Anda di halaman 1dari 5

Perbedaan Henti Nafas dan Henti Jantung

Peran dan tugas responder Kode Biru


Cara memanggil atau mengaktifkan Kode Biru
Tim Kode Biru (Blue Code Team)

Code blue merupakan kode gawat darurat yang digunakan di rumah sakit seluruh
dunia ketika seorang pasien membutuhkan pertolongan medis segera dikarenakan
henti nafas (respiratory arrest) atau henti jantung (cardiac arrest). Situasi code blue
mungkin akan terlihat mengerikan bagi siapapun yang terlibat, terutama bagi mereka
dengan pengalaman minim dalam dunia kegawatdaruratan medis. So, jika kamu
belum atau bahkan tidak mempunyai pengalaman mengenai keadaan code blue dan
ingin mempelajarinya, artikel ini sangatlah cocok untuk dibaca.

Kapan waktu yang tepat untuk memanggil Code Blue?


Ketika kamu mempunyai pasien yang tidak bisa bernafas ataupun detak jantungnya
berhenti, maka satu-satunya hal yang harus kamu lakukan adalah memanggil code
blue atau kode biru. Namun tentunya, sebelum memanggil code blue, kamu haruslah
melakukan pemeriksaan pasien terlebih dahulu. Cek denyut nadi (pulse) apakah
teraba (berdenyut) atau tidak, cek apakah pasien tersebut masih bernafas atau tidak.
Ketika nadi pasien tidak teraba atau pasien sudah tidak bernafas, atau jika kamu
merasa pasien tersebut keadaannya memburuk, maka panggilah code blue. Bahkan
jika pemeriksaan kamu ternyata salah, memanggil code blue tetaplah keputusan yang
terbaik daripada tidak sama sekali. Meskipun begitu, code blue mempunyai
pengecualian untuk pasien dengan order DNR.

Pasien dengan order DNR


Ketika kamu melakukan pemeriksaan kepada pasien dengan order DNR (Do Not Resuscitate)
yang dicurigai mengalami henti nafas atau henti jantung, dan ternyata hasil pemeriksaan
menunjukan bahwa pasien tersebut henti nafas dengan nadi tidak teraba, maka kamu tidak
harus memanggil code blue. Kenapa?
Pasien dengan order DNR mempunyai hak untuk tidak dilakukan cardiopulmonary
resuscitation (CPR) ataupun advanced cardiac life support (ACLS). Dan kewajiban kamu
adalah menghormati hak-hak pasien termasuk order DNR. Biasanya rumah sakit akan
memberikan gelang dengan tanda DNR untuk memastikan tenaga kesehatan bahwa pasien
tersebut merupakan pasien dengan order DNR.
Sebelum memanggil Code Blue, apa yang harus dilakukan?
Sebelum memanggil atau mengaktifkan Kode Biru (Code Blue), ada baiknya kamu
memahami peran dan tugas yang harus dilakukan ketika menemukan pasien dengan henti
jantung atau henti nafas.
Jika kamu merupakan orang yang pertama kali menemukan pasien dengan henti jantung dan
henti nafas, maka otomatis kamu menjadi seorang First Responder.
Apa tugas seorang First Responder? Menurut panduan dari American Heart Association,
berikut peran dan tugas Responder dalam Code Blue ;
Responder 1 ( First Responder )
Meminta bantuan
Tempatkan pasien di tempat yang datar
Cek nadi (biasanya di nadi karotis/leher)
Mulai CPR
Responder 2 ( Second Responder )
Membawa peralatan kegawatdaruratan
Mengamankan servikal pasien
Memberikan oksigen dengan amu bag atau pocket mask
Bergantian melakukan CPR dengan Responder 1
Responder 3 ( Third Responder )
Menyalakan AED/Defibrilator ketika nadi tidak teraba
Responder 4 ( Fourth Responder )
Pastikan cairan IV dan pengobatan emergency siap
Responder 5 ( Fifth Responder )
Mendokumentasikan Code Blue

Bagaimana cara yang benar mengaktifkan atau memanggil Code Blue?


Biasanya protokol pemanggilan Code Blue atau Kode Biru berbeda di setiap rumah sakit.
Namun pada intinya kita memberitahu Tim Code Blue ( Tim Kode Biru, Tim Reaksi Cepat)
bahwa ada pasien yang membutuhkan pertolongan segera.
1. Jika pasien berada di ruangan
Jika kamu sedang bertugas di bangsal dan menemukan pasien yang henti jantung atau henti
nafas, setelah memastikan keadaan tersebut segeralah telepon nomor Tim Code Blue
(biasanya menggunakan nomor-nomor yang mudah diingat seperti 222, 333, 444 dsb).
Penyampaian informasi via telepon tersebut harus memenuhi 2 syarat. Yang pertama harus
singkat, padat dan jelas. Yang kedua harus menggunakan kata sandi Code Blue atau Kode
Biru diikuti dengan menyebutkan lokasi/nama ruangan dan nomor kamar.
2. Jika pasien diluar ruangan
Jika kamu sedang berada di luar ruangan lalu kemudian tiba-tiba kamu melihat seseorang
yang jatuh pingsan, segera cek keadaan orang tersebut. Jika terjadi henti jantung / henti nafas,
segeralah mengaktifkan Code Blue / Kode Biru. Caranya? Gunakan format pemanggilan
dibawah ini ;
Kode biru 3x Ada pasien tidak sadar 3x di (sebutkan tempat kejadian) 3x Mohon
pertolongan 3x.
Apa yang terjadi ketika sedang dalam Code blue?
Ketika code blue dipanggil, situasi dengan cepat akan berubah. Tenaga kesehatan profesional
akan menuju ke tempat kejadian pasien dengan cepat dengan membawa banyak peralatan
life-saving. Biasanya, orang yang memanggil code blue perawat pasien akan memulai
tindakan CPR (resusitasi jantung paru) segera setelah memanggil code blue.
Ketika tim code blue datang, yang mana biasanya terdiri dari 1 dokter, 2 perawat critical-care,
dan beberapa spesialis lainya, dokter akan segera memimpin jalannya code blue, 2 orang
akan bergantian melakukan CPR, 1 orang melakukan intubasi jika dibutuhkan. Jika jantung
pasien berada dalam ritme shockable (bisa dilakukan defibrilasi), semua orang akan menjaga
jarak dari pasien ketika Defibrilator Eksternal (AED) akan dilakukan, AED diharapakan
mengubah ritme jantung kembali ke keadaan normal atau kembali ke rime jantung yang
efektif.
Terkadang, walaupun sudah dilakukan defibrilasi, keadaan jantung pasien tidak berubah.
Dalam kasus seperti ini, dokter akan memberikan advice untuk menyuntikan obat
Epinephrine untuk pasien dengan serangan jantung, Naloxone untuk membantu pasien yang
menderita depresi pernafasan akibat keracunan opiate, ataupun Atropine yang mana sering
digunakan dalam kasus-kasus sinus bradikardi simptomatik.
Apa saja profesi yang terlibat dalam Tim Kode Biru atau Code Blue Team?

Setiap rumah sakit mempunyai tim kode biru masing-masing dan tim tersebut biasanya terdiri
dari ;
1. Dokter

Berperan sebagai pemimpin tim kode biru

Mengarahkan manajemen medis tim kode biru

2. Perawat

Membantu apapun yang dibutuhkan tim

Memulai bantuan hidup dasar.

3. Perawat ICU

Berperan sebagai pemimpin tim sampai dokter tiba

Mengatur dan memonitor defibrillator dan irama jantung strip

Mengidentifikasi temuan dari EKG

Mengelola obat darurat seperti yang diarahkan

4. Apoteker

Siapkan obat darurat

Menghitung infus

Memastikan obat yang diberikan

5. Respiratory Therapist

Manajemen jalan nafas dan pernafasan

Membantu dalam intubasi

Mengamankan pengaturan ventilator mekanik

Melakukan AGD sesuai advis

(Biasanya tindakan Respiratory Therapist diambil alih oleh perawat)

6. Pengawas Klinis

Memfasilitasi komunikasi antara dokter dan keluarga pasien

Sterilisasi tempat kejadian (Bawa keluarga ke ruang tunggu)

Memfasilitasi transfer pasien ke ICU setelah Code Blue

Membantu perawat dalam pendokumentasian

Outcome CPR di rumah sakit


Meskipun telah melakukan segala cara untuk menyelamatkan kehidupan pasien dengan henti
jantung atau henti nafas, code blue rata-rata tidak berlangsung lama. Code blue biasanya
berakhir ketika pasien berhasil di resusitasi atau ketika dokter telah menyatakan kematian
pasien. Sayangnya meskipun upaya terbaik telah dilakukan, sebagian besar upaya resusitasi
tidak berhasil.
Sebuah penelitian yang tentang Survival Following In-Hospital CPR menemukan bahwa
hanya 30% pasien yang dinyatakan berhasil diresusitasi ketika code blue. Namun dari angka
tersebut, hanya 12% nya saja yang berhasil hidup lebih lama. Jelas, hasil ini menunjukan
bahwa CPR dalam code blue hampir tidak sesukses seperti yang terjadi didalam sinetron
dalam televisi. Bagi pasien dan tenaga kesehatan, hanya itulah satu-satunya cara yang dapat
dilakukan. Sisanya? Kembali kepada Yang Maha Kuasa.
So, pernahkah kamu memanggil code blue atau kode biru? Jika demikian, apa yang kamu
lakukan dan bagaimana rasanya? Yuk, jika berkenan bagikan cerita dan pengalaman kamu
dengan kami dan para pembaca kami dalam kolom komentar dibagian bawah artikel ini.
Kami tunggu ya!
Sumber
:
Standardization Emergency Codes Executive Summary (PDF). Washington State Hospital
Association. October 2008. Retrieved July 11, 2016.
2010 American Heart Association Guidelines for CPR and ECC. Circulation 2010; 122 (18).
Aufderheide T, et al. Standard cardiopulmonary resuscitation versus active
compressiondecompression cardiopulmonary resuscitation with augmentation of negative
intrathoracic pressure for out-of-hospital cardiac arrest: a randomized trial. Lancet 2011; 377:
301-311.

Anda mungkin juga menyukai