Anda di halaman 1dari 54

Konsensus Vaksin HPV

Dr.KURNIA F. JAMIL, M. Kes., SpPD-KPTI., FINASIM

DIVISI PENYAKIT TROPIK & INFEKSI


BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM FK UNSYIAH
RSU.Dr. ZAINOEL ABIDIN
BANDA ACEH
LATAR BELAKANG KONSENSUS

 Sifat dan perjalanan infeksi HPV


 Epidemiologi infeksi HPV dan
Karsinoma serviks
 Keadaan imunokompromais
 Penemuan vaksin
Transmisi HPV
Tipe HPV pada lesi genital
Infeksi tipe tertentu  persistensi 
lesi prakanker atau Ca serviks.
Infeksi oleh tipe lain  subklinis atau
asimtomatik  reaktivasi.
Figure 1. Natural History of High-risk HPV Infection and Potential Progression to
Cervical Cancer
LATAR BELAKANG KONSENSUS

 Sifat dan perjalanan infeksi HPV


 Epidemiologi infeksi HPV dan
Karsinoma serviks
 Keadaan imunokompromais
 Penemuan vaksin
Figure 2. Hierarchy of Clinically-apparent & Subclinical Human Papillomavirus
Infections: U.S. Adults 15-49 Years of Age (2004)
*Source: U.S. Census Estimates of population as of July 1, 2004 Adapted from Koutsky Am J Med
1997; 102:3.
Epidemiologi
 Kelompok risiko tinggi: dewasa muda aktif seksual
 Di seluruh dunia 30 juta kasus baru / tahun
 Studi di AS:
 20 juta orang AS terinfeksi HPV  50%
berusia 15-24 tahun
 6,2 juta kasus baru setiap tahun pada pria
& wanita 15 – 44 thn
 Studi di Eropa: prevalensi KA 0,6 – 3%
 Prevalensi inf.HPV  ~ kead.imunosupresi  (HIV,
transplantasi organ)
 Data KA di RSCM 2004 – 2006:  (8,1%; 8,8%; 11,5%)
Data kunjungan baru pasien kondilomata akuminata di
poliklinik IMS Departemen IKKK RSCM tahun 2004 – 2006
Data Prevalensi Kondiloma
Akuminata (KA) di Indonesia

Perbandingan Jumlah Penderita


Baru pada beberapa RS
Pendidikan di Indonesia
Prevalensi Kondiloma Akuminata (KA) pada beberapa RS Pendidikan di Indonesia 2004 - 2007

180

160

140

2004
120
2005
2006

100 2007
Jumlah

80

60

40

20

0
RSUP H RSU Prof.dr. RSU Dr. M RS Dr. RSUP RSUP RS dr. RSUP Dr. RS Dr. Moh. RSCM RSUP Dr. RSUD dr.
Adam Malik Kandou, Djamil Sutomo Wahidin, Sanglah, Moewardi, Sardjito, Hoesin Jakarta Kariadi, Soebandi
Medan Manado Padang Surabaya RST Bali Surakarta Yogya Palembang Semarang Jember
Pelamonia,
RSA Jaury
Yusuf

Nama Rumah Sakit


Prevalensi Kondiloma Akuminata pada beberapa
RS Pendidikan di Indonesia Berdasarkan Gender
2005 - 2006
300

250

200
Jumlah

2005
150
2006
100

50

0
Perempuan Laki - Laki
Gender
Kaitan infeksi HPV dan KS

Infeksi HPV  + 500 ribu kasus baru KS


KS  peringkat 2 (♀)
 Jumlah mortalitas 200.000 jiwa (2000)
 Indonesia: frekuensi 27.89% (Data PA,
1998)
 80% kasus di negara berkembang
Harapan vaksin profilaksis/terapeutik HPV
Banyaknya Kasus dan Kematian dari
Kanker Serviks per Negara

Prediksi Kasus dan Kematian Kanker


Serviks di tahun 2002
14,670
5796 59,929 61,132
United States/ 29,814 31,314
Canada Europe Eastern Asia
157,759
86,708
17,165 Southcentral 42,538
8124 78,896 Asia 22,594
Central America Southeast
61,670
Asia
Africa
48,328 1,063
21,402 330
South America Australia/
New Zealand

1. Ferlay J, Bray F, Pisani P, Parkin DM. Lyon, France: IARC Press; 2004.
Kanker Serviks di Indonesia

Merupakan kanker pembunuh perempuan


nomor 1 di Indonesia
LATAR BELAKANG KONSENSUS

 Sifat dan perjalanan infeksi HPV


 Epidemiologi infeksi HPV dan
Karsinoma serviks
 Keadaan imunokompromais
 Penemuan vaksin
Kondilomata akuminata
pada SIDA

DIVISI IMS
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT DAN
KELAMIN FKUI - RSCM
September 2003
Ny.S 17 th.SIDA
gravid 4 bln,
IVDU
Maret 07 (RSCM)
Pria 25 thn, IVDU dan
ganti2 pasangan
CD4 : 64
Terapi :
• podofilin tingtur (Jkt,
Mnd)
• eksisi: peri anal (Juni )
November 07
datang kembali
dengan ukuran
yang lebih besar
Tn.J.29 thn.SIDA.IVDU
7 November 2007
Sebelum
terapi

terapi podofilin 25%


10/12/07 Pasca Th/ Podophilin
Tn.M,28 Th,SIDA
(26/11/07)
6/12/07 Pasca th/ Podophilin
Tn A, 28 th,SIDA (13/12/07)
14/12/07
Tn R, 23 th,
SIDA
Kondilomata akuminata
pada non SIDA
Kondilomata
akuminata pada
Imunokompromais
(pasien leukemia)
September 2007
Tn M, 32 thn, klinis KSS penis,
PAKA (26/11/07)
3/12/07 Tn. D, 27 th

DD/
- Bowenoid
papulosis
- KA

Hasil PA :
Sesuai dengan KA
Ny W, 24 thn, 10 Desember 07

10/12/07 14/12/07
Sesudah Th/ podofilin
LATAR BELAKANG KONSENSUS

 Sifat dan perjalanan infeksi HPV


 Epidemiologi infeksi HPV dan
Karsinoma serviks
 Keadaan imunokompromais
 Penemuan vaksin
Pencegahan
 Edukasi
 Kondom
 Vaksinasi
VAKSIN
Menurut WHO 99% ada hubungan
yang erat antara Kanker serviks dan
HPV (Human Papilloma Virus)
Pengembangan vaksin terbukti efektif
terhadap infeksi HPV, yang akan
memberikan harapan besar
Vaksin HPV diharapkan mampu
menurunkan insidens keganasan
anogenital
Vaksin profilaksis

Tujuan: mencegah infeksi HPV


pada individu risiko tinggi
Luisa dkk. (2005)
 Vaksin HPV kuadrivalen (6,11,16,18)
vs plasebo
 HPV 16,18  tersering KS (70-80%)
 HPV 6,11  tersering KA (90%)
 Hasil: infeksi persisten pada kelompok
vaksinasi 
Waktu vaksinasi
 Waktu yang tepat masih diperdebatkan
 Masa transmisi HPV masih dipertanyakan
 Papilomatosis laringeal juvenilis dari jalan lahir 
insidens sangat jarang
 Prevalensi DNA HPV dan antibodi yang tinggi pada
anak  kontroversial
 Penelitian melibatkan mahasiswi akademi
 DNA HPV dan antibodi terhadap HPV sangat jarang
ditemukan pada ♀ tanpa pernah kontak seksual
 Vaksinasi HPV  sebelum pengalaman
seksual, namun bukan pada masa anak
Implikasi sosioekonomi vaksinasi

Sanders dan Taira (2003)


 Penelitian cost-effectiveness
 Hasil: vaksinasi yang dilakukan pada ♀
remaja yang berisiko, ternyata relatif
lebih cost effective
 Pada penelitian ini  vaksinasi pada
semua anak usia 12 tahun,diperkirakan
mengurangi >1300 kasus kematian
akibat KS
 Vaksin HPV   aktivitas seksual yang
berisiko
 ♀ yang divaksinasi merasa terhindar
terhadap KS  tidak perlu melakukan
pemeriksaan rutin
 Karena vaksin tidak ditujukan untuk
semua tipe HPV  tetap berisiko
menderita KS oleh tipe HPV lain
PERTEMUAN KSPMSI – HPV DALAM
BIDANG DERMATOVENEREOLOGI,
16-17 Desember 2007
 Epidemiologi infeksi HPV pada beberapa
pusat pendidikan di Indonesia
 Infeksi HPV pada imunokompromais
 Vaksin HPV - Gardasil
 Virologi HPV
 Immunologi HPV, imunisasi dewasa dan
kepedulian terhadap infeksi HPV
 Histopatologi infeksi HPV
 Infeksi HPV di bidang Obgyn
 Peranan YKI dan penanggulangan
Karsinoma serviks.
Konsensus pada pertemuan KSIMSI (PERDOSKI)
pada tanggal 15-16 Desember 2007 di Jakarta,
merekomendasikan:

Penggunaan vaksin HPV kuadrivalen: untuk


mencegah infeksi HPV dan menurunkan
kejadian kutil kelamin dan kanker kelamin.

Dengan ketentuan sebagai berikut:


Vaksinasi dengan tiga dosis vaksin HPV
kuadrivalen dapat mulai diberikan sebagai
adult vaccination bagi anak perempuan dan
laki-laki berusia 12 tahun.
 Tahap awal dianjurkan prioritas
sasaran vaksinasi pada kelompok atau
populasi perilaku risiko tinggi

Tentang prosedur, situasi khusus,


kontraindikasi, peringatan dan
penjelasan lainnya terdapat pada
lampiran.
LAMPIRAN

Prosedur:
Vaksin HPV kuadrivalen diberikan 0.5 ml,
suntikan secara intramuskular dan
dilaksanakan dalam tiga tahap
pemberian (0, 2 dan 6 bulan).
Vaksin HPV kuadrivalen masih dapat
diberikan bersamaan dengan vaksin lain.
Catatan:
 Pemeriksaan pap smear masih tetap
dianjurkan
 Dosis dan Indikasi Penggunaan
Vaksin HPV kuadrivalen sesuai
rekomendasi ACIP (Advisory
Committee Immunization Practice)
dan label indikasi dari EMEA
(European Medicines Agency)
Situasi Khusus:

Vaksin HPV kuadrivalen masih dapat


diberikan pada orang yang :
Memiliki hasil uji Pap abnormal atau
tidak jelas,
Hasil uji Hybrid Capture II® resiko
tinggi yang positif atau
Pasien dengan Kondilomata akuminata
 Vaksinasi akan melindungi
perempuan yang belum terinfeksi
HPV.
 Pada penerima vaksin harus
diinformasikan bahwa data dari
hasil pengujian klinik menunjukkan
bahwa vaksin tidak memiliki efek
terapeutik .
 Vaksin HPV kuadrivalen dapat
diberikan pada perempuan menyusui
 Pasien immunokompromais karena
penyakit maupun pengobatan dapat
menerima vaksin HPV kuadrivalen.
Respon imun terhadap vaksinasi dan
efektivitas vaksin mungkin lebih kecil
dibandingkan pasien dengan
immunokompeten.
Kehamilan:
 Vaksin HPV kuadrivalen tidak dianjurkan
pemberiannya pada ibu hamil.
 Vaksin tidak dikaitkan sebagai penyebab
efek samping selama kehamilan atau efek
samping terhadap janin yang sedang
berkembang .
 Sampai saat ini data vaksinasi selama
kehamilan masih terbatas.
Kontra-indikasi penggunaan
vaksin
 Vaksin HPV kuadrivalen di kontra-
indikasikan pada orang dengan
riwayat hipersensitivitas terhadap
ragi atau komponen vaksin lainnya.
Peringatan
 Vaksin HPV Kuadrivalen dapat diberikan
pada perempuan dengan penyakit akut
ringan (contoh diare, infeksi saluran
nafas atas ringan dengan atau tanpa
demam). Vaksinasi pada pasien dengan
penyakit sedang – berat perlu
penundaan sampai penyakitnya
sembuh.
Kesimpulan
 Hubungan kausal antara infeksi HPV dengan
keganasan anogenital terutama kanker
serviks telah banyak dibuktikan
 Pengembangan vaksin yang terbukti efektif
terhadap infeksi HPV memberikan harapan
besar
 Vaksin HPV diharapkan mampu untuk
menurunkan insidens keganasan anogenital

Anda mungkin juga menyukai