Anda di halaman 1dari 134

SKILLS LAB BLOK 5 : MUSKULOSKELETAL 1

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

MATERI PENILAIAN

Penampilan
Berbusana rapi dan sopan (kemeja, rok/celana panjang kain), mengenakan snell jas yang
terkancing rapi, rambut rapi, memakai sepatu tertutup, kuku pendek tak berkuteks.
Posisi awal adalah POSISI ANATOMIS.
Caput dan Columna Vertebralis
Sendi Leher
Articulatio atlantooccipital
Fleksi dan ekstensi (10-15o)
Laterofleksi (8o)
Articulatio atlantoaxial
Fleksi dan ekstensi (10o)
Rotasi (47o)
Sendi Columna Vertebralis
Gerak antar masing-masing vertebra = sedikit penjumlahan gerak pada semua vertebra
yang tersusun membentuk columna vertebra, segmen thoracal, lumbal dan sacral I,
memberikan gerak yang nyata :
Fleksi dan ekstensi
Fleksi lateral / laterofleksi
Rotasi
Ekstremitas Superior
Sendi Gelang bahu
Articulatio sternoclavicula
Elevasi / depresi
Protraksi / retraksi
Sirkumduksi
Articulatio acromioclavicula
Memutar angulus inferior scapula ke lateral pada abduksi lengan atas, sampai mencapai
sisi kepala
Articulatio glenohumeral
Fleksi dan ekstensi
Abduksi dan adduksi
Endorotasi dan eksorotasi
Sendi Siku / articulatio cubiti
Articulatio humeroulnaris & humeroradialis
Fleksi dan ekstensi
Articulatio radioulnaris proximal
Pronasi dan supinasi (saat fleksi articulatio cubiti)
Sendi Pergelangan Tangan
Articulatio radioulnaris distal
Pronasi dan supinasi
Articulatio radiocarpea
Abduksi dan adduksi
Fleksi dan ekstensi
Sirkumduksi
Articulatio carpometacarpal IV-V
Fleksi dan ekstensi

Sendi Jari-Jari
Articulatio metacarpophalangeal dan interphalang
Fleksi dan ekstensi
Abduksi dan adduksi (aksis jari ke-3)
Articulatio carpometacarpal ibu jari (art.sellaris) dan articulation interphalang
Oposisi (jari I ke jari I-IV dan jari V ke jari I)
Ekstremitas Inferior
Sendi Panggul
Articulatio sacroiliaca
Rotasi (Sacrum ke depan dan kembali ke posisi awal, dilihat angulus lumbosacralis
mengecil dan angulus sacrum rotasi ke depan, dan sebaliknya
Articulatio coxae
Fleksi-ekstensi
Abduksi-adduksi
Rotasi internal-rotasi eksternal
Sirkumduksi
Sendi lutut
Articulatio genu (Art. Femoropatellaris, Art. Femorotibialis, Meniscus) dan articulatio
tibiofibularis proximal
Fleksi-ekstensi
Rotasi internal- rotasi eksternal (saat fleksi articulatio genu)
Sendi pergelangan kaki
Articulatio talocruralis (art. tibiofibularis distal dan tibiotalaris)
Dorsofleksi dan plantarfleksi
Articulatio subtalaris (art. talocalcaneus) dan articulatio midtarsalis (art. talonavicularis
dan calcaneocuboidalis)
Inversi dan eversi
Abduksi dan adduksi
Sendi jari-jari kaki
Articulatio metatarsophalangeal dan articulatio interphalangeal
Fleksi dan ekstensi

Jakarta,…………………………
Menyetujui,
SKILLS LAB BLOK 6: NEUROSCIENCE
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
(rev.November 2015)

MATERI PENILAIAN
PEMBUKAAN :Berpakaian rapi dan sopan serta kuku pendek tak berkuteks
Menyapa dan mengucapkan salam
Mempersilakan duduk dengan menampilkan suasana rileks pemeriksa dan pasien
Menanyakan identitas pasien (nama, usia, alamat,pekerjaan)
Menjelaskan maksud dan metode pemeriksaan dan mohon kesediaan pasien mengikuti
prosedur – prosedur tersebut (inform consent lisan)
Mencuci tangan 6 langkah WHO 20-30 detik dengan alkohol, sebelum pemeriksaan
Pemeriksa mempersilahkan pasien duduk/berbaring terlentang untuk pemeriksaan
PEMERIKSAAN REFLEKS : Pemeriksa mengambil reflex hammer /palu refleks dan berdiri
di kanan pasien; pasien diminta untuk memandang jauh
Refleks Biceps
Pemeriksa mengatur posisi lengan pasien dan mengajak pasien mengikuti gerakan tersebut ke
posisi pemeriksaan refleks biceps kanan :lengan pasien pada abdomen/pangkuan,lalu letakkan
jari telunjuk tangan kiri pemeriksa pada tendon biseps
Pemeriksa mengetukkan reflex hammer /palu refleks pada jari telunjuk tsb.;lalu perhatikan
otot biceps kanan atau gerak fleksi lengan bawah
Pemeriksaan dilanjutkan ke lengan kiri pasien. Laporkansemua hasilnya
Refleks Triceps
Pemeriksa mengatur posisi lengan pasien dan mengajak pasien mengikuti gerakan tersebut ke
posisi pemeriksaan refleks triceps kanan : lengan kanan pasien posisi fleksi 90 derajat di siku
Pemeriksa mengetukkan reflex hammer/palu refleks ke tendon triceps kanan.; lalu perhatikan
otot triseps kanan atau gerak ekstensi lengan bawah
Pemeriksaan dilanjutkan ke lengan kiri pasien. Laporkan semua hasilnya
Refleks Brachioradialis
Pemeriksa mengatur posisi lengan kanan pasien pada posisi fleksi
Pemeriksa mengetukkan reflex hammer /palu refleks pada jari yang diletakkan pada proc.
Styloideus radii ; perhatikan otot brachioradialis
Pemeriksaan dilanjutkan ke lengan kiri pasien. Laporkan semua hasilnya
Refleks Patela
Pasien posisi tidur. Pemeriksa mengatur posisi kaki dan mengajak pasien mengikuti gerakan
tersebut ke posisi pemeriksaan refleks patela kanan : posisi lutut fleksi 90 derajat dan tangan
kiri pemeriksa menopang lutut pasien
Pemeriksa mengetukkan reflex hammer ke inferior/bawah patela kanan ;lalu perhatikan otot
kuadriseps kanan atau gerak ekstensi tungkai bawah
Pemeriksaan dilanjutkan ke patela kiri pasien. Laporkan semua hasilnya
Pasien posisi duduk. Pemeriksa mengatur posisi kaki dan mengajak pasien mengikuti gerakan
tersebut ke posisi pemeriksaan refleks patela kanan : pasien duduk dengan tungkai relaks, lalu
pemeriksa meraba tendo patela
Pemeriksa mengetukkan refleks hammer ke tendo patela kanan; lalu perhatikan otot
kuadriseps kanan atau gerak ekstensi tungkai bawah
Pemeriksaan dilanjutkan ke patela kiri pasien. Laporkan semua hasilnya
Refleks Achilles
Pasien posisi tidur. Pemeriksa mengatur posisi kaki kanan dan mengajak pasien mengikuti
gerakan ke posisi pemeriksaan refleks Achilles : lutut kanan fleksi dan relaks, lalu tangan kiri
pemeriksa memegang kaki pada posisi dorsofleksi
Pemeriksa mengetukkan palu refleks ke tendo Achilles kanan ; perhatikan otot betis atau
gerak plantar fleksi kaki
Pemeriksaan dilanjutkan ke bagian kiri kaki pasien. Laporkan semua hasilnya
Pasien posisi duduk. Pemeriksa mengatur posisi kaki kanan dan mengajak pasien mengikuti
gerakan ke posisi pemeriksaan refleks Achilles: pasien duduk dengan tungkai relaks, lalu
tangan kiri pasien memegang kaki pada posisi dorsifleksi sehingga ada ketegangan otot triseps
surae
Pemeriksa mengetukkan palu refleks ke tendo Achilles kanan ; perhatikan otot betis atau
gerak plantar fleksi kaki
Pemeriksaan dilanjutkan ke bagian kiri kaki pasien. Laporkan semua hasilnya ( N/ / )
SISTEM MOTORIK
Inspeksi :sikap,bentuk,ukuran (termasuk adanya atrofi),gerak abnormal
Pemeriksaan gerakan pasif :
Tonus : normal, menurun atau meningkat, cogwheel rigidity, lead pipe rigidity, spastisitas,
flaccid
Pemeriksaan gerakan aktif ekstremitas atas :
ƒ Deltoid: rentangkan lengan ke samping dan tahan

ƒ Biceps: Fleksi lengan pada siku, pemeriksa menarik lengan bawah dan pasien menahan

ƒ Triceps: Ekstensi lengan bawah, pemeriksa berusaha fleksi lengan bawah dan pasien
menahan

ƒ Wrist extension: mengepalkan tangan dalam posisi dorsifleksi, pemeriksa menarik ke


arah palmar dan pasien menahan

ƒ Wrist flexion: mengepalkan tangan dlm posisi palmarfleksi, pemeriksa menarik ke arah
dorsal dan pasien menahan

ƒ Ekstensi jari-jari: mengekstensi jari-jari kedua tangan, pemeriksa beusaha


menguncupkan jari-jari, pasien menahan

ƒ Fleksi jari-jari: Penderita mengepalkan tangan, taruh 2 jari pemeriksa dalam


kepalannya. Pemeriksa menarik jarinya

Pemeriksaan gerakan aktif ekstremitas bawah :


x Hip flexion/Fleksi panggul : pasien posisi duduk/tidur, lalu pasien menarik lutut ke
arah dada sampai fleksi 90 derajat; letakkan tangan pemeriksa di atas lutut & berusaha
mendorong ke arah kaki

x Hip extension/Ekstensi panggul: pasien posisi tidur, lalu letakkan tangan pemeriksa
di bawah tumit pasien;pasien diminta menekan tangan pemeriksa

x Hip abduction: posisi pasien duduk atau tidur pasien melebarkan tungkai, pemeriksa
berusaha merapatkan lutut

x Hip adduction : pasien merapatkan kedua lututnya, pemeriksa berusaha melebarkan


kedua tungkai.

x Fleksi Lutut: pasien mengangkat tungkai dengan posisi lutut fleksi 90


derajat;pemeriksa berusaha meluruskan tungkai dengan menarik ankle

x Ekstensi Lutut : pasien diminta fleksi lutut 90 derajat; tangan pemeriksa pada lutut
dan ankle lalu pasien diminta meluruskan tungkai.

x Dorsifleksi kaki : Pasien menarik kaki ke arah kepala; tangan pemeriksa memberikan
tahanan
x Plantarfleksi kaki :Pasien fleksi kaki ke arah bawah ;tangan pemeriksa memberikan
tahanan

x Inversi dan Eversi : Posisi kaki 90 derajat pada ankle; pasien diminta berturut- turut
menggerakan kaki ke dalam (inversi) dan ke luar (eversi) , lalu pemeriksa memberikan
tahanan pada masing-masing gerakan

Penilaian kekuatan motorik:

0 = tidak ada gerak

1 = kontraksi otot

2 = tidak dapat melawan gravitasi

3 = dapat melawan gravitasi

4 = dapat melawan tekanan ringan

5 = normal

PENUTUP
Mencuci tangan 6 langkah WHO 20-30 detik dengan memakai alcohol, sesudah
pemeriksaan
Mengucapkan terimakasih pada pasien atas kerjasamanya

Jakarta,…………………………
Menyetujui,

dr. Rimawati Tedjasukmana, SpS

Not For Sale By dr. Fenet


SKILLS LAB BLOK 7A: PARU 1
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
(rev.Maret 2016)

MATERI PENILAIAN
A PEMBUKAAN
1 Bersalaman serta menyapa dan mengucapkan selamat pagi / siang
2 Mempersilakan duduk dan waktu duduk sopan , serta menampilkan suasana rileks pemeriksa dan pasien
3 Menanyakan identitas pasien
4 Melakukan anamnesa terkait keluhan pasien
5 Menjelaskan maksud dan metode pemeriksaan dan mohon kesediaan mengikuti prosedur – prosedur
tersebut (inform consent lisan)
6 Melakukan cuci tangan 6 langkah WHO dengan , sebelum dan sesudah pemeriksaan
B TORAKS ANTERIOR
B.I INSPEKSI
6 Menjelaskan garis-garis imaginer pada toraks anterior sebelah kanan dan kiri (Midsternalis, Sternalis,
Parasternalis, Midklavikularis, Aksilaris Anterior, Medialis dan Posterior)
7 Menjelaskan warna kulit, adakah lesi kulit, benjolan atau pelebaran kapiler
8 Melaporkan bentuk toraks anterior
(normal, pectus excavatum, pectus carinatum, barrel chest)
9 Menyebutkan jenis pernafasan
(torakal, abdominal, torakoabdominal, abdominotorakal)
10 Mengamati pergerakan dada saat keadaan statis dan dinamis (saat tidak menarik nafas dalam dan
saat menarik nafas dalam -> ada bagian yang tertinggal/tidak)
11 Melaporkan ada/tidaknya sela iga cekung/ mencembung
B.II PALPASI
12 Meraba permukaan toraks acak dan terstruktur pada toraks anterior
(melaporkan : adanya rasa nyeri & massa/ benjolan)
13 Meraba sela iga (melaporkan : sela iga cekung/ cembung, nyeri tekan/ tidak)
14 Meraba toraks anterior : pergerakan toraks saat keadaan statis dan dinamis
(melaporkan : simetris/tidak & ada/tidaknya bagian thoraks yang tertinggal)
15 Melakukan pemeriksaan vokal fremitus pada toraks anterior : pasien diminta mengatakan “tujuh
puluh tujuh” dan menjelaskan hasilnya
B.III PERKUSI
16 Melakukan perkusi acak sambil menyebutkan hasil perkusinya
17 Melakukan perkusi terstruktur sambil menyebutkan hasil perkusinya
18 Melakukan pemeriksaan batas paru hati & peranjakan hati
B.IV AUSKULTASI
19 Menyebutkan jenis suara nafas, secara acak dan terstruktur (bronkial, bronkovesikuler, vesikuler)
C TORAKS POSTERIOR
C.I INSPEKSI
20 Menjelaskan garis-garis imaginer pada toraks posterior sebelah kanan dan kiri (Linea Aksilaris
Posterior, Midskapularis, Skapularis, serta Vertebralis)
21 Menjelaskan warna kulit; adakah lesi kulit/benjolan
22 Melaporkan bentuk toraks posterior ( lordosis, kifosis, skoliosis )
23 Melaporkan ada/tidaknya sela iga mencekung/ mencembung dan lokasi
C.II PALPASI
24 Meraba permukaan toraks secara acak dan terstruktur
(melaporkan adanya rasa nyeri & massa/ benjolan)
25 Meraba sela iga (melaporkan sela iga mencekung/ mencembung dan rasa nyeri)
26 Melaporkan pergerakan toraks saat keadaan statis dan dinamis
(simetris/tidak & ada/tidaknya bagian dada yang tertinggal)
27 Melakukan pemeriksaan vokal fremitus pada thoraks belakang dan menjelaskan hasilnya
C.III PERKUSI
28 Melakukan perkusi acak sambil menyebutkan hasil perkusinya
29 Melakukan perkusi terstruktur sambil menyebutkan hasil perkusinya
C.IV AUSKULTASI
30 Melakukan auskultasi sambil menyebutkan jenis suara nafas secara acak dan terstruktur
D PENUTUP
31 Menjelaskan keadaan pasien (dalam keadaan normal), menanyakan apakah ada yang ingin ditanyakan lagi,
serta mengucapkan terimakasih atas kerjasamanya

Jakarta, …………………………………

Menyetujui,

Dr.dr.Mardi Santoso, DTM&H, SpPD-KEMD, FINASIM, FACE


SKILLS LAB BLOK 7 : TANDA-TANDA VITAL
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
(rev. Mei 2015)

No MATERI PENILAIAN

Pembukaan : berpakaian rapi dan sopan, berkuku pendek tak berkuteks


Bersalaman serta menyapa dan mengucapkan selamat pagi / siang
Mempersilakan duduk dan waktu duduk sopan , serta menampilkan suasana rileks pemeriksa
dan pasien
Menanyakan identitas pasien : nama, usia, pekerjaan, tempat tinggal
Menjelaskan maksud dan metode pemeriksaan dan mohon kesediaan mengikuti prosedur –
prosedur tersebut (inform consent lisan)
Mempersilakan pasien berbaring, jika pasien bersedia diperiksa
Melakukan cuci tangan 6 langkah WHO dengan alkohol 70% sebelum pemeriksaan
I Denyut Nadi dan Pernafasan
A.Denyut Nadi
-posisi pemeriksa di sebelah kanan pasien
-posisi pasien : bisa posisi berbaring atau duduk; tetapi pada latihan ini berbaring saja
-lengan yang diperiksa kanan saja, selama 30 detik

1 Raba denyut nadi pada fossa radialis dengan bantalan jari 2,3,4 tangan kanan
2 Menghitung frekuensi per menit, bila reguler boleh 30” Æ hasil kali 2 (yang dilaporkan)
3 Rasakan kekuatan denyut nadi dan regularitas
4 Laporkan hasil pemeriksaan meliputi : frekuensi, regularitas, kekuatan denyut nadi (kuat-
sedang-lemah)
B. Pernafasan
Dengan posisi tangan masih di fossa radialis, lakukan pemeriksaan pernafasan secara
tidak kentara :
1.Perhatikan dalam 1 menit, gerak pernapasan satu siklus inspirasi dan ekspirasi
2.Menghitung frekuensi pernapasan per menitnya dan melaporkan hasilnya (Frekuensi
(jumlah siklus per menit), Regularitas (regular atau ireguler), Kedalaman (normal, dangkal,
dalam)
II Tekanan Darah
(Posisi pasien : bisa posisi berbaring atau duduk; tetapi pada latihan ini berbaring saja ; lengan
yang diperiksa kanan saja)
1 Siapkan lengan atas bebas dari pakaian atau lengan baju digulung (untuk lengan pendek), bila
lengan panjang, baju harus dibuka; tidak ada fistula atau bekas dialisis; posisi fleksi
menghadap ke atas
2 Letakkan tensimeter setinggi jantung
3 Pasang manset tensimeter dengan pipa di bagian medial (kea rah bawah) dan tepi bawah
manset 2 – 3 cm di atas fossa cubiti; pastikan manset tidak menutupi fossa cubiti
4 Cari letak a. brakhialis di fossa cubiti
5 Siapkan stetoskop : pastikan pemakaian stetoskop tidak terbalik atau tertutup dan tidak
diselipkan dibawah manset
6 Meraba a. radialis di pergelangan tangan,dengan tangan kiri
7 Kunci balon pompa dengan tangan kanan; dengan posisi tangan tetap pada a. radialis, lalu
pompa sampai 30 mmHg di atas tekanan ketika denyut a. radialis menghilang
8 Letakkan membran stetoskop pada a. brakhialis di fossa cubiti
9 Turunkan atau buka pompa perlahan-lahan (sekitar 2-3 mmHg)
10 Identifikasi suara pertama sebagai tekanan sistolik
11 Lakukan penurunan tekanan sampai bunyi menghilang, yaitu pada tekanan diastolik
12 Laporkan hasil pemeriksaan tekanan darah dalam mmHg
Catatan : jika masih terdengar sampai 0, maka dinyatakan juga; misal : 120/80/0 mmHg
III Suhu Tubuh Ketiak dengan Termometer Raksa
1 Keringkan ketiak dengan tisu kering, lalu bersihkan ujung thermometer dengan kapas alkohol
2 Mengibaskan termometer air raksa agar air raksa < 35,5 0C
3 Bersihkan termometer dengan kapas alkohol
3 Meletakkan reservoir termometer air raksa di ruang ketiak (dipuncak kubahnya), posisi
sejajar batang tubuh
4 Meminta pasien menjepit thermometer
5 Baca setelah 5 menit dan melaporkan hasilnya dalam derajat Celcius dengan ketepatan 0,10C
IV Penutup
1 Pastikan air raksa dikunci kembali (supaya air raksa tidak tumpah), manset dilipat dengan
bagian keras (besi) menghadap kedasar kotak tensimeter, kemudian tensimeter ditutup rapi
2 Pastikan ujung termometer dibersihkan lagi dengan kapas alkohol lalu disimpan di tempatnya
3 Melakukan cuci tangan 6 langkah WHO dengan alkohol 70% sesudah pemeriksaan
4 Menjelaskan pada pasien tentang hasil pemeriksaan, lalu menanyakan apakah ada yang ingin
ditanyakan oleh pasien
5 Mengucapkan terimakasih atas kerjasamanya

CATATAN :
a. pemakaian termometer digital tetap dipelajari
b.saran urutan pemeriksaan supaya waktu efisien berturut-turut sebagai berikut: suhu, nadi,
pernafasan, lalu tekanan darah

Jakarta, …………………………………
Menyetujui,

Dr. Indriani K. Sumadikarya, MS


SKILLS LAB BLOK 8 : EKG
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
(rev.Juni 2016)

NO Materi yang Dinilai


I PEMBUKAAN
1 Mengucapkan selamat pagi / siang kepada pasien
2 Menjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan serta meminta persetujuan (informed
consent) lisan
3 Mencuci tangan cara WHO 6 langkah sesebelum dan sesudah pemeriksaan
II PERSIAPAN ALAT
1 Periksa dan siapkan kertas pencatat rekam jantung
2 Periksa dan pasang kabel grounding
3 Hubungkan alat dengan sumber listrik
III PERSIAPAN PASIEN
1 Meminta pasien untuk rileks dan menyesuaikan suhu ruangan senyaman mungkin
2 Meminta pasien untuk melepas baju atas dan berbaring tenang, dan melepas benda
logam, telepon genggam, dll
3 Bersihkan kulit pasein dengan kapas alcohol pada pergelangan tangan, kaki serta
bagian depan dada (tidak berlebihan atau kurang)
4 Oleskan elektroda dengan krim EKG secukupnya kemudian pasang elektroda lempeng
(4 buah) di tangan dan kaki dengan posisi yang benar (pergelangan tangan : ventral ;
pergelangan kaki : medial)
5 Oleskan elektroda dengan krim EKG secukupnya kemudian pasang elektroda
eksplorasi (6 buah) di dada dengan posisi yang benar :
V1 pada sela iga 4 di tepi sternum kanan ; V2 pada sela iga di tepi sternum kiri
V3 di antara V2 dan V4 ; V4 pada sela iga 5 garis midclavikularis kiri
V5 di antara V4 dan V6 ; V6 pada sela iga 5 garis aksilaris media kiri
6 Hubungkan kabel EKG dengan elektroda yang sesuai
a. Ekstremitas atas
b. Ekstremitas bawah
c. Prekordial
Kesalahan penempatan akan berakibat kesalahan diagnosis yang dapat
berakibat fatal !!!
7 Menyalakan alat EKG (Tekan tombol “POWER” kemudian tombol “ON”) setel
MAN, 25mm, 10 mdet, filter HUM-EMG
8 Melakukan kalibrasi awal: posisi “test”, klik panah atas (1mV), lalu start dan diakhiri
dengan stop
9 Menekan tombol yang sesuai secara berturut-turut (sejumlah total 12 kali) untuk
hantaran-hantaran berikut:
a. Hantaran standar Einthoven : I,II, III
b. Hantaran augmented aVR, aVL, aVF
c. Hantaran prekordial V1-V6
Masing-masing hantaran selalu dimulai dengan star dan diakhiri dengan stop
10 Melakukan kalibrasi awal: posisi “test”, klik panah atas (1mV), lalu start dan diakhiri
dengan stop
11 Mengidentifikasi komponen EKG :
a. Gelombang P, QRS, T
b. Interval PR, QT, PP, RR
c. Segmen PR, ST
d. Menghitung frekuensi jantung dengan rumus: RUMUS HARUS BENAR
60 detik / (jarak RR [Jumlah kotak] x 0,04 detik)
IV PENUTUP
1 Mengucapkan terima kasih kepada pasien atas kerjasamanya
2 Mempersilahkan pasien memakai baju nya kembali
Catatan :
- Rumus dasar harus diketahui;“Jalan Pintas” boleh dipakai tapi rumus dasar harus tahu
- Untuk latihan minimal 5 siklus dan untuk ujian cukup hanya 3 siklus saja

Jakarta, …………………………………
Menyetujui,

Dr. Indriani K. Sumadikarya, MS


SKILLS LAB BLOK 8A : JANTUNG 1
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
(rev.Maret 2016)

No MATERI PENILAIAN
A Persiapan
1 Mengucapkan salam kepada pasien, dan persilahkan duduk dengan sopan
2 Bersikap tenang, ramah dan sopan santun, menjelaskan tujuan pemeriksaan dan cara
pemeriksaan
3 Mohon ijin kesediaan pasien untuk diperiksa, kemudian mempersilahkan pasien
berbaring dan membuka baju
4 Mencuci tangan cara WHO 6 langkah sebelum dan sesudah PF
B Inspeksi
1 Menjelaskan garis – garis imajiner pada toraks anterior sebelah kanan dan kiri
(Midsternalis, Sternalis, Parasternalis, Midclavikularis, Axillaris anterior, medialis
dan posterior)
2 Menjelaskan bentuk toraks (pectus excavatum, pectus carinatum, pectus pectinatum,
scoliosis chest, barrel chest), warna kulit, lesi kulit, sela iga cembung/cekung
3 Memperhatikan dan menjelaskan letak ictus cordis (lokasi, tampak/tidak tampak)

C Palpasi
1 Meraba tulang iga, sela iga, lesi-lesi, massa dan cicatrix bila ada, secara acak dan
terstruktur
2 Melaporkan perabaan denyutan ictus cordis (menyebutkan lokasi)

D Perkusi
1 Menjelaskan perbedaan perkusi, pekak, sonor, redup dan timpani
2 Menentukan batas paru – hati dan peranjakan hati
3 Menentukan batas kanan jantung
4 Menentukan batas atas jantung
5 Menentukan batas pinggang jantung
6 Menentukan batas kiri jantung
7 Menentukan batas bawah jantung

E Auskultasi
1 Melakukan Auskultasi katup Mitral dan menjelaskan lokasinya
2 Melakukan Auskultasi katup Trikuspidalis dan menjelaskan lokasinya
3 Melakukan Auskultasi katup Aorta dan dan menjelaskan lokasinya
4 Melakukan Auskultasi katup Pulmonal dan menjelaskan lokasinya
5 Melaporkan hasil pemeriksaan Auskultasi Jantung katup mitral, katup trikuspidalis,
katup aorta, katup pulmonal dan menulis pada status
(Normal : M1>M2, T1>T2, A2>A1, P2>P1, murni regular, murmur -, Gallop -)
SKILLS LAB BLOK 9 : ABDOMEN 1
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
(rev. Juni 2016)

No MATERI PENILAIAN
A Persiapan
1 Berpenampilan rapih dan sopan serta tidak berkuku panjang dan berkuteks
2 Mengucapkan salam dan menyapa pasien dengan baik serta mempersilahkan pasien untuk duduk
3 Menampilkan suasana rileks pemeriksa dan pasien
4 Menanyakan identitas pasien dan keluhan utama
5 Menjelaskan pemeriksaan yang akan dilakukan (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi)
6 Meminta ijin lisan kepada pasien (inform consent) untuk melepaskan bajunya dan melakukan
pemeriksaan
7 Menyiapkan alat-alat yang diperlukan (a.l. stetoskop)
8 Mencuci tangan 6 langkah WHO dengan alkohol 70%
B Inspeksi (Kaki lurus)
1 Menunjukkan dan menyebutkan 4 kuadran abdomen (LUQ,RUQ,RLQ,LLQ) pada orang yang
kurus
2 Menunjukkan 9 regio abdomen (hipokondrium kiri, epigastrium, hipokondrium kanan, lumbal
kiri, umbilikus, lumbal kanan, inguinalis kiri, supra pubik/hipogastrik, inguinalis kanan) pada
orang yang gemuk
3 Melaporkan bentuk abdomen (membuncit/datar/cekung) serta simetris/asimetri
4 Menyebutkan : warna kulit, lesi kulit (vesikel, pustule, papulo, striae) dan benjolan ada/tidak
5 Menyebutkan adanya jenis bekas luka operasi / trauma (cicatrik) :
- Depan : Kolesistektomi, laparotomy, reseksi kolon, appendiktomi, hernioraphy, SC
- Belakang : Adrenalektomi, nefrektomi
6 Melaporkan adanya pulsasi dan peristaltik yang terlihat pada dinding abdomen
C Palpasi
1 Dengan 3 jari (2,3,4) tangan kanan
2 Menginstruksikan kepada pasien untuk memfleksikan kedua kakinya
3 Meminta pasien untuk memberikan respon terhadap pemeriksaan misalnya bila terdapat nyeri
C.I Palpasi umum
1 Melakukan palpasi acak (zig zag) dan terstruktur dari bawah ke atas sesuai garis imainasi
menginstruksikan kepada pasien untuk menarik napas pada setiap kali palpasi dilakukan
C II Palpasi Organ
C.II a Palpasi Hepar
1 Melakukan palpasi hepar dari bawah ke arah atas dimulai dari regio inguinal kanan menuju
arcus costae kanan pada garis midklavikula kanan di abdomen dan
2 dari regio suprapubik/hipogastrium menuju ke bawah processus xyphoideus pada garis medialis
abdomen kemudian melaporkan hasilnya (teraba/tidak, bila teraba bagaimana : tepi, ukuran,
permukaan, konsistensin & nyeri tekan)
C.II b Palpasi Limpa
1 Menjelaskan mengenai garis schuffner (SI - SVIII)
2 Melakukan palpasi limpa pada garis schuffner yang menyilang mulai dari SIAS kanan ke
umbilikus sampai tepi bawah arkus kosta kiri
3 Melaporkan : ukuran, (sesuai garis schuffner), konsitensi, (kenyal/keras), nyeri atau tidak
C. II c Palpasi Ginjal
1 Melakukan palpasi ginjal (pemeriksaan balotemen) : tangan kiri di bawah, di sudut kosto-
vertebra dan mendorong-dorong ginjal ke atas, sementara tangan kanan di atas merasakan
ada/tidaknya balotemen dan sebaliknya tangan kanan menekan-nekan ke bawah, tangan kiri
merasakan adanya balotemen. Pemeriksaan dilakukan pada ginjal kanan dan ginjal kiri
D Perkusi
1 Kedua kaki diluruskan (tidak flexi)
2 Melakukan dan melaporkan hasil pemeriksaan perkusi acak dan terstruktur dari bawah ke atas
3 Secara zig zag dan terstruktur sesuai dari bawah ke atas mulai dari garis axillaris anterior kanan
di abdomen , midklavikularis kanan, linea mediana, midkavikularis kiri dan axillaris anterior kiri
abdomen
4 Melakukan dan melaporkan hasil pemeriksaan perkusi sudut kosto-vertebra (pasien duduk)
E Auskultasi
1 Kedua kaki lurus
2 Melakukan dan melaporkan hasil pemeriksaan auskultasi secara acak dan terstruktur
3 Melakukan pemeriksaan bising usus dengan meletakkan stetoskop pada regio umbilikus dan
menghitung bising usus yang terdengar selama 1 menit melaporkan normoperistaltik/
hipoperistaltik/ hiperperistaltik
4 Melaporkan normoperistaltik/ hipoperistaltik/ hiperperistaltik dari seluruh lapangan abdomen
F Penutup :
- Mencuci tangan 6 langkah WHO
- Mengucapkan terimakasih pada pasien atas kerjasamanya

Jakarta, …………………………………
Menyetujui,

Dr.dr.Mardi Santoso, DTM&H, SpPD-KEMD, FINASIM, FACE


+ SKILLS LAB BLOK 10 : ANAMNESIS LANJUTAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

No MATERI PENILAIAN

I PEMBUKAAN : Membina Hubungan Baik dengan Pasien


1 Memperlihatkan sikap penerimaa pasien dan keramahan wajah
2 Menyampaikan ucapan selamat pagi/siang/malam kepada pasien dan berjabat tangan
3 Mempersilakan pasien duduk dengan sopan, lalu memperkenalkan diri secara singkat
4 Mempersiapkan alat tulis dan rekam medis serta menuliskan tanggal pemeriksaan
II TAHAP WAWANCARA/ANAMNESIS
1. Usahakan supaya suasana menyenangkan, relax, bersahabat supaya pasien tidak
merasa takut untuk membangun hubungan baik dan kepercayaan
2. Gunakan Bahasa awam/ Bahasa pasien
3. Pertanyaan tidak diulang ulang
4. Memberi keleluasaan pasien mengutarakan keluhan tanpa cepat dipotong
5. Mampu mendengar dengan penuh perhatian dan empati baik verbal maupun non
verbal
6. Penampilan profesi yang baik dan berwibawa, sesuai kultur, social budaya bangsa
kita
A IDENTITAS PASIEN
1 Menanyakan nama, umur, alamat, pekerjaan; menentukan jenis kelamin pasien
2 Menanyakan juga pendidikan, status perkawinan, suku, agama
B1 KASUS 1 (TEMA DIARE)
1 Menanyakan Keluhan Utama (KU) : keluhan yang mendorong pasien datang ke dokter .
Terdiri dari 2 komponen :
- penderitaan /keluhan sakit dari pasien
- lamanya (sejak kapan) penderitaan/keluhan dimulai sampai pasien datang ke dokter
2 Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)
a. Menanyakan karakter KU (frekuensi diare, warna, ampas +/-, darah +/-, lendir +/-, bau
+/-volume; dalam ukuran rumah tangga)
b. Hal-hal yang memperburuk dan yang memperingan
(termasuk obat-obat yang telah diminum dan hasilnya)
c. Menanyakan kemungkinan adanya faktor pencetus KU
d. Menanyakan keluhan-keluhan penyerta
3 Riwayat Penyakit Dahulu (RPD) : riwayat penyakit yang lalu, riwayat penyakit kronis
(misal DM, Hipertensi, Jantung ), riwayat perawatan di RS, riwayat operasi, dll
4 Riwayat Kesehatan Keluarga dan Riwayat Penyakit Menahun Keluarga : status
kesehatan keluarga(sehat/sakit/meninggal), serta penyebab meninggal
5 Riwayat Pribadi
a. Pada Ibu & remaja: menanyakan riwayat kehamilan, kelahiran (tempat lahir dan penolong
persalinannya) dan imunisasi (DPT, polio, BCG, hepatitis, tetanus, campak dll)
b. Menanyakan riwayat makan (jumlah, frekuensi, variasi, nafsu makan, pola makan)
c. Menanyakan higiene (kebiasaan cuci tangan sebelum makan, kebiasaan makan di pinggir
jalan)
d. Menanyakan kebiasaan merokok, minum alkohol, menggunakan obat terlarang
6 Riwayat Sosial Ekonomi/Lingkungan
a. Menanyakan kesulitan keuangan, kesulitan pekerjaan, kesulitan keluarga, kesulitan
pendidikan dll
b. Menanyakan lingkungan tempat tinggal (padat, banjir, rawa, sungai, pabrik)
c. Menanyakan sanitasi (sumber air, MCK)
7 Riwayat Alergi
a. Menanyakan adakah alergi terhadap obat tertentu (termasuk oral, suntik, salep/topikal)

b. Menanyakan apakah alergi cuaca, makanan atau bau-bauan


8 Anamnesis Sistem :
Tujuan:agar tidak ada yang terlewatkan ditanyakan (karena tidak ada keluhan dari
pasien); terdiri dari :
a.kepala : - mata : sakit, kuning, merah, nanah
- mulut : mencong, lidah sakit, bibir pedih, gigi sakit
- hidung & telinga : lendir/cairan, sakit, tersumbat
b.leher : bengkak, sakit menelan
c.dada : nyeri, sesak, dada berat
d.perut : sakit perut/ mulas/melilit
e.ekstremitas : atas, bawah, akral
B2 KASUS 2 (TEMA PANAS)
1 Keluhan Utama (KU) Ælihat poin di atas
2 Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)
a. Menanyakan karakter KU (intensitas dan sifat panas, waktu serangan panas)
b. Hal-hal yang memperburuk KU
Hal-hal yang mengurangi KU
(termasuk obat-obat yang telah diminum dan hasilnya)
c. Menanyakan kemungkinan adanya faktor pencetus KU
d. Menanyakan keluhan-keluhan penyerta /keluhan lain; misalnya batuk pilek, pusing, mual,
muntah, diare dsb
3 Riwayat Penyakit Dahulu (RPD) : riwayat penyakit yang lalu,riwayat kejang, riwayat
penyakit kronis (misal DM, Hipertensi, Jantung ), riwayat perawatan di RS, riwayat
operasi, riwayat trauma, riwayat paparan orang yang sakit, dll
4 Riwayat Kesehatan Keluarga dan dan Riwayat Penyakit Menahun Keluarga: Ælihat
poin di atas
5 Riwayat Pribadi : riwayat kehamilan, kelahiran dan imunisasi ( pada Ibu & remaja),
riyawat perjalanan ke daerah endemis, kebiasaan (misal: merokok, kebiasaan makan di
pinggir jalan), BAB, BAK, kebiasaan seksual
6 Riwayat Sosial Ekonomi (termasuk lingkungan tempat tinggal, misal: daerah rawa-rawa,
lingkungan kotor/padat penduduk, binatang peliharaan)
7 Riwayat Alergi Ælihat poin di atas

C Anamnesis Sistem Ælihat poin di atas

D Penutup
-Mengucapkan kata-kata penutup
(contoh: “Pak, wawancara untuk hari ini membicarakan penyakit bapak sudah selesai,
apakah ada yang ingin ditanyakan?......jika tidak ada, apabila ada keterangan yang
kurang jelas, dapat ditanyakan saat kita bertemu lagi”)
-Mengucapkan terimakasih atas kerjasamanya dan bersalaman
E Penulisan hasil anamnesis dalam status/rekam medik
REKAM MEDIK/STATUS PASIEN terdiri dari :
1. Anamnesis Æ yang dipelajari di blok ini
2. Pemeriksaan Fisik
3. Pemeriksaan Penunjang (Laboratorium, Ronsen, dsb)
4. Working Diagnosis (WD) dan Differential Diagnosis (DD)
5. Penatalaksanaan/Pengelolaan (Diet, Obat, Tindakan Medik, dsb)
6. Edukasi : Pencegahan (Primer, Sekunder, Tersier)
7. Prognosis
8. Follow up
SKILLS LAB BLOK 11:ANTROPOMETRIK (Dewasa)
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
(rev.September.2020)

No MATERI PENILAIAN

Pembukaan
1. Berbusana rapi,sopandan bersih, tidak berkuku panjang dan tidak berkuteks
2. Mempersilahkan pasien masuk, berjabat tangan lalu duduk dengan sopan dan
memperkenalkan diri secara singkat
3. Menanyakan identitas singkatpasien (nama, usia, pekerjaan, alamat)
4. Menjelaskan tujuan dan cara pemeriksaan, lalu menanyakan kesediaan pasien untukdiperiksa
(inform consentlisan)
5. Melakukan cuci tangan 6 langkah WHO dengan alkohol 70% selama 20-30 detik,sebelum
pemeriksaan

Melakukan pengukuran berat badansubjek berusia > 2 th


6. Menjelaskan syarat alat pengukur berat badan yang baikdan syarat secara lege artis:alat berdasar
rata, keras, jarum timbangan pada titik 0 (nol), dilakukan sesudah BAB &BAK, dan sebelum makan/
minum,
7. Meminta subjek membuka baju, alas kaki (termasuk kaos kaki) dan tutup kepala
8. Meminta subjek berdiri tegak di atas timbangan tanpa berpegangantapi santai, diam &melihat lurus
ke depan dalam bidang Frankfurt (bidang horizontal melalui pinggirbawah orbita dan tragus)

9. Melihat dan mencatat hasil pengukuran sampai ketelitian 0,1 kg

Melakukan pengukuran tinggi badansubjek berusia > 2 th


10. Menjelaskan syarat alat pengukur tinggi badan yang baik
11. Meminta subjek membuka alas kaki (termasuk kaos kaki) dan tutup kepala
12. Meminta subjek berdiri tegak dengan kedua lengan tergantung santai di sisi tubuhpengukur
dengan telapak tangan menghadap paha dan kedua kaki rapat pada tumit
13. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan bidang Frankfurt dan mengarahkan ataumeminta subjek
memposisikan kepalanya pada bidang tersebut, tumit, bokong, skapulasedapat mungkin menyentuh
stadiometer atau dinding bila menggunakan microtoise
14. Melakukan pengukuran
15. Membaca hasil pengukuran dengan posisi kedua mata setinggi dengan hasilpengukuran

16. Mencatat hasil pengukuran dengan ketelitian mendekati 1 mm


17. Menghitung IMT/BMI dan hasil interpretasinya

Melakukan pengukuran lingkar lengan atas(LILA)


18. Meminta subjek menyingsingkan lengan baju atau membuka baju/ menggulung lenganbaju

19. Mengukur titik tengah lengan atas (dapat menunjukkan apa yang dimaksud denganakromion
dan olekranon)
20. Melakukan pengukuran lingkar lengan atas(LILA)
21. Membaca hasil pengukuran dan menuliskan hasil pengukuran dengan ketelitianmendekati 1
mm
Melakukan Pengukuran Tebal Lipatan Kulit Tricep (LKT)
23 Meminta subjek membuka baju
24 Meminta subjek meletakkan lengan kiri / kanan bebas disamping tubuh
25 Menentukan letak pengukuran(bagian posterior lengan atas setinggi titik tengah bagian
lateral
26 Melakukan pengukuran tebal lipatan kulit trisep, memegang lipatan kulit vertikal 1 cm
di atas titik tengah
27 Mengulang pengukuran paling sedikit 2 kali dengan waktu antara minimal 15 detik
28 Mencatat hasil pengukuran dengan ketelitian mendekati 1 mm

Melakukan Pengukuran Tebal Lipatan Kulit Bisep (LKB)


29 Meminta subyek membuka baju
30 Meminta subyek meletakkan lengan kiri / kanan bebas disamping tubuh
31 Menentukan letak pengukuran(bagian anterior lengan atas di atas fossa cubiti 1 cm
proksimal titik tengah lengan atas)
32 Melakukan pengukuran tebal lipatan kulit bisep, ambil lipatan kulit vertikal 1 cm di
atas titik yang ditentukan
33 Mengulang pengukuran paling sedikit 2 kali dengan waktu antara minimal 15 detik
34 Mencatat hasil pengukuran dengan ketelitian mendekati 1 mm

Melakukan pengukuran lingkar pinggang / perut(LPe)


35. Meminta subjek membuka baju atau menyisihkan baju ke atas
36. Mengukur titik tengah pinggang (dapat menentukan arcus costae, crista iliaca, danlinea
midaxillaris)
37. Melakukan pengukuran lingkar perutmelalui titik tengah tsb dalam bidang horisontal
38. Membaca hasil pengukuran dan menuliskan hasil pengukuran dengan ketelitianmendekati
1 mm dan menginterpretasikan hasil pengukuran

Melakukan pengukuran lingkar panggul(LPa)


39 Meminta subjek membuka baju atau menyisihkan baju ke atas
40 Menentukan tempat pengukuran (diameter panggul terbesar)
41 Melakukan pengukuran lingkar panggul
42 Membaca hasil pengukuran dan menuliskan hasil pengukuran dengan ketelitian
mendekati 1 mm
43 Menghitung ratio Lpe/Lpa dan interpretasinya

Melakukan Pengukuran Tebal Lipatan Kulit Subskapula


44 Meminta subjek membuka baju
45 Meminta subjek meletakkan lengan kanan subyek di belakang subjek
46 Menentukan titik pengukuran(1 cm di bawah ujung paling bawah scapula kanan)
47 Melakukan pengukuran tebal lipatan kulit subskapula, lipatan kulit dipegang di bagian
medial atas searah dengan pinggir lateral bawah scapula
48 Melakukan pengukuranpaling sedikit2 kali dengan waktu antara minimal 15 detik
49 Mencatat hasil pengukuran dengan ketelitian mendekati 1 mm

Melakukan Pengukuran Tebal Lipatan Kulit Suprailiaka


50 Meminta subjek membuka baju
51 Meminta subjek berdiri tegak, lengan tergantung bebas di sisi tubuh
52 Menentukan titik pengukuran(garis mid aksila tepat proksimal krista iliaka)
53 Melakukan pengukuran tebal lipatan kulit suprailiaka,dengan memegang lipatan kulit
miring tepat 1 cm posterior dari garis mid axilla dan sejajar dengan garis kulit
54 Melakukan pengukuran paling sedikit2 kali dengan waktu antara minimal 15 detik
55 Mencatat hasil pengukuran dengan ketelitian mendekati 1 mm.
56 Menjumlahkan hasil pengukuran LKT, LKB, Subscapula dan Suprailiaka yang masing-
masing dilakukan 2 kali (kalau < 5, dibulatkan ke bawah, kalau > dibulatkan ke atas
57 Menginterpretasi % lemak tubuh menurut Tabel Durnin dan Wormesley serta kategori
status gizi nya
Penutup
Melakukan cuci tangan 6 langkah WHO, sesudah pemeriksaan
Menjelaskan tentang hasil pemeriksaan dan menanyakan adakah yang ingin ditanyakan pasien
Mengucapkan terimakasih atas kerjasamanya
LAMPIRAN

SKILLS LAB BLOK 11:ANTROPOMETRIK (Dewasa)


FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
(rev.Desember 2015)

Penilaian Keterampilan Pengukuran AnthropometriBlok 11 –


Metabolik Endokrin-1 (rev. Sept. 2020)

Nama Pemeriksa : .............


..................................

Nama Pasien :……………………………… :


……………………………… :
Usia
……………………………… :
Pekerjaan
……………………………….
Alamat

Hasil Pengukuran :

1. Berat Badan = .................................................................

2. Tinggi Badan = .................................................................

3. IMT = .................................................................

Interpretasi = .................................................................

4. Lingkar lengan atas = .................................................................

5. Lingkar pinggang / perut = .................................................................

6. Lingkar panggul =.................................................................

7. Ratio Lpe/Lpa = .................................................................

Interpretasi = .................................................................

8. Tebal LKT = .................................................................

9. Tebal LKB = .................................................................

10. Tebal LK Subskapula = .................................................................

11. Tebal LK Suprailiaca =..................................................................


Interpretasi
= …………………………………………..
SKILLS LAB BLOK 12: ASEPSIS -
ANTISEPSIS FAKULTAS
KEDOKTERAN UKRIDA
(rev.Sept.2020)

MATERI PENILAIAN

Prosedur di kamar ganti ruang operasi (ruang semi steril)


1. Rambut rapi, kuku jari tangan harus pendek dan tidak memakai kuteks
2. Menanggalkan semua perhiasan atau jam tangan yang melekat pada tangan dan lengan
3. Menggunakan pakaian khusus operasi (pakaian dasar bedah berlengan pendek)
4. Menggunakan alas kaki khusus untuk bedah (sudah tersedia di kamar ganti)
5. Menggunakan tutup kepala dengan benar (menutupi semua rambut)
Rambut wanita diikat & memakai shower cap, pria memakai tutup kepala; wanita yang
menggunakan hijab membawa hijab yang baru dan bersih dari rumah.
6. Menggunakan masker dengan benar (menutupi kumis atau cambang bila ada)
Prosedur di ruang cuci tangan ruang operasi
7. Memeriksa pompa cairan antiseptic dan kecukupan cairan antiseptik
8. Menghidupkan kran dengan siku, besar air sesuai kebutuhan
9. Tampung larutan antiseptik (Povidone Iodine 7,5%/10%, larutan Hibiscrub, larutan Savlon)
dengan tangan kiri/kanan sesuai kebutuhan
10. Mencuci tangan secara sistematis, dengan urutan sebagai berikut :
- Ratakan larutan antiseptik dengan kedua telapak tangan
- Punggung tangan kiri dicuci dengan telapak tangan kanan, juga sela-sela jarinya.
Punggung tangan kanan dicuci dengan telapak tangan kiri, juga sela-sela jarinya
- Telapak tangan kanan dan kiri dicuci dengan saling menggosok, juga sela-sela jarinya
- Jari-jari tangan kanan dan kiri saling mengait, saling menggosok
- Ibu jari tangan kanan diremas dengan tangan kiri, dan digosok dengan gerakan memutar.
Ibu jari tangan kiri diremas dengan tangan kanan, dan digosok dengan gerakan memutar
- Semua ujung jari tangan kanan diletakkan pada telapak tangan kiri, dan digosok dengan
gerakan memutar. Lalu semua ujung jari tangan kiri diletakkan pada telapak tangan kanan,
dan digosok dengan gerakan memutar.
- Pergelangan lengan kiri dicuci oleh tangan kanan dengan gerakan memutar dan
memanjang sampai siku kiri. Pergelangan lengan kanan dicuci oleh tangan kiri dengan
gerakan memutar dan memanjang sampai siku kanan
- Setelah itu bilas kedua lengan dengan air dari ujung jari sampai siku
11. Membilas tangan dengan alkohol 70 % dengan posisi jari-jari tangan di atas siku juga
Prosedur di ruang operasi (ruang steril)
12. Masuk ruang operasi dengan mendoong pintu dengan bokong
13. Mengelap tangan kanan sampai kering dengan handuk steril, mulai dari jari tangan lalu turun
sampai ke siku, kemudian taruh di keranjang yang sudah disediakan.
Ambil handuk steril lagi lakukan hal yang sama pada tangan kiri.
14. Mengambil gaun bedah dengan memegang bagian dalamnya saja
15. Memasukkan kedua lengan tanpa menyentuh bagian luar gaun dan tangan keluar lengan baju
16. Meminta asisten mengikatkan tali gaun
Memakai sarung tangan cara “sentuh / open”
17. Menyiapkan handschoen sesuai ukuran
18. Memegang lipatan bagian dalam handschoen kiri dengan tangan kanan
19. Jari-jari tangan kiri dimasukkan ke dalam handschoen
20. Ambil handschoen sebelah kanan dengan tangan kiri dengan hanya memegang bagian luar
dari lipatan handchoen
21. Jari-jari tangan kanan dimasukkan ke dalam sarung tangan
22. Pangkal handschoen ditarik dengan tangan kiri sampai menutupi lengan baju, demikian juga
tangan yang lainnya
23. Meletakkan kedua tangan di depan dada untuk menjaga sterilitas, dan siap untuk mengikuti
operasi
Melepaskan handschoen pasca operasi
24. Melipat kedua pangkal handschoen
25. Menarik handschoen kiri dengan tangan kanan memegang bagian luarnya saja sampai
handschoen terlepas dalam posisi terbalik (bagian dalam berada di luar dan sebaliknya)
26. Memegang handschoen kanan pada lipatan dengan tangan kiri dan menariknya sampai lepas
dalam posisi terbalik (bagian dalam berada di dalam dan sebaliknya)
27. Membuang handschoen di tempat sampah medis
Melepaskan gaun bedah
28. Meminta orang lain melepaskan ikatan gaun
29. Melepaskan bagian belakang lengan baju kiri dengan cara menariknya dengan tangan kanan.
Tangan kanan hanya menyentuh bagian dalam gaun.
30. Lakukan hal yang sama dengan lengan baju kanan
31. Lipat kembali gaun bedah dengan bagian luar berada di dalam untuk menghindari
kontaminasi terhadap diri sendiri
32. Letakkan gaun di keranjang
Prosedur cuci tangan di luar ruang operasi
33 Membasahi kedua lengan, meneteskan savlon® atau hibiscrub® pada tangan.
34 Mencuci tangan secara sistematis (posisi jari jauh lebih tinggi dari siku), dengan urutan
sebagai berikut :
- Telapak tangan kanan dan kiri
- Punggung tangan kanan dan kiri beserta sela-sela jarinya
- Sela-sela jari bagian telapak tangan
- Buku-buku jari 2,3,4,5 tangan kanan dan kiri
- Ibu jari tangan kanan dan kiri
- Ujung-ujung kuku tangan kanan dan kiri serta permukaan kuku-kukunya
- Pergelangan tangan sampai ke siku kedua tangan
- Setelah itu bilas dengan air
Catatan : *povidone iodine 7,5%, bentuknya seperti deterjen

Jakarta, ……………………… Menyetujui,

dr. Harun Adam Sp. B Sp. BP. RE(K)


SKILLS LAB BLOK 13 : ANAMNESIS DAN KETERAMPILAN
PENGUKURAN ANTROPOMETRI BAYI DAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
(rev. Oktober 2020)

No
.
MATERI PENILAIAN
Pendahuluan
Mengucapkan salam dan mempersilahkan duduk, memperkenalkan diri dan menanyakan identitas singkat
Anamnesis/Alloanamnesis (neonatus, bayi, balita dan anak)
1. Menanyakan keluhan utama dan keluhan penyerta
2. Menanyakan kapan keluhan dirasakan, karakteristik keluhan, lokasi
3. Menanyakan riwayat pengobatan sebelumnya
4. Menanyakan riwayat penyakit dahulu
5. Menanyakan riwayat penyakit keluarga
6. Menanyakan riwayat kehamilan (GPA, usia ibu, usia kehamilan, penyakit kehamilan)
7. Menanyakan riwayat persalinan (spontan, SC, vakum, forceps)
8. Menanyakan riwayat kelahiran/neonatus (APGAR score, berat badan lahir, kondisi bayi saat lahir, pemeriksaan fisik awal
normal atau ada kongenital, meconium +/-, miksi +/-)
9. Menanyakan riwayat imunisasi
10. Menanyakan riwayat tumbuh kembang (kurva pertumbuhan, perkembangan apakah sesuai dengan usia atau tidak)
11. Menjelaskan cara, maksud dan tujuan pemeriksaan, serta melakukan informed consent lisan
12. Melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah pemeriksaan
Melakukan pengukuran lingkar kepala bayi (< 2 tahun )
1. Menjelaskan alat dan syarat alat pengukuran
2. Membaringkan bayi telentang /di pangkuan ibu
3. Memasang pita pengukur sesuai syarat
4. Membaca ukuran lingkar kepala dengan ketelitian 1 mm
Melakukan pengukuran panjang bayi (< 2 tahun)
1. Menjelaskan alat dan syarat alat pengukuran
2. Membaringkan bayi terlentang dan lurus (posisi kepala lurus dengan pandangan vertikal dalam Frankfort horizontal plane)
ditengah alat pengukur
3. Pengukuran dilakukan oleh 2 orang, dimana orang pertama memegang kepala bayi agar menempel pada ujung papan ukur
yang tidak dapat digeser
4. Orang kedua meluruskan kedua tungkai bayi dengan telapak kaki menempel pada papan pengukur yang dapat digeser
5. Membaca panjang badan dengan ketelitian 1 mm
6. Melakukan plotting dan interpretasi dengan grafik pertumbuhan WHO z-scores
Melakukan pengukuran berat badan anak (< 2 tahun)
1. Menjelaskan alat dan syarat alat penimbangan
2. Meminta ibu untuk membuka baju, sepatu dan topi bayi
3. Dilakukan oleh 2 orang dimana orang pertama mengukur berat bayi sambil menjaga agar tidak jatuh, dan orang kedua
mencatat hasil pengukuran
4. Meletakkan bayi pada alat timbangan (timbangan bayi dan dacin)
5. Membaca berat badan bayi dengan ketelitian 0,1 kg
6. Melakukan plotting dan interpretasi dengan grafik pertumbuhan WHO z-scores
Melakukan pengukuran tinggi anak (> 2 tahun)
1. Menjelaskan alat dan syarat alat pengukuran
2. Meletakkan anak berdiri tegak di atas lantai dengan pandangan lurus kedepan dalam Frankfort horizontal plane (garis yang
menghubungkan tepi atas MAE dan tepi bawah orbita berada tegak lurus dengan papan pengukur)
3. Mengatur microtoise menempel pada vertex anak
4. Membaca tinggi badan anak dengan ketelitian 0,1 cm
5. Melakukan plotting dan interpretasi dengan grafik pertumbuhan WHO z-scores
Melakukan pengukuran berat badan anak (> 2 tahun)
1. Menjelaskan alat dan syarat alat penimbangan
2. Meminta ibu untuk membuka baju, sepatu dan topi anak
3. Dilakukan oleh 2 orang dimana orang pertama mengukur berat anak sambil menjaga agar tidak jatuh, dan orang kedua
mencatat hasil pengukuran
4. Meletakkan anak berdiri tegak di atas timbangan
5. Membaca berat badan anak dengan ketelitian 0,1 kg
6. Melakukan plotting dan interpretasi dengan grafik pertumbuhan WHO z-scores
Melakukan Pengukuran lingkar lengan atas
1. Meminta ibu menyingsingkan lengan baju atau membuka baju anak
2. Mengukur titik tengah lengan atas (pertengahan antara akromion dan olekranon) & melakukan pengukuran lingkar lengan atas
3. Membaca hasil pengukuran dengan posisi kedua mata sejajar pita ukur & mencatat hasil pengukuran dengan ketelitian 1 mm
Penutup : melakukan plotting pada kurva dan interpretasinya
Menjelaskan kondisi anak pada ibunya & edukasinya, lalu mengucapkan terimakasih atas kerjasamanya.
CARA MENGGUNAKAN GRAFIK PERTUMBUHAN WHO
1. Tentukan umur, panjang badan (anak di bawah 2 tahun)/tinggi badan (anak di atas 2 tahun), berat badan.
2. Tentukan angka yang berada pada garis horisontal / mendatar pada kurva. Garis horisontal pada beberapa
kurva pertumbuhan WHO menggambarkan umur dan panjang / tinggi badan.
3. Tentukan angka yang berada pada garis vertikal/lurus pada kurva. Garis vertikal pada kurva pertumbuhan
WHO menggambarkan panjang/berat badan, umur, dan IMT.
4. Hubungkan angka pada garis horisontal dengan angka pada garis vertikal hingga mendapat titik temu
(plotted point). Titik temu ini merupakan gambaran perkembangan anak berdasarkan kurva pertumbuhan
WHO.

CARA MENGINTERPRETASIKAN KURVA PERTUMBUHAN WHO


1. Garis 0 pada kurva pertumbuhan WHO menggambarkan median, atau rata-rata
2. Garis yang lain dinamakan garis z-score. Pada kurva pertumbuhan WHO garis ini diberi angka positif (1,
2, 3) atau negatif (-1, -2, -3). Titik temu yang berada jauh dari garis median menggambarkan masalah
pertumbuhan.
3. Titik temu yang berada antara garis z-score -2 dan -3 diartikan di bawah -2.
4. Titik temu yang berada antara garis z-score 2 dan 3 diartikan di atas 2.
5. Untuk menginterpretasikan arti titik temu ini pada kurva pertumbuhan WHO dapat menggunakan tabel
berikut ini.

Catatan :
1. Anak dalam kelompok ini berperawakan tubuh tinggi. Hal ini tidak masih normal. Singkirkan kelainan
hormonal sebagai penyebab perawakan tinggi.
2. Anak dalam kelompok ini mungkin memiliki masalah pertumbuhan tapi lebih baik jika diukur
menggunakan perbandingan beratbadan terhadap panjang / tinggi atau IMT terhadap umur.
3. Titik plot yang berada di atas angka 1 menunjukan berisiko gizi lebih. Jika makin mengarah ke garis Z-
skor 2 resiko gizi lebih makin meningkat.
4. Mungkin untuk anak dengan perawakan pendek atau sangat pendek memiliki gizi lebih.
5. Hal ini merujuk pada gizi sangat kurang dalam modul pelatihan IMCI (Integrated Management of
Childhood Illness in-service training. WHO, Geneva, 1997).

Jakarta,…………………………
Menyetujui,

dr. Rudy Ciulianto, Sp.A


SKILLS LAB BLOK 13 : DENVER II
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
(rev.Oktober 2020)

No MATERI PENILAIAN
A. PEMBUKAAN
1. Mengucapkan salam, dan mempersilahkan duduk
2. Memperkenalkan diri dan menanyakan identitas singkat
B. Anamnesis/Alloanamnesis (neonatus, bayi, balita dan anak)
1. Menanyakan keluhan utama dan keluhan penyerta
2. Menanyakan kapan keluhan dirasakan, karakteristik keluhan, lokasi
3. Menanyakan riwayat pengobatan sebelumnya
4. Menanyakan riwayat penyakit dahulu
5. Menanyakan riwayat penyakit keluarga
6. Menanyakan riwayat kehamilan (GPA, usia ibu, usia kehamilan, penyakit kehamilan)
7. Menanyakan riwayat persalinan (spontan, SC, vakum, forceps)
Menanyakan riwayat kelahiran/neonatus (APGAR score, berat badan lahir, kondisi bayi saat lahir,
8.
pemeriksaan fisik awal normal atau ada kongenital, meconium +/-, miksi +/-)
9. Menanyakan riwayat imunisasi
Menanyakan riwayat tumbuh kembang (kurva pertumbuhan, perkembangan apakah sesuai
10.
dengan usia atau tidak)
C. PEMERIKSAAN DENVER II
1. Mengisi form Denver (nama pemeriksa, nama anak, tanggal lahir, tanggal pemeriksaan)
2. Menentukan usia kronologis anak (konversi usia jika premature (>2 minggu dan <2 tahun)
3. Membuat garis usia yang tegak lurus pada form Denver II
Menguji gugus-gugus tugas terkait dengan garis usia dalam keempat sektor perkembangan dengan
4.
alat-alat terkait (Personal Sosial, Motor halus adaptif, Bahasa, Motor kasar)
Memberi tanda hasil tes pada setiap gugus tugas pada setiap gugus tugas di setiap sektor
5. perkembangan: L (Lulus), G (Gagal), R (Refusal/Menolak melakukan), NO (No Opportunity), “D”
(“Delay”), C (Caution)
Uji 3 gugus tugas sebelah kiri dari garis usia dan berhenti sampai 3 gugus tugas gagal atau gugus
6.
terakhir yang bersinggungan dengan garis usia.
Bila refuse/gagal mengerjakan gugus tugas yang berada di percentil <25 maka normal
Bila refuse/gagal mengerjakan gugus tugas yang berada di percentil 25-75 maka normal
7.
Bila refuse/gagal mengerjakan gugus tugas yang berada di percentil 75-90 maka caution
Bila refuse/gagal mengerjakan gugus tugas yang berada di atas percentil 90 maka delayed
8. Menilai/menetapkan hasil uji Denver II (Normal, Suspek, Untestable)
Suspek : Bila ada >1 caution dan atau 1 delay
9.
Normal : bila tidak ada caution/delay atau hanya ada 1 caution
10. Mengisi kolom di kanan bawah Denver
Menentukan sikap selanjutnya (edukasi terhadap orang tua)
Normal : kontrol 6 bulan kedepan
11.
Normal dengan caution : kontrol 6 bulan dan melatih pada gugus yang gagal
Suspek : kontrol 2 minggu dan melatih pada gugus yang gagal
D. PENUTUP
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan dan edukasinya, serta menanyakan adakah pertanyaan
2. Mengucapkan terima kasih dan salam penutup; menunjukkan sikap profesinalisme

Jakarta,…………………………
Menyetujui,

dr. Rudy Ciulianto, Sp.A


SKILLS LAB BLOK 14: MUSKULOSKELETAL 2
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
(rev.Maret 2015)

NO MATERI PENILAIAN

PEMBUKAAN
Penampilan rapi dan sopan (rambut rapi, kemeja berkerah, rok sopan/celana panjang
kain dan sepatu tertutup) serta snell jas yang terkancing rapi
Mengucapkan salam, memperkenalkan diri , lalu menanyakan identitas (nama, usia,
alamat dan pekerjaan)
I ANAMNESIS
1. Pembukaan
2. Menanyakan keluhan nyeri sendi? (lokasi,onset, durasi, faktor yang perberat)
3. Menanyakan keluhan kaku sendi? (lokasi,onset, durasi, faktor yang perberat)
4. Menanyakan keluhan bengkak pada sendi? (lokasi,onset, durasi, faktor yang perberat)
5. Menanyakan gejala dan keluhan penyerta lainnya (demam, penurunan BB, mudah
lelah, gejala sistemik lainnya) ? Bagaimana riwayat pengobatan ?Hal-hal memperingan
dan hal-hal memperberat?
6. Menanyakan riwayat penyakit dahulu (penyakit sebelumnya, riwayat trauma, penyakit
kronis dsb.) dan riwayat penyakit keluarga (penyakit yang sama, penyakit kronis dsb.)
7. Menanyakan riwayat pribadi/ sosial(aktivitas sehari-hari, diet sehari-hari, rokok, dsb.)
PEMERIKSAAN FISIK :
-sebelumnya inform consent lisan dan cuci tangan 6 langkah sesuai WHO (20-30
detik)
-pemeriksaan dilakukan dengan memperhatikan keamanan & kenyamanan pasien
-lakukan pemeriksaan umum: keadaan umum, kesadaran, TTV serta secara umum
-lakukan PF pada bagian organ kanan dan kiri; biasanya dimulai dari organ yang
sehat lebih dahulu

II SENDI BAHU
A Inspeksi (LOOK)
1 Menjelaskan bentuk sendi bahu (simetris atau tidak) dari anterior, posterior, lateral,
superior
2 Menjelaskan penonjolan tulang (Bony Prominences), klavikula, scapula, humerus
3 Menjelaskan kontour permukaan otot deltoid, trapezius
4 Menjelaskan ada tidaknya pembengkakan,& deformitas
5 Menjelaskan perubahan warna kulit, gambar pembuluh darah
B Palpasi (FEEL)
1 Meraba sendi bahu dan otot bahu dari anterior, posterior, lateral, superior
C Pergerakan (MOVE)
1 Melakukan fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi, rotasi internal, rotasi eksternal
2 Melakukan Apley Scratch: pasien meraih skapula kontralateral dengan abduksi
external rotation dan aduksi internal rotation
III SENDI SIKU
A Inspeksi (LOOK)
1 Menjelaskan bentuk siku pada keadaan/posisi lurus/wajar, ekstensi&fleksi
2 Menjelaskan ada tidaknya benjolan atau bengkak
B Palpasi (FEEL)
1 Meraba processus olecranon, epicondylus lateral & medial, N.ulnaris (antara proc.
olecranon, dengan epicondilus medialis)
2 Meraba ada tidaknya nyeri tekan, & bengkak
C Pergerakan (MOVE)
1 Melakukan gerakan fleksi, ekstensi, pronasi & supinasi
IV PERGELANGAN TANGAN DAN TANGAN
A Inspeksi (LOOK)
1 Menjelaskan posisi tangan dalam keadaan wajar (sedikit fleksi dan paralel)
2 Menjelaskan permukaan dan kontur tangan dorsal&palmar(pergelangan tangan,
tangan, jari, tenar&hipotenar)
3 Menjelaskan ada tidaknya:
a. pembengkakan pada sendi
b.deformitas pergelangan tangan, tangan dan jari
B Palpasi (FEEL)
1 Meraba permukaan dorsal dan palmar karpal, MCP (Metacarpophalangeal), PIP, DIP
2 Meraba processus styloideus radii
C Pergerakan (MOVE)
1 Melakukan gerakan palmar fleksi, dorsofleksi, eversi dan inversi pergelangan tangan
2 Melakukan gerakan digiti I manus: abduksi, adduksi, oposisi
D Tes sensoris jari
Menguji integritas dari:
1 N. Ulnaris (palmar & dorsal manus: dig.IV bagian medial, digiti V)
N. Radialis (dorsum manus: digiti I , II ,III , IV bagian lateral)
N. Medianus ( palmar : digiti I,II,III, IV bagian lateral)
V GELANG PANGGUL (COXAE/HIP)
A Inspeksi (LOOK)
1 Menjelaskan gaya berjalan, posisi berdiri, deformitas, nyeri saat gerak
B Palpasi (FEEL)
1 Meraba sendi Coxae femur dan sekitar sendi dari anterior, posterior dan lateral
C Pergerakan (MOVE)
1 Melakukan gerakan ekstensi, fleksi, rotasi internal, rotasi eksternal, abduksi,& adduksi
2 Tes Thomas (tidur terlentang, posisi tungkai tergantung):fleksi tungkai yang sehat
sehingga lordosis lumbal hilang, akibatnya tungkai yang sakit akan ikut fleksi.
VI LUTUT
A Inspeksi (LOOK)
1 Menjelaskan posisi lutut saat berdiri & berbaring
2 Menjelaskan warna kulit, vaskularisasi, pembengkakan, massa di bagian
anterior/posterior, lateral/medial
4 Menjelaskan ada tidaknya luka, fistel, ulkus
B Palpasi (FEEL)
1 Meraba massa/pembengkakan, nyeri ada/tidak
2 Meraba vaskularisasi dan pulsasi pembuluh darah lutut
3 Meraba posisi patella (ada dislokasi)
C Pergerakan ( MOVE)
1 Fleksi ekstensi dengan ROM: 0-120
2 Memeriksa terdapat krepitasi atau tidak saat bergerak/digerakan
VII PERGELANGAN KAKI DAN KAKI
A Inspeksi (LOOK)
1 Menjelaskan keadaan daerah pergelangan kaki dan kaki (deformitas, nodul, bengkak,
kelainan kulit seperti ulkus)
2 Menjelaskan keadaan jari kaki (hallux valgus, Hammer toes)
B Palpasi (FEEL)
1 Meraba bagian anterior sendi pergelangan kaki (Nyeri tekan, bengkak, dll)
2 Meraba tumit dan tendo achilles
3 Meraba kompresi MTP 1-5 mediolateral
C Pergerakan (MOVE)
1 Melakukan gerakan plantar fleksi, dorsofleksi, eversi dan inversi pergelangan kaki
PENUTUP
- mencuci tangan 6 langkah sesuai WHO (20-30 detik)
-setiap selesai pemeriksaan (anamnesis, pemeriksaan fisik dan usulan
pemeriksaan penunjang), pasien perlu diinformasikan tentang gangguan
/penyakit yang dideritanya, penatalaksanannya dan prognosisnya serta
edukasi;lakukan rujukan apabila diperlukan
-menanyakan pada pasien apakah ada yang ingin ditanyakan
-mengucapkan terimakasih atas kerjasamanya
SKILLS LAB BLOK 15: KULIT DAN INTEGUMEN
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
(rev.Juni 2020)

MATERI PENILAIAN
I. PEMBUKAAN
1. Berpenampilan dan berbusana rapi dan sopan (rambut rapi, kemeja/kaos berkerah, rok/celana
panjang kain warna gelap, memakai snell jast terkancing rapi, sepatu tertutup) serta berkuku
pendek tak berkuteks
2. Menyapa pasien dengan baik, bersalaman dan mempersilahkan pasien duduk
3. Menampilkan suasana rileks pemeriksa dan pasien
II. ANAMNESIS
1. Identitas pasien: nama, usia, alamat, pekerjaan, status pernikahan
2. Keluhan Utama
DERMATOLOGI: (bercak, bintil, lenting, bentol, benjolan, luka/ lecet)
VENEREOLOGI : duh tubuh/ sekret cairan, bintil/tumor, luka/ lecet di daerah kemaluan
3. Riwayat Penyakit Sekarang (sesuai dengan keluhan utama):
DERMATOLOGI
-Lokasi keluhan.
-Waktu: sejak kapan, apakah berulang kali timbul keluhan yang sama/ pertama kali, keluhan
timbul pada waktu tertentu?
- Gejala subjektif: gatal/perih/nyeri/baal/tidak ada rasa
-Perjalanan penyakit: -awalnya seperti apa, dicetuskan oleh bahan tertentu?, berkembang
menjadi apa, semakin banyak? penjalaran kemana
-Sifat keluhan: gatal bertambah bila berkeringat atau tidak, gatal terus menerus atau tidak,
kapan gatal lebih menonjol, gatal dicetuskan oleh apa (stress/panas/ keringat/ dll) , apakah
ada waktu tertentu (malam hari/ waktu istirahat/ dll)?

Bersisik: halus/kasar/sedang/tebal(seperti lilin/mika)


Bercak putih: ada rasa gatal/tidak, rasa baal atau tidak

-riwayat pengobatan : sudah diobati/ belum, obat diperoleh dari mana (dokter/ apotek, toko
obat/ beli sendiri), setelah memakai obat Æ perbaikan/perburukan?

-Gejala sistemik (misal:demam, lemas, berat badan menurun dsb)

VENEREOLOGI
-Lokasi keluhan.
-Waktu: sejak kapan, apakah berulang kali timbul keluhan yang sama/ pertama kali,
- Gejala subjektif: gatal/perih/nyeri/tidak ada rasa/ nyeri berkemih
-Perjalanan penyakit: -awalnya seperti apa, dicetuskan oleh bahan tertentu?, berkembang
menjadi apa, semakin banyak? penjalaran kemana
-Riwayat coitus suspectus: kapan terakhir kemudian timbul keluhan, memakai pengaman/
tidak, dengan siapa

Keputihan: warna apa, bentuknya , bau? gatal? konsistensi? Apakah ada darah?
bintil/tumor, luka/ lecet di daerah kemaluan: apa rasanya? Tidak ada rasa?

riwayat pengobatan : sudah diobati/ belum, obat diperoleh dari mana (dokter/ apotek, toko
obat/ beli sendiri), setelah memakai obat Æ perbaikan/perburukan?

Riwayat pengobatan: obat apa yang dipakai?sudah ke dokter/ belum?


Gejala penyerta lainnya? (misal:demam, lemas, berat badan menurun dsb)

Komplikasi : Perempuan: apakah ada nyeri perut bawah, atau sampai ke pinggang
Laki-laki: nyeri berkemih, nyeri perut bawah, nyeri pinggang
4. Riwayat Penyakit Dahulu (alergi, DM/ hipertensi, atopik (DA/RA/KA/AB), dll)Æ faktor
risiko spesifik

5. Riwayat Keluarga (alergi, DM/ hipertensi, atopik (DA/RA/KA/AB), dll)Æ


Apakah keluarga atau teman serumah ada yang mengalami keluhan yang sama

6. Riwayat sosial dan pribadi/kebiasaan


Bagaimana tempat tinggal?
Bagaimana kebiasaan mandi dan ganti pakaian dalam?
Hobi ? (misal: memelihara hewan, memancing, menanam bunga)

7. Menjelaskan maksud dan cara pemeriksaan, lalu mohon kesediaan mengikuti prosedur-
prosedur tersebut (INFORM CONSENT lisan)

8. CUCI TANGAN : cara WHO 6 langkah, selama 20 detik dengan memakai alcohol sebelum
pemeriksaan

III. PEMERIKSAAN FISIK KULIT (sesuai kasus)


1. Warna kulit:
Kuning langsat (skinphototype 3), sawomatang (skinphototype 4), coklat kehitaman
(skinphototype 5)
(Sebutkan saja warna kulit dan skinphototype-nya apa:1,2,3,4,5,6)
2. Suhu kulit: hipotermi, normotermi, hipertermi
3. Kelembaban kulit: kering, normal, lembab, berminyak
4. Tekstur kulit: halus, normal, kasar
5. DERMATOLOGI : (mengikuti urutan sbb)
Lokasi anatomis: deskripsi jelas lokasi nya
Penyebaran: lokalisata, generalisata/ universalis
Efloresensi:
1. Efloresensi primer: makula,plak, papul,pustul, nodus, tumor, ulkus, vesikel, bula,
kista, urtika
2. Warna, : eritematosa, hiper/hipopigmentasi/ livide/ sewarna kulit
3. Ukuran: miliar, lentikular, numular, plakat
4. Batas : sirkumkrip/ tegas, difus
5. Jumlah: soliter, multipel
6. susunan kelainan: diskret atau konfluens
7. susunan khusus (jika ada): misalnya linier, hen and chicken appearance, pinggir
lebih aktif, linear berkelok kelok dan serpiginosa ( creeping eruption) dll
8. efloresensi sekunder: skuama, krusta, erosi, ekskoriasi, ulkus, sikatriks, likenifikasi

VENEREOLOGI
Jika keluhannya di atas kulit kelamin, maka pemeriksaan mengikuti standar pada
DERMATOLOGI

Tehnik pemeriksaan wanita


Inspeksi
1. Pengamatan dilakukan terhadap alat genital luar, khususnya daerah vulva dengan
pengamatan secara keseluruhan (tentang hygiene dan adanya kelainan yang mencolok )
2. Secara sistematis, hal yang diperhatikan adalah :
3. Pertumbuhan rambut pada pubis
4. Keadaan kulit didaerah vulva: perlukaan, vesikel, nodul, perubahan warna, leukoplakia,
tumor
5. Keadaan muara urethra : infeksi, karunkula, tumor
6. Keadaan labia majora dan minora : simetri atau tidak, perlukaan, pembengkakan,
penonjolan
7. Keadaan perineum : pembengkakan,sikatrik / bekas episiotomi, tumor
8. Keadaan introitus vaginae :
9. Apakah ada karunkula
10. Apakah ada discharge ( Warna, konsistensi, banyaknya, berbau atau tidak )
Jika duh tubuh:
-warna: putih/ putih kekuningan/ kecoklatan/ kehijauan
-konsistensi: seperti santan pecah atau susu basi/ kental/ pekat/ encer
-jumlah: sedikit/ banyak
-bau: amis/ seperti ikan busuk/makin bau setelah berhubungan badan/
-apakah ada darah/ tidak
Inspeculo
Pemeriksaan in speculo menggunakan spekulum steril dan hanya dikerjakan pada wanita
yang sudah menikah atau sudah melakukan hubungan sex.
Palpasi
1. Adakah tumor ?kalau ada catat lokasi ukuran,permukaan,batas, konsistensi , mobilitas
2. Kalau ada fluktuasi berarti ada abses
3. Palpasi KGB regional, pembesaran, konsistensi,nyeri tekan?
Tehnik pemeriksaan pria
1. Pengamatan dilakukan terhadap alat genital luar, khususnya daerah penis & skrotum
dengan pengamatan secara keseluruhan (tentang hygiene dan adanya kelainan yang
mencolok )
2. Secarasistematis, hal yang diperhatikan adalah :
3. Pertumbuhan rambut pada pubis
4. Keadaan kulit didaerah penis: perlukaan, vesikel, nodul, perubahan warna, tumor
5. Keadaan muara urethra : infeksi, karunkula, tumor, cairan
6. Apakah ada discharge ( Warna, konsistensi, banyaknya, berbau atau tidak )
7. Keadaan skrotum: simetri atau tidak, perlukaan, pembengkakan, penonjolan
8. Palpasi KGB regional, pembesaran, konsistensi,nyeri tekan?

6. PEMERIKSAAN FISIK KHUSUS (sesuai kasus)


Lakukan pemeriksaan lesi kulit yang sesuai dengan kasus, misalnya :

-bila ada bercak putih (co: kusta) maka dilakukan uji tes sensitivitas pada lesi
a. dengan loup melihat adanya Achromia, Atrofi dan Alopecia
b. Tes perabaan (anestesi): dengan kapas yang diruncingkan ujungnya lakukan tes
konfirmasi dulu (pasien tidak tutup mata) lalu diminta untuk menunjuk lokasi yg
dilakukan perabaan (dilakukan pada kulit normal dan lesi). Kemudian diulang dengan
cara yanga sama tetapi pasien menutup mata.
c. Tes rasa nyeri; dengan menggunakan pulpen dengan ujung tumpul dan tajam.
Lakukan tes konfirmasi dulu (pasien tidak tutup mata), dilakukan penekanan dengan
sentuhan ringan pada kulit normal dan lesi, lalu pasien diminta untuk menyebutkan
rasa tajam atau tumpul. Kemudian diulang dengan cara yang sama tetapi pasien
menutup mata.
d. Tes Suhu: dengan tabung reaksi berisi air dingin dan panas. Lakukan tes konfirmasi
dulu (pasien tidak tutup mata), dilakukan sentuhan tabung pada kulit normal dan lesi,
lalu pasien diminta untuk menyebutkan rasa panas ataun dingin. Kemudian diulang
dengan cara yanga sama tetapi pasien menutup mata.
e. Tes Tinta Gunawan : (mahasiswa hanya menyebutkan ) dengan menggunakan spidol
yang dilewatkan ke lesi mulai dari kulit normal, kemudian pasien diminta untuk
excersise selama 15 menit sehingga berkeringat. Jika pada lesi ada Anhidrosis,
maka tinta pada lesi tidak akan luntur
- bila ada kecurigaan ke penyakit kusta, dilakukan pemeriksaan saraf tepi
Perabaan (palpasi) Saraf Tepi
- Pemeriksan berhadapan dengan pasien
- Perabaan dilakukan dengan tekanan ringan
- Pada saat meraba saraf, perhatikan :
- Apakah ada penebalan/pembesaran
- Apakah saraf kiri dan kanan sama besar atau berbeda
- Apakah ada nyeri atau tidak pada saraf
A. Saraf auricularis magnus
- Pasien menoleh ke arah kiri, terlihat M. Sternocleidomastodeus pada medial
clavicula ke arah mastoid.
- Perabaan pada sepanjang otot M. sternocleidomastoideus, jika teraba pembesaran
dari N auricularis magnus pada permukaan otot.
- Dilakukan bergantian pada saraf disisi kanan dengan cara pasien menoleh kea rah
sisi kanan.
B. Saraf Ulnaris
- Tangan kanan pemeriksa memegang lengan kanan bawah penderita dengan posisi
siku sedikit ditekuk sehingga lengan pasien relaks.
- Dengan jari telunjuk dan jari tengah tangan kiri pemeriksa mencari sambil
meraba saraf Ulnaris di dalam sulkus nervi Ulnaris yaitu lekukan diantara
tonjolan tulang siku dan tonjolan kecil di bagian medial (epicondilus medialis).
C. Saraf Peroneus Communis (Poplitea Lateralis)
- Pasien diminta duduk di suatu tempat (kursi,tangga, dll) dengan kaki dalam
keadaan relaks.
- Pemeriksa duduk di depan pasien dengan tangan kanan memeriksa kaki kiri
pasien dan tangan kiri memeriksa kaki kanan.
- Pemeriksa meletakkan jari telunjuk dan jari tengah pada pertengahan betis bagian
luar pasien sambil pelan-pelan meraba ke atas sampai menemukan benjolan
tulang (caput fibula). Setelah menemukan tulang tersebut jari pemeriksa meraba
saraf peroneus 1 cm ke arah belakang.
D. Saraf Tibialis Posterior
- Pasien duduk relaks
- Dengan jari telunjuk dan tengah, pemeriksa meraba saraf Tibialis posterior di
bagian belakang bawah dari mata kaki sebelah dalam (maleolus medialis) dengan
tangan menyilang (tangan kiri pemeriksa memeriksa saraf tibialis kiri dan tangan
kanan pemeriksa memeriksa saraf tibialis posterior kanan pasien).
- Dengan tekanan ringan saraf tersebut digulirkan sambil melihat mimik/reaksi dari
pasien.

-bila ada sisik tebal dan kasar (co: psoriasis) maka dilakukan kerokan: ( hanya disebutkan)
a. Fenomena tetesan lilin: dilakukan penggoresan dengan pinggir object glass dalam
garis lurus melewati skuama pada lesi__> akan terlihat skuama putih seperti mika, persis
seperti pada lilin yang dilakukan penggoresan
b. Tanda Auspitz / Auspitz sign (pin point bleeding)Æ skuama pada lesi dikerok
menggunakan object glass lapis demi lapis pada lapisan epidermisÆ akan terlihat titik
titik perdarahan
c. Fenomena Kobner (non spesifik→lesi baru pada kulit normal bila ada trauma)

IV. PEMERIKSAAN RAMBUT (sesuai kasus)


1. Memeriksa rambut
- Warna hitam/ kecoklatan/ putih (uban), kusam/bersinar (glowing)
- Batang rambut: kasar/ halus, pecah/ bercabang, kuat/mudah rontok
- Ketombe/ tidak, ada telur kutu/tidak
- Pull test
2. Memeriksa kulit dasar kepala/ scalp, apakah ada:
- Lesi scarring (Scarring alopecia)→ alopesia permanen, misalnya Lupus, Infeksi
akibat bakteri/ virus/ jamur, bekas trauma/operasi dll)
- Lesi non scarring (Non scarring alopecia)→ alopesia tidak permanen misalnya
Alopecia areata, Trichotilomania dll
V. PEMERIKSAAN KUKU (sesuai kasus)
1. Memeriksa warna kuku (tanpa kuteks): merah muda, pucat/tidak, kekuningan, kebiruan,
kehitaman
2. Memeriksa kuku bersih/ kotor, terawat/ tidak terawat, panjang/ pendek
3. Memeriksa permukaan kuku/nail plate, apakah:
-Halus/ rata/kasar, ada/tidak lekukan (pitting nail), diskolorisasi (perubahan warna kuku)
-Lempeng kuku kuat/ mudah patah, subungual debris
-Ada tanda radang (misalnya: sekitar nail fold meradang→paronikia)
4. Memeriksa dasar kuku (nail bed): kuat/terangkat/mudahberdarah/bintik hitam, nyeri, tanda
radang
5. Memeriksa bentuk jari-jari tangan: normal, Clubbing finger

VI PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan KOH 10-20% :pada kasus terduga dermatomikosis, kandidosis vulva
vaginalis (KVV)
b. Pemeriksaan Woods lamp : pada kasus terduga tinea kapitis, pityriasis versikolor,
eritrasma
c. Pemeriksaan Gram : pada kasus terduga pyoderma, bakterial vaginosis, KVV, GO,
Uretritis non spesifik
d. Pemeriksaan darah lengkapÆ jika diperlukan/ diduga sistemik, Dermatitis atopik (
eosinofil total)
e. Skin test : patch test pada kasus terduga dermatitis kontak, dan alergi obat. Prick test
pada kasus yang berbentuk urtikaria
f. IgE totalÆ pada kasus atopik
g. Biopsi kulitÆ pada kasus penyakit dermatosis eritroskuamosa, dermatosis
vesikobulosa
h. IgM dan IgG HSV-1 dan HSV-2 pada kasus herpes simplex
i. Tes HIVÆ pada kasus IMS

VI TATALAKSANA
DERMATOLOGI
a. Non medikamentosa/ edukasi pasien
- Jangan digaruk
- Jaga kebersihan, pakai obat secara teratur sesuai anjuran
- Jika dermatitis kontakÆ stop kontak, memakai APD
- Jika scabies/ jamur/pyodermaÆ hentikan pemakaian handuk, seprai dan pakaian yg
bergantian dengan orang lain
- Edukasi mengenai penyakitÆ kronik/ kronik residif/ memerlukan tatalaksana yang
panjang dan lama/ kasus rujukan
b. Medikamentosa
- Anti JamurÆ sistemik dan topikalÆ kontraindikasi dan interaksi obat
- AntibiotikÆ sistemik dan topikal
- Anti virusÆ sistemik
- AntihistaminÆ sistemik
- Kortikosteroid Æ sistemik dan topikalÆ potensi, jenis, sistemik belum tentu
diperlukan, topikal potensinya sesuai umur, lokasi penyakit, tingkat keparahan, luas
penyakit
- Antiparasit :Antiscabies—topikalÆ cara pakai yang benar, anti pedikulosis,
AntihelmintikÆ sistemik

VENEREOLOGI
a. Non medikamentosa/ edukasi pasien
- Menunda hubungan sex/ memakai pengaman selama pengobatan
- Save sex
- Pengobatan pasangan seksual
- Bahaya komplikasi IMS
- Tes lain yang harus dilakukan selanjutnya
- Kasus rujukan

b. Medikamentosa

- Antibiotik Æ syphilis, GO, bakterial vaginosis, trikomoniasis


- AntiviralÆ herpes genitalis
- AntiijamurÆ KVV
- Terapi pada kondiloma akuminata

VI. ANATOMIS KULIT (DUMMIES)


1. Menunjukkan lapisan epidermis dan bagian-bagiannya
2. Menunjukkan lapisan dermis dan bagian-bagiannya
3. Menunjukkan lapisan subkutan dan bagian-bagiannya
VII CUCI TANGAN : cara WHO 6 langkah, selama 20 detik dengan memakai alcohol sesudah
pemeriksaan
VIII PENUTUP
-menjelaskan pada pasien tentang kelainannya dan rencana penatalaksanannya (serta
Kesediaan pasien jika harus dirujuk)
-menanyakan apakah ada yang ingin ditanyakan lagi berkaitan dengan kelainannya
-mengucapkan terimakasih atas kerjasamanya

Jakarta,………………………….
Menyetujui,

( dr. Hernayati M Hutabarat, SpKK )/ Revisi 2020 oleh dr. Rompu Roger Aruan, Sp.KK
SKILLS LAB BLOK 16 : ABDOMEN 2
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
(rev2.April 2015)

MATERI PENILAIAN
A PEMBUKAAN
1 Berpenampilan rapih dan sopan serta tidak berkuku panjang dan berkuteks
2 Mengucapkan salam & menyapa pasien dengan baik serta mempersilahkan pasien duduk
3 Menampilkan suasana rileks pemeriksa dan pasien
4 Menanyakan identitas : nama, usia, pekerjaan, tempat tinggal
5 Melakukan anamnesis yang terkait dengan keluhan pasien (RPS,RPD,RPK, Riw.
Pribadi & Sosial
6 Menjelaskan pemeriksaan yang akan dilakukan dan melakukan inform consent lisan
7 Jika pasien setuju, mempersilahkan pasien berbaring terlentang & membuka baju agar
regio abdomen terbuka seluruhnya, sementara pemeriksa mencuci tangan 6 langkah
WHO dengan alkohol 70%
B INSPEKSI
1 Menyebutkan pembagian abdomen berdasarkan kuadran (LUQ, RUQ, RLQ, LLQ) pada
orang yang kurus
2 Menyebutkan pembagian abdomen berdasarkan 9 regio pada orang yang gemuk
(hipokondria kanan & kiri, epigastrik, lumbar kanan & kiri, umbilical, iliaka/inguinal
kanan & kiri, hipogastrik/suprapubik)
3 Melaporkan bentuk abdomen (datar/membuncit/cekung atau skopoid) &
(simetris/asimetris)
4 Menyebutkan : warna kulit dan lesi kulit. (vesikel, pustule, papulo, cicatrik)
5 Menyebutkan adanya jenis bekas luka operasi :
- Depan: Kolesistektomi,laparotomi,reseksi kolon, appendiktomi, hernioraphy, SC
- Belakang : Adrenalektomi, nefrektomi
6 Menyebutkan :adanya pembuluh darah kolateral, Caput medusa, hernia, striae,dsb
7 Melaporkan tampaknya benjolan/massa diperut (co:Hepatoma,mioma,dll)
8 Melaporkan adanya pulsasi dan peristaltik yang terlihat pada dinding abdomen
C PALPASI
1 Hangatkan kedua tangan sebelum menyentuh pasien
2 Minta pasien untuk memfleksikan kedua kakinya
3 Meminta pasien menyatakan jika ada nyeri pada abdomen pasien
4 Palpasi dilakukan dengan menggunakan 3 jari (jari 2, 3, 4) tangan kanan
C.I Palpasi Umum
1 Melakukan palpasi secara acak (zig zag) dari atas ke bawah
2 Melakukan palpasi secara terstruktur sesuai linea abdomen dari atas ke bawah, pada
orang gemuk lakukan pada 5 linea (linea lateral kanan, linea midclavicularis kanan, linea
mediana, linea midclavicularis kiri, linea lateral kiri), pada orang kurus lakukan pada 3
linea (linea midclavicularis kanan, linea mediana, linea midclavicularis kiri).
3 Laporkan ada/tidaknya nyeri, rigiditas, massa/benjolan superficial dan dalam
Palpasi Organ
C.II Palpasi Hati
1 Palpasi mencari perbesaran hati dari RLQ menuju ke arah inferior arcus costae dextra
saat pasien inspirasi
2 Palpasi mencari perbesaran hati dari regio suprapubic menuju ke procesus xyphoideus
saat pasien inspirasi
3 Bila terdapat perbesaran hati laporkan:
1. Ukuran perbesaran (jari/cm) di bawah arcus costae kanan, dan di bawah proc.
xyphoideus.
2. tepi (tajam/tumpul)
3. konsistensi (kenyal/keras)
4. permukaan (licin/berbenjol-benjol)
5. nyeri/tidak
C.III Palpasi Limpa
1 Sebutkan & identifikasi pembagian garis Schuffner I-VIII
2 Lakukan palpasi menggunakan kedua tangan (tangan kiri menahan limpa dari arah
posterior, tangan kanan melakukan palpasi dari S VIII menuju SI)
3 Laporkan: ukuran (sesuai garis Schuffner), konsistensi (kenyal/keras), nyeri/tidak
C.IV Palpasi Ginjal
1 Metode bimanual, menekan secara bersamaan dengan tangan posterior dan anterior saat
pasien inspirasi
2 Permeriksaan Balotemen, menghentakkan ginjal dengan tangan posterior dan merasakan
pantulan ginjal pada tangan anterior saat pasien inspirasi
Palpasi Khusus

C.V Appendisitis
1 Palpasi titik McBurney (nyeri tekan)
2 Melakukan pemeriksaan nyeri lepas (Blumberg Sign)
3 Melakukan pemeriksaan kontra lateral (Rovsing Sign)
4 Melakukan pemeriksaan Psoas sign (tungkai lurus, ditarik ke belakang) dan Obturator
sign (diputar)
C.VI Kolesistitis
1 Melakukan pemeriksaan Murphy sign (palpasi di bawah arcus costa kanan, lalu minta
pasien inspirasi, bila nyeri Æ +)
C.VII Asites
1 Pemeriksaan Undulasi
2 (+) perkusi: Pemeriksaan Shifting dullness (bunyi pekak menjadi timpani saat berubah
posisi dari tidur ke posisi ke samping; jari untuk perkusi jangan berubah)
D PERKUSI
1 Lakukan Perkusi sistematis sesuai kuadran (RLQ,RUQ,LUQ,LLQ) dari atas ke bawah
2 Perkusi mencari batas paru-hati (dari linea midclav kanan ke arah bawah) dan
peranjakan hati
E AUSKULTASI
1 Melakukan Auskultasi pada kuadran abdomen secara sistematis (RLQ,RUQ,LUQ,LLQ)
dari atas ke bawah
2 Melakukan Auskultasi bising usus/peristaltic usus masing-masing kuadran selama 1
menit
3 Melaporkan bising usus [ bising usus: (-) / (+) menurun atau hipoperistaltik, / (+) normal
atau normoperistaltik / (+) meningkat atau hiperperistaltik ]
Catatan : bising usus tidak perlu dihitung berapa kali per menit !
Menyebutkan bunyi patologis pada abdomen:
- Metalik sound : ileus obstructif
- Bruit hepar : Hepatoma
- Systolic aorta abdominal : aneurisma aorta abdominalis
F PUNGGUNG & PINGGANG
1 Inspeksi umum pinggang dan punggung: benjolan, lesi kulit, keadaan tulang belakang
(normal, skoliosis, kifosis, gibbus, lordosis)
2 Palpasi : nyeri, benjolan, tonus otot para vertebra
3 Perkusi : Lakukan pemeriksaan nyeri ketuk CVA (costovertebra angle) kanan-kiri
dengan meletakkan tangan kiri di atas CVA sebagai alas lalu ketuk dengan
menggunakan tangan kanan yang dikepalkan di atas tangan kiri tersebut.
4 Auskultasi pada CVA untuk mendengar ada/tidaknya bruit
G.
PENUTUP

Mencuci tangan 6 langkah WHO sesudah PF


Mengusulkan Pemeriksaan Penunjang, menegakkan WD/ dan DD/, serta
memberikan informasi tentang hasil pemeriksaannya, juga rencana
Penatalaksanaan dan Edukasi sesuai kasus pada pasien (melakukan Rujukan
apabila diperlukan)
Menanyakan apakah ada yang ingin ditanyakan lagi oleh pasien
Mengucapkan terimakasih atas kerjasamanya

Jakarta, …………………………………
Menyetujui,

Prof.Dr.dr.Mardi Santoso, DTM&H, SpPD-KEMD, FINASIM, FACE


SKILLS LAB BLOK 17a : PEMASANGAN NGT
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
(rev. Maret 2016)

NO MATERI PENILAIAN
A PEMBUKAAN
1 Berpenampilan sopan dan rapi
2 Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan dan tujuannya
3 Melakukan inform consen tkepada pasien
B PERSIAPAN
1 Memposisikan pasien dalam posisi semi fowler/ 45o (diganjal dengan 1-2 bantal)
2 Mempersiapkan alat-alat:
- Selang NASOGASTRICTUBE (NGT) dengan ukuran yang sesuai
- Gel lubrikan, lidocain gel
- Sarung tangan non steril
- Stetoskop
- Disposable syringe 50 cc
- Alkohol 70%
- Gelas ukur pro NGT 100 cc
- Makanan cair yang akan diberikan
- Obat-obat yang akan diberikan (dilarutkan dahulu)
- Aquadest (untukmembilas)
- Plester
- Pen light
C PEMASANGAN NGT
1 Mencuci tangan dan menggunakan sarung tangan non steril dan membuka kemasan NGT
2 Memeriksa rongga hidung dan mulut dengan pen light (ada tidaknya septum deviasi, massa,
penyempitan)
3 Mengukur kedalaman NGT yang akan dipasang (puncakhidung-MAE-procxyphoideus)
4 Memberikan tanda pada NGT dengan plester dan membuat posisi gulungan NGT
5 Mengoleskan lubrikan pada ujung selang NGT,lalu memasukan selang NGT melalui hidung
sambil meminta pasien untuk menelan sampai batas yang sudah ditandai
6 Menghubungkan ujung NGT dengan spuit yang telah diisi udara sebanyak 20 cc, sambil
meletakkan stetoskop di daerah epigastrium.
7 Secara cepat semprotkan udara ke dalam selang NGT sambil mendengarkan bunyi pada
epigastrium dengan stetoskop. Pastikan NGT sudah tepat masuk ke lambung
8 Bila sudah tepat, lakukan fiksasi dengan plester
9 Melakukan pemberian makanan cair dengan beberapa pilihan:
- Secara aktif: dengan cara memasukan makanan cair melalui disposable syringe 50 cc
secara perlahan
- Secara pasif: dengan cara memasukan makanan cair menggunakan gelas ukur pro NGT
100 cc, lalu gelas diangkat lebih tinggi dari posisi kepala pasien. Makanan akan turun
perlahan mengikuti gaya gravitasi
10 Melakukan pemberian obat-obatan:
- Obat yang akan diberikan dilarutkan dulu di dalam aquadest
- Larutan obat tersebut dimasukan melalui disposable syringe 20 cc secara perlahan
11 Apabila diperlukan, NGT dapat digunakan untuk drainase:
- Secara aktif: menggunakan dysposible syringe
- Secara pasif: menggunakan steril bag yang disambungkan dengan NGT
12 Membilas selang NGT dengan aquadest
13 Menutup pangkal NGT dengan karet dan meletakannya di sisi kanan pasien
D PENUTUPAN
1 Melakukan edukasi terhadap pasien
2 Mengucapkan salam dan terimakasih

Catatan:
Semua input (makanan cair, obat-obatan) dan output (jumlah cairan drainase) harus diperhitungan
dalam menghitung balance cairan per hari
Referensi:
1. Guidance on the insertion of Nasogastric (NG) tubes, management of feeds and
administration of medicines via an NG tube or via a Percutaneous Endoscopic Gastric
tube (PEG) in adults (www.hacw.nhs.uk)

Jakarta, …………………………………
Menyetujui,

Dr.dr.Mardi Santoso, DTM&H, SpPD-KEMD, FINASIM, FACE

Indikasi Pemasangan NGT

1. Indikasi adanya dan volume pendarahan saluran cerna bagian atas


2. Aspirasi cairan lambung
3. Identifikasi esofagus dan lambung pada rontgen toraks
4. Pemberian cairan kontras ke saluran cerna untuk tindakan radiografik

Indikasi Terapeutik
Indikasi terapeutik pemasangan nasogastric tube adalah:

1. Dekompresi lambung, termasuk mempertahankan keadaan dekompresi setelah dilakukan 2.


intubasi endotrakeal, seringkali melalui orofaring
3. Mengurangi gejala pada kasus obstruksi usus kecil, ileus, pankreatitis
4. Aspirasi cairan lambung dan lavage lambung pada kasus tertelan bahan mengandung racun
(toxic) dan overdosis obat
5. Pemberian obat-obatan
6. Pemberian makan (nutrisi)
7. Irigasi saluran cerna
8. Pada keadaan trauma, digunakan untuk mencegah terjadinya muntah dan aspirasi
SKILLS LAB BLOK 17b : ANAL SWAB DAN RECTAL TOUCHER
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
(rev. Maret 2016)

MATERI PENILAIAN
A Anamnesis Hepatobilier
1 Menanyakan apakah kulit kuning (ikterus)
2 Menanyakan apakah pasien demam serta merasa fatique, mialgia, malaise, sakit
kepala, anoreksia, dan nausea
3 Menanyakan apakah pasien mengalami hematemesis melena
4 Adakah sakit perut di kuadran kanan atas
5 Adakah bengkak-edema di kaki, perut membuncit (ascites), berat badan turun, gatal-
gatal
6 Menanyakan apakah warna urin pasien gelap seperti air teh, dan warna tinja apakah
seperti dempul/putih
Catatan : PF Umum Kesadaran, Keadaan Umum, TTV & PF Abdomen dilakukan lebih dulu

B Pemeriksaan Anal Swab


Dapat dilakukan dengan 2 cara : (setelah poin C.1 dilakukan)
a.Swube tubes : lidi berujung kapas yang diusapkan pada anus (biasanya untuk kultur)
b.Scotch tape : memakai clear adhesive cellulose tape yang ditempelkan pada area
anal setiap pagi sebelum mandi atau BAB Æ lalu dilihat dibawah mikroskop untuk
melihat telur cacing
C Pemeriksaan Rectal Toucher (RT)
1 Dokter memberikan penjelasan mengenai prosedur tindakan & meminta ijin kepada
pasien (inform consent lisan)
2 Menanyakan apakah pasien menggunakan pessarium (penyangga uterus)
3 Menanyakan kapan pasien buang air kecil terakhir (kandung kemih harus kosong)
4 Mengarahkan pasien pada posisi knee elbow position (lateral decubitus kiri, lutut kiri
lurus dan kanan fleksi)
5 Pakai sarung tangan bersih (tidak usah steril) kemudian jari telunjuk diberikan pelicin
(vaselin)
6 Inspeksi regioanali (anal diregangkan dan pasien diminta mengejan),lihat apakah ada
:eksim, bekas garukan, ulkus, pembengkakan, fistel, hemoroid eksterna, wart
7 Palpasi : Pasian jangan mengedan; Tenangkan pasien dengan menginstruksikan pasien
untuk bernafas dalam
8 Taruh jari palmar ujung telunjuk kanan pada tepi perineum lalu beritahu pasien kita
akan memasukkan jari kedalam anus kemudian jari didorong ke dalam anus secara
perlahan agak memutar sehingga jari tangan masuk ke dalam lumen anus. Masukkan
lebih dalam lagi secara perlahan-lahan
9 Nilai tonus sfingter, adakah spasme anus (misalnyapada fissure ani) kemudian nilai
ampula recti nya kolaps atau tidak, (misalnya pada ileus obstruktif)
10 Adakah rasa nyeri ( diarah jam berapa?)
11 Raba selaput lendir/mukosanya, licin atau tidak licin (berbenjol-benjol). Jikaberbenjol-
benjol, tentukan apakah suatu polip (bertangkai) atau sesil (tidakbertangkai),apakah
circumscribe (melingkar seperti cincin) atau uncircumscribe (hanya di satu sisi, jika
ya, catat lokasinya pada arah jam berapa, dan berapa cm dari muara anus), kemudian
tentukan apakah benjolan tersebut terfiksir dengan jaringan disekitarnya atau tidak,
keras atau tidak, mudah berdarah atau tidak, dan nyeri atau tidak.
12 Pada laki-laki, nilai prostatnya antara lain : konsistensinya, ada/tidak nodul,
simetris/tidak, & ukurannya.Pada perempuan palpasi kavum douglasi ada tumor atau
tidak, ada cairan atau tidak.
13 Setelah RT, lihat sarung tangan,adakah feses (konsistensi, baunya),adakah darah, pus,
lendir
14 Pada akhir pemeriksaan bersihkan dubur pasien dari jeli dan sisa kotoran dengan kertas
toilet

Jakarta,……………………………….
Menyetujui,

( )
SKILLS LAB BLOK 18 : PARU 2
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
(rev. Mei 2016)

No MATERI PENILAIAN
A PEMBUKAAN
1 Berpakaian rapi, berkuku pendek dan tak berkuteks, lalu mengucapkan salam kepada pasien, serta
persilahkan duduk dengan sopan
2 Bersikap tenang dan percaya diri, menjelaskan tindakan yang akan dilakukan dan tujuan pemeriksaan
3 Menyiapkan alat-alat yang diperlukan (a.l. stetoskop),
B ANAMNESIS
1 Menanyakan identitas diri :nama, usia, alamat, pekerjaan
2 Menanyakan keluhan utama. RPS (termasuk pengobatan, hal-hal memperberat & memperingan), RPD,
RPK, Riwayat Pribadi dan Sosial
3 Menjelaskan tujuan dan cara pemeriksaan yang akan dilakukan, lalu melakukan inform consent lisan
4 Mencuci tangan 6 langkah WHO sebelum dan sesudah pemeriksaan
C PEMERIKSAAN FISIK TORAKS ANTERIOR & POSTERIOR
I INSPEKSI
1 Melaporkan bentuk toraks anterior
(normal, pectus excavatum, pectus carinatum, barrel chest)
2 Mengamati pergerakan dada saat keadaan statis (saat diam)&dinamis (saat bernafas): simetris/tidak;
ada/tidaknya dada yang tertinggal
3 Melaporkan keadaan sela iga (mencekung/retraksi atau mencembung atau normal)
4 Melaporkan frekuensi nafas ( normal 12-18 kali/menit)
5 Melaporkan sifat pernafasan:torakoabdominal/abdominotorakal
6 Melaporkan ritme nafas : inspirium >/< daripada inspirium
7 Melaporkan suara tambahan:mengi/stridor/hoarseness
II PALPASI
4 Palpasi acak dan tersruktur sesuai garis imajiner pada toraks anterior dan posterior
5 Meraba sela iga (melaporkan sela iga yang normal, mencembung/ mencekung)
6 Melaporkan pergerakan thoraks saat keadaan statis dan dinamis
(simetris/tidak & ada/tidaknya dada yang tertinggal)
7 Melakukan pemeriksaan vokal fremitus (“tujuh puluh tujuh”) pada toraks (di depan, di samping dan
belakang) dan menjelaskan hasilnya : mengeras/melemah/normal
III PERKUSI
8 Melakukan perkusi acak dan terstruktur sambil menyebutkan hasil perkusinya (normal : sonor)
9 Mengetahui kelainan penyebeb perkusi pekak, redup dan hipersonor pada paru
IV AUSKULTASI
10

Auskultasi suara nafas dasar : Vesikuler normal; Ronchi : tak ada, Wheezing : tak ada

x Ronkhi basah kasar (nyaring/tidak nyaring) - pneumonia/pleural effusion


x Ronkhi basah sedang (nyaring/tidak nyaring) - bronkopneumonia,minimal effusion
x Ronkhi basah halus- bronkitis kronik
x Krepitasi – infected bronchiectasis
x Ronkhi kering – bronkitis akut
x Wheezing – asma, PPOM
x Bising gesek/pleural friction rub – pleuritis sicca
x Egofoni (seperti kambing ;bunyi” E” menjadi “ A”)
x Succtio hipocrates (seperti suara air di dalam botol yang digoyangkan)
x Amforik (bunyi seperti botol ditiup) – cavitas TB
x Stridor
Contoh Kasus

1.Pneumonia dextra

x Inspeksi: bentuk thoraks normal, pergerakan dada simetris statis dan dinamis, sela iga normal
x Palpasi: vocal fremitus mengeras pada paru kanan bawah
x Perkusi : redup bawah ICS 4 –batas paru-hati kanan
x Auscultasi :
*Vesikuler melemah pada lapangan bawah paru inferior ICS 4 kanan sampai batas paru –hati
*Ronchi basah kasar nyaring paru lapang bawah inferior ICS 4 kanan sampai batas paru-hati
2.Bronchopneumonia & Cavitas dekstra

x Inspeksi: bentuk thoraks normal, pergerakan dada simetris statis dan dinamis, sela iga normal
x Palpasi: vocal fremitus melemah pada paru kiri atas
x Perkusi : sonor , hiper sonor di paru kiri atas
x Auskultasi : vesiculer melemah, amforic diatas ICS 2 sinistra
Ronkhi basah sedang nyaring lobus tengah paru, ronchi basah halus lobus atas paru

3.Metastase Ca mammae dengan coins lession

x Vesiculer melemah
x Ronchi kering
x Ronchi basah sedang nyaring
x Ronchi basah kasar nyaring
4.Pneumothorax dekstra

x Inspeksi: thoraks kanan tertinggal pada statis/dinamis


x Palpasi : fremitus taktil thorax kanan lemah , kiri mengeras
x Perkusi : timpani pada thoraks kanan
x Auscultasi : thorax kanan suara nafas tak terdengar, thorax kiri vesiculer meningkat
5.Thorax Emfisema, asma kronik , PPOM

x Inspeksi : sela iga melebar, tampak excavatum, simetris , tampak sesak


x Palpasi : fremitus tactil kanan kiri melemah
x Perkusi : hipersonor semua lapangan paru, kesan dari batas-batas paru-jantung, jantung mengecil
x Auscultasi : vesikuler melemah, terdengar wheezing, kadang-kadang terdengar ronkhi basah halus
dibasal paru/ronkhi kering di apeks atau di hilus
6.Pleural Effussion Kiri

x Inspeksi : sela iga ICS 3-6 bawah kiri thoraks mencembung, tampak thorax kiri tertinggal pada
keadaan dinamis dan tidak simetris kanan dan kiri
x Perkusi : lapang bawah thoraks kiri ICS 3-6 pekak, ada rasa sakit
x Palpasi : nyeri tekan ICS 3-6 thoraks kiri, fremitus tactil thoraks kiri melemah dibanding kanan
x Auskultasi :ronkhi basah kasar tak nyaring pada ICS 3&4, ICS 5-6/lap bawah paru kiri tidak
terdengar suara nafas
SKILLS LAB BLOK 19a : KARDIOVASKULAR 2
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

MATERI PENILAIAN
A Pembukaan
1 Mengucapkan salam kepada pasien, persilahkan duduk serta menanyakan identitas
Selamat siang, saya dr. …. Dengan bpk/ibu siapa ? NAMA,USIA,PEKERJAAN, ALAMAT

2 Menjelaskan tujuan dan cara pemeriksaan serta mohon ijin kepada pasien (inform consent lisan)
Baik saya akan menanyakan beberapa pertanyaan, nnti bapak akan diminta untuk membuka
bajunya, mungkin agak sedikit tidak nyaman. apakah bapak bersedia ?

3 Menyiapkan alat – alat yang diperlukan, dan mempersilakan pasien berbaring dan membuka baju

4 Mencuci tangan 6 langkah WHO dengan alkohol 70 %, sebelum dan sesudah pemeriksaan fisik

B Anamnesis
Anamnesis terdiri dari keluhan utama dan lamanya, RPS (termasuk hal memperingan, hal memperberat,
pengobatan), RPD, RPK, Riwayat Pribadi/Alergi dan Sosial.
Keluhan Utama
1
Ada keluhan apa hari ini bu?? ada nyeri dada
Riwayat Penyakit Sekarang (sesuai dengan keluhan utama):
Nyeri nya seperti apa (panas, tertekan, berdenyut) ? dimana lokasinya ? sudah berapa lama
nyerinya ? berapa lama durasi nyerinya, nyeri timbul pada saat istirahat atau beraktivitas
3
selain nyeri, ada keluhan lain mungkin bu, seperti batuk, demam, sesak nafas, berdebar-debar ?

apakah sudah coba berobat ? bagaimana hasilnya ?


Riwayat Penyakit Dahulu
ibu sebelumnya sudah pernah mengalami kejadian seperti ini? Apakah ada Riwayat penyakit
4 sistemik : hipertensi, DM, jantung, dislidemia, ppok
ada riwayat dirawat dirumah sakit bu ?
kalo riwayat alergi? Alergi makan atau debu?
Riwayat Keluarga
5 Apakah keluarga ada yang mengalami keluhan yang sama?
Apakah di keluarga ada yang punya riwayat penyakit menahun?
Riwayat sosial dan pribadi/ kebiasaan
6 mohon maaf ibu merokok atau minum alkohol?
nafsu makan normal bu?
Baik ibu, selanjutnya saya akan melakukan pemeriksaan pada daerah dada ibu, ibu akan di minta
7 untuk melepas pakaian ibu, selain itu juga saya akan melihat, memegang, mengetuk dan
mendengarkan bagian dada ibu dan akan terasa kurang nyaman. apa ibu bersedia?
C Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
1 Menjelaskan garis – garis imajiner pada thoraks anterior sebelah kanan dan kiri (Midsternalis,
Sternalis, Parasternalis, Midklavikularis, Aksillaris Anterior, Axillaris Media)

2 Menjelaskan bentuk thoraks (pectus excavatum, pectus carinatum, pectus pectinatum, scoliosis
chest, barrel chest), warna kulit, lesi kulit, sela iga cembung/ cekung

bentuk thorax anterior normal tidak terdapat pectus excavatum, pectus carinatum,
maupun barrel chest, warna kulit sawo matang, tidak ada lesi kulit,
sela iga tidak mencembung/mencekung

3 Memperhatikan dan menjelaskan letak ictus cordis (lokasi, tampak/ tidak tampak, ventricular
heaving +/-)
Ictus cordis terletak pada iga ke 4 - 5 pada pasien (normal) tidak tampak dan ventricular heaving (-)

Palpasi
1 Mencari dan meraba ictus cordis pada intercosta 4 – 5 linea midclavikularis sinistra
TIDAK TERABA (NORMAL)
2 Melaporkan denyutan pada ictus cordis (lokasi, diameter, kuat angkat/tidak)
KALO NORMAL TIDAK USAH BILANG
Perkusi
1 Menjelaskan perbedaan perkusi, pekak, sonor, redup dan timpani
2 Menentukan batas paru – hati dan peranjakan hati
Dari BPH naik 2 cm dan diketuk kearah medial sampai ketemu suara sonor. BATAS PARU-
JANTUNG KANAN PADA LINEA STERNALIS KANAN
3 Menentukan batas kanan jantung Æ
4 Menentukan batas atas jantung Æ pada linea parasternalis sela iga ke-2 (pekak)
5 Menentukan batas pinggang jantung Æ pada linea midclavicularis kiri sela iga 3 (pekak)
6 Menentukan batas kiri jantung Æ pada sela iga 5, 2 jari medial linea axilaris anterior (redup)
7 Menentukan batas bawah jantung Æ
Auskultasi
1 Auskultasi pada katup Mitral, menjelaskan lokasi dan mendengarkan murmur sistolik dan diastolik
2 Auskultasi pada katup trikuspidalis, menjelaskan lokasi dan mendengarkan murmur sistolik dan
diastolik
3 Auskultasi pada katup aorta, menjelaskan lokasi dan mendengarkan murmur sistolik dan diastolic
4 Auskultasi pada katup pulmonal, menjelaskan lokasi dan mendengarkan murmur sistolik dan
diastolic
5 Auskultasi pada VSD/ ASD, menjelaskan lokasi dan mendengarkan murmur
6 Melaporkan hasil pemeriksaan auskultasi jantung yang didapatkan pada status, yaitu bunyi
patologis murmur (ada/tidak, bila ada tentukan murmur diastolik/ sistolik), dan lokasinya; bunyi
patologis gallop (ada/tidak) dan lokasinya
D Penutup
Menjelaskan tentang hasil pemeriksaan dan edukasi pada pasien, serta merujuk jika perlu
Jakarta,…………………………
Menyetujui,

Dr.dr.Mardi Santoso, DTM&H, SpPD-KEMD, FINASIM, FACE


SKILLS LAB BLOK 19b : KARDIOVASKULAR 2
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
(lanjutan)

I. TES BRODIE - TRENDELENBURG

1 Pasien dibaringkan di atas bed pemeriksaan


2 Tungkai pasien yang akan diperiksa difleksikan 90° pada sendi panggul
3 Lakukan pemijatan pada tungkai tersebut mulai dari arah distal kearah proksimal untuk
membantu mengosongkan vena
4 Oklusi vena pada tungkai tersebut di posisi paha atas dengan torniket
5 Pasien diminta untuk segera berdiri begitu oklusi vena sudah dilakukan
6 Pemeriksa mengamati tungkai yang tadi dioklusi :
- Bila vena terisi kembali dengan lambat maka katup vena yang inkompeten
letaknya berada diatas posisi torniket
- Bila vena terisi kembali dengan cepat maka katup yang inkompeten letaknya
berada di bawah posisi torniket

II.CAPILLARY REFILL TEST (CRT)


1 Ekstremitas yang akan digunakan untuk pemeriksaan CRT diposisikan setinggi atrium
kanan
2 Lakukan penekanan pada salah satu nail bed jari sampai berubah warna menjadi putih
3 Kemudian segera lepaskan penekanan pada nail bed tersebut
4 Segera hitung lamanya perubahan warna nail bed dari putih menjadi pink (normal : < 2
detik setelah penekanan dilepaskan)

III.PENILAIAN ARTERI

1 Pasien berbaring di bed pemeriksaan


2 Lakukan perabaan pada a. carotis, a. brachialis, a. radialis, a. ulnaris, a. dorsalis pedis, a.
tibialis posterior, a. popliteal, a. femoralis dengan menggunakan 2 jari
3 Pada setiap perabaan, lakukan penilaian dan laporkan pulsasi pada masing-masing arteri
(regularitas, kekuatan)
4 Kemudian lakukan hal di atas pada sisi tubuh sebelahnya

IV.JUGULAR VEIN PRESSURE (JVP)

1 Berdiri di sebelah kanan pasien


2 Posisikan pasien dalam keadaan berbaring dengan ditinggikan 30°
3 Instruksikan pasien untuk miringkan kepalanya kearah kiri
4 Cari vena jugularis (yang tidak terlalu berdenyut dibandingkan dengan arteri)
5 Tekan bagian bawah vena jugularis di dekat clavicula
6 Tekan bagian atas vena jugularis
7 Buka tekanan pada bagian bawah vena jugularis
8 Lihat kenaikan pengisian vena
9 Ukur dengan 2 penggaris: penggaris pertama sejajar dengan angulus sternoludovici,
penggaris kedua dipakai untuk mengukur ketinggian vena mulai dari posisi penggaris
pertama
10 Melaporkan hasilnya, Normal: 5-2 cmH2O s/d 5-4 cmH2O
V.ALLEN TEST

1 Pasien berbaring di bed pemeriksaan


2 Pasien diminta mengepalkan tangan yang akan diperiksa
3 Pemeriksa melakukan penekanan pada a. radialis dan a. ulnaris secara bersamaan selama
beberapa detik
4 Kemudian minta pasien untuk membuka tangannya, perhatikan warna telapak tangan
pasien. Bukalah penekanan pada a. radialis, lalu perhatikan perubahan warna yang terjadi
(Normal: telapak tangan menjadi berwarna merah)
5 Lakukan hal di atas (point 2-4), bukalah penekanan pada a. ulnaris
6 Lakukan hal di atas (point 2-4), bukalah penekanan pada a. radialis dan a. ulnaris secara
bersamaan

VI.PENGUKURAN ANKLE BRACHIAL INDEX/ ABI

1 Persiapan alat-alat:
- Sphygmomanometer/ tensi meter
- Vascular Doppler (bila tidak tersedia dapat menggunakan stetoskop)
2 Pasien berbaring di bed pemeriksaan
3 Pengukuran tekanan sistolik brachialis:
- Carilah a. brachialis pada sisi tangan yang akan diperiksa
- Pasang manset tensi meter di daerah proksimal dari a. brachialis
- Letakkan probe di atas a. brachialis dengan kemiringan 45o sampai terdengar bunyi
aliran darah (bila menggunakan stetoskop, letakan stetoskop di atas a. brachialis)
- Lakukan pembendungan dengan memompa manset sampai bunyi aliran darah
tersebut hilang, kemudian buka kunci manset perlahan-lahan sampai bunyi
terdengar lagi
- Saat bunyi aliran darah terdengar pertama kali, catat tekanan yang tertera pada
tensi meter, tekanan tersebut adalah tekanan sistolik brachialis
4 Pengukuran tekanan sistolik ankle:
- Carilah a. dorsalis pedis pada sisi kaki yang sama
- Pasang manset tensi meter di daerah proksimal dari a. dorsalis pedis
- Letakkan probe di atas a. dorsalis pedis dengan kemiringan 45o sampai terdengar
bunyi aliran darah (bila menggunakan stetoskop, letakan stetoskop di atas a.
dorsalis pedis)
- Lakukan pembendungan dengan memompa manset sampai bunyi aliran darah
tersebut hilang, kemudian buka kunci manset perlahan-lahan sampai bunyi
terdengar lagi
- Saat bunyi aliran darah terdengar pertama kali, catat tekanan yang tertera pada
tensi meter
- Lakukan langkah di atas pada a. tibialis posterior
- Kemudian setelah didapatkan tekanan sistolik dari a. dorsalis pedis dan a. tibialis
posterior, tentukan tekanan sistolik ankle dengan memilih tekanan sistolik yang
paling tinggi di antara kedua arteri tersebut
5 Penghitungan ABI:
- Lakukan penghitungan ABI dengan menggunakan rumus:

Ankle Brachial Index : Tekanan Sistolik Ankle


Tekanan Sistolik Brachial

- Kemudian lakukan interpretasi hasil yang didapat dengan menggunakan Tabel:


>1,3 Noncompressible atau kalsifikasi berat
0,91-1,30 Normal
0,41-0,90 Penyakit arteri perifer ringan-sedang
0,00-0,40 Penyakit arteri perifer berat
SKILLS LAB BLOK 20a:KATETER DAN URETRAL SWAB
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
(rev. Oktober 2020)

No. MATERI PENILAIAN

I. PEMBUKAAN
1 Mengucapkan selamat pagi / siang kepada pasien, mempersilahkan pasien duduk
2 Menanyakan identitas (nama, usia, pekerjaan, alamat)

II ANAMNESIS
Anamnesis terdiri dari keluhan utama, RPS (termasuk hal memperingan, hal memperberat, pengobatan),
RPD, RPK, Riwayat Pribadi/Alergi dan Sosial. Pertenyaan-pertanyaan yang penting sebagai berikut:
1 Adakah kesulitan berkemih ?
2 Berapa kali berkemih dalam satu hari ?
3 Apakah harus terbangun pada malam hari dan berapa kali (poliuri, nokturia ) ?
4 Adakah rasa nyeri waktu berkemih ( disuria ) ?
5 Apakah berkemih tidakpuas dan urin menetes ?
6 Apakah ada nyer isuprapubik ?
7 Apakah urin berwarna merah ( hematuria ) ?
8 Apaka diserta kolik ?

III PEMASANGAN KATETER ( harus ada asisten !!! )


A PERSIAPAN PASIEN DAN ALAT
1 Menjelaskan tujuan dan cara tindakan pemasangan kateter, lalu inform consent lisan
2 Mempersiapkan pasien tidur terlentang dan daerah abdomen bebas pakaian
3 Persiapan alat :
1. Sarung tangan steril 8. Spuit 20 cc
2. Sarung tangan bersih (asisten) 9. Aquadest
3. Kasa steril 10. Urine bag (dalam kemasan steril)
4. Antiseptik (mis.povidon iodine) 11. Lampu sorot (jika diperlukan)
5. Duk bolong steril 12. NierBeken
6. Xylocain gel steril 13. Plester
7. Kateter (dalam kemasan steril) 14. Gunting plester

B PADA LAKI - LAKI


Pemasangan Kateter
1 Operator mencuci tangan WHO 6 langkah dengan alkohol 70%; pasien posisi terlentang
2 Operator memasang sarung tangan steril , asisten boleh dengan sarung tangan non steril tetapi bersih
3 Asisten melakukan desinfeksi dengan antiseptik sebanyak dua kali mulai dari orificium uretra eksterna
secara sirkuler, glans penis, sulkus korona glandis, daerah suprapubis dan skrotum (pasien yang belum
disirkumsisi : glans dibersihkan dengan preputium terlebih dahulu, kemudian kulit preputium
dikembalikan ke posisi semula setelah membersihkan glans penis)
4 Asisten membuka kemasan duk bolong steril
5 Operator memasang duk bolong steril
6 Asisten membuka kemasan xylocain gel steril
7 Operator mengoleskan sedikit xylocain gel steril pada muara orificium uretra eksterna, lalu memasukkan
xylocain gel seluruhnya ke dalam uretra. Tutup ujung orificium uretra eksterna dengan jari selama
kurang lebih 1 – 2 menit untuk mencegah xylocain gel keluar kembali dan menunggu anestetik bekerja
8 Asisten membuka kemasan kateter, operator mengambil kateter No.18 Fr
9 Operator melakukan test patensi kateter dengan mengembangkan balon menggunakan spuit berisi
aquadest sejumlah volume yang tertera dikateter. Setelah dipastikan kateter layak digunakan, kemudian
balon dikempeskan kembali.
10 WĞŶŝƐĚŝƚĞŐĂŬŬĂŶϵϬȗŽůĞŚŽƉĞƌĂtor, sementara ujung belakang kateter yang bercabang dipegang oleh
asisten; kemudian kateter dimasukkan secara lembut dan hati – hati oleh operator, hingga hanya tersisa
ujung belakang kateter yang bercabang di luar orificium uretra
(Keluarnya urin jangan dijadikan patokan bahwa kateter sudah berada di kandung kemih ).
11 Isi balon kateter dengan akuades sesuai dengan volume balon yang tertera pada bagian luar selang
kateter, lalu tarik kateter keluar perlahan hingga terasa tahanan oleh balon kateter, kemudian lepaskan
duk bolong steril.
12 Pasang urine bag.
13 Fiksasi dengan plester di daerah inguinal pada bagian percabangan kateter
C PADA PEREMPUAN
1 Operator mencuci tangan WHO 6 langkah dengan alkohol 70%; pasien pada posisi litotomi / frog
2 Operator memasang sarung tangan steril, asisten boleh dengan sarung tangan non steril tetapi bersih
3 Asisten melakukan desinfeksi dengan antiseptik sebanyak dua kali sambil membuka labia mayora dan
minora sekitar orificium uretra
4 Asisten membuka kemasan duk bolong steril
5 Operator memasang duk bolong steril
6 Asisten membuka kemasan xylocain gel steril
7 Operator mengoleskan sedikit xylocain gel steril pada orificium uretra, lalu memasukkan xylocain gel ke
dalam uretra (pada perempuan : xylocain gel boleh hanya dimasukkan sebanyak setengah tube, asalkan
sisanya tidak digunakan untuk pasien lain !!! )
8 Asisten membuka kemasan kateter , operator mengambil kateter No.16 Fr
9 Operator melakukan test patensi kateter dengan mengembangkan balon menggunakan spuit berisi
aquadest sejumlah volume yang tertera dikateter. Setelah dipastikan kateter layak digunakan, kemudian
balon dikempeskan kembali.
10 Operator memasukkan kateter secara lembut dan hati – hati ke dalam orificium uretra, asisten
membantu memegang ujung belakang kateter yang bercabang.
11 Isi balon kateter dengan akuades sesuai dengan volume balon yang tertera pada bagian luar selang
kateter, lalu tarik kateter keluar perlahan hingga terasa tahanan oleh balon kateter, kemudian lepaskan
duk bolong steril.
12 Pasang urine bag.
13 Fiksasi dengan plester di daerah inguinal pada bagian cabang kateter ( pada perempuan : fiksasi kateter
tidak harus dilakukan )

IV LEPAS KATETER
1 Lepaskan fiksasi kateter di daerah inguinal
2 Kosongkan balon kateter dengan spuit 20 cc kosong, lalu buang isinya
3 Tarik kateter perlahan sambil melakukan aspirasi dengan spuit 20 cc kosong (pastikan tidak ada sisa
akuades dalam balon kateter)

V URETRAL SWAB
- Indikasi : jika ada cairan atau duh pada orificium uretra externum (OUE) pria
- Pengambilan sampel memakai lidi berujung kapas; tidak perlu tindakan asepsis sebelumnya
- Pengambilan dengan hati-hati, dengan cara mengusapkan lidi tsb pada bagian dalam OUE
- Setelah selesai, lidi tsb segera dimasukkan ke tabungnya untuk mencegah kontaminasi
bakteri dari luar
- Tabung berisi lidi berkapas siap dibawa ke laboratorium untuk diperiksa

Jakarta, 2 Oktober 2020

dr. Egi E. Manuputty, Sp.U.


SKILLS LAB BLOK 21a : PF DIBETES MELITUS
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
(rev.Oktober 2020)

NO MATERI PENILAIAN
A PEMBUKAAN

1 Pemeriksa memakai baju rapi dan sopan, tidak berkuteks dan tidak berkuku panjang
2 Mengucapkan salam kepada pasien,lalu mempersilahkan pasien duduk
3 Menanyakan identitas (nama, usia, pekerjaan, alamat)
B ANAMNESIS
Anamnesis terdiri dari keluhan utama dan lamanya, RPS (termasuk hal memperingan, hal memperberat,
pengobatan), RPD, RPK, Riwayat Pribadi/Alergi dan Sosial. Pertenyaan-pertanyaan yang penting sebagai
berikut:
2 Menanyakan banyak makan, minum dan banyak kencing
3 Menanyakan adanya keluarga yang terkena sakit gula (Diabetes Melitus)
4 Menanyakan apakah pernah dirawat dengan penurunan kesadaran karena lupa makan setelah minum obat
5 Menanyakan apakah pernah dirawat dengan penurunan kesadaran karena diare berlebihan
6 Menanyakan apakah pernah dirawat dengan penurunan kesadaran karena suatu keadaan stres (infeksi, MCI)
7 Menanyakan apakah adanya buram atau buta ( kearah katarak,retinopati atau glaukoma)
8 Menanyakan apakah ada kesemutan, sakit maag dan impotensi
9 Menanyakan adanya bengkak pada kaki, urin yang berkurang dan lemas
10 Menanyakan ada riwayat sakit jantung (nyeri dada kiri)
11 Menanyakan adanya hipertensi
12 Menanyakan adanya luka yang sukar sembuh, jaringan parut pada kulit dan luka yang bau
11 Menanyakan apakah ada batuk >3 minggu
Menjelaskan maksud dan metode pemeriksaan, lalu mohon kesediaan pasien mengikuti prosedur tersebut
(inform consent lisan)
Pemeriksa mencuci tangan 6 langkah WHO dengan alkohol dan berdiri di sebelah kanan pasien
C PEMERIKSAAN FISIK (KAKI DIABETIK)
1. INSPEKSI
Atrofi kulit, cicatrik
Atrofi otot, eutrofi
Lesi kulit (infiltrat), ulkus, dll
Warna kulit, hiper/hipopigmentasi
2 PALPASI
Pemeriksaan suhu raba kaki tangan
Pemeriksaan pulsasi a dorsalis pedis + arteri tibialis posterior
Pemeriksaan monofilament pada kaki
Pemeriksaan Refkleks KPR, APR,
Pemeriksaan Babinski
Pemeriksaan fleksi lutut dan pergelangan kaki

Jakarta,…………………………
Menyetujui,

Dr.dr.Mardi Santoso, DTM&H, SpPD-KEMD, FINASIM, FACE


SKILLS LAB BLOK 21b : PEMERIKSAAN TIROID
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
(rev.Agustus 2020)
NO MATERI PENILAIAN
A PEMBUKAAN
1 Mengucapkan salam kepada pasien, Mempersilahkan pasien duduk
2 Menanyakan identitas (nama,usia, pekerjaan, alamat)
B ANAMNESIS
Anamnesis terdiri dari keluhan utama dan lamanya, RPS (termasuk hal memperingan,
hal memperberat, pengobatan), RPD, RPK, Riwayat Pribadi/Alergi dan Sosial.
Pertenyaan-pertanyaan yang penting sebagai berikut:
1 Apakah banyak keringat ?
2 Apakah terasa berdebar-debar ?
3 Apakah tangan rasa gemetar ?
4 Apakah badan terasa panas ?
5 Apakah badan lebih enak di udara dingin ?
6 Apakah penglihatan ganda ?
7 Apakah leher terasa membesar ?
8 Apakah ada rasa mengganjal ?
9 Apakah BB menurun ?
10 Apakah banyak / kurang makan ?
Menjelaskan maksud dan cara pemeriksaan, lalu mohon kesediaan pasien mengikuti
prosedur tersebut (inform consent lisan)
Pemeriksa mencuci tangan 6 langkah WHO dengan alkohol 70% selama 20-30 detik,
sebelum pemeriksaan
Mempersiapkan pasien duduk tidak bersandar bebas baju dan kalung
C PEMERIKSAAN FISIK TIROID
INSPEKSI
1 Melaporkan adanya perbesaran nodul / difus
2 Pamberton sign
3 Tremor Halus
4 Kulit Leher, Keringat
PALPASI
1 Palpasi anterior approach
2 Palpasi posterior approach
3 Pengukuran lingkar leher
4 Pengukuran Nodul nodul
AUSKULTASI
Melaporkan adanya bruit
PEMERIKSAAN OFTALMOPATI
1 Jofroy sign
2 Von Stelwag sign
3 Von Grave sign
4 Rosenbach sign
5 Moebius sign
6 Exophtalmus

Jakarta,…………………………
Menyetujui,

Dr.dr.Mardi Santoso, DTM&H, SpPD-KEMD, FINASIM, FACE


SKILLS LAB BLOK 21c : MENU DIET DM
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
(rev.November 2020)

NO MATERI PENILAIAN
A PEMBUKAAN
1 Mengucapkan salam kepada pasien, lalu mempersilahkan pasien duduk
2 Menanyakan identitas (nama,usia, pekerjaan, alamat)
3 Menjelaskan maksud dan cara pemeriksaan, lalu mohon kesediaan pasien mengikuti
prosedur tersebut (inform consent lisan)
B PENGATURAN MENU DIET pasien DM
1 Tentukan Tinggi Badan (TB) dan Berat Badan Normal (BBN) atau BBI (Berat Badan
Ideal) dengan Indeks Brocca
2 Tentukan Golongan Aktivitas (Tabel 1)
3 Hitung Indeks Massa Tubuh
4 Tentukan Status Gizi (tabel 2)
5 Tentukan nilai kebutuhan energi sehari (tabel 3)
6 Hitung Kebutuhan Energi sehari berdasarkan poin 2 dan poin 5
7 Tentukan komposisi gizi seimbang {Protein 10-20% (20%); Lemak 20-35% (20%);
Karbohidrat 60-70%(60%)} total kalori/ hari
8 Terjemahkan perhitungan gizi dengan menggunakan Daftar Bahan Makanan Penukar
(DBMP)
PENUTUP
Menjelaskan hasil pemeriksaan pada pasien dan edukasinya
Menanyakan pada pasien apakah masih ada yang ingin ditanyakan
Mengucapkan terimakasih atas kerjasamanya

LATIHAN KASUS

Seorang wanita usia 45 tahun TB 160 cm, BB 62 kg bekerja sebagai guru SD Negeri datang
ke Puskesmas dengan keluhan banyak makan, banyak minum dan banyak buang air kecil
terutama malam hari. Pemeriksaan Laboratorium : Gula darah puasa 160 mg/dL, Gula
darah 2 jam post prandial 240 mg/dL .Wanita tersebut didiagnosis sebagai DM tipe II.
Buatlah perencanaan makan pasien tersebut !

Jakarta,…………………………
Menyetujui,
Check List Skill Lab era Zoom
Blok 22 Neurology and Behavior Science
WAWANCARA PSIKIATRIK
(revisi 17 November 2020)

NAMA MAHASISWA: NIM :

NO MATERI YANG DINILAI


A PEMBUKAAN (Sikap Profesionalisme)
1 Mengucapkan selamat pagi/siang kepada pasien
2 Memperkenalkan diri
3 Mempersilakan duduk dengan sopan
4 Mencatat identitas ps
5 Menyatakan kesiapan untuk membantu
6 Meminta persetujuan untuk memeriksa, mencatat, kehadiran orang lain

B WAWANCARA PSIKIATRIK (autoanamnesis)


1 Menanyakan keluhan utama pasien
- Keluhan fisik
- Keluhan mental
2 RPS (RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG)
- Menanyakan onset (awitan) penyakit
- Ada faktor biologi/ penyakit fisik/trauma fisik saat ini?
- Ada riwayat pemakaian zat narkoba/adiktif/psikotropika lainnya/obat2
tradisional,dll?
- Menanyakan stresornya, faktor etiologi dan distres (penderitaan)
- Hendaya: gangguan fungsi pekerjaan- prestasi pendidikan-
konsentrasi/fokus/memori, interaksi sosial dan fungsi sehari-hari
(makan,tidur),dll
- Menanyakan apakah ada Hubungan/kaitan antara gejala fisik-stresor-situasi
dengan kondisi mental saat ini?
3 RPD (RIWAYAT PENYAKIT DULU)
- Menanyakan riwayat penyakit fisik : penyakit kronis-keturunan /penyakit keluarga
dan ggn mental dahulu
- Menanyakan riwayat penggunaan zat psikoaktif (napza) dll bila ada
- Riwayat pengobatan dahulu (bila ada), brp lama dirawat/dapat obat apa/keteraturan
berobat- kepatuhan berobat,dll
4 RKP (riwayat kehidupan pribadi)
- Riwayat pendidikan,
- Riwayat pekerjaan,
- Riwayat ekonomi saat ini
- Riwayat perkawinan dan kehidupan psikoseksual
- Kehidupan interaksi sosial; sosial bermasyarakat, riwayat trauma/abuse
bila ada,dll
5 RK (RIWAYAT KELUARGA)
- Anak ke berapa dari berapa bersaudara, hubungan antar keluarga.
- Pola asuh, sosial ekonomi keluarga, sikap keluarga, trauma masa lalu/kekerasan fisik-
verbal- KDRT bila ada
C PEMERISAAN FISIK & MENTAL
6PKT (Penampilan, pembicaraan, perilaku, perasaan, persepsi, pikiran, kognitif,
tilikan)
D Diagnosis dan Diagnosis banding (minimal 2)
E Terapi farmakologik (resep lengkap)
F Terapi non farmakologik (Edukasi)

6.,//6/$%%/2.
3(0(5,.6$$1),6,.1(852/2*,%$*,$1  
)$.8/7$6.('2.7(5$18.5,'$

UHY2NWREHU


12 0$7(5,3(1,/$,$1
$ 3(0%8.$$1
 0HQ\DSDGDQPHQJXFDSNDQVDODP
 0HPSHUVLODKNDQGXGXNNHPXGLDQSHPHULNVDGXGXNVRSDQ
 0HQDPSLONDQVXDVDQDULOHNVSHPHULNVDGDQSDVLHQ
% $1$01(6,6
 .HOXKDQXWDPDGDQVVHMDNNDSDQDQWDUDODLQ
 .HVXOLWDQELFDUDPHQHODQNHOXKDQJHUDN NDNXOHPDKJHPHWDUJHUDN
LQYROXQWHU 
 1\HULWHQJNXNSLQJJDQJMDUL
 3DUHVWHVLDKLSHVWHVLDLPSRWHQVLNHVXOLWDQ%$%%$.
 &DWDWDQDQDPQHVLVVLVWHPDWLVNHOXKDQXWDPD53653'53. 
56RVLDO.HELDVDDQ
 ,QIRUP&RQVHQWOLVDQ
0HQMHODVNDQPDNVXGGDQPHWRGHSHPHULNVDDQODOXPRKRQNHVHGLDDQ
SDVLHQPHQJLNXWLSURVHGXUWHUVHEXW LQIRUPFRQVHQWOLVDQ 
 3HPHULNVDPHPSHUVLODKNDQSDVLHQEHUEDULQJWHUOHQWDQJVHPHQWDUD
SHPHULNVDPHPSHUVLDSNDQDODW
 3HPHULNVDPHQFXFLWDQJDQODQJNDK:+2GHQJDQDONRKROGDQEHUGLULGL
VHEHODKNDQDQSDVLHQ
& 3(0(5,.6$$1)
),6,.
x .HDGDDQXPXP
x .HVDGDUDQ
x 779
 3(0(5,.6$$11(852/2*,6
,D
D 3(0(5,.6$$1.(6$'$5$1
 3HPHULNVDPHQJDPDWLNHVDGDUDQSDVLHQGDQUHVSRQVQ\DWHUKDGDS
OLQJNXQJDQ
 3HPHULNVDPHQJDMDNSDVLHQELFDUDGDQPHPSHUKDWLNDQUHVSRQVWHUKDGDS
VXDUDELDVDGDQDSDELODWLGDNPHUHVSRQGLEHULNDQVXDUD\DQJOHELKNHUDV
 3HPHULNVDPHPEHULUDQJVDQJQ\HUL SLOLKVDWXWHNDQVWHUQXPVXSUDRUELWD
WHQGRSHQVLOSDGDNXNX DSDELODSDVLHQWLGDNUHVSRQWHUKDGDSVXDUD
,E 3(0(5,.6$$1)81*6,/8+85
 2ULHQWDVL
x 2ULHQWDVLZDNWXWDQ\DNDQKDULWDQJJDOEXODQWDKXQ
SDJLVLDQJPDODP
x 2ULHQWDVLWHPSDWWDQ\DNDQQDPDWHPSDWSHPHULNVDDQODQWDLEHUDSD
EHUDGDGLNRWDDSD
x 2ULHQWDVLRUDQJWDQ\DNDQQDPDSHNHUMDDQDODPDW
 $WHQVLNRQVHQWUDVL
x 3DVLHQGLPLQWDPHQJXODQJDQJND\DQJGLVHEXWSHPHULNVDPXODLGDUL
DQJNDGLJLWGLJLWGVWVDPSDLSDVLHQPHPEXDWNHVDODKDQ
x .HPXGLDQSDVLHQGLPLQWDPHQJXODQJDQJNDVHFDUDWHUEDOLNPXODLGDUL
GLJLWGVWVDPSDLSDVLHQPHPEXDWNHVDODKDQ
 .HPDPSXDQEH
HUELFDUDGDQEHUEDKDVD
x .HODQFDUDQ3DVLHQGLPLQWDEHUFHULWD
x 3HQJHUWLDQ%HULNDQSHULQWDK\DQJKDUXVGLODNXNDQSDVLHQ
x 3HQJXODQJDQ3DVLHQGLPLQWDPHQJXODQJNDOLPDW
x 3HQDPDDQ3DVLHQGLPLQWDPHQ\HEXWNDQEHQGD\DQJGLWXQMXN
x 0HPEDFDGDQPHQXOLV3DVLHQGLPLQWDPHPEDFDGDQPHQXOLV
 'D\DLQJDW
x -DQJNDSHQGHN6HEXWNDQQDPDGDQDODPDWNHPXGLDQSDVLHQGLPLQWD
PHQJXODQJ6HWHODKPHQLWWDQ\DNDQNHPEDOL
x -DQJNDSDQMDQJ7DQ\DNDQSHQJHWDKXDQXPXPSDVLHQWHQWDQJ
VHMDUDKJHRJUDILGOO
 3UDNVLV3DVLHQGLPLQWDPHPSHUDJDNDQVXDWXWXJDVPLVDOQ\DPHQ\LVLU
UDPEXWPLQXPVHFDQJNLUWHKPHQ\DODNDQNRUHNDSLGDQPHQLXSQ\D
 3HQLODLDQDJQRVLD3DVLHQGLPLQWDPHQXWXSPDWD%HQGDGLOHWDNDQGLWHODSDN
WDQJDQQ\DSDVLHQGLPLQWDPHQ\HEXWQDPDEHQGD
,, 3(0(5,.6
6$$17$1'$5$1*6$1*0(1,1*($/
 .DNXNXGXN/HWDNNDQWDQJDQNLULGLEHODNDQJNHSDODSDVLHQWDQJDQNDQDQ
GLGDGDSDVLHQODOXIOHNVLNDQNHSDODVDPSDLPHQ\HQWXKGDGD
&DWDWDQSDVWLNDQWLGDNDGDPHQLQJLVPXVGHQJDQPHQJJHUDNDQNHSDODNH
VLVLNDQDQGDQNLULWHUOHELKGDKXOX
 7DQGD%UXG]LQVNL/HWDNNDQWDQJDQGLEHODNDQJNHSDODSDVLHQIOHNVLNDQ
NHSDODNHDUDKGDGDSHUKDWLNDQSHUJHUDNDQSLQJJXOGDQOXWXW
 7DQGD/DVHTXH$QJNDWVDWXWXQJNDLSDVLHQGHQJDQIOHNVLGLVHQGLSDQJJXO
7XQJNDLODLQGDODPNHDGDDQOXUXV3HUKDWLNDQWLPEXOQ\DQ\HULDWDXWDKDQDQ
 7DQGD.HUQLJ)OHNVLWXQJNDLSDGDVHQGLSDQJJXOGDQOXWXWHNVWHQVLWXQJNDL
EDZDKSDGDVHQGLOXWXW3HUKDWLNDQWLPEXOQ\DQ\HULDWDXWDKDQDQ
,,, 3(0(5,.6$$16$5$).5$1,$/
 1,
x 3DVLHQGLPLQWDPHQJHQDOLEDXEHEHUDSD]DWGHQJDQPHQJJXQDNDQ
EDKDQ\DQJEDXQ\DPXGDKGLNHQDOLVHSHUWLNRSLYDQLOODWHKND\X
PDQLVGDQODLQODLQ
x 'LSHULNVDSDGDWLDSOXEDQJKLGXQJ
 1,,
 8NXUDQG
GDQEHQWXNSXSLO
x 3HUKDWLNDQSXSLOPDWDNLULGDQNDQDQODOXFDWDWDSDNDKSXSLONLULGDQ
NDQDQVDPDEHVDU LVRNRU DWDXWLGDN DQLVRNRU 
x 3HUKDWLNDQEHQWXNQ\DDSDNDKEXODWDWDXRYDODWDXWLGDNEHUDWXUDQ
x &DWDWEHVDUSXSLOQRUPDOPHQJHFLO PLRVLV PHOHEDU PLGULDVLV 
 5HIOHNVFDKD\D
x 3DVLHQGLPLQWDXQWXNPHOLKDWMDXK ELODPHPDNDLNDFDPDWDDJDU
GLOHSDV 
x 0DWDNDQDQGLVLQDULGHQJDQVHQWHU
x 3HUKDWLNDQUHDNVLSDGDSXSLONDQDQ UHIOHNVFDKD\DODQJVXQJ 
x 3HUKDWLNDQUHDNVLSXSLONLUL UUHIOHNVFDKD\DWLGDNODQJVXQJ
NRQVHQVXDO 
x 0DWDNLULGLVLQDULGHQJDQVHQWHU
x 3HUKDWLNDQUHDNVLSDGDSXSLONLUL UUHIOHNVFDKD\DODQJVXQJ 
x 3HUKDWLNDQUHDNVLSXSLONDQDQ UHIOHNVFDKD\DWLGDNODQJVXQJ
NRQVHQVXDO 
 )XQGXVNRSL GLODNXNDQSDGDVNLOOODESHPHULNVDDQPDWD 
x 'DODPUXDQJJHODS3DVLHQGLPLQWDPHOLKDWVDWXWLWLN\DQJMDXK
x 8QWXNPHPHULNVDPDWDNDQDQ3HJDQJRIWDOPRVNRSGHQJDQWDQJDQ
NDQDQEHUGLULGLVLVLNDQDQSDVLHQ,QWLSOXEDQJRIWDOPRVNRSGHQJDQ
PDWDNDQDQMDUDNFPSRVLVLGHUDMDWGDULDUDKSDQGDQJDQ
SDVLHQ3HUODKDQODKDQPHQGHNDWLPDWDSDVLHQVDPSDLMDUDNFP
x /LKDWSDSLORSWLNXV ZDUQDEDWDVRSWLFFXS 
x /LKDWSHPEXOXKGDUDK UDVLRGLDPHWHUDUWHULGDQYHQD 
x /LKDWUHWLQD SHUGDUDKDQHNVXGDW 
x /DNXNDQKDO\DQJVDPDXQWXNPDWDNLUL
 1,,,,99,
x 3HUKDWLNDQDSDNDKNHORSDNPDWDMDWXK SWRVLV 
x 3HQGHULWDGLPLQWDPHQJLNXWLJHUDNDQMDULSHPHULNVDGHQJDQPDWDQ\D
PHPEHQWXNKXUXI+
o 3HUKDWLNDQJHUDNDQPDWDPXOXVMHUN\GDQDGDNDKQLVWDJPXV
o 7DQ\DNDQDSDNDKDGDGLSORSLD SHQJOLKDWDQJDQGD 
 19 0RWRULN 
2WRW7HPSRUDOLVGDQ0DVHWHU
x $SDNDKDGDDWURILRWRW
x 3DVLHQGLPLQWDPHQJJLJLWODOXUDEDRWRW7HPSRUDOLVGDQ0DVHWHU
x 7DQJDQSHPHULNVDSDGDGDJXSDVLHQODOXSDVLHQGLPLQWDPHPEXND
PXOXWPHODZDQWDKDQDQNHPXGLDQSHUKDWLNDQDSDNDKDGDGHYLDVL
UDKDQJEDZDKNHVDWXVLVL
 19 6
6HQVRULN 
x 3HULNVDVHQVLELOLWDVGHQJDQNDSDVKDOXVGDQMDUXPSDGDGDKLSLSL
GDJXGHQJDQPHPEDQGLQJNDQSDGDVLVLNDQDQGDQNLUL
 19 5HIOHNV.RUQHD 
x *XQDNDQNDSDVKDOXV\DQJXMXQJQ\DGLEXDWPHUXQFLQJ
x 3DVLHQGLPLQWDPHOLKDWNHDWDVGDQPHQMDXKLSHPHULNVD
x 6HQWXKNRUQHDSDVLHQGDULDUDKVDPSLQJ
x 3HUKDWLNDQNHGLSDQNHGXDPDWD
 19,, 0RWRULN 
x 3HQGHULWDGLPLQWDPHQJDQJNDWDOLVGDQPHQJHUXWNDQGDKL
x 3HQGHULWDGLPLQWDPHPHMDPNDQPDWD
x 3HQGHULWDGLPLQWDPHQ\HULQJDLPHQFXFXUNDQELELUPHQJJHPEXQJNDQ
SLSL
x %DQGLQJNDQVLVLNDQDQGDQNLULEHUVDPDDQ
 19,,GDQ,; 6
6HQVRULN 
x 6LDSNDQFDLUDQJDUDPGDQJXODXQWXNPHPHULNVDOLGDKGHSDQGDQ
FDLUDQSDKLW REDW XQWXNPHPHULNVDOLGDKEHODNDQJ
x 'HQJDQPHQJJXQDNDQFRWWRQEXG\DQJGLFHOXSSDGDFDLUDQWHUVHEXW
VHQWXKNDQSDGDOLGDKGHSDQGDQEHODNDQJNHGXDVLVL
x 7DQ\DNDQUDVDDSD\DQJWHUDVD
 19,,, GLODNXNDQSDGDVNLOOODESHPHULNVDDQ7+7 
7HV5LQQH
x *XQDNDQJDUSXWDOD+]*HWDUNDQJDUSXWDODGDQOHWDNDQSDGD
SURVHVXVPDVWRLGHXV6HWHODKEXQ\LWLGDNWHUGHQJDUOHWDNDQJDUSXWDOD
GLGHSDQWHOLQJD7DQ\DNDQDSDNDKSDVLHQPDVLKPHQGHQJDU
7HV:HEHU
x *DUSXWDOD+]GLJHWDUNDQGDQGLOHWDNDQSDGDYHUWHNV7DQ\DNDQ
WHOLQJDPDQDPHQGHQJDUOHELKNHUDVWHOLQJDVHKDWDWDXWHOLQJD\DQJ
WXOL
7HV6FKZDEDFK
x *DUSXWDOD+]GLJHWDUNDQGDQGLOHWDNDQGLGHSDQWHOLQJDSDVLHQ
%LODVXGDKWLGDNPHQGHQJDUGLOHWDNDQGLGHSDQWHOLQJDSHPHULNVD
6HODQMXWQ\DJDUSXWDODGLJHWDUNDQGDQGLOHWDNDQGLSURVHVXV
PDVWRLGHXVSDVLHQELODVXGDKWDNPHQGHQJDUGLOHWDNDQGLSURVHVXV
PDVWRLGHXVSHPHULNVD
 1,;GDQ;
,QVSHNVLSDODWXP
x 3DVLHQGLPLQWDPHPEXNDPXOXWGDQPHQJDWDNDQಬDDDDKಬ/LKDWSRVLVL
XYXOD GLWHQJDKDWDXPLULQJNHVDWXVLVL 
.HPDPSXDQPHQHODQ
x 3DVLHQGLPLQWDPHQHODQDLU3HUKDWLNDQDSDNDKWHUVHGDN
*DJUHIOHNV
x 3DVLHQGLPLQWDPHPEXNDPXOXWGDQVHQWXKGLQGLQJIDULQJNDQDQGDQ
NLULGHQJDQVSDWHOOLGDK
x 3HUKDWLNDQSHUJHUDNDQDUNXVIDULQJGDQXYXOD
 1;,
06WHUQRFOHLGRPDVWRLGHXV
x 3HUKDWLNDQDSDNDKDGDDWURILGDQIDVLNXODVL
x 3DVLHQGLPLQWDPHQROHKNHVDWXVLVLNHPXGLDQGLEHULWDKDQDQSDGD
UDKDQJEDZDK3HUKDWLNDQRWRW6WHUQRFOHLGRPDVWRLGHXVSDGDVLVL
EHUODZDQDQ/DNXNDQODJLGHQJDQPHQHQJRNSDGDVLVLODLQ
07UDSH]LXV
x 3HUKDWLNDQDGDQ\DDWURILGDQIDVLNXODVL
x 3DVLHQGLPLQWDPHQJDQJNDWEDKXNHPXGLDQGLEHULWDKDQDQGHQJDQ
PHQHNDQNHGXDEDKXSDVLHQ
 1;,,
x 3DVLHQGLPLQWDPHPEXNDPXOXW
x 3HUKDWLNDQEHQWXNOLGDKDGDNDKDWURILGDQIDVLNXODVL
x 3DVLHQGLPLQWDPHQMXOXUNDQOLGDK$SDNDKOXUXVDWDXPLULQJNHVDWX
VLVL
x 3DVLHQGLPLQWDPHQHNDQOLGDKSDGDSLSL3HPHULNVDPHQHNDQSLSL
SHQGHULWD/DNXNDQSDGDNHGXDVLVL
,9 3(0(5,.6$$1/$,1
 7DQGD&KYRVWHN
x .HWXNZDMDKGLGHSDQWHOLQJDGDQGLEDZDKWXODQJ]\JRPDWLNXV
x 3HUKDWLNDQJHUDNDQRWRWZDMDKLSVLODWHUDO
 7DQGD3DWULFN
x )OHNVLOXWXWGHUDMDWOHWDNDQNDNLSDGDOXWXWWXQJNDLODLQ
x /HWDNNDQVDWXWDQJDQSDGDNULVWDLOLDFDGDQOHWDNDQWDQJDQ\JODLQ
SDGDOXWXW
x 7HNDQOXWXWNHPHMDSHULNVD

-DNDUWD
0HQ\HWXMXL



GU5LPDZDWL7HGMDVXNPDQD6S6
65
536*7),&$

SKILLS LAB BLOK 23 : PEMERIKSAAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
(rev.Agustus 2016)

MATERI PENILAIAN

I Penampilan rapi dan sopan (rambut rapi, kemeja/kaos berkerah, rok selutut/celana panjang kain
tidak terbuka dan bersih, sepatu tertutup) & snell jas yang terkancing rapi, serta kuku pendek tak
berkuteks
II PEMBUKAAN
-Mengucapkan salam pembuka, menjabat tangan, menyilakan duduk
-Bersikap ramah,terbuka dan menjaga kontak mata
III ANAMNESIS
1. Menanyakan identitas, usia, pekerjaan
2. Menanyakan keluhan utama
3. Menanyakan riwayat penyakit sekarang (termasuk hal yang memperingan, memperberat serta
pengobatan yang telah dilakukan)
4. Menanyakan riwayat penyakit dahulu, keluarga, pribadi/sosial-ekonomi
IV PEMERIKSAAN FISIK :
a. Mula-mula menjelaskan secara singkat PF yang akan dilakukan, lalu meminta inform
consent secara lisan
b. Mencuci tangan dengan cairan antiseptik sebelum & sesudah PF (dengan cara 6 langkah
WHO selama 20-30 detik)
c. Pemeriksaan umum : keadaan umum, kesadaran, TTV

PEMERIKSAAN WAJIB

A PEMERIKSAAN VISUS JARAK JAUH


1 Meminta pasien duduk pada jarak 5 atau 6 meter dari Snellen Chart
2 Meminta pasien untuk menutup sebelah mata dengan telapak tangan. Pemeriksaan dimulai dari
mata kanan.
3 Meminta pasien untuk melihat ke depan dengan santai tanpa melirik.
4 Meminta pasien menyebutkan angka/huruf/simbol yang ditunjuk, dari yang besar sampai yang
terkecil.
5 Menyebutkan hasil pemeriksaan : normal visus 6/6 atau 20/20
6 Bila visus pasien tidak normal, dilakukan pin hole untuk melihat adanya perbaikan visus (kelainan
pada media refraksi) atau tidak (kelainan organik).
7 Menyebutkan hasil pemeriksaan dengan pin hole
8 Ulangi pemeriksaan pada mata sebelahnya, lalu menyebutkan hasilnya
B. VISUS JARAK JAUH BURUK, PASIEN TIDAK DAPAT MELIHAT SNELLEN CHART
(visus < 6/60 atau tidak dapat melihat huruf terbesar di Snellen Chart)
1 Meminta pasien duduk pada jarak 5 atau 6 meter dari Snellen Chart; hasil pemeriksaan optimal
dinyatakan dalam 6/6
2 Meminta pasien untuk menutup sebelah mata dengan telapak tangan. Pemeriksaan dimulai dari
mata kanan; periksa mata kanan dahulu, tutup mata kiri lakukan pemeriksaan; catat hasilnya;
kemudian periksa mata kiri dengan menutup mata kanan, lalu catat hasilnya.
3 Meminta pasien untuk melihat ke depan dengan santai tanpa melirik.
4 Finger counting test : Meminta pasien menyebutkan jari yang ditunjuk pemeriksa dengan latar
belakang putih (kertas/baju), dengan jarak 1 meter kemudian mundur 2 – 5 meter ; hasil
pemeriksaan : (visus 1/60 sampai 5/60); periksa mata kanan dahulu, tutup mata kiri lakukan
pemeriksaan; catat hasilnya; kemudian periksa mata kiri dengan menutup mata kanan, lalu catat
hasilnya.
5 Hand movement test :Jika pasien tidak dapat melihat Finger Counting test pada jarak 1 meter,
periksalah dengan hand movement atau lambaian tangan ke kiri ke kanan/ke atas ke bawah
dengan jarak 1 meter ; hasil pemeriksaan : (visus 1/300) ; periksa mata kanan dahulu, tutup
mata kiri lakukan pemeriksaan; catat hasilnya; kemudian periksa mata kiri dengan menutup mata
kanan, lalu catat hasilnya.
6. Light projection test : apabila tidak dapat melihat lambaian tangan, periksalah dengan
memberikan sinar lampu (senter/penlight) dari superior, inferior, nasal, dan temporal. Pasien
diminta untuk menyebutkan arah sinar tersebut ; hasil pemeriksaan : 1/~) ; periksa mata kanan
dahulu, tutup mata kiri lakukan pemeriksaan; catat hasilnya; kemudian periksa mata kiri dengan
menutup mata kanan, lalu catat hasilnya.
7 Menyebutkan hasil pemeriksaan
C PEMERIKSAAN SEGMEN ANTERIOR
Palpebra : tenang/ edema/ spasme/ lagoftalmus/ ptosis
Konjungtiva : tenang/ hiperemis/injeksi konjungtiva/ symblepharon/papil/ pterigium/pinguecula
kornea : jernih/ inflitrat dicentral/parasentral, dengan diameter....milimeter/distrofi/ erosi dengan
diameter.....milimeter , letak di sentral, paracentral, perifer/ laserasi
COA : dalam/dangkal; sinekia anterior/posterior
Iris/ pupil:sentral; midriasis/miosis; refleks pupil +/-
lensa : katarak/ afakia/ pseudofakia/ dislokasi

-Menyebutkan hasil pemeriksaan


-Ulangi pemeriksaan pada mata sebelahnya, lalu menyebutkan hasilnya

D. PEMERIKSAAN SEGMEN POSTERIOR (FUNDUSKOPI)


1 Pemeriksaan dilakukan di ruangan gelap/setengah gelap
2 Aturlah oftalmoskop sehingga ada dalam posisi normal (pada angka nol)
Sesuaikan ukuran lensa oftalmoskop kurang lebih sama dengan keadaan refraksi pasien (kalau
diketahui)
3 Peganglah oftalmoskop dengan cara menggenggam bagian pegangannya, sedangkan jari telunjuk
berada pada panel pengatur ukuran lensa. Pemeriksa memegang oftalmoskop dengan tangan
kanan, dan melihat melalui oftalmoskop dengan mata kanan, demikian sebaliknya.
4 Pasien duduk tenang, pandangan difiksasi pada 1 titik jauh. Tempatkan oftalmoskop mulai jarak
15-30 cm di depan mata penderita. Cahaya oftalmoskop diarahkan ke dalam pupil pasien sambil
pemeriksa terus mendekat ke arah pasien.
5 Melakukan pemeriksaan funduskopi :
- Refleks fundus : positif kanan dan kiri (dimulai selalu dari mata kanan, kecuali bila di mata
kanan tidak ditemukan refleks fundus;apabila ditemukan salah satu refleks lebih buruk, maka
pemeriksaan Funduskopi dimulai dari mata yang refleks fundusnya lebih baik)
- Vitreus : jernih / perdarahan
- Papil : warna jingga, bentuk bulat, batas tegas
- C/D ratio : 0,3-0,4
- Rasio arteri : vena = 2 : 3
- Macula lutea (refleks macula) : positif
- Retina : tidak ada eksudat, perdarahan, ablasio
6 Melaporkan hasil pemeriksaan
7 Ulangi pemeriksaan pada mata sebelahnya, lalu menyebutkan hasilnya
E. PEMERIKSAAN GERAK BOLA MATA
1 Pemeriksa berdiri 33 cm di depan pasien
2 Cek pergerakan bola mata ke 8 arah
3 Menyebutkan hasil pemeriksaan dan tuliskan hasilnya dalam bagan seperti mata angin

PEMERIKSAAN PILIHAN

A. PEMERIKSAAN LAPANG PANDANG DENGAN TES KONFRONTASI I


1 Pemeriksa dan pasien duduk/berdiri 1 meter berhadapan dengan posisi mata sama tinggi
2 Menerangkan apa yang akan dilakukan pemeriksa.
3 Pasien diinstruksikan menutup mata kiri, pemeriksa menutup mata kanan.
4 Pemeriksa menggerakkan jari telunjuk/benda dari perifer ke tengah.
5 Instruksikan pasien untuk memberitahu bila telah melihat jari/benda tersebut.
Catatan : Pertahankan eye contact antara pasien dengan pemeriksa sepanjang tes ini. Mata tidak
boleh melirik ke benda/jari yang digerakkan.
6 Cek dari 8 arah pergerakan mata
7 Ulangi pemeriksaan pada mata sebelahnya, baik pasien maupun pemeriksa
8 Menyebutkan hasil pemeriksaan
B. PEMERIKSAAN TEKANAN BOLA MATA (TONOMETRI DIGITAL)
1 Pasien diminta melihat ke bawah
2 Pemeriksa meraba rasakan/palpasi bagian sklera atas dengan benar
3 Pemeriksa membandingkannya dengan penekanan skleranya sendiri
4 Menyebutkan hasil pemeriksaan: normal/N, N -, N--, N+ N++
C. PEMERIKSAAN VISUS JARAK DEKAT (untuk usia >/= 40 tahun)
1. Meminta pasien untuk menutup sebelah mata dengan telapak tangan. Pemeriksaan dimulai dari
mata kanan.
1. Pasien diminta untuk membaca tulisan pada Jaeger Chart dengan jarak 33 cm
2. Pemeriksa menilai hasil pembacaan pasien
3. Menyebutkan hasil pemeriksaan : normal Jaeger 4
Note : pemeriksaan visus jarak dekat dilakukan setelah mendapat ukuran visus terbaik jarak jauh
(best corrected visual acuity)
V PENUTUP
-Menjelaskan pada pasien tentang kelainannya dan rencana pemeriksaan penunjang,
tatalaksananya (jika perlu dirujuk), serta pencegahannya
-Menanyakan adakah yang ingin ditanyakan pasien
-Mengucapkan terimaksih atas kerjasamanya

Jakarta,…………………………
Menyetujui,
SKILLS LAB BLOK 23B : PEMERIKSAAN THT
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
(rev.Agustus 2016)

NO MATERI PENILAIAN

I Penampilan rapi dan sopan (rambut rapi, kemeja/kaos berkerah, rok selutut/celana panjang kain
tidak terbuka dan bersih, sepatu tertutup) & snell jas yang terkancing rapi, serta kuku pendek tak
berkuteks
II PEMBUKAAN
-Mengucapkan salam pembuka, menjabat tangan, menyilakan duduk
-Bersikap ramah,terbuka dan menjaga kontak mata
III ANAMNESIS TELINGA
1. Menanyakan identitas (nama, usia, alamat, pekerjaan) dan keluhan utama
2. Menanyakan apakah ada nyeri telinga (otalgia)
3. Menanyakan apakah ada cairan dari telinga (otorea)
4. Menanyakan adakah telinga berbunyi (tinnitus)
5. Menanyakan adakah gangguan pendengaran
6. Kalau ada gangguan pendengaran, apakah tiba-tiba atau perlahan – lahan
7. Apakah ada trauma kepala sebelumnya
8. Adakah minum obat yang merupakan ototoksik
9. Apakah bekerja di lingkungan bising
10. Menanyakan adakah perasaan berputar (vertigo) : gangguan tersebut berapa lama, terjadi tiba-tiba
atau perlahan, apakah terjadi pada posisi tertentu,gangguan pada satu atau kedua telinga, makin
lama keluhan bertambah berat/berkurang/hilang
IV ANAMNESIS HIDUNG
1. Menanyakan keluhan utama pasien
2. Menanyakan adakah hidung tersumbat
3. Menanyakan adakah keluar ingus dari hidung : encer/kental
4. Menanyakan adakah bersin-bersin, sampai berapa kali, adakah berhubungan dengan debu atau
udara dingin
5. Menanyakan adakah hidung gatal
6. Menanyakan adakah : nyeri di pipi/dibawah kelopak mata, nyeri di dahi, sakit kepala (cephalgia)
7. Menanyakan adakah nyeri di pangkal hidung/dekat kantus medius; menanyakan adakah gangguan
penciuman.
8. Menanyakan adakah lendir yang keluar dari hidung berbau
9. Menanyakan adakah gigi yang berlubang/busuk
10. Menanyakan adakah keluar darah dari hidung (epistaksis)
V ANAMNESIS FARING
1. Menanyakan keluhan utama
2. Menanyakan adanya rasa sakit/nyeri menelan (odinofagi)
3. Menanyakan adakah rasa mengganjal di tenggorok
4. Menanyakan adanya demam tinggi
5. Menanyakan adanya batuk
6. Mananyakan adakah keluhan sering berulang/kambuh
7. Menanyakan adanya lendir di tenggorok yang keluar dari belakang hidung (post nasal drip)
8. Menanyakan adanya sekret di tenggorok
Catatan :
anamnesis terdiri dari RPS, RPD, RPK dan Riwayat Pribadi/Sosial yang terkait kasus

PEMERIKSAAN FISIK :
Mula-mula menjelaskan secara singkat PF yang akan dilakukan, lalu meminta inform
consent secara lisan
Mencuci tangan dengan cairan antiseptik sebelum & sesudah PF (dengan cara 6 langkah
WHO selama 20-30 detik)
VI. PEMERIKSAAN TELINGA
1. Pasien dipersilahkan duduk di bangku pemeriksaan
2. Cara duduk : Pasien duduk di depan pemeriksa;lutut masing-masing berdempetan/bersisian.
Kepala pasien miring ke sisi lain
Lampu kepala ( head lamp) di letakkan pada kepala,kemudian lampu difokuskan ke telapak
tangan dengan jarak 30 cm
3. Cara memegang telinga :
Kanan : dengan tangan kiri, daun telinga ditarik ke belakang atas untuk meluruskan liang telinga
sehingga membran timpani dapat terlihat. Daun telinga dipegang dengan jari II, dan III. Jari-jari
lain untuk memfiksasi (diletakkan pada mastoid), demikian sebaliknya.
4. Menggunakan lampu kepala yang telah difokuskan , melaporkan :
1. Telinga
Daun telinga:
- Bentuk normal/mikrotia/anotia/bat ear
- Warna : sama dengan sekitar/tanda infeksi ?
- Fistula preaurikuler (ada/tidak)
- Benjolan : ada/tidak
2. Liang telinga
- Lapang / sempit
Kalau sempit, apakah :
Furunkel +/-, jaringan granulasi +/-
Serumen +/- keras/lunak
- Sekret ada/tidak,sedikit/ banyak, encer /kental/ purulen, berbau/tidak
- Benda asing +/-
- Hiperemis/ edema +/-
3. Membrana timpani (menggunakan otoskop dengan tehnik memegang seperti
memegang pensil, jari kelingking diletakkan di pipi untuk fiksasi, dan ujung otoskop
diarahkan ke liang telinga)
- Bentuk : utuh. Bila ada perforasi : letak :sentral/marginal/attic/total /subtotal
- Refleks cahaya di jam berapa : kanan di jam 5 dan kiri di jam 7
- Warna membran: normal putih mengkilat seperti mutiara/suram
VII. PEMERIKSAAN HIDUNG (RHINOSKOPI ANTERIOR)
1. Memegang spekulum hidung dengan tangan kiri
2. Memasukkan spekulum hidung dengan keadaan tertutup, dan setelah berada di vestibulum baru
spekulum hidung dibuka perlahan
3. Mengeluarkan spekulum hidung : spekulum dalam keadaan setengah terbuka, baru dikeluarkan
4. Melakukan palpasi dengan menekan daerah frontal, kantus medius dan pipi dextra : nyeri +/-
5. Malaporkan hasil pemeriksaan : inspeksi
1. Dorsum nasi :
- Perubahan bentuk +/-
- Perubahan warna +/-
- Edema +/-,hematom+/-
- Palpasi : fraktur (krepitasi)+/-
2. Vestibulum nasi
- Dilihat bagian lateral, medial, atas dan bawah : sekret +/-
- Furunkel +/-
- Krusta +/-
3. Kavumnasi :
A.Lapang/ sempit
B.Mukosa : normal merah muda (merah : radang, pucat : alergi)
C. Septum deviasi : ada atau tidak ada, jika ada : ringan/sedang/berat
D. Konka inferior
- Eutrofi/ hipertrofi/atrofi
- Warna : merah muda (normal), hiperemis (rhinitis simpleks/ influensa,
pucat/livid(rhinitis alergi)
E.Konka media :
- Eutrofi/ hipertrofi/atrofi

- sekret +/- letak di : meatus media, warna, kekentalan


- Post nasal drip +/-
Rhinoskopi posterior Æ spesialistik
Dengan memakai kaca paling kecil
Melihat muara tuba eustachius
VIII. PEMERIKSAAN FARING
1. Mulut dibuka, lampu diarahkan ke faring, kemudian pasien diminta bernafas perlahan-lahan
2. Lidah di dalam, ditekan dengan spatel lidah
3. Melaporkan hasil pemeriksaan :
Faring :
- Warna mukosa : normal : merah muda, hiperemis +/-
- Permukaaan : licin/berbenjol ( granul )
- Pnd (post nasal drip ) +/-
.Tonsil
- Besarnya : normal T1-T1 : terletak dalam fossa tonsilaris
- T2 – T2 : keluardari fossa tonsilaris
- T3 – T3 : mendekati garis tengah
- T4 – T4 : tonsil berdempetan
- Tonsil : laporkan besarnya,kripta melebar +/-, detritus +/-
- Pembesaran simetris atautidak ?Bila asimetris sekali curiga tumor
- Bila telah dioperasi maka laporannya: T0 – T0

.Uvula :
- Posisi di tengah atau tidak
- Hiperemis +/-
- Edema +/-
- Memanjang +/-
Gigi geligi :
Karies
Berlubang

Pemeriksaan Laring disebut laringoskopi Æ spesialistik


Ada 2 : langsung dan tidak langsung : direct/indirectÆ indirect memakai kaca laring

IX. PEMERIKSAAN TELINGA PADA DUMMIES


1. Normal ear : gambaran membran timpani normal adalah kurus dan semi transparan. Dengan
otoskop tampak permukaan keabu-abuan dan kadang-kadang terlihat bagian telinga tengah.
(Gambar no.1)
2. Wax or cerumen : konsistensi lunak/lembut, dapat berwarna kuning pucat sampai kuning
keemasan, kecoklatan bahkan kehitaman (konsistensi serumen menjadi keras). (Gambar no.2)
3. Acute otitis media with no recognizable land marks : tampak buldging pada gendang telinga
dengan sekret purulen di belakang membran timpani.
4. Tympanosclerosis : terjadi akibat penyembuhan otitis media yang tidak sempurna dan proses
inflamasi berlanjut sehingga menimbulkan jaringan parut. Dapat berupa plak kalsifikasi pada
membran timpani. (Gambar no. 10).
5. Central perforation of the ear drum: perforasi biasanya tunggal tetapi bisa juga multipel, robekan
spontan gendang telinga berhubungan dengan infeksi akut dan mengeluarkan pus. Gendang
telinga tampak perforasi, disertai dengan timpanosklerosis pada gendang telinga. (Gambar no. 11)
V PENUTUP
-Menjelaskan pada pasien tentang kelainannya dan
rencanaPP,tatalaksananya serta pencegahannya (jika perlu dirujuk);
-Menanyakan adakah yang ingin ditanyakan
-Mengucapkan terimaksih atas kerjasamanya

Jakarta, 22 Agustus 2016


Menyetujui,

dr. Erna Marbun, SpTHT


RATING SCALE : Skill Lab blok 24 Hecting PENGUJI :…………………

Rumus Total Nilai : (Jumlah Skor per kandidat : 42 ) x 100

Keterangan Skor

0 Tidak melakukan sama sekali


1 Melakukan <50 % dengan benar
2 Melakukan dengan lengkap dan benar

No MATERI PENILAIAN Skor Per Kandidat


1 2 3
A PEMBUKAAN
1 Berpenampilan rapih dan sopan
2 Mengucapkan salam & menyapa pasien dengan baik serta
mempersilahkan pasien duduk
3 Mempersilahkan pasien berbaring
4 Menampilkan suasana rileks pemeriksa dan pasien
B HECTING
1 Melakukan anamnesis ( autoanamnesis jika pasien
sadar/alloanamnesis ) singkat kronologi kejadian dan melakukan
pemeriksaan fisik ( inspeksi, perkusi, palpasi, auskultasi)
disesuaikan dengan lokasi cedera/luka dan kepentingan
diagnosis, mis. jika hanya vulnus laceratum saja, maka cukup
dengan inspeksi; jika trauma menyebabkan cedera/vulnus
laceratum/ vulnus schisum di daerah toraks, perlu dilakukan
perkusi dan/auskultasi termasuk didalamnya menanyakan
riwayat alergi, hipertensi, kelainan darah, riwayat
mengkonsumsi obat – obatan pengencer darah, riwayat penyakit
kronis, hepatitis,AIDS
2 Menjelaskan tujuan dan tindakan yang akan dikerjakan dan
INFORM CONSENT lisan
3 Operator mencuci tangan 6 langkah WHO & menggunakan
sarung tangan secara steril
4 Mempersiapkan instrumen yang akan digunakan (dapat
dilakukan oleh operator sendiri atau oleh asisten operator), yang
sudah dalam keadaan steril ( disesuaikan dengan bentuk, luas &
lokasi luka/cedera ). Pada luka superfisial ( misalnya vulnus
laceratum sederhana ) alat-alat yang dipergunakan, antara lain :
- Cairan antiseptik : povidone iodine, aquades steril,
hidrogen peroksida
- Kasa steril
- Nierbeken
- Jarum jahit ( jarum jahit otot dan/ kulit disesuaikan
kebutuhan )
- Benang jahit ( absorbable atau nonabsorbable beserta
ukuran disesuaikan dengan kebutuhan ).
- Gunting jaringan
- Gunting kasa
- Klem arteri ( dapat lurus atau bengkok ), jumlah
dipersiapkan sesuai kebutuhan/ besar luka/banyaknya
perdarahan
- Pinset anatomis
- Pinset chirurgis
- Blade
- Scalpel
- Draine ( dapat dibuat dari ujung sarung tangan steril
yang digunting )
- Duk bolong
- Obat anestesi lokal, seperti lidokain 2%, dll
- Soffratule®
- Kasa kedap air atau kasa biasa untuk menutup luka
- Plester
5 Melakukan asepsis pada luka: dengan povidon iodine, lalu NaCl,
arahnya dari dalam ke luar, kemudian baru pasang duk bolong

6 Melakukan anestesi lokal dengan cara infiltrasi, pada daerah


yang akan dilakukan tindakan
( dibantu asisten : pada saat mengambil cairan obat dari ampul
atau flakon,karena tangan sudah steril; biasanya lidokain 2cc +
2cc)
7 Memeriksa kembali efektivitas obat anestesi yang sudah
diberikan: dengan memakai pinset anatomis pada area yang sudah
dianestesi
8 Jika luka kotor, dilakukan drainase dan debridement; jika tepi
luka tidak rata dilakukan insisi
9 Setelah selesai debridement atau kondisi luka siap dilakukan
penjahitan, maka dilakukan penjahitan. Teknik penjahitan yang
dapat digunakan antara lain dengan teknik simple interupted,
matras vertikal, matras horisontal, subcuticuler disesuaikan
dengan kebutuhan ( saat menjahit juga diperhatikan agar tidak
menimbulkan ‘dead space’). Pada luka kurang dari 6 jam/ luka
bersih dapat dilakukan penjahitan primer, pada luka lebih enam
jam dilakukan penjahitan situasional, jika diperlukan dapat
dilakukan pemasangan drainase, pada luka kotor atau bernanah ).
Ikat benang / buat simpul minimal 2 kali.
10 Membersihkan lagi kulit daerah luka pasca penjahitan dari bekas
darah dengan aquades steril & kemudian dikeringkan
11 Memasang soffratule ® atau kasa + salep kemicetin 1%, ukuran
disesuaikan ukuran luka.
12 Menutup dengan kasa kedap air atau dengan kasa biasa steril dan
diplester.
C PENUTUP : melepas sarung tangan sedemikian sehingga aman untuk
operator, lalu mencuci tangan 6 langkah WHO. Edukasi pada pasien
untuk kontrol 5-7 hari lagi.
SKILLS LAB BLOK 24B : PF PAYUDARA
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
(rev.April 2015)

TUJUAN
1. Mahasiswa mampu melakukan keterampilan klinik pemeriksaan payudara
2. Mahasiswa mampu melakukan edukasi SADARI pada pasien
MATERI PENILAIAN
I. ANAMNESIS
1. Menanyakan identitas yang penting/berkaitan dengan kasus
2. Menanyakan apa keluhan utama ? Sudah berapa lama?
3. Riwayat Penyakit Sekarang :
Menanyakan adakah benjolan? Pada saat kapan teraba?Besar atau kecil?apakah semakin membesar atau
tidak dan dalam berapa lama ? Apakah disertai rasa nyeri?
4. Riwayat haid: Menanyakan kapan menarche? Menanyakan bagaimana katanemia (riwayat haid)? Kapan
haid terakhir? (Karena waktu pemeriksaan payudara terbaik adalah hari ke 5-7 setelah hari haid
terakhir).Jika sudah tidak haid, beri ketetapan tanggal tertentu tiap bulan untuk Pemeriksaaan Payudara
Sendiri (SADARI)
5. Riwayat KB: Menanyakan apakah memakai KB, kemudian cara KB yang dipakai :apakah pil KB, injeksi,
IUD, kondom atau memakai cara sistem kalender ?
6. Riwayat Reproduksi :Menanyakan berapa jumlah anak? Umur anak terkecil? apakah ada riwayat
menyusui atau tidak?
7. Riwayat Penyakit Dahulu dan Riwayat Penyakit Keluarga : dengan tumor payudara/tumor/kanker
lainnya?riwayat trauma fisik?riwayat lainnya?
II. PEMERIKSAAN FISIK
Sebelum melakukan PF, harus melakukan hal-hal di bawah ini :
- Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan
- Meminta inform consent lisan
- Apabila pasien bersedia, meminta pasien untuk duduk/berbaring di tempat pemeriksaan
- Mencuci tangan 6 langkah WHO dengan alcohol 70% sebelum PF (dan sesudah PF)
- Meminta pasien untuk memberika respon pada saat pemeriksaan, misalnya bila terasa nyeri, pasien
mengatakannya pada pemeriksa.
A. Inspeksi
1. Pasien diminta membuka baju (termasuk bra), dengan posisi duduk dan tangan bertolak pinggang atau
biarkan tergantung ke bawah
2. Menyebutkan : perbandingan kanan dan kiri, simetris/ tidak, , letak dan bentuk, warna kulit, bagian kulit
yang cekung/tertarik, puting susu & aerola tertarik ke dalam atau tidak, bersisik/ seperti radang kronis atau
tidak, pelebaran pembuluh darah pada kulit payudara, adakah kelainan papilla, apakah tampak benjolan
kecil-kecil di sekitar benjolan besar (satellite nodule), cutaneus oedema (peau d’orange), lesi kulit (ulkus,
vesikel, abses, sikatrik, retraksi), adakah altered axis of nipple
3. Ke-2 lengan diangkat ke atas (amati kembali hal–hal seperti di atas di daerah aksila)
B. Palpasi
a. Palpasi Payudara
1. Dilakukan dalam posisi sbb. :
- Posisi berbaring di alas yang keras dan rata dengan menaruh bantal di bawah bahu (scapula), ke-2
lengan diangkat ke atas ( di sebelah kepala)
2. Menggunakan bantalan jari 2,3,4 (bukan dengan ujung jari) tangan kanan secara bersamaan, untuk
meraba payudara kanan dan kiri. Mulai raba di arah jam 12, dari perifer ke arah sentral (papilla mamae),
mula-mula dengan tekanan ringan lalu makin kuat dan bila perlu dengan sangat kuat/ keras. Pemeriksaan
dilakukan searah dengan jarum jam sampai seluruh area mammae teraba.
3. Memeriksa adakah cairan yang keluar dari puting susu (nipple discharge) payudara kanan dan kiri, dengan
cara mengurut menggunakan jari 2,3,4 tangan kanan dari perifer ke arah sentral (papilla mamae)
b. Palpasi Aksila
1. Pasien diminta untuk duduk. Raba ketiak (aksila) kanan pasien dengan tangan kiri. Lengan bawah kanan
pasien diletakkan di atas lengan bawah kanan pemeriksa, sambil tangan kiri pemeriksa memegang lengan
atas kanan pasien. Untuk memeriksa ketiak kiri, lakukan hal yg sebaliknya.
2. Gunakan bantalan jari (bukan dengan ujung jari) 2,3,4 (tiga jari) bersamaan untuk meraba aksila, mula-
mula dengan tekanan ringan lalu makin kuat dan bila perlu dengan sangat kuat/ keras.
c. Palpasi KGB
1. Meraba daerah supra dan infraklavikula dengan jari 2,3,4 tangan kanan; sepanjang tulang klavikula
ditelusuri dengan teliti.
2. Meraba KGB leher dari arah belakang pasien. Palpasi dengan menggunakan kedua tangan bersamaan.
Raba mulai dari daerah bawah dagu (ventralis/ sub mentalis), daerah submaksilaris, dan daerah servikal
sepanjang m. sternokleidomastoideus.
IV. LAPORAN
1. Catat dan laporkan hasil pemeriksaan.
- Adakah benjolan? Bila ada benjolan, laporkan mengenai : lokasi (pada arah jam berapa, berapa
cm jaraknya dari tepi areola mammae), ukuran (dalam cm), bentuk (bulat, lonjong), konsistensi,
hubungannya dengan jaringan sekitar (dapat digerakkan/ tidak, melekat dengan dasarnya/
tidak).
- Adakah nyeri tekan ? di daerah mana nyeri tekannya?
- Catat lokasi kelainan menjadi 4 kuadran (superior lateral, inferior lateral, superior medial, inferior
medial), menurut jarum jam

Jakarta, …………………………………
Menyetujui,
Checklist pemasangan
p g dan pencabutan
p AKDR dan
p p test.
pengambilan bahan pap
(Rev. Juni 2016)

Aspek yang dinilai

A AKDR ( Alat Kontrasepsi Dalam Rahim )


1 Jenis – jenis AKDR
ƒ Alat kontrasepsi dalam Rahim ( AKDR ) , Intra Uterine Device ( IUD )
adalah suatu alat yang dimasukkan ke dalam rongga rahim dengan tujuan mencegah
terjadinya kehamilan.
ƒ Ada bermacam jenis AKDR namun yang sekarang masih dipakai ialah Copper T, NovaT dan
model T yang diberi progesterone ( Mirena ).
ƒ Tiap model mempunyai cara pemasangan sendiri yang berbeda
2 Saat terbaik pemasangan AKDR
3 Kontra indikasi pemasangan AKDR
I PEMASANGAN AKDR
Merpersiapkan alat –alat yang diperlukan
Prosedur Pemasangan AKDR
Reaksi terhadap IUD
Tehnik pemasangan Cu T
Tindak lanjut pemasangan AKDR
II PENGANGKATAN DAN PENCABUTAN AKDR
B PEMERIKSAAN PAP SMEAR
PAP SMEAR
ƒ Merupakan screening test paling tepat untuk Ca Cervix
ƒ Waktu pengambilan boleh kapan saja asal pasien tidak sedang haid
ƒ Waktu terbaik adalah hari ke 14 haid

High Risk Group


Jadwal pemeriksaan Pap Smear
Persiapan pasien
Tehnik
C PEMERIKSAAN IVA (Inspeksi Visual dengan Asam asetat )
ƒ Merupakan pemeriksaan screeningsederhana untuk Ca Cervix
ƒ Dapatdilakukan di seluruh puskesmas di Indonesia
ƒ Pasien pemeriksaan sama dengan Pap Smear
Prosedur pemeriksaan
D MENGAMBIL CAIRAN VAGINA UNTUK PEMERIKSAAN LABORATORIUM
ƒ Dilakukan pada pasien dengan keluhan keputihan
ƒ Tujuannya untuk mendapatkan diagnose pasti penyebab keputihan
Tehnik pengambilan bahan pemeriksaan
E PEMASANGAN IMPLANT
Tehnik pemasangan imlant
Follow up

Jakarta, ………………………………………

Menyetujui,

( Kathleen Juanita Gunawan S,dr.Sp.OG )


SOP pemasangan
g dan pencabutan
p AKDR dan
p p test.
pengambilan bahan pap
(Rev. Juni 2016)

MATERI PENILAIAN

A AKDR ( Alat Kontrasepsi Dalam Rahim )


Jenis – jenis AKDR
ƒ Alat Kontrasepsi Dalam Rahim ( AKDR ) / Intra Uterin Device ( IUD )
adalah suatu alat yang dimasukkan ke dalam rongga rahim dengan tujuan mencegah
terjadinya kehamilan
ƒ AKDR merupakan salah satu Metoda Kontrasepsi Efektif Terpilih ( MKET ) yang
dianjurkan bagi wanita yang masih menginginkan anak
ƒ Ada bermacam jenis AKDR namun yang sekarang masih dipakai ialah Copper T, NovaT
dan model T yang diberi progesterone ( Mirena )
ƒ Tiap model mempunyai cara pemasangan sendiri
Saat terbaik pemasanganan AKDR
ƒ Meskipun AKDR dapat dipasang pada setiap saat dalam siklus haid, saat pemasangan
terbaik ialah pada hari – hari terakhir masa haid
ƒ Dengan adanya haid kita dapat memastikan tidak adanya kehamilan, pada saat ini
perdarahan sedikit, cervix lunak dan sedikit terbuka sehingga memudahkan pemasangan
dan mengurangi rasa nyeri pasien, selain itu perdarahan yang terjadi akibat pemasangan
AKDR dapat disamarkan oleh adanya darah haid
Kontra indikasi pemasangan AKDR
1.Kehamilan
2. Puerperal sepsis
3. Pelvic inflammatory disease
4. Penyakit akibat hubungan sex selama tiga bulan terakhir
5. Kanker endometrial atau kanker cervix
6. Perdarahan genital
7. Kelainan bentuk uterus
8. Myoma uteri yang menyebabkan perubahan bentuk cavum uteri
9. Allergi terhadap tembaga (untuk AKDR yang mengandung tembaga)
PEMASANGAN AKDR
Merpersiapkan alat –alat yang diperlukan
• Model panggul
• Kain berlubang
• Lampu
• Sarung tangan
• Spekulum
• Tenakulum
• Sonde uterus
• Pinset
• Klem (tampon tang),
• AKDR
• Gunting
• Kapas
• Cairan antiseptik
Prosedur Pemasangan AKDR
• Sebelum dilakukan pemasangan AKDR, pada calon akseptor dilakukan pemeriksaan
pelvik untuk memastikan tidak adanya kontra indikasi pemasangan AKDR. Bila ada kontra
indikasi maka calon akseptor dianjurkan untuk memakai KB cara lain
• Pemasangan AKDR membutuhkan alat – alat yang steril
• Seluruh tindakan pemasangan AKDR harus keadaan aseptik
• AKDR dipasang dengan suatu alat khusus yang disebut inserter
• Setiap AKDR mempunyai inserter yang berbeda – beda, biasanya setiap inserter disertakan
dalam kemasan AKDR
• Inserter umumnya merupakan pipa plastik transparan berdiameter 3 – 6 mm dan
panjangnya 17 – 20 mm
• Kira – kira 7 cm dari ujung inserter terdapat benda berbentuk elips yang disebut flange.
Flange ini dapat digeser dan disesuaikan dengan panjang rongga rahim, gunanya sebagai
pembatas pada waktu memasukkan AKDR. Selain itu dapat diputar sehingga dapat
disesuaikan dengan dimensi AKDR
• Ada alat untuk mendorong AKDR yang disebut Plunger. Plunger berbentuk batangan
plastik yang berdiameter sama dengan bagian inserter, panjangnya sama dengan inserter
dan ujung belakangnya berbentuk tangkai bulat untuk memasukkan jari
SOP pemasangan
g dan pencabutan
p AKDR dan
p p test.
pengambilan bahan pap
(Rev. Juni 2016)

Reaksi terhadap AKDR


ƒ Reaksi yang dapat terjadi setelah pemasangan AKDR adalah rasa nyeri atau rasa tidak
enak di bagian perut atau merasa lemas ( vasovagal syncope ), atau jantung merasa tidak
enak ( cardiac arrhithmia )
ƒ Rasa nyeri dapat dihindari dengan pemberian anti prostaglandin misalnya ibuprofen atau
dengan cervical block yang sekaligus dapat menghidarkan vasovagal syncope dan cardiac
arrhytmia
Tehnik pemasangan Cu T
ƒ Siapkan alat – alat untuk pemasangan AKDR yang sudah steril
ƒ Pasien dibaringkan di atas meja ginekologi dalam posisi lithotomi.
ƒ Penopang punggung agak ditegakkan agar otot perut tidak tegang
ƒ Nyalakan lampu ,atur cahaya ke arah vulva
ƒ Pemasang mencuci tangan secara 6 langkah menurut WHO
ƒ Pemasang memakai sarung tangan steril yang sesuai ukurannya dengan memenuhi
prosedur aseptik
ƒ Vulva dan vagina dibersihkan dengan cairan desinfektan.
-Prosedur antiseptik ini dilakukan dengan kasa atau kapas yang telah direndam
dengan cairan antiseptik ( larutan lysol, betadine )
-Kapas steril tersebut disapukan pada vulva sampai sekitar perineum mula-
mula bagian tengah, dari atas kebawah,lalu disamping kanan kirinya
-Ulangi dengan kapas yang baru
ƒ vulva ditutup dengan kain steril berlubang ( duk bolong )
ƒ Spekulum diberi lubricant
ƒ Dengan tangan kanan, spekulum dimasukkan ke dalam introitus vagina secara miring,
dalam keadaan tertutup spekulum perlahan - lahan dimasukkan kedalam vagina
ƒ Setelah masuk kira – kira 2/3 nya,speculum diputar sehingga daun spekulum terletak diatas
dan di bawah, lalu secara perlahan daun spekulum dibuka
ƒ Setelah menemukan serviks, spekulum didorong lebih dalam sehingga daun spekulum
terletak di forniks anterior dan posterior
ƒ Perhatikan adanya tanda2 perdarahan atau infeksi yang merupakan kontra indikasi
pemasangan AKDR.
ƒ Rongga vagina dan cervix dibersihkan dengan kapas atau kasa yang dibasahi dengan
cairan desinfektan.
ƒ Portio depan dijepit dengan tenakulum, lalu ditarik agar uterus menjadi lurus.
ƒ Sonde uterus dimasukkan secara hati2 ke dalam cavum uteri sampai fundus, letakkan klem
pada bagian sonde pada ujung cervix, lalu sonde dan klem dikeluarkan secara bersamaan
dan panjang cavum uteri diukur sesuai dengan panjang sonde yang telah ditandai dengan
klem tadi.
ƒ AKDR CuT disediakan dalam kemasan yang steril sehingga tidak perlu disterilkan lagi,
AKDR sudah ada di dalam inserter ( kecuali lengan T nya dan plunger )
ƒ Dengan AKDR masih dalam kemasan, lengan T dilipat ke arah pangkalnya dan
dimasukkan kedalam inserter. ( Dapat juga lengan dilipat setelah dikeluarkan dari
kemasannya, namun cara ini dapat mempengaruhi sterilitasnya )
ƒ Setelah lengan T terlipat, AKDR harus segera dipasang dalam uterus agar bentuk T nya
dapat kembali seperti semula
ƒ Inserter beserta AKDR dan plunger di dalamnya dimasukkan secara perlahan ke dalam
cavum uteri, sampai ujung inserter menyentuh fundus dan flange yang telah disesuaikan
dengan panjang cavum uteri menyentuh cervix
ƒ Perhatikan agar AKDR dalam posisi mendatar
ƒ Plunger ditahan lalu inserter ditarik kira – kira 2 cm sehingga lengan T terbuka, lalu
inserter didorong lagi ke dalam sehingga posisi lengan Cu T benar – benar berada di
fundus uteri
ƒ Lalu plunger ditarik sampai keluar, setelah itu inserter ditarik secara perlahan keluar
ƒ Tenakulum dilepas
ƒ Darah yang keluar dari bekas jepitan tenakulum dan darah dari cavum uteri dibersihkan
dengan kasa steril
ƒ Benang AKDR yang menjulur keluar dari orifcium uteri eksternum digunting 2 – 3 cm
dari orifisium uteri eksternum
ƒ Spekulummdikeluarkan dan ditaruh di dalam baskom berisi cairan klorin 0,5 %
ƒ Kemudian dilakukan pemeriksaan bimanual untuk memastikan AKDR berada di dalam
cavum uteri dan tidak menonjol keluar dari cervix
ƒ Benang AKDR ditempatkan dalam fornix anterior ( dengan tujuan agar tidak terkena
ujung penis suami waktu coitus )
ƒ Kepada akseptor ditanyakan apakah ada perasaan tidak nyaman pusing atau nyeri perut
SOP pemasangan
g dan pencabutan
p AKDR dan
p p test.
pengambilan bahan pap
(Rev. Juni 2016)

ƒ Keadaan umum pasien juga diperhatikan setelah pemasangan AKDR


Tindak lanjut pemasangan AKDR
ƒ Setelah pemasangan AKDR, pemasang harus mengisi catatan pemasangan kontrasepsi
pada kartu akseptor
ƒ Kartu akseptor diserahkan kepada akseptor dan harus dibawa setiap kali melakukan
konsultasi
ƒ Pemberian antibiotik secara rutin sehabis pemasangan tidak perlu ( karena risiko infeksi
pelvik pada pemasangan AKDR sangat rendah )
ƒ Akseptor AKDR diminta untuk datang kembali ke klinik untuk diperiksa setelah waktu 1
minggu, 1 bulan, 3 bulan, sehabis pemasangan AKDR dan selanjutnya tiap 6 bulan sekali,
sampai 5 tahun.
ƒ Tindak lanjut ini diperlukan untuk mengetahui apakah ada keluhan dari akseptor, ada
tidaknya efek samping, ada tidaknya kegagalan terjadi (kehamilan) dan untuk mengetahui
apakah AKDR masih berada di dalam uterus
ƒ Sebaiknya akseptor diajar untuk memeriksa diri sendiri : dengan memasukkan jari yang
telah dicuci bersih ke dalam vaginanya sedalam mungkin, lalu meraba apakah benang
AKDR dapat diraba.
ƒ Apabila ia tidak dapat meraba benang AKDR, maka ia tidak boleh melakukan coitus dan
secepatnya pergi ke klinik untuk memeriksakan diri.
Pengangkatan dan pencabutan AKDR
ƒ AKDR harus diangkat apabila sudah kadaluwarsa, ada komplikasi,atau terjadi
kehamilan.Selain itu AKDR dapat diangkat atas permintaan pasien.
ƒ Meskipun AKDR dapat diangkat kapan saja, sebaiknya AKDR diangkat pada hari – hari
terakhir haid ( hari ke 5 – 7 ) untuk mengurangi rasa nyeri, cervix lunak dan sedikit
terbuka, sehingga memudahkan untuk pengangkatan AKDR
ƒ Persiapan pengangkatan sama seperti waktu akan melakukan pemeriksaan panggul
ƒ Setelah speKulum terpasang dan cervix serta benang AKDR tampak jelas, benang AKDR
dijepit dengan klem, lalu ditarik perlahan – lahan sehingga AKDR tercabut keluar
ƒ Penarikkan yang terlalu kasar atau tergesa – gesa dapat menyebabkan putusnya benang
AKDR yang berakibat menyulitkan pengangkatan AKDR
ƒ Bila benang AKDR tidak tampak atau putus waktu penarikan,atau terasa berat waktu
penarikan, pengangkatan AKDR diserahkan kepada dokter yang berwenang ( Speasilis
Obgyn
B PEMERIKSAAN PAP SMEAR
PAP SMEAR
ƒ Merupakan screening test paling tepat untuk Ca Cervix
ƒ Waktu pengambilan boleh kapan saja asal pasien tidak sedang haid
ƒ Waktu terbaik adalah hari ke 14 haid

High Risk Group


1. Early sexual activity
2. Early child bearing
3. Multiple sex partners
4. HPV and Herpes Simplex Virus II infection
5. Immunosuppressed patients
6. Smoking
7. Decreased dietary intake of vitamin A

Jadwal pemeriksaan Pap Smear


ƒ Wanita yang sudah coitus umur 21 – 35 tahun : tiap 3 tahun kalau test negatife
ƒ Wanita umur > 35 tahun : tiap 5 tahun kalau test negatife
ƒ Bila wanita tidak melakuka coitus selama minimal 5 tahun, tidak perlu test pap smear
Persiapan pasien
ƒ 48 jam sebelum pemeriksaan, pasien tidak boleh memakai obat vaginal, spermisida,
douche , coitus
Tehnik
ƒ Wanita dalam posisi litotomi
ƒ Setelah aseptik dan antiseptik daerah vulva dan sekitarnya, dipasang spekulum
ƒ Spekulum tidak diberi lubricant
ƒ Pada waktu memasukkan spekulum harus hati – hati jangan sampai menggores cervix
ƒ Setelah spekulum terpasang, diperiksa adakah kelainan pada cervix : perubahan warna,
tumor, erosi, polip, atau perdarahan
ƒ Bila cervix banyak lendir, dibersihkan dahulu dengan kapas kering
ƒ Dengan spatula diambil bahan dari ectocervix dengan menempelkan spatula ke cervix lalu
SOP pemasangan
g dan pencabutan
p AKDR dan
p p test.
pengambilan bahan pap
(Rev. Juni 2016)

spatula diputar 360°


ƒ Oleskan spatula ( cervicalis brush ) pada object glass
ƒ Jika dengan cervical brush diambil bahan dari canalis cervicalis dengan memasukkan
brush kedalam kanalis cervix lalu diputar ¼ sampai ½ lingkaran, oleskan brush ke object
disamping olesan yang sebelumnya.
ƒ Specimen difiksasi dengan mencelupkan ke dalam alkohol 95 % selama 30 menit, atau
disemprot dengan cytology spray
ƒ Setelah selesai speculum dikeluarkan dan ditaruh baskom berisi cairan klorin 0,5 %
ƒ Specimen dikirim ke laboratorium
C PEMERIKSAAN IVA (Inspeksi Visual denga Asam asetat )
ƒ Merupakan pemeriksaan screening sederhana untuk Ca Cervix
ƒ Dapat dilakukan di seluruh puskesmas di Indonesia
ƒ Pasien pemeriksaan sama dengan Pap Smear
Prosedur pemeriksaan
ƒ Wanita dalam posisi litotomi
ƒ Lakukan inspeksi genital eksterna apakah ada : lesi, papules, vesicles, ulceration,
condylomata, discharge, redness, swelling,excoriation
ƒ Periksa apakah ada pembesaran kelenjar inguinal
ƒ Setelah aseptik dan antiseptik daerah vulva dan sekitarnya, dipasang spekulum
ƒ Spekulum sebaiknya tidak diberi lubricant
ƒ Pada waktu memasukkan spekulum harus hati – hati jangan sampai menggores cervix
ƒ Setelah speculum terpasang, diperiksa adakah kelainan pada cervix: perubahan warna,
tumor,erosi,polip, atau perdarahan
ƒ Bila cervix banyak lendir ,dibersihkan dahulu dengan kapas kering
ƒ Celupkan kapas lidi dalam larutan asam asetat 3 - 5 %, lalu oleskan ke seluruh permukaan
cervix
ƒ Tunggu 1 menit, lalu periksa apakah ada bercak putih pada cervix
ƒ Bila ada bercak putih, catat lokasi, ukuran, dan ketebalannya
ƒ Setelah selesai speculum dikeluarkan dan ditaruh baskom berisi cairan klorin 0,5 %
ƒ Pemeriksaan selesai
D MENGAMBIL CAIRAN VAGINA UNTUK PEMERIKSAAN LABORATORIUM
ƒ Dilakukan pada pasien dengan keluhan keputihan
ƒ Tujuannya untuk mendapatkan diagnosis pasti penyebab keputihan
Tehnik pengambilan bahan pemeriksaan
Pasang spekulum ( untuk pasien yang sudah pernah coitus )
1. Dengan kapas lidi, ambil cairan dari canalis cervicalis, oleskan pada object glass untuk
pewarnaan giemsa
2. Ambil cairan dari canalis cervicalis, masukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi cairan
amies
3. Ambil cairan dari fornix posterior,oleskan pada object glass, teteskan 2 tetes NaCl 0,9 %
tutup dengan penutup object glass, untuk pemeriksaan Trichomonas vaginalis
4. Ambil cairan dari dinding vagina, oleskan pada object glass, beri 2 tetes cairan KOH 10 %
, tutup dengan penutup objek glass, untuk pemeriksaan jamur
5. Test Amise. Bagian cekung dari speculum grave diberi 2 tetes KOH 10 %, bila tercium
bau amis berarti ada jamur
E PEMASANGAN IMPLANT
Tehnik
1. Siapkan alat – alat yang diperlukan
2. Nyalakan lampu
3. Letakkan lengan pasien pada bantalan dengan lengan dalam keadaan fleksi
4. Buat tanda pada tempat incisi , di medial lengan atas kira – kira 6 – 8 cm diatas lipat siku
5. Cuci tangan
6. Pakai sarung tangan dengan ukuran yang sesuai secara antiseptik
7. Oleskan cairan antiseptik ( povidone iodine ) pada daerah pemasangan
8. Pasang kain berlubang ( duk bolong )
9. Lakukan anaestesi infiltrative pada daerah pemasangan
10. Buat incisi sepanjang 2 mm
11. Masukkan troicar sampai tanda 1, lalu secara horizontal dimasukkan kearah ketiak sampai
tanda 2
12. Masukkan implant dan pendorong kedalam troicar
13. Menarik troicar sambil menahan pendorong sampai tanda 1
14. Masukkan pendorong sejajar dengan implant sampai tanda 2
15. Lepaskan troicar
SOP pemasangan
g dan pencabutan
p AKDR dan
p p test.
pengambilan bahan pap
(Rev. Juni 2016)

( Dengan cara yang sama masukkan implant ke2 disamping implant ke 1 )


16. Lepaskan kain berlubang
17. Apabila terjadi perdarahan, dilakukan penjahitan. Bila tidak, oleskan antiseptik,
18. Luka diplester
19. Masukkan alat – alat bekas pakai ke dalam baskom berisi larutan klorin 0,5 %
Follow up
ƒ 1 Minggu setelah pemasangan implant pasien diminta datang kembali untuk mengecek
apakah lukanya sudah sembuh dan implant terpasang dengan baik
ƒ Apakah ada keluhan lain
Catatan instruktur

Skills lab ginekologi :


1. Pemeriksaan ginekologi
2. AKDR
3. Pengambilan bahan pap Smear
4. Pemeriksaan IVA
Hanya demonstrasi :
1. Pengambilan cairan vagina untuk pemeriksaan laboratorium
2. Pemasangan implant

Jakarta, ………………………………………

Menyetujui,

( Kathleen Juanita Gunawan S,dr.Sp.OG )


SKILLS LAB BLOK 25a : PARTUS NORMAL
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
(rev. april 2018 )

No

MATERI PENILAIAN
A Umum
1 Berpakaian rapih dan sopan, memakai snell jas
2 Mengucapkan salam, memperkenalkan diri, mempersilahkan duduk
3 Menanyakan identitas : nama, alamat, umur,agama, status perkawinan, pendidikan
4 Menanyakan keluhan utama
5 Menanyakan keluhan tambahan
6 Menanyakan Riwayat haid : HPHT, siklus, lama,banyak
7 Menanyakan Riwayat kehamilan
- Berapa kali kehamilan
- Berapa kali melahirkan
- Berapa kali keguguran , pada usia kehamilan keberapa
- Apakah ada riwayat komplikasi
8 Menanyakan riwayat persalinan :
- Ditolong oleh siapa : dokter , bidan
- Dimana : RS, Klinik bersalin
- Secara : spontan , SectioCaesar
- Keadaan bayi : apakah lahir normal atau ada kelainan
9 Menanyakan Riwayat KB : Suntik, IUD, Implant, alamiah
10 Menanyakan Riwayat BAB dan BAK
11 Menanyakan Riwayat Penyakit dahulu : penyakit Jantung, asma , Diabetes
12 Menanyakan Riwayat Penyakit keluarga : penyakit pada anggota keluarga yang
berhubungan dengan penyakit herediter
B Pemeriksaan
15 Memberitahukan tujuan pemeriksaan dan inform consent lisan.
Cuci tangan sebelum dan sesudahnya menurut WHO 6 langkah dengan alkohol 70%
Keadaan Umum : tampak sakit ringan / sedang /berat
- Apakah ada ikterus, anemis
- Periksa : leher, jantung, Pulmo apakah ada kelainan atau tidak ada kelainan /
dalam batas normal
Kesadaran : Compos mentis / apatis/ delirium/ somnolen/stupor/koma
Pemeriksaan TTV : Tensi darah, Nadi, Pernafasan, Suhu
Keadaan Umum : tampak sakit ringan / sedang /berat
Kesadaran : Compos mentis / apatis/ delirium/ somnolen/stupor/koma
Pemeriksaan TTV : Tensi darah, Nadi, RR, Suhu
B Pemeriksaan Fisik Obstetri.
1 Inspeksi
Melakukan pemeriksaan inspeksi terhadap abdomen
( bentuk perut , bekas luka operasi, linea nigra, striae gravidarum )
Melaporkan hasil temuan
2 Palpasi
Meletakkan pasien dengan benar , pemeriksa berrada di sebelah
kanan pasien
melakukan pengukuran tinggi fundus uteri:
- Dilakukan dengan menggunakan metlin ( meteran )
- Angka 0 diletakkan pada bagian atas symphysis pubis dan metlin ditarik
hingga fundus
- Tinggi fundus uteri dicatat dalam satuan cm ( centimeter )
Melakukan palpasi Leopold I
Dilakukan untuk menentukan tinggi fundus dan bagian yang menempati fundus.
Tehnik :
1. Pasien tidur terlentang
2. Meminta pasien untuk menekuk kedua lututnya
3. Pemeriksa menghadap kepala pasien
4. Kedua tangan meraba fundus dan bagian bayi yang berada di fundus
Bokong : konsistensi lunak, tidak begitu bulat , tidak ada ballottement.
Kepala : bulat, keras, ada ballottement,mobile
Letak lintang :Fundus kosong

Melakukan palpasi Leopold II


Dilakukan untuk menentukan orientasi bayi ( punggung bayi berada di
kanan atau kiri ibu ), dengan demikian pemeriksa dapat meletakakan
fetoskop / fetalphone pada punggung bayi untuk memeriksa detak
jantung bayi
Tehnik :
1. Posisi pasien dengan pemeriksa sama dengan Leopold I
2. Tangan pemeriksa meraba sisi kanan dan kiri abdomen ibu secara
bersamaan
Punggung : struktur keras dan resisten, seperti papan / tahanan terbesar
Ekstremitas : bagian kecil yang banyak dan tidak beraturan, mobile
Letak lintang : kepala atau bokong terdapat di pinggir uterus

Melakukan palpasi Leopold III


Dilakukan untuk menentukan apakah bagian terbawah bayi ( kepala / bokong )
sudah masuk ke dalam rongga panggul
Tehnik :
1. Posisi pasien dengan pemeriksa sama dengan Leopold I
2. Tangan kanan pemeriksa “ menggenggam “ bagian terbawah bayi (
pada bagian bawah perut ibu, tepat diatas symphysis pubis ) lalu
mencoba menggerakkan bagian tersebut
Belum masuk panggul : masih dapat digerakkan
Masuk panggul : bagian terbawah bayi sudah tidak dapat digerakkan

Melakukan palpasi Leopold IV


Dilakukan bagian terbawah bayi sudah engage
Tehnik:
1. Pasien meluruskan kaki dan pemeriksa menghadap kaki pasien
2. Dengan ujung jari kedua tangan, pemeriksa meraba bagian terbawah bayi dan
mencoba menyatukan jari – jari kedua tangan pemeriksa
3. Konvergen : kedua tangan pemeriksa bertemu, berarti baru sebagian kecil
kepala masuk panggul.
Divergen : kedua tangan pemeriksa tidak bertemu, berarti sebagian
besar kepala sudah masuk panggul
Leopold IV tidak dilakukan kalua kepala masih tinggi
Melaporkan hasil temuan
Leopold I :Tinggi fundus dan bokong / kepala yang menempati fundus, jadi bagian
terbawah bayi adalah bokong/ kepala. Bila letak lintang , laporkan
bahwa fundus kosong
Leopold II : Punggung bayi berada disisi kanan / kiri ibu
Bila letak lintang, laporkan bahwa kepala berada pada sisi kanan / kiri
ibu dan sebaliknya untuk bokong
Leopold III : Sudah masuk panggul atau belum masuk panggul
Bila letak lintang, laporkan bahwa Leopold III kosong ( tidak teraba
bagian terbawah bayi )
Leopold IV : seberapa jauh kepala telah masuk : konvergen / divergen Æ sikap
kepala bayi fleksi atau ekstensi

3 Auskultasi
Menempatkan fetalphone ditempat yang benar ( sesuai hasil Leopold II )
- Letak kepala : sedikit dibawah umbilicus
- Letak sunsang : sedikit diatas umbilicus
- Tergantung letak punggung sedikit kekanan atau kekiri
Melakukan auskultasi
- Karena letak janin normal dalam posisi kyphose, dan didepan dada terdapat
tangan, maka bunyi jantung janin paling jelas terdengar didaerah punggung
anak dekat kepala.
- Pada presentasi kepala, tempatnya ialah dikiri atau kanan sedikit dibawah
pusat.
- Bila janin masih kecil, bunyi jantung anak dicari dengan doppler digaris tengah
diatas symphysis.

Mencatat dan menghitung frekuensi denyut jantung anak


Frekuensi bunyi jantung anak didapat dengan menghitung jumlah denyut selama 15
detik dikalikan 4.

Pemeriksa melakukan auskultasi 5” – stop 5” – auskultasi 5” – stop 5”


auskultasi 5”, lalu total auskultasi 5” dijumlahkan dan dikalikan 4
( DJJ Normal 120 – 160 permenit ), bila terdapat perbedaan lebih dari 3 denyut DJJ
irregular
Pemeriksa juga menentukan apakah DJJ regular atau tidak dengan melihat variasi
DJJ dari 3 x auskultasi
Contoh :
11 - 12 - 11 berarti denyut teratur, frekuensi 136/menit, anak dalam keadaan baik
10 - 14 - 9 berarti denyut tidak teratur, frekuensi 132/menit, anak asphyxia.
8 - 7 - 8 berarti denyut teratur, frekuensi 92/menit, anak asphyxia

-Bunyi jantung anak terdengar seperti ketukan sedangkan bising pembuluh darah
terdengar seperti tiupan.
- Bunyi jantung anak yang tidak normal ialah kalau:
a. Frekuensi kurang dari 120 per menit.
b. Frekuensi lebih dari 160 per menit
c. Irama denyut jantung anak tidak teratur
d. Bila 30 detik setelah kontraksi uterus denyut
jantung belum kembali ke frekuensi sebelum his.
Keluarnya meconium juga merupakan tanda adanya hypoxia anak.
4 Pemeriksaan Edema
Memeriksa adakah pitting edema pada kaki, tangan, muka pasien dengan cara
menekan di tempat edema.
C A. Pertolongan persalinan kala II.( dimulai dari pembukaan lengkap hingga bayi
lahir )
1 Menyebutkan tanda2 mulainya kala II.
1.His lebih sering dan kuat
2. Pasien ingin mengejan
3. Perdarahan lebih banyak
4. Perineum menonjol
5.Anus mulai membuka.
Untuk memastikan pasien dalam kala II persalinan, dilakukan pemeriksaan dalam.
Cacatan : cara pemeriksaan dalam
1.Membersihkan tangan:
- kuku dipotong pendek
- cuci tangan dengan cairan antiseptik sampai 5 cm diatas siku. Diulang tiap kali
akan melakukan pemeriksaan dalam
2. Cuci tangan 6 langkah menurut WHO.
3. Memakai sarung tangan steril
4. Tangan kiri membeberkan labia, tangan kanan memegang kapas yang telah
direndam cairan antiseptik, dihapuskan ke vulva dari atas kebawah (tangan jangan
sampai menyentuh vulva) . Ulangi dengan kapas yang baru.
Dengan labia tetap dibeberkan, jari telunjuk dan jari tengah dimasukkan ke vagina.
Setelah jari tangan masuk vagina, tangan kiri pindah keperut pasien untuk menahan
fundus.

Yang diperiksa pada pemeriksaan dalam


1.Jari pemeriksa masuk sampai meraba cervix. Dari pemeriksaan ini ditentukan
a. Apakah cervix kaku atau lunak
b. Apakah cervix sudah mendatar atau
belum kalau belum, apakah panjang
atau pendek.
c. Apakah bibir cervix tebal atau tipis
d. Berapa pembukaan.
2.Keadaan ketuban.

a. Apakah ketuban masih ada atau tidak. Ketuban dibentuk oleh selaput tipis hingga
sukar diraba. Untuk memudahkan, tunggu sampai ada his : ketuban akan menonjol
seperti gelembung.

b. Bagaimana keadaan ketuban : salah satu fungsi ketuban adalah membuka cervix,
karena itu ia seharusnya menonjol pada waktu his. Kalau tidak menonjol, berarti ia
sudah pecah atau melekat pada dinding uterus.

3. Menentukan presentasi dan posisi anak :

a. Tentukan apa yang menjadi bagian terdepan: kepala itu bulat dan keras, teraba
sutura. Bila yang teraba lunak, mungkin bokong atau muka, pada bokong teraba os
coccygis, sedangkan pada muka teraba orbita.

b. Untuk menentukan posisi, kita raba dari bawah symphysis lalu kebawah, pada
presentasi belakang kepala akan teraba sutura sagittalis, Dengan menyusuri sutura
sagittalis kita dapat meraba ubun2 kecil, dengan demikian kita dapat menentukan
posisi anak. Ubun2 kecil berbentuk segitiga karena merupakan pertemuan 3 sutura.

Kalau sudah ada moulage ( ukuran kepala mengecil )maka os occipitale terletak lebih
rendah daripada os parietale.

Menentukan posisi agak sulit, apalagi kalau sudah terbentuk caput. Jadi kita
cocokkan dengan hasil pemeriksaan luar : Ubun2 kecil sudah pasti satu sisi dengan
pungung dan tempat bunyi jantung terdengar.

2 Menyebutkan persiapan menolong partus kala II


- Menyiapkan alat partus
- Mengosongkan kandung kencing
• Kandung kencing harus selalu dalam keadaan kosong karena kandung
kencing yang penuh akan menghalangi jalannya persalinan. Bila kandung
kencing penuh, harus dikateterisasi karena biasanya pasien sudah tidak bisa
kencing sendiri.
• Kadang2 sukar untuk memasang kateter karena kepala anak telah menekan
urethra, kita dapat mencoba dengan mendorong kepala sedikit keatas
sehingga urethra bebas.
- Siapkan oxytocin 10 IU pada siringe
- Bila pembukaan sudah lengkap dan penurunan kepala sudah pada station
+2 - +3 pasien dipimpin mengejan
3 Menyebutkan cara mengejan
• Pada waktu teraba mulai adanya kontraksi, pasien disuruh siap2 untuk
mengejan.
• Sebelum mengejan pasien disuruh menarik nafas dalam2, lalu napas ditahan
dan pasien mengejan sekuat2nya kebawah seperti waktu buang air besar,
leher fleksi
• Mengejan hanya dibolehkan sewaktu ada kontraksi ( his )
• Untuk memperkuat mengejan pasien disuruh memegang kedua pergelangan
kaki.
• Bila waktu mengejan pasien kehabisan napas, boleh istirahat sebentar dan
mengejan lagi kalau kontraksi masih ada.
4 Menyebutkan dan memperagakan cara memonitor keadaan anak dan ibu.
- Denyut jantung anak diperiksa setiap interval his
- Tensi dan nadi pasien diperiksa tiap ½ jam karena nadi yang cepat menunjukkan
bahwa pasien telah kelelahan.
5 Memperagakan cara menahan perineum dan menahan lajunya kepala
Waktu kepala tampak sebesar kira – kira 8 cm, yaitu ketika hampir terjadi
crowning,
Tangan kanan yang tertutup kain steril menahan perineum ibu agar tidak terjadi
ruptur, tangan kiri berada pada kepala bayi ( pada suboccipital area ) untuk
membantu menahan laju keluar kepala bayi
6 Memperagakan manajemen lilitan tali pusat. ( kalau ada )
-Segera setelah kepala lahir, mulut dan hidung dibersihkan dengan kasa.
-Lalu diperiksa apakah ada lilitan tali pusat, kalau ada lilitan dan lilitannya longgar,
dapat dilepaskan melalui kepala
Bila lilitannya erat, pasang klem di dua tempat dan lilitan dipotong diantaranya, lalu
cepat – cepat anak dilahirkan.
7 Memperagakan cara menolong melahirkan bahu
• Kepala dipegang dengan dua tangan pada sisi kepala ( sisi kedua telinga bayi
) lalu ditarik kebawah sehingga bahu depan berada dibawah symphysis,
kemudian kepala ditarik perlahan keatas untuk melahirkan bahu belakang.
• Bahu depan biasanya lahir sendiri disusul oleh seluruh tubuh anak.
• Penarikan kepala baik keatas maupun kebawah untuk melahirkan bahu tidak
boleh terlalu keras karena dapat meregangkan plexus brachialis dengan
akibat kelumpuhan lengan..
• Untuk melahirkan badan anak, karena bahaya kerusakan syaraf lengan,
jangan mengaitkan jari kedalam ketiak
8 Membersihkan jalan nafas
Segera setelah anak lahir diusahakan supaya ia bernafas dengn membersihkan
mulut, hidung dan kerongkongan dengan penghisap lender.

Ibu disuntik oxytocin 10 U Intra muscular ( pada paha )

Hitung APGAR score bayi


9 Memperagakan cara menjepit, memotong dan mengikat tali pusat
Tehnik:
• Talipusat diklem di dua tempat ( didahului dengan disusut terlebih dahulu )
kira – kira 5 – 7 cm dari pusar, lalu digunting diantaranya.
• Pada waktu menggunting, ujung gunting dilindungi telunjuk dan jari tengah
dengan tangan kiri supaya tidak mengenai kulit anak kalau tiba2 anak
bergerak.
• Tali pusat kemudian diikat dengan benang yang agak tebal ( karena benang
yang tipis dapat mengiris tali pusat ) pada bagian dalam ( proksimal ) tali
pusat yang melekat pada bayi.(Sekarang ada klem khusus untuk tali pusat)
• Perlu diperhatikan waktu mengikat /memasang klem, tali pusat jangan
sampai tertarik
D B. Pertolongan persalinan kala III.
1 Menyebutkan tanda2 lepasnya placenta
1. Fundus uteri naik
2. Tali pusat diluar vulva memanjang
3. Bentuk uterus menjadi bulat
4. Keluar darah secara tiba - tiba
2 Yang tidak diperbolehkan pada persalinan kala III
a. Pasien diminta mengejan
b. Dilakukan pendorongan pada fundus
3 Memperagakan perasat Kustner
Memeriksa apakah placenta sudah terlepas dari perlengketannya pada Rahim
Caranya :
Tali pusat diregangkan dengan tangan kanan, tangan kiri menekan perut diatas
symphis, kalau tali pusat tertarik masuk, berarti placenta belum lepas, kalua tali pusat
tetap atau bertambah panjang berarti placenta telah lepas

4 Memperagakan perasat Brandt-Andrews


Caranya :
-Kandung kencing dikosongkan, pastikan bahwa kontraksi baik
- Talipusat diluar vulva dijepit dengan klem sedekat mungkin dengan introitus vagina
lalu ditahan dengan tangan kanan pada posisinya
- Tangan satunya menekan uterus diantara segmen bawah uterus dan fundus uteri,
lalu ditekan kebelakang dan keatas sehingga talipusat diluar vulva bertambah
panjang yang berarti placenta telah lepas.
-Bila belum berhasil diulangi setelah 2 - 3 menit.
5 Cara melahirkan plasenta
Saat placenta lahir , putar placenta searah jarumjam (agar membrane placenta
terpuntir dan tidak tertinggal di dalam uterus)
6 Memperagakan cara memeriksa placenta
1. Cek talipusat : berapa panjang tali pusat (termasuk yang terdapat pada
perut bayi), jumlah pembuluh darah (2arteri dan 1 vena) , apakah terdapat
lilitan, insersinya ke kepala
2. Cek permukaan membrane amnion dan khorion: warna dari membrane
(kuning/hijau bila ada infeksi)
3. Cek permukaan maternal placenta: jumlah kotiledon (tidak ada
cekungan/bagian yang kosong), apakah terdapat kalsifikasi atau
hematoma.
E Episiotomi
1 Menyebutkan macam episiotomi
- mediolateral
- Median
- Lateral ( tidak lagi dilakukan )
2 Menyebutkan tujuan episiotomi
- Mencegah robekan perineum akibat regangan yang berlebih
- Membantu persalinan buatan ( forceps atau vakum )
- Membantu persalinan letak bokong atau dystocia bahu atau makrosomia
3 Menyebutkan saat melakukan episiotomy
Saat kepala bayi sudah terlihat pada vulva kira – kiar diameter 8 cm ( crowning )
Sebelum episiotomy dilakukan , anestesi lebih dulu
4 Memperagakan cara melakukan episiotomy
-Jari telunjuk dan tengah tangan kiri dimasukkan ke dalam rongga vagina, antara
kepala bayi dan perineum ( untuk melindungi kepala bayi agar tidak terkena gunting )
Pemotongan perineum dilakukan sepanjang 2 – 3 cm atau sebagaimana cukupnya
sesuai dengan jenis episiotomy yang diinginkan
5 Menyebutkan prinsip reparasi perineum
-Grade 3 atau 4 rujuk ke dokter kebidanan
Dijahit dengan jahitan continuous menggunakan benang absorbable 2 – 0 atau 3 – 0
sesuai dengan lapisannya
Jangan tinggalkan dead space

Jakarta, …………..

Menyetujui,

(dr. Adrian Gunawan ,Sp.OG )


SKILLS LAB BLOK 25b : PF GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
(rev. Juni 2016)

No. MATERI PENILAIAN

Umum
1 Berpakaian rapi dan sopan, memakai snell jas
2 Mengucapkan salam, memperkenalkan diri, mempersilahkan duduk
3 Menanyakan identitas : nama pasien,nama suami atau keluarga terdekat, alamat, Umur,
Agama,Status perkawinan, pendidikan
A ANAMNESIS
4 Menanyakan keluhan utama
5 Menanyakan keluhan tambahan
6 Menanyakan Riwayat Penyakit Sekarang
- Apakah ada keluar cairan vagina :
Bagaimana :berapa banyak ,warna ,bau , ada darah atau tidak
- Apakah ada gatal pada vulva
- Apakah ada keluhan di daerah abdomen , jika ada benjolan : lokasi,ukuran,konsistensi,
bergerak atau tidak, ada rasa sakit atau tidak
- Menanyakan nafsu makan
- Menanyakan BAB dan BAK
7 Menanyakan Riwayat Haid
- Menarche
- Apakah haid teratur atau tidak, berapa lama
- Siklushaid : HPHT
- Nyeri haid
- Perdarahan antara haid
8 Menanyakan Riwayat Kehamilan
- Berapa kali hamil
- Berapa kali melahirkan
- Berapa kali keguguran : pada umur kehamilan berapa
- Apakah ada komplikasi pada kehamilan ,persalinan
9 Menanyakan Riwayat Perkawinan
- Berapa kali menikah
- Pernikahan sekarang sudah berapa lama
10 Menanyakan Riwayat Penyakit Dahulu
- Penyakit berat yang pernah diderita pasien
- Operasi didaerah perut dan alat kandungan
Sistem lain :
- Apakah BAB dan BAK lancar
- Keluhan sistem lain
11 Menanyakan riwayat penyakit keluarga
- Penyakit pada anggota keluarga yang berhubungan dengan penyakit herediter
B PEMERIKSAAN
Memberitahukan tujuan, PF dan inform consent, serta cuci tangan 6 langkah WHO
KeadaanUmum : tampak sakit ringan / sedang /berat
- Apakah ada ikterus, anemis
- Periksa : leher, jantung, pulmo apakah ada kelainan/ tidak ada kelainan / dalam batas
normal
Kesadaran : Compos mentis / apatis/ delirium/ somnolen/stupor/koma
Pemeriksaan TTV : Tensi darah, Nadi, Pernafasan, Suhu
Pemeriksaan Fisik Ginekologi
1 Pemeriksaan Abdomen
Pasien dalam posisi terlentang, kedua tangan di samping perut.
Pasien diminta rileks agar dinding perut tidak tegang
Inspeksi Abdomen
Palpasi Abdomen
2 Pemeriksaan Pelvik
1. Persiapan pasien
2. Tehnik :
A. Inspeksi
B. Inspeculo

a. Cara pemakaian spekulum


b. Pengamatan dengan spekulum
c. Menaruh spekulum di tempat yang benar
C. Pemeriksaan Dalam Bimanual
Yang diperhatikan :
a. Vagina
b. Serviks uteri
c. Uterus
d. Parametrium
e. Organ genital luar

Jakarta,………………………………………..

Menyetujui,

( Kathleen Juanita Gunawan S,dr.Sp.OG )


SKILLS LAB BLOK 25b : PF GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
(rev. Juni 2016)

No. MATERI PENILAIAN


A Umum
1 Berpakaian rapi dan sopan, memakai snelljas, tidak berkuku panjang dan tidak berkuteks
2 Mengucapkan salam, memperkenalkan diri, mempersilahkan duduk
3 Menanyakan identitas : nama pasien,nama suami atau keluarga terdekat, alamat, umur, agama,status
perkawinan, pendidikan, pekerjaan
4 Menanyakan keluhan utama
5 Menanyakan keluhan tambahan
6 Menanyakan Riwayat Penyakit Sekarang
- Apakah ada keluar cairan vagina :
Berapa banyak ,warna ,bau , ada darah atau tidak
- Apakah ada gatal pada vulva
- Apakah ada keluhan di daerah abdomen , jika ada benjolan : lokasi,ukuran,konsistensi,
bergerak atau tidak, ada rasa sakit atau tidak
- Menanyakan nafsu makan
- Menanyakan BAB dan BAK
7 Menanyakan riwayat haid
- Menarche
- Apakah haid teratur atau tidak, berapa lama
- Siklus haid : HPHT
- Nyeri haid
- Perdarahan antara haid
8 Menanyakan riwayat kehamilan
- Berapa kali hamil
- Berapa kali melahirkan
- Berapa kali keguguran : pada umur kehamilan berapa ?
- Apakah ada komplikasi pada kehamilan,persalinan
9 Menanyakan riwayat perkawinan
- Berapa kali menikah
- Pernikahansekarang sudah berapa lama
10 Menanyakan Riwayat Penyakit Dahulu
- Penyakit berat yang pernah diderita pasien
- Operasi di daerah perut dan alat kandungan
11 Menanyakan riwayat penyakit keluarga
- Penyakit pada anggota keluarga yang berhubungandengan penyakit herediter
B Pemeriksaan
Memberitahukan tujuan pemeriksaan dan inform consent
Mencuci tangan 6 langkah WHO
Keadaan Umum : tampak sakit ringan / sedang /berat
- Apakah ada ikterus, anemis
- Periksa : leher, jantung, Pulmo apakah ada kelainan atau tidak ada kelainan / dalam batas
normal
Kesadaran : Compos mentis / apatis/ delirium/ somnolen/stupor/koma
1 Pemeriksaan TTV : Tensi darah, Nadi, Pernafasan, Suhu
2 Pemeriksaan fisik ginekologi
Pemeriksaan Abdomen
Pasien dalam posisi terlentang, kedua tangan disamping perut.
3 Pasien diminta rileks agar dinding perut tidak tegang
a Inspeksi Abdomen
ƒ Adakah pembesaran atau penonjolan pada dinding perut, bila ada dicatat bentuk, ukuran dan
lokasi
ƒ Perubahan warna kulit.
ƒ Bekas luka / operasi.
ƒ Warna biru didaerah umbilicus (tanda Cullen)
b Palpasi abdomen
ƒ Kedua lutut fleksi

ƒ Menggunakan seluruh telapak tangan dan jari-jari.


ƒ Diawali dengan memeriksa ketegangan dinding perut : apakah dinding perut kendor atau
tegang ?
ƒ Adakah nyeri tekan ? Nyeri lepas ? Nyeri ketuk ? Defence musculaire ?
Catat daerah nyeri tersebut.

ƒ Bila teraba suatu tumor dicatat :


- Lokasinya ( biasa digunakan kuadran / atau indikator tertentu, misalnya letaknya terhadap umbilicus)
-Ukurannya
- Permukaannya ( licin atau berbenjol-benjol)
- Batasnya ( tegas atau tidak tegas )

- Konsistensinya (keras, kenyal, lunak)


- Mudah digerakkan atau terfiksasi ?
- Apakah tumor masuk ke panggul ?.
ƒ Pada palpasi abdomen juga harus dinilai ada tidaknya pembesaran hepar, limpa dan ginjal.
ƒ Bila ada kecurigaan, diperiksa ada tidaknya ascites.

4 Pemeriksaan Pelvik
Persiapan:
ƒ Pemeriksaan pelvic dilakukan dengan meminta pasien berbaring di atas meja ginekologi.
ƒ Pasien diminta untuk merebahkan punggungnya secara santai sehingga dinding perut tidak
tegang, kemudian meletakkan kedua kakinya pada penyangga kaki
( foot – rest)
ƒ Lampu periksa dinyalakan, atur cahaya agar menghadap ke vulva
Cuci tangan dengan cara 6 langkah menurut WHO
ƒ Pemeriksa memakai sarung tangan steril. ( mengikuti prosedur aseptik )
ƒ Pemeriksa duduk di depan pasien
ƒ Vulva dan vagina dibersihkan dengan cairan antiseptik
ƒ Prosedur antiseptik ini dilakukan dengan kasa atau kapas yang telah direndam dengan cairan
antiseptik ( larutan lysol, betadine )
ƒ Kapas steril tersebut disapukan pada vulva sampai sekitar perineum dengan mula – mula
bagian tengah, dari atas kebawah,lalu disamping kanan kirinya
ƒ Ulangi dengan kapas yang baru
5 Tehnik pemeriksaan
Inspeksi :
ƒ Pengamatan dilakukan terhadap alat genital luar, khususnya daerah vulva dengan pengamatan
secara keseluruhan (tentang hygiene dan adanya kelainan yang mencolok )
ƒ Secarasistematis, hal yang diperhatikan adalah :
- Pertumbuhan rambut pada pubis
- Keadaan kulit didaerah vulva: perlukaan, vesikel, nodul, perubahan warna, leukoplakia, tumor
- Keadaan muara urethra : infeksi, karunkula, tumor
- Keadaan labia majora dan minora : simetri atau tidak, perlukaan, pembengkakan, penonjolan
- Keadaan perineum : pembengkakan,sikatrik / bekas episiotomi, tumor
- Keadaan introitus vaginae :
- Apakah ada karunkula
- Apakah ada discharge ( Warna, konsistensi, banyaknya, berbau atau tidak )
6 In speculo
ƒ Pemeriksaan in speculo menggunakan spekulum steril dan hanya dikerjakan pada wanita yang
sudah menikah atau sudah melakukan hubungan sex.
ƒ Memilih spekulum yang sesuai dan mengatur sekrupnya

(Ada bermacam speculum tetapi yang sering digunakan adalah spekulum Sims dan spekulum
Graves )

a.Spekulum Sims memberikan visualisasi lebih baik, namun karena ada dua buah (atas dan
bawah), maka harus menggunakan dua tangan.Kalau akan melakukan tindakan, diperlukan
bantuan orang lain untuk memegang salah satu spekulum

b.Spekulum Graves cukup dipegang dengan satu tangan sehingga tangan satunya dapat
melakukan tindakan.

7 Cara pemakaian spekulum


ƒ Setelah vulva dan vagina dibersihkan, kedua labium mayor disibakkan kesamping dengan ibu
jari dan telunjuk tangan kiri
ƒ Spekulum diberi lubricant
ƒ Dengan tangan kanan, spekulum dimasukkan ke dalam introitus vagina secara miring, dalam
keadaan tertutup spekulum perlahan - lahan dimasukkan kedalam vagina
ƒ Setelah masuk kira – kira 2/3 nya,speculum diputar sehingga daun spekulum terletak diatas
dan di bawah, lalu secara perlahan daun spekulum dibuka
ƒ Setelah menemukan serviks, spekulum didorong lebih dalam sehingga daun spekulum terletak
di forniks anterior dan posterior
8 Pengamatan dengan spekulum
ƒ Apabila cervix uteri tertutup oleh lendir atau darah, dibersihkan dengan kapas yang sudah
direndam cairan antiseptik
ƒ Cairan yang menutupi cervix diperhatikan volumenya, konsistensinya, warna, berbau atau
tidak
ƒ Apabila cerviks sudah terlihat jelas, diperhatikan dengan cermat
- warna mukosanya ( hiperemik, anemik, livide ),
- adanya kelainan seperti :
Erosi, ektropion,laserasi, sikatrik, granulasi, teleangiektasi, polip, tumor
ƒ Setelah pengamatan terhadap cervix selesai, spekulum ditarik secara perlahan sambal
memperhatikan dinding vagina ;
warnanya, petechiae, varices, granulasi, ulcerasi, lacerasi,fistula, tumor, penonjolan dinding
vagina karena kendor ( sistokele, rektokel )
9 Menaruh spekulum di tempat yang benar.
Setelah selesai spekulum diletakkan pada baskom berisi cairan Klorin 0,5 %
10 Pemeriksaan dalam bimanual
ƒ Pemeriksaan bimanual dilakukan sambal berdiri
ƒ Pemeriksaan bimanual ( vagina toucher ) memasukkan jari telunjuk dan jari tengah ( kalua
perlu diberi lubricant ) Tangan kanan kedalam vagina,sedangkan pada tangan kiri suprapubis.
ƒ Jari pemeriksa dimasukkan kedalam vagina secara perlahan searah dengan sumbu vagina.
(Untuk menghindari rasa sakit pada nulligravida )
ƒ Tangan kiri yang ada suprapubis digunakan untuk membantu meraba organ yang diperiksa
ƒ .Perabaan dilakukan mulai dari vagina hingga ke fornices, serviks, uterus, adnexa
/parametrium,dan keseluruhan rongga panggul
ƒ Setelah jari pemeriksa dikeluarkan dari vagina, dilakukan palpasi pada daerah luar alat genital
( vulva dan sekitarnya )
ƒ Pemeriksa harus melakukan secara sistematis, dan tidak boleh ada yang terlewatkan tidak
membuang waktu dan agar tidak menyusahkan pasien
11 Pada pemeriksaan bimanual, yang diperhatikan
A.Vagina
• Ada tidaknya kelainan didaerah introitus vaginae : kista Bartholin (kistik), bartholinitis
(kenyal)., hematoma.
• Ketegangan dinding vagina.
• Ada tidaknya sistokel atau rektokel.
• Keadaan rugae, ada tidaknya tumor, ulkus, fistula.
• Ada tidaknya atresia, stenosis, septum
• Penonjolan pada fornices/ kavum Douglasi

B.Cervix uteri
• Diraba permukaan cervix : adakah sikatrik, ulkus, tumor
• Letak, ukuran, danbentuk serviks
• Konsistensi : kenyal, keras, lunak ( tanda Hegar )
• Canalis cervicalis terbuka atau tertutup
• Mudah digerakkan atau terfiksasi
• Adanya rasa nyerikalau serviks digoyangkan ( slinger pain )

C.Uterus
• Posisi uterus : antefleksi, retrofleksi, anteversi, retroversi, sinistro atau dextro-positio.
• Bentuk dan ukuran uterus : bentuk simetris atau tidak, ukuran normal atau membesar.
• Konsistensi : kenyal atau keras.
• Permukaan : rata atau berbenjol.
• Mobilitas uterus
• Ada tidak adanya tumor (bentuk,ukuran)
• Ada tidaknya kelainan bawaan : uterus dupleks, uterus bikornis.

D. Parametrium

• Struktur adnexa (tuba, ovarium)


• Ruang di parametrium (longgar, memendek)
• Ada tidaknya nyeri pada perabaan.
• Teraba tumor atau tidak (lokasi, ukuran, permukaan,batas, konsistensi, mobilitas, hubungan
dengan alat sekitarnya).
• Seperti halnya dengan pemasangan spekulum, pemeriksaan bimanual hanya dilakukan pada
wanita yang sudah menikah,pernah berhubungan seks.
• Pada wanita yang belum menikah atau belum melakukan hubungan seks, pemeriksaan
bimanual dilakukan melalui rektum (rectal toucher )

E.Alat genital luar

• Setelah selesai colok vagina (Vagina toucher ) dilakukan palpasi pada alat genital luar ada
tidaknya kelainan didaerah introitus vagina:
-Adakah tumor ?kalau ada catat lokasi ukuran,permukaan,batas, konsistensi , mobilitas
-Kalau ada fluktuasi berarti ada abses

Jakarta,………………………………………..

Menyetujui,

( Kathleen Juanita Gunawan S,dr.Sp.OG )


SKILLS LAB BLOK 26A : SIRKUMSISI
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
(Rev. 18 Juli 2016)

No. MATERI PENILAIAN


I. PEMBUKAAN DAN PERSIAPAN

1. Berpakaian rapi, sopan, memakai snell jas, tidak berkuku panjang, tidak berkuteks.
2. Mengucapkan salam, memperkenalkan diri dan mempersilakan duduk
3. Menjelaskan tentang tindakan yang akan dilakukan serta melakukan inform consent
4. Cuci tangan 6 langkah WHO sebelum dan sesudah tindakan, serta menjaga sterilitas selama tindakan
dilakukan.
5. Persiapan pasien : (biasanya skrining pasien H-1). Posisi di sebelah kiri pasien.
- Anamnesis : Adakah riwayat ganguan hemostasis dan kelainan darah, riwayat alergi obat,
penyakit yang sedang/ pernah diderita, riwayat konsumsi obat pengencer darah, adakah kelainan
bawaan pada alat kelamin (hipospadiaÆ kontraindikasi sirkumsisi)
- Persilahkan pasien tidur di meja periksa dan melepaskan celana/ sarungnya.
6. Persiapan alat :
- Alat-alat sirkumsisi (klem arteri bengkok 2, klem lurus 1, pinset sirurgis 1, scalpel 1, gunting
jaringan 1, gunting verband 1, gunting benang 1, needle holder 1, benang plain cat gut ukuran 3-0/
4-0, spuit 3 cc, lidokain 2%, doek bolong, sarung tangan steril, alkohol 70%, Povidone iodine 10
%, kassa steril, NaCl 0,9%, sufratulle)
- Obat-obat emergensi (oksigen, alat infus, adrenalin)
II. TEKNIK
1. Asepsis dan Antisepsis :
1. Operator mencuci tangan dengan prosedur yang benar dan mengenakan sarung tangan steril
2. Bersihkan daerah genital dan sekitarnya dengan dengan Povidone iodine 10 % secara
sentrifugal (biasanya sampai kira-kira melebihi luas lubang pada doek bolong steril)
3. Letakkan doek bolong steril
2. Anestesi lokal :
Lakukan anestesi blok pada N. Dorsalis penis. Tusukkan jarum suntik secara perlahan-lahan (sekitar
½ cm) berisi Lidokain 2% pada pangkal penis (perbatasan antara batang penis dengan simfisis
pubis), diarahkan ke kanan dan kiri sampai menembus fascia Buck (terasa seperti menusuk kertas).
Lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan zat anestesi.
Lakukan anestesi lokal pada bagian ventral penis; tusukan pada sepertiga distal penis yang
disuntikkan kea rah glans, diarahkan ke kanan, tengah dan kiri dengan penyuntikan sambil jarum
ditarik.
Dosis anestesi : 2-5 mg/kgBB.
3. Sebelum melakukan tindakan, periksa apakah anestesi sudah bekerja dengan melakukan penjepitan
pada preputium menggunakan klem.
4. Pembersihan Glans Penis :
1. Buka glans penis menggunakan tangan sampai korona penis terpapar. Bila sulit, dapat
menggunakan bantuan klem arteri bengkok. Bila ada smegma, bersihkan dengan kassa steril lembab
(kassa yg dibasahi dengan NaCl 0,9%)
2. Tutup kembali glans penis. Beri tanda pada daerah insisi (korona penis) dengan gentian violet
5. Pengguntingan dan Penjahitan :
1. Pasang klem arteri bengkok pada arah jam 11 dan 1, sedalam kurang lebih 1,5 cm dari sulkus
corona penis (tujuan : sebagai sarana pemandu tindakan dorsumsisi dan sarana hemostasis)
2. Lakukan penjepitan dengan klem lurus di arah jam 12 selama beberapa saat, kemudian lepas
kembali klem tersebut (tujuan : sebagai sarana pemandu tindakan dorsumsisi dan sarana hemostasis)
3. Lakukan dorsumsisi dengan menggunting kulit dorsum penis di arah jam 12 menyusur dari distal
ke proksimal sampai dengan 2 mm dari corona.
4.Melakukan klemping pada frenulum.
5.Kemudian gunting melingkar ke arah ventral penis. Pemotongan harus simetris dan sama panjang
antara kulit dan mukosa. Di ventral penis, lakukan pengguntingan dengan mem-
preservasi/menyisakan frenulum. Jepit frenulum menggunakan klem. Gunting membentuk huruf V
di kanan dan kiri frenulum yang dijepit dengan klem.
6. Apabila ada perdarahan, atasi perdarahan yang timbul dengan cara menjahit titik perdarahan
dengan benang cat gut plain ukuran 3/0 (dewasa) dan 4/0 (anak), untuk ligasi
7. Jahit mukosa di distal frenulum (arah jam 6) dengan jahitan berbentuk angka 0.
7. Lakukan penjahitan aproksimasi kulit dengan mukosa di arah jam 12, 9 dan 3. Prinsipnya :
mempertemukan antara kulit dan mukosa.
8. Bersihkan dengan Povidone iodine 10 %. Amati apakah masih ada perdarahan.
6. Pembalutan :
Tutup dengan Sufratulle kemudian kassa steril (bila tidak ada Sufratulle, tutup dengan kassa yang
diberi salep kloramfenikol 2%). Jangan sampai penis terpuntir saat membalut. Plester dengan cara
kupu kupu.
7. Pemberian obat-obatan :
Antibiotik oral, analgetik oral (dapat juga mulai diminum 2-3 jam sebelum tindakan)
8. Anjuran pasca sirkumsisi :
1. Beritahu orang tua luka jangan sampai terkena air. Balutan jangan dibuka sendiri di rumah.
2. Kontrol kembali 4-5 hari kemudian. Balutan dibuka setelah dibasahi dengan NaCl 0,9%.
Perhatikan kondisi luka : adakah pus, infeksi, hematoma atau luka yang belum tertutup.
3. Bila ada infeksi, pemberian antibiotik dapat ditambah lagi selama 1 minggu.

Jakarta,...................................
Menyetujui,

(……………………………………………)
SKILLS LAB BLOK 27 : SUNTIK DAN INFUS
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

MATERI PENILAIAN
A PEMBUKAAN
a Menanyakan identitas pasien, riwayat penyakit pasien, dan riwayat alergi obat-obatan
b Menjelaskan prosedur tindakan dan meminta informed consent lisan
Catatan : tindakan sunti atau infus dilakukan setelah diketahui Working Diagnosis
B KETERAMPILAN SUNTIK
1 Penyuntikan Intramuskular
a Persiapan obat dan peralatan:
- Spuit 3 atau 5 cc
- Jarum sesuai ukuran
- Obat yang akan disuntikan (contoh: Penicillin)
- Alkohol 70%
- Kapas, kassa, plester
- Handschoen
b Menyebutkan dan menjelaskan pemilihan lokasi penyuntikan intramuskular (m.
deltoideus, m. vastus lateralis, regio ventrogluteal, regio dorsogluteal)
c Melakukan cuci tangan 6 langkah menurut WHO lalu memakai handschoen
Melakukan pengisian obat ke dalam spuit sambil memastikan tidak ada udara yang masuk
ke dalam spuit
d Asepsis dan antisepsis lokasi suntik dengan alkohol 70% secara sirkuler
e Posisi tangan memegang spuit seperti memegang pensil
f Regangkan kulit pada lokasi penyuntikan dengan teknik Z tracking
g Posisikan jarum 90o di lokasi penyuntikan (45o pada orang yang kurus), lalu lakukan
penusukan
h Dengan tangan lainnya stabilkan spuit dan lakukan aspirasi untuk memastikan tidak ada
darah. Jika ada darah ulangi prosedur di atas
i Jika saat aspirasi tidak ada darah, suntikan obat secara perlahan
j Selesai penyuntikan, tarik jarum dan tutup lokasi penyuntikan dengan kassa dan fiksasi
dengan plester
2 Penyuntikan Subkutan
a Persiapan obat dan peralatan:
- Spuit 1 cc
- Jarum sesuai ukuran
- Obat yang akan disuntikan. Contoh: insulin, growth hormone, epinefrin,
antikoagulan (heparin, warfarin)
- Alkohol 70%
- Kapas, kasa, plester
- Handschoen
b Menyebutkan dan menjelaskan pemilihan lokasi penyuntikan subkutan (regio abdomen,
paha, m. deltoideus)
c Melakukan cuci tangan 6 langkah menurut WHO lalu memakai handschoen
Melakukan pengisian obat ke dalam spuit sambil memastikan tidak ada udara yang masuk
ke dalam spuit
d Asepsis dan antisepsis lokasi suntik dengan alkohol 70% secara sirkuler
e Posisi tangan memegang spuit seperti memegang pensil
f Cubit lapisan lemak diantara ibu jari dan jari telunjuk
g Posisikan jarum 90o di lokasi penyuntikan (45o pada orang yang kurus) di regio abdomen
(1 inchi dari umbilicus), lalu lakukan penusukan
h Dengan tangan lainnya stabilkan spuit dan lakukan aspirasi untuk memastikan tidak ada
darah. Jika ada darah ulangi prosedur di atas
i Jika saat aspirasi tidak ada darah, suntikan obat secara perlahan
j Selesai penyuntikan, tarik jarum dan tutup lokasi penyuntikan dengan kassa dan fiksasi
dengan plester
3 Penyuntikan Intradermal
a Persiapan obat dan peralatan:
- Spuit 1 cc
- Jarum sesuai ukuran
- Obat yang akan disuntikan (contoh: skin test Penicillin, histoplasmin; tuberculin
test)
- Alkohol 70%
- Kapas, kassa
- Handschoen
b Menyebutkan dan menjelaskan pemilihan lokasi penyuntikan intradermal, yaitu bagian
volar lengan bawah, 3-4 jari dari fossa cubiti
c Melakukan cuci tangan 6 langkah menurut WHO dan memakai handschoen
Melakukan pengisian obat ke dalam spuit sambil memastikan tidak ada udara yang masuk
ke dalam spuit
d Asepsis dan antisepsis lokasi suntik dengan alkohol 70% secara sirkuler
e Posisi tangan memegang spuit sesuai dengan posisi penyuntikan intradermal
f Regangkan kulit dengan menggunakan ibu jari sambil memegang lengan bawah pasien
g Posisikan jarum mendatar pada kulit, bevel jarum menghadap ke atas di volar lengan
bawah
h Suntikan spuit dengan posisi jarum 15o tepat di bawah epidermis dan suntikan obat
perlahan
i Jika ada tahanan saat penyuntikan berarti cairan tepat masuk ke intradermal
j Cabut jarum perlahan kemudian tekan perlahan dengan kassa
4 Penyuntikan intravena
a Persiapan obat dan peralatan:
- Spuit 3 atau 5 cc
- Jarum sesuai ukuran
- Obat yang akan disuntikan (contoh: cefotaxim dan aqua bidest)
- Alkohol 70%
- Kapas, kassa, plester
- Tourniquet/ manset
- Handschoen
b Menyebutkan dan menjelaskan pemilihan lokasi penyuntikan intravena (vena regio fossa
cubiti, vena superfisialis regio antebrachii)
c Melakukan cuci tangan 6 langkah menurut WHO dan memakai handschoen
Melakukan pengisian obat ke dalam spuit sambil memastikan tidak ada udara yang masuk
ke dalam spuit
d Pasang manset/ tourniquet di proksimal dari lokasi penyuntikan
e Lakukan pengisian vena
f Asepsis dan antisepsis lokasi suntik dengan alkohol 70% secara sirkuler
g Posisi tangan memegang spuit sesuai dengan posisi penyuntikan intravena
h Posisikan jarum pada vena dengan sudut kecil (10-15 derajat), bevel jarum menghadap ke
atas, lakukan penusukan vena
i Pastikan jarum sudah masuk ke vena, lakukan aspirasi (harus terdapat darah yang
berwarna merah gelap)
j Setelah aspirasi, lepaskan manset/ tourniquet dan suntikan obat secara perlahan
k Setelah selesai, cabut jarum secara perlahan, tempelkan kassa alkohol ke lokasi
penyuntikan, lakukan penekanan beberapa detik, lalu pasang plester
l Jika ada tahanan saat penyuntikan berarti cairan tepat masuk ke intradermal

C KETERAMPILAN INFUS
1 Persiapan alat-alat dan obat:
- Jenis cairan infus, cek kemasan, expired date, dan keutuhan botol/ kolf
- Infus set (macro drip, micro drip, blood set)
- IV catheter/ abbocath dengan ukuran dan jenis yang sesuai (3-way stopcock,
butterfly needle, dll)
- Kassa, kapas, plester
- Alkohol 70% dan povidon iodine 10%
- Tiang infus
- Manset/ tourniquet
- Handschoen
2 Pengecekan botol infus dan pemasangan infus set ke botol infus
a Membuka tutup kemasan botol infus
b Membuka kemasan infus set, pastikan selang infus dalam keadaan terkunci
c Melakukan penusukan ujung infus set ke dalam botol
d Membuka perlahan selang infus, pastikan cairan infus mengisi ke dalam selang dan
keluarkan udara sisa dari selang infus, kemudian kunci kembali
3 Pemilihan dan pengisian vena
a Memilih vena yang sesuai pada tangan yang tidak dominan (pilih vena distal yang agak
besar dan tidak berkelok-kelok). Hindari vena yang berada di daerah lipatan
b Memasang manset/ tourniquet 15 cm proksimal dari tempat insersi, jangan terlalu
kencang dengan memeriksa a. radialis
c Memposisikan lengan yang akan ditusuk di bawah posisi jantung
d Melakukan pemukulan vena dengan lembut
e Meminta pasien untuk membuka dan menutup kepalan tangan
4 Penusukan vena
a Melakukan cuci tangan 6 langkah menurut WHO dan memakai handschoen
b Melakukan asepsis dan antisepsis lokasi suntik dengan alkohol 70% secara sirkuler
c Melakukan fiksasi pada vena yang akan ditusuk
Melakukan penusukan pada vena dengan arah bevel jarum menghadap ke atas dengan
sudut 30-40o dari kulit
d Apabila jarum sudah tepat masuk ke vena, maka darah akan keluar mengisi ujung IV
catheter/ abbocath, lalu masukan seluruh pipa IV catheter/ abbocath ke dalam pembuluh
darah
e Mengeluarkan jarum IV catheter/ abbocath lalu sambungkan dengan selang infus
f Melepaskan tourniquet
g Membuka kunci selang dan alirkan cairan infus, periksa kelancarannya
5 Penutupan lokasi penusukan dan fiksasi selang
a Bila sudah mengalir, tutup kembali dan lakukan fiksasi selang infus dengan plester
b Menutup lokasi penusukan dengan kassa steril yang diberi salep/ cairan povidon iodine,
lalu tutup dengan plester
c Mengatur jumlah tetesan sesuai dengan kebutuhan cairan per menit. Misal: 12 tetes/menit.

Jakarta,…………………………
Menyetujui,

Dr.dr.Mardi Santoso, DTM&H, SpPD-KEMD, FINASIM, FACE


SKILLS LAB BLOK 28 : BALUT MEMBALUT
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
(rev.September 2020)

MATERI PENILAIAN
PEMBUKAAN
a Memperkenalkan diri dan menanyakan identitas pasien secara singkat
b Menjelaskan prosedur tindakan dan meminta informed consent lisan
c Mempersiapkan alat : mitela, kassa gulung, kasa steril kecil-sedang-besar, plester, gunting, bidai,
plastik steril, cairan normal saline, sarung tangan non steril, tali 4 buah

PRINSIP PENANGANAN FRAKTUR PADA EKSTREMITAS :


I.RECOGNITION II.REDUCTION III.RETENSION IV.REHABILITATION
Pertolongan pertama hanya pada tindakan I,II dan III, sedangkan IV dilakukan rujukan

A EKSTREMITAS BAWAH :CEDERA PADA TUNGKAI


I.RECOGNITION
1 LOOK
Luka +/- (jika + : ukuran dan aspek anterior/posterior/lateral), Edema +/-, Hematoma +/- ,
Deformitas +/- (Pemendekan/Rotasi/Angulasi)
2 FEEL
a Teraba fragmen tulang, teraba krepitasi
b Memeriksa status pulsasi (neurovasculardistal/NVD): a. Dorsalis pedis, a.Tibialis posterior dan
membandingkan dengan ekstremitas sisi kontralateral
c Memeriksa sensibilitas : N.Peroneal (diperiksa di bagian anterior tungkai bawah)
3 MOVE : Range Of Movement (ROM) terbatas
II.REDUCTION

Pada fraktur tertutup :


x Melakukan reposisi ke posisi anatomical

x Setiap setelah melakukan tindakan reposisi, selalu melakukan evaluasi ulang dari NVD
III.RETENSION

Memasang bidai : bidai meliputi 2 sendi (misal :ankle, genu), bidai dipasang di bagian posterior,
medial dan lateral; memberikan bantalan pada tonjolan tulang (malleolus medial dan lateral serta
kedua sisi genu); lalu lakukan balutan dengan kasa gulung

Pada fraktur terbuka :

x Luka ditutup dengan menggunakan kassa+ cairan normal saline dan dilakukan penutupan
dengan kasa. Langkah selanjutnya sama dengan fraktur tertutup

B EKSTREMITAS ATAS : CEDERA PADA GELANG BAHU DAN LENGAN ATAS


a Membuat arm sling : digunakan untuk fraktur klavikula;fleksi sendi siku 90.

b Pada fraktur humerus dan fraktur antebrachii (radius-ulna) dilakukan bidai ; pemeriksaan status
pulsasi/NVD : a.radalis dan a.ulnaris dan N. Radialis , sebelum dan sesudah bidai dilakukan;
membandingkan dengan ekstremitas sisi kontralateral

Langkah-langkah untuk pemasangan bidai pada Fraktur Humerus

1. Recognation
Kenali bahwa terdapat fraktur pada humerus dengan melakukan anamnesa dan pemeriksaan
fisik adanya tanda pasti fraktur.
2. Reduction
Lakukan reposisi pada humerus yang fraktur dengan membawa siku pada posisi fleksi dan
membiarkan lengan atas jatuh sehingga gaya gravitasi akan melakukan re-alignment
mengembalikan pada posisi anatomi.
3. Retention
Lakukan pemasangan bidai pada bagian posterior , lateral dan medial ( mengenai minimal
sendi siku dan sendi bahu )dengan memasang padding pada setiap tonjolan pada tulang
yang akan kontak dengan bidai. Dengan menggunakan kasa gulung ataupun elastic verban
maka lakukan fiksasi bidai (seperti gambar di bawah tetapi posisi anatomis)

4. Rehabilitation
Rehabilitasi dilakukan ketika sudah dilakukan definitif dari fraktur tersebut.

Langkah-langkah untuk pemasangan bidai Fraktur antebrachii

1. Recognation
Kenali bahwa terdapat fraktur pada antebrachi dengan melakukan anamnesa dan
pemeriksaan fisik adanya tanda pasti fraktur.
2. Reduction
Lakukan reposisi pada antebrachi yang fraktur dengan melakukan traksi pada tangan dan
counter traksi pada brachii dan mengembalikan pada posisi anatomi.
3. Retention
Lakukan pemasangan bidai pada bagian posterior , lateral dan medial ( mengenai sendi
pergelangan tangan dan sendi siku ) dengan memasang padding pada setiap tonjolan pada
tulang yang akan kontak dengan bidai. Dengan menggunakan kasa gulung ataupun elastic
verban maka lakukan fiksasi bidai.
4. Rehabilitation
Rehabilitasi dilakukan ketika sudah dilakukan definitif dari fraktur tersebut.

II CEDERA PADA KEPALA

Membalut dengan mitela : cedera pada puncak kepala, cedera pada mata, cedera pada dahi dan
cedera pada mandibula
IV CEDERA PADA TORAKS

Pada luka terbuka tembus sampai paru-paru dengan gejala klinis adanya “sucking wound” pada
inspeksi luka : dilakukan penutupan luka dengan jendela 3 sisi menggunakan plastik steril yang
ditutup dengan plester pada ketiga sisinya dan satu sisinya dibiarkan terbuka

V CEDERA PADA ABDOMEN

Luka penetrans dengan eviserasi; organ intra abdomen yang keluar dibersihkan dengan
menggunakan normal saline kemudian dimasukkan kedalam kantong plastik steril dan diplester di
sekitar luka tanpa memberikan penekanan pada organ yang keluar

PENUTUP
Memeriksa kembali hasilnya, lalu memberikan edukasi dan merencanakan rujuk jika diperlukan

Jakarta, 21 September 2020


Menyetujui,

dr Christian Yonathan SpOT MKes


SKILLS LAB BLOK 29A : ADULT BASIC LIFE SUPPORT
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
(rev. Oktober 2020)

1. a. Pastikan situasi aman


b. Cek respon korban : goyangkan bahunya dan tanyakan dengan suara keras,” Apakah
anda baik-baik saja?”
2. a. JIKA : Respon (-) dan tidak bernafas normal
o Segera cari bantuan. (jelaskan situasi, minta mengaktifkan code blue bila in hospital atau
telpon ambulans pada out hospital, mintakan Automated External Defibrillator (AED) jika
ada.
o Posisikan korban dalam keadaan terlentang
o Cek nadi karotis dan skrining pernapasan normal (tidak lebih dari 10 detik)
b. JIKA nadi tidak teraba
x Segera mulai kompresi dada:
o Penolong berlutut di samping korban.
o Letakkan dasar (heel) dari 1 tangan di tengah-tengah dada korban dan dasar tangan
yang lain di atas tangan yang pertama, kemudian interlock jari-jari tangan. Pastikan
tekanan yang diberikan bukan di iga, perut bagian atas ataupun ujung bawah dari
sternum.
o Posisi penolong vertikal di atas korban, dan dengan lengan yang tetap lurus, lakukan
kompresi sedalam 5 cm – 6 cm.
o Setelah tiap kompresi, lepaskan tekanan tanpa mengangkat kedua tangan di sternum.
x Lakukan kombinasi kompresi dada dengan ventilasi:
o Setelah 30x kompresi, buka airway dengan head tilt dan chin lift.
o Tempatkan facemask ambubag dengan benar dan berikan 2x pernapasan bantuan, 1
nafas = 1 detik, observasi dinding dada pastikan terangkat naik saat diberikan nafas
bantuan.
o Setelah itu, segera kembali lakukan kompresi dada sebanyak 30x
o Lakukan kompresi: ventilasi = 30:2 sebanyak 5 siklus.
c. Evaluasi C-A-B kembali setelah setiap 5 siklus
d. Setelah korban menunjukkan tanda-tanda pemulihan kesadaran, korban diposisikan dalam
posisi mantap (recovery position)

3 Ventilasi bag-mask
1. Pilih face mask yang tepat ukuran
2. Tempatkan pasien pada sniffing position
3. Tempatkan face mask menutupi mulut dan hidung pasien
4. Dengan tangan kiri, letakkan jari tengah, jari manis, dan jari kelingking di bawah
mandibula pasien, dan angkat untuk membuka jalan nafas. Genggam face mask dengan
ibu jari dan telunjuk, dan tekan ke muka pasien sambil mengangkat mandibula.
5. Kompres kantong udara dengan tangan kanan.
6. Frekuensi ventilasi dengan bag-mask 10 -12 kali/menit atau setiap 5 – 6 detik.
7. Evaluasi kembali pasien setiap 2 menit.
Perhatikan dada harus mengembang pada setiap pernafasan, terkadang diperlukan pemasangan
oral atau nasal airway untuk memfasilitasi ventilasi
SKILLS LAB BLOK 29B : RONSEN PATOLOGIS
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
(rev.Oktober 2020)

MATERI PENILAIAN
A TORAKS
1 Mengamati foto apakah sesuai dengan yang diminta atau tidak
2 Mengamati foto apakah layak dibaca atau tidak (misalnya goyang, kabur, terpotong, dsb.)
3 Menentukan jenis foto (posisi AP/PA/Lateral)
4 Menetukan cara pembacaan foto (dari sentral atau dari tepi)
5 Mengukur Cardio Thorasic Ratio /CTR (syarat : foto thoraks posisi PA, simetris, pasien deep inspiration,
dst, dewasa normal (<50%) dan anak normal (<55%) )
6 Mendeskripsikan jantung (CTR,besar jantung, arcus aorta ada elongation/tidak)
7 Mendeskripsikan mediastinum, trakea dan hilus
8 Mendeskripsikan pulmo (coracan bronchovascular dan parenkim paru (infiltrat /kesuraman/ konsolidasi)
9 Menentukan keadaan diafragma/ sinus
10 Menentukan keadaan tulang dan jaringan lunak
11 Menentukan kesan cor dan pulmo
B TRAKTUS GASTRO INTESTINAL (GIT)
1 Menentukan jenis foto (posisi supine/erect/LLD)
2 Mendeskripsikan foto polos abdomen normal
● Distribusi udara usus dlm abdomen (rata/ tidak rata)
● Dilatasi/distensi usus ada atau tidak
● Fecal material (tampak atau tidak)
● Psoas line dan properitoneal fat line (jelas /tidak)
● Contour kedua ginjal (jelas / tidak)/ ukurannya (besar / norml/kecil)
● Ada tidak batu opak di cavum abdomen/cavum pelvis (traktus urinarius) setinggi apa
● Tulang vertebra lumbalis apa ada kelainan/ tidak
(fraktur/penyempitan discus/skoliosis/spur/spina bifida)
3 Menentukan adakah tanda-tanda pneumoperitonium
(Cupola Sign, Rieggler Sign, Trapped Air)
4 Menentukan adakah tanda-tanda ileus
(Air fluid level, Step ladder sign, Hearring bone appearance)
5 Menentukan kesan : ada ileus atau tidak,nephrolithiasis?pneumoperitoneum
C TULANG
1 Menentukan jenis foto dan posisi (lokasi dan AP/lat)
2 Struktur tulang baik /tidak?Korteks dan medula tulang baik /tidak ?
3 Ada discontinuitas cortex / destruksi / fraktur ? di tulang mana setinggi berapa ?
4 Ada tidak soft tissue swelling (lokasi dimana); kalsifikasi ? dst
5 Ada /tidak reaksi periost ?
6 Menentukan kelainan pada foto tulang (fraktur/ osteomielitis/degenerasi, tumor jinak/ganas)
7 Mendeskripsikan tulang lain sekitar fraktur
8 Ada/tidak dislokasi/subluksasi
9 Menentukan kesan
Check List Skill Lab Blok.30 Emergency Medicine 2
(Acc 19 November 2020, dr. R. Koesmedi Priharto, Sp.OT, FICS, FAPOA, M.Kes)
“ Evakuasi Korban “
Kelompok : ………………………….

NO TINDAKAN
I TRIAGE
Amankan lokasi dan menggunakan alat pelindung diri
KLASIFIKASI KORBAN BERDASARKAN KEGAWATDARURATAN ( KARTU HIJAU, HITAM, MERAH, KUNING )
0 Panggil semua korban yang dapat berjalan, dan perintahkan pergi ke suatu tempat.
Semua korban di tempat ini dapat kartu hijau ( penanganan tidak lebih dari 60 “ ( 1 menit )---tentukan fasilitas : Ruang emergency
atau lapangan
1 Cek jalan nafas
ƒ Tidak bernafas : diberi kartu hitam
ƒ Bernafas setelah dilakukan pembebasan jalan nafas : diberi kartu merah
ƒ Bernafas spontan : berlanjut ke no.2
2. Cek pernafasan
ƒ Frekuensi nafas > 30 x/ menit : diberi kartu merah
ƒ Frekuensi nafas < 30 x/ menit : berlanjut ke no.3
3.Cek sirkulasi
ƒ Capillary Refill Time > 2 detik : diberi kartu merah
ƒ Capillary Refill Time < 2 detik : berlanjut ke no.4
4. Cek kesadaran
ƒ Tidak dapat mengikuti perintah : diberi kartu merah
ƒ Dapat mengikuti perintah : diberi kartu kuning
II PRIMARY SURVEY + RESUSCITATION
1. Airway + C-Spine Protection
ƒ Memeriksa jalan nafas
ƒ Melakukan pertolonganpembebasan jalan nafas dengan tetap mempertahankan stabilisasi vertebra cervical
2. Breathing + ventilation
ƒ Melakukan pemeriksaan fisik paru untuk mencariadanyakemungkinan kelainan yang mengancam nyawa ( tension
pneumothorax , haemothorax, flail chest )
ƒ Melakukan pertolongan untuk memperbaiki oksigenasi sesuai dengan masalah yang ditemukan
3. Circulation + Control Bleeding
ƒ Melakukan pemeriksaan fisik untuk menilai status hemodinamik ( tanda sianosis, akral, nadi, capillary refill time,
tekanan darah )
ƒ Melakukanpertolongan untuk memperbaiki status hemodinamik sesuai dengan masalah yang ditemukan
4. Disability
ƒ Glasgow Coma scale
ƒ Memeriksa adanya tanda lateralisasi
ƒ Memeriksa fungsi neurologis
5. Exposure / Environmental Control
ƒ Memeriksa adanya kemungkinan cedera lain yang tersembunyi
ƒ Mencegah hipotermi
6. Melakukan Evaluasi Ulang Primary Survey
IV SECONDARY SURVEY DILAKUKAN SETELAH VENTILASI DAN HEMODINAMIKA STABIL
1. AMPLE ( Anamnesis, Medikasi, Penyakitpenyerta, Last meal, Enviroment )
2. Head to Toe Examination, Finger and Tube in every orifice
3. – pemeriksaan dari kepala sampai kaki
4. – pemeriksaan hemoragic terinci
5. – pemeriksaan imaging
6. – pemeriksaan endoskopi
V PEMANTAUAN DAN RE- EVALUASI
VI TRANSFER
1. Pemilihan alat bantu
2. Tehnik Positioning dan pemindahan pasien
VII TERAPI DEFINITIF ---- di RS
- Pasien sudah stabil
- Medika mentosa
- Konservatif
- Radikal surgical
- Dll…sesua ipermasalahan
CATATAN TAMBAHAN :

TAMBAHAN PRIMARY SURVEY ---di RS


1. Vital sign
ƒ Analisa Gas darah
ƒ Kapnografi
ƒ Pulse Oxymetri
ƒ EKG
ƒ Monitor tekanan darah dan laju pernafasan
2. Kateter uretra + nasogastric
3. Radiologis
ƒ Fotoservikal lateral dengan Cross Table
ƒ Fototorak AP
ƒ Foto Pelvis AP
ƒ Foto Abdomen 3 posisi / USG Abdomen

TAMBAHAN SECONDARY SURVEY


- CT Scan , MRI
- Pemeriksaan khusus, radiologikontras
- Foto polos ekstremitas
- Endoscopy
- USG

Anda mungkin juga menyukai