Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan kasih
sayang-Nya penulis dapat menyelesaikan referat ini. Sholawat serta salam semoga
selalu tercurahkan kepada tauladan sepanjang masa, Nabi Muhammad SAW, beserta
para keluarganya, sahabatnya, dan umatnya hingga akhir zaman, aamiin. Penulisan
laporan kasus yang berjudul “Pemeriksaan Colon in Loop“ ini dimaksudkan untuk
memenuhi tugas dalam menempuh kepanitraan klinik di bagian ilmu radiologi di
RSUD dr. Drajat Prawiranegara.
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan kasus ini tidak akan terwujud tanpa
adanya bantuan, dukungan serta bimbingan dari berbagai pihak. Maka dari itu, penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu, terutama kepada dr. Ida Widayanti, Sp. Rad yang telah memberikan arahan
serta bimbingan ditengah kesibukan dan padatnya aktivitas beliau.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan kasus ini masih jauh dari
sempurna, oleh sebab itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan
guna perbaikan di kemudian hari. Akhir kata, semoga laporan kasus ini dapat
bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang kedokteran.
Firdaus Pratama
Penyusun
1
BAB I
PENDAHULUAN
Pada saat ini hampir semua organ dan sistem di dalam tubuh kita dapat diperiksa
secara radiologis, bahkan setelah ditemukan kontras media yang berguna
memperlihatkan jaringan organ yang mempunyai nomor atom yang lebih kecil
sehingga kelainan pada organ tersebut dapat didiagnosa. Pemeriksaan radiologi secara
garis besar dibagi menjadi dua bagian yaitu pemeriksaan radiologi tanpa kontras dan
pemeriksaan radiologi yang menggunakan bahan kontras. Dalam penyusunan
makalah ini, penulis menyajikan salah satu pemeriksaan yang menggunakan bahan
kontras yaitu pemeriksaan colon inloop. Pemeriksaan colon inloop adalah pemeriksaan
secara radiologi yang menggunakan bahan kontras positif yaitu Barium Sulfat dan
bahan kontras negatif yaitu udara dengan tujuan untuk mengvisualisasikan keadaan
colon atau usus besar yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui anus.
Adapun teknik-teknik yang rutin dilakukan pada pemeriksaan colon inloop yaitu
dengan menggunakan proyeksi antero-posterior, postero-anterior, lateral, obliq kanan
dan kiri. Dengan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk menyusun sebuah
makalah yang berjudul “PEMERIKSAAN COLON IN LOOP”.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Intestinum Crassum (crasum = tebal), dibagi dalam colon dan intestinum rectum
3
• Colon transversum menyilang abdomen pada regio umbilikalis dari fleksura
coli dekstra sampai fleksura coli sinistra. Colon transversum membentuk
lengkungan seperti huruf U. Pada posisi berdiri, bagian bawah U dapat turun
sampai pelvis. Colon transversum, waktu mencapai daerah limpa, membelok
ke bawah membentuk fleksura coli sinistra (fleksura lienalis) untuk
kemudian menjadi Colon descendens.Colon sigmoideuim
• Colon descendens terletak pada regio illiaca kiri dengan panjang sekitar 25
cm. Colon descendens ini berjalan ke bawah dari fleksura lienalis sampai
pinggir pelvis membentuk fleksura sigmoideum dan berlanjut sebagai colon
sigmoideum.
Caecum
4
• Dibagian bawah terdapat juncture ileocolica tempat bermuaranya ileum
4. Pada orang hidup dapat ditemukan semua type, karena caecum selalu
berkontraksi sehingga ujung appendix berubah-ubah, sedangkan pada
orang mati tetap
5
8. Letak taenia pada colon transversum :
▪ Diding caudal tidak ada alat yang melekat disebut taenia libera
Berat akhir feses yang dikeluarkan per hari sekitar 200 g, 75% diantaranya
berupa air. Sisanya terdiri dari residu makanan yang tidak diabsorpsi, bakteri, sel
6
epitel yang mengelupas, dan mineral yang tidak diabsorbsi. Sedikitnya
pencernaan yang terjadi di usus besar terutama diakibatkan oleh bakteri dan bukan
karena kerja enzim. Usus besar mengsekresikan mucus alkali yang tidak
mengandung enzim. Mukus ini bekerja untuk melumasi dan melindungi mukosa.
Pada umumnya, pergerakan usus besar adalah lambat. Pergerakan usus besar
yarg khas adalah gerakan mengaduk haustra. Kantong-kantong atau haustra
teregang dan dari waktu ke waktu otot sirkular akan berkontrasi untuk
mengosongkannya. Pergerakannya tidak progresif, tetapi menyebabkan isi usus
bergerak bolak-balik dan meremas-remas sehingga memberi cukup waktu untuk
absorbsi. Terdapat dua jenis peristaltik propulsif;
1. Kontraksi lamban dan tidak teratur, berasal dari segmen proksimal dan
bergerak ke depan, menyumbat beberapa haustra, dan
7
2.3 Indikasi dan Kontraindikasi
Indikasi
a. Colitis, merupakan penyakit-penyakit inflamasi pada colon,
termasuk didalamnya colitis ulseratif dan colitis crohn.
b. Carsinoma dan keganasan.
c. Divertikel, merupakan kantong yang menonjol pada dinding
colon, terdiri atas lapisa mukosa dan muskularis mukosa.
d. Megacolon, merupakan suatu kelainan kongenital yang terjadi
karena tidak adanya ganglion dipleksus mienterik dan sub
mukosa pada segmen colon distal. Tidak adanya peristaltik
menyebabkan feses sulit melewati segmen aganglionik, sehingga
memungkinkan penderita untuk buang air besar 3 minggu sekali.
e. Obstruksi atau ileus, merupakan penyumbatan pada daerah usus
besar.
f. Invaginasi, merupakan melipatnya bagian usus besar ke bagian
usus itu sendiri.
g. Stenosis, merupakan penyempitan saluran usus besar.
h. Volvulus, merupakan penyumbatan isi usus karena terbelitnya
sebagian usus ke bagian usus yang lain.
i. Atresia, merupakan tidak adanya saluran dari colon yang
seharusnya ada.
j. Intussusepsi, merupakan gangguan mekanisme pada bayi yang
sering disebabkan oleh cacat kelahiran dimana adanya
pembesaran saluran usus didaerah distal, biasanya didaerah ileus.
Kontraindikasi
a. Perforasi, terjadi karena pengisian media kontras secara
mendadak dan dengan tekanan tinggi, juga terjadi karena
pengembangan yang berlebihan.
b. Obstruksi akut atau penyumbatan.
8
2.4 Persiapan Pemeriksaan
Persiapan Pasien
Tujuan persiapan pasien sebelum dilakukan pemeriksaan colon in loop adalah
untuk membersihkan colon dari feses, karena bayangan dari feses dapat
menganggu gambaran dan menghilangkan anatomi normal sehingga dapat
memberikan kesalahan informasi dengan adanya filling defect.
a. 4 - 48 jam sebelum pemeriksaan pasien makan makanan lunak rendah serat .
b. 18 jam sebelum pemeriksaan ( jam 3 sore ) minum tablet dulcolax.
c. 4 jam sebelum pemeriksaan ( jam 5 pagi ) pasien diberi dulkolak kapsul per
anus selanjutnya dilavement.
d. Seterusnya puasa sampai pemeriksaan.
e. 30 menit sebelum pemeriksaan pasien diberi sulfas atrofin 0,25 – 1 mg / oral
untuk mengurangi pembentukan lendir.
f. 15 menit sebelum pemeriksaan pasien diberi suntikan buscopan untuk
mengurangi peristaltic usus.
Persiapan Alat
a. Pesawat sinar – x yang dilengkapi fluoroscopy.
b. Kaset dan film sesuai kebutuhan.
c. Marker.
d. Standart irigator dan irigator set lengkap dengan kanula dan rectal tube.
e. Vaselin atau jelly
f. Sarung tangan.
g. Penjepit atau klem.
h. Spuit.
i. Kassa
j. Kain pembersih.
k. Apron.
l. Tempat mengaduk media kontras.
m. Kantong barium disposable.
9
Persiapan Bahan
a. Media kontras, yang sering dipakai adalah larutan barium dengan konsentrasi
antara 70-80 W/V % (Weinght/Volume). Banyak larutan (ml) tergantung pada
panjang pendeknya colon, kurang lebih 600-800 ml.
b. Air hangat untuk membuat larutan barium.
c. Vaselin atau jelly, digunakan untuk menghilangkan rasa sakit saat kanula
dimasukkan ke dalam anus.
10
4. Tahap pengembangan dilakukan pemompaan udara ke lumen
kolon. Pemompaan udara tidak boleh berlebihan (1800-2000 ml)
karena dapat menimbulkan komplikasi lain, misalkan refleks vagal
yang ditandai dengan wajah pucat, pandangan gelap, bradikardi,
keringat dingin dan pusing.
11
2). Proyeksi Right Anterior Obliq (RAO)
Posisi pasien: Posisi pasien telungkup di atas meja pemeriksaan kemudian
dirotasikan ke kanan kurang lebih 35˚- 45˚ terhadap meja pemeriksaan. Tangan
kanan lurus di samping tubuh dan tangan kiri menyilang di depan tubuh
berpegangan pada tepi meja. Kaki kanan lurus ke bawah dan kaki kiri sedikit di
tekuk untuk fiksasi.
Posisi objek: MSP pada petengahan meja.
Central Point: Titik bidik pada 1-2 inchi ke arah lateral kiri dari titik tengah
kedua crista illiaca.
Central ray: Vertikal tegak lurus terhadap kaset.
Eksposi: Dilakukan pada saat pasien ekspirasi dan tahan napas.
FFD: 100 cm.
Kriteria: menunjukkan gambaran fleksura hepatika kanan terlihat sedikit
superposisi bila di bandingkan dengan proyeksi PA dan tampak juga daerah
sigmoid dan colon asenden.
Gambar 4. Posisi pasien RAO dan hasil radiograf pada pemeriksaan Colon
In Loop
12
Central point: Titik bidik 1-2 inchi ke arah lateral kanan dari titik tengah kedua
crista illiaca.
Central ray: sinar vertikal tegak lurus terhadap kaset.
Eksposi: Dilakukan pada saat pasien ekspirasi dan tahan napas.
FFD: 100 cm.
Kriteria: menunjukkan gambaran fleksura lienalis tampak sedikit superposisi
bila dibanding pada proyeksi PA, dan daerah colon descendens tampak.
Gambar 5. Posisi pasien LAO dan hasil radiograf pada pemeriksaan Colon
In Loop
13
Gambar 6. Posisi pasien LPO dan hasil radiograf pada pemeriksaan Colon
In Loop
14
Gambar 7. Posisi pasien RPO dan hasil radiograf pada pemeriksaan Colon
In Loop
15
Gambar 8. Posisi pasien Lateral dan hasil radiograf pada pemeriksaan
Colon In Loop
Gambar 9. Posisi pasien LLD dan hasil radiograf pada pemeriksaan Colon
In Loop
16
Kriteria: menunjukkan rektosigmoid di tengah film dan sedikit mengalami
superposisi dibandingkan dengan proyeksi antero posterior, tampak juga kolon
transversum.
Gambar 10. Posisi pasien AP Aksial dan hasil radiograf pada pemeriksaan
Colon In Loop
17
Gambar 11. Posisi pasien PA Aksial dan hasil radiograf pada pemeriksaan
Colon In Loop
18
b. Carsinoma dan keganasan.
19
d. Megacolon.
20
f. Invaginasi.
Gambar 19. Bird’s beak appearance; foto kontras khas pada volvulus
sigmoidea dan sekum.
21
i. Atresia.
22
BAB III
KESIMPULAN
23
DAFTAR PUSTAKA
24