Anda di halaman 1dari 3

CODE BLUE SYSTEM

RUMAH SAKIT
No.Dokumen: No. Revisi: Halaman 1
UMUM
dari 3
DAERAH
PALMATAK

Ditetapkan di Palmatak,
Pada tanggal : 2018
Ditetapkan,
Direktur,
SPO Tanggal Terbit UPT.RSUD Palmatak
………………..

dr. Saiful Islam, Sp.B, M.Kes


NIP. 19820714 201101 1 003
Code Blue System merupakan strategi pencegahan kejadian
henti jantung, aktivasi sistem kegawatdaruratan, dan resusitasi
kegawatan dan kejadian henti jantung di rumah sakit, yang
melibatkan seluruh komponen sumber daya manusia (medis
dan non medis), sarana (peralatan dan obat-obatan), sistem
PENGERTIAN (SOP) serta mekanisme kontrol dan evaluasi. Sistem ini
termasuk aktivasi sistem kegawatdaruratan di rumah sakit
dengan sirinekhusus yang langsung memanggiltim medis
dengan kemampuan bantuan hidup lanjut dan pemimpin tim
primer yang menghubungi tim sekunder melalui nomor
handphone dokter jaga (082286724291)
1. Mengenali kegawatan dan mencegah kejadian henti
jantung di rumah sakit
2. Menjamin resusitasi yang optimal pada pasien dengan
kegawatan
TUJUAN
3. Menjamin tindakan bantuan hidup dasar dan lanjut
dilakukan secara cepat dan efektif pada korban henti
jantung
Perawatan paska henti jantung yang optimal.
KEBIJAKAN 1. SK Direktur No. Tahun 2018 tentang Kebijakan
Pelayanan Resusitasi KBJ……..
2. SK Direktur No. Tahun 2018 tentang Panduan Do Not
Resuscitate (DNR)
1. Pasien henti napas atau henti jantung
KRITERIA AKTIVASI 2. obstruksi jalan napas, jika RR > 36 kali atau < 5 kali/menit,
CODE BLUE atausaturasi<90% padakondisi yang tidakdiharapkan
3. Nadi > 140 kali/menit atau < 40 kali/menit, jika tekanan
darah sistolik> 220 mmHg atau < 80 mmHg
4. penurunan kesadaran
kejang berulang atau memanjang
PROSEDUR A. Tim Code Blue: Semua komponen rumah sakit terlibat
dalam proses resusitasi untuk dapat melakukan tindakan
bantuan hidup dasar dan hidup lanjut, terdiri dari:
1. Petugasnon-medis terlatih: merupakan petugas non-
medis dengan keterampilan bantuan hidup dasar dan
aktivasi sistem code blue
2. Tim Primer: merupakan petugas medis dengan
kemampuan bantuan hidup dasar dan lanjut
(merupakan personel/tim medis yang pertama kali
menjumpai melakukan resusitasi pada korban
kritis/henti napas atau henti jantung). Tim terdiri dari 2
orang perawat yang telah bersertifikasi pelatihan internal
BLS, denganperansebagaiberikut:
2.1. Pemimpin dan pengatur jalan nafas+pemberi
nafas (ventilator), juga menyiapkan peralatan
emergency, menyalakan sirine, dan
memberikan pengumuman code blue.
2.2. Petugas pijat jantung luar (kompresor), yang
juga bertugas menghubungi tim sekunder
3. Tim sekunder: merupakan petugas medis dengan
komponen dokter dan perawat dengan kemampuan
bantuan hidup dasar dan lanjut dan didukung dengan
peralatan yang lebih lengkap (termasuk peralatan jalan
napas definitif), obat-obatan emergency, termasuk
penggunaan defibrillator.
B. Pembagian area tim primer
1. Area I: lokasi tim di rawat jalan, area mencakup ruang
rawat jalan, ruang tunggu pasien poli, kamar operasi,
dapur, laboratorium, apotek, radiologi, laundri.
2. Area II: lokasi tim dirawat inap, area mencakup ruang
rawat inap kelas III dan kelas I.
3. Area III : lokasitim di rawat inap kebidanan, area
mencakup ruang rawat inap kebidanan, VK, dan ruang
perinatologi.
4. Area IV: lokasitim di IGD, area mencakup lapangan
parkir
C. Langkah-langkahaktivasicode blue
1. Petugas pertama kali yang menemukan (medis/ non
medis) harus segera memberikan pertolongan bantuan
hidup dasar dan meminta bantuan kepada tim primer.
Tim primer kemudian menyiapkan trolley emergency
dan defibrillator serta mengaktivasi system code blue
dengan menyalakan sirine, memberikan pengumuman
lewat megaphone RS, dan menghubungi
082286724291. Pengumuman dan telepon secara jelas
menyebutkan lokasi kejadian, jumlah korban, kasus
anak atau dewasa.
2. Resusitasi jantung paru harus dilakukan dengan kualitas
tinggi, perbandingan kompresi dan ventilasi 30
dibanding 2, dengan perhatian pada kompresi yang
dalam (minimal 5 cm), kompresi yang cepat (minimal
100 kali/menit), dan menghindari interupsi selama siklus
kompresi dan ventilasi. Untuk mencegah kelelahan
penolong setiap 2 menit atau 5 siklus petugas yang
melakukan kompresi harus berganti. Masing-masing
penolong bekerja secara tim dengan 1 orang sebagai
pemimpin. Bantuan hidup dasar dengan kualitas tinggi
dilakukan terus sambil menunggu tim sekunder datang.
(Respon maksimal tim sekunder adalah 5 menit untuk
seluruh area rumah sakit).
3. Tim sekunder dating dan bekerja simultan bersama tim
primer melakukan bantuan hidup lanjut termasuk
pemberian obat-obatan dan penggunaan defibrillator
apa bila diindikasikan.
4. Bila korban merupakan pasien dengan kegawat
daruratan medis, tim sekunder akan memberikan
arahan penatalaksanaan pasien kepada tim primer.
Sambil menunggu tim sekunder datang, tim primer
harus membebaskan jalan napas pasien, berikan
oksigenasi dan ventilasi yang optimal dan memasang
jalur intravena.Tim sekunder wajib melaporkan kondisi
pasien kepada dokter penanggung jawab pasien.
5. Jika resusitasi jantung paru berhasil, ditandai dengan
kembalinya fungsi sirkulasi dan pernapasan korban,
maka selanjutnya dilakukan penatalaksanaan yang
sesuai untuk pasien dengan paska henti jantung
termasuk kemungkinan rujukan kerumah sakit lain untuk
perawatan ICU.
6. Tim code blue mendokumentasikan semua kejadian dan
tindakan yang dilakukan
7. Pemimpin tim code blue sekunder mengevaluasi
tindakan yang dilakukan. Bila pasien berhasil
diselamatkan, kemudian menentukan tindakan
selanjutnya apakah perlu alihrawat di perawatan di
intensif. Bila tidak berhasil, pemimpin akan memutuskan
untuk menghentikan tindakan, dan menyatakan
kematian. Pemimpin code blue wajib memberikan
penjelasan kepada keluarga.
8. Tim code blue membuat laporan resusitasi di rekam
medis
Instalasi Rawa tInap, Instalasi Rawat Jalan, Instalasi Gawat
UNIT TERKAIT Darurat, Instalasi Kamar Operasi

Anda mungkin juga menyukai