Plasenta
102015170 / A2
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Alamat Korespondensi: Jalan Terusan Arjuna No. 6, Jakarta Barat 11510
E-mail: dewi.2015fk170@civitas.ukrida.ac.id
Pendahuluan
Plasenta adalah organ yang dibentuk dari jaringan pembuluh darah dan
menghubungkan janin yang sedang berkembang dengan dinding rahim sehingga janin
dapat menerima nutrisi, pertukaran gas melalui asupan darah ibu, pertahanan melawan
infeksi, dan memproduksi hormon yang dapat menyokong kehamilan maka plasenta
merupakan organ yang sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan janin. 1
Melihat pentingnya peranan plasenta, maka bila terjadi kelainan pada plasenta akan
menyebabkan gangguan pertumbuhan janin ataupun mengganggu proses persalinan.
Kelainan pada plasenta dapat berupa gangguan fungsi dari plasenta, gangguan
implantasi plasenta, maupun pelepasan plasenta sebelum waktunya yang disebut
solusio plasenta.2
Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau seluruh permukaan maternal
plasenta dari tempat implantasinya yang normal pada lapisan desidua endometrium
sebelum waktunya yakni antara minggu 22 dan lahirnya anak.1,2
Insidensi solusio plasenta bervariasi di seluruh dunia. Frekuensi solusio
plasenta di Amerika Serikat dan di seluruh dunia mendekati 1%. Saat ini kematian
maternal akibat solusio plasenta mendekati 6%. Solusio plasenta merupakan salah
satu penyebab perdarahan antepartum yang memberikan kontribusi terhadap kematian
maternal dan perinatal di Indonesia. Pada tahun 1988 kematian maternal di Indonesia
diperkirakan 450 per 100.000 kelahiran hidup. Angka tersebut tertinggi di ASEAN (5-
142 per 100.000) dan 50-100 kali lebih tinggi dari angka kematian maternal di negara
maju.3
Anamnesis
Penatalaksanaan pada Ibu Menderita Pendarahan Akibat Solusio Plasenta
Dari hasil anamnesa yang dilakukan, kita bisa mendapatkan hasil bahwa
HPHT pada 9 September 2016 (tanggal pemeriksaan: 31 Mei 2017) sehingga
didapatkan bahwa usia janin 38 minggu (trimester III), G4P2A1, terdapat keluar darah
berwarna kecoklatan, jumlah banyak, nyeri terus menerus, trauma (-), lemas, pucat,
ANC 2x ke bidan (terakhir kali 1bulan yang lalu).
Pemeriksaan Fisik
Diawali dengan menilai keadaan umum dan kesadaran pasien, dengan hasil
tampak sakit sedang dan compos mentis. Lalu dilanjutkan ke pemeriksaan tanda-tanda
vital dan kemudian pemeriksaan fisik head to toe.
Pada ibu hamil dilakukan pemeriksaan obstetri dengan pemeriksaan Leopold,
pemeriksaan palpasi Leopold adalah suatu teknik pemeriksaan pada ibu hamil dengan
cara perabaan yaitu merasakan bagian yang terdapat pada perut ibu hamil
menggunakan tangan pemeriksa dalam posisi tertentu, atau memindahkan bagian-
bagian tersebut dengan cara-cara tertentu menggunakan tingkat tekanan tertentu.
Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan setelah umur kehamilan 24 minggu, ketika
semua bagian janin sudah dapat diraba. Teknik pemeriksaan ini utamanya bertujun
untuk menentukan posisi dan letak janin pada uterus, dapat juga berguna untuk
memastikan usia kehamilan ibu dan memperkirakan berat janin.
Pada kasus ini tidak dapat dilakukan karena perut tegang. Kemudian diperiksa
juga denyut jantung janin, denyut jantung janin baru dapat diketahui dengan
menggunakan alat ultrasonografi (USG) pada usia kehamilan 8 minggu sedangkan
apabila menggunakan alat doppler pada usia kehamilan 10-12 minggu dan pada kasus
ini denyut jantung janin tidak terdengar.
Pemeriksaan Penunjang
2
Penatalaksanaan pada Ibu Menderita Pendarahan Akibat Solusio Plasenta
2. Hemoglobin (Hb)
Hemoglobin adalah parameter status besi yang memberikan suatu ukuran
kuantitatif tentang beratnya kekurangan zat besi setelah anemia berkembang.
Pada pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan
alat sederhana seperti Hb sahli.
Kriteria Anemia menurut WHO:
Pria dewasa :<13g/dL
Wanita dewasa :<12g/dL
Wanita hamil :<11g/dL
Anak 6-14 tahun :<12g/dL
Anak 6 bln-6tahun :<11g/dL
Pada wanita hamil terutama dengan perdarahan antepartum sebaiknya kadar Hb dan
Ht sebaiknya diperiksakan untuk mengetahui apakah terdapat gejala anemia atau
tidak.
Ultrasonografi
Transabdominal ultrasonografi dalam keadaan kandung kemih yang dikosongkan
akan memberikan kepastian diagnosa plasenta previa. Walaupun transvaginal
ultrasonografi lebih superior untuk mendeteksi keadaan ostium uteri internum namun
sangat jarang diperlukan, karena di tangan yang tidak ahli cara ini dapat menimbulkan
perdarahan yang lebih banyak. Penentuan lokasi plasenta secara ultrasonografis
sangat tepat dan tidak menimbulkan bahaya radiasi terhadap janin.5
MRI
Sejumlah peneliti telah menggunakan MRI untuk memvisualisasikan abnormalitas
plasenta. MRI juga berguna untuk mendiagnosis plasenta akreta. Tapi MRI jarang
dilakukan karena kendala biaya dan USG lebih cepat dan murah dibanding MRI.
Diagnosis Banding
3
Penatalaksanaan pada Ibu Menderita Pendarahan Akibat Solusio Plasenta
Plasenta previa ialah plansenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen-
bawah uterus sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir. Pada
keadaan normal plasenta terletak di bagian atas uterus. Plasenta previa merupakan
salah satu penyebab serius perdarahan pada periode trimester ketiga..2,3,8
Pendarahan tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri merupakan gejala utama dari
plasenta previa. Perdarahan dapat terjadi selagi penderita tidur atau bekerja biasa.
Pendarahan pertama biasanya tidak banyak, sehingga tidak akan berakibat fatal. Akan
tetapi, pendarahan berikutnya hampir selalu lebih banyak daripada sebelumnya,
apalagi kalau sebelumnya telah dilakukan pemeriksaan dalam. Darahnya berwarna
merah segar, berlainan dengan darah yang disebabkan oleh solution plasenta yang
berwarna kehitam-hitaman. Sumber pendarahan ialah sinus uterus yang terobek
karena terlepasnya plasenta dari dinding uterus, atau karena robekan sinus marginalis
dari plasenta.
Klasifikasi plasenta previa didasarkan atas terabanya jaringan plasenta melalui
pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu. Pembagiannya sebagai berikut:
1. Plasenta previa totalis. Seluruh pembukaan tertutup oleh jaringan plasenta
2. Plasenta previa parsialis. Sebagian pembukaan tertutup oleh jaringan plasenta
3. Plasenta previa marginalis. Pinggir plasenta tepat pada pinggir pembukaan
4. Plasenta letak rendah. Plasenta yang letaknya abnormal pada segmen-segmen
bawah uterus, akan tetapi belum samapai menutupi pembukaan jalan lahir.
Pinggur plasenta kira-kira 3-4 cm di atas pinggir pmbukaan, sehingga tidak akan
teraba pada pembukaan jalan lahir.
Diagnosis Kerja
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya
sebelum janin lahir Terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya sebelum
kelahiran. Perdarahan akibat solusio plasenta umumnya menyusup di antara membran
plasenta dan uterus, dan akhirnya keluar dari serviks dan menyebabkan perdarahan
eksternal. Pada solusio plasenta terdapat nyeri tekan pada uterus dan terdapat distress
janin. Sering terjadi kontraksi pada uterus. Nama lain yang sering dipergunakan, yaitu
abruptio placentae, ablatio placentae, accidental haemorrhage, premature separation
of the normally implanted placenta 6
4
Penatalaksanaan pada Ibu Menderita Pendarahan Akibat Solusio Plasenta
Epidemiologi
Etiologi
Penyebab primer solusio plasenta belum diketahui secara pasti, namun ada
beberapa faktor yang menjadi predisposisi :
1. Faktor hipertensi
Hipertensi essensial, sindroma preeklamsia dan eklamsia (1,3). Pada penelitian di
Parkland, ditemukan bahwa terdapat hipertensi pada separuh kasus solusio plasenta
berat, dan separuh dari wanita yang hipertensi tersebut mempunyai penyakit
hipertensi kronik, sisanya hipertensi yang disebabkan oleh kehamilan. Dapat
5
Penatalaksanaan pada Ibu Menderita Pendarahan Akibat Solusio Plasenta
6
Penatalaksanaan pada Ibu Menderita Pendarahan Akibat Solusio Plasenta
Ibu yang perokok juga merupakan penyebab peningkatan kasus solusio plasenta
sampai dengan 25% pada ibu yang merokok ≤ 1 (satu) bungkus per hari. Ini dapat
diterangkan pada ibu yang perokok plasenta menjadi tipis, diameter lebih luas dan
beberapa abnormalitas pada mikrosirkulasinya. Deering dalam penelitiannya
melaporkan bahwa resiko terjadinya solusio plasenta meningkat 40% untuk setiap
tahun ibu merokok sampai terjadinya kehamilan.1,2
Klasifikasi
Plasenta dapat terlepas hanya
pada pinggirnya saja (ruptura sinus
marginalis), dapat pula terlepas lebih
luas (solusio plasenta parsialis), atau
bisa seluruh permukaan maternal
plasenta terlepas (solusio plasenta
totalis). Perdarahan yang terjadi akan
merembes antara plasenta dan
miometrium untuk seterusnya
menyelinap di bawah selaput ketuban
dan akhirnya memperoleh jalan ke
kanalis servikalis dan keluar melalui
vagina, menyebabkan perdarahan
eksternal (revealed hemorrhage).2
Yang lebih jarang, jika bagian Gambar 2. Solusio Plasenta Dengan Perdarahan Eksternal
plasenta sekitar perdarahan masih melekat pada dinding rahim, darah tidak keluar dari
uterus, tetapi tertahan di antara plasenta yang terlepas dan uterus sehingga
menyebabkan perdarahan tersembunyi (concealed hemorrhage) yang dapat terjadi
parsial (Gambar 3) atau total (Gambar 4).4,5
7
Penatalaksanaan pada Ibu Menderita Pendarahan Akibat Solusio Plasenta
Patofisologi
Solusio plasenta merupakan hasil akhir dari suatu proses yang bermula dari
suatu keadaan yang mampu memisahkan vili-vili korialis plasenta dari tempat
implantasinya pada desidua basalis sehingga terjadi perdarahan. Oleh karena itu
patofisiologinya bergantung pada etiologi. Pada trauma abdomen etiologinya jelas
karena robeknya pembuluh darah desidua2.
8
Penatalaksanaan pada Ibu Menderita Pendarahan Akibat Solusio Plasenta
Dalam banyak kejadian perdarahan berasal dari kematian sel (apoptosis) yang
disebabkan oleh iskemia dan hipoksia. Semua penyakit ibu yang dapat menyebabkan
pembentukan trombosis dalam pembuluh darah desidua atau dalam vaskular vili dapat
berujung kepada iskemia dan hipoksia setempat yang menyebabkan kematian
sejumlah sel dan mengakibatkan perdarahan sebagai hasil akhir. Perdarahan tersebut
menyebabkan desidua basalis terlepas kecuali selapisan tipis yang tetap melekat pada
miometrium. Dengan demikian, pada tingkat permulaan sekali dari proses terdiri atas
pembentukan hematom yang bisa menyebabkan pelepasan yang lebih luas, kompresi
dan kerusakan pada bagian plasenta yang berdekatan. Pada awalnya mungkin belum
ada gejala kecuali terdapat hematom pada bagian belakang plasenta yang baru lahir.
Dalam beberapa kejadian pembentukan hematom retroplasenta disebabkan oleh
putusnya arteria spiralis dalam desidua. Hematoma retroplasenta mempengaruhi
penyampaian nutrisi dan oksigen dari sirkulasi maternal/plasenta ke sirkulasi janin.
Hematoma yang terbentuk dengan cepat meluas dan melepaskan plasenta lebih
luas/banyak sampai ke pinggirnya sehingga darah yang keluar merembes antara
selaput ketuban dan miometrium dan selanjutnya keluar melalui serviks ke vagina
(revealed hemorrhage). Perdarahan tidak bisa berhenti karena uterus yang lagi
mengandung tidak mampu berkontraksi untuk menjepit pembuluh arteria spiralis yang
terputus. Walaupun jarang terdapat perdarahan tinggal terperangkap di dalam uterus
(concealed hemorrhage)2,4.
Gejala klinis
Gambaran klinik solusio plasenta tergantung dari seberapa bagian plasenta yang
terlepas8
1. Solusio plasenta ringan.
- Terlepasnya plasenta kurang dari ¼ luasnya
- Tidak memberikan gejala klinik dan ditemukan setelah persalinan
- Keadaan umum ibu dan janin tidak mengalami gangguan
9
Penatalaksanaan pada Ibu Menderita Pendarahan Akibat Solusio Plasenta
Penatalaksanaan
10
Penatalaksanaan pada Ibu Menderita Pendarahan Akibat Solusio Plasenta
Apabila janin telah mati dilakukan persalinan pervaginam dengan cara melakukan
amniotomi, drip oksitosin. Bila bayi belum lahir dalam waktu 6 jam, dilakukan
tindakan seksio sesarea.
Komplikasi
Prognosis
Solusio plasenta mempunyai prognosis yang buruk baik bagi ibu hamil dan
lebih buruk lagi bagi janin jika dibandingkan dengan plasenta previa. Solusio plasenta
ringan masih mempunyai prognosis yang baik bagi ibu dan janin karena tidak ada
11
Penatalaksanaan pada Ibu Menderita Pendarahan Akibat Solusio Plasenta
Kesimpulan
Daftar Pustaka
12
Penatalaksanaan pada Ibu Menderita Pendarahan Akibat Solusio Plasenta
13