Anda di halaman 1dari 7

Laporan Kasus

“Fobia Khas”

Pembimbing: Willy Steven, dr., Sp.KJ


Singgih
112019132

FALKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA 2020
RSJ Dr. SOEHARTO HEERDJAN JAKARTA
1) Identitas Pasien:
Nama Lengkap :Ny. IS
Jenis Kelamin :Wanita
Umur :62 tahun
Alamat :Kp. Cijerah Blok XI no 57
Status :Janda
Pendidikan :SLTA
Agama :Islam
Suku :Sunda
Pekerjaan :Ibu rumah tangga
2) Riwayat Psikatri
Keluhan utama:
Kesulitan Tidur
Riwayat penyakit sekarang :
Pasien mengeluh untuk tidur 2 hari kebelakang. Pasien juga merasa gelisah saat tidak ada
kegiatan terutama saat menjelang waktu tidur. Pasien merasa gelisah juga takut karena terpikiran
tentang kematian. Pasien selalu memikirkan bagaimana jika pasien meninggal, dan bagaimana
kehidupan pasien setelah meninggal nanti.
Pada tahun 2014 pasien mengalami kesulitan tidur selama 3 hari, pasien merasa sangat
lelah dan sangat ingin tidur hingga pasien menangis ingin sekali bisa tertidur. Pasien sulit tidur
karena merasa gelisah dan takut tentang kematian dan bagaimana kehidupan setelah kematian.
Hal tersebut muncul setelah pasien mendengar kabar kerabat pasien meninggal. Setelah pasien
mengalami pengobatan beberapa bulan pasien merasa lebih baik.
Pada maret 2015 suami pasien meninggal. Pasien sangat terpukul karena kehilangan
sosok sang suami. Pasien menjadi gelisah dan ketakutan tentang bagaimana keadaan suaminya
setelah meninggal, apa yang akan terjadinya pada suaminya setelah meninggal. Pasien lebih
banyak berdiam diri dirumah dan menjadi takut melakukan aktivitas keluar rumah karena hal ini
dapat membuat pasien meninggal, karena keluhan ini pasien Kembali ke RS untuk berobat.
Pasien jadi sering merasa keluhan-keluhan pada tubuhnya. Jika dadanya terasa sakit
pasien akan merasa cemas dan khawatir jika terjadi sesuatu pada jantungnya. Suatu hari pasien
menemani cucunya untuk pergi kewarung dan tersandung dengan batu. Pasien mengalami
memar pada dagunya dan hal ini membuatnya takut untuk keluar.
Riwayat Keluarga
Sejak 2 tahun lalu ditinggal suami yang meninggal, pasien tinggal sendiri dengan dirawat
kedua anaknya secara bergantian. Keluhan pada pasien tidak ditemukan pada orangtua maupun
sodara pasien.
Riwayat Hidup
Pasien tidak pernah merokok, konsumsi alcohol maupun obat-obatan terlarang. Pasien
memiliki Riwayat darah tinggi sejak 2 tahun yang lalu,dan selalu kontrol rutin serta
mengkonsumsi obat. Riwayat kencing manis tidak ada. Riwayat operasi pada kepala, ataupun
cedera kepala tidak ada.
Riwayat Pekerjaan
Pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga
Riwayat Perwakinan
Pasien menikah 1 kali dengan perkawinan yang harmonis
Kepribadian Sebelum Sakit
Pasien merupakan pribadi yang baik, lembut dan penyayang keluarga. Hubungan pasien dengan
keluarga dan tetangga sekitar baik. Menurut anaknya semasa ayahnya masih hidup, keduanya
sering melakukan kegiatan bersama.
Riwayat Sosial
Hubungan pasien dengan tetangga sangat baik dan pasien aktif mengikuti berbagai
kegiataan dipuskesmas seperti prolanis dari puskesmas dan juga mengikuti berbagai kegiataan
pengajian-pengajian di sekitar masjid.
Konsep dan Konsekuensi
Moral : Pasien patuh dengan aturan moral yang ada, tingkah lakunya sopan dan santun
Agama: Pasien taat beribadah dan mengaji
Materi: Secara ekonomi pasien cukup
Ambisi: tidak ada keterangan tentang ambisi pasien
Status Fisik:
Tanda vital:
TD:120/80
R: 21x/menit
TB:157cm
N :88x/menit
Suhu: 36,7 celcius
BB :60kg
Status generalis: dbn
Status neurologis:dbn
Status Psikikus :
Penampilan :Rapi dan bersih dari pakaian yang digunakan, roman muka cemas, decorum baik
Cara Bicara :Kecepatan normal dan sambil menarik nafas panjang
Tingkah laku :Sering memegang ujung baju
Ekspresi emosi: cemas
Pikiran dan persepsi
Isi pikiran :takut akan kehidupan setelah kematian
Bentuk :Realistik
Jalan Pikir :Koheren
Persepsi :Tidak halusinasi dan ilusi
Fungsi Kognisi
Kesadaran :Compos mentis
Orientasi :Orientasi tempat, waktu dan orang baik
Konsentrasi :baik
Memori :jangka panjang dan pendek baik
Kalkulasi :baik
Intelegensia :sesuai dengan tingkatan pendidikan
Penilaian abstrak: baik
Tilikan :5 ( mengetahui penyakitnya dari faktor-faktor yang berhubungan dengan
penyakitnya namun tidak menerapkan perilaku hidup praktis)
Diagnosis multiaxial
Axis 1 : Diagnosa Kerja: Fobia Khas
Axis 2 :Tidak ada
Axis 3 :Tidak ada
Axis 4 :masalah keluarga: suami meninggal
Axis 5 :61-70
Penatalaksanaan:
Farmakoterapi
Sentraline 10mg :1-0-0
Clobazam 10mg :1-0-1
Non Farmakoterapi
Terapi CBT( cognitive behaviour terapy) diberikan berupa teknik pelatihan nafas dan meditasi
agar pasien dapat lebih tenang saat rasa gelisah dan cemas dirasakan. Selain itu terapi pajanan
merupakan terapi yang paling lazim digunakan. Pada terapi ini pasien terpajan secara bertingkat
yang ditingkatkan sendiri oleh pasien terhadap stimulus fobik, dan mereka mengajarkan berbagai
Teknik menghadapi anxietas seperti relaksasi, kendali pernapasan dan pendekatan kognitif.
Pendekatan kognitif ini mencakup memperkuat penyadaran bahwa situasi fobik, pada
kenyataanya aman. Aspek kunci keberhasilan adalah komitmen pasien untuk mengikuti terapi,
masalah dan tujuan yang terindentifikasi dengan jelas, strategi alternative yang tersedia untuk
menghadapi perasaan pasien.
Edukasi :
 Pasien dianjurkan untuk mengurung diri dirumah dan mencoba membuka diri pada
lingkungan
 Keluarga menjadi dukungan utama dengan perhatian dan kasih sayang
 Memperbanyak kegiataan pasien untuk mengisi waktu luang
 Keluarga juga tidak boleh meremehkan penyakit pasien dan tidak membuat pasien
sendiri
 Keluarga menjadi pendengar yang baik untuk pasien
Prognosis:
Quo ad vitam :Ad bonam
Quo ad Functionam :Dubia ad bonam
Pembahasaan:
Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan Ny Is didapatkan bahwa pasien mengalami kesulitan tidur
2 hari ini karena gelisah dan takut akan apa yang harus dilakukan beliau setelah kematian. Hal
ini dipicu saat pasien mendengar kabar kerabatnya ada yang meninggal sejak saat itu pasien
merasa cemas dan gelisah, 1 tahun dari kejadian itu pasien kehilangan suami dan hal ini
memperburuk rasa gelisah dan cemas, pasien berfikir jika meninggal hal apa yang akan
dilakukan sehingga membuat pasien mengurung diri dirumah dan pasien juga merasa sulit untuk
tidur, oleh karena itu pasien masuk dalam diagnosis F40.2 fobia khas(terisolasi).

Pada pasien ini diberikan terapi clobazam 1x10 mg. Clobazam merupakan salah satu derivat dari
golongan benzodiazepin. Hampir semua efek benzodiazepin bekerja pada SSP dengan efek
utama: sedasi, hipnosis, pengurangan terhadap rangsangan, emosi atau anxietas, relaksasi otot
dan antikonvulsi. Kerja benzodiazepin terutama merupakan interaksinya dengan reseptor
penghambat neurotransmitter yang diaktifkan oleh asam gamma amino butirat (GABA).
Reseptor GABA merupakan protein yang terikat kepada membran  dan dibedakan menjadi 2
bagian besar sub-tipe yaitu reseptor GABA A terdiri dari 5 atau lebih subunit (bentuk majemuk
dari a, b, g subunit) yang membentuk suatu kanal ion klorida kompleks. Reseptor
GABAA berperan pada sebagian besar neurotransmitter di SSP. Sebaliknya, reseptor
GABAB, yang terdiri dari peptida tunggal dengan 7 daerah trans membran, digabungkan terhadap
mekanisme signal transduksinya oleh protein-G. Benzodiazepin bekerja pada reseptor
GABAA tidak pada reseptor GABAB. Clobazam  mengikat satu atau lebih reseptor GABA spesifik
di beberapa tempat di SSP termasuk sistem limbik dan reticulo formatio. Clobazam merupakan
GABA reseptor agonis yang memiliki subtitusi biasa yaitu1-4diazepine. Perubahan ini
menghasilkan pengurangan 80% dalam aktivitas anxiolitik dan penurunan 10 kali lipat dalam hal
sedatifnya. Peningkatan permeabilitas dari membran neuronal terhadap ion klorida menghasilkan
inhibit GABA yang kemudian terjadi hiperpolarisasi dan stabilisasi pada pasien. Selain itu pasien
juga diberikan Sertraline 1x 25 mg. Sertraline merupakan golongan SSRI. Seperti SSRI lain obat
ini bekerja dengan menghambat reuptake serotonin kedalam prasinaps sarap terminal. Alhasil
akan terjadi peningkatan neurotransmisi oleh serotonin sehingga menimbulkan efek
antidepresan. Sehingga terapi sudah tepat dengan mengunakan obat kombinasi golongan
clobazam dan benzodiazepin selama 2 sampai 3 minggu.
Selain itu diperlukan juga untuk terapi non farmakologi seperti CBT dan terapi pajanan. Terapi
CBT( cognitive behaviour terapy) diberikan berupa teknik pelatihan nafas dan meditasi agar
pasien dapat lebih tenang saat rasa gelisah dan cemas dirasakan. Selain itu terapi pajanan
merupakan terapi yang paling lazim digunakan. Pada terapi ini pasien terpajan secara bertingkat
yang ditingkatkan sendiri oleh pasien terhadap stimulus fobik, dan mereka mengajarkan berbagai
Teknik menghadapi anxietas seperti relaksasi, kendali pernapasan dan pendekatan kognitif.
Pendekatan kognitif ini mencakup memperkuat penyadaran bahwa situasi fobik, pada
kenyataanya aman. Aspek kunci keberhasilan adalah komitmen pasien untuk mengikuti terapi,
masalah dan tujuan yang terindentifikasi dengan jelas, strategi alternative yang tersedia untuk
menghadapi perasaan pasien.

Anda mungkin juga menyukai