Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

Etika Pebankan

ETIKA PROFESI PERBANKAN


Dosen Pengampu novia
Prodi : Perbankan Syariah

Disusun Oleh:
Rina Auliyeh
FAKULTAS PERBANKAN SYARI’AH
SEKOLAH TINGGI EKONOMI DAN BISNIS ISLAM AL-ANWAR
PATEREMAN MODUNG BANGKALAN
2021
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi robbil alamin segala puji bagi Allah yang telah menganugrahkan
keimanan,keislaman,kesehatan dan kesempatan sehingga penulis dapat menyusun
makalah ini dengan baik.Makalah dengan judul “Etika Perbankan” ini di susun dalam
rangka memenuhi tugas mata kuliah Etika Profesi Perbankan. Penyusun makalah ini tak
lepas dari campur tangan berbagai pihak yang telah berkontribusi secara maksimal.
Oleh karna itu saya mengucapkan terima kasih sebesar besarnya

Meski demikian, penulis menyakini masih banyak yang perlu di perbaiki dalam
penyusunan makalah ini,baik dalam segi tulisan,sumber hukum,tata bahasa dan bahkan
tanda baca.Sehingga sangat di harapkan kritik dan saran dari pembaca sekalian sebagai
bahan evaluasi penulis.

Demikian,besar harapan penulis agar makalah ini dapat menjadi bacaanmenark bagi
pembaca.

Modung,26 September
2021
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL.....................................................................................................
KATA PENGANTAR.......................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................................
B. Rumusan Masalah...................................................................................................
C. Tujuan......................................................................................................................
.................................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................
A. Pengertian Etika Perbankan....................................................................................
B. Ruang Lingkup Etika..............................................................................................
C. Norma Konflik Dan Dekadensi Moral....................................................................
D. Tiga Kaedah Untuk Mengukur Baik Buruk............................................................
BAB III PENUTUP...........................................................................................................
A. Kesimpulan............................................................................................................
B. Saran......................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam adalah agama yang sempurna yang meliputi dan mengatur segala aspek
kehidupan manusia (syumul), ia mengatur sistem berakidah (tauhid), beribadah dan juga
bermuamalah, dimana yang satu dan lainnya saling berhubungan erat. Muamalah dalam
islam memiliki porsi yang memadai sebagaimana yang terdapat dalam dua dimensi
lainnya. Bisnis (tijarah) merupakan salah satu komponen utama dalam sistem
muamalah. Oleh karena itu, islam menganjurkan pemeluknya untuk menggeluti bidang
ini secara professional (itqan), sehingga dapat memberikan manfaat bagi dirinya,
keluarganya, dan kaum muslimin secara umum.
Dalam melakukan kegiatan bisnis dimanapun, tentunya memerlukan moral sebagai
bentuk kosopanan sebagai etika yang baik dalam berbisnis. Dalam islam telah
diajarkan tata cara untuk berakhlak karimah yang tepat dalam melakukan bisnis. Etika
sebagai bentuk dari perwujudan norma-norma sosial yang berlaku di negara kita.
Sehingga dalam melakukan kegiatan bisnis yang dilakukan tidak terjadi kesalahan yang
menimbulkan dosa.
Oleh karena itu, hendaknya kita terapkan bentuk dasar dari etika dan moral serta
norma-norma bisnis dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai perwujudan dari bentuk
ketaatan kita sebagai makhluk sosial di dunia ini.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian etika/ profei dan moral ?
2. Ruang lingkup etika perbankan islami ?
3. penerapannya dalam dunia perbankan ? C. Tujuan
Berdasarkan latar belakang serta rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya,
maka tujuan dari karya tulis ilmiah ini adalah:
1. Untuk mengetahui dan menambah ilmu dan wawasan tentang konsep etika bisnis
islami.
2. Untuk menerapkan etika islami dalam dunia kerja
3. untuk mengetahui ruang limgkup etika islam
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian etika dan moral
1. Etika
berasal dari bahasa yunani kuno, ethos. Dalam bentuk tunggal, kata tersebut
mempunyai banyak arti, yaitu: kebiasaan, adat, akhlak, watak, perasaan, sikap dan cara
berpikir. Dalam bentuk jamak ( ta etha ) artinya adalah adat kebiasaan, arti terakhir
inilah yang menjadi latar belakang terbentuknya istilah ‘’etika’’ yang sudah dipakai
oleh Aristoteles (384-322 ) untuk menunjukkan filsapat moral.
Dalam kamus basar bahasa Indonesia, etika di jelaskan dengan membedakan tiga arti.
Pertama ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk tentang hak dan kewajiban
moral (akhlak). Kedua, kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak, dan
ketiga, nilai mengenai benar dan salah yang di anut suatu golongan atau masyarakat.
Bertens dalam buku etika-nya, etika adalah nilai-nilai dan norma-norma moral yang
mejadi pegangan bagi seseorang atau sekelompok dalam mengatur tingkah lakunya. itu
nilai dari benar salahnya yang dianut oleh suatu golongan atau masayarakat. Sampai
disini, etika juga bisa disebut sebagai sistem nilai yang dapat berfungsi dalam hidup
manusia perorangan atau sosial.
Disamping itu etika dapat diartikan sebagai kode etik yang merupakan kumpulan asas
atau nilai moral. Seperti kode etik dokter, kode etik perd dan lain-lain. Juga etika
sebagai ilmu tentang baik dan buruk,
2. Moral
Adapun moral yang berasal dari bahasa latin mos (jamaknya mores ),secara
etimologis bermakna kebiasaan jika di definisikan, moral adalah nilai-nilai dan norma-
norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau sekelompok dalam mengatur tingkah
lakunya, dalam batasan ini pengertian moral dan etika sama
Di muka telah telah di jelaskan ada persamaan antara etika dan moral, namun
keduanya dapat di bedakan. Amin Abdullah yang menulis desertasi, The idea of
universality of ethical norms in ghazali and kant, menyebut moral adalah aturan-aturan
normative ( dalam islam disebut dengan akhlak ) yang berlalku dalam suatu masyarakt
tertentu yang terbataas oleh ruang dan waktu, penerapan tata nilai moral dalam
kehidupan sehari-hari dalam masyarakaat tertentu menjadi kajian antropologi
sedangkan etika adalah bidang garap filsafat. Realitas moral dalam kehidupan
masyarakat yang terjernihkan dalam studi kritis adalah wilayah yang di bidangi etika.
Jadi studi kritis tentang morlitas menjadi wilayah etika,shingga moral tidak lain adalah
objek material dari etika.

Dalam pengertian sederhana moral adalah seperangkat tata nilai yang sudah jadi dan
siap pakai sedangkan etika mempertanyakan secara kritis rumusan rumusan baik buruk
yang telah mengkristal dalam kehidupan sosial, untuk selanjutnya di rumuskn kembali
tegasnya, jika moral lebih condong kepada pengertian “ nilai baik dan buruk dari setiap
perbuatan manusia itu sendiri “ , maka etika merupan ilmu yang mempelajari tentang
baik dan buruk ( ethics atau ‘ilm al-akhlaq ) dan moral ( akhlak ) adalah praktiknya,
etika tidak berbicara bagaimana seharusnya, namun apa yang harus dilakukan, tentu
saja dalam bingkaian baik dan buruk.
3. Profesi
Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan
nafkah hidup dengan mengandalkan keahlian.
a. Mengandalkan suatu keterampilan atau keahlian khusus.
b. Dilaksanakan sebagai suatu pekerjaan atau kegiatan utama (purna waktu).
c. Dilaksanakan sebagai sumber utama nafkah hidup.
d. Dilaksanakan dengan keterlibatan pribadi yang mendalam
Menurut Akhmad Tafsir seseorang di sebut memiliki profesi bila ia memenuhi kriteria
sebagai berikut :
a. Profesi harus memiliki keahlian yang khusus
b. Profesi harus sebagai pemenuhan panggilan hidup, artinya lapangan pengabdian.
c. Profesi memiliki teori –teori yang baku secara universal
d. Profesi adalah untuk masyarakat, bukan untuk diri sendiri
e. Profesi harus di lengkapi dengan kecakapan diagnostik dan kompotensi aplikatif
f. pemegang profesi memiliki otonom dalam melakukan profesinya
g. Profesi hendaknya memiliki kode etik
h. Profesi harus memiliki klien yang jelas ( pemakai jasa profesi)
i. Profesi memerlukan organisasi
j. Mengenali hubungan profesi dengan bidang – bidang lain.
Menurut Pakar Pendidikan Winarno Surrakhmad (hermawan,1979 ) menyatakan bahwa
sebuah profesi harus mempunyai kriteria sebagai berikut :
a. Profesi harus mempunyai bidang pekerjaan tertentu (spesifik) tidak boleh sama
dengan pekerjaan yang di lakukan oleh profesi yang lain.
b. bidang pekerjaan profesi itu harus bersifat pengabdian kepada masyarakat
(public sevice) pekerjaan yang bersifat pengabdian lazimnya lebih banyak
pengorbanannya dari pada keuntungan ekonomi finansialnya.
c. Profesi harus mempunyai keterampilan khusus, yang tidak dimiliki oleh profesi
yang lain.
d. Profesi harus mempunyai sikap dan kpribadian yang khas, yang menandakan
Profesi itu berbeda dengan profesi yang lain.
e. Profesi harus mempunyai organisasi profesi, yang akan berfungsi sebagai wadah
untuk menghimpun, mengelola dan melayani anggota profesinya.
f. Profesi harus mempunyai pedoman sikap dan tingkah laku bagi para anggotanya
yang di kenal dengan nama kode etik profesi.
g. Profesi harus mempunyai dewan kehormatan Profesi, yaitu organisasi yang
bertugas mengawasi perilaku para anggotanya dalam melaksakan tugasnya
sehari- hari dan memberikan pertimbangan kepada pengurus pusat pelanggaran
kode etik yang dilakukan para anggotanya.
B. Ruang Lingkup Etika
Etika sangat luas sehingga terbagi atau terpecah menjadi beberapa bagian atau bidang
atau bidang seperti :
1. Etika terhadap sesama
2. Etika keluarga
3. Etika Profesi
4. Etika Politik
5. Etika Lingkungan
6. Etika Ideologi
 Etika profesi Bank Syariah
Etika perbankan didefinisikan sebagai suatu kesepakatan para banki yang merupan
suatu norma sopan santun dalam menjalankan usahanya, dan merupakan prinsip-prinsip
moral atau nilai-nilai mengenai hal-hal yang dianggap baik dan mencegah yang tidak
baik
Bank Syariah sebagai lembaga keuangan syariah yang mematuhi nilai-nilai Syariah
dalam menjalankan transaksi bisnisnya. Nilai-nilai syariah dalam perbankan syariah
secara otomatis memaksa perbankan syariah untuk mematuhi etika-etika yang berlaku
dalam Islam. Oleh karena itu etika bisnis dalam Islam menjadi salah satu penilaian
kesyariah-an suatu perbankan syariah.
 Berikut beberapa ketentuan Umum dari Etika Islam yang harus dipatuhi dalam
menjalankan transaksi bisnis sehari-hari.
1) Kesatuan (Tauhid/Unity)
Dalam hal ini adalah kesatuan sebagaimana terefleksikan dalam konsep tauhid yang
memadukan keseluruhan aspek-aspek kehidupan muslim baik dalam bidang ekonomi,
politik, sosial menjadi keseluruhan yang homogen, serta mementingkan konsep
konsistensi dan keteraturan yang menyeluruh.
Dari konsep ini maka islam menawarkan keterpaduan agama, ekonomi, dan sosial
demi membentuk kesatuan. Atas dasar pandangan ini pula maka etika dan bisnis
menjadi terpadu, vertikal maupun horisontal, membentuk suatu persamaan yang sangat
penting dalam sistem Islam.
2) Keseimbangan (Equilibrium/adil)
Islam sangat mengajurkan untuk berbuat adil dalam berbisnis, dan melarang berbuat
curang atau berlaku dzalim. Rasulullah diutus Allah untuk membangun keadilan.
Kecelakaan besar bagi orang yang berbuat curang, yaitu orang-orang yang apabila
menerima takaran dari orang lain meminta untuk dipenuhi, sementara kalau menakar
atau menimbang untuk orang selalu dikurangi. Kecurangan dalam berbisnis pertanda
kehancuran bisnis tersebut, karena kunci keberhasilan bisnis adalah kejujuran..
3) Kehendak Bebas (Free will)
Kebebasan merupakan bagian penting dalam nilai etika bisnis islam, tetapi kebebasan
itu tidak merugikan kepentingan kolektif. Kepentingan individu dibuka lebar. Tidak
adanya batasan pendapatan bagi seseorang mendorong manusia untuk aktif berkarya
dan bekerja dengan segala potensi yang dimilikinya.
Kecenderungan manusia untuk terus menerus memenuhi kebutuhan pribadinya yang tak
terbatas dikendalikan dengan adanya kewajiban setiap individu terhadap masyarakatnya
melalui zakat, infak dan sedekah.
4) Tanggung jawab (Responsibility)
Kebebasan tanpa batas adalah suatu hal yang mustahil dilakukan oleh manusia karena
tidak menuntut adanya pertanggungjawaban dan akuntabilitas. untuk memenuhi
tuntunan keadilan dan kesatuan, manusia perlu mempertaggungjawabkan tindakanya
secara logis prinsip ini berhubungan erat dengan kehendak bebas. Ia menetapkan
batasan mengenai apa yang bebas dilakukan oleh manusia dengan bertanggungjawab
atas semua yang dilakukannya.
5) Kebenaran: Kebajikan dan Kejujuran
Kebenaran dalam konteks ini selain mengandung makna kebenaran lawan dari
kesalahan, mengandung pula dua unsur yaitu kebajikan dan kejujuran. Dalam konteks
bisnis kebenaran dimaksudkan sebagia niat, sikap dan perilaku benar yang meliputi
proses akad (transaksi) proses mencari atau memperoleh komoditas pengembangan
maupun dalam proses upaya meraih atau menetapkan keuntungan.
Dengan prinsip kebenaran ini maka etika bisnis Islam sangat menjaga dan berlaku
preventif terhadap kemungkinan adanya kerugian salah satu pihak yang melakukan
transaksi, kerjasama atau perjanjian dalam bisnis.
Etika pada sistem perbankan syariah digunakan sebagai tolak ukur kesyariahan suatu
perbankan syariah dalam operasional sehari-hari. Penting bagi tiap-tiap individu di
Perbankan syariah memahami akan pentingnya etika perbankan. Dikarenakan
pentingnya hal tersebut, maka pihak perbankan sudah sewajarnya memberikan anggaran
khusus yang digunakan untuk membentuk sumber daya insani yang melek akan etika
perbankan syariah.
Sebuah profesi hanya dapat memperoleh kepercayaan dari masyarakat, bila mana
dalam diri para elit profesional tersebut ada kesadaran kuat untuk mengindahkan etika
profesi pada saat mereka ingin memberikan jasa keahlian profesi kepada masyarakat
yang memerlukan.
Tanpa etika profesi, apa yang semula di kenal sebagai sebuah profesi yang terhormat
akan segera jatuh terdegradasi menjadi sebuah pekerjaan pencarian nafkah biasa yang
sedikit pun tidak diwarnai dengan nilai-nilai idealisme yang akhirnya tidak ada lagi
kepercayaan masyarkat terhadap elite profesional tsb
c. Kode Etik Profesi
Kode etik profesi merupakan norma yang ditetapkan dan diterima oleh sekelompok
profesi, yang mengarahkan atau memberi petunjuk kepada anggotanya bagaimana
seharusnya berbuat dan sekaligus menjamin mutu profesi itu dimata masyarakat.
Apabila anggota kelompok profesi itu menyimpang dari kode etiknya, maka kelompok
profesi itu akan tercemar di mata masyarakat. Oleh karena itu, kelompok profesi harus
mencoba menyelesaikan berdasarkan kekuasaannya sendiri.
Kode Etik Dapat diartikan pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis dalam
melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Kode etik merupakan pola aturan atau tata
cara sebagai pedoman berperilaku.
Dalam kaitannya dengan profesi, bahwa kode etik merupakan tata cara atau aturan
yang menjadi standart kegiatan anggota suatu profesi. Suatu kode etik menggambarkan
nilai-nilai professional suatu profesi yang diterjemahkan kedalam standaart perilaku
anggotanya. Nilai professional paling utama adalah keinginan untuk memberikan
pengabdian kepada masyarakat.
Nilai professional dapat disebut juga dengan istilah asas etis.(Chung, 1981
mengemukakan empat asas etis, yaitu :
1) Menghargai harkat dan martabata
2) Peduli dan bertanggung jawab
3) Integritas dalam hubungan
4) Tanggung jawab terhadap masyarakat.
Kode etik dijadikan standart aktvitas anggota profesi, kode etik tersebut sekaligus
sebagai pedoman (guidelines). Masyarakat pun menjadikan sebagai perdoman dengan
tujuan mengantisipasi terjadinya bias interaksi antara anggota profesi. Bias interaksi
merupakan monopoli profesi., yaitu memanfaatkan kekuasan dan hak-hak istimewa
yang melindungi kepentingan pribadi yang betentangan dengan masyarakat. Oteng/
Sutisna (1986: 364) mendefisikan bahwa kode etik sebagai pedoman yang memaksa
perilaku etis anggota profesi.
Konvensi nasional IPBI ke-1 mendefinisikan kode etik sebagai pola ketentuan, aturan,
tata cara yang menjadi pedoman dalam menjalankan aktifitas maupun tugas suatu
profesi. Bahsannya setiap orang harus menjalankan serta mejiwai akan Pola, Ketentuan,
aturan karena pada dasarnya suatu tindakan yang tidak menggunakan kode etik akan
berhadapan dengan sanksi.
Kode etik profesi merupakan produk etika terapan karena dihasilkan berdasarkan
penerapan pemikiran etis atas suatu profesi. Kode etik profesi dapat berubah dan diubah
seiring perkembangan zaman. Kode etik profesi merupakan pengaturan diri profesi yang
bersangkutan, dan ini perwujudan nilai moral yang hakiki, yang tidak dipaksakan dari
luar.
Kode etik profesi hanya berlaku efektif apabila dijiwai oleh cita-cita dan nilai-nilai yang
hidup dalam lingkungan profesi itu sendiri. Setiap kode etik profesi selalu dibuat tertulis
yang tersusun secara rapi, lengkap, tanpa catatan, dalam bahasa yang baik, sehingga
menarik perhatian dan menyenangkan pembacanya. Semua yang tergambar adalah
perilaku yang baik-baik. Bukan algoritma sederhana yang dapat menghasilkan
keputusan etis atau tidak etis Kadang-kadang bagian-bagian dari kode etik dapat terasa
saling bertentangan ataupun dengan kode etik lain.Kita harus menggunakan keputusan
yang etis untuk bertindak sesuai dengan semangat kode etik profesi.Kode etik yang baik
menggariskan dengan jelas prinsip-prinsip mendasar yang butuh pemikiran, bukan
kepatuhan membuta
C. Norma, Konflik Dan Dekadensi Moral.
Norama adalah tata aturan yang jika di ikkuti akan membuat seseorang atau
sekelompok orang menjadi normal. Sebaiknya yang melanggarnya dianggap abnormal.
Setiap orang cenderung mengikuti norma yang ingin terlihat normal. Nnorma yang
terdapat dalam suatu masyarakat itu juga ada bermacam-macam sesuai dengan struktur
masyarakatnya.
Dalam kehidupan sosial dapat dibedakan empat jenis norma yang paling umum
norma adat istiadat yang timbul dari kebiasaan dari turun temurun, yang paling kuat
sangsinay karena dipaksa oleh Negara adalah noram hukum, yang dalam Negara kita
mengikuti ( civil law system ) tertuang dalam perundang-undangan ( legal statuates ).
Yang paling mendalam nilainya, karena terkait dengan sacral adalah norma agama.
Meskippun tidak memiliki sangsi langsung, tetapi norma susila-apa yang dianggap baik
oleh hatii nurani perorangan-juga sangat menentukan pilihan banyak orang dalam
bertingkah laku dan dalam menilai tingkah laku orang lain yang terakhir inilah yang
juga dikenal dengan budi pekerti
Meskipun empat norma diatas dibedakan untuk kepentingan analasisi, tetapi dalam
kehidupan sehari-hari keempatjenis norma ini saling tumpang tindih, bahkan sering
mennimbulkan mutasi, integrsi, maupun asimilasi. Contohnya, banyak norma adat
ataupun agama, yang kemudian diresmikan sebagai norma hukum suatu Negara atau
peraturan suatu daerah (perda). Norma hukum mengaruskan memakai helm, tetapi bagi
orang muslim yang mengenakan peci ketika pergi solat jum’at atau orang india yang
tradisinya mengharuskan ia memakai turban secara aformal maupun informal di
kecualikan ,juka keempat norma diatas sama atau sejajar, maka bertambah kuatlah
keberlakuan dan ketaatan masyarakat untuk mengikutinya atau memberikan sangsi
kepada mereka yang melanggarnya jika sesuatu dilarang oleh dilarang oleh norma
agama, dibenci oleh norma susila serta dinistakan norma adat maka bertambah kuatlah
pengakuan dan kepatuhan masyarakat untuk menjauhinya
Dalam kontek bisnis , konflik norma ini sering terjadi. Disatu sisi agama melarang
praktek bisnis curang namun tradisi yang berkembang menutut khilaian seseorang
untuk melihat peluang yagn ada, terlepas apakah merugikan orang lain, ini pulalah yang
di keluarkan Rosita mengunggah etika bisnis orde baru ia menggambarkakn sangat
gamblang bagaimana Pt Indofood Sukses Makmur ( Ism )salah satu anak perusahaan
grupp yang memproduksi mi instan bermerek Sarimi menghambat dan membatsi gerak
Sanmaru Dan Supermii Indonesia dengan jalan mengganggu pasokan bahan bakku
utama, tepung terigu dan produksi pabrik gandum yang nota bene juga dimiliki oleh
kelompok salim .
Contoh lain yang menyangkut konflik yang terjadi antara norma adat, agama dan
tradisi bisnis yang berkembang terjadi pada kasus perkayaun baik noram adat dan
norma agama mengajarkan bahewa hutan dan segala isinya diperuntukkan utntuk
kesejahteraan manusia namun pengelolaan dan pemanfaatannya haruslah mengindahkan
keselamatan mahluk yang ada di sekitarnyay mengabikan kelestarian alam tidak saja
merusak alam itu sendir tetapi dapat mengakibatkan kehancuran manusia seperti banjir
tanah longsor dan sebagainya, inilah makna penting kedudukan manusia sebagai
khalifah yang memiliki tugas untuk memakmurkan bumi.Namun sering kali ini tidak
disadari oleh pelaku bisnis, diakui kekayaan hutan memang menjajikan keuntungan
yang tidak bisa dikatakan kecil bagi pengusaha. Apalagi pemerintah pasar kayu,, baik
nasional maupun dunia semakin lam semakin meningkat. Pilihan antara memelihara
kelestrian hutan dan rangsangan keuntunga yang cukup besar menjadi konflik tersendi
bagi pelaku bisnis sanyangnya pilihan dijatuhkan untuk meraih keuntunga yang besar
walupun resiko kerugian yang dihadapi seringkali yang merasakan akibatnya bukan
pelaku tetapi rakyat kecil jauh lebih besar.
Konflik norma membuat tingkah laku pelaku bisnis menjadi bertentangn dari yang
diharapkan tidaklah mengherakan jika berkembang suatu ungkapan, menjungjung etika
dalam kegiatan bisnis akan menghambat tujuan kegiatan bisnis itu sendiri dalam kondisi
yang seperti itu , pelaku bisnis memilih salah satu dari norma-norma yang bertentnagn
itu. Ini berarti mematuh yang satu dan melanggar yang lain atau tidak mematuhi
keduanya sama sekali dan beralih kenorma lain dalam memlih mana yang dipatuhi dan
mana yang dilanggar banyak factor yang menentukan factor sangsi merupakan salah
satu yang paling berpengaruh
Meskipun seseorang mungkin saja telah mengakui dan mengetahui norma yang benar
dan berlaku, tetapi mengapa ia masih melanggarnya ? para pakar telah banyak
mengkajinya jawabannya sangat beragam. Ada yang mengatakan bahwa jahat itu
masalah tabiat yagn terdapat dalam kepribadian manusia lebiah umum adalah pendapat
yang mengatakan bahwa pada dasarnya setiap manusia ingin mengetaahui norma ingin
hidup normal, jika tidak maka ia pasti di jangkiti ‘pathos’ atau penyakit di sebabkan
factor tertentu , manusia tersebut beranni melanggar norma-norma tersebut .
Konflik norma lebih dipersulit dengan adanya kenyatan bahwa sebenarnya kehidupan
manusia, baik secara individual maupun sosial tidak ada yang statis normapun terus
mengalami perubahan .biaiasnya lamban, terkadang cepat masarakat akan mengalami
transisi, yang bisa membuat warga bingug atau ektsrim ketika norma sudah goyah dan
menarik, sedangkan norma baru belum kokoh dan di kenal. Jjika keadaan makin
memburuk malah bisa menimbulkan situasi anomie .ketika tidak ada norma-norma yang
jelas mengatur dan dipatuhi oleh masyarakat , maka setiap orang akan semaunya
bertindak. Akkhirnya masyarakat menjadi chaos dan hukum rimbalah yang berkuasa.
Pada situsi seperti inilah dibuthkan satu norma yang jelas, tegas meyakinkan, sekaligus
menyejukkan, inilah yang ditawarkan ole agama, hidayah tuhan dan panduan agama
memeberikan wawasan, arah, makna malah kaedah tinhkah ;aku dalam situasi konflik
dan kondisi anomi terseebiut, mereka yang tidak beragama, atau tidak memperdulikan
nilai-nilai religious biasanyalebih mudah mengalami stress, bingung frustasi atau malah
melakukan tindakan konfensatif atau memlih alternatif yang salah dan membahayakan,
bukan saja bagi orang lain tetapi bahkan kepada dirinya sendiri.
Meskipun peran dan fungsi agama bagi kehidupan manusia sangat bervariasi, dari satu
zaman kezaman berikutnya, secara umum semua agama berperan sebagai pemberi
makna medalam dan pembentuk identitas penganutnya. Disamping itu agama berfungsi,
dalam kadar yang berbeda, sebagai pembentuk solidaritas, pengaruh keyakinan dan
pengatur tingkah laku penganutnya.
Berbagai hasil penelitian telah mengonfirmasikan bahwa berbagai upaya
penanggulangan problem sosial lebih berhasil jikka di dukung oleh semua perangkat
norma, terutama norma agama. Pentingnya norma agama ini sudah jelas terlebih lagi
masyarakat yang religius, seperti halnya Indonesia,meskipun begitu di berbagai
masyarak modern. Peran agama banyak diambil alih oleh perangkat sumber nilai dan
acuan lain, seperti iptek, paling tidak peranan agama telah dikucilkan dan hanya
mengurusi masalah masalah yang bersifat spiritual dan hubungan vertical kepada tuhhan
semata.
Salah satu yang bisa kita lakukan adalah melakukn formulasi norma-norma tersebut dan
memberikan tekanan yang lebih pada orma agama, Karena ia memiliki sumber yang
absolute yaitu Allah SWt. Dalam kegiatan ekonomi, keberadaan norma agama sangat
penting . Sayyid Qutub telah meengingatkan “bisnis/ kegiatan ekonomi “ merupakan
aktivitas pertama yang menanggalkan etika.

D. Tiga Kaedah Untuk Mengukur Baik Dan Buruk


Persoalan yan ghendak dikemukan disini adalah bagaimana mengukur dan
menentukan sebuah perbuatan ini baik dan buruk terlebih lagi berhadapan dengan
kasus-kasus bisnis ? menurut Bertens ada tiga alat ukur yang dapat digunakan untuk
menentukan perbuatan baik atau buruk
Pertama, hati nurani, suatu perbuatan baik jika dilakakan sesuai dengan hati
nurani (hati yang disinari atau diberi cahaya ), dan suatu perbuatan lain adalah buruk,
jika di lakukan bertentangan dengan suara hati nuranni, kita menghancurkan identitas
pribadi, karena kita menyimpang dengan keyakinan kita yang mendalam. Hati nurani
mengikat kita dalam arti, kita harus melakukan apa yang diperintahkan oleh hati nurani
dan tidak boleh melakukan apa-apa yang dilarang oleh hati nurani
Kedua, kaedah emas, cara yang lebih obyektif untuk menilai baik buruknya
perilaku moral adalah mengukurnya dengan kaedah emas yang berbunyi “ hendaklah
memperlakukan orang lain sebagaimana sebagaimana anda ingin diperlakukan”.
Perilaku saya bisa dianggap secara moral baik, bila saya memperlakukan orang lain
tertentu sebagaiman saya sendiri ingin diperlakukan orang secara baik, maka saya harus
memperlakukan orang juga secara baik kaedah emas ini juga dapat dirumuskan secara
negativ, “ janganlah melakukan terhadap oorang lain apa yang anda sendiri tidak ingin
akan dilakukan terhadap diri anda”. Jika tidak ingin disakiti oleh orang lain, maka
jangan menyakiti orang lain.
Ketiga, penilaian umum, cara ini dipandang paling ampuh untuk menentukan baik
buruknya suatu perbuatan ataupun perilaku dengan menyerahkannya kepda masyarakat
umum untuk menilainya. Cara ini bisa juga disebut “audit sosial” asumsi kaedah ini
adalah masyarakat umum dalam arti jumlah yang cukup banyak tidakk mungkin sepakat
untuk berdusta sehingga menyebut sesuatu yang baik itu buruk dan sesuatu yang buruk
itu baik.
Sejatinya sebuah perbutan baik haruslah sesuai dengan ketiga macam ukuran yang
telah disebut dimuka, baik menurut hati nurani, kaedah emas, maupun penilaian umum.
Dalam konteks islam harus ditambahkan lagi perbuatan itu baik jika sesuai dengan
bingkaian syariat. Namun jika sebuah periaku sesuai dengan tiga ukuran yagn telah di
sebut di muka itu, bisa dipastikan, menurut agama juga baik.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Etka berasal dari bahasa yunani kuno yaitu “ethos” dalam bentuk tuggal kata
tersebut mempunyai banyak arti yaitu kebiasaan’adat’akhlak’watak perasaan dan
cara berfikir
Ruang lingkup etika sangat luassehingga terbagi atau terpecah menjadi beberapa
bagian seperti etika sesame keluarga’ etika politik dan lain lain
Norma adalah tata aturan yang jika di ikuti akan membuat seseorang atu
kelompok orang menjadi normal dan baik
Tiga kaedah untuk mengukur baik buruknya sesuatu itu dengan menentukan
sebuah perbuatan antara baik dan buruknya
1. Hati nurani jika suatu perbuatan itu di lakukan sesuai dengan hati nurani {hati
yang di sinari atau di beri cahaya} dan suatu perbuatan lain adalah buruk’ jika
dilakukan tidak sesuai hati nurani maka akan menghancurkan identitas pribadi
2. Mengukur dengan keadaan emas yang berbunyi “Hendaklah memperlakukan
seseorang sebagai mana anda ingin di perlakukan “
3. Ciara umum cara ini di pandang paling ampuh untuk menentukan baik buruknya
suatu perbuatan ataupun perilaku dengan menyerahkannya kepada masyarakat
karna kita ini hidup bermasyarat dan itu tidak lepas dari penilayan masyarakat.

2. SARAN
Pada susunan makalah ini kami sangat menyadari masih banyak terdapat kesalahan
kekurangan-kekurangan yang terdapat di dalamnya baik berupa bahasa maupun cara
penyusunnya. Untuk itu kami mengharapkan kritikndan saran guna menciptakan
penyusunan makalah yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

[1] Nur Ahmad Fadhil Lubis dan Azhari Akmal Taringan, Etika Bisinis Dalam Islam
(Jakarta: Hijri Pustaka Utama, 2002),hlm 27
[2] http://666rza.blogspot.co.id/2011/08/etika-profesi-dan-ruang-lingkupnya.html, di
akses 17 februari 2016 pukul 10.12 WIB
[3] http://bahyati75.blogspot.co.id/2012/09/ruang-lingkup-etika.html, diakses 17
februari 2016pukul 10. 30 WIB [4] http://cokelat-hijau.blogspot.co.id/2015/06/etika-
dalam-sistem-perbankan-syariah.html diakses 17 februari 2016 pukul 10. 40 WIB
[5] http://amelia086.blogspot.co.id/2009/05/makalah-pentingnya-etika-profesi.html
diakses 17 februari 2016 pukul 10. 45 WIB
[6] Nur Ahmad Fadhil Lubis dan Azhari Akmal Taringan, Op. Cit., hlm 39-44
[7] Nur Ahmad Fadhil Lubis dan Azhari Akmal Taringan, Op. Cit., hlm 45
Diposting 15th July 2017 oleh Anonymous
Lokasi: Padang Sidempuan, North Padangsidimpuan, Padang Sidempuan City, North
Sumatra, Indonesia
Label: makalah etika pebankan syariah

Anda mungkin juga menyukai