Anda di halaman 1dari 28

REFERAT

DERMATITIS NUMMULARIS

Disusun Oleh :

Edita Nurdiana Dwiputri (1102014082)

Pembimbing :
dr. Ahmad Haykal A.R.B,Sp.KK

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KULIT DAN KELAMIN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI

PERIODE 24 Februari 2020 – 28 Maret 2020

RSUD PASAR REBO


BAB I

PENDAHULUAN

Kelainan pada kulit dapat terjadi pada semua orang, baik laki-laki,
perempuan, anak kecil, maupun dewasa. Individu dengan alergi atau mempunyai
riwayat keluarga alergi rentan terkena masalah pada kulit. Selain riwayat alergi,
individu yang terpapar bahan iritan atau kondisi kulit yang kering juga dapat
mengalami kelainan kulit.

Dermatitis nummular merupakan kelainan kulit yang mengalami inflamasi


dengan lesi berupa papulovesikel yang dapat berkonfluensi menjadi plak berbentuk
koin. Dermatitis nummular ini terjadi pada orang dewasa dan jarang pada bayi atau
anak-anak.

Hingga sekarang penyebab pasti dan perjalanan penyakit dermatitis


nummular belum dapat diketahui secara pasti, hanya saja banyakyang
mengkaitkannya dengan riwayat alergi, kulit kering,dan infeksi.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dermatitis

2.1.1 Definisi1

Dermatitis atau eksim adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis)


sebagai respons terhadap pengaruh faktor eksogen dan atau faktor endogen,
menyebabkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul,
vesikel, skuama, likenifikasi) dan keluhan gatal. Tanda polimorfik tidak selalu
terjadi bersamaan, bahkan mungkin hanya satu jenis misalnya hanya berupa papula
(oligomorfik). Dermatitis cenderung residif dan menjadi kronis.

2.1.2 Gejala Klinis1

Gejala klinis dermatitis berdasarkan stadiumnya dibagi menjadi 3, yaitu:

1. Pada stadium akut kelainan kulit dengan gambaran klinis berupa


eriterna, edema, vesikel atau bula, erosi dan eksudasi, sehingga tampak
membasah (madidans).
2. Pada stadium subakut, eritema dan edema berkurang, eksudat
mengering menjadi krusta.
3. Sedang pada stadium kronis lesi tampak kering, berbentuk skuama,
hiperpigmentasi, papul dan likenifikasi, meski mungkin juga masih
terdapat erosi atau ekskoriasi karena garukan.

2.1.3 Tata Nama dan Klasifikasi1

Hingga kini belum ada kesepakatan internasional mengenai tatanama dan


klasifikasi dermatitis, tidak hanya karena penyebabnya multi faktor, tetapi juga
karena seseorang dapat mengalami lebih dari satu jenis dermatitis pada waktu yang
bersamaan. Ada yang memberi nama berdasarkan etiologi, seperti:

- dermatitis kontak

2
- radiodermatitis
- dermatitis medikamentosa

Lalu menurut morfologinya:

- dermatitis madidans,
- dermatitis eiksfoliativa

Menurut bentuk:

- dermatitis numularis
- dermatitis anular

Lokalisasi

- dermatitis tangan/hand derrnatitis


- dermatitis intertriginosa

Dan ada pula yang berdasarkan stadium penyakit

- Dermatitis akut
- Dermatitis kronis

2.2 Dermatitis Nummular

2.2.1 Definisi 2

Dermatitis nummular atau discoid eczema adalah kelainan kulit inflamasi


berupa papul dan papulovesikel yang berkonfluensi membentuk plak berbentuk
koin dan berbatas tegas yang mudah pecah sehingga membasah, krusta dan skuama
yang dapat berulang. Sering di kaitkan dengan kulit kering dan kelainan pembatas
kulit.

2.2.2 Epidemiologi 2

Dermatitis nummular merupakan penyakit yang sering terjadi pada orang


dewasa, lebih sering terjadi pada laki-laki daripada wanita. Puncak insidensi pada
laki-laki dan wanita adalah sekitar usia 50-65 tahun. Dermatitis nummular jarang
terjadi pada bayi dan anak-anak. Kalaupun ditemukan, usia puncak onset pada

3
anak-anak adalah 5 tahun. Di poliklinik Kulit dan Kelamin FKUI/RSCM Divisi
Dermatologi Umum pada tahun 2012-2013, didapatkan prevalensi dermatitis
nummularis sebanyak 3,3% dan di DIvisi Dermatologi Pediatrik didapatkan
sebanyak 5,1%.

Insidensi alergi kontak pada dermatitis nummular bervariasi dari 30,1%


hingga 77,9% kasus. Pada penelitian sebelumnya, dengan populasi pasien yang luas,
insidennya adalah 32,5%, tanpa perbedaan signifikann antara subjek atopi dan non-
atopi.

2.2.3 Etiopatogenesis 2

Patogenesis dermatitis nummular belum diketahui secara pasti. Sebagian


besar pasien dengan dermatitis nummular tidak mempunyai riwayat keluarga atopi,
walau plak nummular dapat terlihat pada eksim atopi. Kondisi hidrasi kulit pada
pasien usia lanjut berkurang. Literatur melaporkan agen penyebab tersering adalah
nutrisi, infeksi, dan kondisi emosional, beserta alkoholisme, dan kulit kering,
terutama pada usia lanjut.

Kemungkinan penyebab lainnya adalah gigitan arthopoda, luka bakar, dan


varises vena. Dalam beberapa kasus dapat disebabkan oleh obat-obatan. Iritasi
kontan dan alergi adalah faktor penyebab tersering. Sebagai focus infeksi internal,
termasuk gigi, saluran pernapasan atas dan bawah, ditemukan pada 68% pasien di
salah satu penelitian.

Hubungan antara dermatitis nummular dan atopi sangat kontroversiala.


Beberapa penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antar dermatitis nummular
dan atopi, sebagian berdasarkan observasi dari level serum IgE yang rendah.
Dermatitis atopi juga dapat menimbulkan lesi nummular pada anak-anak dan orang
dewasa. Penelitian terakhir menunjukkan lesi nummular mewakili bebeapa varian
atipikal

Sebelas dari 13 pasien tanpa riwayat atopi membaik setelah infeksi


odontogenic diobati. Peran allergen lingkungan seperti tungau, dan Candida
albican juga telah disebutkan. Dermatitis nummular dilaporkan saat terapi

4
isotretinoin dan emas. Dermatitis nummular generalisata dapat dilihat pada pasien
dengan hepatitis c yang sedang dalam terapi kombinasi dengan interferon a-2b dan
ribavirin. Juga dilaporkan tambalan gigi yang mengandung merkuri sebagai
penyebab pada dua pasien.

Obat-obatan lain yang mempengaruhi respon imun juga dilaporkan


menyebabkan lesi pada dermatitis nummular, termasuk inhibitor dari faktornekrosis
tumor dan guselkumab. Sebuah review dari 1662 wanita Jepang ditemukan
dermatitis nummular pada 3% pasien yang menjalani rekonstruksi payudara,
diasumsikan karena cairan antiseptik atau plester.

Antara atopi dan non-atopi dermatitis nummular, ada beberapa perbedaan


yang signifikan. Dermatitis nummular tidak seperti dermatitis atopi, jarang
berkembang di tahun pertama kehidupan, biasanya muncul pada usia sekitar 5 tahun.

Dermatitis nummular mncul lebih sering pada bulan-bulan musim dingin,


saat kadar kelembaban udara ruangan lebih rendah. Individu dengan dermatitis
nummular dapat mempunyai dermatitis atopi.

Aliran darah yang kurang baik juga dapat memperparah gejala jika lesi
terdapat pada kaki. Dapat juga dikaitkan dengan obat-obatan tertentu, yang tercatat
adalah obat-obatan untuk mengobati jerawat yaitu isotretinoin dan interferon.

2.2.4 Gejala Klinis 2

Umumnya pasien mengeluhkan rasa gatal yang bervariasi dari ringan


hingga berat. Lesi akut berupa plak eritematosa berbentuk koin dengan batas tegas
yang terbentuk dari papulovesikel yang berkonfluens. Vesikel yang pecah dan
terjadi eksudasi berbentuk pinpoint. Eksudat yang mengering dan menjadi krusta
kekuningan, krusta tersebut dapat menutupi seluruh permukaan plak. Umumnya
plak berukuran 1-3cm. Dalam 1-2 minggu lesi memasuki fase kronik berupa plak
dengan skuama dan likenifikasi.

Kulit disekitar lesi, normal secara umum, tetapi dapat juga kering.
Penyembuhan dapat dimulai dari tengah sehingga menimbulkan bentuk anular.

5
Plak pada fase kronik bersifat kering, bersisik, dan likenifikasi. Jumlah lesi dapat
hanya satu atau multiple dan tersebar pada ekstremitas bilateral atau simetris.
Distribusi lesi secara klasik adalah pada aspek ekstensor ekstremitas. Kelainan juga
dapat ditemukan di badan.

Gambar 1. Plak dengan pinpoint erosi dan krusta pada dermatitis nummular

Secara natural juga dermatitis nummular dan atopi berbeda, yaitu kulit tidak
kering dan secara umum penyakit tidak berlanjut setelah pubertas. Lesi nummular
baik pada anak-anak atau dewasa lebih eksudatif, tidak seperti atopi kulit kering
dan bersisik.

Sel mast ditemukan berdekatan dengan serabt saraf pada lesi. Selain itu
ditenukan pula neuropeptide substance P (SP) dan calcitonin gen-related peptide
(CGRP) yang meningkat pada lesi. Sel mast dapat menyebabkan inflamsi
neurogenic melalui aktivasi oleh SP dan CGRP. Peningkatan SP/CGRP dalam
epidermis lesi dermatitis numularis dapat menstimulasi keratinosit untuk
melepasksn sitokin yang mempengaruhi berbagai sel sehingga inflamasi meningkat.

Pasien datang dalam hari hingga bulan, atau bahkan tahunan setelah
mengalami erupsi gatal yang biasanya mulai dari kaki. Dapat juga menimbulkan
rasa terbakar atau menyengat. Dermatitis nummular sering bertambah dan
berkurang saat musim dingin; cuaca dingin atau kering atau perubahan temperatur
dapat menjadi faktor eksaserbasi.

6
Gambar 2. Gambar kiri menunjukkan plak berbentuk koin dengan erosi pinpoint
dan ekskoriasi. Gambar kanan menunjukkan plak berbentuk koin dengan krusta
pada dermatitis nummular

Kondisi ini dapat membaik dengan paparan matahari atau kelembaban atau
penggunaan pelembab. Tetapi terkadang kondisi juga dapat memburuk dengan
panas dan kelembaban. Lesi pada dermatitis nummular berulang sering terjadi pada
lokasi yang sama dari lesi sebelumnya. Riwayat penyakit pasien dapat
menunjukkan hasil positif terhadap dermatitis, dermatitis atopi, atau kulit kering
dan sensitif.

Pasien dengan dermatitis nummular dapat juga datang dengan kondisi lesi
yang telah terinfeksi. Saat patch dari kulit yang terkena mulai melemah dan terasa
gatal, besar kemungkinan lokasi lesi menjadi terinfeksi oleh bakteri, terutama jika
tergaruk. Terkadang infeksi kulit dapat memicu pelebaran dermatitis nummular.

Jika permukaan lesi mempunyai krusta kuning atau sangat lemah,


kemungkinan kulitnya terinfeksi dan pada saat ini pasien sudah harus berobat ke
dokter untukmendapatkan pengobatan. Dan kondisi ini dapat menyebabkan lesi
bertambah luas jika terdapat infeksi yang tidak terobati, dimana pengobatan
terhadap infeksi itu sendiri dapat membantu menghilangkan dermatitisnya.

Plak bulat atau lonjong terbentuk dari bitnik merah yang kecil, meninggi,
dan bersisik pada dasar yang mreah dengan batas tegas. Ukurannya bervariasi dari

7
2 hingga 10 sentimeter pada diameter, dan individu mungkin dapat mempunyai satu
hingga 50 lesi.

Daerah yang terkena berwarna merah, dan mempunyai batas tegas. Diatas
plak berbentuk koin, bisa terdapat sisik kecil atau krusta kekuningan. Bisa terdapat
nanah, tanda bahwa ada infeksi bakteri. Lesi akan dengan sendirinya menjadi kering
dan menjadi bersisik, terkadang dengan bagian tengah yang jelas.

Daerah yang terkena akan terasa sangat gatal, terutama saat malam hari, dan
dapat terasa menyengat atau terbakar. Penggarukkan dan pneggosokkan secara
terus menerus akan menyebabkan terbentuknya proses likenifikasi, yang dimana
epidermis atau lapisan luar kulit, tumbuh berlebihan.

2.2.5 Diagnosis 2

Diagnosis dermatitis numularis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis


yang diperoleh dari anamnesis dan pemeriksaan fisik. Anamnesis dimulai dari
identitas seperti nama, jenis kelamin, dan usia, lalu riwayat alergi/atopi atau
riwayat keluarga atopi.

Umumnya dermatitis nummularis ditemukan pada individu yang berusia


50-65 tahun, jarang pada bayi atau anak-anak. Jika pun ada, puncak onset pada
anak-anak adalah usia 5 tahun. Keluhan yang dirasakan pasien adalah sangat
gatal pada lesi, terutama pada fase akut. Lesi dapat hanya satu atau bahkan
lebih. Pada sebagian besar pasien didapatkan insidensi atopi yang tinggi, tetapi
pada sebagian lainnya tidak.

Adanya riwayat kontak dengan bahan iritan seperti detergent, bahan wol,
suhu ekstrim dan penggunaan sabun yang berlebihan atau tungau daan Candida
albicans. Pencetus lain dapat berasal dari dalam seperti infeksi pada gigi,
infeksi pada saluran pernapasan baik atas maupun bawah, juga hidarsi kulit
yang kurang.

8
Gambar 3. Multipel plak eksim berukuran koin dengan batas tegas

Stres emosional juga dapat disebutkan pada pasien, adanya disfungsi liver,
konsumsi alkohol yang berlebihan, juga dapat memperberat penyakit.

b. Pemeriksaan Fisik
 Predileksi: ekstremitas atas termasuk punggung tangan (wanita) dan
ekstremitas bawah (pria)
 Kelainan kulit dapat bersifat akut, subakut, atau kronik.
 Lesi karakteristik berupa plak berukuran 1-3 cm berbentuk koin yang
terbentuk dari konfluensi papul dan papulovesikel.

Gambar 4. Salah satu lesi nummular yang dilihat secara lebih dekat

9
 Pada bentuk akut terdapat vesikel, erosi dan eksudasi membentuk lesi
yang basah (oozing), serta krusta pada dasar eritema. Pada fase kronis,
berupa plak kering, berskuama, dan likenifikasi.
 Dapat timbul komplikasi berupa infeksi bakteri sekunder.
 Lesi menyembuh dimulai dari bagian tengah membentuk gambaran
anular.
 Kelainan kulit dapat meluas ke badan, wajah dan leher atau menjadi
generalisata.

2.2.6 Diagnosis Banding 2, 3,4

Diagnosis banding pada dermatitis numularis ada banyak. Mulai dari yang
sangat mungkin atau sering hingga ke yang paling jarang.

1. Dermatitis kontak alergi

Gambar 5. plak bersisik eritem dengan beberapa fisura di tangan

Dermatitis kontak alergi (DKA) adalah reaksi hipersensitivitas yang


dipicu oleh kulit yang berkontak dengan allergen lingkungan. Dijadikan
diagnosis banding dermatitis nummular karena bentuk lesinya yang
bervariasi di setiap individu dan bentuk allergen yang menyebabkan
dermatitis kontak alergi.

2. Dermatitis atopi

Dermatitis atopi mempunyai prevalensi 15-20% pada masa awal anak-


anak di negara industri. Sering dikaitkan dengan riwayat atopi pasien atau

10
keluarga, terdapat likenifikasi di daerah lipatan pada anak-anak yang lebih
tua, reaktivitas igE, kecenderungan kronik atau dermatitis yang kambuh
secara kronik.

Gambar 6 . Terdapat likennifikasi dan ekskoriasi pada bagian dorsal tangan anak
dengan dermatitis atopi.

3. Tinea corporis
Terdapat peninggian pada bagian perifer dari plak, dan plak
biasanya tidak berbentuk oval dan terdistribusi sepanjang garis belahan
dada, dan menunjukkan hasil yang positif pada pemeriksaan KOH.
4. Psoriasis

Gambar 7 . Gambar lesi plak kronik pada psoriasis

Psoriasis adalah penyakit inflamasi kulit kronik, dengan dasar


genetik yang kuat, dikaitkan dengan aktivitas sel T, dikarakteristikkan
dengan aterasi kompleks pada pertumbuhan epidermis dan diferensiasi,

11
imuologi, dan kelainan vaskular. dan imunosupresan spesifik sel T
ditemukan sangat aktif dalam melawan psoriasis.

Cara membedakan dari ringworm, yang merupakan kelompok infeksi jamur,


dermatitis nummular ini bermula sebagai lesi yang kecil, berwarna merah, yang
berubah menjadi ruam. Ringworm adalah patch melingkar yang tumbuh dan
menjadi lebih terang pada bagian tengah.

Beberapa ring dapat terbentuk pada seluruh tubuh, dan ruam keduanya
menimbulkan rasa gatal, tetapi dermatitis nummular dapat menyebabkan rasa
terbakar.

2.2.7 Pemeriksaan Penunjang 2

Untuk menegakkan diagnosis dermatitis nummularis sebenarnya dapat


dilakukan dari hasil anamnesis dan temuan klinis sehingga tidak perlu dilakukan
pemeriksaan penujang khusus, dan bila diperlukan seperti pada gambaran lesi yang
mirip dengan diagnosis bandingya, dapat dilakukan sesuai dengan diagnosis
bandingnya.

1. Tes laboratorium
Pemeriksaan patch dapat sangat bermanfaat dalam kasus kronik
untuk mengeliminasi dermatitis kontak superimpose. Dalam penelitian
di India, hanya kurang dari 50 pasien yang dilakukan pemeriksaan ini
positif terhadap colophony, nitrofurazone, neomycin sulfat, dan nickel
sulfat. Level serum IgE normal.
Identifikasi alergen metal dengan pemeriksaan patch dibutuhkan
pada pasien dermatitis nummular yang tidak menunjukkan respon
terhadap terapi.
2. Tes lain
Perubahan hisopatologi mencerminkan tingkatan pada fase lesi saat
biopsi dilakukan. Pada fase akut terdapat spongiosis, vesikel
intraepidermal,serta sebukan sel radang limfosit dan makrofag. Pada
plak subakut ada parakeratosis, krusta bersisik, hyperplasia epidermis,

12
dan spongiosis epidermis selain itu ada campuran sel infiltrat di lapisan
dermis. Pada lesi kronik didapatkan hyperkeratosis dan akantosis.
Gambaran ini menyerupai liken simpleks kronik.

Gambar 8. Histopatologi dermatitis nummular. Parakeratosis mengandung plasma


dan neutrophil dan hyperplasia epidermis psoriasiform dengan spongiosis.
Dengan infiltrate perivascular dermis supereficial dari limfosit, makrofag, dan
eosinofil.

2.2.8 Penatalaksanaan 2,8


Penyebab atau faktor yang memicu timbulnya dermatitis numularis sedapat
mungkin diidentifikasi. Pasien disarankan untuk menghindari suhu ekstrim,
penggunaan sabun berlebihan, dan penggunaan bahan wol atau bahan lain yang
dapat menyebabkan iritasi.
Bila kulit kering, sebaiknya diberi pelembab atau emolien. Terapi
kortikosteroid topikal potensi menengah hingga kuat dengan vehikulum salap lebih
efektif dan terkadang perlu dilakukan oklusi. Selain itu dapat pula diberikan
diberikan preparat ter (liquor carbonis detergens 5-10%) atau calcineurin inhibitor,
misalnya tacrolimus atau pimekrolimus.
Bila lesi masih eksudatif, sebaiknya dikompres dahulu, misalnnya dengan
solusio permanganas kalikus. Jika ditemukan infeksi bakteri, dapat diberikan
antibiotik. Kortikosteroid sistemik hanya diberikan pada kasus yang berat dan
refrakter terhadap pengobatan. Terpai ini hanya diberikan dalam jangka waktu yang
pendek.

13
Untuk gejala gatal dapat diobati dengan menggunakan antihistamin oral.
Untuk lesi yang luas, dapat juga diterapi dengan menggunakan penyinaran broad
atau narrow band ultraviolet B.
Steroid poten menegah diaplikasikan 2-4 kali sehari pada daerah lesi. Lebih
efektif menggunakan vehikulum ointment daripada krim dan aplikasikan di kulit
untuk melembabkan kulit. Setelah lesi membaik, steroid potensi rendah atau
pelembab harus diberikan untuk mencegah atrofi kulit.
Jika pasien terdapat infeksi terbuka, gunakan ointment kombinasi antibiotik
topikal dan steroid dua kali sehari biasanya sangat efektif. Ini dapat menurunkan
reaksi inflamasidan kolonisasi dari stafilokokus.
Menggunakan antihistamin sedatif pada malam hari dapat membantu ketika
tidur. Lesi yang meluas atau generalisata dapat diobati dengan kasa lembab diatas
lesi yang telah diberi ointment steroid. Antibiotik oral seperti dicloxacilin,
cephalexin, atau eritromisin, sebaiknya digunakakn jika ada infeksi sekunder.
Secara singkat pengobatan pada dermatitis numularis berdasarkan evidence
base untuk tatalaksana dermatitis numularis sebagian besar berdasarkan penelitian-
penelitian dermatitis atopic adalah sebagai berikut:

Non Medikamentosa
Hindari kemungkinan faktor pencetus dan memakai lotion pelembab bila
kulit kering.

Medikamentosa
Prinsip terapi medikamentosa pada dermatitis nummular bersifat kausatif dan atau
simptomatis sesuai dengan manifestasi klinis yang ditemukan.

Terdapat beberapa obat yang dapat dipilih sesuai dengan indikasi.


1. Topikal
a. Kompres pada lesi akut
b. Antiinflamasi dan/atau antimitotik:
 Pilihan utama: kortikosteroid topikal potensi sedang
hingga kuat

14
 Pilihan lainnya inhibitor kalsineurin seperti takrolimus
dan pimekrolimus atau preparat tar

2. Sistemik
a. Antihistamin oral
b. Pada kasus dermatitis numularis berat dan refrakter dapat
diberikan:
 Kortikosteroid sistemik
 Pada anak dapat diberikan metotreksat dengan dosis 5-
10 mg perminggu.
 Pada kasus dermatitis numularis dengan lesi generalisata
dapat ditambahkan fototerapi broad/narrow band UVB.
Macam obat yang dipakai dalam tatalaksana dermatitis numularis:
1. Kortikosteroid
Kortikosteroid mempunyai efek anti-inflamasi dan efek metabolik
yang bervariasi. Berikut adalah beberapa obat kortikosteroid yang dapat
digunakan:
- Triamcinolon topical kirm atau ointment
Sebagai anti-inflamasi dermatosis yang berespons positif
terhada steroid.
- Prednison
Digunakan untuk lesi yang generalisata, dapat menurunkan
inflamasi dengan membalikkan peningkatan permeabilitas kapiler
dan menekan aktivitas leukosit.
- Clobetasol propionate
Steroid topical yang sangat poten, menekan mitosis dan
meningkatkan sintesis protein yang menurunkan inflamasi dan
menyebabkan vasokonstriksi dengan menstabilkan membrane
lisosom, menghambat leukosit dan degranulasi sel mast.
Terkadang kortikosteroid oral diperlukan, tapi tidak
disarankan untuk penggunaan jangka panjang. Dosis awal yang

15
dapat diterima adalah prednisone 40mg setiap 2 kali sehari.
Alternatif kortikosteroid untuk penyakit yang berat termasuk
siklosporin dan metotreksat.

2. Imun modulator
Imun modulator juga berguna untuk mengurangi reaksi inflamasi.
Beberapa obat yang digunakan dalam kasus dermatitis numularis adalah:
- Krim pimecrolimus 1%,
Krim nonsteroid pertama yang diterima di Amerika untuk
dermatitis atopi ringan hingga sedang. Berasal dari askomisin,
substansi natural yang diproduksi dari jamur Streptomyces
hygroscopius var ascomyceticus. Secara selektif menghambat
produksi dan pelepasan sitokin inflamatori dari sel T yang
teraktivasi dengan berikatan dengan sitoslik imunofilin reseptor
makrofilin-12. Penggunaan obat ini diindikasikan jika setelah
beberapa pilihan pengobatan gagal.
- Tacrolimus 0,03% atau 0,1% ointment,
Mekanismenya terhadap dermatitis atopi tidak diketahui.
Tetapi dapat mengurangi gatal dan inflamasi dengan menekan
pelepasan sitokin dari sel T. Obat dari kelas ini lebih mahal daripada
kortikosteroid topikal. Dan diindikasikan hanya jika pengobatan
lainnya gagal.

3. Antihistamin
Antihistamin digunakan untuk membantu tidur. Penggunaan harus
diperhatikan, karena walau kelas yang secara tradisional tidak
mensedasi, dapat mengakibatkan somnolen. Hydrosxizine anatagonis
H1 reseptor ada di perifer. Dapat menekan aktivitas histamin di region
subkortikal pada CNS.
Hydrosxizine antagonis adalah obat tipe piperazin yang mempunyai
lebih sedikit efek sedasi dibandingkan diphenhydramine dan efektif.
Biasanya baik di toleransi pada sebagian besar individu.

16
4. Antibiotik
Antibiotik digunakan pada lesi dengan eksudat yang berat denagn
infeksi. Terapi antimikroba empiris seharusnya dapat menutupi
S.aureus dan pathogen lain yang mungkin dalam konteks klinis. Obat-
obat antibiotik yang dapat digunakan pada kasus dermatitis numularis
adalah:
- Sulfametoxazole dan trimethoprim
Agen kombinasi yang menghambat pertumbuhan bakteri
dengan menghambat sintesis asam dihidrofolik.
- Dicloxacillin
Berikatan dengan satu atau lebih protein yang berikatan
dengan pennisilin, yang mana, sebaliknya menghambat sintesis
dinding sel bakteri. Digunakan untuk mengobati infeksi karena
penisilin yang memproduksi stafilokokus. Dapat digunakan untuk
menginisiasi terapi jika curiga infeksi stafilokokus.
- Eritromisin
Menghambat pertumbuhan bakteri, dengan menghambat
disosiasi dari peptidyl t-RNA dari ribosom, menyebabkan sintesis
protein RNA bebas untuk menangkap. Digunakan pada pengobatan
infeksi stafilokokus dan streptokokus.
Usia, berat badan, dan keparahan infeksi menentukan dosis
obat yang tepat. Saat dosis yang diinginkan dua kali sehari, setengah
dari dosis total sehari dapat diminum setiap 12 jam. Untuk kasus
infeksi yang lebih berat, dosisnya dikalikan dua.
- Cephalexin
Obat ini merupakan kelompok obat dari sefalosporin
generasi 1 yang menangkap pertumbuhan bakteri dengan
menghambat sintesis dinding sel bakteri. Mempunyai aktiviitas
bakterisidal yang melawan pertumbuhan organisme secara cepat.

17
Aktivitas primernya adalah menyerang flora kulit. Digunakan untuk
infeksi kulit atauprofilaksis pada prosedur minor.

Selain pengobatan pada dermatitis nummular yang diberikan oleh dokter,


ada beberapa hal yang dapat dilakukan pasien dirumah untuk membuat kulit
menjadi lebih nyaman.

1. Emolien
Individu dengan dermatitis nummular seringkali mempunyai kulit yang
kering yang harus ditangani untuk memperbaiki dermatitis yang ada dan
membantu mencegah penrluasan lesi. Berbagai emolien juga dikenal
sebagai pelembab, dan dapat mengatasi kulit kering. Banyak produk dapat
dibeli di toko swalayan atau apotek, dan beberapa dapat diesepkan oleh
dokter. Sangat baik untuk mengetahui yang mana yang lebih cocok pada
kulit diri sendiri.
Emolien dapat digunakan sebagai pelembab ataupun pembersih. Jika
daerah dari kulit melemah atau lembab, krim emolien lebih cocok. Emolien
yang mengandung antimikroba dpat juga dipertimbangkan.
Emolien sangat aman dan dapat dipakai berkali-kali sesuai kebutuhan-
setiap jam sekali jika perlu-untuk mencegah kulit menjadi terasa kering dan
pecah-pecah. Sangat mungkin jika menjadi sensitive terhadap bahan
tertentu yang ada pada krim atau cairan pelembab.

2. Mandi
Mandi dapat membuat dermatitis nummular lebih nyaman dengan
menghilangkan krusta dan mengurangi gatal, tapi air panas dapat membuat
kondisi menjadi lebih parah, jadi mandi harus dengan air hangat kuku.
Menambahkan minyak mandi emolien saat mandi dapat ditambahkan ke
dalam air atau menggunakan sabun emolien untuk mengganti sabun mandi
yang ada. Disarankan untuk menggunakan emolien setelah mandi saat
kondisi kulit masih lembab.

18
3. Hindari garukan atau menggosok kulit
Hindari garukan atau menggosok kulit yang terdapat lesi untuk
menghindari bekas luka permanen dan infeksi

4. Menjaga kelembaban kulit


Melembabkan kulit dua kali sehari dan setelah mandi, saat kulit
masih lembab, gunakan pelembab medis untuk mengunci air dalam kulit.
5. Menjaga kebersihan
Menjaga kebersihana tangan, menjaga tangan tetap bersih dan kuku
bersih dan pendek untuk mencegah infeksi.
6. Preparat tar
Menggunakan preparat tar untuk mengurangi inflamasi yang lama,
menebal, dan plak bersisik.
7. Lingkungan
Usahakan berada pada lingkungan yang lembab, sejuk, dan hindari
lingkungan panas dan kering yang dapat meperparah gejala.
8. Steroid topikal
Mengaplikasikan steroid topikal langsung ke kulit untuk mengurangi
inflamasi.
9. Perban lembab
Gunakan perban yang basah atau lembab untuk meringankan patch yang
inflamasi. Dapat dengan steroid yang diencerkan atau ditambahkan emolien
pada perbannya.
Paparan sinar matahari yang terbatas dan terkontrol mungkin
dapatmembantu, tetapi panasnya dapat membuat rasa gatal bretambah parah. Terapi
sinar ultraviolet A buatan atau UVA atauultraviolet B atau UVB dapat digunakan,
tetapi penggunaan ini harus sangat dikontrol dikarenakan dapat terjadi risiko kanker
kulit atau penuaan kulit yang prematur. Dikarenakan sinar ultraviolet menjadi salah
satu penyebab penuaan kulit secara dini dan kanker kulit.

19
Penanganan yang tambahin yang dilakukan dirumah atau diluar rumah sakit
atau penanganan alternatif untuk pasien dengan dermatitis atopi dan dermatitis
nummular termasuk aromaterapi, pijat, homeopati, dan beberapa pengobatan herbal.
Sebelum menggunakan pengobatan alternative, pasien harus memeriksakan
diri ke petugas medis untuk memastikan bahwa pengobatan alternatif yang akan
dilakukannya telah didukung secara penelitian dan datang dari sumber yang
terpercaya. Pasien juga harus memberitahukan kepada dokter tentang semua
pengobatan alternative yang mereka lakukan agar dapat dikontrol perkembangan
kondisi pasien dengan baik.

2.2.9 Komplikasi 2,3


Komplikasi yang terjadi pada dermatitis nummular biasanya adalah infeksi.
Klomplikasi ini disebabkan oleh berbagai faktor. Dapat disebabkan karena
penggarukkan pada lesi atau menggosok-gosok lesi karena rasa gatalnya, bisa juga
karena terdapat luka yang kemudian terkontaminasi.
Komplikasi pada dermatitis nummular bisa terjadi infeksi sekunder. Karena
rasa yang sangat gatal yang dirasakan oleh pasien, secara sadar atau tidak sering
terjadi garukan di lokasi lesi, sehingga dapat menimbulkan erosi yang kemudian
menjadi lokasi infeksi.
Infeksi sekunder dapat menghasilkan penyebaran lesi. Lesi sering
menunjukkan hasil bakteri stafilokokus pada kultur. Lesi yang telah mengalami
infeksi sekunder akan mengakibatkan penyembuhan menjadi semakin lama dan
semakin susah, oleh karenanya sebaiknya kunjungi dokter segera setelah menyadari
adanya perubahan pada kulit dan terasa mengganggu.

2.2.10 Pencegahan 7
Terapat beberapa cara yang dapat digunakann dalam mengurangi
kemmungkian kembalinya dermatitis nummular:
1. Hidrasi kulit dengan menggunakan pelembab dan menambahkan
minyak saat mandi
2. Tepuk-tepuk kulit secara lembut menggunakan handuk setelah mandi
dan tidak menggosok-gosoknya.

20
3. Menggunakan pakaian yang longgar agar tidak memicu iritasi pada kulit,
dan pilih bahan yang alami dibandingkan bahan buatan.
4. Coba menggunakan alat pelembab udara saat di rumah untuk membantu
menghidrasi kulit.
5. Hindari berbagai macam bentuk iritan termasuk detergen. Gunakan
sabun cuci pakaian yang tidak mengiritasi terhadap kulit dan bilas dua
kali untuk menghilangkan bahan kimia berbahaya yang dapat masih
tersisa pada cucian
6. Ikuti instruksi dan rekomendasi dari dokter secara hati-hati
Ikuti instruksi dari dokter untuk mendapatkan hasil pengobatan yang
maksimal.
7. Hindarkan mandi dengan air panas
Ini dapat membuat kulit menjadi bertambah kering yang aka
membuat gejala menjadi lebih parah.
8. Hindari menggaruk atau menggosok kulit
Dengan menjaga kelembaban kulit, kebersihan kulit dan kebersihan tangan,
diharapkan dapat mengurangi angka keekambuhan dermatitis numularis.

2.2.11 Contoh Kasus 8


Satu kasus mnegenai wanita 23 tahun yang telah menjalani mammoplasti.
Tidak ada komplikasi langsung pasca operasi pada 2 bulang pertama sampai pasien
datang kembali dengan gambaran plak multipel disekitar kedua area areola,
disekitar peri-areola yang merupakan tempat bekas insisi operasi.

Menurut riwayat operasi pasien dan gejala yang dialami, pasien kemudian
mendapatkan krim hidrokortison 1% yang dipakai 3 kali sehari dan antihistamin
untuk rasa gatalnya.

Setelah pengobatan kondisi klinis pasien bertambah buruk. Lesinya


membasah oleh serum. Kemudian pasien diberikan dexametason intravena dan
keadaan pasien membaik, tetapi menjadi kembali buruk setelah pengobatan
diberhentikan.

21
Dikarenakan pengobatan secara konservatif tidak membuahkan hasil yang
memuaskan, kemudian diputuskan untuk operasi kembali untuk mengeluarkan
implan dan kemudian jaringan dikirim ke laboratorium patologi.

Setelah implant dikeluarkan, luka ditutup dengan kasa lembab hingga lesi
membaik kemudian diberi krim hidrokortison 1% selama satu minggu ruam
membaik dan pasien tidak memerlukan terapi lebih lanjut.

Adanya dermatitis nummular pada pasien post operasi mammoplasti sudah


diketahui, tetapi pasien ini menunjukkan gejala yang lebih cepat yaitu 2 bulan
setelah operasi, dimana mayoritas kasus timbul saat setelah 6 bulan operasi dan
tidak berespon dengan obat, yang mana pada kasu-kasus lainnya keluhan akan
menghilang dalam waktu sekitar 1 minggu, maka dari itu diputuskan untuk
dilakukan pengeluran implant dan dikirim ke laboratorium patologi anatomi.

Gambar 9 . Gambar kiri menunjukkan lesi nummular yang muncul sekitar 1


minggu setelah 2 bulan menjalani operasi mammoplasi. Gambar kanan
menunjukkan lesi bertambah parah setelah pengobatan konservatif

Dalam kasus ini disimpulkan bahwa kemungkinan implant tersebut


merupakan faktor yang menyebabkan terjadinya dermatitis nummular. Karena
keluhan menghilang saat implant tersebut telah dikeluarkan dari tubuh pasien.

22
2.2.12 Edukasi 3
Edukasi yang dapat diberikan kepada pasien dan keluarga adalah
menghindari kemungkinan faktor pencetus yang menyebabkan dermatitis
numularis, serta tidak menggaruk dan menjaga hidrasi kulit dengan minum air
mineral yang cukup dan pemberian pelembab jika perlu.
Gunakan sabun yang lembut dan pengaplikasian pelembab yang banyak
terutama saat kulit masih lembab setelah mandi, sangat penting. Setelah lesi
berkembang, gunakan steroid topical atau calcineurin inhibitor membantu untuk
rasa gatalnya dan resolusi yang cepat.
Menjaga kebersihan tangan, badan, lingkungan, dan juga kuku, serta
memotongnyaa pendek, agar tidakmenjadi tempat berkumpulnya kuman.

2.2.13 Prognosis2
Quo ad vitam : ad bonam
Karena kadaan ini tidak mengancam nyawa..
Quo ad functionam : ad bonam
Karena tidak membuat fungsi kulit sebagai pelindung organ-organ yang ada
dibawahnya menjadi tidak berfungsi.
Quo ad sanactionam : dubia ad bonam
Karena selama pasien masih terpapar oleh faktor-faktor yang dicurigai
menjadi pencetus dan penyebab dermatitis nummular pada pasien tersebut,
dermatitis nummular akan dapat kambuh kembali.

Kelainan ini biasanya menetap selama berbulan-bulan dan bersifat kronik,


serta dapat timbul kembali baik pada tempat yang sama atau disekitarnya.
Perjalanan klinis umumnya berlangsung kronis. Penyakit ini sering mengalami
rekurensi dan umumnya timbul pada lokasi yang sama atau dekat dengan lokasi
sebelumnya.
Prognosis akan lebih baik jika dermatitis nummular ditangani lebih cepat
dan dengan tepat bahkan sebelum terdapat infeksi. Dan jika dengan baik
menghinadri faktor-fakto yang dapat memicu timbulnya kekambuhan.

23
Dari suatu penelitian, sejumlah penderita yang diikuti berbagai interval
sampai dau tahun, didapati bahwa 22% sembuh, 25% pernah sembuh untuk
beberapa minggu sampai tahun lalu muncul kembali, 53% tidak pernah bebas dari
lesi kecuali masih dalam pengobatan.

24
BAB III
KESIMPULAN

Dermatitis nummular umum terjadi pada laki-laki maupun wanita. Tidak


selalu di kaitkan dengan riwayat atopi, cuaca dingin yang dapat menyebabkan
penurunan hidrasi kulit mempunyai peran penting dalam terjadinya dermatitis
kronis ini. gangguan pada epidermis sekunder terhadap kulit kering berperan
sebagai penyebab eksaserbasi. Mempertahankan hidrasi kulit yang cukup dapat
membantu mengurangi gejala dan eksaserbasi dari dermatitis nummular.
Pemeriksaan faktor hipersensitivitas dengan menggunakan pemeriksaan
patch telah menjadi sebuah dorongan dalam rangka mengobati dermatitis
nummular persisten dan berulang.

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Sularsito SA, Soebaryo RW. Ilmu penyakit kulit dan Kelamin.


2016.h.156
2. Rahmayunita G, Sularsito SA. Ilmu penyakit kulit dan Kelamin..
2016.h.185-187
3. Burgin S. Nummular eczema, lichen simplex chronicus, and prurigo
nodularis. Dalam: Fitzpatrick’s Dematology in General Medicine.
Wolff K, Goldsmith LA, Kazt SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ,
editor. Edisi ke-8. New York : Mc Graw-Hill, 2012.h.182-184
4. Gudjonsson JE, Elder JT.Psoriasis. Dalam: Fitzpatrick’s Dematology in
General Medicine. Wolff K, Goldsmith LA, Kazt SI, Gilchrest BA,
Paller AS, Leffell DJ, editor. Edisi ke-8. New York : Mc Graw-Hill,
2012.h.197&210
5. Leung DYM, Eichenfield LF, Boguniewicz M. Atopic dermatitis.
Dalam: Fitzpatrick’s Dematology in General Medicine. Wolff K,
Goldsmith LA, Kazt SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, editor.
Edisi ke-8. New York : Mc Graw-Hill, 2012.h.165&170
6. Brazier Y. What is discoid eczema? MedicalNewToday.2018
7. Indrastuti N, Hakimi M, Soesatyo MHNE, Soebono H. The role of
nickel contact allergy in nummular dermatitis in Indonesia.
2019;51(1):54–62.
8. Panduan praktik klinis perhimpunan dokter spesialis kulit dan kelamin
Indonesia. 2017.h.7-10
9. Miller JL. Nummular dermatitis. Medscape. 2019.
10. Bonamonte D, Filoni A, Gullo G, Vestita M. Nummular Contact
Eczema : Presentation of a Pediatric Case. 2019;23–6.
11. Rattan R, Chauhan M,Sharma A, Sharma A, Tegta GR. Clinical profile
of nummular eczema in a Hilly population and associated xerosis.
International Journal of Health Science & Reasearch. 2017:7(3): 107-
110

26
12. Bonamonte D, Filoni A, Gullo G, Vestita M. Nummular contact eczema:
presentation of a pediatric case. The open dermatology journal.
2019(13): 23-26

27

Anda mungkin juga menyukai