Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH ETIKA PROFESI

ETIKA PROFESI DAN KODE ETIK

Makalah Ini Di Buat Sebagai Salah Satu Tugas Dari Mata Kuliah Etika Profesi

Yang Di Ampuh Oleh Ibu Srikrit S. Nurkamiden S.km., M.kes

DI SUSUN OLEH:

MOH. FARHAN MAKU KELOMPOK II


DIAN PUTRI MUHRIJA

EFENDI RAHIM SITI NURHALISA MERTOSONO

RISKA LAMAU MEYVITA DZAKARIA

DELYRIA RAHAYU TULABU SITI MAGFIRAH MAKU

AMALIAH PRATIWI CINDY O. MANIHIYA

PROGRAM STUDI D-III ANALIS KESEHATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA MANDIRI GORONTALO

2019
KATA PENGANTAR

Assalamuaalaikum Warahmatullahi Wabarakatu.

Allhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas

berkat rahmat dan kariniaah-Nya telah memberikan segala nikmatnya berupa

kesehatan, kesempatan, kekuatan, keinginan, serta kesabaran.

Dalam makalah ini, penulis mengangkat judul”Etika Profesi Dan Kode Etik”.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. sehingga

banyak terdapat kekurangan bahkan kesalahan yang terdapat dalam penulisan

makalah ini dari segi isi maupun penulisannya.

Dengan sega keterbatasan dan kekurangan dalam penulisan makalah ini,

penulis menyampaikan rasa terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak

yang bersangkutan dalam penyusunan makalah ini. Terlepas dari itu, penulis

berharap agar makalah ini dapat bermanfaat di kemudian hari.

Sekian yang bisa penulis sampaikan bila ada kata atau penulisan yang kurang

berkenan mohon dimaafkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat akhir kata.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu.

Gorontalo, September 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 2

1.3 Tujuan ...................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 4

2.1 Pengertian Etika ....................................................................................... 4

2.2 Kaitan Moralitas, Norma, Perundangan, dan Etika ................................. 7

2.3 Makna Profesi Dan Karakteristik Profesi ................................................ 9

2.4 Prinsip Dasar Etika Profesi .................................................................... 12

2.5 Pengertian Kode Etik Profesi................................................................. 13

2.6 Tujuan Kode Etik Profesi ...................................................................... 16

2.7 Penyebab Pelanggaran Kode Etik Profesi Dan Sanksi Pelanggaran Kode
Etik............................................................................................................... 17

2.8 Faktor yang Mempengaruhi Pelanggaran Etika: ................................... 19

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 20

3.1 Kesimpulan ........................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 21

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi berlangsung sangat cepat.

Dengan perkembangan tersebut diharapkan akan dapat mempertahankan dan

meningkatkan taraf hidup manusia untuk menjadi manusi secara utuh. Maka

tidak cukup dengan mengandalkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, manusia

juga harus menghayati secara mendalam kode etik ilmu, teknologi dan

kehidupan (Priesty D, A, A, D, dkk. 2017).

Kode etik profesi merupakan bagian dari norma yang lebih umum yang

ada dalam etika profesi. Kode etik ini memperjelas dan merinci norma-norma

ke bentuk yang lebih sempurna walaupun sebenarnya norma-norma terebut

sudah tersirat dalam etika profesi (Koeniawan K, A. 2013).

Etika mempersoalkan bagaimana manusia harus bertindak.Menurut Kamus

Besar Bahasa Indonesia, etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan yang

buruk, tentang hak dan kewajiban moral, kumpulan asas atau nilai yang

berkenaan dengan akhlak, nilai mengenai benar dan salah yang dianut

masyarakat (Priesty D, A, A, D, dkk. 2017).

Profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan

terhadap suatu pengetahuan khusus. Suatu profesi biasanya memiliki asosiasi

profesi, kode etik, serta proses sertifikasi dan lisensi yang khusus untuk

bidang profesi tersebut. Contoh profesi adalah pada bidang hukum,

1
kedokteran, keuangan, militer,teknikdan desainer (Priesty D, A, A, D, dkk.

2017).

Pekerjaan tidak sama dengan profesi. Istilah yang mudah dimengerti oleh

masyarakat awam adalah: sebuah profesi sudah pasti menjadi sebuah

pekerjaan, namun sebuah pekerjaan belum tentu menjadi sebuah profesi.

Profesi memiliki mekanisme serta aturan yang harus dipenuhi sebagai suatu

ketentuan, sedangkan kebalikannya, pekerjaan tidak memiliki aturan yang

rumit seperti itu. Hal inilah yang harus diluruskan di masyarakat, karena

hampir semua orang menganggap bahwa pekerjaan dan profesi adalah sama

(Koeniawan K, A. 2013).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian etika profesi?

2. Apa Kaitannya dengan Moralitas, Norma, Perundangan, dan Etika?

3. Bagaimana Makna Profesi dan Karakteristik Profesi?

4. Bagaimana Prinsip Dasar Etika Profesi

5. Apa pengertian kode etik profesi?

6. Apa saja Tujuan kode etik profesi?

7. Apa Penyebab pelanggaran kode etik profesi dan apa Sanksi pelanggaran

kode etik?

8. Apa Faktor yang mempengaruhi pelanggaran etika?

2
1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian etika profesi.

2. Untuk mengetahui Kaitannya dengan Moralitas, Norma, Perundangan,

dan Etika.

3. Untuk mengetahui Makna Profesi dan Karakteristik Profesi.

4. Untuk mengetahui Prinsip Dasar Etika Profesi.

5. Untuk mengetahui pengertian kode etik profesi.

6. Untuk mengetahui Tujuan kode etik profesi

7. Untuk mengetahui Penyebab pelanggaran kode etik profesi dan apa

Sanksi pelanggaran kode etik.

8. Untuk mengetahui Faktor yang mempengaruhi pelanggaran etika.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Etika

Etika merupakan suatu studi moralitas. Kita dapat mendefinisikan

moralitas sebagai pedoman atau standar bagi individu atau masyarakat

tentang tindakan benar dan salah atau baik dan buruk. Dengan perkataan lain

bahwa moralitas merupakan standar atau pedoman bagi individu atau

kelompok dalam menjalankan aktivitasnya. Sehingga dengan demikian dapat

diketahui bagaimana perilaku salah dan benar atau baik dan buruk itu.

Standar dan pedoman itu dapat dipakai sebagai landasan untuk mengukur

perilaku benar atau salah, baik dan buruk atas perilaku orang atau kelompok

orang di dalam interaksinya dengan orang lain atau lingkungan dan

masyarakat (Ernawan, Erni R. 2016).

Secara filosofis, konsepsi etika dapat dirunut dengan cara pandang

seperti akan dijelaskan berikut ini. Etika merupakan cabang filsafat yang

membahas nilai dan norma, moral yang mengatur interaksi perilaku manusia

baik sebagai individu maupun sebagai kelompok. Dalam pemahaman ini,

etika yang digunakan sebagai landasan pijakan manusia dalam perilakunya

dapat diklasifikasikan dengan beberapa penafsiran sebagai refleksi kritis dan

refleksi aplikatif (Ernawan, Erni R. 2016).

Refleksi kritis atas norma dan moralitas lebih dikonotasikan sebagai

upaya manusia dalam penilaian etika perilaku yang bersifat filosofis sesuai

dengan dinamika perkembangan fenomena perubahan yang bersifat mendasar

4
tentang kehidupan pergaulan antar manusia dan terhadap lingkungannya.

Sedangkan refleksi aplikasi atas norma moralitas lebih ditujukan pada

bagaimana mengetrapkan dan mensosialisasikan ke dalam kehidupan dan

pergaulan antar manusia dan lingkungan yang bersifat dinamis dan cenderung

mengalami perubahan (Ernawan, Erni R. 2016).

Dari beberapa pengertian, cara pandang, dan teori etika di atas, maka

dapat diklasifikasi dan diidentifikasi bahwa etika dapat dirinci dengan jenis

dan pengelompokkan berikut: (1) Etika Umum dan (2) Etika Khusus.

1. Etika Umum adalah etika landasan perilaku yang dijadikan sebagai

pedoman umum yang diberlakukan kepada semua unsur di dalam

masyarakat. Etika ini merupakan acuan yang dipakai oleh keseluruhan

aktivitas yang dilakukan oleh semua individu atau kelompok atau

institusi. Misalnya menipu, mengambil hak orang lain atau mencuri

adalah perbuatan yang tidak terpuji (tidak etis). Menolong atau

membantu orang lain merupakan perbuatan terpuji (sesuai dengan moral

etika), dan lain-lain.

2. Etika Khusus adalah etika yang khusus diberlakukan pada:

1) Individu saja yang disebut sebagai etika individu, yaiyu menyangkut

etika terhadap diri sendiri, perlakuan etik yang semestinya dilakukan

oleh individu yang bersangkutan terhadap diri sendiri, yang

menguntungkan terhadap diri sendiri. Misalnya diri sendiri jangan

dirusak dengan mengkonsumsi obat terlarang yang merusak badan

5
dan jiwa. Etika memelihara dan menjaga kesehatan diri sendiri

dengan minum vitamin, dan lain-lain.

2) Sosial atau masyarakat, yaitu etika yang menyangkut kepentingan

antar sesama manusia, menyangkut kepentingan orang lain karena

berinteraksi dengan orang lain. Etika sosial diklasifikasi menjadi:

a. Etika terhadap sesama

b. Etika keluarga

c. Etika politik

d. Etika lingkungan hidup

e. Etika profesi.
Dalam konteks ini etika profesi mengacu pada etika umum, nilai, dan

moralitas umum. Ditinjau dari latar belakang filosofis, etika dapat

dikelompokan menjadi 4 kelompok, yaitu:

1) Etika Deontologi, yaitu etika yang didorong oleh kewajiban untuk berbuat

baik dari pihak pelaku. Bukan dilihat dari akibat dan tujuan diadakan

kegiatan profesi.

2) Etika Teologi, diukur dari apa tujuan dilakukan kegiatan profesi. Aktivitas

dinilai baik jika bertujuan baik atau diukur dari akibat yang ditimbulkan

oleh kegiatan bagi semua pihak (stakeholders).

3) Etika Konsekuensialis, etika dalam perilaku yang dilihat dari

konsekuensinya terhadap pihak tertentu sebagai akibat dilakukannya suatu

kegiatan bisnis. Apa saja akibat yang muncul dari kegiatan yang

dilakukan.

6
4) Etika Non-konsekuensialis, etika yang tidak dilihat konsekuensinya

terhadap tindakan yang dilakukan, tapi dilihat dari tujuannya. Apa saja

tujuan yang dirumuskan oleh pelaku.

Dari pengertian secara filosofis di atas, maka dapat disebutkan bahwa

landasan etika adalah:

1) Egoisme, yaitu landasan yang menilai tindakan etika baik ditinjau dari

kepentingan dan manfaat bagi diri sendiri. Terlepas dari kepentingan

pihak-pihak lain.

2) Unitarianisme, yaitu landasan etika yang memberikan alasan bahwa

tindakan etika baik jika ditinjau dari kepentingan atau manfaat bagi orang

lain.

3) Relativisme ethics, yaitu perbedaan kepentingan: parsial, universal atau

global. Relativisme ethics hanya berlaku pada kelompok parsial, menurut

ukuran tertentu yang bersifat lokal, regional, dan lain-lain.

2.2 Kaitan Moralitas, Norma, Perundangan, dan Etika

Perbedaan antara moralitas, norma, perundangan, dan etika cukup

mendasar dan mendalam. Menurut Ernawan, Erni R. 2016 moral itu adalah

nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau

kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Norma-norma atau nilai-nilai di

dalam moral selain sebagai standar ukur normatif bagi perilaku, sekaligus

juga sebagai perintah bagi seseorang atau kelompok untuk berperilaku sesuai

dengan norma-norma atau nilai-nilai tersebut. Sopan santun, norma-norma

7
dan etiket kurang lebih sama dengan istilah moral yang telah diuraikan di

atas.

Sedangkan etika pengertiannnya jauh lebih luas dan dalam cakupannya

dibanding dengan istilah moral. Etika merupakan filsafat atau pemikiran kritis

dan mendasar tentang ajaran-ajaran, norma-norma, nilai-nilai serta kebiasaan-

kebiasaan dan pandangan moral secara kritis. Etika dikonotasikan sebagai

filsafat moral ketika itu dijadikan studi filosofis terhadap moral. Istilah etika

disamakan dengan istilah filsafat moral yang telah menunjukkan bahwa

kajian etika tidak dalam konteks pengertian deskriptif, namun dalam bentuk

kajian kritis dan normatif dan analitis. (Ernawan, Erni R. 2016).

Jadi istilah moral, sopan santun, norma, nilai tersebut bermakna

bagaimana berperilaku sesuai dengan tuntunan norma-norma, nilai-nilai yang

diakui oleh individu atau kelompok ketika bergaul dengan individu atau

kelompok lainnya di dalam masyarakat. Sedangkan istilah etika (filsafat

moral) selain seseorang diituntut dapat berperilaku sesuai dengan norma-

norma atau nilai-nilai tertentu, juga dituntut untuk mampu mengetahui dan

memahami sistem, alasan-alasan dan dasar-dasar moral serta konsepsinya

secara rasional guna mencapai kehidupan yang lebih baik. Dalam etika

berperilaku moral sama pentingnya dengan mengetahui dan memahami

alasan-alasan atau dasar-dasar, normanorma moral. Dari pengertian inilah

muncul etika teleologi, deontologi seperti yang telah dibahas dimuka.

(Ernawan, Erni R. 2016).

8
Sedangkan etika dan perundang-undangan tidak persis sama, tetapi

undang-undang yang berlaku dalam aspek tertentu dapat sama dengan etika,

karena keduanya mengatur dan menentukan perbuatan benar dan salah. Pada

umumnya undang-undang atau peraturan punya dasar etika karena keduanya

didasarkan pada penerimaan masyarakat atas perilaku baik dan buruk. Tetapi

terkadang keduanya tidak persis sama atau tidak bertemu dalam konteks yang

sama antara peraturan dan prinsip-prinsip etika. Antara etika dan peraturan

atau perundangan yang berlaku saling mendukung untuk mengarahkan

perilaku individu atau kelompok supaya tertuju kepada perilaku yang

mendatangkan kebaikan bagi banyak pihak dan mencegah terjadinya distorsi

yang merugikan bagi pihak lain sehingga kehidupan bersama dengan

masyarakat dan lingkungan tercipta suatu hubungan harmonis dan saling

memberikan manfaat yang positif bagi pihak-pihak terkait. (Ernawan, Erni R.

2016).

2.3 Makna Profesi Dan Karakteristik Profesi

Secara leksikal, perkataan profesi itu ternyata mengandung berbagai

makna dan pengertian. Pertama, profesi itu menunjukkan dan

mengungkapkan suatu kepercayaan (to profess means to trust), bahkan suatu

keyakinan (to belief in) atas sesuatu kebenaran (ajaran agama) atau

kredibilitas seseorang (Abdul, A. H. 2012).

Kedua, profesi itu dapat pula menunjukkan dan mengungkapkan suatu

pekerjaan atau urusan tertentu menunjukkan lebih lanjut bahwa profesi

merupakan suatu pekerjaan yang menuntut pendidikan tinggi (kepada

9
pengembannya) dalam liberal arts atau science, dan biasanya meliputi

pekerjaan mental dan bukan pekerjaan manual, seperti mengajar,

keinsinyuran, mengarang, dan sebagainya; terutama kedokteran, hukum dan

teknologi. Good’s Dictionary of Education lebih menegaskan lagi bahwa

profesi itu merupakan suatu pekerjaan yang meminta persiapan spesialisasi

yang relatif lama di perguruan tinggi (kepada pengembannya) dan diatur oleh

suatu kode etika khusus. Dari berbagai penjelasan itu dapat disimpulkan

bahwa profesi itu pada hakekatnya merupakan suatu pekerjaan tertentu yang

menuntut persyaratan khusus dan istimewa sehingga meyakinkan dan

memperoleh kepercayaan pihak yang memerlukannya(Abdul, A. H. 2012).

Menurut (Abdul, A. H. 2012), mengemukakan bahwa karakteristik profesi

kalau dicermati secara seksama ternyata terdapat titik-titik persamaannya. Di

antara pokok-pokok persamaannya itu ialah sebagai berikut :

1. A unique, definite, and essential service

Profesi itu merupakan suatu jenis pelayanan atau pekerjaan yang unik

(khas), dalam arti berbeda dari jenis pekerjaan atau pelayanan apapun

yang lainnya. Di samping itu, profesi juga bersifat definitif dalam arti

jelas batas-batas kawasan cakupan bidang garapannya (meskipun

mungkin sampai batas dan derajat tertentu ada kontigensinya dengan

bidang lainnya). Selanjutnya, profesi juga merupakan suatu pekerjaan

atau pelayanan yang amat penting, dalam arti hal itu amat dibutuhkan

oleh pihak penerima jasanya sementara pihaknya sendiri tidak memiliki

10
pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan untuk melakukannya

sendiri.

2. An emphasis upon intellectual technique in performing its service

Pelayanan itu amat menuntut kemampuan kinerja intelektual, yang

berlainan dengan keterampilan atau pekerjaan manual semata-mata.

Benar, pelayanan profesi juga terkadang mempergunakan peralatan

manual dalam praktek pelayanannya, seperti seorang dokter bedah

misalnya menggunakan pisau operasi, namun proses penggunaannya

dibimbing oleh suatu teori dan wawasan intelektual.

3. A long period of specialized training

Untuk memperoleh penguasaan dan kemampuan intelektual (wawasan

atau visi dan kemampuan atau kompetensi serta kemahiran atau skills)

serta sikap profesional tersebut di atas, seseorang akan memerlukan

waktu yang cukup lama untuk mencapai kualifikasi keprofesian

sempurna lazimnya -tidak kurang dari lima tahun lamanya; ditambah

dengan pengalaman praktek terbimbing hingga tercapainya suatu tingkat

kemandirian secara penuh dalam menjalankan profesinya. Pendidikan

keprofesian termaksud lazimnya diselenggarakan pada jenjang

pendidikan tinggi, dengan proses pemagangannya sampai batas waktu

tertentu dalam bimbingan para seniornya.

11
4. A broad range of autonomy for both the individual practitioners and the

occupational group as a whole

Kinerja pelayanan itu demikian cermat secara teknis sehingga

kelompok (asosiasi) profesi yang bersangkutan sudah memberikan

jaminan bahwa anggotanya dipandang mampu untuk melakukannya

sendiri tugas pelayanan tersebut, apa yang seyogianya dilakukan dan

bagaimana menjalankannya, siapa yang seyogianya memberikan izin dan

lisensi untuk melaksanakan kinerja itu. Individu-individu dalam kerangka

kelompok asosiasinya pada dasarnya relatif bebas dari pengawasan, dan

secara langsung mereka menangani prakteknya. Dalam hal menjumpai

sesuatu kasus yang berada di luar kemampuannya, mereka membuat

rujukan (referral) kepada orang lain dipandang lebih berwenang, atau

membawanya ke dalam suatu panel atau konferensi kasus (case

conference).

2.4 Prinsip Dasar Etika Profesi

Terdapat beberapa prinsip dasar yang menjadi landasan dalam pelaksanaan

kode etik profesi. Adapaun prinsip-prinsip etika profesi adalah sebagai

berikut:

1. Prinsip Tanggung Jawab

Setiap profesional harus bertanggungjawab terhadap pelaksanaan suatu

pekerjaan dan juga terhadap hasilnya. Selain itu, profesional juga memiliki

tanggungjawab terhadap dampak yang mungkin terjadi dari profesinya

bagi kehidupan orang lain atau masyarakat umum.

12
2. Prinsip Keadilan

Pada prinsip ini, setiap profesional dituntut untuk mengedepankan

keadilan dalam menjalankan pekerjaannya. Dalam hal ini, keadilan harus

diberikan kepada siapa saja yang berhak.

3. Prinsip Otonomi

Setiap profesional memiliki wewenang dan kebebasan dalam

menjalankan pekerjaan sesuai dengan profesinya. Artinya, seorang

profesional memiliki hak untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu

dengan mempertimbangkan kode etik profesi.

4. Prinsip Integritas Moral

Integritas moral adalah kualitas kejujuran dan prinsip moral dalam diri

seseorang yang dilakukan secara konsisten dalam menjalankan profesinya.

Artinya, seorang profesional harus memiliki komitmen pribadi untuk

menjaga kepentingan profesinya, dirinya, dan masyarakat.

2.5 Pengertian Kode Etik Profesi

Kode etik profesi kode; yaitu tanda-tanda atau simbol-simbol yang berupa

kata-kata, tulisan atau benda yang disepakati untuk maksud-maksud tertentu,

misalnya untuk menjamin suatu berita, keputusan atau suatu kesepakatan

suatu organisasi. Kode juga dapat berarti kumpulan peraturan yang sistematis.

Kode etik ; yaitu norma atau azas yang diterima oleh suatu kelompok tertentu

sebagai landasan tingkah laku sehari-hari di masyarakat maupun di tempat

kerja. MENURUT UU NO. 8 (POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN) Kode

etik profesi adalah pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam

13
melaksanakan tugas dan dalam kehidupan sehari-hari. Kode etik profesi

sebetulnya tidak merupakan hal yang baru. Sudah lama diusahakan untuk

mengatur tingkah laku moral suatu kelompok khusus dalam masyarakat

melalui ketentuanketentuan tertulis yang diharapkan akan dipegang teguh

oleh seluruh kelompok itu. Salah satu contoh tertua adalah ; SUMPAH

HIPOKRATES, yang dipandang sebagai kode etik pertama untuk profesi

dokter.

Hipokrates adalah doktren Yunani kuno yang digelari : BAPAK ILMU

KEDOKTERAN. Beliau hidup dalam abad ke-5 SM. Menurut ahli-ahli

sejarah belum tentu sumpah ini merupakan buah pena Hipokrates sendiri,

tetapi setidaknya berasal dari kalangan muridmuridnya dan meneruskan

semangat profesional yang diwariskan oleh dokter Yunani ini. Walaupun

mempunyai riwayat eksistensi yang sudah-sudah panjang, namun belum

pernah dalam sejarah kode etik menjadi fenomena yang begitu banyak

dipraktekkan dan tersebar begitu luas seperti sekarang ini. Jika sungguh benar

zaman kita di warnai suasana etis yang khusus, salah satu buktinya adalah

peranan dan dampak kode-kode etik ini.

Profesi adalah suatu Moral Community (Masyarakat Moral) yang memiliki

cita-cita dan nilai-nilai bersama. Kode etik profesi dapat menjadi

penyeimbang segi segi negative dari suatu profesi, sehingga kode etik ibarat

kompas yang menunjukkan arah moral bagi suatu profesi dan sekaligus juga

menjamin mutu moral profesi itu dimata masyarakat.

14
Kode etik bisa dilihat sebagai produk dari etika terapan, seban dihasilkan

berkat penerapan pemikiran etis atas suatu wilayah tertentu, yaitu profesi.

Tetapi setelah kode etik ada, pemikiran etis tidak berhenti. Kode etik tidak

menggantikan pemikiran etis, tapi sebaliknya selalu didampingi refleksi etis.

Supaya kode etik dapat berfungsi dengan semestinya, salah satu syarat mutlak

adalah bahwa kode etik itu dibuat oleh profesi sendiri. Kode etik tidak akan

efektif kalau di drop begitu saja dari atas yaitu instansi pemerintah atau

instansi-instansi lain; karena tidak akan dijiwai oleh cita-cita dan nilai-nilai

yang hidup dalam kalangan profesi itu sendiri.

Instansi dari luar bisa menganjurkan membuat kode etik dan barang kali

dapat juga membantu dalam merumuskan, tetapi pembuatan kode etik itu

sendiri harus dilakukan oleh profesi yang bersangkutan. Supaya dapat

berfungsi dengan baik, kode etik itu sendiri harus menjadi hasil Self

Regulation (pengaturan diri) dari profesi

Dengan membuat kode etik, profesi sendiri akan menetapkan hitam atas

putih niatnya untuk mewujudkan nilai-nilai moral yang dianggapnya hakiki.

Hal ini tidak akan pernah bisa dipaksakan dari luar. Hanya kode etik yang

berisikan nilai-nilai dan citacita yang diterima oleh profesi itu sendiri yang bis

mendarah daging dengannya dan menjadi tumpuan harapan untuk

dilaksanakan untuk dilaksanakan juga dengan tekun dan konsekuen. Syarat

lain yang harus dipenuhi agar kode etik dapat berhasil dengan baik adalah

bahwa pelaksanaannya di awasi terus menerus. Pada umumnya kode etik

akan mengandung sanksi-sanksi yang dikenakan pada pelanggar kode etik.

15
2.6 Tujuan Kode Etik Profesi

1. Untuk menjunjung tinggi martabat profesi.

2. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota.

3. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi.

4. Untuk meningkatkan mutu profesi.

5. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi.

6. Meningkatkan layanan di atas keuntungan pribadi.

7. Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.

8. Menentukan baku standarnya sendiri.

Adapun fungsi dari kode etik profesi adalah :

1. Memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip

profesionalitas yang digariskan.

2. Sebagai sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi yang

bersangkutan

3. Mencegah campur tangan pihak di luar organisasi profesi tentang

hubungan etika dalam keanggotaan profesi. Etika profesi sangatlah

dibutuhkan dlam berbagai bidang.

Kode etik yang ada dalam masyarakat Indonesia cukup banyak dan

bervariasi. Umumnya pemilik kode etik adalah organisasi kemasyarakatan

yang bersifat nasional, misalnya Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI), kode etik

Ikatan Penasehat HUKUM Indonesia, Kode Etik Jurnalistik Indonesia, Kode

Etik Advokasi Indonesia dan lain-lain. Ada sekitar tiga puluh organisasi

kemasyarakatan yang telah memiliki kode etik.

16
Suatu gejala agak baru adalah bahwa sekarang ini perusahaan-perusahan

swasta cenderung membuat kode etik sendiri. Rasanya dengan itu mereka

ingin memamerkan mutu etisnya dan sekaligus meningkatkan kredibilitasnya

dan karena itu pada prinsipnya patut dinilai positif.

2.7 Penyebab Pelanggaran Kode Etik Profesi Dan Sanksi Pelanggaran Kode

Etik

Ada beberapa hal yang penyebab pelanggaran kode etik yang biasanya

terjadi di lingkungan kita, antara lain :

1. Pengaruh jabatan

Misalnya yang melakukan pelanggaran kode etik profesi itu adalah

pimpinan atau orang yang memiliki kekuasaan yang tinggi pada profesi

tersebut, maka bisa jadi orang lain yang posisi dan kedudukannya berada

di bawah orang tersebut, akan enggan untuk melaporkan kepada pihak

yang berwenang memberikan sangsi, karena kekhawatiran akan

berpengaruh kepada jabatan dan posisinya pada profesi tersebut.

2. Pengaruh masih lemahnya penegakan hukum di Indonesia, sehingga

menyebabkan pelaku pelanggaran kode etik profesi tidak merasa

khawatir melakukan pelanggaran.

3. Tidak berjalannya kontrol dan pengawasan dari masyarakat.

4. Organisasi profesi tidak dilengkapi denga sarana dan mekanisme bagi

masyarakat untuk menyampaikan keluhan.

5. Rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai substansi kode etik

profesi, karena buruknya pelayanan sosialisasi dari pihak profesi sendiri

17
6. Belum terbentuknya kultur dan kesadaran dari para pengemban profesi

untuk menjaga martabat luhur profesinya.

7. Pengaruh sifat kekeluargaan

Misalnya, yang melakukan pelanggaran adalah keluarga atau dekat

hubungan kekerabatannya dengan pihak yang berwenang memberikan

sangsi terhadap pelanggaran kode etik pada suatu profesi, maka ia akan

cendrung untuk tidak memberikan sangsi kepada kerabatnya yang telah

melakukan pelanggaran kode etik tersebut.

Adapun sanksi pelanggaran kode etik sebagai berikut:

1. Sanksi moral

2. Sanksi dikeluarkan dari organisasi

Kasus-kasus pelanggaran kode etik akan ditindak dan dinilai oleh suatu

dewan kehormatan atau komisi yang dibentuk khusus untuk itu. Karena

tujuannya adalah mencegah terjadinya perilaku yang tidak etis, seringkali

kode etik juga berisikan ketentuan-ketentuan profesional, seperti kewajiban

melapor jika ketahuan teman sejawat melanggar kode etik. Ketentuan itu

merupakan akibat logis dari self regulation yang terwujud dalam kode etik;

seperti kode itu berasal dari niat profesi mengatur dirinya sendiri, demikian

juga diharapkan kesediaan profesi untuk menjalankan kontrol terhadap

pelanggar. Namun demikian, dalam praktek seharihari control ini tidak

berjalan dengan mulus karena rasa solidaritas tertanam kuat dalam

anggotaanggota profesi, seorang profesional mudah merasa segan melaporkan

teman sejawat yang melakukan pelanggaran. Tetapi dengan perilaku

18
semacam itu solidaritas antar kolega ditempatkan di atas kode etik profesi dan

dengan demikian maka kode etik profesi itu tidak tercapai, karena tujuan

yang sebenarnya adalah menempatkan etika profesi di atas pertimbangan-

pertimbangan lain. Lebih lanjut masing-masing pelaksana profesi harus

memahami betul tujuan kode etik profesi baru kemudian dapat

melaksanakannya.

Kode Etik Profesi merupakan bagian dari etika profesi. Kode etik profesi

merupakan lanjutan dari norma-norma yang lebih umum yang telah dibahas

dan dirumuskan dalam etika profesi. Kode etik ini lebih memperjelas,

mempertegas dan merinci norma-norma ke bentuk yang lebih sempurna

walaupun sebenarnya norma-norma tersebut sudah tersirat dalam etika

profesi. Dengan demikian kode etik profesi adalah sistem norma atau aturan

yang ditulis secara jelas dan tegas serta terperinci tentang apa yang baik dan

tidak baik, apa yang benar dan apa yang salah dan perbuatan apa yang

dilakukan dan tidak boleh dilakukan oleh seorang profesional

2.8 Faktor yang Mempengaruhi Pelanggaran Etika:

1. Kebutuhan individu, contohnya korupsi karena alasan ekonomi

2. Tidak ada pedoman, karena area “abu-abu”, sehingga tak ada panduan

3. Perilaku dan kebiasaan individu contohnya kebiasaan yang terakumulasi

tak dikoreksi

4. Lingkungan tidak etis contohnya pengaruh dari komunitas

5. Perilaku orang yang ditiru contohnya efek primordialisme yang

kebablasan

19
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Etika merupakan suatu studi moralitas. Kita dapat mendefinisikan

moralitas sebagai pedoman atau standar bagi individu atau masyarakat

tentang tindakan benar dan salah atau baik dan buruk. Dengan perkataan lain

bahwa moralitas merupakan standar atau pedoman bagi individu atau

kelompok dalam menjalankan aktivitasnya. Sehingga dengan demikian dapat

diketahui bagaimana perilaku salah dan benar atau baik dan buruk itu.

Kode etik profesi yaitu tanda-tanda atau simbol-simbol yang berupa kata-

kata, tulisan atau benda yang disepakati untuk maksud-maksud tertentu,

misalnya untuk menjamin suatu berita, keputusan atau suatu kesepakatan

suatu organisasi. Kode juga dapat berarti kumpulan peraturan yang sistematis.

Kode etik bisa dilihat sebagai produk dari etika terapan, seban dihasilkan

berkat penerapan pemikiran etis atas suatu wilayah tertentu, yaitu profesi.

Tetapi setelah kode etik ada, pemikiran etis tidak berhenti. Kode etik tidak

menggantikan pemikiran etis, tapi sebaliknya selalu didampingi refleksi etis.

Supaya kode etik dapat berfungsi dengan semestinya, salah satu syarat mutlak

adalah bahwa kode etik itu dibuat oleh profesi sendiri.

20
DAFTAR PUSTAKA

Abdul, A. H. 2012. Karakter Guru Profesional. Jakarta : Al-Mawardi Prima.

Ernawan, Erni R. 2016. Etika Bisnis. Bandung: Penerbit Alfabeta.

Koeniawan K, A. 2013. Etika Profesi Dalam Problematika Di Era Competitif


Menurut Sisi Pandang Akuntan Publik. Jurnal Modernisasi, Volume 9,
Nomor 1, Februari 2013.

Priesty D, A, A, D, dkk. 2017. Pengaruh Etika Profesi dan Komitmen Profesional


Auditor Terhadap Kinerja Auditor dengan Skeptisisme Profesional Sebagai
Pemediasi. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, Vol.20.2. Agustus
(2017): 1162-1188, ISSN: 2302-8556

21

Anda mungkin juga menyukai