Anda di halaman 1dari 13

Penatalaksanaan pada Ibu Menderita Pendarahan Akibat Solusio

Plasenta

Dewi Kusuma Wangsa

102015170 / A2
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Alamat Korespondensi: Jalan Terusan Arjuna No. 6, Jakarta Barat 11510
E-mail: dewi.2015fk170@civitas.ukrida.ac.id

Pendahuluan

Plasenta adalah organ yang dibentuk dari jaringan pembuluh darah dan
menghubungkan janin yang sedang berkembang dengan dinding rahim sehingga janin
dapat menerima nutrisi, pertukaran gas melalui asupan darah ibu, pertahanan melawan
infeksi, dan memproduksi hormon yang dapat menyokong kehamilan maka plasenta
merupakan organ yang sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan janin. 1
Melihat pentingnya peranan plasenta, maka bila terjadi kelainan pada plasenta akan
menyebabkan gangguan pertumbuhan janin ataupun mengganggu proses persalinan.
Kelainan pada plasenta dapat berupa gangguan fungsi dari plasenta, gangguan
implantasi plasenta, maupun pelepasan plasenta sebelum waktunya yang disebut
solusio plasenta.2
Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau seluruh permukaan maternal
plasenta dari tempat implantasinya yang normal pada lapisan desidua endometrium
sebelum waktunya yakni antara minggu 22 dan lahirnya anak.1,2
Insidensi solusio plasenta bervariasi di seluruh dunia. Frekuensi solusio
plasenta di Amerika Serikat dan di seluruh dunia mendekati 1%. Saat ini kematian
maternal akibat solusio plasenta mendekati 6%. Solusio plasenta merupakan salah
satu penyebab perdarahan antepartum yang memberikan kontribusi terhadap kematian
maternal dan perinatal di Indonesia. Pada tahun 1988 kematian maternal di Indonesia
diperkirakan 450 per 100.000 kelahiran hidup. Angka tersebut tertinggi di ASEAN (5-
142 per 100.000) dan 50-100 kali lebih tinggi dari angka kematian maternal di negara
maju.3

Anamnesis
Penatalaksanaan pada Ibu Menderita Pendarahan Akibat Solusio Plasenta

Anamnesis merupakan deskripsi pasien tentang penyakit atau keluhannya,


termasuk alasan berobat. Perpaduan keahlian mewawancarai dan pengetahuan yang
mendalam tentang gejala (symptom) dan tanda (sign) dari suatu penyakit akan
memberikan hasil yang memuaskan dalam menentukan diagnosis kemungkinan
sehingga dapat membantu menentukan langkah pemeriksaan selanjutnya, termasuk
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.1

Dari hasil anamnesa yang dilakukan, kita bisa mendapatkan hasil bahwa
HPHT pada 9 September 2016 (tanggal pemeriksaan: 31 Mei 2017) sehingga
didapatkan bahwa usia janin 38 minggu (trimester III), G4P2A1, terdapat keluar darah
berwarna kecoklatan, jumlah banyak, nyeri terus menerus, trauma (-), lemas, pucat,
ANC 2x ke bidan (terakhir kali 1bulan yang lalu).

Pemeriksaan Fisik
Diawali dengan menilai keadaan umum dan kesadaran pasien, dengan hasil
tampak sakit sedang dan compos mentis. Lalu dilanjutkan ke pemeriksaan tanda-tanda
vital dan kemudian pemeriksaan fisik head to toe.
Pada ibu hamil dilakukan pemeriksaan obstetri dengan pemeriksaan Leopold,
pemeriksaan palpasi Leopold adalah suatu teknik pemeriksaan pada ibu hamil dengan
cara perabaan yaitu merasakan bagian yang terdapat pada perut ibu hamil
menggunakan tangan pemeriksa dalam posisi tertentu, atau memindahkan bagian-
bagian tersebut dengan cara-cara tertentu menggunakan tingkat tekanan tertentu.
Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan setelah umur kehamilan 24 minggu, ketika
semua bagian janin sudah dapat diraba. Teknik pemeriksaan ini utamanya bertujun
untuk menentukan posisi dan letak janin pada uterus, dapat juga berguna untuk
memastikan usia kehamilan ibu dan memperkirakan berat janin.
Pada kasus ini tidak dapat dilakukan karena perut tegang. Kemudian diperiksa
juga denyut jantung janin, denyut jantung janin baru dapat diketahui dengan
menggunakan alat ultrasonografi (USG) pada usia kehamilan 8 minggu sedangkan
apabila menggunakan alat doppler pada usia kehamilan 10-12 minggu dan pada kasus
ini denyut jantung janin tidak terdengar.

Pemeriksaan Penunjang

2
Penatalaksanaan pada Ibu Menderita Pendarahan Akibat Solusio Plasenta

Pemeriksaan Darah Lengkap


1. Hematokrit
Hematokrit merupakan pemeriksaan laboratorium untuk mengukur persentase
volume eritrosit dalam 100 mL darah.6,7

2. Hemoglobin (Hb)
Hemoglobin adalah parameter status besi yang memberikan suatu ukuran
kuantitatif tentang beratnya kekurangan zat besi setelah anemia berkembang.
Pada pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan
alat sederhana seperti Hb sahli.
Kriteria Anemia menurut WHO:
Pria dewasa :<13g/dL
Wanita dewasa :<12g/dL
Wanita hamil :<11g/dL
Anak 6-14 tahun :<12g/dL
Anak 6 bln-6tahun :<11g/dL
Pada wanita hamil terutama dengan perdarahan antepartum sebaiknya kadar Hb dan
Ht sebaiknya diperiksakan untuk mengetahui apakah terdapat gejala anemia atau
tidak.

Ultrasonografi
Transabdominal ultrasonografi dalam keadaan kandung kemih yang dikosongkan
akan memberikan kepastian diagnosa plasenta previa. Walaupun transvaginal
ultrasonografi lebih superior untuk mendeteksi keadaan ostium uteri internum namun
sangat jarang diperlukan, karena di tangan yang tidak ahli cara ini dapat menimbulkan
perdarahan yang lebih banyak. Penentuan lokasi plasenta secara ultrasonografis
sangat tepat dan tidak menimbulkan bahaya radiasi terhadap janin.5

MRI
Sejumlah peneliti telah menggunakan MRI untuk memvisualisasikan abnormalitas
plasenta. MRI juga berguna untuk mendiagnosis plasenta akreta. Tapi MRI jarang
dilakukan karena kendala biaya dan USG lebih cepat dan murah dibanding MRI.

Diagnosis Banding

3
Penatalaksanaan pada Ibu Menderita Pendarahan Akibat Solusio Plasenta

Plasenta previa ialah plansenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen-
bawah uterus sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir. Pada
keadaan normal plasenta terletak di bagian atas uterus. Plasenta previa merupakan
salah satu penyebab serius perdarahan pada periode trimester ketiga..2,3,8
Pendarahan tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri merupakan gejala utama dari
plasenta previa. Perdarahan dapat terjadi selagi penderita tidur atau bekerja biasa.
Pendarahan pertama biasanya tidak banyak, sehingga tidak akan berakibat fatal. Akan
tetapi, pendarahan berikutnya hampir selalu lebih banyak daripada sebelumnya,
apalagi kalau sebelumnya telah dilakukan pemeriksaan dalam. Darahnya berwarna
merah segar, berlainan dengan darah yang disebabkan oleh solution plasenta yang
berwarna kehitam-hitaman. Sumber pendarahan ialah sinus uterus yang terobek
karena terlepasnya plasenta dari dinding uterus, atau karena robekan sinus marginalis
dari plasenta.
Klasifikasi plasenta previa didasarkan atas terabanya jaringan plasenta melalui
pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu. Pembagiannya sebagai berikut:
1. Plasenta previa totalis. Seluruh pembukaan tertutup oleh jaringan plasenta
2. Plasenta previa parsialis. Sebagian pembukaan tertutup oleh jaringan plasenta
3. Plasenta previa marginalis. Pinggir plasenta tepat pada pinggir pembukaan
4. Plasenta letak rendah. Plasenta yang letaknya abnormal pada segmen-segmen
bawah uterus, akan tetapi belum samapai menutupi pembukaan jalan lahir.
Pinggur plasenta kira-kira 3-4 cm di atas pinggir pmbukaan, sehingga tidak akan
teraba pada pembukaan jalan lahir.

Diagnosis Kerja
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya
sebelum janin lahir Terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya sebelum
kelahiran. Perdarahan akibat solusio plasenta umumnya menyusup di antara membran
plasenta dan uterus, dan akhirnya keluar dari serviks dan menyebabkan perdarahan
eksternal. Pada solusio plasenta terdapat nyeri tekan pada uterus dan terdapat distress
janin. Sering terjadi kontraksi pada uterus. Nama lain yang sering dipergunakan, yaitu
abruptio placentae, ablatio placentae, accidental haemorrhage, premature separation
of the normally implanted placenta 6

4
Penatalaksanaan pada Ibu Menderita Pendarahan Akibat Solusio Plasenta

Gambar 1. Gambaran plasenta normal dan solutio plasenta

Epidemiologi

Insidensi solusio plasenta bervariasi di seluruh dunia. Kejadiannya bervariasi


dari 1 di antara 75 sampai 830 persalinan. Frekuensi solusio plasenta di Amerika
Serikat dan di seluruh dunia mendekati 1%. Solusio plasenta merupakan salah satu
penyebab perdarahan antepartum yang memberikan kontribusi terhadap kematian
maternal dan perinatal di Indonesia. Saat ini kematian maternal akibat solusio plasenta
mendekati 6%. Solusio plasenta merupakan penyebab 20-35% kematian perinatal. 3,4
Solusio plasenta sering berulang pada kehamilan berikutnya. Kejadiannya
tercatat sebesar 1 di antara 8 kehamilan3. Namun, insidensi solusio plasenta cenderung
menurun dengan semakin baiknya perawatan antenatal sejalan dengan semakin
menurunnya jumlah ibu hamil usia dan paritas tinggi dan membaiknya kesadaran
masyarakat berperilaku lebih higienis.2

Etiologi

Penyebab primer solusio plasenta belum diketahui secara pasti, namun ada
beberapa faktor yang menjadi predisposisi :
1. Faktor hipertensi
Hipertensi essensial, sindroma preeklamsia dan eklamsia (1,3). Pada penelitian di
Parkland, ditemukan bahwa terdapat hipertensi pada separuh kasus solusio plasenta
berat, dan separuh dari wanita yang hipertensi tersebut mempunyai penyakit
hipertensi kronik, sisanya hipertensi yang disebabkan oleh kehamilan. Dapat

5
Penatalaksanaan pada Ibu Menderita Pendarahan Akibat Solusio Plasenta

terlihat solusio plasenta cenderung berhubungan dengan adanya hipertensi pada


ibu. 2,3
2. Faktor trauma
Trauma yang dapat terjadi antara lain :
- Dekompresi uterus pada hidroamnion dan gemeli.
- Tarikan pada tali pusat yang pendek akibat pergerakan janin yang banyak/bebas,
versi luar atau tindakan pertolongan persalinan.
- Trauma langsung, seperti jatuh, kena tendang, dan lain-lain.
Dari penelitian yang dilakukan Slava di Amerika Serikat diketahui bahwa trauma
yang terjadi pada ibu (kecelakaan, pukulan, jatuh, dan lain-lain) merupakan
penyebab 1,5-9,4% dari seluruh kasus solusio plasenta.
3. Faktor paritas ibu
Lebih banyak dijumpai pada multipara dari pada primipara. Holmer mencatat
bahwa dari 83 kasus solusio plasenta yang diteliti dijumpai 45 kasus terjadi pada
wanita multipara dan 18 pada primipara (1). Pengalaman di RSUPNCM
menunjukkan peningkatan kejadian solusio plasenta pada ibu-ibu dengan paritas
tinggi. Hal ini dapat diterangkan karena makin tinggi paritas ibu makin kurang baik
keadaan endometrium. 2,3,5
4. Faktor usia ibu
Dalam penelitian Prawirohardjo di RSUPNCM dilaporkan bahwa terjadinya
peningkatan kejadian solusio plasenta sejalan dengan meningkatnya umur ibu. Hal
ini dapat diterangkan karena makin tua umur ibu, makin tinggi frekuensi hipertensi
menahun. 1,2,3

5. Leiomioma uteri (uterine leiomyoma) yang hamil dapat menyebabkan solusio


plasenta apabila plasenta berimplantasi di atas bagian yang mengandung
leiomioma.1,2,3
6. Faktor pengunaan kokain
Penggunaan kokain mengakibatkan peninggian tekanan darah dan peningkatan
pelepasan katekolamin, yang mana bertanggung jawab atas terjadinya vasospasme
pembuluh darah uterus dan dapat berakibat terlepasnya plasenta. Namun, hipotesis
ini belum terbukti secara definitif. Angka kejadian solusio plasenta pada ibu-ibu
penggunan kokain dilaporkan berkisar antara 13-35%.1
7. Faktor kebiasaan merokok

6
Penatalaksanaan pada Ibu Menderita Pendarahan Akibat Solusio Plasenta

Ibu yang perokok juga merupakan penyebab peningkatan kasus solusio plasenta
sampai dengan 25% pada ibu yang merokok ≤ 1 (satu) bungkus per hari. Ini dapat
diterangkan pada ibu yang perokok plasenta menjadi tipis, diameter lebih luas dan
beberapa abnormalitas pada mikrosirkulasinya. Deering dalam penelitiannya
melaporkan bahwa resiko terjadinya solusio plasenta meningkat 40% untuk setiap
tahun ibu merokok sampai terjadinya kehamilan.1,2

Klasifikasi
Plasenta dapat terlepas hanya
pada pinggirnya saja (ruptura sinus
marginalis), dapat pula terlepas lebih
luas (solusio plasenta parsialis), atau
bisa seluruh permukaan maternal
plasenta terlepas (solusio plasenta
totalis). Perdarahan yang terjadi akan
merembes antara plasenta dan
miometrium untuk seterusnya
menyelinap di bawah selaput ketuban
dan akhirnya memperoleh jalan ke
kanalis servikalis dan keluar melalui
vagina, menyebabkan perdarahan
eksternal (revealed hemorrhage).2
Yang lebih jarang, jika bagian Gambar 2. Solusio Plasenta Dengan Perdarahan Eksternal
plasenta sekitar perdarahan masih melekat pada dinding rahim, darah tidak keluar dari
uterus, tetapi tertahan di antara plasenta yang terlepas dan uterus sehingga
menyebabkan perdarahan tersembunyi (concealed hemorrhage) yang dapat terjadi
parsial (Gambar 3) atau total (Gambar 4).4,5

7
Penatalaksanaan pada Ibu Menderita Pendarahan Akibat Solusio Plasenta

Gambar 4. Solusio Plasenta Total Disertai Perdarahan


Gambar 3. Solusio Plasenta Parsial Disertai Perdarahan
Tersembunyi
Tersembunyi

Solusio plasenta dengan perdarahan tertutup terjadi jika:2


1. Bagian plasenta sekitar perdarahan masih melekat pada dinding rahim
2. Selaput ketuban masih melekat pada dinding rahim
3. Perdarahan masuk ke dalam kantong ketuban setelah selaput ketuban pecah
4. Bagian terbawah janin, umumnya kepala, menempel ketat pada segmen bawah
rahim.
Perdarahan yang tersembunyi biasanya menimbulkan bahaya yang lebih besar
bagi ibu, tidak saja karena kemungkinan koagulopati konsumptif tetapi juga karena
jumlah darah yang keluar sulit diperkirakan.4

Patofisologi

Solusio plasenta merupakan hasil akhir dari suatu proses yang bermula dari
suatu keadaan yang mampu memisahkan vili-vili korialis plasenta dari tempat
implantasinya pada desidua basalis sehingga terjadi perdarahan. Oleh karena itu
patofisiologinya bergantung pada etiologi. Pada trauma abdomen etiologinya jelas
karena robeknya pembuluh darah desidua2.

8
Penatalaksanaan pada Ibu Menderita Pendarahan Akibat Solusio Plasenta

Dalam banyak kejadian perdarahan berasal dari kematian sel (apoptosis) yang
disebabkan oleh iskemia dan hipoksia. Semua penyakit ibu yang dapat menyebabkan
pembentukan trombosis dalam pembuluh darah desidua atau dalam vaskular vili dapat
berujung kepada iskemia dan hipoksia setempat yang menyebabkan kematian
sejumlah sel dan mengakibatkan perdarahan sebagai hasil akhir. Perdarahan tersebut
menyebabkan desidua basalis terlepas kecuali selapisan tipis yang tetap melekat pada
miometrium. Dengan demikian, pada tingkat permulaan sekali dari proses terdiri atas
pembentukan hematom yang bisa menyebabkan pelepasan yang lebih luas, kompresi
dan kerusakan pada bagian plasenta yang berdekatan. Pada awalnya mungkin belum
ada gejala kecuali terdapat hematom pada bagian belakang plasenta yang baru lahir.
Dalam beberapa kejadian pembentukan hematom retroplasenta disebabkan oleh
putusnya arteria spiralis dalam desidua. Hematoma retroplasenta mempengaruhi
penyampaian nutrisi dan oksigen dari sirkulasi maternal/plasenta ke sirkulasi janin.
Hematoma yang terbentuk dengan cepat meluas dan melepaskan plasenta lebih
luas/banyak sampai ke pinggirnya sehingga darah yang keluar merembes antara
selaput ketuban dan miometrium dan selanjutnya keluar melalui serviks ke vagina
(revealed hemorrhage). Perdarahan tidak bisa berhenti karena uterus yang lagi
mengandung tidak mampu berkontraksi untuk menjepit pembuluh arteria spiralis yang
terputus. Walaupun jarang terdapat perdarahan tinggal terperangkap di dalam uterus
(concealed hemorrhage)2,4.

Nikotin dan kokain keduanya dapat menyebabkan vasokonstriksi yang bisa


menyebabkan iskemia dan pada plasenta sering dijumpai bermacam lesi seperti
infark, oksidatif stres, apoptosis, dan nekrosis, yang kesemuanya ini berpotensi
merusak hubungan uterus dengan plasenta yang berujung kepada solusio plasenta.
Dilaporkan merokok berperan pada 15% sampai 25% dari insidensi solusio plasenta.
Merokok satu bungkus perhari menaikkan insiden menjadi 40%2.

Gejala klinis

Gambaran klinik solusio plasenta tergantung dari seberapa bagian plasenta yang
terlepas8
1. Solusio plasenta ringan.
- Terlepasnya plasenta kurang dari ¼ luasnya
- Tidak memberikan gejala klinik dan ditemukan setelah persalinan
- Keadaan umum ibu dan janin tidak mengalami gangguan

9
Penatalaksanaan pada Ibu Menderita Pendarahan Akibat Solusio Plasenta

- Persalinan berjalan dengan lancar pervaginam


2. Solusio plasenta sedang
- Terlepasnya plasenta lebih dari ¼, tetapi belum mencapai 2/3 bagian
- Dapat menimbulkan gejala klinik:
a. Perdarahan dengan rasa sakit
b. Perut terasa tegang
c. Gerak janin berkurang
d. Palpasi bagian janin sulit diraba
e. Auskultasi jantung janin dapat terjadi asfiksia ringn dan sedang
f. Pada pemeriksaan dalam ketuban menonjol
g. Dapat terjadi gangguan pembekuan darah
3. Solusio plasenta berat
- Lepasnya plasenta lebih dari 2/3 bagian
- Terjadi perdarahan disertai rasa nyeri
- Penyulit pada ibu
a. Terjadi syok dengan tekanan darah menurun, nadi dan pernapasan
meningkat.
b. Dapat terjadi gangguan pembekuan darah
c. Pada pemeriksaan dijumpai turunnya tekanan darah sampai syok, tidak
sesuai dengan perdarahan dan penderita tampak anemis.
d. Pemeriksaan dalam ketuban tegang dan menonjol
e. Solusio plasenta berat dengan Couvelaire uterus terjadi gangguan
kontraksi dan atonia uteri.

Penatalaksanaan

Penanganan kasus-kasus solusio plasenta didasarkan kepada berat atau


ringannya gejala klinis, yaitu:
1. Solusio plasenta ringan
Jarang ditemukan di rumah sakit. Pada umumnya didiagnosis secara kebetulan
pada pemeriksaaan USG oleh karena tidak memberikan gejala klinik yang khas.
Apabila kehamilannya kurang dari 36 minggu dan perdarahan kemudian berhenti,
perut tidak menjadi nyeri, dan uterus tidak tegang, maka penderita harus diobservasi
dengan ketat. Apabila perdarahan berlangsung terus dan gejala solusio plasenta
bertambah jelas atau dengan pemeriksaan USG daerah solusio plasenta bertambah
luas maka dilakukan terminasi kehamilan atau tindakan seksio sesaria.
2. Solusio plasenta sedang sampai berat
Dilakukan perbaikan keadaan umum terlebih dahulu dengan resusitasi cairan
dan transfusi darah. Bila janin masih hidup biasanya dalam keadaan gawat janin,
dilakukan seksio sesarea, kecuali bila pembukaan telah lengkap. Pada keadaan ini
dilakukan amniotomi, drip oksitosin, dan bayi dilahirkan dengan ekstraksi forcep.

10
Penatalaksanaan pada Ibu Menderita Pendarahan Akibat Solusio Plasenta

Apabila janin telah mati dilakukan persalinan pervaginam dengan cara melakukan
amniotomi, drip oksitosin. Bila bayi belum lahir dalam waktu 6 jam, dilakukan
tindakan seksio sesarea.
Komplikasi

Komplikasi solusio plasenta berasal dari perdarahan retroplasenta yang terus


berlangsung sehingga menimbulkan berbagai akibat pada ibu seperti anemia, syok
hipovolemik, insufisiensi fungsi plasenta, gangguan pembekuan darah, gagal ginjal.
Sindroma Sheehan terdapat pada beberapa penderita yang terhindar dari kematian
setelah menderita syok yang berlangsung lama yang menyebabkan iskemia dan
nekrosis adenohipofisis sebagai akibat solusio plasenta2.
Kematian janin, kelahiran prematur dan kematian perinatal merupakan
komplikasi yang paling sering terjadi pada solusio plasenta. Solusio plasenta berulang
dilaporkan juga bisa terjadi pada 25% perempuan yang pernah menderita solusio
plasenta sebelumnya. Solusio plasenta kronik dilaporkan juga sering terjadi di mana
proses pembentukan hematom retroplasenta berhenti tanpa dijelang oleh persalinan.
Komplikasi koagulopati dijelaskan sebagai berikut. Hematoma retroplasenta yang
terbentuk mengakibatkan pelepasan retroplasenta berhenti ke dalam peredaran darah.
Tromboplastin bekerja mempercepat perombakan protrombin menjadi trombin.
Trombin yang terbentuk dipakai untuk mengubah fibrinogen menjadi fibrin untuk
membentuk lebih banyak bekuan utama pada solusio plasenta berat. Melalui
mekanisme ini apabila pelepasan tromboplastin cukup banyak dapat menyebabkan
terjadi pembekuan darah intravaskular yang luas (disseminated intravascular
coagulation) yang semakin menguras persediaan fibrinogen dan faktor-faktor
pembekuan lain2.
Curah jantung yang menurun dan kekakuan pembuluh darah ginjal akibat
tekanan intrauterina yang meninggi menyebabkan perfusi ginjal sangat menurun dan
menyebabkan anoksia. Keadaan umum yang terjadi adalah nekrosis tubulus-tubulus
ginjal secara akut menyebabkan kegagalan fungsi ginjal2.

Prognosis

Solusio plasenta mempunyai prognosis yang buruk baik bagi ibu hamil dan
lebih buruk lagi bagi janin jika dibandingkan dengan plasenta previa. Solusio plasenta
ringan masih mempunyai prognosis yang baik bagi ibu dan janin karena tidak ada

11
Penatalaksanaan pada Ibu Menderita Pendarahan Akibat Solusio Plasenta

kematian dan morbiditasnya rendah. Solusio plasenta sedang mempunyai prognosis


yang lebih buruk terutama terhadap janinnya karena mortalitas dan morbiditas
perinatal yang tinggi. Solusio plasenta berat mempunyai prognosis yang paling buruk
baik terhadap ibu terlebih terhadap janinnya. Hampir 100% janin pada kasus solusio
plasenta berat mengalami kematian. Tetapi ada literatur yang menyebutkan angka
kematian pada kasus berat berkisar antara 50-80%. Pada kasus solusio plasenta ringan
sampai sedang, keadaan janin tergantung pada luasnya plasenta yang lepas dari dinding
uterus, lamanya solusio plasenta berlangsung dan usia kehamilan. Perdarahan lebih dari
2000 ml biasanya menyebabkan kematian janin.2

Kesimpulan

Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi pada kehamilan berumur


diatas 22 minggu. Penyebabnya antara lain placenta previa, solusio placenta, dan perdarahan
yang belum jelas sumbernya. Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat
implantasinya sebelum janin lahir. Plasenta dapat terlepas hanya pada pinggirnya saja
(ruptura sinus marginalis), dapat pula terlepas lebih luas (solusio plasenta parsialis),
atau bisa seluruh permukaan maternal plasenta terlepas (solusio plasenta totalis).
Kematian janin, kelahiran prematur dan kematian perinatal merupakan komplikasi
yang paling sering terjadi pada solusio plasenta.

Daftar Pustaka

1. Sulaiman Sastrawinata. 1985. Obstetri Fisiologi. Bandung : Eleman. Hal 102-


122.

2. Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Perdarahan Pada Kehamilan Lanjut dan


Persalinan; Bagian Ketiga: Patologi Kehamilan, Persalinan, Nifas, dan Bayi
Baru Lahir (Masalah Ibu); Dalam: Ilmu Kebidanan, edisi ke-4. Jakarta:
Penerbit P.T. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. h. 492-513.
3. Mose, Johanes C. 2004. Penyulit Kehamilan; Perdarahan Antepartum; Dalam:
Obstetri Patologi, edisi ke-2. Editor: Prof. Sulaiman Sastrawinata, dr,
SpOG(K), Prof. Dr. Djamhoer Martaadisoebrata, dr, MPSH, SpOG(K), Prof.

12
Penatalaksanaan pada Ibu Menderita Pendarahan Akibat Solusio Plasenta

Dr. Firman F. Wirakusumah, dr, SpOG(K). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran


EGC dan Padjadjaran Medical Press. h. 91-96
4. Suyono,Lulu,Gita,Harum,Endang. 2007. Hubungan Antara Umur Ibu Hamil
Dengan Frekuensi Solusio Plasenta di RSUD Dr. Moewardi Surakarta; Dalam:
Cermin Dunia Kedokteran vol.34 no.5.h 233-238
5. Leveno, Kenneth J. MD; Cunningham, F. Gary MD; Alexander, James M.
MD; Bloom, Steven L. MD; Casey, Brian M. MD; Dashe, Jodi. S MD; et al.
2007. Obstetrical Complications Section VII, Chapter 35. Obstetrical
Hemorrhage. In: Williams, 22nd edition. Editor: Anne Sydor, Marsha Loeb,
Peter J. Boyle. United States of America: McGraw-Hill Companies, Inc.
6. Miller David A.. Obstretric Hemmorhage. February, 2009. from
http//www.obfocus.com/.../bleeding/hemorrhagepa.html 31 Mei 2017.

13

Anda mungkin juga menyukai