Anda di halaman 1dari 16

KONSEP ETIKA, SAINS, DAN ETIKA KEILMUAN,

SERTA PERAN ETIKA DALAM SAINS

DI SUSUN UNTUK MEMENUHI


TUGAS MATA KULIAH ETIKA KEILMUAN
YANG DI BINA OLEH Dr. Achmad Sultoni, S.Ag., M.Pd.I

DISUSUN OLEH :

KINGKIN WIDHIASTUTI NIM : 222103800560


LINDA PUSPITA NIM : 222103800997

KELAS : A

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS SEKOLAH PASCASARJANA
S2 PENDIDIKAN DASAR

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas segala
limpahan rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyusun makalah ini dengan
lancar. Makalah ini sebagai penambah wawasan dalam kehidupan sehari-hari dimana
dalam setiap aspek pembahasan banyak terkandung nilai-nilai yang mungkin dapat
dimanfaatkan dan di aplikasikan serta di implementasikan ke dalam kehidupan.
Selama menyusun makalah ini penulis telah banyak memperoleh bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. Achmad Sultoni, S.Ag., M.Pd.I selaku Dosen mata kuliah Etika Keilmuan
2. Teman-teman serta Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian
makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis telah berusaha untuk menyelesaikan dengan
baik, akan tetapi penulis mengakui bahwa dalam penyelesaian makalah ini banyak
kekurangannya. Oleh sebab itu kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini sangat kami harapkan.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat, baik bagi penulis
maupun pihak lain yang membacanya.

Malang, 22 Oktober 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar……………………………………………………………………… 2
Daftar Isi…………………………………………………………………………….. 3
Bab I PENDAHULUAN
1. Latar belakang ................................................................................................... 4
2. Rumusan Masalah.............................................................................................. 5
3. Tujuan Penulisan................................................................................................ 5
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Etika
1. Definisi
Etika........................................................................................................6
2. Macam
Etika ........................................................................................................7
3. Sumber
Etika.........................................................................................................8
4. Manfaat
Etika........................................................................................................9
B. Konsep Sains/Ilmu
1. Definisi Sains/ Ilmu..............................................................................................9
2. Klasifikasi Sains/ Ilmu .........................................................................................9
3. Metode memperoleh Sains/ Ilmu .........................................................................9
4. Manfaat Sains/ Ilmu .............................................................................................9
C. Etika Keilmuan
1. Definisi .................................................................................................................9
2. Sumber .................................................................................................................9
3. Manfaat.................................................................................................................9
D. Peran etika dalam sains
1. Peran Etika dalam sains ..................................................................................... 9
BAB III PENUTUP
Kesimpulan.............................................................................................................. 12

3
Daftar Pustaka............................................................................................................. 13

4
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sepanjang hidup manusia pasti ia akan berhadapan dengan masalah etika dan
moralitas. Bahkan, mungkin sebagian besar kehidupan kita dapat dinilai secara etik.
Etika dan aspek yang terkait di dalamnya seolah menjadi pembicaraan, mulai dari
lingkup kecil seperti di dalam keluarga sampai pada lingkup negara dan antarbangsa.
Banyak masalah yang terjadi di dunia ini berpangkal dari pelanggaran terhadap nilai
nilai dan norma-norma etik. Demikian pula banyak contoh perbuatan mulia yang
sesungguhnya merupakan perbuatan etik, di mana seharusnya dilakukan oleh manusia.
Walaupun demikian, tidak banyak kalangan yang memahami makna sesungguhnya dari
perbuatan etik atau perbuatan moral. Misalnya, banyak orang mencampuradukkan
antara tindakan etik dan sopan santun. Dalam konteks akademis, kita perlu
menjernihkan pemahaman agar diperoleh makna yang jelas dan benar tentang etika.
.
B. Rumusan Masalah
Sehubungan dengan uraian latar tersebut, kajian ini difokuskan pada
permasalahan Konsep Etika, Sains, Dan Etika Keilmuan, Serta Peran Etika Dalam
Sains yang terdiri atas beberapa persoalan pokok berikut:
1. Bagaimana Konsep Etika (definisi, macam, sumber, dan manfaat)?
2. Bagaimana Konsep Sains/Ilmu (definisi, klasifikasi, metode memperoleh, dan
manfaat) ?
3. Bagaimana Etika Keilmuan (definisi, sumber, dan manfaat) ?
4. Apa Peran etika dalam sains ?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan bahasan tersebut yang dikemas dalam topik Prinsip dan Prosedur
Asesmen penulis makalah ini bermaksud mendeskripsikan :
1. Konsep Etika (definisi, macam, sumber, dan manfaat)
2. Konsep Sains/Ilmu (definisi, klasifikasi, metode memperoleh, dan manfaat)
3. Etika Keilmuan (definisi, sumber, dan manfaat)
4. Peran etika dalam sains

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Etika
1. Definisi Etika
Istilah "etika" berasal dari bahasa Yunani kuno. Kata Yunani etos dalam
bentuk tunggal mempunyai arti kebiasaan-kebiasaan tingkah laku manusia; adat;
akhlak; watak; perasaan; sikap; dan cara berpikir. Dalam bentuk jamak ta etha
mempunyai arti adat kebiasaan. Menurut filsuf Yunani Aristoteles, istilah etika
sudah dipakai untuk menunjukkan filsafat moral. Sehingga berdasarkan asal usul
kata, maka etika berarti: ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang
adat kebiasaan.
Etika berasal dari bahasa inggris Ethics, artinya pengertian, ukuran tingkah
laku atau prilaku manusia yang baik. Etika berasal dari bahasa latin Mos atau mores
artinya moral, yang berarti juga adat, kebiasaan, sehingga makna kata moral dan
etika adalah sama.
Pengertian “etika” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Departemen
Pendidikan Kebudayaan, 1988) yang mengacu tiga arti:
1. ilmu tentang apa yang baik dan buruk, serta tentang hak dan kewajiban
moral (akhlak),
2. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak, dan
3. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau
masyarakat.
Menurut Rukiyati (2018) Selanjutnya, Bertens (2007:3) mengatakan
pengertian etika mengalami perkembangan sehingga sampai saat ini setidaknya ada
tiga arti, yaitu:
1. Etika diartikan sebagai nilai-nilai maupun norma-norma moral yang menjadi
pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok masyarakat dalam mengatur
tingkah laku, misalnya etika agama Buddha, etika Protestan, etika suku
Indian, etika Islam, dan sebagainya. Dalam pengertian ini, etika disamakan
artinya dengan sistem nilai. Sistem nilai menjadi pegangan dalam menjalani
kehidupan agar seseorang atau suatu kelompok masyarakat dapat hidup
dengan tenang, bahagia, dan bermartabat.

6
2. Etika diartikan sebagai kumpulan asas atau nilai moral yang biasanya disebut
kode etik. Kode etik biasanya telah tertulis maupun disahkan oleh asosiasi
profesi. Misalnya, kode etik guru, kode etik wartawan, kode etik hakim, kode
etik polisi, kode etika kedokteran, kode etik pengacara, kode etik perawat,
kode etik apoteker, dan bahkan kode etik pesulap. Berbagai profesi pada
umumnya mempunyai kode etik sendiri-sendiri.
3. Etika diartikan sebagai ilmu tentang baik atau buruk, ataupun ilmu yang
menyelidiki tingkah laku moral. Disebut juga dengan istilah "filsafat moral".
Dalam pengertian ini, etika lebih bersifat kajian filsafati sebab etika termasuk
salah satu cabang filsafat.
Menurut Kistanto, etika di sini dimaksudkan sebagai filsafat moral, atau
pemikiran rasional, kritis, mendasar dan sistematis tentang ajaran-ajaran moral.
Etika ingin mengerti mengapa kita harus mengikuti moralitas tertentu, atau
bagaimana kita harus mengikuti moralitas tertentu, atau bagaimana kita dapat
mengambil sikap yang bertanggung jawab berhadapan dengan berbagai moralitas.

2. Macam Etika

Etika secara umum dapat dibagi menjadi etika umum dan etika
khusus. Etika umum berbicara mengenai kondisi-kondisi dasar bagaimana
manusia bertindak secara etis, bagaimana manusia mengambil keputusan etis,

7
teori-teori etika dan prinsip-prinsip moral dasar yang menjadi pegangan bagi
manusia dalam bertindak serta tolok ukur dalam menilai baik atau buruknya suatu
tindakan. Etika umum dapat dianalogikan dengan ilmu yang membahas mengenai
pengertian umum dan teori-teori (Keraf, 1991: 41-43). Etika khusus adalah
penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang kehidupan yang khusus.
Penerapan ini dapat berwujud: bagaimana saya mengambil keputusan dan
bertindak dalam bidang kehidupan dan kegiatan khusus yang saya lakukan,
yang didasari oleh cara, teori dan prinsip-prinsip moral dasar. Akan tetapi,
penerapan itu dapat juga berwujud: bagaimana saya menilai pribadi saya dan
orang lain dalam suatu bidang kegiatan dan kehidupan khusus yang
dilatarbelakangi oleh kondisi yang memungkinkan manusia bertindak etis;
bagaimana cara manusia mengambil suatu keputusan atau tindakan, dan teori serta
prinsip moral dasar yang ada di baliknya.
Etika khusus dibagi lagi menjadi dua, yaitu etika individual dan etika
sosial. Etika individual menyangkut kewajiban dan sikap manusia terhadap
dirinya sendiri. Etika sosial berbicara mengenai kewajiban, sikap dan pola
perilaku manusia sebagai anggota umat manusia. Etika individual dan etika
sosial saling berkaitan dan memengaruhi satu sama lain. Dalam pembicaraan etika
sosial dengan sendirinya akan dibicarakan secara langsung atau tidak berbagai
hal yang menyangkut etika individual.Etika sosial menyangkut hubungan manusia
dengan manusia, baik secara perorangan dan langsung maupun secara
bersama dan dalam bentuk kelembagaan (keluarga, masyarakat, negara),
sikap kritis terhadap pandangan-pandangan dunia dan ideologi, sikap dan
pola perilaku dalam bidang kegiatan masing-masing, maupun tentang tanggung
jawab manusia terhadap makhluk hidup lainnya serta alam semesta pada
umumnya.
Tujuan dan fungsi dari etika sosial pada dasarnya adalah untuk
menggugah kesadaran kita akan tanggung jawab kita sebagai manusia dalam
kehidupan bersama dalam segala dimensinya. Etika sosial mau mengajak kita untuk
tidak hanya melihat segala sesuatu dan bertindak dalam kerangka kepentingan
kita saja, melainkan juga memedulikankepentingan bersama, yaitu kesejahteraan
dan kebahagiaan bersama. Etika sosial, dalam bidang kekhususan masing-
masing, berusaha merumuskan prinsip-prinsip moral dasar yang berlaku untuk
bidang khusus tersebut. Dari sistematika di atas, tampak bahwa etika profesi

8
merupakan bidang etika khusus atau terapan yang menyangkut dimensi sosial,
khususnya bidang profesi tertentu, termasuk arsiparis.

3. Sumber Etika
Etika perlu dipahami sebagai satu cabang filsafat yang membahas
moralitas, atau tentang manusia sejauh berkaitan dengan moralitas. Satu
perumusan lain etika adalah ilmu yang menyelidiki tingkah laku moral. Akan
tetapi, ada berbagai cara untuk mempelajari moralitas atau berbagai
pendekatan ilmiah tentang tingkah laku moral. Selanjutnya kita mengikuti
pembagian bidang etika atas tiga pendekatan yang lazim, yaitu: etika
deskriptif, etika normatif, dan metaetika (Bertens, 2005: 15-21).
a. Etika Deskriptif:
Melukiskan tingkah laku moral dalam arti luas, misalnya adat kebiasaan,
anggapan anggapan tentang baik buruk, tindakan tindakan yang diperbolehkan
atau tidak.
Etika deskriptif tidak memberi penilaian tetapi menggambarkan moralitas pada
individu individu tertentu, kebudayaan atau subkultur tertentu dalam kurun
waktu tertentu.
Pendekatan etika deskriptif ini dijalankan oleh ilmu-ilmu sosial, seperti:
antropologi budaya, psikologi, sosiologi, sejarah, dan sebagainya.
Berbagai studi terkenal tentang perkembangan kesadaran moral dalam
hidup seorang manusia oleh psikolog Swiss Jean Piaget (1896-1980) dan
psikolog Amerika Lawrence Kohlberg (1917-1988) merupakan contoh
bagus mengenai etika deskriptif ini.
b. Etika Normatif:
Etika normatif merupakan bagian terpenting dari etika dan bidang di
mana berlangsung diskusi paling menarik tentang masalah moral. Etika
normatif dalam hal ini tidak bertindak sebagai penonton netral, melainkan
melibatkan diri dengan mengemukakan penilaian tentang perilaku manusia.
Etika normatif disebut bersifat preskriptif (memerintahkan), yaitu
menentukan benar tidaknya tingkah laku atau anggapan moral.
Sehubungan dengan itu, etika normatif mengemukakan berbagai
argumentasi mengapa berlaku harus disebut baik atau buruk, dan mengapa
suatu anggapan moral dapat dianggap benar atau salah. Berbagai

9
argumentasi tersebut bertumpu pada norma-norma atau prinsip-prinsip
etis yang dianggap tidak dapat ditawar-tawar. Oleh karena itu, etika
normatif bertujuan merumuskan prinsip-prinsip etis yang dapat
dipertanggung jawabkan dengan cara rasional dan dapat digunakan dalam
praktik.
c. Metaetika:
Meta berasal dari bahasa Yunani yang berarti melebihi atau melampaui.
Metaetika mempelajari logika khusus dari ucapan ucapan etis.
Pada metaetika mempersoalkan bahasa normatif apakah dapat diturunkan
menjadi ucapan kenyataan, Metaetika mengarahkan pada arti khusus dari
bahasa etika.
Filsuf Inggris George Moore (1873-1958), misalnya melakukan analisis
terhadap kata yang sangat penting dalam konteks etika, yaitu kata “baik”. Ia
tidak bertanya apakah menjadi donor organ tubuh untuk ditransplantasi pada
pasien yang membutuhkan boleh disebut baik dari sudut moral, dan
apakah syarat-syarat agar dapat disebut baik (apakah perbuatan itu masih
baik, jika organ itu dijual).Ia hanya bertanya apakah artinya kata “baik”, bila
dipakai dalam konteks etis, ia hanya menyoroti arti khusus kata
“baik”dengan membandingkan kalimat “menjadi donor organ tubuh adalah
perbuatan yang baik” dengan kalimat jenis lain seperti “mobil ini masih
dalam keadaan baik”. Metaetika ini dapat ditempatkan dalam rangka “filsafat
analitis”, suatu aliran penting dalam filsafat abad ke-20. Filsafat analitis
menganggap analisis bahasa sebagai tugas terpenting bagi filsafat, bahkan
sebagai satu-satunya tugas filsafat. Aliran ini mulai berkembang di Inggris
pada awal abad ke-20, dan George Moore adalah salah seorang pelopornya.
Dari Inggris filsafat analitis meluas ke berbagai negara lain, tetapi di
negara-negara berbahasa Inggris (seperti Amerika Serikat dan Australia)
posisinya selalu paling kuat. Demikian pula dapat dikatakan tentang
perkembangan metaetika. Karena berkaitan dengan filsafat analitis ini,
metaetika kadang-kadang juga disebut “etika analitis”.Salah satu masalah
yang ramai dibicarakan dalam metaetika adalah the is/ought question.
Dipersoalkan di sini apakah ucapan normatif dapat diturunkan dari
ucapan faktual. Bila sesuatu ada ataumerupakan kenyataan (is) apakah
dari situ dapat disimpulkan bahwa sesuatu harus atau boleh dilakukan

10
(ought)? Dengan menggunakan peristilahan logika dapat ditanyakan:
Apakah dari dua premis deskriptif dapat ditarik satu kesimpulan preskiptif?
Bila satu premis preskiptif dan premis lain deskriptif, maka
kesimpulannya pasti preskriptif.
Misalnya:
Setiap manusia harus menghormati orang tuanya (Premis preskriptif)
Lelaki ini adalah orang tua saya (Premis deskriptif)
Jadi, lelaki ini harus saya hormati (Kesimpulan preskriptif)

4. Manfaat Etika
Menurut Martin (1993), etika didefinisikan sebagai "the discipline which
can act as the performance index or reference for our control system". Dengan
demikian, etika akan memberikan semacam batasan maupun standar yang akan
mengatur pergaulan manusia di dalam kelompok sosialnya. Dalam pengertiannya
yang secara khusus dikaitkan dengan seni pergaulan manusia, etika ini kemudian
dirupakan dalam bentuk aturan (code) tertulis yang secara sistematik sengaja dibuat
berdasarkan prinsip prinsip moral yang ada dan pada saat yang dibutuhkan akan
bisa difungsikan sebagai alat untuk menghakimi segala macam tindakan yang
secara logika- rasional umum (common sense) dinilai menyimpang dari kode etik.
Dengan demikian etika adalah refleksi dari apa yang disebut dengan "self-
control", karena segala sesuatunya dibuat dan diterapkan dari dan untuk
kepentingan kelompok sosial (profesi) itu sendiri. Dengan demikian tujuan etika
dalam profesi yaitu:
a. Untuk mengatur dalam menjalankan tugas sesuai profesi
b. Menjadi alat self-control dari self-control dari tindakan yang menyimpang
c. Meningkatkan pengabdian kepada masyarakat
d. Menjaga dan memelihara kesejahteraan pelayanan kebidanan
e. Meningkatkan kualitas pelayanan.

B. Konsep Sains/Ilmu
1. Definisi Sains/ Ilmu
Menurut Burhanudin (2018) Adapun istilah "ilmu" dalam bahasa Arab
berasal dari kata 'alima yang artinya mengetahui. Dalam kamus Webster New
World Dictionary, dijumpai kata science berasal dari kata Latin, scire yang artinya

11
mengetahui. Secara bahasa science (sains) berarti "keadaan atau fakta mengetahui"
dan sering dimaknai dalam arti pengetahuan (knowledge) yang dikon traskan
melalui intuisi atau kepercayaan. Jadi, ilmu secara harfiah tidak terlalu berbeda
dengan science, hanya ilmu memiliki ruang lingkup yang berbeda dengan sains.
Sains hanya dibatasi pada bidang-bidang empirisme-positivisme, sedangkan ilmu
melampauinya dengan non empirisme seperti matematika dan metafisika.
Menurut Ilmu pengetahuan (science) adalah merupakan bagian dari
pengetahuan, pengetahuan yang ter susun secara sistematis mengenai
gejala/fenomena kealaman dan/atau kemasyarakatan untuk mencapai kebenaran,
mem peroleh pemahaman, memberikan penjelasan dan bahkan un tuk melakukan
penerapan.
Tersusun secara sistematis yang dimaksud, bahwa apa yang dikatakan
dengan ilmu memiliki prosedur dan metode, yang dengan itu dapat dibuktikan,
dapat diuji, dan dapat pula diikuti. Ilmu pengetahuan terikat oleh metode ilmiah
sehingga itu disebut dengan pengetahuan ilmiah. Melalui metode dan prosedur,
ilmu mesti melalui serangkaian proses dan cara yang benar-benar objektif dan ketat
untuk menemukan dan menentukan sebuah kebenaran. Dalam ilmu pengetahuan
ada tiga aspek yang menjadi dasar-dasarnya sebagai ilmu, yaitu ontologis,
epistemologis, dan aksiologis.

2. Klasifikasi Sains/ Ilmu


Tolong kerjakan ya mbak linda
3. Metode memperoleh Sains/ Ilmu
Tolong kerjakan ya mbak linda

4. Manfaat Sains/ Ilmu


Menurut Azwar (2019), Ilmu pada dasarnya merupakan serangkaian pengetahuan
yang bertujuan untuk menjelaskan, atau memberi penjelasan, mengenai berbagai
gejala alam. Sedari itu memungkinkan manusia untuk melakukan tindakan, dalam
hal memahami dan menguasai alam berdasarkan pada eksplanasi dengan metode
tertentu yang digunakan. Struktur ilmu menggambarkan bagaimana ilmu
dikonstruksi dalam suatu arena tertentu yang dengan jelas keterkaitan antara unsur-
unsur dapat terlihat.
12
C. Etika Keilmuan
1. Definisi
Tolong kerjakan ya mbak linda
2. Sumber
Tolong kerjakan ya mbak linda

3. Manfaat
Tolong kerjakan ya mbak linda

D. Peran etika dalam sains


Menurut Firman (2016) Etika ialah cabang filsafat yang mengkaji prinsip-prinsip
moral yang mengatur perilaku seseorang, sehingga dapat disebut juga sebagai filsafat
moral. Disiplin etika lebih bersifat normatif dan preskriptif daripada deskriptif atau
ekplanatori.
Etika sains merupakan salah satu bidang etika yang berbicara tentang masalah-
masalah etis dalam penelitian dan aplikasi pengetahuan sains. Tugas etika sains adalah
memberikan pertimbangan rasional tentang dilema-dilema etis yang berhubungan
dengan penelitian dan aplikasi sains (Dua, 2011). Thomas Khun & Michael Polanyi
menyataan bahwa pengetahuan ilmiah tidak pernah netral, tetapi selalu tumbuh dalam
konteks sosial, personal, sosial, ekonomi dan politik (Suriasumantri, 2009). Perasaan,
keinginan, kepentingan pribadi, sosial-budaya ikut mewarnai dan mendorong
penelitian ilmiah, misalnya: (1) kepentingan, etis-religius, dan minat ilmuwan, (2)
nilai dan kepentingan lembaga, (3) nilai dan ideologi.
Kaidah-kaidah etika perlu dipergunakan dalam menentukan objek penelitian dan
aplikasi pengetahuan, agar terhindar dari kemunculan dampak negatif dari riset sains
dan penerapan pengetahuan sains di masyarakat, seperti kerusakan lingkungan dan
dehumanisasi. Sejauh ini kasus isu moral terkait sains yang telah menjadi wacana
publik meliputi: (1) Penggunaan bom atom untuk perang; (2) Penggunaan senjata
kimia/biologis untuk perang; (3) Penggunaan freon untuk mesin pendingin; (4)
Penggunaan non-biodegradable materials (plastik dan deterjen); (5) Proses fertilisasi
invitro; (6) Riset rekayasa genetika & clonning manusia; (7) Euthanasia.

13
14
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Tolong kerjakan ya mbak linda

15
Daftar Pustaka

Rukiyati dkk, 2018, Etika Pendidikan, Yogyakarta, CV. Andi Offset


https://www.google.co.id/books/edition/Etika_Pendidikan/SzuDDwAAQBAJ?
hl=id&gbpv=1&dq=etika+ilmu&printsec=frontcover , diakses 22 Oktober 2022

Setyabudi dkk, M. Nur, 2017, Pengantar Studi Etika Kontemporer Teoritis dan Terapan,
Malang, UB Press
https://www.google.co.id/books/edition/Pengantar_Studi_Etika_Kontemporer/
08hTDwAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=etika+ilmu&printsec=frontcover , diakses
22 Oktober 2022

Burhan, Asmawati, 2019, Etika Umum, Yogyakarta, CV Budi Utama


https://www.google.co.id/books/edition/Buku_Ajar_Etika_Umum/RwSNDwAAQ
BAJ?hl=id&gbpv=1&dq=etika+ilmu&printsec=frontcover , diakses 22 Oktober
2022

Kistanto, Nurdien H. dkk. Pengantar Etika https://docplayer.info/31637597-Pengantar-


etika-modul-1-pendahuluan.html diakses 22 Oktober 2022

Firman, Harry, 2016, Etika Sains, Bandung,


https://www.academia.edu/31489436/ETIKA_SAINS , diakses 23 Oktober 2022

Burhanudin, Nunu, 2018, Filsafat Ilmu, Jakarta, Prenadamedia Group


https://www.google.co.id/books/edition/Filsafat_Ilmu/O8NoDwAAQBAJ?
hl=id&gbpv=1&dq=filsafat+ilmu&printsec=frontcover diakses 23 Oktober 2022

Azwar dkk, Welhendri, 2019, Filsafat ilmu, Jakarta, Kencana


https://www.google.co.id/books/edition/Filsafat_Ilmu/JdJBEAAAQBAJ?
hl=id&gbpv=1&dq=Klasifikasi+Sains/+Ilmu&printsec=frontcover , diakses 23
Oktober 2022

16

Anda mungkin juga menyukai