Disusun Oleh :
2020/2021
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat,
karunia dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Perpajakan ll dengan pokok
bahasan mengenai “Pajak Restoran”. Kami juga berterima kasih kepada Bapak Afuan Fajrian
Putra, SE., M.Acc., Ak., CA. selaku dosen mata kuliah Perpajakan ll yang telah memberikan
tugas ini kepada kami dan membimbing kami sampai saat ini.
Semoga makalah ini dapat dipahami dan bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kami memohon maaf apabila terdapat kesalahan baik dari segi kata,
pengejaan maupun materi yang kami tuliskan. Kami berharap adanya kritik dan saran yang
bersifat membangun agar kedepannya kami bisa menyusun makalah lebih baik lagi.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..........................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................................2
1.3 Tujuan..............................................................................................................................2
BAB II.............................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.............................................................................................................................3
2.1 Pajak Daerah...................................................................................................................3
2.1.1 Ciri-Ciri Pajak Daerah............................................................................................3
2.1.2 Fungsi Pajak Daerah...............................................................................................3
2.2 Jenis – JenisPajak Daerah..............................................................................................4
2.2.1 Pajak Bea Balik Nama Kendaraan........................................................................4
BAB lll...........................................................................................................................................10
PENUTUP....................................................................................................................................10
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
daerah otonom mampu berotonomi, adalah daerah otonom harus memiliki kewenangan
dan kemampuan untuk menggali sumber-sumber keuangan sendiri, sedangkan
ketergantungan pada bantuan pemerintah pusat harus seminimal mungkin, sehingga
Pendapatan Asli Daerah (PAD) harus menjadi bagian terbesar dari pendapatan keuangan
daerah. Pendapatan Asli Daerah (PAD) berperan penting dalam rangka pembiayaan
pembangunan suatu daerah, dan Pajak Daerah merupakan salah satu sumber dari
Pendapatan Asli Daerah (PAD) itu sendiri. Jadi, agar Pemerintah Daerah tetap dapat
melakukan kegiatan pembangunan, maka mereka harus mampu memaksimalkan sumber-
sumber dari penerimaan daerah tersebut salah satunya adalah dari pajak daerah.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari
sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Besarnya persentase PAD
terhadap total pendapatan daerah menunjukan besarnya sumbangan PAD daerah terhadap
total pendapatan daerah. Semakin besar persentase PAD terhadap total pendapatan
maupun terhadap total belanja, sangat diharapkan dalam rangka pelaksanaan
penyelenggaraan otonomi daerah. Pendapatan Asli Daerah sendiri terdiri dari Pajak
Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan, dan
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu pajak daerah
2. Untuk mengetahui jenis-jenis pajak daerah
3. Untuk mengetahui cara menghitung pajak terutang pajak daerah
2
BAB II
PEMBAHASAN
Berikut ini ciri-ciri pajak daerah yang membedakannya dengan pajak pusat:
a) Pajak daerah bisa berasal dari pajak asli daerah atau pajak pusat yang
diserahkan ke daerah sebagai pajak daerah.
b) Pajak daerah hanya dipungut di wilayah administrasi yang dikuasainya.
c) Pajak daerah digunakan untuk membiayai urusan/pengeluaran untuk
pembangunan dan pemerintahan daerah.
d) Pajak daerah dipungut berdasarkan Peraturan Daerah (PERDA) dan
Undang-undang sehingga pajaknya dapat dipaksakan kepada subjek
pajaknya.
Sebagaimana halnya dengan pajak pusat, pajak daerah mempunyai peran penting
dalam pelaksanaan fungsi negara/pemerintahan, baik dalam fungsi mengatur
(regulatory), penerimaan(budgetory), redistribusi (redistributive), dan alokasi
sumber daya (resource allocation) maupun kombinasi antara keempatnya. Pada
umumnya fungsi pajak daerah lebih diarahkan untuk alokasi sumber daya dalam
rangka penyediaan pelayanan kepada masyarakat, di samping fungsi regulasi
untuk pengendalian.
Fungsi pajak daerah dapat dibedakan menjadi 2 (dua) fungsi utama, yaitu fungsi
budgetory dan fungsi regulatory. Namun, pembedaan ini tidaklah dikotomis.
3
a.) Fungsi Penerimaan (Budgetair)
Fungsi yang paling utama dari pajak daerah adalah untuk mengisi kas daerah.
Fungsi ini disebut fungsi budgetair yang secara sederhana dapat diartikan
sebagai alat pemerintah daerah untuk menghimpun dana dari masyarakat
untuk berbagai kepentingan pembiayaan pembangunan daerah. Fungsi ini juga
tercermin dalam prinsip efisiensi yang menghendaki pemasukan yang sebesar-
besarnya dengan pengeluaran yang sekecil-kecilnya dari suatu
penyelenggaraan pemungutan pajak daerah.
b.) Fungsi Pengaturan (Regulerend)
Fungsi lain dari pajak daerah adalah untuk mengatur atau regulerend. Dalam
hal ini pajak daerah dapat digunakan oleh pemerintah daerah sebagai
instrumen untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Dalam hal ini, pengenaan
pajak daerah dapat dilakukan untuk mempengaruhi tingkat konsumsi dari
barang dan jasa tertentu.
Menurut Marihot
(2014), Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor adalah pajak atas penyerahan hak
milik kendaraan bermotor sebagai akibat perjanjian dua pihak atau perbuatan
sepihak atau keadaan yang terjadi karena jual beli, tukar menukar, hibah, warisan,
atau pemasukan ke dalam badan usaha. Kendaraan bermotor adalah semua
kendaraan beroda beserta gandengannyayang digunakan di semua jenis jalan
4
darat, dan digerakkan oleh peralatan teknik berupa motor, atau peralatan lainnya
yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energy tertentu menjadi
tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan, termasuk alat-alat berat dan
alat-alat besar yang dalam operasinya menggunakan roda dan tidak melekat
secara permanen.
Sedangkan menurut Pajak Daerah Nomor 9 Tahun 2010, tentang Bea Balik
Nama Kendaraan Bermotor, Bea Balik Kendaraan Bermotor adalah pajak atas
penyerahan hak milik kendaraan bermotor sebagai akibat perjanjian dua pihak
atau perbuatan sepihak atau keadaan terjadi karena jual beli, tukar menukar,
hibah, warisan, atau pemasukan kedalam badan usaha.
5
B.) Objek BBNKB
a.) Objek BBNKB Objek pajak BBNKB adalah penyerahan kepemilikan
kendaraan bermotor. Penyerahan kepemilikan kendaraan bermotor
merupakan penyerahan hak milik kendaraan bermotor sebagai akibat
perjanjian dua pihak atau perbuatan sepihak atau keadaan yang terjadi karena
jual beli, tukar menukar, hibah, warisan, atau pemasukan ke dalam badan
usaha. Termasuk dalam pengertian kendaraan bermotor yang atas penyerahan
kepemilikan atasnya merupakan objek pajak adalah kendaraan bermoor
beroda beserta gandengannya, yang dioperasikan di semua jenis jalan darat
dan kendaraan bermotor yang dioperasikan di air dengan ukuran kotor GT 5
(lima Gross Tonnage) sampai dengan GT 7 (tujuh Gross Tonnage).
Penguasaan kendaraan bermotor melebihi dua belas bulan dapat dianggap
sebagai penyerahan kepemilikan kendaraan bermotor. Penguasaan kendaraan
bermotor melebihi dua belas bulan yang dapat dianggap sebagai pnyerahan
kepemilikan kendaraan bermotor tidak termasuk penguasaan kendaraan
bermotor karena perjanjian sewa beli. Termasuk dalam pengertian
penyerahan kendaraan bermotor adalah pemasukan kendaraan bermotor dari
luar negreri untuk dipakai secara tetap di Indonesia, kecuali dalam keadaan di
bawah ini :
Penyerahan kendaraan bermotor untuk dipakai sendiri oleh orang pribadi
yang bersangkutan
Penyerahan kendaraan bermotor untuk diperdagangkan.
Penyerahan kendaraan bermotor untuk dikeluarkan kembali dari wilayah
pabean Indonesia. Pengecualian ini tidak berlaku apabila selama tiga tahun
berturut-turut tidak dikeluarkan kembali dari wilayah pabean Indonesia.
Penyerahan kendaraan bermotor digunakan untuk pameran, penelitian,
contoh, dan kegiatan olahraga bertaraf internasional.
b.) Bukan Objek BBNKB.
Pada BBNKB tidak semua penyerahan kepemilikan kendaraan bermotor
dikenakan pajak. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Pasal
6
3 ayat 3, dikecualikan dari pengertian kendaraan bermotor yang penyerahan
kepemilikan atasnya menjadi objek pajak BBNKB adalah : Kereta api;
kendaraan bermotor yang semata-mata digunakan untuk keperluan pertahanan
dan keamanan Negara; kendaraan bermotor yang dimiliki dan atau dikuasai
kedutaan, konsulat, perwakilan Negara asing dengan asas timbal balik dan
lembaga-lembaga internasional yang memperoleh fasilitas pembebasan pajak
dari pemerintah pusat; dan objek pajak lainnya yang ditetapkan dalam
peraturan daerah.
Pada BBNKB, subjek pajak adalah orang pribadi atau badan yang menerima
penyerahan kendaraan bermotor. Sementara itu, yang menjadi wajib pajak
adalah orang pribadi atau badan yang menerima penyerahan kendaraan
bermotor. Jika wajib pajak berupa badan, kewajiban perpajakannya diwakili
oleh pengurus atau kuasa badan tersebut. Dengan demikian, pada BBNKB
subjek pajak sama dengan wajib pajak, yaitu orang pribadi atau badan yang
menerima penyerahan kendaraan bermotor. Dalam menjalankan kewajiban
perpajakannya, wajib pajak dapat diwakili oleh pihak tertentu yang
diperkenankan oleh undang-undang dan peraturan daerah tentang BBNKB.
Wakil wajib pajak bertanggung jawab secara pribadi dan atau secara
tanggung renteng atas pembayaran pajak terutang. Selain itu, wajib pajak
dapat menunjukkan seorang kuasa dengan surat kuasa khusus untuk
menjalankan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya.
7
Bermotor. NJKB ditetapkan dengan keputusan gurbernur berdasarkan tabel
yang ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri. Dalam hal NJKB belum
ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri, gurbernur menetapkan NJKB dengan
keputusan gurbernur, yang selanjutnya dilaporkan kepada Menteri Dalam
Negeri.
2. Tarif BBNKB
Tarif BBNKB ditentukan berdasarkan tingkat penyerahan objek pajak yang
terjadi dan jenis kendaraan bermotor yang diserahkan. Tingkat penyerahan
kendaraan bermotor meliputi penyerahan pertama (yang berarti kendaraan
baru) serta penyerahan kedua dan selanjutya (yang berarti penyerahan atas
kendaraan bekas). Jenis kendaraan yang diserahkan meliputi kendaraan
bermotor yang menggunakan jalan umum dan kendaraan bermotor alat-alat
berat dan alat-alat besar yang tidak menggunakan jalan umum. Besaran tarif
BBNKB ditetapkan dengan peraturan daerah.
Berdasarkan Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 23 Tahun 2015 tarif
Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor ditetapkan sebesar 20% (dua puluh
persen). Sedangkan pada kepemilikan kedua dan seterusnya dikenakan tarif
progresif yaitu sebagai berikut
a. kepemilikan kendaraan pertama 1,5%;
b. kepemilikan kedua 2%;
c. kepemilikan ketiga 2,5%
d. kepemilikan keempat dan seterusnya 4%
Pajak progresif diterapkan bagi kendaraan bermotor pribadi baik roda dua dan
roda empat dengan pemilik dan alamat tempat tinggal yang sama.
3. Perhitungan BBNKB
Besaran pokok BBNKB yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif
pajak dengan dasar pengenaan pajak. Secara umum perhitungan BBNKB
adalah sesuai dengan rumus berikut.
= 20% x 150.000.000
= Rp 30.000.000
Jadi untuk mobil kedua Tuan Budi berlaku progresif yaitu sebesar 2.400.000
dan dengan BBNKB sebesar Rp 30.000.000
E.) Saat Terutang Pajak, Masa Pajak, dan Wilayah Pemungutan BBNKB
Pajak yang terutang merupakan BBNKB yang harus dibayar oleh wajib pajak
pada suatu saat, dalam masa pajak, atau dalam tahun pajak menurut ketentuan
Peraturan Daerah tentang Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor yang
ditetapkan oleh pemerintah daerah provinsi setempat. Saat terutang dalam
masa pajak terjadi pada saat penyerahan kendaraan bermotor.
BBNKB yang terutang dipungut di wilayah provinsi tempat kendaraan
bermotor didaftarkan. Hal ini terkait dengan kewenangan pemerintah provinsi
yang hanya terbatas atas kendaraan bermotor yang terdaftar dalam lingkup
wilayah administrasinya. Apabila terjadi pemindahan kendaraan bermotor
dari satu daerah ke daerah lain, wajib pajak yang bersangkutan harus
memperlihatkan bukti pelunasan BBNKB di daerah asalnya berupa surat
ketetapan fiscal antar daerah
9
BAB lll
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pajak merupakan iuran wajib dari rakyat kepada negara sebagai wujud peran serta
dalam pembangunan, yang pengenaannya didasarkan pada undang-undang dan tidak
mendapat imbalan secara langsung, serta dapat dipaksakan kepada mereka yang
melanggarnya. Sejalan dengan penjelasan diatas, UU N0. 28 Tahun 2009 tentang PDRD,
sebagai pengganti dari UU N0. 18 Tahun 1997 sebagaimana telah diubah dengan UU No.
34 Tahun 2000 juga lebih mempertegas pengertian pajak dalam tataran pemerintahan
yang lebih rendah (daerah).
Pajak daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari
sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Besarnya persentase PAD
terhadap total pendapatan daerah menunjukan besarnya sumbangan PAD daerah terhadap
total pendapatan daerah. Semakin besar persentase PAD terhadap total pendapatan
maupun terhadap total belanja, sangat diharapkan dalam rangka pelaksanaan
penyelenggaraan otonomi daerah. Pendapatan Asli Daerah sendiri terdiri dari Pajak
Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan, dan
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah.
Berdasarkan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah terdapat 5 (lima) jenis pajak provinsi dan 11 (sebelas) jenis
pajak kabupaten/kota yaitu
10
Jenis Pajak Yang dikelola Oleh Provinsi
1. Pajak Kendaraan Bermotor (Pasal 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2009).
2. Bea Balik Nama Kendaraan Bermoto(Pasal 1 Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2009).
3. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (Pasal 1 Undang-Undang Nomor
28 Tahun 2009).
4. Pajak Air Permukaan(Pasal 24 Undang-Undang nomor 28 Tahun 2009).
5. Pajak Rokok(Pasal 29 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009)
11
DAFTAR PUSTAKA
https://www.online-pajak.com/tentang-pajak-pribadi/pajak-daerah
https://www.online-pajak.com/tentang-pajak/pajak-restoran
https://mkri.id/index.php?page=web.Berita&id=9907
12