Anda di halaman 1dari 19

TUGAS KELOMPOK 1

PRINSIP DASAR ETIKA ISLAM


Makalah ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Etika Bisnis
Dosen Pengampu: Hidayat, SE,M.Pd,M.Ak

Desy Nurhayati 2017113350011


Elka Dwi Sinta Pramessinta 2017113350010
Isti Damayanti 2017113350015
Oman Arsat Dwi Prakoso 2017113350008
Prayogi Laksonowati 2017113350004

INSTITUT TEKNOLOGI DAN BISNIS AHMAD DAHLAN


JAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, serta tak luput penulis
mengucapkan terima kasih kepada bapak Hidayat, SE, M.Pd, M.Ak selaku dosen
sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas
dari mata kuliah Etika Bisnis Dan Profesi dengan judul “Prinsip Dasar Etika
Islam”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Demikian kata pengantar ini penulis ucapkan, semoga makalah ini dapat
bermanfaat. Terima kasih.

Jakarta, 10 April 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................i


DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii
BAB I .........................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang..................................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................... 2
1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................................ 2
1.4. Manfaat Penelitian.............................................................................................. 2
BAB II .........................................................................................................................3
2.1. Etika Menurut Islam ............................................................................................ 3
2.2. Sumber Etika Islam.............................................................................................. 4
2.3. Kerangka Teori Etika Islam .................................................................................. 6
BAB III ...................................................................................................................... 14
3.1. Kesimpulan .................................................................................................... 14
3.2. Saran ............................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Etika dalam perkembangannya di era modernisme seperti sekarang ini


menempati posisi yang sangat penting dalam kehidupan, seakan nilai etika
semakin luntur atau bahkan kalau boleh dibilang mulai hilang. Kecenderungan
masyarakat untuk berlaku bebas seakan sudah mewabah disetiap lini kehidupan.
Ketika membicarakan masalah etika, secara sepintas orang tentu akan
berfikir mengenai norma dan aturan yang berlaku di tengah masyarakat.dimana
masyarakat ketika dihadapkan dengan arus teknologi yang sarat akan nilai-nilai
negatif, cenderung mengarahkan kehidupan kepada nilai-nilai keagamaan yang
penuh akan nilai-nilai etik. Dalam Islam, Etika atau yang lebih sering disebut
sebagai akhlak merupakan salah satu dari tiga elemen dasar Islam selain Aqidah
dan Syariah. Rasulullah SAW dalam kehidupannya menjadikan sebuah tauladan
dalam penerapan etika.
Islam merupakan aturan integral yang mencakup seluruh aspek
kehidupan manusia, dan menjadi penuntun untuk semua aktivitas manusia termasuk
kegiatan ekonomi dan bisnis. Konsep bisnis dalam islam mencakup konsep
kekayaan dan pendapatan yang merupakan milik Tuhan serta manusia hanya
milikNya. Sebagai konsekuensinya, setiap muslim memiliki tanggung jawab untuk
mendirikan keadilan dan kejujuran di masyarakat, dan tidak bertindak sesuka hati
seperti melakukan penipuan, pencurian ataupun tindakan lainnya yang
menyebabkan hilangnya nilai moral luhur dan sikap profesional yang telah
diberikan.

1
1.2.Rumusan Masalah
Adapun beberapa rumusan masalah dalam makalah ini, yaitu:
1. Bagaimana padangan etika menurut islam?
2. Apa saja sumber etika menurut islam?
3. Bagaimana kerangka teori etika menurut islam?

1.3.Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah diatas maka berikut tujuan dari penulisan makalah
ini:
1. Untuk mengetahui pandangan etika menurut islam
2. Untuk mengetahui sumber etika menurut islam
3. Untuk mengetahui kerangka teori etika menurut islam

1.4.Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini bagi penulis yaitu dapat memahami lebih
jauh mengenai prinsip dasar dalam islam. Manfaat lain dari penelitian ini yaitu
menambah wawasan pembaca mengenai prinsip dasar dalam islam.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1.Etika Menurut Islam


Pengertian Etika Islam
Etika berasal dari bahasa Yunani kuno yakni ethos adalah artinya
adalah adat kebiasaan. Dalam bahasa arab etika islam sama artinya dengan
akhalk jamak dari khulukun yang berati budi pekerti, Perangi, tingkahlaku
atau tabiat. Etika menurut bahasa mempunyai beberapa makna yang
komprehensif antara teori dan praktek, yaitu kesusilaan, adat tingkahlaku
dan ungkapan perasaan batin. Namun secara umum etika adalah sepadan
dengan moral yang keduanya merupakan filsafat tentang adat kebiasaan,
yang merupakan cara perilaku manusia.
Seperti disebutkan di atas dalam islam Etika diistilahkan dengan akhlak
yang berasal dari bahasa Arab Al akhlak (Al-khuluq) yang berati budi
pekerti, tabiat atau watak. Dalam al-quran disebutkan bahwa
“sesungguhnya engkau Muhammad berada di atas budi pekerti yang
agung”. Oleh karena nya Etika dalam Islam sangat identik dengan Ilmu
akhlak, yang merupakan ilmu tentang keutamaan dan bagaimana cara
mendapatkannya agar manusia terbebas dari padanya.
Etika dalam Islam merupakan misi kenabian yang paling utama setelah
pengesaan Allah Swt. (al-tauhid). Dalam hal ini Rasulullah Saw. pernah
bersabda : “Bahwasa nya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang
baik”. Dalam tataran khazanah keilmuwan Islam kaitan filsafat dengan etika
biasanya disebut dengan filsafat praktis. Ia menempati bagian penting dalam
diskursus pemikiran Islam klasik. Filsafat praktis itu sendiri berbicara
tentang segala sesuatu bagaimana seharusnya, yang berdasar kepada filsafat
teoretis, yakni pembahasan tentang segala sesuatu sebagaimana adanya.
Kajian tentang etika memiliki keunikan tersendiri dan disiplin ilmu yang
berdiri sendiri. Sehingga gairah para ilmuwan muslim untuk membahas

3
lebih terperinci pada bidang ilmu yang sangat krusial dalam Islam ini dan
melahirkan banyak karya yang dapat dijadikan sumber rujukan primer
maupun sekunder.
Beberapa pendapat dari para ulama mengenai akhlak:
1. Ibnu Maskawih mengatakan bahwa akhlak adalah keadaan jiwa yang
mendorong ke arah melakukan perbuatan tanpa memikirkan (lebih
lama). (Mahjudin, 2009: 3).
2. Al-Qurthubi mengatakan bahwa perbuatan yang bersumber dari diri
manusia yang selalu dilakukan, maka itulah yang disebut akhlak karena
perbuatan tersebut bersumber dari kejadiannya. (Al-Qurthubi, 1913:
6706)
3. Imam Al-Ghazali mengatakan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam
dalam jiwa (manusia) yang melahirkan tindakan-tindakan mudah dan
gampang tanpa memerlukan pemikiran ataupun pertimbangan. (Al-
Ghazali, tt: 53)
4. Abu Bakar jabir Al-Jaziry mengatakan akhlak adalah bentuk kejiwaan
yang tertanam dalam diri manusia yang dapat menimbulkan perbuatan
baik dan buruk, terpuji dan tercela. (Al-Jaziri, 1976: 154)

2.2.Sumber Etika Islam


Sumber etika Islam adalah al Qur‟an dan as-Sunnah. Sebagai sumber etika
Islam, al-Qur‟an dan as Sunnah menjelaskan bagaimana cara berbuat baik. Kedua
sumber etika Islam itu berfungsi sebagai pedoman umat untuk mengetahui
bagaimana cara-cara berbuat baik sesuai dengan apa yang telah disampaikan
ataupun dicontohkan langsung dari Rasulullah melalui tingkah laku beliau yang
mengacu langsung dari al-Qur‟an. Itulah yang menjadi landasan dan sumber dari
ajaran Islam secara keseluruhan sebagai pola hidup dan menetapkan mana yang
baik dan mana yang buruk. (Abdullah, 2006).

Al-Qur‟an juga berfungsi sebagai pembenar dan penguji kitab kitab suci
agama yang lain dan juga memuat konsep-konsep dan prinsipprinsip etik yang

4
bertujuan untuk menghasilkan sikap-sikap yang benar bagi tindakan manusia, baik
dalam tindakan politik, sosial, ekonomi dan terutama dalam perdangan. (Aziz,
2003). Di dalam ranah perdagangan saja kita lihat bahwa di situ seseorang
dituntut untuk selalu ramah tamah ketika melakukan interaksi antar pembeli dan
penjual, sebagaimana telah dicontohkan oleh Rasulullah untuk selalu jujur di
dalam menimbang barang, mengisi harga jual dan mengambil keuntungan yang
sesuai dengan harga telah ditentukan. Bukankah di sini telah mencerminkan sikap
atau perilaku kita terhadap sesama yang mana telah dicontohkan langsung oleh
Rasulullah untuk membentuk akhlak yang sesuai dengan perintah
langsung dari al Qur‟an dan as-Sunnah. Maka di sini juga al-Qur‟an pun turut
andil menentukan hukum-hukum bagi mereka yang curang atau merugikan orang
lain didalam melakukan perdagangan.

Fazlur Rahman menyatakan bahwa semangat dasar al-Qur‟an adalah


semangat moral, dengan landasan monotheisme untuk terwujudnya keadilan
sosial. Hukum moral adalah abadi, ia adalah perintah Allah. Manusia tak dapat
membuat atau memusnahkan hukum moral, ia harus menyerahkan diri kepadanya.
Penyerahan ini dinamakan Islam dan implementasinya dalam kehidupan disebut
ibadah atau pengabdian kepada Allah. Karena penekanan alQur‟an terhadap
hukum moral lah hingga Allah di dalam al-Qur‟an tampak bagi banyak orang
terutama sebagai Tuhan keadilan. (Rahman, 2010).

Al-Qur‟an adalah suatu ajaran yang bertujuan terutama untuk


menghasilkan moral yang benar bagi tindakan manusia. Tindakan yang benar,
apakah tindakan politik, keagamaan atau sosial, dipandang alQur‟an sebagai
ibadah atau pengabdian kepada Allah. Karena itu al-Qur‟an mengutamakan
semua penekanan-penekanan moral dan faktor-faktor psikologis yang melahirkan
kerangka berpikir yang benar bagi tindakannya. Al Qur‟an memperingatkan ]
manusia terhadap kesombongan dan rasa cukup diri, yakni humanisme murni di
satu pihak, dan putus asa serta hilang semangat hidup. (Rahman, 2010). Hadits
Rasulullah SAW merupakan pedoman yang kedua setelah al-Qur‟an yang
meliputi perkataan dan tingkah laku beliau. Hadits juga dipandang sebagai

5
lampiran penjelasan dari al-Qur‟an terutama dalam masalah-masalah yang
tersurat pokok-pokoknya saja. Jadi telah jelas bahwa al-Qur‟an dan as-Sunnah
Rasul adalah pedoman hidup yang menjadi asas bagi setiap muslim, maka
teranglah keduanya merupakan sumber etika Islam. Dasar etika Islam yang
dijelaskan dalam al-Qur‟an adalah sebagai berikut: Di dalam al-Qur‟an surah
AlAhzab ayat 21 dikatakan “sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri
teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yangmengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS. Al Ahzab [33]:
21). Dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang
agung.

Tentang akhlak pribadi Rasulullah SAW dijelaskan pula oleh Aisyah r,a.
Diriwayatkan oleh Imam Muslim. Dari Aisyah r.a. berkata, “sesungguhnya akhlak
Rasulullah itu adalah al-Qur‟an”. (HR.Muslim). Hadits Rasulullah meliputi
perkataan dan tingkah laku beliau, merupakan sumber akhlak yang kedua setelah
alQur‟an segala ucapan dan prilaku beliau senantiasa mendapat bimbingan dari
Allah SWT. (Nasrul, 2015).

2.3.Kerangka Teori Etika Islam


1. Pengertian Etika Islam
Sebagaimana yang sudah dijelaskan sebelumnya terkait pengertian etika
Islam dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa etika bisnis Islam
adalah suatu kebiasaan atau budaya moral yang berkaitan dengan
kegiatan bisnis suatu perusahaan seperangkat nilai tentang baik, buruk
benar, salah dan halal haram dalam dunia bisnis berdasarkan pada
prinsip-prinsip moralitas yang sesuai dengan syariah. Karakteristik
standart etika bisnis Islami yaitu :

1) Harus memperhatikan tingkah laku dari konsekuensi serius untuk


kesejahteraan manusia.

2) Memperhatikan validitas yang cukup tinggi dari bantuan atau


keadilan. Etika untuk berbisnis secara baik dan fair dengan

6
menegakkan hukum dan keadilan secara konsisten dan konsekuen
setia pada prinsip-prinsip kebenaran, keadaban dan bermartabat.

a) Karena bisnis tidak hanya bertujuan untuk profit saja, namun


perlu mempertimbangkan nilai-nilai manusiawi, apabila tidak
akan mengorbankan hidup banyak orang, sehingga masyarakat
pun berkepentingan agar bisnis dilaksanakan secara etis.

b) Bisnis dilakukan diantara manusia yang satu dengan manusia


yang lainnya, sehingga membutuhkan etika sebagai pedoman dan
orientasi bagi pengambilan keputusan, kegiatan dan tindak
tunduk manusia dalam berhubungan (bisnis) satu dengan yang
lainnya.

c) Bisnis saat ini dilakukan dalam persaingan yang sangat ketat,


maka dalam persaingan bisnis tersebut orang yang bersaing
dengan tetap memperhatikan norma-norma etis pada iklim yang
semakin profesional justru akan menang. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa pengertian bisnis Islami tersebut selanjutnya
dijadikan sebagai kerangka praktis yang secara fungsional akan
membentuk suatu kesadaran beragama dalam melakukan setiap
kegiatan ekonomi (religiousness economy practical guidance).

2. Aktivitas Dan Etika Bisnis Islam Dalam melakukan segala aktivitas


terutama dalam bentuk kegiatan usaha ada etika yang mengatur. Sehingga
dalam kegiatan tersebut dapat menimbulkan keharmonisan dan
keselarasan antar sesama. Begitu juga dalam dunia bisnis tidak lepas dari
etika bisnis. Etika bisnis merupakan aturan yang sangat mengatur tentang
aktifitas bisnis.

• Adapun aktifitas dan etika bisnis Islam adalah sebagai berikut :

1) Pembisnis harus jujur (shiddiq) Shiddiq adalah berkata benar.


Jujur terhadap diri sendri, makhluk lain dan sang pencipta.
Tanpa kejujuran semua hubungan termasuk hubungan bisnis

7
tidak akan berjalan lama. Padahal dalam prinsip berbisnis
interaksi yang memberikan keuntungan sedikit tetapi
berlangsung berkali-kali lebih baik dari pada untung banyak
tetapi hanya sekali, dua kali atau tiga kali. Jujur merupakan
motivator yang abadi dalam budi pekerti dalam perilaku
seorang pembisnis muslim. Karena sebagai salah satu sarana
untuk memperbaiki amalnya dan sarana untuk bisa masuk
surga.

2) Amanah

Islam mewajibkan pembisnis untuk mempunyaisikap


amanah terhadap dirinya sendiri dan orang lain apalagi tidak
boleh meremehkan hak orang yang memberikan amanah. Karena
amanah merupakan tanggung jawab yang besar yang lebih berat
dari seluruh yang ada didunia ini.

3) Adil

Islam sangat menganjurkan untuk berbuat adil dalam


berbisnis dan melarang berbuat curang. Kecurangan dalam
berbisnis pertanda kehancuran bisnis tersebut karena kunci
keberhasilan bisnis adlah keadilan. Bersikap adil dalam transaksi
jual beli berdampak baik kepada hasil jualannya karena konsumen
akan merasakan kenyamanan dan tidak ada yang di lebihka serta
dirugikan

• Adapun beberapa distorsi atau kecurangan dalam pasar


perspektif Islam yaitu :

1) Rekayasa penawaran dan rekayasa permintaan

Rekayasa terjadi ketika pembeli menciptakan permintaan


palsu seolah - olah terdapat banyak permintaan terhadap
suatu produk sehingga harga jual beli produk itu akan

8
naik. Hal ini bisa ditemukan misalnya dalam bursa valas dan
yang lainnya. Sedangkan rekayasa penawaran (flash
demand) atau lebih dikenal dengan ikhtiar. Ikhtiar disini
adalah penimbunan barang yang akan dijual yang mana
barang tersebut sedang dibutuhkan oleh masyrakat dari
sirkulasi pasar dalam satu masa tertentu sampai kemudian
barang tersbut akan semakin mahal. Ketika harga mahal
maka barang tersebut akan dijual.

2) Penipuan

Setiap transaksi di dalam Islam harus didasarkan pada


prinsip kerelaan antara kedua belah pihak. Mereka harus
mempunyai informasi tentang barang yang diperdagangkan, baik
dari segi kualitas, kauntitas harga jual dan waktu serah terima.
Sehingga tidak ada yang merasa dirugikan di dalam hal ini, dan
tidak ada pihak yang meras dicurangi. Karena Islam tidak
memaksa seorang untuk menjual ataupun membeli suatu barang
karena unsur pemaksaan adalah suatu hal yang sangat dilarang.
Agar tidak merugikan pihak-pihak tertentu.

3) Kerancauan

Kerancauan atau yang biasa di sebut gharar juga mengambil


empat bentuk yang menyangkut kualitas, harga, dan waktu
penyerahan barang. Jual beli gharar yaitu segala jenis jual beli
dengan menipu pihak lain.

• Konsep Al-Qur’an Bisnis yang Beretika

Terintegrasinya etika Islam dalam bisnis telah menciptakan suatu


paradigma bisnis dalam sistem etika bisnis Islam. Poaradigma
bisnis dalam sistem etika bisnis Islam. Paradigma bisnis
adalah gugusan pikir atau cara pandang tertentu yang dijadikan
sebagi landasan bisnis baik sebagai aktifiats maupun entitas.

9
Paradigma bisnis Islam di bangun dan dilandasi oleh faktor-
faktor berikut:

1) Kesatuan Konsep kesatuan disini adalah kesuatuan


sebagaimana dalam konsep tauhid yang memadukan
keseluruhan aspek-aspek kehidupan muslim, baik dalam
ekonomi, politik, sosial, maupun agama. Tauhid hanya
dianggap sebagai keyakinan Tuhan hanya satu. Tetapi tauhid
adalah sistem yang harus dijalankan dalam mengelola
kehidupan ini. Berdasarkan konsep ini maka pelaku bisnis
dalam melakukan aktivitas bisnisnya tidak akan melakukan:

a. Diskriminasi antara pekerja, penjual, pembeli, mitra


kerja atas dasar pertimbangan ras, warna kulit, jenis
kelamin atau agama.

b. Terpaksa dipaksa melakukan praktik mal bisnis karena


hanya Allah lah yang semestinya ditakuti dan dicintai.

c. Menimbun kekayaan atau sereakah karena hakikatnya


kekayaan adalah amanat Allah.

2) Keseimbangan

Keseimbangan Dalam beraktivitas di dunia kerja dan bisnis,


Islam mengharuskan untuk berbuat adil. Pengertian adil
dalam Islam diarahkan agar hak orang lain harus di
tempatkan sebagaimana mestinya (sesuai dengan aturan
syariah). Karena orang yang adil lebih dekat dengan
ketakwaan. Bahwa keseimbangan hidup di dunia dan akhirat
harus diutamakan oleh para pembisnis muslim. Oleh
karenanya, konsep keseimbangan berarti menyerukan
kepada para pengusaha muslim untuk bisa merealisasikan
tindakan-tindakan (dalam bisnis) yang dapat menempatkan

10
dirinya dan orang lain dalam kesejahteraan duniawi dan
keselamatan akhirat.

3) Kehendak bebas Hal yang terkait dengan kemampuan


manusia untuk bertindak tanpa paksaan dari luar. Kehendak
bebas juga tidak terlepas dari posisi manusia sebagai
KhalifatuAllah di muka bumi. Manusia di beri kehendak
bebas untuk mengendalikan kehidupannya dengan tanpa
mengabaikan kenyataan sepenuhnya dan dituntun oleh
hukum yang telah di ciptakan oleh Allah swt. Kemudian dia
diberi kemampuan untuk berfikir dan membuat keputusan
untuk memilih apa jalan hidup yang diinginkan dan yang
paling penting untuk bertindak berdasarkan aturan apa yang
dipilih. Seperti halnya dalam bermuamalah, kebebasan dalam
menciptakan mekanisme pasar memang diharuskan dalam
islam dengan tidak ada pendzaliman, maysir gharar dan riba.
Dengan demikian, kebebasan berhubungan erat dengan
kesatuan dan kesetimbangan.

4) Pertanggung jawaban Dalam dunia bisnis


Pertanggungjawaban dilakukan kepada dua sisi yakni sisi
vertikal (kepada Allah swt) dan sisi horizontalnya kepada
sesama manusia. Seorang muslim harus meyakini bahwa
Allah selalu mengamati perilakunya dan akan harus di
pertanggungjawabkan semua tingkah lakunya kepada Allah
di hari akhirat nanti. Sisi horizontalnya kepada manusia atau
kepada konsumen. Tanggung jawab dalam bisnis harus di
tampilkan secara transparan (keterbukaan), kejujuran,
pelayanan yang optimal dan berbuat yang terbaik dalam
segala urusan.

11
5) Kebenaran, kebajikan dan kejujuran

Kebenaran adalah nilai yang dijadikan dasar dan tidak


bertentangan dengan ajaran Islam. Dalam konteks bisnis
kebenaran dimaksudkan sebagai niat, sikap dan perilaku
yang benar. Kebijakan adalah sikap yang baik dan yang
merupakan tindakan memberi keuntungan bagi orang lain.
Sedangkan kejujuran adalah sikap jujur dalam semua proses
bisnis yang dilakukan tanpa adanya penipuan. Dalam etika
bisnis Islam Terdapat sejumlah perbuatan yang dapat
menunjang para pembisnis muslim yaitu kemurahan hati,
motif pelayanan yang baik, dan kesadaran akan adanya Allah
swt dan aturan yang menjadi prioritas. Dalam pandangan
Islam sikap ini sangat dianjurkan dalam berbisnis. Dari sikap
kebenaran, kebijakan dan kejujuran maka suatu bisnis secara
otomatis akan melahirkan persaudaraan. Persaudaraan
kemitraan antara pihak yang berkepntingan dalam bisnis
yang saling menguntungkan tanpa adanya kegiatan dan
penyesalan sedikitpun. Dengan demikian kebenaran,
kebijakan dan kejujuran dalam semua proses bisnis akan
dilakukan secara transparan. Al Quran menegaskan agar
dalam bisnis tidak dilakukan yang mengandung kebatilan,
kerusakan, dan kedzaliman. Sebalinya harus dilakukan
dengan kesadaran dan sukarela.

6) Toleransi dan keramahan tamahan Dalam Islam berbisnis


tidak sekedar memperoleh keuntungan materi semata, tetapi
juga menjalin hubungan humoris yang pada gilirannya
menguntungkan kedua belah pihak, karena kedua belah pihak
harus mengedepankan toleransi. Ramah merupakan sifat
Muhammad Natadiwirya, Etika Bisnis Islam, (Jakarta :
Granada Press,2007) terpuji yang dianjurkan oleh agama

12
Islam untuk siapa saja dan kepada siapa saja. Dengan ramah,
maka banyak orang yang suka dan dengan ramah banyak pula
orang yang senang. Karena ramah merupakan bentuk aplikasi
dari kerendahan hati seseorang. Bentuk-bentuk toleransi dan
keramah-tamahan yaitu tidak menaikkan keuntungan yang
melampaui batas kewajaran menerima kembali dalam batas
tertentu barang yang dijualnya jika pembeli merasa tidak
puas dengannya. Oleh karena itu dengan bersifat ramah dan
toleransi dalam transaksi jual beli dapat membuat konsumen
sengan dan betah atau bahkan merasa tentram jika
bertransaksi.

7) Keterbukaan dan kebebasan Kesediaan pelaku bisnis untuk


menerima pendapat orang lain yang lebih benar serta
menghidupkan potensi dan inisiatif yang kreatif dan positif.
Tidak hanya dengan keterbukaan, seorang pembinsis
haruslah menjalin kerjasama dalam membagi beban dan
memikul tanggung jawab tanpa ada diskriminasi diantara
pelaku bisnis

13
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Bedasarkan penjabaran yang telah ditulis pada pembahasan diatas,maka
penulis dapat memberi kesimpulan bahwa Etika Islam diistilahkan dengan akhlak
yang berasal dari bahasa Arab Al akhlak (Al-khuluq) yang berati budi pekerti,
tabiat atau watak. Dalam al-quran disebutkan bahwa “sesungguhnya engkau
Muhammad berada di atas budi pekerti yang agung”. Oleh karena nya Etika
dalam Islam sangat identik dengan Ilmu akhlak, yang merupakan ilmu . Sumber
etika Islam adalah al Qur’an dan as-Sunnah. Sebagai sumber etika Islam, al-
Qur‟an dan as Sunnah menjelaskan bagaimana cara berbuat baik.

3.2.Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini jauh dari
kesempurnaan, untuk itu diharapakan saran serta masukan yang diperlukan
dengan harapan kedepan nya makalah ini dapat bermanfaat dengan baik sebagai
ilmu serta informasi untuk penulis dan pembaca.

14
DAFTAR PUSTAKA

Janna, Nilda Miftahul, Aryanti. 2020. Etika dalam Perspektif Islam. Sekolah Tinggi
Agama Islam (STAI) Darul Dakwah Wal-Irsyad (DDI) Kota Makassar, Indonesia.

Sutisna, Usman. 2020. Etika Belajar dalam Islam. 7(1), 49-58

Hardiono 2020. Sumber Etika Dalam Islam. Jurnal Al-Aqidah:Jurnal Ilmu Aqidah
Filsafat,12(2), 1-11

T Zakiyah. 2017. Etika Bisnis Dalam Islam.[Online] tersedia di http://repo.iain-


tulungagung.ac.id/7045/5/BAB%20II.pdf [diakses pada 10 April 2020]

15
16

Anda mungkin juga menyukai