Anda di halaman 1dari 12

PANDUAN PELAYANAN CODE BLUE

RUMAH SAKIT KHUSUS BEDAH BANJARMASIN SIAGA


JL. Jend. Achmad Yani No. 73
Banjarmasin - Kalsel
Telp. 0511 3267532
DAFTAR ISI

I. DEFINISI.............................................................................................................................................. 2
II. RUANG LINGKUP.............................................................................................................................. 5
III. TATA LAKSANA................................................................................................................................ 5
IV. DOKUMENTASI................................................................................................................................. 11

PANDUAN_PELAYANAN CODE BLUE_RSKBBS 1


PANDUAN PELAYANAN CODE BLUE

I. DEFINISI
a. Resusitasi merupakan suatu usaha untuk mengembalikan fungsi pernafasan dan
atau fungsi jantung serta menangani akibat-akibat berhentinya fungsi-fungsi
tersebut pada orang yang tidak diharapkan mati pada saat itu. Pelayanan resusitasi
merupakan tindakan kritis yang dilakukan pada saat terjadi kegawatdaruratan
terutama pada sistem pernafasan dan sistem kardiovaskuler. Pasien yang tidak
segera dilakukan resusitasi dapat menimbulkan kematian dalam waktu yang
singkat (sekitar 4-6 menit) jika tidak ditangani secepat mungkin oleh tim medis.
b. Code Blue adalah stabilisasi kondisi darurat medis yang terjadi di dalam area rumah
sakit. Kondisi darurat medis ini membutuhkan perhatian segera. Sebuah Code Blue
harus segera dimulai setiap kali seseorang ditemukan dalam kondisi cardiac arrest
(tidak ada respon, nadi tidak teraba atau tidak bernafas) , pasien yang
membutuhkan resusitasi cardipolmunary (CPR).
c. Code Blue team adalah tim yang terdiri dari dokter dan paramedis yang ditunjuk
sebagai “Code Blue”, yang secara cepat ke pasien untuk melakukan tindakan
penyelamatan. Tim ini menggunakan crash- cart, kursi roda/ tandu, alat- alat
penting seperti defibrillator, peralatan intubasi, suction, oksigen, ambubag, obat-
obat emergensi (adrenalin, atropine, lignocain) dan peralatan resusitasi lainnya.
d. BLS atau Bantuan Hidup Dasar merupakan awal respon tindakan gawat darurat. BLS
dapat dilakukan oleh tenaga medis, paramedis maupun orang awam yang melihat
pertama kali korban. Skill BLS haruslah dikuasai oleh medis dan paramedis, dan
sebaiknya orang awam juga menguasainya karena seringkali korban justru
ditemukan pertama kali bukan oleh tenaga medis. BLS adalah suatu cara
memberikan bantuan/ pertolongan hidup dasar yang meliputi bebasnya jalan nafas
(Airway/A), pernafasan yang adekuat (Breathing/B), sirkulasi yang adekuat
(Circulation/ C).
e. Advanced Cardiac Life Support (ACLS) adalah bantuan hidup lanjut atau pertolongan
pertama pada penyakit jantung.

PANDUAN_PELAYANAN CODE BLUE_RSKBBS 2


Tujuan Code Blue
Tujuan dari Code Blue adalah:
1. Untuk memberikan resusitasi dan stabilisasi yang cepat bagi korban yang
mengalami kondisi henti jantung dan henti nafas yang berada dalam kawasan
rumah sakit.
2. Untuk membentuk suatu tim yang terlatih lengkap dengan peralatan medis darurat
yang dapat digunakan dengan cepat.
3. Untuk memulai pelatihan keterampilan BLS dan penggunaan defibrillator untuk
semua tim rumah sakit baik yang berbasis klinis maupun non klinis.
4. Untuk memulai penempatan peralatan BLS (emergency kit) di berbagai lokasi
strategis di dalam kawasan rumah sakit untuk memfasilitasi respon cepat bagi
keadaan darurat medis.
5. Agar rumah sakit memiliki sistem dalam penanganan kasus-kasus
kegawatdaruratan secara sistematis dan terkoordinasi.

Organisasi Tim Code Blue


1. Penolong awam terlatih adalah staf atau karyawan RSKB Banjarmasin Siaga yang
telah mendapatkan pelatihan Basic Life Support (BLS),
2. Tim Code Blue
a) Konsultan
Tugas Pokok :
Dijabat oleh dokter spesialis anestesi yang sedang bertugas atau masuk jadwal
jaga di rumah sakit khusus bedah banjarmasin siaga, bertugas sebagai
konsultan yang memberikan instruksi kepada dokter jaga IGD untuk tindakan
lanjutan dari pasien yang mengalami kegawatdaruratan.
b) Ketua TIM
Tugas pokok :
Dijabat oleh seorang dokter umum atau dokter jaga IGD yang telah
mendapatkan pelatihan dan memiliki sertifikat ACLS (Advanced Cardiac Life
Support) ATLS (Advanced Traumatic Life Support), bertugas sebagai leader
atau pemimpin dalam menangani kasus-kasus kegawatdaruratan.
Uraian tugas :
1) Mengidentifikasi awal/ triage pasien
2) Memimpin penanggulangan pasien saat terjadi kegawatdaruratan
3) Memimpin tim saat pelaksanaan resusitasi jantung paru

PANDUAN_PELAYANAN CODE BLUE_RSKBBS 3


4) Menentukan sikap selanjutnya terhadap pasien yang mengalami
kegawatdaruratan.
5) Melakukan konsultasi kepada dokter spesialis terhadap penanganan
kasus-kasus kegawatdaruratan
c) Anggota Tim Resusitasi adalah perawat yang telah mendapatkan pelatihan
dan memiliki sertifikat tentang BTCLS (Basic Traumatic and Cardiac Life
Support).
Anggota Tim Resusitasi
Tugas Pokok :
Berpartisipasi dalam membantu dokter dalam penanganan kasus-kasus
kegawatdaruratan
Uraian tugas :
1) Memberikan bantuan hidup dasar kepada pasien gawat atau gawat
darurat
2) Melakukan resusitasi jantung paru kepada pasien gawat atau gawat
darurat
3) Mengikuti kegiatan yang direncanakan oleh tim.
Setiap anggota tim Code Blue akan memiliki tanggung jawab yang ditunjuk
seperti pemimpin tim, manajer airway, kompresi dada, IV line, persiapan obat
dan defibrilasi. Setiap anggota tim yang ditunjuk harus membawa handphone

Pendidikan, Pelatihan dan Jaminan Kualitas Anggota Code Blue


1. Pendidikan dan pelatihan BLS diwajibkan bagi seluruh karyawan Rumah Sakit
Khusus Bedah Banjarmasin Siaga
2. Bagi anggota Tim Code Blue yang berprofesi sebagai perawat harus memiliki
sertifikat BTCLS atau PPGD dan BLS.
3. Bagi dokter umum yang menjadi tim Code Blue harus memiliki sertifikat ACLS dan
ATLS.
4. Meninjau semua kebijakan dan prosedur.
5. Melakukan review standar peraturan.
6. Melakukan pengukuran standar pelayanan ( jam pelayanan).
7. Audit
Program pendidikan dan pelatihan BLS, ACLS dan ATLS diberikan kepada tim rumah
sakit dan unit. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan standar perawatan dan hasil
respon Code Blue sebagai tim yang memainkan peran penting sebagai responden
pertama untuk situasi Code Blue.

PANDUAN_PELAYANAN CODE BLUE_RSKBBS 4


II. RUANG LINGKUP
Sistem respon cepat Code Blue dibentuk untuk memastikan bahwa semua kondisi
darurat medis kritis tertangani dengan resusitasi dan stabilisasi sesegera mungkin.
Sistem respon terbagi dalam 2 tahap.
1. Respon awal berasal staf RSKB Banjarmasin Siaga.
2. Respon kedua (Tim Sekunder) merupakan tim khusus dan terlatih yang berasal dari
unit yang ditunjuk oleh pihak rumah sakit.
Sistem respon dilakukan dengan waktu respon tertentu berdasarkan standar kualitas
pelayanan yang telah ditentukan oleh rumah sakit. Untuk menunjang hal tersebut yang
dilakukan adalah :
1. Semua personil di rumah sakit harus dilatih dengan keterampilan BLS untuk
menunjang kecepatan respon untuk BLS di lokasi kejadian.
2. Peralatan BLS (emergency kit) harus ditempatkan di lokasi yang strategis dalam
kawasan rumah sakit yaitu ruang rawat inap, dimana peralatan dapat dipindah
atau dibawa untuk memungkinkan respon yang cepat.

III. TATA LAKSANA


Kegiatan respon Code Blue untuk seluruh wilayah Rumah Sakit Khusus Bedah
Banjarmasin Siaga tidak dapat ditangani oleh Unit Gawat Darurat (UGD) sendiri karena
kesulitan jarak dan lokasi yang tidak terjangkau padahal idealnya waktu antara aktivasi
Code Blue sampai kedatangan Code Blue Team adalah 5 menit. Sehingga diharapkan
setiap wilayah rumah sakit mempunyai tim yang dapat melakukan BLS awal sambil
menunggu kedatangan tim Code Blue rumah sakit untuk meningkatkan harapan hidup
hidup pasien.
Tim dibentuk dengan ketentuan tiap tim terdiri dari 3 sampai 5 anggota yang
terlatih dalam BLS. Peralatan resusitasi darurat yang mudah untuk dibawa, harus
ditempatkan di lokasi strategis di seluruh kawasan rumah sakit terutama di daerah di
mana probabilitas tinggi terjadi kondisi darurat medis atau dimana tim rumah sakit
telah dilatih dalam keterampilan BLS. Setidaknya satu kit resusitasi dasar harus
ditempatkan disetiap area kerja satu unit sehingga tim dapat dengan cepat memobilisasi
dan memanfaatkan peralatan resusitasi. Jika tersedia peralatan resusitasi yang lebih
maka efektifitas dan waktu respon dari tim Code Blue akan lebih baik dan harapan
hidup pasien meningkat.
Hal ini sama pentingnya bahwa semua personil rumah sakit terutama tenaga
medis dan non medis dilatih BLS sehingga mereka juga dapat memberikan pertolongan

PANDUAN_PELAYANAN CODE BLUE_RSKBBS 5


pertama di lokasi kejadian sambil menunggu respon primer atau Code Blue tiba. Dengan
demikian juga meningkatkan kemungkinan hasil yang baik bagi para korban darurat
medis. Pelatihan tim rumah sakit dalam keterampilam BLS dan penggunaan alat
defibrilator juga perlu dilakukan.

Fase Code Blue


1. Alert system
Harus ada system yang baik dan terkoordinasi di tempat yang digunakan untuk
mengaktifkan peringatan terjadinya keadaan darurat medis dalam lingkup rumah
sakit kepada anggota tim Code Blue. Sistem telepon yang ada akan digunakan. Jika
terjadi keadaan darurat medis, personil rumah sakit di mana saja dalam lingkup
rumah sakit tersebut dapat mengaktifkan respon dari Code Blue lewat telepon
untuk bantuan dan pengaktifan. Adapun cara mengaktifkan sistem Code Blue
adalah : Hospital alert : Bila terjadi kasus-kasus kegawatdaruratan, penolong
langsung menelpon 118 untuk meminta bantuan kepada tim code blue. Tim code
blue yang di hubungi akan lansung menuju lokasi kejadian, dan perawat yang satu
jaga dengan anggota tim code blue akan menghubungi bagian informasi untuk
minta diinformasikan ke anggota tim code blue lain yang terdekat.
Anggota tim respon Code Blue primer yang telah ditentukan di sekitar tempat
terjadinya kegawatdaruratan medis akan menanggapi situasi tanda Code Blue
sesegera mungkin. Anggota tim akan memobilisasi alat resusitasi mereka dan
bergegas ke lokasi darurat medis. Tim Sekunder Code Blue juga akan menanggapi
situasi Code Blue. Jika semua tim tidak yakin apakah lokasi darurat medis tersebut
tercakup di daerah cakupan mereka, mereka tetap harus merespon alarm Code
Blue.
Standar layanan untuk durasi waktu yang dibutuhkan antara menerima pesan
“Code Blue” (Code Blue aktivasi) dan kedatangan tim Code Blue di lokasi kejadian
adalah < 5 menit.
Tanggung jawab bagian informasi dalam menyampaikan pesan kejadian code
blue :
o Anggap setiap panggilan di Code Blue line adalah Code Blue kasus yang
sebenarnya (sampai bisa dibuktikan).
o Panggilan Code Blue harus dijawab secepatnya (<3 kali dering telpon)
o Informasi vital adalah:
 Sebutkan Code Blue...Code Blue....Code Blue
 Lokasi kejadian

PANDUAN_PELAYANAN CODE BLUE_RSKBBS 6


 Dewasa atau anak-anak
o Tim Code Blue harus meninggalkan pekerjaannya dan berlari dengan
membawa emergency kit ke lokasi kejadian

2. Intervensi segera di Tempat Kejadian


Tim di tempat kejadian darurat medis (pasien tidak sadar atau dalam kondisi henti
nafas dan henti jantungt) telah terjadi memiliki tanggung jawab untuk meminta
bantuan lebih lanjut, memulai resusitasi menggunakan pedoman Basic Life Support
(BLS) dan keterampilan ALS dan peralatan jika cukup terlatih dan lengkap.
a. Nomor tim Code Blue Rumah Sakit akan ditempatkan di bangsal, divisi, unit,
kantor, lobi lift, koridor, kantin, taman, tempat parker, dll trotoar dan lokasi
lain di dalam halaman rumah sakit
b. Personil rumah sakit yang menemukan korban harus mengaktifkan
pemberitahuan lokal untuk tim Code Blue primer atau seseorang
menginstruksikan mereka untuk melakukannya, mereka juga harus meminta
bantuan lebih lanjut dari tim terdekat jika tersedia.
c. Pada saat yang sama, aktivasi pemberitahuan rumah sakit harus dilakukan
dengan menghubungi nomor Code Blue rumah sakit.
d. Pihak yang bertanggung jawab atau bertanggung jawab atas daerah tertentu
(misalnya dari ruangan lain) juga harus diberitahu untuk datang ke lokasi
segera.
e. Sementara menunggu kedatangan tim utama menanggapi Code Blue, jika
tersedia tim yang terlatih untuk BLS, mereka harus memulai BLS (posisi
airway, memberikan bantuan pernapasan, kompresi dada dll).
f. Jika tidak ada tim yang terlatih BLS, tim yang ditempat kejadian harus
menunggu bantuan yang berpengalaman dan menjaga lokasi dari
kerumunan orang.
g. Jika monitor jantung, defibrillator manual atau defibrillator eksternal
otomatis (AED) tersedia, maka peralatan ini harus melekat kepada pasien
untuk menentukan kebutuhan defibrilasi; fase ini dilakukan oleh tim yang
berpengalaman atau tim terlatih dalam Advanced Cardiac Life Support
(ACLS).
h. Setiap departemen, divisi, atau unit bangsal harus berusaha untuk
memastikan bahwa tim mereka dilatih dalam setidaknya keterampilan BLS
dan mereka dilengkapi dengan resusitasi kit atau troli, setidaknya peralatan
resusitasi dasar dan ditempatkan di lokasi strategis.
PANDUAN_PELAYANAN CODE BLUE_RSKBBS 7
i. Tim dari masing-masing ruangan akan bertanggung jawab untuk
pemeliharaan resusitasi kit mereka.
j. Jika korban berhasil disadarkan/dihidupkan kembali sambil menunggu
kedatangan tim respon Code Blue, tim dilokasi harus menempatkan pasien
dalam posisi pemulihan dan monitor tanda-tanda vital.
k. Semua kasus Code Blue harus mengirim ke ETD untuk evaluasi lebih lanjut
dan manajemen terlepas hasilnya.
3. Kedatangan Tim Code Blue
a. Setelah anggota tim Code Blue menerima aktivasi Code Blue, mereka harus
menghentikan tugas mereka saat itu, mengambil resusitasi kit (tas peralatan)
mereka dan bergegas ke lokasi darurat medis.
b. Mereka harus mengerahkan diri mereka sendiri dengan cepat dan lancar dan
menggunakan rute terpendek yang tersedia.
c. Waktu respon (layanan standar) dari waktu dari Code Blue call/ aktivasi
kedatangan tim Code Blue adalah < 5 menit
d. Jika korban masih dalam kondisi henti nafas dan henti jantung ketika tim
respon Code Blue tiba di lokasi, tim akan mengambil alih tugas resusitasi; tim
di lokasi kejadian harus tinggal di sekitar untuk memberikan bantuan
tambahan jika diperlukan.
e. Jika pasien membutuhkan tindakan penanganan lanjutan pasca henti nafas
dan henti jantung, maka penanganan dilakukan di ICU, dilakukan monitoring
ketat terhadap kondisi pasien.
4. Perawatan Definitif
a. Jika resusitasi tidak berhasil (korban meninggal di TKP), korban masih perlu
ditransfer ke instalasi kamar jenazah untuk dokumentasi lebih lanjut atau
konfirmasi kematian.
b. Jika resusitasi berhasil (RSOC), pasien akan ditransfer di ruang ICU untuk
mendapatkan penanganan lanjutan dan monitoring ketat.
5. Peralatan dan pelatihan
a. Semua tingkat tim rumah sakit harus cukup terlatih setidaknya dalam BLS dan
penggunaan Defibrilator.
b. Resusitasi kit dasar harus ditempatkan di berbagai daerah di dalam halaman
rumah sakit dan mudah diakses bagi tenaga medis dalam tim Code Blue untuk
digunakan
c. Dasar peralatan resusitasi kit yang dibutuhkan oleh tim Code Blue Dasar di
zona risiko tinggi dan ETD/ sekunder tim tanggap :

PANDUAN_PELAYANAN CODE BLUE_RSKBBS 8


1) Peralatan intubasi (intubasi Set)
2) Bag-valve mask
3) Sarung tangan non steril dan steril
4) NPA dan OPA sesuai ukuran
5) Saturasi Oksigen (pulse Oxymetri)
6) Laringeal Mask Airway (LMA/LT)
7) Stetoskop
8) Tensimeter/Sphygmomanometer
9) Perlengkapan Infus (termasuk I.V canula, plester, dll)
10) Penlight
11) Obat-obatan Emergensi : Ephineprin, Ephendrin, Sulfas atropin, , Lidocain,
Cairan-cairan infus : RL, NaCl 0,9%
Ketika muncul Code Blue, tim dokter dan paramedik yang ditunjuk sebagai
“code-team”, bergegas ke pasien untuk melakukan tindakan penyelematan.
Tim ini membawa LSB, brankar, dan emergency-kit. Tim akan melakukan BLS
dan Advance Cardiac Life Support (ACLS) untuk resusitasi pasien.
6. Komunikasi
Tersedia telpon kegawatdaruratan yaitu panggilan khusus yang mengaktifkan tim
Code Blue. Telpon kegawatdaruratan ini akan diaktifkan ketika penolong menelpon
118. Kemudian bagian Informasi akan menginformasikan kejadian
kegawatdaruratan kepada dokter konsultan, dokter jaga IGD dan tim resusitasi lain
yang terdekat dengan lokasi kejadian.

PANDUAN_PELAYANAN CODE BLUE_RSKBBS 9


TATALAKSANA PENANGANAN PASIEN CODE BLUE OLEH RESPONDER PERTAMA

Cek respon pasien Segera minta bantuan dan


panggil tim code blue di
nomer telpon118

Pijat jantung 30x


Bantuan nafas 2x Nadi (-)
Selama 5 siklus Nafas (-)
Kedalaman pijatan
5-6 cm
Kecepatan pijatan
100-120x/menit

Nadi (+)
Nafas (-)/Tidak
adekuat

Nadi (-)
Nafas (-)

Beri bantuan nafas (rescue


Observasi sampai team Nadi (+) breathing sebanyak 10-12 kali
Code Blue Datang Nafas (+) dalam 1 Menit (setiap 5-6 detik)
Eveluasi setiap 2 menit

Nadi (+)
Nafas (-)/Tidak 1
adekuat PANDUAN_PELAYANAN CODE BLUE_RSKBBS 0
ALUR PENANGANAN CODE BLUE
Pengunjung/pasien mengalami
kondisi tak sadarkan diri
Bila ada kondisi “ code blue ” pasien dengan henti nafas / henti jantung

First resporder / penemu pertama memanggil bantuan

First resporder melakukan BHD awal


Evaluasi nadi
sesuai prosedur
karotis pasien
dan pernafasan
Penolong kedua mengaktifkan Code Blue dengan menelpon nomer 118
pasien kurang Evaluasi nadi karotis
dari 10 detik pasien dan pernafasan
pasien kurang dari 10 detik
Operator menerima telepon “kemudian:
1. Tim code blue yang mengangkat telpon langsung membawa tas emergensi kit dan
menuju lokasi
2. Tim code blue yang lain menyusul untuk menuju lokasi kejadian.

Tim Code Blue segera menuju lokasi yang ditentukan untuk melanjutkan resusitasi
yang telah dilakukan oleh First Responder (ADVANCED LIFE SUPPORT)

Perawat ruangan mendokumentasikan semua kegiatan

Kondisi baik (RSOC (+)) Kondisi buruk RSOC (-)

TRANSFER
Meninggal
ICU

TRANSFER RS LAIN Kamar jenazah

IV. DOKUMENTASI
Semua tindakan Pelayanan Code blue di dokumentasikan dalam formulir khusus Code
Blue

1
PANDUAN_PELAYANAN CODE BLUE_RSKBBS
1

Anda mungkin juga menyukai