Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.LatarBelakang
Data dari Reproductive Health Library menyatakan terdapat 180 sampai
200 juta kehamilan setiap tahun. Dari angka tersebut terjadi 585.000 kematian
maternal akibat komplikasi kehamilan dan persalinan. Sebab kematian tersebut
adalah perdarahan 24,8%, infeksi dan sepsis 14,9%, hipertensi dan
preeklampsi/eklampsi 12,9%, persalinan macet (distosia) 6,9%, abortus 12,9%,
dan sebab langsung yang lain 7,9%. Seksio sesarea di Amerika Serikat dilaporkan
meningkat setiap tahunnya, Pada tahun 2002 terdapat 27,6 % seksio sesarea dari
seluruh proses kelahiran. Dari angka tersebut, 19,1% merupakan seksio sesarea
primer.
Laporan American College of Obstreti cian and Gynaecologist (ACOG)
menyatakan bahwa seksio sesarea primer terbanyak pada primigravida dengan
fetus tunggal, presentasi vertex, tanpa komplikasi. Indikasi primigravida tersebut
untuk seksio sesarea adalah presentasi bokong, preeklampsi, distosia, fetal
distress, dan elektif. Distosia merupakan indikasi terbanyak untuk seksio sesarea
pada primigravida sebesar 66,7%. Angka ini menunjukkan peningkatan
dibandingkan penelitian Gregory dkk pada 1985 dan 1994 masing-masing 49,7%
dan 51,4% distosia menyebabkan seksio sesarea.
Distosia adalah persalinan yang abnormal atau sulit dan ditandai dengan
terlalu lambatnya kemajuan persalinan. Kelainan persalinan ini menurut ACOG
dibagi menjadi 3 yaitu kelainan kekuatan (power), kelainan janin (passenger), dan
kelainan jalan lahir (passage). Panggul sempit (pelvic contaction) merupakan
salah satu kelainan jalan lahir yang akan menghambat kemajuan persalinan karena
ketidaksesuaian antara ukuran kepala janin dengan panggul ibu yang biasa disebut
dengan disproporsi sefalopelvik. Istilah disproporsi sefalopelvik muncul pada
masa dimana indikasi utama seksio sesarea adalah panggul sempit yang
disebabkan oleh rakhitis. Disproporsi sefalopelvik sejati seperti itu sekarang sudah
jarang ditemukan, umumnya disebabkan oleh janin yang besar. Berdasarkan
uraian di atas maka kami perlu menguraikan permasalahan dan penatalaksanaan
pada disproporsi sefalopelvik sebagai salah satu penyebab distosia penting
dimiliki oleh dokter.
BABII
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Definisi
3.6. Penatalaksanaan
3.6.1. Persalinan Percobaan
Setelah dilakukan penilaian ukuran panggul serta hubungan
antara kepala janin dan panggul dapat diperkirakan bahwa
persalinan dapat berlangsung per vaginan dengan selamat dapat
dilakukan persalinan percobaan. Cara ini merupakan tes terhadap
kekuatan his, daya akomodasi, termasuk moulage karena faktor
tersebut tidak dapar diketahui sebelum persalinan.
Persalinan percobaan hanya dilakukan pada letak belakang
kepala, tidak bisa pada letak sungsang, letak dahi, letak muka, atau
kelainan letak lainnya. Ketentuan lainnya adalah umur keamilan
tidak boleh lebih dari 42 minggu karena kepala janin bertambah
besar sehingga sukar terjadi moulage dan ada kemungkinan
disfungsi plasenta janin yang akan menjadi penyulit persalinan
percobaan.
Pada janin yang besar kesulitan dalam melahirkan bahu
tidak akan selalu dapat diduga sebelumnya. Apabila dalam proses
kelahiran kepala bayi sudah keluar sedangkan dalam melahirkan
bahu sulit, sebaiknya dilakukan episiotomy medioateral yang cukup
luas, kemudian hidung dan mulut janin dibersihkan, kepala ditarik
curam kebawah dengan hati-hati dan tentunya dengan kekuatan
terukur. Bila hal tersebut tidak berhasil, dapat dilakukan pemutaran
badan bayi di dalam rongga panggul, sehingga menjadi bahu depan
dimana sebelumnya merupakan bahu belakang dan lahir dibawah
simfisis. Bila cara tersebut masih juga belum berhasil, penolong
memasukkan tangannya kedalam vagina, dan berusaha melahirkan
janin dengan menggerakkan dimuka dadanya. Untuk melahirkan
lengan kiri, penolong menggunakan tangan kanannya, dan
sebaliknya. Kemudian bahu depan diputar ke diameter miring dari
panggul untuk melahirkan bahu depan.
Persalinan percobaan ada dua macam yaitu trial of labour
dan test of labour. Trial of labour serupa dengan persalinan
percobaan di atas, sedangkan test of labour sebenarnya adalah fase
akhir dari trial of labour karena baru dimulai pada pembukaan
lengkap dan berakhir 2 jam kemudian. Saat ini test of labour jarang
digunakan karena biasanya pembukaan tidak lengkap pada
persalinan dengan pangul sempit dan terdapat kematian anak yang
tinggi pada cara ini.
Keberhasilan persalinan percobaan adalah anak dapat lahir
sontan per vaginam atau dibantu ekstraksi dengan keadaan ibu dan
anak baik. Persalinan percobaan dihentikan apabila pembukaan
tidak atau kurang sekali kemajuannnya, keadaan ibu atau anak
kurang baik, ada lingkaran bandl, setelah pembukaan lengkap dan
ketuban pecah kepala tidak masuk PAP dalam 2 jam meskipun his
baik, serta pada forceps yang gagal. Pada keadaan ini dilakukan
seksio sesarea.
3.6.2 Seksio Sesarea
Seksio sesarea elektif dilakukan pada kesempitan panggul berat
dengan kehamilan aterm, atau disproporsi sephalopelvik yang nyata.
Seksio juga dapat dilakukan pada kesempitan panggul ringan apabila
ada komplikasi seperti primigravida tua dan kelainan letak janin yang
tak dapat diperbaiki.
Seksio sesarea sekunder (sesudah persalinan selama beberapa waktu)
dilakukan karena peralinan perobaan dianggap gagal atau ada indikasi
untuk menyelesaikan persalinan selekas mungkin sedangkan syarat
persalinan per vaginam belum dipenuhi.
3.6.3. Simfisiotomi
Tindakan ini dilakukan dengan memisahkan panggul kiri dan
kanan pada simfisis. Tindakan ini sudah tidak dilakukan lagi.
3.6.4 Kraniotomi dan Kleidotomi
Kraniotomi adalah suatu tindakan yang memperkecil ukuran
kepala janin dengancara melubangi tengkorak janin dan mengeluarkan
isi tengkorak, sehingga janin dapatdengan mudah lahir pervaginam.
Sedangkan kleidotomi adalah tindakan yang dilakukan setelah janin
pada presentasi kepala dilahirkan, akan tetapi kesulitan untuk
melahirkan bahu karena terlalu lebar. Setelah janin meninggal, tidak
ada keberatan untuk melakukan kleidotomi (memotong
klavikula) pada satu atau kedua klavikula
2.7 Makrosomia
2.7.1 Definisi
Makrosomia adalah bayi yang berat badannya pada saat lahir lebih dari
4.000 gram. Makrosomia adalah bila berat badannya lebih dari 4000 gram. Berat
neonatus pada umumnya kurang dari 4000 gram dan jarang melebihi 5000 gram.
Frekuensi berat badan lahir lebih dari 4000 gram adalah 5,3% dan yang lebih dari
4500 gram adalah 0,4%.2
2.8.2 Etiologi
Beberapa keadaan pada ibu dapat menyebabkan terjadinya kelahiran bayi
besar / baby giant. Faktor-faktor dari bayi tersebut diantaranya :4
1. Bayi dan ibu yang menderita diabetes sebelum hamil dan bayi dari
ibu yang menderita diabetes selama kehamilan. Sering memiliki
kesamaan, mereka cenderung besar dan montok akibat bertambahnya
lemak tubuh dan membesarnya organ dalam, mukanya sembab dan
kemerahan (plethonic) seperti bayi yang sedang mendapat
kortikosteroid. Bayi dari ibu yang menderita diabetes memperlihatkan
insiden sindrom kegawatan pernafasan yang lebih besar dari pada bayi
ibu yang normal pada umur kehamilan yang sama. Insiden yang lebih
besar mungkin terkait dengan pengaruh antagonis antara kortisol dan
insulin pola sintesis surfakton.
2. Terjadinya obesitas pada ibu juga dapat menyebabkan kelahiran
bayi besar (bayi giant).
3. Pola makan ibu yang tidak seimbang atau berlebihan juga
mempengaruhi kelahiran bayi besar.
2.7.6 Komplikasi
Salah satu indikasi dari dilakukannya seksio sesarea adalah
ditakutkan terjadinya komplikasi pada persalinan pervaginam dengan
makrosomia dimana dapat terjadi persalinan lama akibat distosia bahu
ataupun cephalo-pelvic disproportion yang dapat menimbulkan trauma
hebat bagi ibu dan bayi. Komplikasi yang lain yang juga dapat terjadi pada
makrosomia ialah perdarahan postpartum, tapi pada kasus ini tidak
terjadi.7
Bayi besar yang sedang berkembang merupakan suatu indikator
dari efek ibu. Walaupun dikontrol dengan baik dapat timbul pada janin,
maka sering disarankan persalinan yang lebih dini sebelum aterm. Situasi
ini biasanya dinilai pada sekitar kehamilan 38 minggu. Penilaian yang
seksama terhadap pelvis ibu. Tingkat penurunan kepala janin dan diatas
serviks. Bersama dengan pertimbangan terhadap riwayat kebidanan
sebelumnya. Seringkali akan menunjukkan apakah induksi persalinan
kemungkinan dan menimbulkan persalinan pervaginam. Jika terjadi
penyulit-penyulit ini dapat dinyatakan sebagai penatalaksanaan yang salah.
Karena hal ini sebenarnya dapat dihindarkan dengan seksio sesarea yang
terencana. Walaupun demikian, yang perlu dingat bahwa persalinan dari
bayi besar (baby giant) dengan jalan abdominal bukannya tanpa resiko dan
hanya dapat dilakukan oleh dokter bedah kebidanan yang terampil. Bayi
besar juga kerap menjadi penyulit pada saat persalinan normal, karena
dapat menyebabkan cedera baik pada ibu maupun bayinya. Kesulitan yang
dapat terjadi adalah:7
1. Kesulitan pada ibu
a. Robekan hebat jalan lahir
b. Perdarahan
c. Terjadi peningkatan persalinan dengan sectio caesaria.
d. Ibu sering mengalami gangguan berjalan pasca melahirkan akibat
peregangan maksimal struktur tulang panggul. Keluhan keluhan
tersebut bisa sembuh dengan perawatan yang baik.
2. Pada bayi
a. Terjadinya distosia bahu yaitu kepala bayi telah lahir tetapi bahu
tersangkut di jalan lahir.
b. Asfiksia pada bayi sebagai akibat dari tindakan yang dilakukan
untuk melahirkan bahu.
c. Brachial Palsy yang ditandai dengan adanya gangguan motorik
pada lengan.
d. Fraktur os. clavicula yang sengaja dilakukan untuk dapat
melahirkan bahu.
e. Kematian bila bayi tidak dapat dilahirkan.
f. Makrosomia dapat meningkatkan resiko pada bayi mengalami
hipoglikemia, hipokalsemia, hiperviskostas, dan
hiperbilirubinemia.
2.7.7 Pencegahan
Selama perawatan antepartal dilakukan pengkajian ukuran pelvik
ibu dan ukuran janin yang sedang berkembang. USG pelvimetri dapat
memberikan informasi lebih lanjut. Bila terlihat uterus yang sangat besar,
hidramnion, atau ukuran janin yang sangat besar, atau janin lebih dari satu
merupakan hal yang perlu dipertimbangkan sebagai kemungkinan
penyebab. Hal-hal yang dilakukan untuk mengantisipasi makrosomia:8
1. Melakukan pemeriksaan kehamilan yang teratur sehingga kenaikan
berat badan janin saat masih dalam kandungan dapat dikontrol dengan
baik.
2. Melakukan pemeriksaan kadar gula dalam darah.
3. Konsultasikan pola makan dan asupan gizi semasa hamil dengan
dokter.
4. Sesuaikan kenaikan berat badan ibu selama kehamilan antara 8-12 kg.
5. Lebih banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung protein
(ikan, susu, daging, tahu, tempe) vitamin dan mineral (sayur dan buah
buahan).
6. Kurangi makan makanan yang banyak mengandung karbohidrat
seperti nasi, gula, mie, roti/kue, dll. Melakukan USG secara rutin
selama kehamilan, sehingga dapat memantau penambahan berat badan
bayi selama dalam kandungan dan dapat diambil langkah langkah
untuk mencegah terjadinya bayi besar.
3.8 Preeklampsia
3.8.1 Definisi
Hipertensi adalah tekanan darah sekurang-kurangnya 140 mmHg
sistolik atau 90 mmHg diastolic pada dua kali pemeriksaan berjarak 4-6
jam pada wanita yang sebelumnya normotensi.4
Preeklamsia adalah kelainan malfungsi endotel vascular yang luas
dan vasospasme yang terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu dan dapat
muncul hingga 4-6 minggu pasca melahirkan. Secara klinis didefinisikan
sebagai hipertensi dan proteinuria, dengan atau tanpa edema patologis.
Preeklampsia didefinisikan sebagai adanya tekanan darah sistolik lebih
besar dari atau sama dengan 140 mmHg atau tekanan darah diastolik lebih
besar dari atau sama dengan 90 mmHg atau lebih tinggi, pada dua kali
pemeriksaan setidaknya 4 jam pada pasien yang sebelumnya normotensi.
Selain tekanan darah, proteinuria lebih besar atau sama dengan 0,3 gram
dalam specimen urin 24 jam, rasio protein (mg/dL) / kreatinin (mg/dL) 0,3
atau lebih tinggi, atau protein dipstick urin 1+ diperlukan untuk
mendiagnosis preeclampsia.5
Preeklampsia berat adalah preeklampsia dengan tekanan darah
sistolik >160 mmHg dan tekanan darah diastolic >110 mmHg disertai
proteinuria lebih dari 5 g/24 jam.6
a. Usia
Duckitt melaporkan peningkatan risiko preeklampsia hampir
dua kali lipat pada wanita hamil berusia 40 tahun atau lebih baik
pada primipara, maupun multipara. Usia muda tidak meningkatkan
risiko preeklampsia secara bermakna. Robillard dkk melaporkan
bahwa risiko preeklampsia pada kehamilan kedua meningkat
dengan usia ibu.4
b. Nulipara
Duckitt melaporkan nulipara memiliki risiko hampir 3 kali
lipat. 4
c. Kehamilan pertama oleh pasangan baru
Kehamilan pertama oleh pasangan yang baru dianggap
sebagai faktor risiko, walaupun bukan nulipara karena risiko
meningkat pada wanita yang memiliki paparan rendah terhadap
sperma.4
d. Jarak antar kehamilan
Studi yang melibatkan 760.901 wanita di Norwegia,
memperlihatkan bahwa wanita multipara dengan jarak kehamilan
sebelumnya 10 tahun atau lebih memiliki risiko preeklampsia
hampir sama dengan nulipara. Robillard, dkk melaporkan bahwa
risiko preeklampsia semakin meningkat sesuai dengan lamanya
interval dengan kehamilan pertama. 4
e. Riwayat preeklampsia sebelumnya
Riwayat preeklampsia pada kehamilan sebelumnya
merupakan faktor risiko utama. Menurut Duckit risiko meningkat
hingga 7 kali lipat. Kehamilan pada wanita dengan riwayat
preeklampsia sebelumnya berkaitan dengan tingginya kejadian
preeklampsia berat, preeklampsia onset dini, dan dampak perinatal
yang buruk. 4
f. Riwayat keluarga preeklampsia
Riwayat preeklampsia pada keluarga juga meningkatkan
risiko hampir 3 kali lipat. Adanya riwayat preeklampsia pada ibu
meningkatkan risiko sebanyak 3.6 kali lipat. 4
g. Kehamilan multipel
Studi yang melibatkan 53.028 wanita hamil menunjukkan,
kehamilan kembar meningkatkan risiko preeklampsia hampir 3 kali
lipat. Analisa lebih lanjut menunjukkan kehamilan triplet memiliki
risiko hampir 3 kali lipat dibandingkan kehamilan duplet. Sibai dkk
menyimpulkan bahwa kehamilan ganda memiliki tingkat risiko
yang lebih tinggi untuk menjadi preeklampsia dibandingkan
kehamilan normal. 4
h. Donor oosit, donor sperma dan donor embrio
Kehamilan setelah inseminasi donor sperma, donor oosit
atau donor embrio juga dikatakan sebagai faktor risiko. Satu
hipotesis yang populer penyebab preeklampsia adalah maladaptasi
imun. Mekanisme dibalik efek protektif dari paparan sperma masih
belum diketahui. Data menunjukkan adanya peningkatan frekuensi
preeklampsia setelah inseminasi donor sperma dan oosit, frekuensi
preeklampsia yangs tinggi pada kehamilan remaja, serta makin
mengecilnya kemungkinan terjadinya preeklampsia pada wanita
hamil dari pasangan yang sama dalam jangka waktu yang lebih
lama. Walaupun preeklampsia dipertimbangkan sebagai penyakit
pada kehamilan pertama, frekuensi preeklampsia menurun drastis
pada kehamilan berikutnya apabila kehamilan pertama tidak
mengalami preeklampsia. Namun, efek protektif dari multiparitas
menurun apabila berganti pasangan. Robillard dkk melaporkan
adanya peningkatan risiko preeklampsia sebanyak 2 (dua) kali pada
wanita dengan pasangan yang pernah memiliki istri dengan riwayat
preeclampsia. 4
i. Obesitas sebelum hamil dan Indeks Massa Tubuh (IMT) saat
pertama kali ANC
Obesitas merupakan faktor risiko preeklampsia dan risiko
semakin besar dengan semakin besarnya IMT. Obesitas sangat
berhubungan dengan resistensi insulin, yang juga merupakan faktor
risiko preeklampsia. Obesitas meningkatkan risiko preeklampsia
sebanyak 2, 47 kali lipat, sedangkan wanita dengan IMT sebelum
hamil >35 dibandingkan dengan IMT 19-27 memiliki risiko
preeklampsia 4 kali lipat. Pada studi kohort yang dilakukan oleh
Conde-Agudelo dan Belizan pada 878.680 kehamilan, ditemukan
fakta bahwa frekuensi preeklampsia pada kehamilan di populasi
wanita yang kurus (BMI < 19,8) adalah 2,6% dibandingkan 10,1%
pada populasi wanita yang gemuk (BMI > 29,0). 4
j. DMTI (Diabetes Mellitus Tergantung Insulin)
Kemungkinan preeklampsia meningkat hampir 4 kali lipat
bila diabetes terjadi sebelum hamil. 4
k. Penyakit Ginjal
Semua studi yang diulas oleh Duckitt risiko preeklampsia
meningkat sebanding dengan keparahan penyakit pada wanita
dengan penyakit ginjal. 4
l. Sindrom antifosfolipid
Dari 2 studi kasus kontrol yang diulas oleh Duckitt
menunjukkan adanya antibodi antifosfolipid (antibodi
antikardiolipin, antikoagulan lupus atau keduanya) meningkatkan
risiko preeklampsia hampir 10 kali lipat. 4
m. Hipertensi kronik
Chappell dkk meneliti 861 wanita dengan hipertensi kronik,
didapatkan insiden preeklampsia superimposed sebesar 22%
(n=180) dan hampir setengahnya adalah preeklampsia onset dini (<
34 minggu) dengan keluaran maternal dan perinatal yang lebih
buruk. Chappel juga menyimpulkan bahwa ada 7 faktor risiko yang
dapat dinilai secara dini sebagai prediktor terjadinya preeklampsia
superimposed pada wanita hamil dengan hipertensi kronik yaitu
seperti yang tertera pada tabel 3.
3.8.3 Patogenesis
Patogenesis pasti dari preeclampsia belum sepenuhnya dimengerti,
namun beberapa teori mengatakan bahwa terdapat dua faktor yang
berperan besar yaitu faktor ibu dan janin. 9
3.8.4 Patofisiologi
Preeclampsia termasuk dalam hipertensi dalam kehamilan.
Patofisiologi dari hipertensi dalam kehamilan tidak dapat dijelaskan dalam
satu teori saja. Teori-teori yang sekarang banyak dianut adalah : 6
1. Teori kelainan vaskularisasi plasenta
Pada kehamilan normal, Rahim dan plasenta mendapat aliran darah
dari cabang-cabang uterina dan arteri ovarika. Kedua pembuluh darah
tersebut menembus myometrium berupa arteri arkuata dan arteri
arkuata memberi cabang arteri radialis. Arteri radialis menembus
endometrium menjadi arteri basalis dan arteri basalis memberi cabang
arteri spiralis.
Pada hamil normal, dengan sebab yang belum jelas terjadi invasi
trofoblas kedalam lapisan otot arteri spiralis yang menimbulkan
degenerasi lapisan otot tersebut sehingga terjadi dilatasi arteri spiralis.
Invasi trofoblas juga memasuki jaringan sekitar arteri spiralis sehingga
matriks menjadi gembur dan memudahkan lumen arteri spiralis ini
memberi dampak penurunan tekanan darah, penurunan resistensi
vascular, dan peningkatan aliran darah pada daerah uteroplasenta.
Akibatnya aliran darah ke janin cukup banyak dan perfusi jaringan
juga meningkat, sehingga dapat menjamin pertumbuhan janin dengan
baik. Proses ini dinamakan remodeling arteri spiralis.
Pada hipertensi dalam kehamilan tidak terjadi invasi sel-sel
trofoblas pada lapisan otot arteri spiralis dan jaringan matriks
sekitarnya. Lapisan otot arteri spiralis menjadi tetap kaku dank eras
sehingga lumen arteri spiralis tidak memungkinkan mengalami
distensi dan vasodilatasi. Akibatnya arteri spiralis relative mengalami
vasokonstriksi dan terjadi kegagalan remodeling arteri spiralis,
sehingga aliran darah uteroplasenta menurun dan terjadi hipoksia dan
iskemia plasenta. Dampak iskemia plasenta akan menimbulkan
perubahan-perubahan yang dapat menjellaskan patogenesisi hipertensi
dalam kehamilan selanjutnya.
Diameter rata-rata arteri spiralis pada hamil normal adalah 500
mikron, sedangkan pada preeclampsia rata-rata 200 mikron. Pada
hamil normal vasodilatasi lumen arteri spiralis dapat meningkatkan 10
kali aliran darah ke uteroplasenta.
2. Teori iskemia plasenta, radikal bebas dan disfungsi endotel
Sebagaimana dijelaskan pada teori invasi trofoblas, pada hipertensi
dalam kehamilan terjadi kegagalan remodeling arteri spiralis dengan
akibat plasenta mengalami iskemia. Plasenta yang bebas mengalami
iskemia dan hipoksia akan menghasilkan oksidan atau radikal bebas.
Oksidan atau radikal bebas adalah senyawa penerima electron atau
molekul yang mempunyai electron yang tidak berpasangan. Salah satu
oksidan penting yang dihasilalkan plasenta iskemia adalah radikal
hidroksil yang sangat toksik, khususnya terhadap membrane sel
endotel pembuluh darah. Sebenarnya produksi oksidan pada manusia
adalah suatu proses normal karena oksidan memang dibutuhkan untuk
perlingdungan tubuh. Adanya radikal hidroksil dalam darah mungkin
dahulu dianggap sebagai bahan toksin yang beredar didalam darah,
maka hipertensi dlam kehamilan disebut toksemia.
Radikal hidroksil akan merusak membrane sel, yang mengandung
banyak asam lemak tidak jenuh menjadi peroksida lemak. Peroksida
lemak selain akan merusak membrane sel, juga akan merusak nucleus
dan protein sel endotel.
Dalam kondisi normal, produksi oksidan dalam tubuh selalu
diimbangi dengan produksi antioksidan.
Pada hipertensi dalam kehamilan telah terbukti bahwa kadar
oksidan, khusunya peroksida lemak meningkat sedangkan antioksidan
menurun, sehingga terjadi dominasi kadar oksidan peroksida lemak
yang relatif tinggi. Peroksida lemak sebagai oksidan yang sangat
toksik akan beredar diseluruh tubuh dalam aliran darah dan akan
merusak membrane sel endotel.
Membrane sel endotel akan lebih mudah mengalami kerusakan
oleh peroksida lemak, karena letaknya lagsung berhubungan dengan
aliran darah dan mengandung banyak asam lemak tidak jenuh. Asam
lemak tidak jenuh sangat rentan terhadap oksidan radikal hidroksil
yang akan berubah menjadi peroksida lemak.
Akibat sel endotel terpapar terhadap peroksida lemak maka terjadi
kerusakan sel endotel yang kerusakannya dimulai dari membrane sel
endotel. Kerusakan membrane endotel mengakibatkan terganggunya
fungsi endotel bahkan rusaknya seluruh struktur sel endotel. Keadaan
ini disebut disfungsi endotel. Pada disfungsi endotel terjadi gangguan
metabolisme prostaglandin, kerusakan agregasi sel trombosit yang
mengakibatkan vasokonstriksi, peningkatan permeablitas kapiler,
peningkatan produksi bahan vasopressor seperti endotelin dan
peningkatan faktor koagulasi.
3. Teori intoleransi imunologik antara ibu dan janin
Dugaan bahwa faktor imunologik berperan tehadap terjadinya
hipertensi dalam kehamilan terbukti dengan fakta sebagai berikut :
Primigravida mempunyai risiko lebih besar terjadinya
hipertensi dalam kehamilan jika dibandingkan dengan
multigravida. Ibu multipara yang kemudian menikah lagi
mempunyai risiko lebih besar terjadinya hipertensi dalam
kehamilan jika dibandingkan dengan suami sebelumnya.
Seks oral mempunyai risiko lebih rendah terjadinya
hipertensi dalam kehamilan. Lamanya pepriode hubungan
seksa sampai saat kehamilan ialah makin lama periode ini,
makin kecil terjadinya hipertensi dalam kehamilan.
Pada kehamilan normal, respon imun tidak menolak adanya
hasil konsepsi yang bersifat asing. Hal ini disebabkan
adanya human leukocyte antigen protein G (HLA-G), yang
berperan penting dalam modulasi respon imun sehingga si
ibu tidak menolak hasil konsepsi. Adanya HLA-G pada
plasenta dapat melindungi trofoblas janin dari lisis oleh sel
nuclear killer (NK) ibu.
Selain itu, adanya HLA-G akan mempermudah invasi sel
trofoblas ke dalam jaringan desidua ibu. HLA-G
merupakan prakondisi untuk terjadinya invasi trofoblas ke
dalam jaringan desidua ibu, disamping untuk menghadapi
sel NK. Pada plasenta hipertensi dalam kehamilan, terjadi
penurunan ekspresi HLA-G. Berkurangnya HLA-G di
desidua daerah plasenta, menghambat invasi trofoblas
kedalam desidua. Invasi trofoblas sangat penting agar
jaringan desidua menjadi lunak dan gembur sehingga
memudahkan terjadinya dilatasi arteri spiralis. HLA-G juga
merangsang produksi sitokin yang memudahkan terjadinya
reaksi inflamasi.
Pada awal trimester kedua kehamilan perempuan dengan
kecenderungan terjadi preeclampsia ternyata memiliki proporsi
sel Helper yang lebih rendah disbanding normotensive.
4. Teori adaptasi kardiovaskuler
Pada hamil normal, pembuluh darah refakter terhadap bahan-bahan
vasopressor. Refrakter berarti pembuluh darah tidak peka terhadap
rangsangan bahan vasopressor atau dibutuhkan kadar vasopressor
yang lebih tinggi untuk menimbulkan respon vasokonstriksi. Pada
kehamilan normal terjadinya refrakter pembuluh darah terhadap bahan
vasopressor adalah akibat dilindungi oleh adanya sintesis
prostaglandin pada sel endotel pembuluh darah.
Pada hipertensi kehamilan, terjadi kehilangan daya refrakter
terhadap bahan vasokonstriktor dan terjadi penignkatan kepekaan
terhadap bahan vasopressor. Artinya daya refrakter pembuluh darah
terhadap bahan vasopressor hilang sehingga pembuluh darah menjadi
sangat peka terhadap bahan vasopressor. Peningkatan kepekaan pada
kehamilan yang akan menhadi hipertensi dalam kehamilan. s
5. Teori inflamasi
Teori ini berdasarkan fakta bahwa lepasnya debris trofoblas
kedalam sirkulasi darah merupakan rangsangan utama terjadinya
proses inflamasi. Pada kehamilan normal plasenta juga melepaskan
debris trofoblas, sebagai sisa-sisa proses apoptosis dan nekrotik
trofoblas akibat reaksi stress oksidatif.
Bahan-bahan ini sebagai bahan asing yang kemudian merangsang
timbulnya proses inflamasi. Pada kehamilan normal, jumlah debris
trofoblas masih dalam batas wajar, sehingga reaksi inflamasi juga
masih dalam batas normal. Berbeda dengan proses apoptosis pada
pereeklampsia. Pada preeclampsia terjadi stress oksidatif sehingga
produksi debris apoptosis dan nekrotik trofoblas juga meningkat.
Makin banyak sel trofoblas plasenta misalnya pada plasenta besar
pada hamil ganda maka reaksi stress oksidatif akan sangat meningkat,
sehingga jumlah sisa debris trofoblas juga makin meningkat. Keadaan
ini menimbulkan beban reaksi pada kehamilan normal. Respon
inflamasi ini akan mengaktivasi sel endotel, dan sel-sel
makrofag/granulosit, yang lebih besar pula. Sehingga terjadi reaksi
sistemik inflamasi yang menimbulkan gejala-gejala preeclampsia pada
ibu.
3.8.6 Diagnosis
Preeklampsia merupakan kondisi spesifik pada kehamilan yang
ditandai dengan adanya disfungsi plasenta dan respon maternal terhadap
adanya inflamasi sistemik dengan aktivasi endotel dan koagulasi.
Diagnosis preeklampsia ditegakkan berdasarkan adanya hipertensi spesifik
yang disebabkan kehamilan disertai dengan gangguan sistem organ
lainnya pada usia kehamilan diatas 20 minggu. Preeklampsia, sebelumya
selalu didefinisikan dengan adanya hipertensi dan proteinuria yang baru
terjadi pada kehamilan (new onset hypertension with proteinuria).
Meskipun kedua kriteria ini masih menjadi definisi klasik preeklampsia,
beberapa wanita lain menunjukkan adanya hipertensi disertai gangguan
multsistem lain yang menunjukkan adanya kondisi berat dari preeklampsia
meskipun pasien tersebut tidak mengalami proteinuria. Sedangkan, untuk
edema tidak lagi dipakai sebagai kriteria diagnostik karena sangat banyak
ditemukan pada wanita dengan kehamilan normal.4
Untuk menegakkan diagnosis preeclampsia diperlukan beberapa
parameter, diantaranya adalah :4
a. Penegakan diagnosis hipertensi
Hipertensi adalah tekanan darah sekurang-kurangnya 140
mmHg sistolik atau 90 mmHg diastolik pada dua kali
pemeriksaan berjarak 15 menit menggunakan lengan yang
sama. Definisi hipertensi berat adalah peningkatan tekanan
darah sekurang-kurangnya 160 mmHg sistolik atau 110 mmHg
diastolik. Berdasarkan American Society of Hypertension ibu
diberi kesempatan duduk tenang dalam 15 menit sebelum
dilakukan pengukuran tekanan darah pemeriksaan. Pengukuran
dilakukan pada posisi duduk posisi manset setingkat dengan
jantung, dan tekanan diastolik diukur dengan mendengar bunyi
korotkoff V (hilangnya bunyi).Ukuran manset yang sesuai dan
kalibrasi alat juga senantiasa diperlukan agar tercapai
pengukuran tekanan darah yang tepat. Pemeriksaan tekanan
darah pada wanita dengan hipertensi kronik harus dilakukan
pada kedua tangan, dengan menggunakan hasil pemeriksaan
yang tertinggi.
b. Penetuan proteinuria
Proteinuria ditetapkan bila ekskresi protein di urin melebihi
300 mg dalam 24 jam atau tes urin dipstik > +1. Pemeriksaan
urin dipstik bukan merupakan pemeriksaan yang akurat dalam
memperkirakan kadar proteinuria. Konsentrasi protein pada
sampel urin sewaktu bergantung pada beberapa faktor,
termasuk jumlah urin.3 Kuo melaporkan bahwa pemeriksaan
kadar protein kuantitatif pada hasil dipstik positif 1 berkisar 0-
2400 mg/24 jam, dan positif 2 berkisar 700-4000mg/24jam.6
Pemeriksaan tes urin dipstik memiliki angka positif palsu yang
tinggi, seperti yang dilaporkan oleh Brown, dengan tingkat
positif palsu 67-83%.8 Positif palsu dapat disebabkan
kontaminasi duh vagina, cairan pembersih, dan urin yang
bersifat basa.3 Konsensus Australian Society for the Study of
Hypertension in Pregnancy (ASSHP) dan panduan yang
dikeluarkan oleh Royal College of Obstetrics and Gynecology
(RCOG) menetapkan bahwa pemeriksaan proteinuria dipstik
hanya dapat digunakan sebagai tes skrining dengan angka
positif palsu yang sangat tinggi, dan harus dikonfirmasi dengan
pemeriksaan protein urin tampung 24 jam atau rasio protein
banding kreatinin. Pada telaah sistematik yang dilakukan Côte
dkk disimpulkan bahwa pemeriksaan rasio protein banding
kreatinin dapat memprediksi proteinuria dengan lebih baik
c. Penegakan preeclampsia
Seperti telah disebutkan sebelumnya, bahwa preeklampsia
didefinisikan sebagai hipertensi yang baru terjadi pada
kehamilan / diatas usia kehamilan 20 minggu disertai adanya
gangguan organ. Jika hanya didapatkan hipertensi saja, kondisi
tersebut tidak dapat disamakan dengan peeklampsia, harus
didapatkan gangguan organ spesifik akibat preeklampsia
tersebut. Kebanyakan kasus preeklampsia ditegakkan dengan
adanya protein urin, namun jika protein urin tidak didapatkan,
salah satu gejala dan gangguan lain dapat digunakan untuk
menegakkan diagnosis preeklampsia, yaitu: 1. Trombositopenia
: trombosit < 100.000 / mikroliter 2. Gangguan ginjal :
kreatinin serum >1,1 mg/dL atau didapatkan peningkatan kadar
kreatinin serum pada kondisi dimana tidak ada kelainan ginjal
lainnya 3. Gangguan liver : peningkatan konsentrasi
transaminase 2 kali normal dan atau adanya nyeri di daerah
epigastrik / regio kanan atas abdomen 4. Edema Paru 5.
Didapatkan gejala neurologis : stroke, nyeri kepala, gangguan
visus 6. Gangguan pertumbuhan janin yang menjadi tanda
gangguan sirkulasi uteroplasenta : Oligohidramnion, Fetal
Growth Restriction (FGR) atau didapatkan adanya absent or
reversed end diastolic velocity (ARDV)
d. Diagnosis preeclampsia berat
Beberapa gejala klinis meningkatkan morbiditas dan
mortalitas pada preeklampsia, dan jika gejala tersebut
didapatkan, akan dikategorikan menjadi kondisi pemberatan
preeklampsia atau disebut dengan preeklampsia berat. Kriteria
gejala dan kondisi yang menunjukkan kondisi pemberatan
preeklampsia atau preklampsia berat adalah salah satu dibawah
ini : 1. Tekanan darah sekurang-kurangnya 160 mmHg sistolik
atau 110 mmHg diastolik pada dua kali pemeriksaan berjarak
15 menit menggunakan lengan yang sama 2. Trombositopenia :
trombosit < 100.000 / mikroliter 3. Gangguan ginjal : kreatinin
serum >1,1 mg/dL atau didapatkan peningkatan kadar kreatinin
serum pada kondisi dimana tidak ada kelainan ginjal lainnya 4.
Gangguan liver : peningkatan konsentrasi transaminase 2 kali
normal dan atau adanya nyeri di daerah epigastrik / regio kanan
atas abdomen 5. Edema Paru 6. Didapatkan gejala neurologis :
stroke, nyeri kepala, gangguan visus 7. Gangguan pertumbuhan
janin menjadi tanda gangguan sirkulasi uteroplasenta:
Oligohidramnion, Fetal Growth Restriction (FGR) atau
didapatkan absent or reversed end diastolic velocity (ARDV).
Beberapa penelitian terbaru menunjukkan rendahnya
hubungan antara kuantitas protein urin terhadap luaran
preeklampsia, sehingga kondisi protein urin masif ( lebih dari 5
g) telah dieleminasi dari kriteria pemberatan preeklampsia
(preeklampsia berat). Kriteria terbaru tidak lagi
mengkategorikan lagi preeklampsia ringan, dikarenakan setiap
preeklampsia merupakan kondisi yang berbahaya dan dapat
mengakibatkan peningkatan morbiditas dan mortalitas secara
signifikan dalam waktu singkat.
3.8.7 Penatalaksanaan
a. Tatalaksana Umum10
SINDROMA HELLP
Diagnosis Hemolisis, peningkatan kadar enzim hati, dan
trombositopeni
Tatalaksana : Lakukan terminasi kehamilan.
3.8.8 Pencegahan
Terminologi umum ‘pencegahan’ dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu:
primer, sekunder, tersier. Pencegahan primer artinya menghindari
terjadinya penyakit. Pencegahan sekunder dalam konteks preeklampsia
berarti memutus proses terjadinya penyakit yang sedang berlangsung
sebelum timbul gejala atau kedaruratan klinis karena penyakit tersebut.
Pencegahan tersier berarti pencegahan dari komplikasi yang disebabkan
oleh proses penyakit, sehingga pencegahan ini juga merupakan tata
laksana, yang akan dibahas pada bab selanjutnya.4
A. Pencegahan Primer
Perjalanan penyakit preeklampsia pada awalnya tidak memberi
gejala dan tanda, namun pada suatu ketika dapat memburuk dengan
cepat. Pencegahan primer merupakan yang terbaik namun hanya dapat
dilakukan bila penyebabnya telah diketahui dengan jelas sehingga
memungkinkan untuk menghindari atau mengkontrol penyebab-
penyebab tersebut, namun hingga saat ini penyebab pasti terjadinya
preeklampsia masih belum diketahui. Sampai saat ini terdapat berbagai
temuan biomarker yang dapat digunakan untuk meramalkan kejadian
preeklampsia, namun belum ada satu tes pun yang memiliki
sensitivitas dan spesifitas yang tinggi. Butuh serangkaian pemeriksaan
yang kompleks agar dapat meramalkan suatu kejadian preeklampsia
dengan lebih baik. Praktisi kesehatan diharapkan dapat
mengidentifikasi faktor risiko preeklampsia dan mengkontrolnya,
sehingga memungkinkan dilakukan pencegahan primer. Dari beberapa
studi dikumpulkan ada beberapa faktor yang terbukti meningkatkan
risiko preeklampsia.4
BAB III
LAPORAN KASUS
I. Identitas Pasien
Nama Pasien : Ny. E Nama Suami : Tn. D
Umur : 37 tahun Umur : 39 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama/suku : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : JL.
No. MR : 177181
II. Anamnesis
1. Keluhan utama: Pasien datang ke IGD RSUD Bangkinang pada tanggal
8 Desember 2019, pukul 23.50 dengan keluhan nyeri pinggang sampai ke
ari-ari sejak tadi pagi SMRS.
2. Riwayat penyakit sekarang :
Pasien datang ke IGD RSUD Bangkinang pada tanggal 8 Desember 2019,
pukul 21.00 dengan keluhan nyeri pinggang sampai ke ari-ari sejak tadi
pagi SMRS dengan G3P2A0H2 (40 minggu) + PEB. Pasien mengeluhkan
nyeri pinggang sampai ke ari-ari sejak tadi pagi SMRS, nyeri dirasakan
hilang timbul. Keluar air dari jalan lahir sedikit-sedikit. Pasien juga
mengeluhkan keluar lendir bercampur darah. Selama kehamilan ini os
mengaku baru selama cek kehamilan sebelumnya tekanan darah dalam
batas normal. Dan baru diketahui tekanan darah tinggi waktu cek 2 hari
yang lalu di Puskesmas. keluhan nyeri kepala hebat bagian depan (-),
pandangan mata kabur (-), nyeri ulu hati (-), muntah (-).
Pasien mengaku hamil dengan HPHT tidak ingat. Pasien hanya
ingat HPHT bulan maret 2019. dengan taksiran tanggal persalinan
Desember 2019. DJJ (+) 148x/i, His (-), Pasien memeriksakan kehamilan
di bidan rutin setiap bulan. Selama hamil tidak ada riwayat tekanan darah
tinggi, demam, keputihan dan keluhan gigi berlubang.
Kepala : Normocephali
Mata : Konjungtiva Anemis (-/-)
Sklera ikterik (-/-)
Leher : Pembesaran KGB (-) pembesaran tiroid (-)
Jantung : I: Ictus cordis tidak terlihat
P: Ictus Cordis teraba pada ICS 5 linea axilaris sinistra
P: batas jantung kanan pada linea sternalis, batas jantung
Kiri pada linea midclavikula ICS 5
A: BJ I dan II murni regular, murmur (-), gallop (-)
Paru : I: Simetris kanan dan kiri
P: Vokal Premitus Simetris
P: Sonor
A: Vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronkhi (-/-)
Vagina : Darah (-)
Ekstremitas : Superior & inferior akral hangat, CRT <2’, edema (-)
2. Status obstetrikus :
Muka : Cloasma Gravidarum (-)
Mammae :
Hiperpigmentasi areola (+)
Abdomen :
o Inspeksi : tampak perut cembung membesar sesuai usia kehamilan
o Palpasi :
L1 : Fundus uteri dipertengahan procesuss xyphoideus-pusat,
teraba massa lunak, bulat dan tidak melenting (kesan bokong)
L2 : Teraba tahanan terbesar di sebelah kanan dan teraba
bagian-bagian kecil janin di sebelah kanan (pu-ka)
L3 : Teraba masa bulat keras (kepala)
L4 : Kepala belum masuk pintu atas panggul ( Konvergen )
Tinggi fundus uteri = 34 cm
His (+), tidak teratur.
o Auskultasi DJJ : 140-148 x/menit
o Taksiran Berat Janin : 4200 gram
o Genitalia eksterna : bloody show (-)
o VT: konsistensi serviks kenyal, pembukaan 1-2 cm, selaput
ketuban pecah , kepala Hodge I.
Genitalia Eksterna
o Inspeksi : bloody show (+)
Genitalia Interna
o VT : 3 cm, portio tipis, ketuban (+)
o Janin:
Presentasi : Kepala
Situs :-
Station :-
Ketuban :+
o Portio:
Konsistensi :
Pembukaan : 3 cm
Penipisan : tipis
Arah sumbu :-
IV.Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium:
Darah Lengkap :
Golongan darah :O Limfosit :
Hemoglobin : 13,0 gr% Monosit :
Leukosit : 7.8 103/ mm3 Eritrosit :
Trombosit : 209 103/ mm3 MCV :
Eosinofil : MCH :
Basofil : MCHC :
Netrofil batang : Rhesus : (+)
Netrofil segment : LED :
Hematokrit : 38,2 103/m3
Pemeriksaan gula darah
Glukosa Darah : 109 mg/dL
Faal Hati :
Ureum : 4 mg/dL
Creatinin : 0,5 mg/dL
Faal Hati :
SGOT : 17 U/L
SGPT : 7 U/L
Urinalisa
Warna : Kuning
Berat Jenis : 1.010
pH : 7.0
Lekosit :Negatif
Nitrit :Negatif
Protein :+1
Glukosa :Negatif
Keton :Negatif
Urobilinogen :Negatif
Bilirubin :Negatif
Eritrosit :+2
Sedimen :
Bakteri :Negatif
Eritrosit :10-15
Lekosit :0-2
Epitel :0-1
Kristal :Negatif
VI. Penatalaksanaan
Observasi keadaan umum, tanda vital, denyut jantung janin, tanda
impending
IVFD RL 20 tpm/makro + drip MgS04 40% 20 cc -> 20 gtt/i
Metildopa 250 mg
Asam Mefenamat 2 x 1
Injeksi Asam Traneksamat 2 x 1
Injeksi Ketorolac 2 x 1
VII.Rencana Tindakan
IX. Prognosis
Dubia ad bonam
10 -12-2019 S: Nyeri bekas operasi (+), lemas (+), Asi (-), BAB (-), BAK (+)
10.00 WIB cateter, Lochia Rubra (+)
O: TD: 170/100 mmHg N: 82x/i RR: 20x/i T: 36,6co
A: P3A0H3 Post SC a/i CPD anak besar + Preeklamsia +NH1
P: - obs. Ku, TTV, P/V
IVFD RL 20 tpm/makro + drip MgS04 40% 20 cc -> 20
gtt/i
Metildopa 250 mg
Asam Mefenamat 2 x 1
Injeksi Asam Traneksamat 2 x 500
Injeksi Ketorolac 2 x 1
Cefadroxil 2 x 500 mg
Metronidazol 2 x 500 mg
Bionemi 1 x 1
Pasang kateter
O2(+
- Kateter menetap
11 -12-2019 S:
09.00 wib Nyeri bekas operasi (+), Asi (-), BAB (-), BAK (+) , Lochia Rubra
(+)
O: TD: 130/80 mmHg N: 80x/i RR: 20x/i T: 37,5o
TFU: 2 jari diatas umbilicus
A: P3A0H3 Post SC a/i CPD anak besar + Preeklamsia +NH2
P: - obs. Ku, TTV, P/V
- Ivfd RL 20 tpm + 20 IU oxcytocin
Metildopa 250 mg
Asam Mefenamat 2 x 1
Injeksi Asam Traneksamat 2 x 500
Injeksi Ketorolac 2 x 1
O2(+)
Cefadroxil 2 x 500 mg
Metronidazole 2 x 500 mg
Asam mefenamat 2 x 500 mg
Bionemi 1 x 1 tab
Aff cateter
Aff infus
12-1-2019 S: Nyeri luka operasi (+), ASI sedikit, BAB (-), BAK (+), batuk(+)
O: TD: 110/60 N: 80x RR: 20x/i T: 36,6o
A: P3A0H3 Post SC a/i CPD anak besar + Preeklamsia +NH3
P:
Metildopa 250 mg
Asam Mefenamat 2 x 1
Injeksi Asam Traneksamat 2 x 500
Injeksi Ketorolac 2 x 1
Cefadroxil 2 x 500 mg
Metronidazole 2 x 500 mg
Asam mefenamat 2 x 500 mg
Bionemi 1 x 1 tab
OS boleh pulang
BAB IV
PEMBAHASAN
Cunningham FG, Gant FN, Leveno KJ, dkk. Obstetri Williams. Edisi 21. Jakarta:
EGC, 2005.
Sari Wardani MP, Indikasi Operasi Caesar Pada Pasien Dengan Disproporsi
Kepala Panggu,http://www.fkumyecase.net/wiki/index.php?
page=indikasi+operasi+caesar+pada+pasien+dengan+disproporsi+kepala+panggu
l&highlight=search, 22 of Sep, 2010 [03:07 UTC]