• Semua anak menjalani pemeriksaan mata yang komprehensif di mana kesalahan refraksi dan panjang aksial mereka
diukur dan dipantau pada awal dan setiap 6 bulan selama 2 tahun.
• Persetujuan tertulis dan informed consent diperoleh dari anak-anak dan orang tua mereka sebelum bergabung dalam
penelitian ini.
• Anak-anak, orang tua, dan peneliti yang melakukan pengukuran tidak mengetahui alokasi kelompok lensa kacamata.
• Anak-anak tersebut secara acak ditugaskan untuk memakai lensa dims atau lensa kacamata sv secara penuh selama
minimal 10 jam per hari selama uji coba.
PROSEDUR
FOLLOW UP MONITORING
Pengukuran Fungsi Visual
Ketajaman Visual
• Koreksi jarak didasarkan pada refraksi subyektif noncycloplegic yang ditentukan oleh ahli optometri bertopeng.
• Untuk pengukuran monokuler, penutup aperture penuh disisipkan di depan mata nonviewing.
• Peserta mengenakan koreksi SV untuk tes ini karena peneliti ingin menentukan apakah pemakaian lensa DIMS
dalam jangka panjang memengaruhi fungsi visual, bukan apakah pemakaian lensa DIMS saat ini mengubah
fungsi visual.
KETAJAMAN VISUAL
• Baik jarak dan dekat koreksi terbaik VA diukur secara monokuler di bawah kondisi fotopik (85
cd / m 2).
• HCVA dan LCVA pada jarak dekat diukur pada 40 cm menggunakan mixed contrast european-
wide near vision card (precision vision inc.).
BINOKULARITAS DAN AKOMODASI
• Jarak dan dekat phoria diukur dalam ruang nyata menggunakan kartu howell phoria distance dan
near yang ditempatkan pada 3 m dan 33 cm. Besarnya (ke 0,5 Δ terdekat) dan arah phoria dicatat.
• Esoforia dan eksoforia masing-masing diwakili oleh nilai positif dan negatif.
• AA monokuler dan teropong diukur dengan metode push-up menggunakan aturan royal air
force.
• Penguji perlahan-lahan menggerakkan bagan ke arah peserta, yang diinstruksikan untuk mencoba
menjaga kata-kata yang dilihat tetap jelas dan melaporkan saat blur pertama kali terlihat.
BINOKULARITAS DAN AKOMODASI
• Nilai rata-rata dari tiga pengukuran (dalam dioptri) digunakan untuk analisis data.
• Respon akomodasi dievaluasi menggunakan autorefractor lapangan terbuka (shin-nippon nvision-
k5001, ajinomoto trading inc., Tokyo, japan) sementara anak-anak sedang melihat target huruf
berukuran 33 cm dengan ukuran cetakan 20/30 secara teropong.
• Lag akomodasi dihitung sebagai selisih antara respon akomodatif yang diukur dan permintaan
akomodatif aktual (3 D).
• Stereoacuity (detik busur) dinilai pada 40 cm menggunakan randot stereotest dengan kacamata
polaroid dan tes dihentikan setelah kesalahan pertama berturut-turut.
ANALISA STATISTIK
• HANYA DATA DARI MATA KANAN DIGUNAKAN
• HASIL YANG DIPEROLEH DINYATAKAN SEBAGAI RATA-RATA ± STANDAR DEVIASI
DAN DIEVALUASI DENGAN KORELASI PEARSON
• UJI
T (UNPAIRED) DAN KORELASI MANN WHITNEY U DIGUNAKAN UNTUK
VARIABEL KUANTITATIF
• Tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik dalam perubahan fungsi visual selama 2 tahun antara kelompok DIMS dan SV (analisis
pengukuran berulang dari varians dengan kelompok sebagai faktor; p > 0,05).
• Peningkatan signifikan secara statistik pada jarak koreksi tinggi kontras tinggi va (p <0,001) dan skor stereoacuity ( p <0,001) ditemukan setelah
pemakaian lensa dims selama 2 tahun.
• Meskipun perubahan dalam beberapa fungsi visual ditunjukkan selama 2 tahun pemakaian lensa
DIMS, perubahan serupa ditemukan pada keausan lensa SV.
• Pemakaian lensa kacamata DIMS selama 2 tahun tidak mempengaruhi fungsi visual utama saat
anak-anak kembali ke koreksi SV.