Distosia Bahu
Pembimbing:
dr. Vinsensius Harry, Sp.OG
disusun oleh
Cudith Lofinci
112018173
BAB I
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bab II
2
Tinjauan Pustaka
ANATOMI PANGGUL
a. Pintu Atas Panggul
Pintu atas panggul merupakan suatu bidang yang dibatasi di sebelah posterior oleh
promontorium, di lateral oleh linea terminalis dan di anterior oleh pinggir atas simfisis. Pada
panggul ginekoid pintu atas panggul hamper bundar, kecuali di daerah promontorium agak
masuk sedikit.3
Ukuran ukuran pintu atas panggul penting untuk diketahui.3
Diameter anteroposterior, yang disebut juga konyugata obstetrika, diukur dari
promontorium sampai ke tengah permukaan posterior simfisis.
Konyugata diagonalis, yaitu jarak bagian bawah simfisis sampai ke promontorium,. Pada
panggul normal promontorium tidak teraba dengan jari yang panjangnya 12 cm.
Konyugata vera, yaitu jarak pinggir atas simfisis dengan promontorium diperoleh dengan
mengurangi konyugata diagonalis dengan 1,5 cm.
Diameter transversa adalah jarak terjauh garis lintang pintu atas panggul, biasanya sekitar
12,5 – 13 cm.
Diameter oblikua, yaitu garis yang dibuat antara persilangan konyugata vera dengan
diameter transversa ke artikulasio sakroiliaka, yang panjangnya sekitar 13 cm.
Gambar 1. Pintu atas panggul dengan konyugata vera, diameter transversa, dan diameter oblikua
b. Ruang Panggul
Ruang panggul merupakan saluran di antara pintu atas panggul dan pintu bawah panggul.
Dinding anterior sekitar 4 cm terdiri atas os pubis dengan simfisisnya. Dinding posterior
3
dibentuk oleh os sacrum dan os koksigeus, sepanjang + 12 cm. karena itu ruang panggul
berbentuk saluran dengan sumbu melengkung ke depan.3
4
Jenis android, ditemukan pada 15% wanita dan umumnya jenis panggul yang dimiliki oleh
pria. Bentuk pintu atas panggul hampir segitiga. Diameter anteroposterior hampir sama
panjangnya dengan diameter transversa, tetapi diameter transversa dekat dengan sacrum.
Bagian dorsal dari pintu atas panggul gepeng, bagian ventral menyempit ke arah depan.
Faktor Risiko
Terdapat banyak faktor risiko yang dapat menyebabkan distosia bahu karena distosia
bahu sulit untuk diprediksi dan dicegah karena tidak ada metode pasti untuk identifikasi hal ini.
Faktor risiko distosia bahu terbagi menjadi dua, yaitu Maternal-Fetal (pre-labour) dan
Intrapartum.4
6
Pintu tengah panggul dikatakan menyempit apabila jumlah diameter intraspinarum
ditambah diameter sagitalis posterior panggul tengah kurang dari atau sama dengan 13,5
cm.
3) Penyempitan pintu bawah panggul
Pintu bawah panggul menyempit didefinisikan sebagai pemendekan diamter
intertuberosum hingga 8 cm atau kurang.
Etnisitas
Wanita Afrika-Amerika memiliki peningkatan resiko terjadinya distosia bahu. Ini
dimungkinkan karena kecenderungan memiliki panggul tipe android.
7
Diagnosis Ditosia bahu
Beberapa klinisi menggunakan penilaian sendiri untuk mendiagnosis distosia bahu,
dan sebagian membagi distosia bahu menjadi ringan atau berat tergantung jumlah manuver
yang digunakan untuk melahirkan bayi. Klinisi lain menggunakan waktu pelahiran kepala-
badan dengan acuan lebih dari 60 detik untuk mendiagnosis distosia bahu dan atau untuk
mengambil tindakan berupa manuver obstetrik.7
Salah satu gambaran yang sering terjadi adalah turtle sign dimana bisa terlihatnya
kepala janin namun juga bisa retraksi (analog dengan kura-kura menarik ke dalam
cangkangnya) dan wajah bayi yang eritematous. Ini terjadi ketika bahu bayi mengalami
impaksi didalam panggul ibu.7,8
Penanganan
Dalam penanganan distosia bahu diusahakan untuk menghindari: 9,10
a. Pull : Menarik atau traksi kepala / leher terlalu kuat atau ke lateral, akan
meningkatkan resiko cedera pleksus brakialis.
b. Push : Melakukan dorongan pada fundus, karena tidak akan membantu ketika
bahu benar-benar mengalami impaksi dan meningkatkan risiko ruptur uteri.
c. Panic : Panik. Semua penanganan dilakukan melalui manuver sistematis dan
setiap penolong harus tenang agar dapat mendengar dan mengerti ketika ada
permintaan bantuan dan dapat dengan jelas memimpin ibu untuk kapan mengejan
dan kapan tidak mengejan.
d. Pivot : Hiperfleksi kepala dengan os. Coccygeus sebagai poros.
8
Mengingat distosia bahu tidak dapat diprediksi, tenaga medis harus selalu siap
menghadapi kemungkinan distosia bahu pada setiap kelahiran.Oleh karena itu, prosedur
standar harus diketahui semua tenaga medis. Jembatan keledai (Mnemonic) ALARMER
telah dikembangkan untuk membantu dalam ketepatan manajemen distosia bahu. 11
9
*Perubahan yang terjadi pada panggul
10
11
Rubin manoeuvre
Adduksi dari bahu depan dengan melakukan penekanan pada bagian belakang bahu.
Bahu ditekan didekatkan ke dada, atau tekanan dilakukan pada skapula bagian bahu
depan.
Pikirkan tindakan episiotomi.
Tidak boleh menekan fundus
12
e. Manual removal posterior arm – Mengeluarkan lengan posterior secara manual
Biasanya lengan fleksi pada siku. Jika tidak, tekanan pada fossa antekubiti dapat
membantu fleksi lengan. Tangan bayi dipegang dan disapukan melewati dada dan
dilahirkan. Manuver ini dapat menyebabkan fraktur humerus, tetapi tidak menyebabkan
kerusakan saraf permanen.
f. Episiotomy 7
Prosedur ini secara tidak langsung membantu penanganan distosia bahu, dengan
memungkinkan penolong untuk meletakkan tangan penolong ke dalam vagina untuk
melakukan manuver lainnya.
13
Jika cara-cara tersebut diatas telah dicoba berulang kali namun tidak berhasil, ada cara-
cara lain yang diusulkan, yaitu
a. Mematahkan tulang klavikula bayi
b. Simfisiotomi
c. Zavanelli manoeuvre - cephalic replacement
Manuver ini membalikkan gerakan kardinal persalinan dan dilakukan seksio sesarea.
14
Sedangkan Royal College of Obstetricians and Gynecologist memperkenalkan
HELPERR :5
1. Memanggil bantuan tenaga medis lain – spesialis kandungan, spesialis anestesi, spesialis
anak, dan bidan senior
2. Tetap tenang. Penolong mencoba menjelaskan dan menenangkan ibu untuk memastikan
adanya kerjasama dari penolong dan pasien terhadap manuver yang akan dilakukan.
3. Penekanan fundus sebaiknya tidak dilakukan, karena berhubungan dengan tingginya
insiden komplikasi pada janin dan dapat menyebabkan ruptur uteri.
4. Tempatkan ibu pada posisi McRoberts, sehingga ibu berbaring lurus dengan kaki abduksi
dan hiperfleksi 45° pada abdomen-posisi ini akan memutar sudut dari simfisis pubis,
membantu meluruskan promontorium sakrum, meningkatkan diameter dari pintu bawah
panggul, dan melepaskan tekanan pada bahu depan. Manuver McRoberts berhubungan
dengan morbiditas yang sangat rendah dan memiliki tingkat keberhasilan lebih dari 40 %,
dimana meningkat hingga lebih dari 50 % ketika penekanan suprapubis juga dilakukan.
5. Evaluasi apakah diperlukan tindakan episiotomi, dimana dapat meningkatkan ruang
untuk manipulasi dan akses ke bayi tanpa melukai perineum dan dinding vagina.
6. Melakukan traksi ringan pada kepala janin ke arah axis longitudinal badan janin, bukan
traksi kuat ke bawah dimana dapat menyebabkan cedera cervical.
7. Manuver Rubin dapat digunakan, dimana penolong harus bisa mengidentifikasi bahu
belakang dari pemeriksaan dalam. Kemudian bahu belakang didorong ke arah dada janin,
dan memutar bahu depan menjauhi simfisis pubis. Manuver ini mengurangi diameter bi-
sacromial.
15
8. Manuver Woodscrew bisa dilakukan untuk memutar badan janin sehingga bahu belakang
menjadi bahu depan. Manuver ini akan membuat bahu abduksi, tetapi tetap dapat
membuat janin berputar hingga mencapai diameter yang cukup untuk lahir.
9. Melahirkan lengan belakang dan bahu dapat dilakukan dengan memasukkan tangan
penolong ke dalam ruang kecil yang dibentuk oleh cekungan sakrum sehingga penolong
dapat memfleksikan lengan posterior pada siku dan kemudian menyapu lengan bawah
melalui dada janin. Sekali lengan belakang berhasil dibawa ke bawah, terdapat ruang dan
bahu depan meluncur di belakang simfisis pubis sehingga dapat dilahirkan.
10. Apabila semua manuver tersebut gagal, penolong sebaiknya mempertimbangkan
menggunakan manuver Zavanelli sebagai jalan untuk melahirkan bayi hidup.
Royal College of Obstetricians and Gynecologist juga menyarankan kepada penolong untuk
mencatat secara detail hal-hal berikut :
Neonatal
Cedera Pleksus Brakialis
- Erb-Duchene Palsy – Cabang cervical 5 dan 6
- Klumpke’s Paralysis – Cabang cervical 8 dan thorax 1
Fraktura
- Klavikula
- Humerus
Asfiksia
Cedera neurologis
Kematian bayi
17
Daftar Pustaka
18