Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH

“Isu Kotemporer Etika Bisnis Islami”


Disusun untuk memenuhi tugas Etika Bisnis Islami
Dosen pengampu : Tatik,S.E.,Akt.,M.Ak

Disusun Oleh :
- Diah Retno Winarsih (19212053)
- Febby Chairunnisa Gumelar (19212064)
- Afifah Etrifiana (19212071)
- Elsa Rahma Fitriyolla (19212087)

PROGRAM STUDI D3 AKUNTANSI


UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
TAHUN PELAJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji dan syukur kita panjatkan ke Hadirat Allah SWT, karena atas
Rahmat dan Hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas ini dengan
baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan
nikmat sehatnya, sehingga penulis mampu menyelesaikan pembuatan
makalah sebagai syarat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Etika
Bisnis Islami sebagai nilai UAS, dengan tema “ Isu Kotemporer Etika
Bisnis Islami”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan di dalamnya. Penulis sangat
menerima kritik serta saran dari pembaca.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
khususnya kepada dosen Etika Bisnis Islami yang telah membimbing dalam
menulis makalah ini.

Yogyakarta, 10 Juli 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................ii
BAB I..............................................................................................................1
PENDAHULUAN..........................................................................................1
BAB 2.............................................................................................................2
TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................2
2.1 Landasan Teori Etika Profesi...........................................................2
2.1.1 Etika Profesi................................................................................2
2.2 Tanggung Jawab Sosial Perusahaan(Tsr) Atau Corporate
Social Responsibility (Csr).......................................................................5
2.3 Landasan Teori Bisnis modern dan persaingan bisnis dalam
islam 7
2.3.1 Pengertian bisnis modern......................................................7
2.3.2 Pengertian Persaingan bisnis dalam islam...........................7
2.4 LandasanTeori Budaya Organisasi...................................................9
2.4.1 Budaya Organisasi.......................................................................9
2.4.2 Etos Kerja..................................................................................10
BAB 3...........................................................................................................12
PEMBAHASAN...........................................................................................12
3.1 Kasus kontemporer (terkini) terkait etika profesi dalam Islam
12
3.1.1 Kasus Pelanggaran Etikas Profesi dan Pembahasan........12
3.2 Kasus kontemporer (terkini) terkait Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan..............................................................................................13
3.2.1 Kasus Pelanggaran Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
dan Pembahasan..................................................................................13
3.3 Kasus kontemporer (terkini) terkait model bisnis modern dan
persaingan bisnis.....................................................................................18
3.3.1 Kasus model bisnis modern dan persaingan bisnis, dan
Pembahasan.........................................................................................18
3.1 Kasus Kontemporer terkait Budaya Organisasi dan Etos kerja
dalam Muslim..........................................................................................21

ii
3.1.1 Kasus Pelanggaran Budaya Organisasi dan Etos Kerja
dalam Muslim......................................................................................21
BAB 4...........................................................................................................26
KESIMPULAN............................................................................................26
4.1 Etika Profesi.................................................................................26
4.2 Tanggung Jawab Social Perusahaan..........................................26
4.3 Model Bisnis Modern Dan Persaingan Bisnis Dalam Islam....27
4.4 Budaya Organisasi Dan Etos Kerja Muslim.............................27
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................29
LAMPIRAN.................................................................................................30

iii
1

BAB I

PENDAHULUAN

Bisnis merupakan sebuah kegiatan yang telah mengglobal. Setiap


sisi kehidupan diwarnai oleh bisnis. Dalam lingkup yang besar, Negara
pastinya terlibat dalam proses bisnis yang terjadi. Tiap-tiap Negara memiliki
sebuah karakteristik sumber daya sendiri sehingga tidak mungkin semua
Negara merasa tercukupi oleh semua sumber daya yang mereka miliki.
Mulai dari ekspedisi Negara Eropa mencari rempah-rempah di Asia sampai
perdagangan minyak Internasional merupakan bukti bahwa dari dulu sampai
sekarang sebuah Negara tidak dapat bertahan hidup tanpa keberadaan bisnis
dengan Negara lainnya. Dewasa ini, pengaruh globalisasi juga menjadi
faktor pendorong terciptanya perdagangan internasional yang lebih luas.
Kemajemukan ekonomi dan sistem perdagangan berkembang menjadi
sebuah kesatuan sistem yang saling membutuhkan. Ekspor-Impor
multinasional menjadi sesuatu yang biasa. Komoditi nasional dapat diekspor
menjadi pendapatan Negara, serta produk-produk asing dapat diimpor demi
memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri.
Akhir-akhir ini pelanggaran etika bisnis dan persaingan tidak sehat
dalam upaya penguasaan pangsa pasar terasa semakin memberatkan para
pengusaha menengah kebawah yang kurang memiliki kemampuan bersaing
karena perusahaan besar telah mulai merambah untuk menguasai bisnis dari
hulu ke hilir. Perlu adanya sanksi yang tegas mengenai larangan prakti
monopoli dan usaha yang tidak sehat agar dapat mengurangi terjadinya
pelenggaran etika bisnis dalam dunia usaha.
2

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori Etika Profesi

2.1.1 Etika Profesi

2.1.1.1 Pengertian Etika Profesi


Istilah etika berasal dari Bahasa Yunani Kuno
etos (bentuk tunggal) dan to etha (bentuk jamak)
yang berarti suatu adat istiadat atau kebiasaan.
Dalam arti ini, etika berkaitan dengan adat
istiadat atau kebiasaan hidup yang dianggap baik.
Dalam Bahasa Arab, etika dianggap sama dengan
akhlak, atau ilmu akhlak, yang berarti perilaku
atau perbuatan yang dianggap baik oleh
masyarakat. Semua pengertian mengenai etika
tersebut mengacu atau mengarah pada perilaku atau
perbuatan yang dianggap baik atau pantas
menurut adat istiadat yang berlaku di suatu
lingkungan atau kalangan masyarakat tertentu
(Badjuri 2010).
Akuntan merupakan profesi yang
keberadaanya sangat tergantung pada kepercayaan
masyarakat. Sebagai sebuah profesi, seorang
akuntan dalam menjalankan tugasnya harus
menjunjung tinggi etikanya (Lubis 2011).
Menurut kamus besar bahasa Indonesia (1988),
etika berarti ilmu tentang apa yang baik dan apa
yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral
(akhlak). Sisi estimologis, etika berasal dari kata
latin “ethos” yang berarti kebiasaan. Etika
merupakan ilmu normatif yang berisi ketentuan-
ketentuan (norma) dan nilai-nilai yang dapat
digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Effendi
(2012) menyimpulkan bahwa etika penyelidikan
filosofis mengenai kewajiban-kewajiban manusia
dan hal-hal yang baik dan buruk.
Lubis (2011) menyatakan bahwa dalam hal
3

etika, sebuah profesi akuntan harus memiliki


komitmen moral yang tinggi yang dituangkan
dalam bentuk aturan khusus. Aturan ini merupakan
aturan main dalam melaksanakan atau mengemban
profesi tersebut, yang biasa disebut sebagai kode
etik. Kode etik harus dipatuhi dan ditaati oleh
setiap profesi yang memberikan jasa pelayanan
kepada masyarakat dan merupakan alat
kepercayaan bagi masyarakat.
Dengan demikian etika merupakansuatu tindakan
yang dianggap benar tentang hak dan
kewajiban moral. Seorang akuntan adalah salah
satu professional yang harus menaati etika
profesinya terkait dengan pelayanan yang diberikan
apabila menyangkut kepentingan masyarakat luas.
Kode etik merupakan aturan yang wajib dipatuhi
oleh semua akuntan.

2.1.1.2 Prinsip Etika Profesi


Dalam menjalankan profesi, seseorang perlu
memiliki dasar-dasar yang perlu diperhatikan,
diantaranya :

1. Prinsip Tanggung Jawab. Seorang yang


memiliki profesi harus mampu bertanggung
jawab atas dampak yang ditimbulkan dari
profesi tersebut, khususnya bagi orang-orang
di sekitarnya.
2. Prinsip Keadilan. Prinsip ini menuntut agar
seseorang mampu menjalankan profesinya
tanpa merugikan orang lain, khususnya orang
yang berkaitan dengan profesi tersebut.
3. Prinsip Otonomi. Prinsip ini didasari dari
kebutuhan seorang profesional untuk diberikan
kebebasan sepenuhnya untuk menjalankan
profesinya.
4. Prinsip Integritas Moral. Seorang profesional
juga dituntut untuk memiliki komitmen pribadi
untuk menjaga kepentingan profesinya,
dirinya, dan masyarakat.
4

2.1.1.3 Prinsip Etika Profesi Dalam Kode Etik IAI

Suraida (2005) menjelaskan bahwa


dalam kode etik Ikatan Akuntan Indonesia
memiliki delapan prinsip etika profesi sebagai
berikut :
1. Tanggung Jawab Profesional

Dalam melaksanakan tanggung jawabnya


sebagai profesional, anggota harus
melaksanakan pertimbangan profesional dan
moral dalam seluruh keluarga.
2. Kepentingan Publik

Anggota harus menerima kewajiban untuk


bertindak dalam suatu cara yang akan melayani
kepentingan publik, menghormati kepercayaan
publik, dan menunjukkan komitmen pada
profesionalisme.
3. Integritas

Untuk mempertahankan dan memperluas


keyakinan publik, anggota harus melaksanakan
seluruh tanggung jawab profesional dengan
perasaan integritas tinggi.
4. Objektifitas

Anggota harus mempertahankan objektivitas


dan bebas dari konflik penugasan dalam
pelaksanaan tanggung jawab profesional.
5. Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional

Agar dapat memberikan layanan yang


berkualitas, professional harus memiliki dan
mempertahankan kompetensi dan ketekunan.
6. Kerahasiaan

Professional harus mampu menjaga


kerahasiaan atas informasi yang diperolehnya
5

dalam melakukan tugas, walaupun keseluruhan


proses mungkin harus dilakukan secara
terbuka dan transparansi.
7. Perilaku Professional

Profesional harus melakukan tugas sesuai


dengan yang berlaku, yang meliputi standar
teknis dan profesional yang relevan.
8. Standar Teknis

Harus melaksanakan pekerjaan sesuai


dengan standar teknis dan standar profesional
yang telah ditetapkan.
Jadi terdapat delapan prinsip etika profesi
dalam kode etik Ikatan Akuntan Indonesia, yaitu :
tanggung jawab profesi, kepentingan publik,
integritas, objektivitas, kompetensi dan kehati-hatian
professional, kerahasiaan, perilaku profesional
dan standar teknis.

2.2 Tanggung Jawab Sosial Perusahaan(Tsr) Atau Corporate


Social Responsibility (Csr)
Tanggung jawab social perusahaan sudah diperkenalkan
sejak tahun 1950 oleh Howard R. Bowen yang menerbitkan
bukunya berjudul Social Responsibility of The Businesseman di
Amerika Serikat sehingga mendapatkan apresiasi dari public
terhadap prinsip-prinsip tanggung jawab social perusahaan yang
beliau kemukakan membuat dirinya dinobatkan secara aklamasi
sebagai “ Bapak Tanggung Jawab Sosial Perusahaan” . Di
Indonesia sendiri, tanggung jawab social perusahaan mulai di
kenal pada tahun 1990-an. Beberapa perusahaan sebenarnya telah
lama melakukan CSA ( Corporate Social Activity ) atau
“Aktivitas Sosial Perusahaan”. Walaupun tidak menamainya
6

sebagai tanggung jawab social perusahaan, secara factual aksinya


mendekati konsep tanggung jawab social perusahaan yang
mempresentasikan bentuk “peran serta” dan “kepedulian”
perusahaan terhadap aspeksosial dan lingkungan. Melalui konsep
investasi social perusahaan “seat belt” sejak tahun 2003
Departemen Social tercatat sebagai Lembaga pemerintah yang
aktif dalam mengembangkan konsep dari tanggung jawab social
dan melakukan advokasi kepada berbagai perusahaan nasional.
Dan pada tahun 2007, tanggung jawab social perusahaan
mulai diundangkan, atau lebih tepatnya dalam Undang-Undang
Perseroan Terbatas pasal 74, yang mewajibkan perseroan untuk
menyisihkan sebagian laba bersih dalam menganggarkan dana
pelaksanaan tanggung jawab social perusahan terutama bagi
perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya yang berkaitan
dengan sumber daya alam.
Tanggung jawab social perusahaan itu sendiri adalah
keseimbangan antara masyarakat, lingkungan, dan laba yang
dalam artiannya kepedulian perusahaan yang menyisihkan
sebagian keuntungannya (profit) bagi kepentingan pembangunan
manusia dan lingkungan secara berkelanjutan berdasar prosedur
yang tepat dan professional.
Secara umum, Tanggung Jawab Social Perusahaan
merupakan peningkatan kualitas kehidupan mempunyai arti
adanya kemampuan manusia sebagai individu anggota komunitas
untuk menanggapi keadaan social yang ada dan dapat menikmati
serta memanfaatkan lingkungan hidup termasuk perubahan-
perubahan yang ada sekaligus memlihara, atau dengan kata lain
merupakan cara perusahaan mengatur proses usaha untuk
memproduksi dampak positif pada suatu komunitas, atau
merupakan suatu proses yang penting dalam pengaturan biaya
yang dikeluarkan dan keuntungan kegiatan bisnis dari
stakeholders baik secara internal (pekerja, shareholders, dan
penanaman modal) ataupun eksternal (kelembagaan pengaturan
umum, anggota-anggota komunitas, kelompok komunitas sipil
dan perusahaan lain).
Jadi, tanggung jawab social perusahaan tidak hanya
terbatas pada konsep pemberian donor saja, tapi konsepnya sangat
luas dan tidak bersifat statis dan pasif, hanya dikeluarkan dari
perusahaan akan tetapi hak dan kewajiban yang dimiliki Bersama
antara stakeholders. Konsep Tanggung Jawab Social Perusahaan
7

melibatkan tanggung jawab kemitraan antara pemerintah,


Lembaga, sumber daya komunitas, juga komunitas local.
Kemitraan ini tidaklah bersifat pasif dan statis. Kemitraan ini
merupakan tanggung jawb bersama secara social antara
stakeholders. Konsep kedermawanan perusahaan dalam tanggung
jawab perusahaan secara social dengan stakeholders lainnya.
Tanggung jawab social perusahan pada dasarnya juga terkait
dengan budaya perusahaan yang dipengaruhi oleh etika
perusahaan yang bersangkutan. Budaya perusahaan terbentuk dari
para individu sebagai anggota perusahaan yang bersangkutan dan
biasanya dibentuk oleh system dalam perusahaan. System
perusahaan khususnya alur dominasi para pemimpin memegang
peranan penting dalam pembentukan budaya perusahaan,
pemimpin perusahaan dengan motivasi yang kuat dan etikanya
yang mengarah pada kemanusiaan akan dapat memberikan nuansa
budaya perusahaan secara keseluruhan

2.3 Landasan Teori Bisnis modern dan persaingan bisnis dalam


islam
2.3.1 Pengertian bisnis modern
Bisnis adalah organisasi yang mengelola barang dan
jasa yang dilakukan oleh perorangan,sekelompok orang atau
organisasi kepada konsumen (masyarakat) dengan tujuan
utamanya adalah memperoleh keuntungan/laba.
Bisnis dengan model modern yaitu bisnis yang biasa
dilakukan atau sudah dikembangkan lebih modern dengan
menggunakan teknologi digital yaitu internet.
2.3.2 Pengertian Persaingan bisnis dalam islam
Persaingan berasal dari bahasa Inggris yaitu competition,
yang artinya
persainganitu sendiri atau kegiatan bersaing, pertandingan,
dan kompetisi,
sedangkan dalam kamus manajemen, persaingan adalah
usaha-usaha dari dua pihak
atau lebih perusahaan yang masing-masing bergiat
“memperoleh pesanan” dengan
menawarkan harga atau syarat yang paling menguntungkan
persaingan ini dapat
8

terdiri dari beberapa bentuk pemotongan harga, iklan atau


promosi, variasi dan
kualitas, kemasan, desain, dan segmentasi pasar.
1. Yusuf Qardhawi memberikan patokan tentang norma-norma
atau nilai nilai syariah
Yang harus ditaati dalam perdagangan oleh para pedagang
muslim dalam
melaksanakan kegiatan perdagangan, yaitu :
a. Menegakkan larangan memperdagangkan barang-barang
yang diharamkan
b. Bersikap benar,amanah, dan jujur
c. Menegakkan keadilan dan mengharamkan bunga
d. Menerapkan kasih saying dan mengharamkan monopoli
e. Menegakkan toleransi dan persaudaraan
f. Berpegang pada prinsip bahwa perdagangan adalah bekal
menuju akhirat.
2. Dengan mengacu praktek kehidupan pasar pada masa
Rasulullah dan para
sahabatnya, Ibnu Taymiyyah menyatakan bahwa ciri khas
kehidupan pasar yang
islami adalah:
a. Orang harus bebas keluar masuk pasar
b. Adanya informasi yang cukup mengenai kekuatan-kekuatan
pasar dan barang dagang
c. Unsur-unsur monopolistic harus dilenyapkan dari pasar.
Kolusi antar penjual dan pembeli harus dihilangkan
d. Adanya kenaikan penurunan harga yang disebabkan oleh naik
turunnya tingkat permintaan dan penawaran
e. Adanya homogenitas dan standarisasi produk agar terhindar
dari pemalsuan produk, penipuan, dan kecurangan kualitas
barang.
3. Persaingan bisnis dalam etika bisnis Islam adalah sebuah
konsep persaingan
yang menganjurkan para pebisnis untuk bersaing secara
positif (fastabiqul khairat)
dengan memberikan konstribusi yang baik dari bisnisnya
bukan untuk menjatuhkan
pebisnis lainnya.
9

Dalam kamus manajemen persaingan usaha atau bisnis terdiri


dari :
a. Persaingan sehat (healthy competition)
b. Persaingan gorok leher (cut throat competition)

2.4 LandasanTeori Budaya Organisasi

2.4.1 Budaya Organisasi

2.1.1.4 Pengertian Budaya Organisasi


Budaya organisasi adalah sistem nilai,
keyakinan, norma yang meresap yang ada di
organisasi. Budaya Organisasi dapat mendorong
atau melemahkan keefektifan organisasi . Ada
bebebeapa pendapat dari berbagai tokoh mengenai
budaya organisasi seperti Sutrisno (2011)
menyatakan bahwa budaya organisasi juga disebut
sebagai budaya perusahaan, yaitu seperangkat
nilai-nilai atau norma-norma yang telah relatif
lama berlakunya, dianut bersama oleh para
anggota organisasi (karyawan) sebagai norma
perilaku dalam menyelesaikan masalah-masalah
perusahaan, Budaya organisasi atau perusahaan
bersifat sangat persuasif dan mempengaruhi
hampir keseluruhan aspek kehidupan organisasi.
Demikian juga budaya organisasi mampu
menumpulkan atau membelokkan dampak
perubahan organisasi yang sudah direncanakan
secara matang (Hakim dan Kusdiyanto 2011) .
Robbins dan Coulter (1999), budaya organisasi
didefinisikan sebagai suatu sistem makna bersama
di dalam sebuah organisasi yang menentukan,
dalam tingkat yang tinggi, bagaimana para
pegawai bertindak. Robbins dan Coulter (1999)
mengemukakan, bahwa terdapat tujuh dimensi
yang secara keseluruhan menjadi kriteria
budaya suatu organisasi. Dimensi-dimensi tersebut
meliputi:
a. Inovasi dan keberanian mengambil risiko.
10

Tingkat di mana para karyawan


didorong untuk bersikap inovatif dan mengambil
risiko.
b. Perhatian kepada detail. Tingkat di mana para
karyawan diharapkan untuk
menampilkan ketepatan, analisis dan perhatian
terhadap detail.
c. Orientasi hasil. Tingkat di mana para manajer
memutuskan perhatian pada hasil- hasil bukannya
pada teknik dan proses-proses yang digunakan
untuk mencapai
hasil-hasil itu.
d.Orientasi manusia. Tingkat di mana keputusan-
keputusan manajemen
memperhitungkan pengaruh hasil-hasil terhadap
manusia di dalam organisasi.
e. Orientasi tim. Tingkat di mana kegiatan-
kegiatan kerja diorganisasikan kepada tim
bukan individu.
f. Agresivitas. Tingkat di mana orang bersifat
agresif dan bersaing.
g. Stabilitas. Tingkat di mana kegiatan-kegiatan
organisasi menekankan usaha
mempertahankan status quo bukan pertumbuhan.

2.4.2 Etos Kerja

2.1.1.5 Pengertian Etos Kerja


Kata “etos” berasal dari bahasa Yunani
“Ethos” yang bermakna watak atau karakter. Arti
lengkapnya “etos kerja” ialah karakteristik dan
sikap, kebiasaan serta kepercayaan, dan seterusnya
yang bersifat khusus tentang seseorang individu
atau kelompok manusia dalam bekerja (Djakfar
2009).

Etos dibentuk oleh berbagai kebiasaan, pengaruh


budaya, serta sistem nilai yang diyakininya
(Tasmara 2002). Menurut Khamid (2016), etos
kerja adalah semangat kerja dalam melaksanakan
pekerjaan yang menjadi tugasnya, dengan indikasi
kerja keras, bekerja benar, ulet atau bekerja cerdas,
11

tekun, jujur, disiplin, melayani, orientasi ke masa


depan dan menerima perubahan.
12

BAB 3

PEMBAHASAN

3.1 Kasus kontemporer (terkini) terkait etika profesi dalam Islam

3.1.1 Kasus Pelanggaran Etikas Profesi dan Pembahasan

Kasus Pajak, Direktur di Semarang Dihukum 7 Bulan


Penjara
(10, September 2016)
Semarang - Direktur sebuah perusahaan jasa transportasi,
CV. Bumi Raya dihukum 7 bulan penjara dan denda Rp
11,74 miliar terkait tindak pidana perpajakan. Terdakwa
bernama Soetijono (64) itu menyampaikan surat
pemberitahuan (SPT) masa pajak pertambahan nilai (PPN)
dengan isi yang tidak sesuai kenyataan.
Hukuman tersebut diketok majelis hakim yang diketuai
hakim Moh. Zaenal Arifin di Pengadilan Negeri
Semarang, Rabu (9/11/2016). Hakim menilai Soetijono
terbukti menyampaikan SPT masa PPN masa pajak
Januari-Desember 2007 dengan tidak benar.Perbuatan
curang ini dilakukan Soetijono dengan membuat faktur
pajak yang tidak berdasarkan transaksi ekonomi yang
sebenarnya. Selain itu berdasarkan keterangan saksi dari
pihak-pihak perusahaan, tidak ada yang melakukan
transaksi jual beli dengan CV Bumi Raya dalam perkara
itu.
               Soetijono terbukti melakukan tindak pidana
melanggar Pasal 39 ayat (1) huruf c jo pasal 43 Undang-
Undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan yang telah diubah dengan UU
RI Nomor 16 tahun 2000.Perbuatannya merugikan negara
sebesar Rp 5,8 miliar.
Pembahasan :
Bedasarkan teori yang telah dipaparkan pada bab 2, maka
kasus tersebut telah melanggar perinsip- perinsip etika
profesi, diantaranya yaitu : prinsip tanggung jawab
profesi, prinsip integritas dan, prinsip objektivitas.
13

Kasus tersebut dapat dijadikan pelajaran untuk


dikemudian hari agar pemilik perusahaan dan pemegang
saham untuk lebih selektif dan menggunakan
pertimbangan dalam memilih pemimpin perusahaan atau
direktur yang memiliki integritas yang tinggi serta
memliki komitmen yang teguh terhadap tanggung
jawabnya, serta memahami betul kewajiban perusahaan
untuk melaporkan dan membayar kewajiban pajak yang
terhutang sesuai dengan ketentuan perpajakan yang
berlaku sehingga tidak melanggar prinsip etika profesi
yaitu tanggung jawab profesi. Selain itu, direktur harus
memilih petugas pajak yang ahli dalam bidang perpajakan
agar tidak melakukan kecurangan dalam pembuatan faktur
pajak yang sesuai berdasarkan transaksi ekonomi yang
sebenarnya sehingga tidak melanggar prinsip etika profesi
yaitu kepentingan public dan objektivitas.

Dalam perspektif Islam, tindakan pelanggaran etika


profesi seperti kasus diatas merupakan hal yang tidak
berdasar pada etika dalam Islam, karena mengandung
unsur ketidakjujuran dalam menyampaikan informasi,
Seperti yang dijelaskan dalam surat Al-Baqarah ayat 79,
bahwa akan celaka bagi orang yang tidak menulis sesuai
kebenaran demi untuk mencari keuntungan. Adanya iman
dalam setiap pekerjaan menjadi hal yang utama sebagai
dasar akuntan publik menjalankan profesinya. Dengan
iman yang kuat maka niat untuk melakukan pelanggaran
etika profesi dapat diminimalisir.

3.2 Kasus kontemporer (terkini) terkait Tanggung Jawab Sosial


Perusahaan

3.2.1 Kasus Pelanggaran Tanggung Jawab Sosial


Perusahaan dan Pembahasan

Pelanggaran Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial


Perusahaan pada PT Sumber Alfaria Trijaya pada
tahun 2015)
14

PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk, perusahaan public dengan


kode emiten AMRT yang menaungi retail mini market
Alfamart pernah menghadapi kasus dengan pelanggaran
pelaksanaan Tanggung jawab social perusahaan pada
tahun 2015. Adapun fakta-fakta kasus ini adalah:
1. Pada tahun 2015, Alfamart memiliki 3152 gerai dan
melayani lebih dari 3,5 juta pelanggan setiap hari.5
2. Sepanjang tahun 2015, perseroan telah menylurkan
donasi konsumen sebesar Rp 33 Milyar untuk berbagai
aksi kemausiaan yang melibatkan 8 yayasan kredibel
berskala nasional aupun internasional6.
3. Pelaporan tentang penyaluran donasi tersebut
dimasukkan dalam annual report di bawah judul Tanggung
Jawab Sosial Perusahaan (corporate social responsibility)
dan dibawah sub judul Satu Hati Berbagi Untuk Indonesia.
Adapun satu sub judul lainnya adalah Tanggung Jawab
Sosial Perusahaan yang menyatakan bahwa: “Perseroan
menjalankan program CSR secara berkelanjutan,
diantaranya pemberdyaan pedagang kecil melalui Outlet
Binan Alfamart (OBA) dan Program Pendidikan Ritel
Alfamart Class bagi siswa Sekolah Menengah Kejuruan.”
Pembahasan terhadap kasus tersebut:
PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk Melanggar Ketentuan
Terkait Tanggung Jawab Sosial
dan Lingkungan Perseroan Pada Tahun 2015
1. PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk Melangar Ketentuan
Terkait Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan
Pada Tahun 2015 dengan argumen (i) PT Sumber Alfaria
Trijaya Tbk memiliki kewajiban melaksanakan tanggung
jawab sosial dan lingkungan, (ii) pengumpulan dan
penyaluran donasi konsumen bukan merupakan bentuk
tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan dan (iii)
laporan mengenai penyaluran donasi konsumen tidak
dapat di cantumkan dibawah judul tanggung jawab sosial
dan lingkungan perseroan.(i) PT Sumber Alfaria Trijaya
Tbk Memiliki Kewajiban Melaksanakan Tanggung Jawab
Sosial Dan Lingkungan
2. PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk memiliki kewajiban
melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan
15

berdasarkan Pasal 3 PP Nomor 47 Tahun 2012 dengan


alasan (a) PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk memenuhi
unsur Peseroan dan (b) PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk
menjalankan kegiatan usahanya yang berkaitan dengan
sumber daya alam. a) PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk
Memenuhi Unsur Peseroan
3. Unsur pertama dalam pasal 3 PP Nomor 47 Tahun 2012
adalah perseroan. Menurut UU Nomor 40 tahun 2007
Perseroan adalah badan hukum yang merupakan
persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian,
melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang
seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi
persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini
serta peraturan pelaksanaannya.
4. Berdasarkan Annual Report 2015 halaman 28-29, PT
Sumber Alfaria Trijaya Tbk didirikan pada 22 Februari
1989 dengan akta pendirian No 21 Tanggal 22 Februari
1989 yang dibuat dihadapan notaris Gde Kertayasa, S.H.
Modal dasar sebesar 1,2 trilyun Rupiah dan modal disetor
penuh sebesar Rp 414,245,017,000. Saham PT Sumber
Alfaria Trijaya Tbk diperdagangkan di Bursa Efek
Indonesia dengan kode AMRT.
5. Berdasarkan argumen nomor 4, disimpulkan bahwa PT
Sumber Alfaria Trijaya Tbk memenuhi unsur perseroan
sebagaimana disebut dalam pasal 3 PP Nomor 47 Tahun
2012. (b) PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk Menjalankan
Kegiatan Usaha Yang Berkaitan Dengan Sumber Daya
Alam
6. Penjelasan pasal 3 ayat (1) PP Nomor 47 Tahun 2012
menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan "Perseroan
yang menjalankan kegiatan usahanya yang berkaitan
dengan sumber daya alam" adalah Perseroan yang tidak
mengelola dan tidak memanfaatkan sumber daya alam,
tetapi kegiatan usahanya berdampak pada fungsi
kemampuan sumber daya alam termasuk pelestarian
fungsi lingkungan hidup.
7. Pelestarian fungsi lingkungan hidup menurut pasal 1
angka 6 UU Nomor 32 tahun 2009 adalah rangkaian upaya
untuk memelihara kelangsungan daya dukung dan daya
16

tampung lingkungan hidup. Daya dukung lingkungan


hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk
mendukung perikehidupan manusia, makhluk hidup lain
dan keseimbangan antarkeduanya.
8. Menurut Corporate Commuication General Manager
Alfamart Nur Rahman, penggunaan kantong plastik di satu
toko mencapai 300-400 kantong plastik7. Jumlah tersebut
jika dikalikan dengan jumlah gerai alfamart pada tahun
2015 hasilnya adalah 945,600 hingga 1,260,800 lembar
kantong plastik. Kementrian Lingkungan Hidup juga
mengeluarkan data yang menyatakan bahwa plastik dari
100 toko anggota APRINDO dalam waktu satu tahun
mencapai 10,95 juta lembar pertahun.8
9. Berdasarkan investigasi yang dilakukan oleh Orbmedia,
ditemukan kontaminasi mikroplstik dalam air minum di
beberapa tempat di dunia, termasuk di Indonesia. Dari
hasil investigasi tersebut, diketahui sekitar 76% Air
minum di Jakarta terkontaminasi mikroplastik. Terkait
mikroplastik ini, Dr Sherri Mason, ahli mikroplastik dari
State University of New York mengatakan: If it’s
impacting [wildlife], then how do we think that its not
going impact us?9
10. Dari argumen di atas, disimpulkan bahwa usaha PT
Sumber Alfaria Trijaya Tbk di bidang retail telah
menyumbangkan banyak plastik yang telah berpengaruh
salah satunya terhadap kualitas air minum. Karenanya,
usaha tersebut berdampak pada pelestarian lingkungan
hidup sebagaimana dijelaskan dalam argumen nomor 7,
oleh karena itu usaha PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk
memenuhi “Perseroan yang menjalankan kegiatan
usahanya yang berkaitan dengan sumber daya
alam”sebgaimana disebutkan dalam pasal 3 ayat (1) PP
Nomor 47 Tahun 2012 (ii) Pengumpulan Dan Penyaluran
Donasi Konsumen Bukan Merupakan Bentuk Tanggung
Jawab Sosial Dan Lingkungan Perusahaan
11. Pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan
perseroan di atur dalam pasal 4 dan pasal 5 PP Nomor 47
Tahun 2012. Aturan tersebut pada pokoknya mengatur
bahwa anggaran tanggung jawab sosial dan lingkungan
merupakan biaya perseroan yang diperhitungkan dengan
17

kepatutan dan kewajaran. Kepatutan dan kewajaran adalah


kebijakan Perseroan, yang disesuaikan dengan
kemampuan keuangan Perseroan, dan potensi risiko yang
mengakibatkan tanggung jawab sosial dan lingkungan
yang harus ditanggung oleh Perseroan sesuai dengan
kegiatan usahanya yang tidak mengurangi kewajiban
sebagaimana yang ditetapkan dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan yang terkait dengan kegiatan usaha
Perseroan.
12. Dalam Putusan Komisi Informasi Pusat Nomor
011/III/KIP-PS-A/2016 halaman 12, perwakilan PT
Sumber Alfaria Trijaya Tbk menyatakan bahwa jaringan
tokonya merupakan media pengumpulan sumbangan
sukarela dari konsumen. Pengumpulan dana masyarakat
atau donasi konsumen tersebut mengacu pada PP Nomor
29 Tahun 1980. Peraturan tersebut mengatur bahwa
pengumpul sumbangan dan pengelola adalah yayasan
yang mendapatkan izin dari kemensos RI. Jaringan toko
Alfamart hanyalah media bagi pihak yayasan untuk
mendapatkan sumbangan sukarela dari masyarakat. (iii)
Laporan Mengenai Penyaluran Donasi Konsumen Tidak
Dapat Dicantumkan Di Bawah Judul Tanggung Jawab
Sosial Dan Lingkungan Perseroan
13. PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk melakukan pelaporan
tentang penyaluran donasi konsumen dalam annual report
2015 di bawah judul Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
(corporate social responsibility).
14. Sebagaimana dijelaskan dalam sub argumen (ii),
pengumpulan dan penyaluran dana konsumen bukan
merupakan Bentuk Tanggung Jawab Sosial Dan
Lingkungan Perusahaan.
15. Pasal 6 PP Nomor 47 Tahun 2012 menyatakan bahwa
pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan dimuat
dalam laporan tahunan Perseroan dan
dipertanggungjawabkan kepada RUPS. Dengan
menggunakan argumentum a contrario, disimpulkan
bahwa kegiatan pengumpulan dan penyaluran dana
konsumen tidak dapat dimuat dalam laporan tahunan
perseroan, khususnya di bawah judul tanggung jawab
sosial dan lingkungan.
18

16. Berdasarkan argumen nomor 15 di atas, pencantuman


kegiatan pengumpulan dan penyaluran donasi konsumen
dibawah judul tanggung jawab sosial dan lingkungan oleh
PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk merupakan pelanggaran
terhadap pasal 6 PP Nomor 47 Tahun 2012.
17. Mengingat status PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk
sebagai perseroan terbuka, ketentuan Otoritas Jasa
Keuangan berlaku terhadapnya. Berdasarkan Pasal 4 huruf
(h) Peraturan OJK Nomor 29/POJK.04/2016, laporan
tahunan wajib memuat tanggung jawab sosial dan
lingkungan emiten atau perusahaan publik. Dalam pasal
16 peraturan a quo disebutkan bahwa direksi dan dewan
komisaris bertanggungjawab atas kebenaran isi laporan
tahunan. Laporan tahunan PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk
dikualifikasikan tidak benar dalam bagian tanggung jawab
sosial dan lingkungan karena beberapa bagian yang
dicantumkan bukan merupakan pelaksanaan tanggung
jawab sosial dan lingkungan.Keimpulan dari kasus
tersebut yaitu PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk Melangar
Ketentuan Terkait Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan Perseroan Pada Tahun 2015 khusunya
ketentuan mengenai laporan tahunan.

3.3 Kasus kontemporer (terkini) terkait model bisnis modern dan


persaingan bisnis

3.3.1 Kasus model bisnis modern dan persaingan bisnis, dan


Pembahasan

Bisnis dan persaingan transportasi online PT.Gojek


Indonesia
Belakangan ini, teknologi telah berkembang pesat
membawa banyak perubahan di segala bidang di
Indonesia, salah satunya bisnis transportasi. Banyak
bermunculan perusahaan-perusahaan baru, inovasi-inovasi
baru, bahkan sampai muncul berbagai model bisnis
modern baru yang berbasis teknologi. Mengenai
persaingan bisnis saat ini, tidak hanya terjadi persaingan
dalam negeri, tetapi juga persaingan dengan kompetitor
19

luar negeri, khususnya dari Masyarakat Ekonomi Asean


(MEA).
Dengan munculnya berbagai teknologi- teknologi
baru, banyak perusahaan dan pebisnis yang terinovasi
untuk membuat model bisnis yang menarik dengan
layanan yang tidak kalah mengagumkan. Salah satu
perkembangan teknologi saat ini terdapat pada layanan
ojek online. Walaupun keberadaan transportasi sudah ada
sejak dulu, tetapi menjadi sangat fenomenal ketika
digabungkan dengan teknologi dan jadilah transportasi
berbasis online.
Di akhir tahun 2014, walaupun Uber dan GrabTaxi
telah masuk ke pasar Indonesia, hampir tidak ada tanda-
tanda yang menunjukkan bila layanan ojek online akan
menjadi sesuatu yang besar pada tahun ini. Bisnis
transportasi on-demand memang sudah mulai dikenal,
salah satunya karena kontroversi kehadiran Uber di
Indonesia. Namun istilah ojek online saat itu belum begitu
dikenal.
Setahun berselang, berkat kehadiran aplikasi GO-
JEK pada bulan Januari ojek online langsung menjadi
salah satu bisnis startup yang paling populer di Indonesia.
Dalam rentang waktu dua belas bulan, GO-JEK
berkembang dari sebuah aplikasi mobile baru menjadi
sebuah layanan besar, yang kemudian diikuti oleh
perusahaan GrabTaxi dengan layanan GrabBike.
Memasuki tahun 2016, persaingan semakin sengit.
GO-JEKmemperluas di bisnis pengantaran makanan
dengan membuat layanan Grab-Food. GO- JEK pun turut
hadir dengan layanan GO-CA. Sadar kalau metode
pembayaran seringkali menghambat para pengguna dalam
menggunakan layanan-layanan mereka, pada tahun 2016
ini pula GO-JEK meluncurkan metode pembayaran GO-
PAY. Kini saldo GO-PAY dapat diisi lewat berbagai cara,
mulai dari transfer bank hingga dengan memberikan uang
langsung ke pengemudi GO-JEK. Seakan ingin
memperkuat posisi GO-PAY sebagai metode pembayaran
mereka, GO-JEK pun mengakuisisi sebuah layanan
pembayaran bernama PonselPay di tahun 2016. Tak
berhenti sampai di situ, GO-JEK pun turut memperkuat
20

layanan lama mereka, seperti GO-SEND. Mereka juga


bekerja sama dengan marketplace Tokopedia dan
Bukalapak untuk mengantarkan barang pesanan dari
penjual kepada para pembeli. GO-JEK pun telah bekerja
sama dengan aplikasi chat LINE, sehingga pengguna
LINE kini bisa memesan GO-JEK langsung di aplikasi
tersebut.
Hadirnya layanan transportasi online tentu saja
menuai banyak kontroversi, di awal tahun 2016, ribuan
pengemudi angkutan umum yang merasa pendapatan
mereka menurun akibat kehadiran layanan transportasi
online akhirnya melakukan demonstrasi. Insiden ini tak
hanya berlangsung sekali, mereka pun kembali melakukan
aksi demonstrasi seminggu setelahnya. Hal ini pun
memaksa pemerintah untuk segera mengambil sikap.
Pemerintah juga sempat mengharuskan para pengendara
kendaraan transportasi online untuk mengubah nama di
Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) menjadi nama
perusahaan atau koperasi. Namun pemerintah kemudian
membatalkan aturan tersebut.
Pada akhir 2016, justru muncul konflik dari
perusahaan ojek online itu sendiri seperti GO-JEK yang
mendapat tekanan dari pengemudi mereka sendiri yang
merasa pendapatannya terlalu kecil.Uniknya, menjelang
akhir tahun 2016, perusahaan taksi yang sebelumnya
seperti menentang layanan transportasi online, justru
mengubah sikap. Mereka akhirnya melirik layanan
transportasi online sebagai sebuah kesempatan, dan
menjalin kerja sama dengan mereka.
Hal ini ditunjukkan dengan kerja sama yang
dilakukan Blue Bird dengan GO-JEK. Sehingga kita dapat
memesan armada taksiBlue Bird lewat aplikasi GO-JEK.
Keperkasaan GO-JEK bukannya tanpa akibat yang
buruk. Layanan baru yang mencoba mengikuti kesuksesan
mereka bertiga seperti Blu-Jek, TopJek, dan LadyJek kini
hampir tidak terlihat lagi di jalanan ibu kota. Dari akun
media sosial mereka, bisa terlihat kalau layanan-layanan
tersebut kini justru mengalihkan fokus ke bidang logistik.
GO-JEK sendiri pun terus berinovasi demi menjadi
layanan terdepan di tanah air.
21

Berbeda dengan para pesaingnya, GO-JEK


merupakan startup yang menghadirkan layanan paling
banyak. Setelah membaut layanan seperti GO-CLEAN
dan GO-MASSAGE, mereka kembali menghadirkan
layanan baru berupa layanan perbaikan dan cuci
kendaraan GO-AUTO, layanan isi pulsa GO-PULSA,
serta layanan pengiriman obat GO-MED.Selain
menambah berbagai layanan baru, baik GO-JEK, pun turut
memperluas jangkauan mereka ke kota-kota baru. GO-
JEK menjadi layanan yang paling gesit dengan hadir di
berbagai kota seperti Malang, Solo, Samarinda, dan
Manado. Harus kita akui bahwa bisnis transportasi
berbasis online ini merupakan terobosan baru di bidang
transportasi. Walaupun menuai banyak kontroversi,
perkembangan teknologi yang pesat tidak dapat ditahan
sehingga mau-tidak mau setiap teknologi baru dapat
teraplikasikan dalam kehidupan sehari- hari, terlepas dari
masalah tersebut, masyarakat Indonesia sangat
memerlukan sarana transportasi yang nyaman, aman, tepat
waktu dan tidak mahal. Oleh karena itu, bisnis tranportasi
online ini harus disambut dengan baik dan terus
dikembangkan.

3.1 Kasus Kontemporer terkait Budaya Organisasi dan Etos


kerja dalam Muslim

3.1.1 Kasus Pelanggaran Budaya Organisasi dan Etos Kerja


dalam Muslim

Pengaruh Budaya Organisasi dan Etos Kerja Muslim


terhadap PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia
(TMMIN)
PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia
(TMMIN) merupakan bagian dari perusahaan besar yaitu
Toyota Motor Corporation (TMC), Jepang. PT TMMIN
memiliki kantor pusat di daerah Sunter II, Jakarta Utara.
Saat ini TMMIN memiliki 5 pabrik (plant) yakni di
kawasan Sunter I, Sunter II dan Karawang plant I, plant II
dan plant III. Hingga tahun 2017 ini PT Toyota Motor
Manufacturing berhasil memproduksi kendaraan mobil
bermerek Toyota sebanyak 191 710 unit dengan jumlah
22

karyawan sebanyak 9 500 orang.


Keberhasilan perusahaan dalam memenangkan
persaingan pada dasarnya dipengaruhi oleh kinerja
karyawan, kinerja yang baik sangat bergantung pada etos
kerja sumber daya manusia yang bersangkutan dan juga
penerapan budaya organisasinya.
Liker (2008) menerangkan bahwa budaya Toyota
atau Toyota Way direpresentasikan sebagai sebuah rumah
dengan dua pilar yaitu menghargai orang (respect to
people) dan perbaikan terus menerus (continous
improvement). Pilar menghargai orang lain adalah
komitmen yang luas. Artinya adalah menghargai semua
orang yang bersentuhan dengan Toyota, termasuk
karyawan, pelanggan, investor, pemasok, penjual,
komunitas-komunitas tempat Toyota beroperasi, dan
masyarakat luas. Pilar menghargai orang mempunyai sub
kategori yaitu menghargai dan kerja tim, yang ditunjukkan
pada fondasi rumah tersebut.
Perbaikan terus-menerus merupakan pilar kedua yang
didefinisikan sebagai, “kami tidak pernah puas dengan
posisi kami sekarang dan selalu memperbaiki bisnis kami
dengan mengedepankan gagasan dan upaya terbaik kami.”
Terdapat tiga sub kategori di bawah perbaikan terus-
menerus yang melengkapi fondasi rumah Toyota Way,
yaitu tantangan, kaizen (perbaikan terus menerus) dan
genchi genbutsu (pergi ke sumber untuk menemukan
fakta-fakta).
Setiap insan PT Toyota Motor Manufacturing
Indonesia diharapkan memiliki pola pandang, tindakan
dan perilaku yang sama dalam menghadapi berbagai
situasi. Melalui pengamalan ke 10 Perilaku Utama pada
Tabel 2 yang mencerminkan 5 Nilai Budaya Toyota secara
disiplin dan konsisten, maka setiap karyawan telah
mengambil bagian penting dalam membangun budaya
perusahaan. Nilai budaya yang telah disepakati dan
diyakini oleh karyawan PT Toyota dalam lima filosofi,
dijabarkan sebagai berikut:
a.Menghargai. Memiliki pengertian bahwa Toyota selalu
menjunjung sikap menghargai, melakukan setiap upaya
untuk memahami satu sama lain, bertanggung jawab dan
berusaha sebaik mungkin untuk membangun rasa saling
percaya.
23

b. Kerja tim. Memiliki pengertian bahwa Toyota


mendorong pertumbuhan personal maupun profesional,
berbagi kesempatan pengembangan dan memaksimalkan
kinerja individual maupun tim.
c.Tantangan. Memiliki pengertian bahwa Toyota
membentuk visi jangka panjang, menghadapi tantangan
dengan keberanian dan kreativitas untuk mewujudkan
mimpi-mimpinya.
d.Kaizen. Memiliki pengertian bahwa Toyota selalu
berupaya memperbaiki operasi-operasi bisnisnya secara
terus-menerus, selalu menggerakan inovasi dan evolusi.
e.Genchi Genbutsu. Memiliki pengertian bahwa Toyota
selalu mendatangi sumber untuk menemukan fakta-fakta
guna membuat keputusan yang tepat, membangun
konsensus, dan mencapai sasaran dengan kecepatan
terbaik.

Begitu juga dengan Etos Kerja yang dimiliki PT


Toyota Indonesai Setiap insan PT Toyota Indonesia
diharapkan memiliki etos kerja yang baik dengan
memegang teguh 7 nilai luhur PT Toyota. Nilai luhur etos
kerja insan PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia
dijabarkan sebagai berikut:
a. Integritas. Memiliki pengertian bahwa setiap insan PT
Toyota Motor Manufacturing Indonesia harus
menjunjung tinggi integritas dan bertindak sesuai janji.
b. Visioner. Memiliki pengertian bahwa PT Toyota
Motor Manufacturing Indonesia ikut membangun
industri dan masyarakat Indonesia serta menempatkan
kepentingan pelanggan sebagai prioritas utama.
c. Respek. Memiliki pengertian bahwa setiap insan PT
Toyota Motor Manufacturing Indonesia harus
menghormati sesama anggota tim, rekan kerja dan atasan
serta menerima masukan dengan pikiran dan hati
terbuka.
d. Ownership. Memiliki pengertian bahwa setiap insan
PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia bekerja
sebagai satu kesatuan, dengan rasa memiliki dan terus
berusaha secara mandiri untuk mencapai tujuan.
e. Inovatif. Memiliki pengertian bahwa setiap insan PT
Toyota Motor Manufacturing Indonesia harus selalu
melakukan penyempurnaan terus menerus dan gigih
24

dalam mewujudkan inovasi.


f.Kerjasama. Memiliki pengertian bahwa setiap insan PT
Toyota Motor Manufacturing Indonesia harus berupaya
membangun dan mensinergikan kekuatan tim, menjalin
hubungan harmonis dengan semua pemangku
kepentingan.
g. Tegas/Bad News First. Memiliki pengertian bahwa
setiap insan PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia
harus tanggap dalam melaporkan “bad news” dengan
segera berdasarkan fakta untuk menghasilkan solusi
terbaik dengan tepat waktu.

Sedangkan Kinerja karyawan merupakan hasil atau


tingkat keberhasilan seorang karyawan secara keseluruhan
dalam jangka waktu tertentu didalam melaksanakan tugas
dibandingkan dengan berbagai hal lain, seperti standar
hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah
ditentukan terlebih dahulu serta telah disepakati bersama
(Anggriawan et al. 2015). Kirana dan Ratnasari (2017)
menyatakan, kinerja merupakan suatu hasil kerja
karyawan selama periode waktu tertentu. Untuk
pengevaluasiannya, tentunya akan didasarkan pada suatu
standar, tujuan, atau kriteria-kriteria tertentu lainnya yang
sudah disepakati bersama antara karyawan dengan pihak
manajemen.
Pengevaluasian kinerja karyawan lulusan Akademi
Komunitas Toyota Indonesia dilakukan oleh Divisi
Akademi Komunitas Toyota Indonesia berdasarkan 9
kriteria atau indikator. Pengevaluasian kinerja karyawan
lulusan Akademi Komunitas Toyota Indonesia dijabarkan
sebagai berikut:
a. Komunikasi. Meliputi kemampuan dalam melakukan
pendekatan kepada orang yang terkait dalam
pekerjaannya, serta kemampuan berkomunikasi dengan
semua orang yang terkait dalam pekerjaannya.
b. Tanggung jawab. Meliputi kemampuan melaksanakan
tugas sesuai dengan wewenangnya, serta inisiatif dalam
melaporkan setiap ketidaknormalan yang ditemukan
ditempat kerja kepada atasannya
c. Kejujuran. Meliputi pelaksanaan tugas sesuai dengan
ketentuan-ketentuan yang ada di tempat kerja, serta
kejujuran dalam absensi yang sesuai dengan aktual
25

kehadirannya.
d. Kedisiplinan. Meliputi kedisiplinan datang dan
pulang kerja tepat pada waktunya, serta kepatuhan
terhadap tata tertib atau ketentuan-ketentuan yang
berlaku di tempat kerja.
e. Sopan santun. Meliputi perilaku menghargai terhadap
teman sejawat (rekan kerja), serta perilaku menghargai
terhadap teman-teman dalam satu tim.
f.Kerjasama tim. Meliputi kemampuan mencegah
kesalahpahaman saat bekerja tim, serta kemampuan
bekerjasama dalam satu tim.
g. Sikap. Meliputi kebersihan dan kerapihan dalam
penampilan, serta kemampuan bertindak cekatan.
h. Ketelitian. Meliputi kemampuan tidak melakukan
kesalahan berulang kali, serta kemampuan
menyelesaikan tugas dengan teliti
i.Profesionalisme. Meliputi kemampuan melaksanakan
tugas dengan tenang, serta perilaku menjaga rahasia
perusahaan.
26

BAB 4
KESIMPULAN

4.1 Etika Profesi


Sebagai seorang direktur seharusnya selalu berpegang dengan
prinsip dan kode etik dalam etika profesi yang berlau. Ketika
memang dia harus menyampaikan SPT masa PPN masa pajak,
maka seharusnya membuat faktur pajak yang berdasarkan
transaksi ekonomi yang sebenarnya bukannya malah berbuat
kecurangan dengan melakukan penipuan.
Dari kasus diatas juga dapat disimpulkan bahwa terjadi
pelanggaran terhadap salah satu prinsip standar teknis. Dimana
dalam standar teknis setiap anggota harus melaksanakan jasa
profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan standar
professional yang relevan, sesuai dengan keahliannya dan dengan
berhati-hati.
Anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan
dari penerimaan jasa selama penugasan tersebut sejalan dengan
prinsip integritas dan obyektivitas. Standar teknis dan standar
profesional yang harus ditaati oleh anggota adalah standar yang
dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), International
Federation Of Accountants, badan pengatur, dan peraturan
perundang-undangan yang relevan.

4.2 Tanggung Jawab Social Perusahaan


Tanggung jawab social perusahaan tidak hanya terbatas pada
konsep pemberian donor saja, tapi konsepnya sangat luas dan
tidak bersifat statis dan pasif, hanya dikeluarkan dari perusahaan
27

akan tetapi hak dan kewajiban yang dimiliki Bersama antara


stakeholders. Konsep Tanggung Jawab Social Perusahaan
melibatkan tanggung jawab kemitraan antara pemerintah,
Lembaga, sumber daya komunitas, juga komunitas local.
Kemitraan ini tidaklah bersifat pasif dan statis. Kemitraan ini
merupakan tanggung jawb bersama secara social antara
stakeholders. Konsep kedermawanan perusahaan dalam tanggung
jawab perusahaan secara social dengan stakeholders lainnya.
Tanggung jawab social perusahan pada dasarnya juga terkait
dengan budaya perusahaan yang dipengaruhi oleh etika
perusahaan yang bersangkutan. Budaya perusahaan terbentuk dari
para individu sebagai anggota perusahaan yang bersangkutan dan
biasanya dibentuk oleh system dalam perusahaan. System
perusahaan khususnya alur dominasi para pemimpin memegang
peranan penting dalam pembentukan budaya perusahaan,
pemimpin perusahaan dengan motivasi yang kuat dan etikanya
yang mengarah pada kemanusiaan akan dapat memberikan nuansa
budaya perusahaan secara keseluruhan.

4.3 Model Bisnis Modern Dan Persaingan Bisnis Dalam Islam


Pada saat ini teknologi semakn canggih dan berkembang sangat
pesat. Bisnis transportasi pun sudah mulai berinovasi dari
transportasi bersifat offline menjadi transportasi online yang
menggunakan teknologi internet dan menghadirkan layanan yang
banyak. Namun banyak juga persaingan seperti GOJEK dengan
bisnis transportasi online lainnya namun secara sehat dengan
melakukan promosi,potongan harga, dan iklan. dan juga terhadap
transportasi ojek pangkalan yang tidak sesuai dengan persaingan
bisnis dalam islam.

4.4 Budaya Organisasi Dan Etos Kerja Muslim


Jadi kesimpulan yang dapat diambil yaitu:
1. Budaya organisasi yang diterapkan oleh PT Toyota Motor
Manufacturing Indonesia termasuk kepada insan Akademi
Komunitas Toyota Indonesia adalah menghargai, kerja tim,
tantangan, kaizen, genchi genbutsu. Etos kerja karyawan lulusan
Akademi Komunitas Toyota Indonesia dikategorikan baik.
Mayoritas user atau kepala divisi merasa bahwa kinerja karyawan
lulusan Akademi Komunitas Toyota Indonesia adalah sangat baik.
28

2. Budaya organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap


etos kerja. Hal ini berarti semakin baik nilai budaya organisasi
yang diterapkan oleh karyawan, maka semakin baik juga etos
kerja karyawan lulusan Akademi Komunitas Toyota Indonesia.
3. Budaya organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kinerja. Hal ini menunjukkan semakin baik nilai budaya
organisasi yang diterapkan oleh karyawan, maka semakin baik
juga kinerja karyawan lulusan Akademi Komunitas Toyota
Indonesia. Etos kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kinerja. Hal ini menunjukkan semakin baik etos kerja karyawan,
maka semak
29

DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Kode_etik_profesi
https://news.detik.com/berita/d-3342607/kasus-pajak-direktur-di-semarang-
dihukum-7-bulan-penjara
http://eprints.umpo.ac.id/3999/3/BAB%20II.pdf
etheses.iankediri.ac.id
Wahjono, Sentot Imam-Yogyakarta-Graha ilmu,2010-Bisnis Modern
Aziza, Ayu and Popon Rabia Adawia”Analisis Perkembangan Industri
Transportasi Online di Era Disruptif (Studi kasus PT Gojek Indonesia)”
Cakrawala 18.2 (2018)
https://www.researchgate.net/publication/322498788_PELANGGARAN_P
ELAKSANAAN_TANGGUNG_JAWAB_SOSIAL_DAN_LINGKUNGA
N_PERSEROAN_TERBATAS_Studi_Kasus_PT_SumberAlfariaTrijayaTb
kPadaTahun_2015
https://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/89547/1/H17lnu.pdf
30

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai