Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH ETIKA BISNIS DAN PROFESI

‘’ TEORI ETIKA BISNIS DAN PROFESI DALAM EKONOMI ISLAM DAN


UMUM, DEFINISI, RUANG LINGKUP, DAN MACAMNYA‘’

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah etika bisnis dan profesi dengan
dosen pembimbing :

Joni Hendra. K, MA

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 2

AMIRAH ADILAH

JURUSAN SYARI’AH DAN EKONOMI ISLAM

PRODI AKUNTANSI SYARI’AH (AKSY) V B

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGRI BENGKALIS

TAHUN AJARAN 2020/2021


KATA PENGANTAR

Assalammu’alaikum wr.wb

Segala puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kekuasaan-Nya menjadi bentuk kesempurnaan yang tak terkira serta hidayah-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan penyusunan
makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu terstruktur pada Mata Kuliah Etika Bisnis dan
Profesi.

Tak lupa juga shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan kita, sang
revolusioner ternama yaitu Nabi Muhammad SAW, yang telah gagah berani melawan
kemunafikan di muka bumi. Juga menuntun umat manusia kepada jalan yang benar yang
diridhai Allah SWT. Dan kepada para sahabat, keluarga, serta umatnya hingga akhir zaman.

Dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu kelancaran penyusunan makalah ini, baik secara moril
maupun materil. Semoga Allah SWT memberikan balasan yang lebih dari apa yang telah
diberikan kepada penulis.

Penulis menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan, separti dalam peribahasa “Tak
ada gading yang tak retak”. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat konstruktif terhadap makalah ini agar mendekati kesempurnaan. Akhir kata semoga
makalah ini dapat memberikan faedah bagi kita semua. Amiiin.

Wassalammu’alikum wr.wb

Bengkalis , 30 agustus 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................. i

DAFTAR ISI........................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1

A. Latar belakang .............................................................................................................. 1


B. Rumusan masalah ........................................................................................................ 2
C. Tujuan masalah ........................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................ 3

A. Teori etika bisnis dan profesi secara ekonomi islam ................................................... 3


B. Teori etika bisnis dan profesi secara umum ................................................................. 6
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN .......................................................................................................... 17
B. SARAN ...................................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Topik etika bisnis dalam konteks peradaban Barat muncul belakangan ini setelah
tekanan keras dari publik yang merasakan semakin beratnya tekanan dari lembaga
korporasi yang menempatkan kepentingan publik di atas kepentingan bisnis Tekanan ini
tidak hanya dari korporasi lokal tetapi juga internasional. Sebagaimana diketahui,
kekuasaan entitas bisnis ini semakin merajalela baik dalam mengatur publik melalui
mekanisme pasar dan invisible hand-nya maupun melalui tangan-tangan elite politik dan
birokrat yang menjadi kolaborasinya dalam menjalankan bisnis Kolaborasi pengusaha
dan penguasa ini dikenal dalam bahasa akademik hubungan patron chent, di mana
pengusaha memelihara patronnya di kalangan elite politik untuk menjaga dan mengurus
kepentingan bisnisnya. Si penguasa tentu akan menikmati kucuran berbagai kenikmatan
dari sang pengusaha atas kepatronannya itu.

Di negara dunia ketiga di mana rakyat berada dalam posisi lemah, demokras
belum berjalan sebagaimana mestinya dan pemerintahnya menjadi hamba pengusaha
seperti di Indonesia. Oleh karena itu, pengusaha atau bisnis sangat kentara
kemarajalelaannya sehingga etika bisnisnya pun sangat lemah Hukum dapat dibeli,
penegak hukum dapat dibayar sesuai dengan keinginan pengusaha yang biasanya
menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya. Jadi, tidak heran jika
pemberantasan korupsi di Indonesia tidak efektif.

Pemerintah seolah menganggap bahwa selama 32 tahun di bawah Soeharto-


dengan budaya birokrat yang kuat dengan bergantinya pimpinan nasional dan
dibentuknya berbagai komite dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)-semua penegak
hukum (polisi, kejaksaan, hakim) seolah-olah menjadi anti korupsi. Sementara itu, yang
benar adalah sebaliknya, sang koruptor terus menjadi koruptor dengan eskalasi yang
semakin tinggi dan rapi karena risiko yang semakin tinggi. Di Indonesia, tidak heran jika
kita sebutkan bahwa orang yang tidak mau korupsi akan di-drive out oleh orang yang
korupsi.

1
Kalau begitu, di mana relevansi mata kuliah etika bisnis dalam dunia bisnis Islami.
Jawaban penulis masih relevan selama yang menguasai atau yang menghegemoni sistem
ekonomi, politik, dan sosial bukan tata nilai Islam. Jika tata nilai Islam yang dominan,
maka etika itu sewajarnya sudah ada sejak awal dan sudah ada dalam diri manusia.
Dengan demikian, tidak perlu etika bisnis, yang perlu adalah akhlak Islam yang
merupakan bagian integral dari ajaran tauhid yang merupakan ajaran inti Islam.1

B. Rumusan masalah
a) Jelaskan tentang teori etika bisnis dan profesi secara ekonomi islam ?
b) Jelaskan tentang teori etika bisnis dan profesi secara umum ?
C. Tujuan masalah
a) Untuk mengetahui tentang teori etika bisnis dan profesi secara ekonomi islam.
b) Untuk mengetahui tentang teori etika bisnis dan profesi secara umum.

1
Sofyan S. Harahap, etika bisnis dalam perspektif islam, ( Jakarta : salemba empat, 2011 ) hlm.ix

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. TEORI ETIKA BISNIS DAN PROFESI SECARA EKONOMI ISLAM

1. Definisi teori etika bisnis dan profesi secara ekonomi islam

Sebelum membahas berbagai teori etika yang ada, terlebih dahulu perlu dipahami
apa yang dimaksud dengan teori dan apa hubungan teori dengan ilmu. Suatu pengetahuan
tentang suatu objek baru bias dianggap sebagai disiplin ilmu bila pengetahuan tersebut
telah dilengkapi dengan seperangkat teori tentang objek yang dikaji. Jadi, teori merupakan
tulang punggung suatu ilmu.
Ilmu pada dasarnya adalah kumpulan pengetahuan yang bersifat menjelaskan
berbagai gejala alam (dan sosial) yang memungkinkan manusia melakukan serangkaian
tindakan untuk menguasa gejala tersebut berdasarkan penjelasan yang ada, sedangkan teori
adalah pengetahuan ilmiah yang mencakup penjelasan mengenai suatu faktor tertentu dari
sebuah disiplin keilmuan (Suriasumantri, 2000).2
Untuk mengetahui definisi dari etika bisnis Islam tentunya kita harus mengetahui
terlebih dahulu apa definisi dari etika menurut Islam dan etika bisnis itu sendiri. 3
Definisi Etika Bisnis dalam Ekonomi Islam adalah Etika sebagai perangkat prinsip
moral yang membedakan apa yang benar dari apa yang salah, sedangkan bisnis adalah
suatu serangkaian peristiwa yang melibatkan pelaku bisnis, maka etika diperlukan dalam
bisnis. Dengan demikian dapat dipahami bahwa, etika bisnis adalah norma-norma atau
kaidah etik yang dianut oleh bisnis, baik sebagai institusi atau organisasi, maupun dalam
interaksi bisnisnya dengan ‘’stakehoulder’’nya. Etika dan tindak tanduk etisnya menjadi
bagian budaya perusahaan dan ‘’built-in’’ sebagai perilaku (behavior) dalam diri karyawan
biasa sampai CEO. bahkan pengusaha sekalipun yang standarnya tidak uniform atau
universal. Tapi lazimnya harus ada standar minimal. Ketidak universalan itu mencuatkan
berbagai perspektif suatu bangsa dalam menjiwai, mengoperasikan dan setiap kali
menggugat diri.
Etika bisnis merupakan etika terapan. Etika bisnis merupakan aplikasi pemahaman
kita tentang apa yang baik dan benar untuk beragam institusi, teknologi, transaksi, aktivitas

2
Sukrisno Agoes, Cenik Ardana, Etika Bisnis dan Profesi, ( Jakarta : salemba empat , 2016 ) hlm.44
3
Buchari,Dasar-dasar Etika Bisnis Islami, (Bandung: Alfabeta, 2003) hlm.33

3
dan usaha yang kita sebut bisnis. Pembahasan tentang etika bisnis harus dimulai dengan
menyediakan kerangka prinsip-prinsip dasar pemahaman tentang apa yang dimaksud
dengan istilah baik dan benar, hanya dengan cara itu selanjutnya seseorang dapat
membahas implikasi-implikasi terhadap dunia bisnis. Etika dan Bisnis, mendeskripsikan
etika bisnis secara umum dan menjelaskan orientasi umum terhadap bisnis, dan
mendeskripsikan beberapa pendekatan khusus terhadap etika bisnis, yang secara bersama-
sama menyediakan dasar untuk menganalisis masalah-masalah etis dalam bisnis.
Dengan demikian, bisnis dalam Islam memposisikan pengertian bisnis yang pada
hakikatnya merupakan usaha manusia untuk mencari keridhaan Allah SWT. Bisnis tidak
bertujuan jangka pendek, individual dan semata-mata keuntungan yang berdasarkan
kalkulasi matematika, tetapi bertujuan jangka pendek sekaligus jangka panjang, yaitu
tanggung jawab pribadi dan sosial dihadapan masyarakat, negara dan Allah SWT.4
Dalam surah An Nisa ayat 29, yang artinya : “ hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan
jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka diantara kamu. dan janganlah kamu
membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. Larangan
membunuh diri sendiri mencakup juga larangan membunuh orang lain, sebab membunuh
orang lain berarti membunuh diri sendiri, karena umat merupakan suatu kesatuan”.5

2. Macam-macam etika binis dan profesi secara ekonomi islam

a. Shidiq (jujur)
Seorang pedagang wajib berlaku jujur dalam melakukan usaha jual beli. Jujur
dalam arti luas, tidak berbohong, tidak menipu, tidak mengada-ada fakta, tidak berkhianat
,serta tidak pernah ingkar janjidan lain sebagainya. Dalam Al Quran, keharusan bersikap
jujur dalam berdagang, berniaga dan atau jual beli, sudah diterangkan dengan sangat jelas
dan tegas yang antara lain kejujuran tersebut di beberapa ayat dihubungkan dengan
pelaksanaan timbangan.6
b. Amanah (Tanggung Jawab)

4
Darmawati, Etika Bisnis Dalam Perspektif Islam, ( samarinda, 2013 ) hlm. 62
5
QS An-nisa : 29
6
Muhammad Iqbal, Islam mazhab swalayan, (Bandung: perdana mulia sardana, 2010), hlm 127

4
Setiap pedagang harus bertanggung jawab atas usaha dan pekerjaan dan atau
jabatan sebagai pedagang yang telah dipilihnya tersebut. Tanggung jawab di sini artinya,
mau dan mampu menjaga amanah (kepercayaan) masyarakat yang memang secara
otomatis terbeban di pundaknya.
c. Tidak Menipu
Dalam suatu hadis dinyatakan, seburuk-buruknya tempat adalah pasar. Hal ini
lantaran pasar atau tempat di mana orang jual beli itu dianggap sebagai sebuah tempat
yang didalamnya penuh dengan penipuan, sumpah palsu, janji palsu, keserakahan,
perselisihan dan keburukan tingka polah manusia lainnya.
d. Menepati janji
Seorang pedagang juga dituntut untuk selalu menepati janjinya, baik kepada para
pembeli maupun di antara sesama pedagang, terlebih lagi tentu saja, harus dapat menepati
janjinya kepada Allah SWT. Janji yang harus ditepati oleh para pedagang kepada para
pembeli misalnya, tepat waktu pengiriman, menyerahkan barang yang kualitas dan
kuantitasnya,warna, ukuran dan atau spesifikasinya sesuai dengan perjanjian semula,
memberi layanan, garansi dan lain sebagainya.
Sedangkan janji yang harus ditepati kepada sesama para pedagang misalnya,
pembayaran dengan jumlah dan waktu yang tepat.Sementara janji kepada Allah yang harus
ditepati oleh para pedagang Muslim misalnya adalah Shalatnya.
e. Murah Hati
Dalam suatu hadis, Rasullulah SAW menganjurkan agar para pedagang selalu
bermurah hati dalam melaksanakan jual beli. Murah hati dalam pengertian, ramah-tama,
sopan santun, murah senyum, suka mengalah, namun tetap penuh tanggung jawab.
f. Tidak melupakan Akhirat
Jual beli adalah perdagangan dunia, sedangkan melaksanakan kewajiban Syariat
Islam adalah perdagangan akhirat. Keuntungan akhirat pasti lebih utama ketimbang
keuntungan dunia. Maka para pedagang muslim sekali-kali tidak boleh terlalu
menyibukkan dirinya semata-mata untuk mencari keuntungan materi dengan
meninggalkan keuntungan akhirat. Sehingga jika datang waktu shalat, mereka wajib
melaksanakannya sebelum habis waktunya.7

7
ibid, hlm.132

5
3. Ruang lingkup etika bisnis secara ekonomi islam
Setelah melihat penting dan urgennya etika bisnis Islami apalagidi era modern yang hampir
di semua bidang, khususnya bidang bisnis,etika apalagi akhlak Islami terabaikan, maka ada
baiknya kita tinjaulebih lanjut apa saja sasaran dan lingkup etika bisnis Islami itu.Ruang
lingkup etika bisnis Islam dalam buku ini dikelompokkan menjadi empat bagian penting,
yaitu:
(1) konsepsi Islam dan nilai-nilaiyang ada di dalamnya.
(2) konsep dasar etika bisnis secara umum danlandasan teori-teori yang membentuknya.
(3)akhlak Islami sebagaifondasi dasar peletakan etika bisnis Islam dan masalah-masalah
yangterkandung di dalamnya perspektif al-Qur’an dan al-Hadits.
(4)internalisasi akhlak Islam dalam bisnis, yang difokuskan pada perilakuprodusen,
konsumen, distributor bagi perusahaan, pelaku pasar, etikaperbankan, dan (5) lembaga
yang mengatasi persengketaan ( ash-shulh dan at-tahkim ). 8
B. TEORI ETIKA BISNIS DAN PROFESI SECARA UMUM
1. Definisi teori etika bisnis dan profesi secara umum

Teori juga mampu menjelaskan pergerakan planet-planet di alam semesta yang


disebabkan oleh gaya gravitasi Contoh lain, dalam ilmu ekonomi dikenal teori harga. Teori
juga menjelaskan proses terbentuknya harga barang dan jasa di pasar dalam sistem
ekonomi pasar, yaitu melalui proses pertemuan kekuatan hukum permintaan tionaaf) dan
hukum penawaran (supply). Melalui pemahaman tentang teori harga dan sistem ekonomi
pasar, pemerintah dapat memanfaatkan pengetahuan ini untuk menjelaskan mengapa
terjadi kenaikan harga barang, atau meramalkan apakah akan terjadi kenaikan atau
penurunan harga jenis barang tertentu atau pemerintah dapat menibuat kebijakan/tindakan
untuk mengendalikan/ mengontrol harga barang.
Etika sebagai disiplin ilmu berhubungan dengan kajian secara kritis tentang adat
kebiasaan. nilai-nilai, dan norma-norma perilaku manusia yang dianggap baik atau tidak
baik. Sebagai ilmu, etika belum semapun itu fisika atau ilmu ekonomi. Dalam etika masih
dijumpai banyak teori yang mencoba untuk menjelaskan suatu tindakan, sifar, atau objek
perilaku yang sama dari sudut pandang atau perspektif yang berlainan. Sebagaimana
dikatakan oleh Peschke S. V.D. (2003), pelbagai teori etika muncul antara lain karena

8
Abdul Aziz, Etika bisnis Perspektif Islam Implementasi Etika Islam untuk Dunia Usaha, ( Cirebon, 2012 ) hlm. 47

6
adanya perbedaan perspektif dan penafsiran tentang apa yang menjadi tujuan akhir hidup
umat manusia. Di samping itu, sifat teori dalam ilmu etika masih lebih banyak untuk
menjelaskan sesuatu, belum sampai pada tahap untuk meramalkan, apalagi untuk
mengontrol suatu tindakan atau perilaku
Banyaknya teori etika yang berkembang tampak cukup membingungkan. Padahal,
sifat teori yang makin sederhana dan makin mengerucut menuju suatu teori tunggal yang
mampu menjelaskan suatu gejala secara komprehensif, justru makin menunjukkan
kemapanan disiplin ilmu yang bersangkutan. Untuk memperoleh pemahaman tentang
berbagai teori etika yang berkembang, berikat ini diuraikan secara garis besar beberapa
teori yang berpengaruh.9
Untuk membagi beberapa jenis etika, kita akan bahas beberapa aliran dan pendapat
tentang etika di bawah ini. Menurut Sen (1987), perilaku manusia biasanya dipengaruhi
oleh pertimbangan etika dan yang memengaruhi tindak tanduk manusia adalah aspek
terpenting dalam etika. Ini berarti pertimbangan kesejahteraan ekonomi harus masuk dalam
faktor yang memengaruhi perilaku manusia.
Menurut Bertens (1993: 4), secara sederhana, etika adalah ilmu tentang apa yang
dapat dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan Namun karena kata ini sering digunakan
dalam berbagai nuansa, minimal ada tiga yaitu :
Pertama, nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan Isagi
seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya atau tingkah laku
kelompoknya. Kedua, kumpulan asas atau nilai moral Ketiga ilmin tentang yang baik atau
buruk. Sementara itu, moralitas menurut Bertens adalah sifat moral atau keseluruhan asas
dan nilai yang berkenaan dengan baik dan buruk.10
Teologi berasal dari kata Yunani yaitu telos. Dalam teori teologi ini mengukur baik
buruknya suatu tindakan pada tujuan yang mau dicapai dengan akibat yang akan
ditimbulkan dari tindakan itu.

2. Macam-macam teori etika bisnis dan profesi

Ada beberapa jenis dalam aliran teologi atau teori etika bisnis dan profesi ini, yaitu :

a) Teori Egoisme

9
Sukrisno Agoes dan Cenik Ardana , Op.cit, hlm.44
10
Sofyan S. Harahap, Etika Bisnis Dalam Perspektif Islam ( Jakarta, 2011 ) hlm. 23

7
Teori egoisme menganggap bahwa setiap tindakan seseorang pasti bertujuan
(motivasi) untuk kepentingan dan memajukan diri pribadinya apa pun alasan dan
ucapannya. Teori ini didukung Thomas Hobbes. Dengan diberikan rasa untuk
mendahulukan kepentingan pribadinya, setiap orang menjadi bersaing dan bekerja
keras. Teori egoisme inilah yang menimbulkan konsumerisme dan hedonisme jika
seseorang sudah mendapatkan hasil yang banyak sehingga melupakan kepentingan
orang lain. Jadi, dalam teori ini, tidak mungkin ada altruisme atau pengorbanan untuk
orang lain.11
Rachels (2004) memperkenalkan dua konsep yang berhubungan dengan egoisme,
yaitu egoisme psikologis dan egoisme etis. Egoisme psikologis adalah suatu teori yang
menjelaskan bahwa semua tindakan manusia dimotivasi oleh kepentingan berkutat diri.
Egoisme etis adalah tindakan yang dilandasi oleh kepentingan diri sendiri. Yang
membedakan tindakan berkutat diri (egoisme psikologis) dengan tindakan untuk
kepentingan diri (egoisme etis) adalah pada akibatnya terhadap orang lain. Tindakan
berkutat diri ditandai dengan ciri mengabaikan atau merugikan kepentingan orang lain,
sedangkan tindakan mementingkan diri tidak selalu merugikan kepentingan orang
lain.12
Teori egoisme ini menimbulkan banyak dukungan sekaligus kritikan, alasan yang
mendukung teori ini antara lain:
a. Argumen bahwa altruisme adalah tindakan merugikan diri sendiri.
b. Pandangan tentang kepentingan diri adalah pandangan yang paling sesuai dengan
moralitas sehat.
Alasan yang menentang teori egoisme antara lain: Teori egoisme ini menimbulkan
banyak dukungan sekaligus kritikan, alasan yang mendukung teori ini antara lain:
a. Argumen bahwa teori egoisme adalah tindakan merugikan diri sendiri
b. Pandangan tentang kepentingan diri adalah pandangan yang paling sesuai dengan
moralitas sehat.
Alasan yang menentang teori egoisme antara lain:
a. Egoisme bersifat sewenang-wenang
b. Egoisme tidak mampu memecahkan konflik-konflik kepentingan

11
Ibid.,hlm. 25
12 http://ameliaselviani.blogspot.co.id/2014/09/etika-dan-teori-etika-tugas-pertama.html/

8
c. Egoisme bersifat sewenang-wenang.13
b) Teori Utilitarianisme
berasal dari kata Latin utilis, kemudian menjadi kata Inggris utility yang berarti
bermanfaat (Bertens, 2000). Menurut teori ini, suatu tindakan dapat dikatan baik jika
membawa manfaat bagi sebanyak mungkin anggota masyarakat, atau dengan istilah
yang sangat terkenal “the greatest happiness of the greatest numbers”. Perbedaan paham
utilitarianisme dengan paham egoisme etis terletak pada siapa yang memperoleh
manfaat. Egoisme etis melihat dari sudut pandang kepentingan individu, sedangkan
paham utilitarianisme melihat dari sudut kepentingan orang banyak (kepentingan
bersama, kepentingan masyarakat).
Teori utilitarianisme disebut juga universalisme etis. Teori ini menilai bahwa baik-
buruknya suatu tindakan dinilai berdasarkan manfaat, tujuan, atau akibat dari tindakan
itu kepada sebanyak mungkin orang. John Stuart Mill menilai prinsip kegunaan atau
kebahagiaan untuk orang banyak diukur dari upaya memberikan kebahagiaan dan
menghindari hal yang menyakitkan atau tidak mengenakkan bagi sebagaian besar orang.
Di sini, tujuan yang ingin dicapai adalah antara sesama manusia dapat bersatu dan hidup
harmonis.14
c) Deontologi
Istilah deontologi berasal dari kata Yunani deon yang berarti kewajiban (Bertens,
2000). Paham ini dipelopori oleh Immanuel Kant (1724-1804) dan kembali mendapat
dukungan dari filsuf abad ke-20, Anscombe dan suaminya, Peter Geach (Rachels, 2004).
Paradigma teori deontologi sangat berbeda dengan paham egoisme dan
utilitarianisme yang sudah dibahas. Kedua teori yang disebut terakhir, yaitu teori
egoisme dan utilitarianisme sama-sama menilai baik buruknya suatu tindakan dari
akibat, konsekuensi, atau tujuan dari tindakan tersebut. Bila akibat dari suatu tindakan
memberikan manfaat entah untuk individu (egoisme) atau untuk banyak
orang/kelompok masyarakat (utilitarianisme), maka tindakan itu dikatakan etis.
Sebaliknya, jika akibat suatu tindakan merugikan individu atau sebagian besar
kelompok masyarakat, maka tindakan tersebut dikatakan tidak etis. Teori yang menilai

13
Dr. Hj. Darmawati, M.Hum, Etika Bisnis Islam, ( Samarinda, November 2020) hlm 2
14 Sofyan S, harahap, op.cit, hlm.25

9
suatu tindakan berdasarkan hasil, konsekuensi, atau tujuan dari tindakan tersebut disebut
teori teleologi.15
Sangat berbeda dengan paham teleologi yang menilai etis atau tidaknya suatu
tindakan berdasarkan hasil, tujuan, atau konsekuensi dari tindakan tersebut, paham
deontologi justru mengatakan bahwa etis tidaknya suatu tindakan tidak ada kaitannya
sama sekali dengan tujuan, konsekuensi atau akibat dari tindakan tersebut. Konsekuensi
suatu tindakan tidak boleh menjadi pertimbangan antak menilai etis atau tidaknya suatu
tindakan. Suatu perbuatan tidak pernah menjadi baik karena hasilnya baik. Hasil baik
tidak pernah menjadi alasan untuk membenarkan suatu tindakan, melainkan hanya arena
kita wajib melaksanakan tindakan tersebut demi kewajiban itu sendiri.
Contohnya adalah sah terkenal Robinhood yang merampok kekayaan orang-orang
kaya dan hasilnya dibagikan kepada rakyat miskin. Tujuan tindakan Robinhood sangat
mulia, yaitu membantu orang miskin. Namun alasan membantu orang miskin ini tidak
serta-merta membenarkan tindakan merampok tersebut. Untuk memahami lebih lanjut
tentang paham deontologi ini, sebaiknya dipahami terlebih dahulu dua konsep penting
yang dikemukakan oleh Kant. yaitu konsep imperative hypothesis dan imperative
categories. Imperative hypothesis adalah perintah-perintah (ought) yang bersifat khusus
yang harus diikuti jika seseorang mempunyai keinginan yang relevan.
d) Teori Hak
Immanuel Kant sebenarnya mengajukan dua pemikiran pokok. Di samping teori
deontologi dengan imperative categories-nya, ia sebenarnya juga mengemukakan apa
yang kemudian dikenal dengan teori hak (right theory). Menurut teori hak, suatu
tindakan atau perbuatan dianggap baik bila perbuatan atau tindakan tersebut sesuai
dengan hak asasi manusia (HAM). Namun sebagaimana dikatakan oleh Bertens (2000),
teori hak merupakan suatu aspek dari teori deontologi (teori kewajiban) karena hak tidak
dapat dipisahkan dengan kewajiban-bagaikan satu keping mata uang logam yang sama
dengan dua sisi. Bila suatu tindakan merupakan hak bagi seseorang, maka sebenarnya
tindakan yang sama merupakan kewajiban bagi orang lain. Teori hak sebenarnya
didasarkan atas asumsi bahwa manusia mempunyai martabat dan semua manusia
mempunyai martabat yang sama.

15
Sukrisno Agoes dan Cenik Ardana , Op.cit, hlm.47

10
Hak asasi manusia didasarkan atas beberapa sumber otoritas (Weiss, 2006),
yaitu: hak hukum (legal right), hak moral atau kemanusiaan (moral, human right), dan
hak kontraktual (contractual right). Hak legal adalah hak yang didasarkan atas
sistem/yurisdiksi hukum suatu negara, di mana sumber hukum tertinggi suatu negara
adalah Undang-Undang Dasar negara yang bersangkutan. Contohnya, hak legal warga
negara Amerika Serikat bersumber dari Constitution and Declaration of Independence
dalam bentuk hak untuk hidup, hak kebebasan, hak untuk memperoleh kebahagiaan, dan
hak kebebasan berbicara.
Hak moral dihubungkan dengan pribadi manusia secara individu, atau dalam
beberapa kasus dihubungkan dengan kelompok-bukan dengan masyarakat dalam arti
luas. Hak oral berkaitan dengan kepentingan individu sepanjang kepentingan individu
itu tidak melanggar hak-hak orang lain. Hak kontraktual mengikat individu-individu
yang membuat kesepakatan/kontrak bersama dalam wujud hak dan kewajiban masing-
masing pihak Teori hak atau yang sekarang lebih banyak dikenal dengan prinsip-prinsip
HAM mulai banyak mendapat dukungan masyarakat dunia termasuk dari Perserikatan
Bangsa Bangsa (PBB). Piagam PBB sendiri merupakan salah satu sumber hukum
penting untuk penegakan HAM.16
e) Teori Etika Teonom
Sebagaimana dianut oleh semua penganut agama di dunia bahwa ada tujuan akhir
yang ingin dicapai umat manusia selain tujuan yang bersifat duniawi, yaitu untuk
memperoleh kebahagiaan surgawi.Teori etika teonom dilandasi oleh filsafat risten, yang
mengatakan bahwa karakter moral manusia ditentukan secara hakiki oleh kesesuaian
hubungannya dengan kehendak Allah. Perilaku manusia secara moral dianggap baik jika
sepadan dengan kehendak Allah, dan perilaku manusia dianggap tidak baik bila tidak
mengikuti aturan/perintah Allah sebagaimana dituangkan dalam kitab suci.
Sebagaimana teori etika yang memperkenalkan konsep kewajiban tak bersyarat
diperlukan untuk mencapai tujuan tertinggi yang bersifat mutlak. Kelemahan teori etika
Kant teletak pada pengabaian adanya tujuan mutlak, tujuan tertinggi yang harus dicapai
umat manusia, walaupun ia memperkenalkan etika kewajiban mutlak. Moralitas
dikatakan bersifat mutlak hanya bila moralitas itu dikatakan dengan tujuan tertinggi
umat manusia.Segala sesuatu yang bersifat mutlak tidak dapat diperdebatkan dengan

16
Sukrisno Agoes dan Cenik Ardana , Op.cit, hlm.49

11
pendekatan rasional karena semua yang bersifat mutlak melampaui tingkat kecerdasan
rasional yang dimiliki manusia.
f) Teori etika dan paradigm hakikat manusia
Konsep tentang hakikat alam semesta dan hakikat manusia serta pokok-pokok
pikiran dari berbagai macam teori etika yang berkembang. Maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
a. Tampaknya sampai saat ini telah muncul beragam paham atau teori etika dimana
masing-masing teori mempunyai pendukung dan penentang yang cukup berpengaruh.
b. Munculnya beragam teori etika karena adanya perbedaan paradigma, pola pikir, atau
pemahaman tentang hakikat hidup sebagai manusia.
c. Hampir semua teori etika yang ada didasarkan atas paradigma tidak utuh tentang
hakikat manusia.
d. Dilihat dari semua proses evolusi kesadaran diri, semua teori yang ada menjelaskan
tahapan-tahapan moralitas sejalan dengan pertumbuhan tingkat kesadaran diri
seseorang.
e. Teori-teori yang tampak bagaikan potongan-potongan terpisah dapat dipadukan
menjadi suatu teori tunggal berdasarkan paradigm hakikat manusia secara utuh.
f. Inti dari etika manusia utuh adalah keseimbangan pada:
o Kepentingan pribadi, kepentingan masyarakat, dan kepentingan tuhan.
o Keseimbangan modal materi (PQ dan IQ), modal social (EQ), dan modal spiritual
(SQ).
o Kebahagiaan lahir (duniawi), kesejahteraan masyarakat, dan kebahagiaan batin
(Surgawi).
o Keseimbangan antara hak (Individu), dan kewajiaban kepada masyarakat dan Tuhan
3. RUANG LINGKUP TEORI ETIKA BISNIS DAN PROFESI
Terdapat tiga sasaran serta ruang lingkup pokok etika bisnis di sini, diantaranya :
1. Etika bisnis ialah sebagai etika profesi yang kemudian membahas segala macam
prinsip, situasi/kondisi, serta juga masalah yang berhubungan dengan praktek bisnis
yang baik serta juga etis. Maksudnya, etika bisnis ini bertujuan untuk kemudian
menghimbau untuk semua para pelaku bisnis untuk mau menjalankan bisnis tersebut
dengan secara baik serta juga etis.

12
2. Menyadarkan masyarakat, khususnya itu ialah para konsumen, karyawan, buruh, serta
masyarakat luas, akan adanya hak serta juga kepentingan mereka yang kemudian tidak
boleh dilanggar oleh adanya praktek bisnis siapa pun juga. Pada tingkat ini, etika bisnis
tersebut kemudian memiliki fungsi untuk dapat menggugah masyarakat untuk mau
bertindak menuntut seluruh para pelaku bisnis untuk berbisnis dengan secara baik guna
terjaminnya hak serta juga kepentingan masyarakat tersebut.
Etik bisnis tersebut kemudian mengajak masyarakat luas, entah itu sebagai
konsumen, karyawan, atau pun juga para pemakai aset umum lainnya yang
berhubungan dengan kegiatan atau aktivitas bisnis, untuk sadar serta mua berjuang
menuntut haknya atau pun juga paling tidak agar hak serta kepentingannya itu
kemudian tidak dirugikan oleh kegiatan atau aktivitas bisnis dari pihak mana pun.
4. Etika bisnis ini juga berbicara mengenai suatu sistem ekonomi yang sangat menentukan
etis atau tidaknya pada suatu praktek bisnis. Di dalam hal ini, etika bisnis tersebut lebih
kearah makro, yang disebabkan karna barang kali lebih tepat disebut dengan etika
ekonomi.
Di dalam lingkup makro seperti ini, etika bisnis tersebut kemudian berbicara
tentang oligopoli, monopoli, kolusi, serta juga poada praktek sejenisnmya yang akan
kemudian sangat mempengaruhi tidak hanya pada sehat atau tidaknya suatu ekonomi
namun juga baik atau pun tidaknya praktek bisnis tersebut di dalam sebuah negara.17

Etika bisnis menghimbau pelaku bisnis agar menjalankan bisnisnya dengan baik
dan etis. Bisnis yang baik dan etis akan mempengaruhi keberhasilan usaha dalam jangka
panjang dan berfungsi menggugah kesadaran moral para pelaku bisnis untuk berbisnis
secara baik dan etis demi nilai - nilai luhur tertentu dan demi kepentingan bisnisnya sendiri.
Etika bisnis dalam lingkupnya yang pertama ini tidak hanya menyangkut perilaku dan
organisasi Perusahaan secara internal, melainkan juga menyangkut secara eksternal.
Untuk menyadarkan masyarakat, khususnya konsumen, buruh atau karyawan dan
masyarakat luas akan hal dan kepentingan mereka yang tidak boleh dilanggar oleh praktek
bisnis siapapun juga. Pada tingkat ini berfungsi menjaga hak - hak masing - masing dan
kewajiban masing - masing, agar tidak terdapat kecurangan yang berfungsi untuk
mengambil hak dan kewajiban setiap orang yang bersifat merugikan orang tersebut, disini

17
https://pendidikanku.org/2020/05/pengertian-etika-bisnis.html

13
dituntut untuk mengutamakan keadilan dalam setiap bisnis yang dilakukan oleh para
pelaku-pelaku bisnis. Etika bisnis juga berbicara mengenai sistem ekonomi yang sangat
etis atau tidaknya suatu praktek bisnis. Pada tingkatn ini etika bisnis berbicara
olygopoly,monopoli,kolusi dan praktek semacamnya yang akan merugikan dan
mempengaruhi suatu ekonomi disuatu negara.18

5. Pentingnya Etika Bisnis dalam Berbisnis

Sering sekali dijumpai dan mendengar pertanyaaan bahwa Apakah Etika Bisnis
memang perlu dalam melakukan kegiatan Bisnis? Bukankah bisnis dan etika adalah dua
hal yang bertolak belakang dan berbeda? Pada kenyaaannya memang demikianlah opini
masyarakat yang sering beredar di kalangan masyarakat, terutama masyarakat yang
berkecimpung di dunia bisnis.
Ada sebagaian masyarakar dan pelaku bisnis berpendapat bahwa bisnis itu hanya
dalam teori di kampus-kampus. Karena pada kenyataannya jika memang mau untung,
sering kita harus melupakan dan melanggar etika jika diperlukan. Apakah memang
demikian yang benar dalam berbinsis? Oleh karena itu, dilihat dulu apa sih sebenarnya
pengertian etika tersebut. Apakah itu etika? Kita tahu, banyak sekali definisi yang berkaitan
dengan etika. Namun, pada intinya adalah semua norma atau "aturan" umumi yang perlu
diperhatikan dalam berbisnis yang merupakan sumber dari nilai-nilai yang luhur dan
perbuatan yan baik. Etika berbeda dengan hukum, aturan ataupun regulasi, di mana hukum
dan regulasi jelas aturan main dan sanksinya atau dengan perkataan lain hukum atau
regulasi adalah etika yang sudah diformalkan. Misalnya Undang-undang, peraturan lalu
lintas, dan sebagainya.
Dengan demikian, etika tersebut tidak memiliki sanksi yang jelas, selain barangkali
sanksi moral, arau sanksi dari Tuhan Yang Maha Kuasa Jadi, jika bersandar kepada definisi
hukum, maka melanggar etika belum tentu berarti melanggar hukum dan peraturan yang
ada. Jika melanggar hukum, sanksinya jelas berupa pidana atau perdata, sedangkan
melanggar etika sanksinya tidak jelas, atau hanya sanksi moral semara. Pada kenyataannya,
sering etika tidak begitu diperhatikan. Etika juga tidak sama dengan etiket, di mana etiket
adalah suatu tata krama pergaulan pada komunitas dan situasi tertentu yang disepakati

18
http://sarinur.blogspot.com/2012/10/ruang-lingkup-etika-bisnis.html?m=1

14
secara bersama-sama. Misalnya cara bertegur sapa yang baik, cara berjalan yang baik, dan
sebagainya. Ini adalah etiket dan etiker itu bisa jadi merupakan bagian dari etika.
Dalam hal pembahasan mengenai etika sebagai contoh Anda menjual sebuah mobil
dengan kondisi yang buruk atau cacat, tetapi dengan suatu cara jitu Anda berhasil
menyembunyikan masalah pada masalah mobil itu, sehingga secara kasat mata tidak
diketahui oleh pemakai, kecuali setelah menggunakannya selama beberapa waktu.
Kemudian Anda sebagai pelaku bisnis membuat aturan bahwa barang yang telah dijual
tidak bisa ditukar atau dikembalikan lagi dan barang itu tanpa garansi. Lalu ada orang yang
membeli mobil tersebut, dan tentu saja sebagai orang awam, dia tidak bisa melihat masalah
atau kerusakan pada handset tersebut, dan transaksi pun terjadi. Tidak lupa Anda
mengingatkan kepada pembelinya bahwa barang yang telah dijual tidak bisa
ditukar/dikembalikan lagi.
Kemudian setelah beberapa waktu, ternyata pembeli itu datang untuk komplain
kepada Anda bahwa ada masalah pada mobil yang sudah dia beli dan dia menuntut Anda
untuk menggantinya. Kemudian Anda berdalih bahwa waktu terjadi transaksi dulu keadaan
barangnya bagus-bagus saja, tidak ada masalah, dan si pembeli tidak komplain apa-apa.
Lalu dengan dalih bahwa barang yang telah dijual tidak bisa ditukar/dikembalikan lagi,
Anda akan menolak. untuk memperbaiki atau mengganti mobil tersebut, apalagi memang
tidak ada garansi.
Dalam kasus ini salahkah Anda? Secara hukum bisa jadi Anda benar. Namun dari
sudut pandang etika bisnis, Anda jelas-jelas salah, di mana Anda sebenarnya sudah
mengetahui bahwa barang tersebut ada cacatnya atau ada masalahnya, tetapi Anda
sembunyikan atau tidak memberitahu si pembeli. Artinya, dari awal Anda sudah tidak
memiliki itikad baik dalam berdagang. Namun siapa yang bisa mengukur itikad? Sulit
sekali? Sudah pasti dengan berbagai alasan ini itu, dari sudut hukum, bisa jadi Anda
memang. Bahkan undang-undang perlindungan konsumen pun relatif susah dipergunakan
di sini. Bagaimana proses pembuktiannya.
Dalam masalah ini katakan Anda menang, tetapi benarkan Anda menang? Dalam
jangka pendek bisa saja dikatakan benar adanya dan Anda menang! Namun tentu saja si
pembeli tidak akan puas dan karena dia "dikalahkan secara hukum" maka dia akan menulis
surat pembaca di koran, menulis di sosial media dan atau menyampaikan keluhan dia ke
lembaga perlindungan konsumen, atau menyampaikan kepada orang-orang lain. Dalam

15
jangka panjang, akan terbentuk opini masyarakat mengenai bisnis dengan Anda, yaitu
menjual barang rusak dan tidak bagus. Ini jelas opini negatif dan berpotensi untuk
menjatuhkan reputasi Anda, dan lambat-laun, bisa jadi pembeli cenderung menurun. Jadi,
dalam jangka panjang bisnis Anda bisa bermasalah. Di sini jelas terlihat bahwa sanksi etika
itu hanya berbentuk sanksi moral dan baru terlihat dalam jangka panjang. Jadi, masalah ini
dalam jangka pendek, bisnis yang tidak memperhatikan etika bisa jadi akan dapat
keuntungan, tetapi dalam jangka panjang, biasanya bermasalah dan mendapatkan sanksi
moral dari masyarakat.19

19
Dr. Ir. Arissetyanto Nugroho,MM dan Agus Arijianto, SE, MM, etika bisnis ( business ethic ) pemahaman teori
secara komprehensif dan implementasinya ( bogor : pt penerbit ipb press, 2015 ) Hlm.15

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan yang disampaikan di atas dapat dikemukakan bahwa
etika adalah suatu kajian ilmiah tentang perilaku manusia dalam masyarakat, yakni suatu
bidang yang mendefenisikan perilaku manusia sebagai benar atau salah, baik atau buruk,
patut atau tidak patut. Etika menegaskan prinsip-prinsip perilaku yang perlu ditempuh
individu agar bersesuaian dengan kebajikan yang diterima.Kesadaran akan nilai-nilai
tersebut perlu dipupuk secara terus menerus.Dalam lingkup kehidupan sehari-hari,
Berdasarkan penjelasan yang disampaikan di atas dapat dikemukakan bahwa etika adalah
suatu kajian ilmiah tentang perilaku manusia dalam masyarakat, yakni suatu bidang yang
mendefenisikan perilaku manusia sebagai benar atau salah, baik atau buruk, patut atau
tidak patut.
Etika menegaskan prinsip-prinsip perilaku yang perlu ditempuh individu agar
bersesuaian dengan kebajikan yang diterima. Kesadaran akan nilai-nilai tersebut perlu
dipupuk secara terus menerus. Dalam lingkup kehidupan sehari-hari,kita mengenal adanya
berbagai macam pedoman etika atau kode etik,mulai dari etika organisasi,
lembagalembaga pemerintah dan swasta, korporasi, sekolah, pesantren, serta profesi, yang
menjadi pemandu bagi perilaku individu, atau kelompok dalam organisasi atau profesi
pekerjaan. Sejauh yang kita kenal ada beberapa teori etika, yakni: Pertama, teori moralitas
sosial (sosial morality theory). Teori ini menyatakan bahwa manusia hidup bermasyarakat,
karena itu kelompok masyarakatlah yang paling berwenang dalam menggariskan
kebenaran sosial. Masyarakat mempengaruhi tindak tanduk, sikap dan cara berpikir
individu.
Sesuatu tindakan itu dianggap baik atau buruk, patut atau tidak patut, bermoral
atau tidak bermoral jika selaras dengan nilainilai, norma-norma, dan undangundang dalam
masyarakat tersebut.
Kedua, adalah, teori kepribadian mulia (personality virtue theory).Teori ini
bersumber dari pemikiran Aristoteles (384-322 SM). Menurut teori ini, usaha
pengembangan moral seharusnya mengarah pada pembentukan watak mulia dan terbaik,
bukan kepatuhan kepada peraturan masyarakat. Berdasarkan teori ini, masalah yang lebih
ditekankan adalah dimensi individu atau manusianya, dan bukan perbuatan yang

17
dihasilkannya. Dalam pandangan Aristoteles, manusia perlu fokus kepada usaha membina
kepribadian mulia, seperti yang dikatakannya sebagai etika virtue.
Ketiga, teori teleologi. Teori ini menyatakan bahwa baik atau buruknya suatu
perbuatan itu tergantung pada tujuan yang dicapainya. Suatu perbuatan yang memang
bermaksud baik, tetapi tidak menghasilkan sesuatu yang bermakna, menurut aliran ini
tidak pantas disebut baik. Jika perbuatan tersebut memberi akibat baik, maka perbuatan
tersebut dianggap bermoral dan kalau perbuatan tersebut meninggalkan akibat yang buruk
maka perbuatan tersebut dianggap sebagai tidak bermoral. Teori ini mementingkan dampak
dari suatu perbuatan. Teori teleologi terbagi menjadi dua, yakni aliran Utilitarianisme dan
Egoisme.
Keempat adalah teori deontologi. Teori ini menegaskan baik atau buruknya suatu
perilaku itu tidak dinilai berdasarkan dampak yangditimbulkannya, tetapi kewajiban.
Perbuatan tidak pernah menjadi baik karena hasilnya baik, melainkan hanya karena wajib
dilakukan. Jadi, penentuan nilai baik, betul, wajar dan bermoral sesuatu tindakan atau
perbuatan itu karena ciri-ciri atau sifatnya sendiri. Ada beberapa bentuk teori deontologi,
yakni: Deontologi tindakan, seperti eksistensialisme (etika situasi) dan deontologi
peraturan seperti, Prinsip Kewajiban.
B. Saran
Dalam etika binis dan profesi sangat perlu peran masyarakat antar sesame agar semua bias
berhubungan baik dan beretika sesuai dengan syariat islam. Dan bisnis maupun
dipemerintahan yang dijalankan lebih bermanfaat.

18
DAFTAR PUSTAKA

S. Harahap,Sofyan. 2011. Etika Bisnis Dalam Perspektif Islam. Jakarta : salemba


empat.

Agoes, Sukrisno dan Cenik Ardana. 2016. Etika Bisnis dan Profesi. Jakarta : salemba
empat.

Buchari. 2003. Dasar-dasar Etika Bisnis Islami. Bandung: Alfabeta.

Darmawati. 2013. Etika Bisnis Dalam Perspektif Islam .Samarinda.

Aziz, Abdul. 2012. Etika bisnis Perspektif Islam Implementasi Etika Islam untuk Dunia
Usaha. Cirebon.

Dr. Hj. Darmawati, M.Hum. 2020. Etika Bisnis Islam. Samarinda.

Iqbal, Muhammad. Islam mahzab swakayan. 2010. Bandung: Perdana Mulia Sardana.

Dr. Ir. Arissetyanto Nugroho,MM dan Agus Arijianto, SE, MM, 2015 etika bisnis (
business ethic ) pemahaman teori secara komprehensif dan implementasinya
(bogor : PT penerbit ipb press.

http://ameliaselviani.blogspot.co.id/2014/09/etika-dan-teori-etika-tugas-pertama.html/

https://pendidikanku.org/2020/05/pengertian-etika-bisnis.html

http://sarinur.blogspot.com/2012/10/ruang-lingkup-etika-bisnis.html?m=1

19

Anda mungkin juga menyukai