuat kita memiliki pendirian dalam pergolakan berbagai pandangan moral
yang kita hadapi.
 Etika membenatu agar kita tidak kehilangan orientasi dalam transformasi budaya,
sosial, ekonomi, politik dan intelektual dewasa ini melanda dunia kita.
 Etika juga membantu kita sanggup menghadapi idiologi-idiologi yang merebak di
dalam masyarakt secara kritis dan obeyktif.
 Etika membantu agamwan untuk menemukan dasar dan kemapanan iman
kepercayaan sehingga tidak tertutyp dengan perubahan jaman.

2.7 ETIKET
Dua istilah, yaitu etika dan etiket dalam kehidupan sehari-hari kadang-kadang diartikan sama,
dipergunakan silih berganti. Kedua istilah tersebut memang hampir sama pengertiannya,
tetapi tidak sama dalam hal titik berat penerapan atau pelaksanaannya, yang satu lebih luas
dari pada yang alin.
Istilah etiket berasal dari kata Prancis etiquette, yang berarti kartu undangan, yang lazim
dipakai oleh raja-raja Prancis apabila mengadakan pesta. Dalam perkembangan selanjutnya,
istilah etiket berubah bukan lagi berarti kartu undangan yang dipakai raja-raja dalam
mengadakan pesta. Dewasa ini istilah etiket lebih menitikberatkan pada cara-cara berbicara
yang sopan, cara berpakaian, cara menerima tamu dirumah maupun di kantor dan sopan
santun lainnya. Jadi, etiket adalah aturan sopan santun dalam pergaulan.
Dalam pergaulan hidup, etiket merupakan tata cara dan tata krama yang baik dalam
menggunakan bahasa maupun dalam tingkah laku. Etiket merupakan sekumpulan peraturan-
peraturan kesopanan yang tidak tertulis, namun sangat penting untuk diketahui oleh setiap
orang yang ingin mencapai sukses dalam perjuangan hidup yang penuh dengan persaingan.

17
Etiket juga merupakan aturan-aturan konvensional melalui tingkah laku individual dalam
masyarakat beradab, merupakan tatacara formal atau tata krama lahiriah untuk mengatur
relasi antarpribadi, sesuai dengan status social masing-masing individu. Etiket didukung oleh
berbagai macam nilai, antara lain;
1. nilai-nilai kepentingan umum
2. nilai-nilai kehjujuran, keterbukaan dan kebaikan
3. nilai-nilai kesejahteraan
4. nilai-nilai kesopanan, harga-menghargai
5. nilai diskresi (discretion: pertimbangan) penuh piker. Mampu membedakan sesuatu
yang patut dirahasiakan dan boleh dikatakan atau tidak dirahasiakan.
Diatas dikatakan bahwa etiket merupakan kumpulan cara dan sifat perbuatan yang lebnih
bersifat jasmaniah atau lahiriah saja. Etiket juga sering disebut tata krama, yakni kebiasaan
sopan santun yang disepakati dalam lingkungan pergaulan antarmanusia setempat. Tata
berarti adat, aturan, norma, peraturan. Sedangkan krama berarti sopan santun, kebiasaan
sopan santun atau tata sopan santun. Sedangkan etika menunjukkan seluruh sikap manusia
yang bersikap jasmaniah maupun yang bersikap rohaniah. Kesadaran manusia terhadap
kesadaran baik buruk disebut kesadaran etis atau kesadaran moral.
Beberapa definisi Etiket adalah sebagai berikut:
1. Etiket adalah kumpulan tata cara dan sikap yang baik dalam pergaulan antarmanusia
yang beradab.
2. Etiket adalah tata krama, sopan santun atau aturan-aturan yang disetujui oleh
masyarakat tertentu dan menjadi norma serta anutan dalam bertingkah laku.
3. Etiket adalah tata peraturan pergaulan yang disetujui oleh masyarakat terten tu dan
menjadi norma dan anutan dalam bertingkah laku anggota masyarakat.
Dari ketiga definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian dari etiket adalah tata
aturan pergaulan yang disetujui oleh masyarakat tertentu dan menjadi norma serta anutan
dalam bertingkahlaku pada anggota masyarakat tersebut.
Etiket adalah ketentuan tidak tertulis yang mengatur tindak dan gerak manusia yang
berkaitan dengan:
a. sikap dan perilaku yaitu bagaimana anda bersikap dan berperilaku dalam
menghadapi suatu situasi.

18
b. ekspresi wajah yaitu bagaimana raut muka yang harus anda tampilkan dalam
menghadapi suatu situasi, misalnya dalam melayani tamu.
c. penampilan yaitu sopan santun mengenai cara anda menampilkan diri, misalnya: cara
duduk, cara berdiri adalah wajar dan tidak dibuat-buat dan sebagainya.
d. cara berpakaian yaitu cara mengatur tentang sopan santun anda dalam mengenakan
pakaian, baik menyangkut gaya pakaian, tata warna, keserasian model yang tidak
menyolok dan lain-lain.
e. cara berbicara yaitu tata cara/sopan santun anda dalam berbicara caik secara langsung
maupun tidak langsung.
f. gerak-gerik yaitu sopan santun dalam gerak-gerik badan dalam berbicara secara
langsung berhadapan dengan tamu.

2.8 MANFAAT BERETIKET


Manfaat beretiket yakni menjalin hubungan yang baik dengan tamu. Bila kita telah
menerapkan etiket dalam melayani tamu, maka tamu akan merasa dirinya diperhatikan dan
dihargai. Dengan demikian akan terjalin rasa saling menghargai dan hubungan baik pun akan
terbina, antara lain:
1. Memupuk persahabatan, agar kita diterima dalam pergaulan.
2. Untuk menyenangkan serta memuaskan orang lain.
3. Untuk tidak menyinggung dan menyakiti hati orang lain.
4. Untuk membina dan menjaga hubungan baik.
5. Membujuk serta mempertahankan klien lama.

2.9 PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ETIKA DENGAN ETIKET


Etika berarti moral sedangkan etiket berarti sopan santun. Dalam bahasa Inggeris dikenal
sebagai ethics dan etiquette.
Persamaan antara etika dengan etiket yaitu:
 Etika dan etiket menyangkut perilaku manusia.
 Kedua-duanya mengatur perilaku manusia secara normatif artinya memberi norma
bagi perilaku manusia. Dengan demikian menyatakan apa yag harus dilakukan dan
apa yang tidak boleh dilakukan.

19
Perbedaan antara etika dengan etiket yaitu :
 Etiket menyangkut cara melakukan perbuatan manusia, artinya cara yang ditentukan
dan diharapkan dalam sebuah kalangan tertentu. Sedangkan etika tidak terbatas pada
cara melakukan suatu perbuatan, melainkan etika memberi norma tentang perbuatan
itu sendiri, serta membahas tentang masalah apakah perbuatan tersebut boleh
dilakukan atau tidak boleh dilakukan.
 Etiket hanya berlaku untuk pergaulan, maksudnya adalah etiket hanya berlaku apabila
ada orang lain atau saksi mata. Sedangkan Etika selalu berlaku walaupun tidak ada
orang lain.
 Etiket bersifat relatif, artinya adalah seseorang yang dianggap melanggar etiket pada
salah satu kebudayaan belum tentu dianggap melanggar etika pada kebudayaan yang
lain. Sedangkan Etika bersifat tetap dan tidak dapat ditawar.
 Etiket hanya memandang manusia dari segi lahiriah saja atau dari segi luar saja.
Sedangkan Etika memandang manusia dari segi dalam. maksudnya adalah, orang
yang memegang teguh etiket masih bisa bersikap munafik, sebaliknya orang yang
berpegang teguh pada etika tidak akan bersikap munafik, karna apabila orang tersebut
munafik, maka orang tersebut tidak bersikap etis (orang yang benar-benar baik).

20
BAB III
PENUTUP

3.1 SIMPULAN
Etika kehumasan sangatlah penting, dengan adanya etika dalam humas menjadikan
kontrol bagi pribadi humas maupun industri kehumasan itu sendiri. Etika juga dapat
berperan untuk mengukur dan melihat profesionalisme yang dimiliki pribadi humas.
Oleh karena itu dalam industri kehumasan sikap atau etika yang baik wajib dimiliki oleh
seorang humas. Maka bagi seseorang dalam industri kehumasan sangatlah penting untuk
memiliki pemahaman mengenai etika. Karena industri humas meliputi pengertian dan
menuju kepada kemauan baik, dan reputasi yang tergantung pada kepercayaan. Maka
berlaku jujur adalah jalan yang terbaik karena hubungan masyarakat tidak akan berjalan
tanpa adanya kepercayaan. Selain itu pula etika dapat berperan dalam pembuktian
profesionalitas yang dimiliki oleh pribadi humas itu sendiri.

Dalam buku Etika Kehumasan, Roslan Rosady mengungkapkan aspek aspek yang kode
perilaku seorang praktisi humas, antara lain:

 code of conduct, merupakan kode perilaku sehari-hari terhadap integritas pribadi,


klien dan majkan, media dan umum, serta perilaku terhadap rekan seprofesinya.
 code of profession, merupakan standar moral, bertindak etis dan memiliki kualifikasi
serta kemampuan tertentu secara profesional.
 code of publication, merupakan standar moral dan yuridis etis melakukan kegiatna
komunikasi, proses dan teknis publikasi untuk menciptakan publisitas yang positif
demi kepentingan publik.
 code of enterprise, menyangkut aspek hukum perizinan dan usaha, UU PT, UU Hak
Cipta, Merek dan Paten, serta peraturan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Cutlip, Scott M.dkk. 2005. Effectives Public Relation ed. 8. Jakarta: Indeks.

Herimanto, Bambang. dkk. 2007. Public Relation dalam Organisasi. Jogja: Santusta.

Jeffkins, Frank. 1995. Public Relation edisi keempat (terjemahan oleh Drs. Haris Munandar).
Jakarta: Erlangga

Ruslan, Rosady. 2001. Etika Kehumasan Konsepsi dan Aplikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.

Soemirat, Soleh. Elvinaro Ardianto. 2005. Dasar-Dasar Public Relation. Bandung: Rosda.

https://giantwage.wordpress.com/2012/07/14/etika-humas/

http://candra-tugasetikaprofesi.blogspot.co.id/2010/04/etika-dan-etiket.html

http://tutiaselina.com/etika/etika-norma-kaidah-dan-etiket/

Anda mungkin juga menyukai