Anda di halaman 1dari 16

PANDUAN CODE BLUE

2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ketika berbicara tentang cardiac arrest, ingatan kita tidak bisa lepas dari
penyakit jantung dan pembuluh darah, karena penyebab tersering dari
cardiac arrest adalah penyakit jantung koroner. Setiap tahun terdapat kurang
lebih 295.000 kasus cardiac arrest yang ditangani baik di rumah sakit maupun
di luar rumah sakit di Unites State (American Heart Asociation, 2012). WHO
(2008) menerangkan bahwa penyakit jantung, bersama-sama dengan
penyakit infeksi dan kanker masih tetap mendominasi peringkat teratas
penyebab utama kematian di dunia. Serangan jantung dan problem
seputarnya masih menjadi pembunuh nomor satu dengan raihan 29 persen
kematian global setiap tahun. Demikian halnya di Indonesia, berdasarkan
Survei Kesehatan Nasional tahun 1986 dan 1991, penyakit jantung koroner
bersama dengan penyakit infeksi merupakan penyebab kematian utama di
Indonesia (Diklat Yayasan Ambulans Gawat Darurat 118, 2010).

Kematian jantung mendadak atau cardiac arrest adalah berhentinya fungsi


jantung secara tiba-tiba pada seseorang yang telah atau belum diketahui
menderita penyakit jantung. Waktu dan kejadiannya tidak terduga, yakni
segera setelahtimbul keluhan (American Heart Association, 2010).
Kematian otak dan kematian permanen terjadi dalam jangka waktu 8 sampai
10 menit setelah seseorang mengalami cardiac arrest (Diklat Ambulans
Gawat Darurat 118, 2010). Cardiac arrest dapat dipulihkan jika tertangani
segera dengan cardiopulmonary resusitation dan defibrilasi untuk
mengembalikan denyut jantung normal. Kesempatan pasien untuk bisa
bertahan hidup berkurang 7 sampai 10 persen pada tiap menit yang berjalan
tanpa cardiopulmonary resusitation dan defibrilasi (American Heart
Assosiacion, 2010).
Inti dari penangan cardiac arrest adalah kemampuan untuk bisa mendeteksi
dan bereaksi secara cepat dan benar untuk sesegera mungkin
mengembalikan denyut jantung ke kondisi normal untuk mencegah terjadinya
kematian otak dan kematian permanen. Penanganan secara cepat dapat
diwujudkan jika terdapat tenaga yang memiliki kemampuan dalam melakukan
chain of survival saat cardiac arrest terjadi. Keberadaan tenaga inilah yang

1
selama ini menjadi masalah/pertanyaan besar, bahkan di rumah sakit yang
notabene banyak terdapat tenaga medis dan paramedis. Tenaga medis dan
paramedis di Rumah Sakit sebenarnya sudah memiliki kemampuan dasar
dalam melakukan life saving, akan tetapi belum semuanya dapat
mengaplikasikannya secara maksimal. Dan seringkali belum terdapat
pengorganisian yang baik dalam pelaksanaannya. Masalah inilah yang
kemudian memunculkan terbentuknya tim reaksi cepat dalam penanganan
arrest segera, yang disebut Code Blue.

1.2 Tujuan
Tujuan Umum
Untuk meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien di RSIA Metro
Hospitals Sidoarjo Tujuan Khusus

1. Sebagai acuan langkah-langkah untuk melakukan tindakan pemberian


bantuan hidup dasar pada pasien yang mengalami cardiac arrest dan pasien
kritis / potensial kritis

2. Sebagai acuan langkah-langkah untuk melakukan tindakan pemberian


bantuan hidup tingkat lanjut pada pasien yang mengalami cardiac arrest dan
pasien kritis / potensial kritis

3. Sebagai acuan pembentukan suatu tim yang terlatih lengkap dengan


peralatan medis darurat yang dapat digunakan dengan cepat

2
BAB II
PENGERTIAN

2.1 Code Blue


Code blue adalah penanganan dan stabilisasi kondisi darurat medis yang
terjadi di dalam area rumah sakit. Kondisi darurat medis ini membutuhkan
perhatian segera. Sebuah Code Blue harus segera dimulai setiap kali
seseorang ditemukan dalam kondisi cardiac atau respiratory arrest (tidak
responsif, nadi tidak teraba, atau tidak bernapas) misalnya pasien yang
membutuhkan resusitasi kardiopulmoner (CPR).

2.2 Code Blue Team


Code Blue team adalah tim yang terdiri dari dokter dan paramedis yang
ditunjuk sebagai "codeblue-team", yang secara cepat ke pasien untuk
melakukan tindakan penyelamatan. Tim ini menggunakan crash-cart, kursi
roda/tandu, alat - alat penting seperti defibrilator, peralatan intubasi, suction,
oksigen, ambubag, obat-obatan resusitasi (adrenalin, atropin, amiodaron , dll)
dan IV set untuk menstabilkan pasien.

2.3 BLS atau Bantuan Hidup Dasar


BLS atau Bantuan Hidup Dasar merupakan awal respons tindakan gawat
darurat. BLS dapat dilakukan oleh tenaga medis, paramedis maupun orang
awam yang melihat pertama kali korban. Skills BLS haruslah dikuasai oleh
paramedis dan medis, dan sebaiknya orang awam juga menguasainya
karena seringkali korban justru ditemukan pertamakali bukan oleh tenaga
medis.

BLS adalah suatu cara memberikan bantuan/ pertolongan hidup dasar


yang meliputi bebasnya jalan napas (airway/A), pernapasan yang adekuat
(breathing/B), sirkulasi yang adekuat (circulation/C).

2.4 Advanced Cardiac Life Support (ACLS)

3
Advanced Cardiac Life Support (ACLS) adalah bantuan hidup atau
pertolongan tingkat lanjut pada kasus kegawatan jantung. ACLS diberikan
oleh tenaga kesehatan yang sudah memiliki sertifikat lulus pelatihan bantuan
hidup lanjut

4
BAB III
RUANG LINGKUP

A. Sistem Respon
Sistem respon cepat Code Blue dibentuk untuk memastikan bahwa semua
kondisi darurat medis kritis tertangani dengan resusitasi dan stabilisasi
sesegera mungkin. Sistem respon terbagi dalam 2 jenis :

1. Untuk pasien henti jantung / nafas. Petugas pertama kali yang menemukan
(medis/non medis) harus segera memberikan pertolongan bantuan hidup
dasar sesuai dengan SPO. Respon time untuk tim sekunder yang membawa
peralatan lengkap termasuk defibrilator adalah sesegera mungkin dengan
maksimal 5 menit terhitung sejak adanya panggilan code blue sekunder

2. Pasien dengan kegawatan medis. Respon time untuk tim sekunder adalah
segera dengan maksimal 5 menit sejak adanya panggilan code blue
sekunder.

B. Kriteria aktivasi dan indikasi pemanggilan


Ada 2 kriteria dimana diperlukan aktivasi Code Blue sebagai usaha untuk
meminta pertolongan dalam pemberian resusitasi di lingkungan rumah sakit

1. Pasien / korban henti jantung dan atau henti nafas / gasping.Pertolongan


pada pasien henti jantung harus diberikan sesegera mungkin untuk menjamin
darah secepatnya dapat bersirkulasi ke seluruh tubuh. Henti nafas ditandai
dengan tidak adanya gerakan dada dan aliran pernafasan dari korban/pasien.
Kondisi hipoksia tidak boleh dibiarkan berlangsung lama, untuk mencegah
rusaknya sel otak, yang akan memberikan outcome yang tidak baik

2. Pasien kritis atau potensial kritis / gawat medis


 Obstruksi jalan nafas
 Jika RR > 36x/menit atau < 5x/menit
 Jika nadi >140x/menit atau <40x/menit
 Jika tekanan darah systole >220mmHg atau <90mmHg
 Penurunan kesadaran dan kejang

5
BAB IV

TATA LAKSANA

A. Organisasi Tim Code Blue:


Tim Code Blue merupakan tim yang selalu siap setiap saat/ sepanjang waktu.
Tim code blue dibagi menjadi 2 yaitu :

1. Tim code blue Primer


Merupakan petugas yang pertama kali menemukan korban atau kejadian.
Tim ini beranggotakan kru yang paling tidak telah menguasai Basic Life
Support (BLS) dan terdiri dari minimal 2 anggota yang bertugas untuk
memberikan pertolongan pertama pada korban
Uraian tugas dari tim ini adalah :
a) Memberikan pertolongan pertama kepada korban / pasien
b) Melakukan aktivasi tim code blue sekunder
2. Tim code blue Sekunder
Merupakan petugas inti dari tim code blue yang bertugas untuk memberikan
pertolongan tingkat lanjut pada pasien. Tim ini beranggotakan kru yang telah
menguasai Advanced Cardiac Life Support (ACLS) dan tim code blue primer
yang ada di lokasi kejadian serta terdiri dari minimal 3 anggota
Uraian tugas dari tim ini adalah :
a) Memberikan pertolongan tingkat lanjut kepada korban / pasien
b) Mengambil alih komando pertolongan terhadap pasien.

6
B. Pendidikan, Pelatihan dan Jaminan Kualitas Anggota Code Blue
Pendidikan dan pelatihan BLS diwajibkan bagi semua anggota tim Code Blue
primer sekurang-kurangnya 2 tahun sekali dan bagi tim code blue sekunder
harus memiliki sertifikat ACLS yang berlaku / diperbarui 3 tahun sekali bagi
petugas medis (dokter) Program pendidikan dan pelatihan BLS dan ACLS
diberikan kepada tim rumah sakit dan unit. Hal ini bertujuan untuk
meningkatkan standar perawatan dan hasil respon Code Blue sebagai tim
yang memainkan peran penting sebagai responden pertama untuk situasi
Code Blue

Respon Code Blue untuk seluruh Unit di RSIA Metro Hospitals Sidoarjo tidak
dapat ditangani oleh Instalasi Gawat Darurat (IGD) sendiri karena kesulitan
jarak dan lokasi yang tidak terjangkau padahal idealnya waktu antara aktivasi
Code Blue sampai kedatangan Code Blue Team adalah 5 menit. Sehingga
diharapkan setiap unit rumah sakit mempunyai tim yang dapat melakukan
BLS awal sambil menunggu kedatangan tim code blue rumah sakit untuk
meningkatkan harapan hidup pasien.
Pemetaan area kerja dari tim Code Blue di RSIA Metro Hospitals Sidoarjo
adalah sebagai berikut :

Peralatan resusitasi darurat yang mudah untuk dibawa, harus ditempatkan di


lokasi strategis di seluruh kawasan rumah sakit terutama di daerah di mana
probabilitas tinggi terjadi kondisi darurat medis atau di mana tim rumah sakit
telah dilatih dalam keterampilan BLS. Setidaknya satu kit resusitasi dasar
harus ditempatkan di setiap area kerja satu unit sehingga tim dapat dengan
cepat memobilisasi dan memanfaatkan peralatan resusitasi. Jika tersedia
peralatan resusitasi yang lebih maka efektifitas dan waktu respon dari Code
Blue Tim akan lebih baik dan harapan hidup pasien meningkat. Hal ini sama
pentingnya bahwa semua personil rumah sakit,terutama tenaga non-dokter
dan non-medis, dilatih BLS sehingga mereka juga dapat memberikan
resusitasi awal kehidupan (CPR) di lokasi kejadian sambil menunggu tim
Code Blue tiba.

C. Fase Code Blue


1) Alert System
Harus ada sistem yang baik dan terkoordinasi di Rumah Sakit untuk
mengaktifkan peringatan terjadinya keadaan darurat medis kepada anggota
tim code blue. Jika terjadi keadaan darurat medis, personil rumah sakit di
mana saja dalam lokasi kejadian tersebut dapat mengaktifkan Code Blue alert
lewat telepon dan system audio central rumah sakit untuk permintaan
bantuan dan pengaktifan:

a) Local Alert
7
Terbatas dilokasi terjadinya kasus kedaruratan. Setelah local alert diaktifkan,
maka petugas terdekat dari tempat kejadian harus meninggalkan
pekerjaannya dan menuju lokasi terjadinya kedaruratan untuk melakukan
CPR atau BLS

b) Hospital Alert : Nomor telepon Code Blue xxx


Petugas yang menerima telepon pengaktifan code blue harus mengangkat
telepon secepatnya (< 3x dering) dan meninggalkan semua kegiatan
pelayanan untuk sementara waktu. selanjutnya petugas penerima telepon
kedaruratan akan mengaktifkan tim code blue sekunder melalui sistem audio
central rumah sakit (pada shift pagi dan siang (07.00-21.00)) atau
menghubungi dokter jaga IGD pada shift malam (21.00-07.00)

Standar layanan untuk durasi waktu yang dibutuhkan dimulai dari aktivasi
hospital alert (telpon xxx) sampai dengan kedatangan tim Code Blue di lokasi
kejadian adalah tidak boleh lebih dari 5 menit

2) Tanggung jawab tim Code Blue terhadap panggilan Code Blue


a) Anggap setiap panggilan di code blue line adalah code blue kasus yang
sebenarnya (sampai bisa dibuktikan)

b) Tim code blue harus meninggalkan pekerjaannya dan segera menuju tempat
kejadian dengan membawa resusitasi kit

c) Cari rute terpendek dan tercepat menuju lokasi


d) Waktu respon (layanan standar) dari waktu dari Code Blue call / aktivasi
kedatangan tim Code Blue di tempat kejadian dicatat

e) Bila kedatangan tim Code Blue mengalami penundaan karena berbagai


alasan, maka tim yang berada dilokasi kejadian harus tetap melakukan
pertolongan, oleh karena itu penting untuk melatih semua karyawan agar bisa
melakukan bantuan hidup dasar

f) Jika korban masih dalam fase cardiac atau respiratory arrest ketika tim Code
Blue sekunder tiba di lokasi, maka tim code blue sekunder akan mengambil
alih tugas resusitasi. Tim code blue primer tetap berada di lokasi kejadian
untuk memberikan bantuan tambahan jika diperlukan

8
g) Tim code blue harus meninggalkan pekerjaannya dan segera menuju tempat
kejadian dengan membawa resusitasi kit

h) Cari rute terpendek dan tercepat menuju lokasi


i) Waktu respon (layanan standar) dari waktu dari Code Blue call / aktivasi
kedatangan tim Code Blue di tempat kejadian dicatat

j) Bila kedatangan tim Code Blue mengalami penundaan karena berbagai


alasan, maka tim yang berada dilokasi kejadian harus tetap melakukan
pertolongan, oleh karena itu penting untuk melatih semua karyawan agar bisa
melakukan bantuan hidup dasar

k) Jika korban masih dalam fase cardiac atau respiratory arrest ketika tim Code
Blue sekunder tiba di lokasi, maka tim code blue sekunder akan mengambil
alih tugas resusitasi. Tim code blue primer tetap berada di lokasi kejadian
untuk memberikan bantuan tambahan jika diperlukan

3) Intervensi di Tempat Kejadian


Sementara menunggu kedatangan tim Code Blue Sekunder maka
menanggapi Tim Code Blue primer harus mengamankan tempat kejadian dan
memulai BLS (posisi airway, bantuan pernapasan,kompresi dada dll).
Tim Code Blue sekunder yang tiba di tempat kejadian darurat medis (pasien
dalam fase kegawatan atau dalam cardiac dan respiratory arrest) memiliki
tanggung jawab melakukan bantuan tingkat lanjut, memulai resusitasi
menggunakan pedoman Basic Life Support (BLS) dan keterampilan ACLS
dengan menggunakan peralatan yang tersedia.

4) Perawatan Definitif
Keadaan darurat medis yang terjadi di setiap daerah baik klinis atau non-klinis
dan baik melibatkan rawat inap atau rawat jalan (umum) akan dirujuk ke IGD
atau UPI untuk perawatan definitif dimana di lokasi kejadian biasanya tidak
memiliki infrastruktur yang memadai dan peralatan untuk perawatan lanjutan.
Jika resusitasi tidak berhasil (korban meninggal di TKP), dokumentasikan
di catatan tim Code Blue dan di rekam medis pasien

D. Peralatan
Resusitasi kit yang harus ada di tiap unit / lokasi yang ditentukan yang berisi:

9
ALAT KESEHATAN JUMLAH
Bag valve mask dewasa 1
Bag valve mask anak / pediatrik 1
Sarung tangan steril sekali pakai 2
Orofaringeal dewasa 1
Orofaringeal Anak / pediatrik 1
Handsrub 1
Stetoskop 1

Dasar peralatan resusitasi kit yang dibutuhkan oleh tim Code Blue
Sekunder :

ALAT KESEHATAN JUMLAH


AED / defibrilator 1
Bag valve mask dewasa 1
Bag valve mask anak / pediatrik 1
Sarung tangan steril sekali pakai 2
Orofaringeal dewasa 1
Orofaringeal Anak / pediatrik 1
Stetoskop 1
Spuit 2,5 cc 2
Spuit 5 cc 2
Tensimeter 1
Masker 4
Handsrub 1
Senter genggam 1
Cek Med / alat pengukur gula darah acak 1
OBAT-OBATAN JUMLAH
Adrenalin injeksi 5
Sulfat Atropin Injeksi 5

10
E. Alur Code Blue

Ditemukan Petugas Aktivasi lokal alert


korban dengan dilokasi (meminta bantuan ke
kasus mengamankan unit terdekat)
kegawatan dan cek
respon

Petugas unit terdekat


Petugas ditempat kejadian membantu, sementara
tetap
petugas lain mengaktifkan
melakukan pertolongan
tim Code Blue primer
sambil menunggu tim

Tim Code Blue


datang, ambil Aktivasi Tim Code
Blue
alih resusitasi, Sekunder
sesuai
algoritma ACLS EX : 177

Pasien Pasien tidak


tertolong tertolong

Usulkan obserasi dokumenta


di si
ICU / IGD

dokumenta
si

11
BAB V

DOKUMENTASI

1. Buku catatan tim code blue


Diisi setiap kali ada kejadian code blue, berisi nama pasien, diagnosa medis,
jam kejadian, durasi resusitasi, kondisi pasien setelah resusitasi, dan catatan
lainnya yang diperlukan

2. Catatan perkembangan pasien terintegrasi


Diisi oleh tim code blue sekunder yang berisi tentang kondisi pasien terkini
dan penanganan yang dilakukan dengan format SOAP

3. Informed consent resusitasi


Diisi oleh keluarga pasien baik pasien menyetujui maupun tidak menyetujui
tindakan resusitasi

12
BAB VI

PENUTUP

Demikian panduan ini disusun sebagai acuan dalam pelaksanaan prosedur


code blue di rumah sakit. Semoga panduan ini bisa berperan dalam
meingkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien dan juga
meningkatkan angka keberhasilan pertolongan pertama pada pasien yang
mengalami kedaruratan dan juga menurunkan angka mortalitas di rumah
sakit

Ditetapkan di : Sidoarjo
Pada Tanggal : 03 Maret 2023

Direktur,

Dr. Saksono , W Simson

13
DAFTAR PUSTAKA

1. American Heart Association . 2015 . HIGHLIGHTS of the 2015 American


Heart Association Guidelines Update for CPR and ECC . AHA
2. Code Blue manual
www.sasvrc.qld.gov.au/sasvrc/assets/documents/code_blue_0207.pdf.
Diakses 14 November 2014
3. Institute For Clinical Systems Improvement. 2011. Health Care Protocol:
Rapid Response Team. http://www.icsi.org/rapid response team
protocol/rapid response team protocol with order set pdf.html. Diakses tanggal
14 februari 2023

14
15

Anda mungkin juga menyukai