Anda di halaman 1dari 23

KONSEP DAN PRINSIP-PRINSIP DASAR ETIKA,

MORAL, HUKUM DAN AGAMA


Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Etika Bisnis Islam

Dosen Pengampu : Dr. Nafis Irkhami, M.Ag., M.A.

Disusun Oleh:
1. IPUNG SETIANINGSIH 63010180041
2. SITI MURTIYANTI 63010180066
3. SITI MELLYZAVERA 63010180091
4. ANNISA NUR PEBRIYANTI 63010180151

PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2020

1
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT yang telah


memberikan rahmat dan hidayah-Nya, dan tak lupa shalawat dan salam senantiasa
kita panjatkan kepada panutan alam, Nabi Muhammad SAW, kami merasa
bahagia dapat meyelesaikan makalah “Konsep Dan Prinsip-Prinsip Dasar Etika,
Moral, Hukum Dan Agama”. Makalah ini di buat untuk melengkapi Tugas dari
Dosen Pengampu Mata Kuliah Etika Bisnis Islam Bapak Dr. Nafis Irkhami,
M.Ag., M.A.

Penulis menyadari bahwa kami tidak mampu menyelesikan makalah ini


tanpa bantuan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini izinkan kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang secara materiil maupun
moril memberikan bantuan demi terselesaikannya makalah ini. Kami
mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Nafis Irkhami, M.Ag., M.A. selaku
dosen Etika Bisnis Islam di IAIN Salatiga, dan tidak lupa kepada kedua Orang tua
yang selalu memberi dukungan.

Akhirnya kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
dan semoga bisa dipergunakan dengan baik. Kami mengharap kritik dan saran
yang membangun dari pembaca.

Salatiga, 25 Februari 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................2
DAFTAR ISI.....................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG............................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH.......................................................................................4
C. TUJUAN PENULISAN.........................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................5
A. KONSEP ETIKA, MORAL, HUKUM DAN AGAMA.....................................5
Etika......................................................................................................................5
Moral.....................................................................................................................9
Hukum.................................................................................................................11
Agama.................................................................................................................12
B. TUJUAN ETIKA, MORAL, HUKUM DAN AGAMA....................................14
Tujuan Etika :......................................................................................................14
Tujuan Moral :....................................................................................................14
Tujuan Hukum :...................................................................................................15
Tujuan Agama :...................................................................................................16
C. PRINSIP ETIKA, MORAL, HUKUM DAN AGAMA....................................17
Prinsip Etika........................................................................................................17
Prinsip Moral......................................................................................................19
Prinsip Hukum.....................................................................................................20
Prinsip Agama.....................................................................................................21
BAB III PENUTUP........................................................................................................22
A. KESIMPULAN....................................................................................................22
B. SARAN................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................23

BAB I

PENDAHULUAN

3
A. LATAR BELAKANG
Seiring berkembangnya zaman kini banyak orang yang sudah banyak
kehilangan nilai etika, moral, hukum dan agama. Sebenarnya nilai-nilai itu
tumbuh dari proses kemasyarakatan dan hasil dari kehidupan bermasyarakat.
Semua orang dilahirjan dalam suatu masyarakat dan mengalami sosialisasi untuk
menerima aturan-aturan masyarakat yang sudah ada.
Dalam hal ini etika, moral, hukum dan agama sangatlah berperan penting
dalam menjalankan hubungan yang ada dalam masyarakat. Karena dengan 4 hal
tersebut yang akan membuat hidup kita bisa hidup damai. Tapi akhir-akhir ini
keempat hal tersebut sudah mulai menghilang karena itu kami disini membahsa
makalah tentang konsep san prinsip dasar mengenai etika, moral, hukum dan
agama.
Pendidikan islam pada dasarnya adalah sebagai wahana pembentukan
manusia yang bermoralitas tinggi. Didalam ajaran Islam moral atau akhlak tidak
dapat dipisahkan dari yang namanya keimanan. Disamping kemajuan teknologi
akibat adanya era globalisasi, kita melihat pula arus menurunnya akhlak yang
semakin melanda dikalangan para pemuda zaman sekarang. Dalam surat kabar,
media TV, media sosial banyak beredar berita tentang tawuran pelajar,
penyebaran narkotika, pemakaian obat bius, minuman keras, meningkatnya kasus
kehamilan remaja putri dan lain sebagainya. Hal inilah yang menjadi masalah
yang harus dihadapi masyarakat saat ini.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Hakikat Etika, Moral, Hukum dan Agama?
2. Apa Tujuan Etika, Moral, Hukum dan Agama?
3. Apa Prinsip Etika, Moral, Hukum dan Agama?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk Mengetahui Hakikat Etika, Moral, Hukum dan Agama?
2. Untuk Mengetahui Tujuan Etika, Moral, Hukum dan Agama?
3. Untuk Mengetahui Prinsip Etika, Moral, Hukum dan Agama

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP ETIKA, MORAL, HUKUM DAN AGAMA


Etika
Dalam bahasa Inggris etika disebut ethic (tunggal), yang dapat
didefinisikan sebagai “a system of moral principles or rules of behaviour.”
Dengan demikian etika dapat diterjemahkan dengan ”suatu sistem, prinsip
moral, aturan atau cara berperilaku.” Akan tetapi, terkadang ethics (dengan
tambahan huruf s) dapat berarti singular. Dalam bentuk tunggalnya, ethics
berarti; Suatu cabang filsafat yang membicarakan tentang prinsip-prinsip
moral (The branch of philosophy that deals with moral principles).”
Sedangkan dalam bentuk jamak, ethics berarti; Moral principles that
govern or influence a person’s behaviour2; yang dapat diterjemahkan
sebagai, “Prinsip-prinsip moral yang membentuk atau mempengaruhi
perilaku seseorang.”
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia :
1) Etika merupakan ilmu tentang apa yang baik dan yang buruk serta
tentang hak dan kewajiban moral (akhlak);
2) Moral memiliki arti: a) ajaran tentang baik buruk yang diterima
umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, akhlak, budi pekerti,
asusila; b) kondisi mental yang membuat orang tetap berani,
bersemangat, bergairah, berdisiplin, isi hati atau keadaan perasaan.
Secara etimologis, etika dan etos berasal dari dari kata Yunani
ethos yang berarti tempat tinggal yang biasa; padang rumput; kandang;
adat; akhlak; watak perasaan; sikap; cara ber pikir. Sedangkan dalam
bentuk jamaknya (ta etha) ia memiliki arti sebagai adat kebiasaan. Etika
dalam bentuk jamak inilah yang digunakan oleh filosuf Aristoteles (384-
322 SM) untuk menerangkan studi mereka tentang filsafat moral (tata nilai
dan idiologi) Yunani.

5
Penggunaan kata etos mengalami berbagai perubahan makna
(terminologis) dan juga digunakan dalam berbagai pengertian. Pertama,
etos dipahami sebagai suatu aturan umum atau aturan hidup. Kedua, etos
sebagai suatu tatanan perilaku. Ketiga, patokan bagi jalan hidup dan aturan
tingkah laku. Perbedaan dan dinamika pemaknaan etos tersebut semakin
memperkukuh bukti bahwa ia menjadi bagian dari kajian filsafat. Dengan
demikian, dalam konteks keilmuan, sejak awal etika telah menjadi cabang
dari ilmu filsafat yang memperbincangkan tentang nilai dan norma moral
yang mengatur perilaku kehidupan manusia.
Secara historis, kajian etika lahir dari runtuhnya tatanan moral
dalam kebudayaan Yunani kurang lebih 25 abad yang lalu. Para filosuf
berupaya menggali kembali dasar-dasar tatanan perilaku etis yang pada
waktu itu telah dikesampingkan oleh masyarakat. Pada mulanya, etika
merupakan semacam panduan bagi individu untuk menjadi manusia baik.
Dengan demikian, urusan etika menjadi konsen bagi seluruh masyarakat.
Berdasarkan konsep tersebut, etika adalah bagian dari etos, yaitu usaha
untuk mengerti aturan sosial yang menentukan dan membatasi tingkah
laku manusia, terutama aturan yang ber sifat fundamental.
Dalam perkembangannya, istilah etika kemudian juga di gunakan
untuk tiga pengertian yang berbeda namun saling berkaitan.
1. Etika sebagai pola umum cara berkehidupan (way of life).
2. Etika sebagai seperangkat aturan perilaku (rules of conduct).
3. Etika sebagai patokan ways of life dan rules of conduct.
Berdasarkan pengertian diatas, etika selalu dikaitkan dengan
tatanan kehidupan sehari-hari suatu masyarakat. Etika bisa dipandang
sebagai sebuah refleksi kritis dan rasional mengenai nilai dan norma moral
yang dijunjung tinggi dalam kehidupan bermasyarakat, baik secara pribadi
maupun kelompok. Dengan demikian etika merupakan cabang ilmu
filsafat yang mempelajari pandangan dan persoalan yang berhubungan
dengan masalah kesusilaan yang berisi ketentuan norma-norma moral dan

6
nilai-nilai yang daat menentukan perilaku manusia dalam kehidupan
sehari-hari.
Beberapa filsafat etika mengklasifikasikan etika berdasarkan sifatnya
menjadi tiga, yaitu etika deskriptif, normatif dan metaetika.
1. Etika Deskriptif (Descriptive Ethics)
Etika deskriptif adalah sebuah kajian empiris atas berbagai aturan
dan kebiasaan moral individu, sebuah kelompok atau masyarakat,
agama tertentu, kepercayaan, dan sebagainya. Dengan demikian etika
deskriptif mencoba mendalami fakta sebagaimana adanya, yaitu
mengenai nilai dan pola perilaku manusia sebagai suatu fakta yang
terkait dengan situasi dan realitas konkrit yang membudaya. Kajian ini
berusaha meneropong perilaku manusia dan memahami apa yang
mereka kejar dalam hidup ini sebagai suatu yang bernilai.
Karena etika deskriptif hanya bersifat menggambarkan, maka
dalam hal ini tidak ada analisis dan evaluasi. Sebagai contoh, ketika
meneliti tentang perilaku atau budaya masyarakat mengenai etos kerja
mereka, maka kajian ini tidak menilai apakah etos kerja yang
dilakukan tersebut sesuai dengan doktrin-doktrin agama tertentu atau
tidak, dan sebagainya. Namun, ia akan meneliti bagaimana persepsi
masyarakat tentang bekerja, tentang penghasilan, tentang harta dan
sebagainya.
2. Etika Normatif (Normative ethics)
Etika normatif merupakan sebuah kajian menelaah teori-teori
moral tentang kebenaran dan kesalahan. Ia membahas sesuatu yang
menentukan sikap dan pola perilaku ideal yang seharusnya dimiliki
oleh manusia, atau apa yang seharusnya dijalankan oleh manusia dan
tindakan apa yang seharusnya dilakukan untuk mencapai apa yang
bernilai atau dijunjung tinggi dalam hidup ini.
Dengan demikian, etika normatif membahas tentang norma-norma
yang menuntun tingkah laku manusia, serta memberi penilaian kepada
manusia untuk bertindak sebagaimana seharusnya berdasarkan

7
ketentuan tersebut. Sebagai contoh, bidang ilmu ini akan mengkaji
masalah, bunuh diri, korupsi, perzinahan, pelecehan seksual, dan
sebagainya. Hal-hal tersebut tidak bisa diterima karena bertentangan
dengan martabat manusia yang harus dijunjung tinggi.
Etika normatif dikategorikan menjadi dua; etika umum dan khusus.
Etika umum memfokuskan kajian pada hal-hal yang bersifat umum,
misalnya mengenai apa yang dimaksud dengan norma moral, mengapa
norma moral berlaku secara umum, apa perbedaan antara hak dan
kewajiban, apa yang disebut dengan hak asasi manusia dan seterusnya.
Sedangkan etika khusus menitikberatkan kajian pada persoalan
perilaku etis manusia yang bersifat khusus, seperti mengenai etika
bisnis, etika kedokteran, etika politik, etika lingkungan dan
sebagainya. Etika khusus ini dapat diklasifikasikan lagi menjadi etika
individual dan etika sosial.
3. Metaetika “Critical ethics (“metaethics”)
Awalan meta (bahasa Yunani) dalam kata metaetika berarti
“melebihi” atau “melampaui.” Dengan demikian, kajian etika dalam
kategori ini membahas persoalan-persoalan yang lebih mendalam
daripada sekedar memahami perilaku etis. Studi metaetika mendalami
logika, metodologi dan bahasa-bahasa yang digunakan dalam
diskursus dan argumen moral. Dalam hal ini metaetika yang juga
sering disebut etika analitis– tidak berkaitan dengan fakta-fakta
empiris atau historis, dan juga tidak melakukan penilaian evaluasi atau
normatif.
Kajian metaetika mendalami persoalan-persoalan etika yang
bersifat fundamental-filosofis, yaitu kajian bahasa dan logika khusus
yang digunakan dalam bidang moral. Sebagai contoh, ia
mempertanyakan: apa makna dari penggunaan ungkapan “benar” atau
“salah”, “baik” dan “buruk”? mengapa suatu perbuatan tertentu
dikatakan baik sementara yang lainnya dikatakan buruk? Ringkasnya

8
per hatian etika analitis dipusatkan kepada analisis filsafat yang
mendalam.

Moral
Moral berasal dari bahasa latin mores (kata dasar mos, moris) yang
berarti adat istiadat, kebiasaan, cara, dan tingkah laku. Bila dijabarkan
lebih jauh moral mengandung arti; (1) baik atau buruk, benar atau salah,
tepat atau tidak tepat dalam aktivitas manusia, (2) tindakan benar, adil, dan
wajar, (3) kapasitas untuk diarahkan pada kesadaran benar-salah, dan
kepastian untuk mengarahkan kepada orang lain sesuai dengan kaidah
tingkah laku yang dinilai benar atau salah, (4) sikap seseorang dalam
hubungannya dengan orang lain.
Dalam islam, moral disebut dengan akhlak atau perangai, sedang
akhlak berasal dari perkataan (al-akhlaku) yaitu kata jama’ daripada
perkataan (al- khuluqu) berarti tabiat,kelakuan, perangai, tingkah laku,
matuah, adat kebiasaan. Perkataan (al-khulq) ini di dalam Al- Quran hanya
terdapat pada dua tempat saja, diantaranya:
Qs. Al-Qalam ayat 4

٤ ٍ ُ‫َوإِنَّ َك لَ َعلَ ٰى ُخل‬


‫ق ع َِظ ٖيم‬
“Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.”
Sementara perkataan (al-khalqu) berarti kejadian, ciptaan, dan juga
bermaksud kejadian yang indah dan baik. Apabila dirujuk kepada kejadian
manusia, struktur tubuh yang indah dan seimbang. Jika dirujuk kepada
kejadian alam semesta, ia juga membawa arti kejadian atau ciptaan yang
indah, tersusun rapi, menurut undang-undang yang tepat. Di dalam Al-
Quran terdapat 52 perkataan (Al-khalqu) yang merujuk kepada kejadian
manusia, alam raya dan lain-lain kejadian.

9
Antara lain firman Allah subhaanahu wa taaala:
Qs. Al-‘imran ayat 190

ِ َ‫ت أِّل ُوْ لِي ٱأۡل َ ۡل ٰب‬


١٩٠ ‫ب‬ ٖ َ‫ار أَل ٓ ٰي‬ ِ َ‫ٱختِ ٰل‬
\ِ َ‫ف ٱلَّ ۡي ِل َوٱلنَّه‬ ۡ ‫ض َو‬ ‫ق ٱل َّس ٰ َم ٰ َو ِ أۡل‬
ِ ‫ت َوٱ َ ۡر‬
ۡ
ِ ‫إِ َّن فِي َخل‬
“ Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya
malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal”
Imam Ghazali r.a mengatakan akhlak ialah suatu keadaan yang tertanam di
dalam jiwa yang menampilkan perbuatan-perbuatan dengan senang tanpa
memerlukan pemikiran dan penelitian. Apabila perbuatan yang terkeluar
itu baik dan terpuji menurut syarak dan akal, perbuatan itu dinamakan
akhlak yang mulia. Sebaliknya apabila keluar perbuatan yang buruk, ia
dinamakan akhlak yang buruk.
Dengan demikian moral ialah tingkah laku yang telah ditentukan oleh
etika Moral terbagi kepada dua yaitu:

a. Baik; segala tingkah laku yang dikenal pasti oleh etika sebagai baik.

b. Buruk; tingkah laku yang dikenal pasti oleh etika sebagai buruk.
Kemoralan merupakan sesuatu yang berkait dengan peraturan-
peraturan masyarakat yang diwujudkan di luar kawalan individu
(Dorothy Emmet,1979) mengatakan bahwa manusia bergantung
kepada tata susila, adat, kebiasaan masyarakat dan agama bagi
membantu menilai tingkah laku seseorang.
Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan moral sebagai:
1) Ajaran baik atau buruk yang diterima umum mengenai perbuatan,
sikap, kewajiban,dan sebagainya,

10
2) Kondisi mental yang membuat orang tetap berani, bersemangat,
bergairah, berdisiplin, dan sebagainya atau dengan kata lain isi
hati/keadaan perasaan sebagaimana terungkap diperbuatan,
3) Ajaran kesusilaan yang dapat ditarik dari suatu cerita

Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa moral dijadikan


sebuah ukuran seseorang atau kelompok dalam melakukan suatu tindakan
atau perbuatan. Misalnya kelompok organisasi masa yang melakukan
demonstrasi disertai dengan tindakan anarkis maka mereka berpedoman
pada nilai dan norma yang tidak baik, atau beberapa anggota partai politik
yang terkena kasus korupsi maka mereka berpedoman pada nilai dan
norma yang tidak baik.
Agama telah mengatur seseorang dalam melakukan segala hal
termasuk berhubungan dengan orang yang mempunyai sebuah pekerjaan
dalam bidang bisnis. Sebuah moral yang dapat diaplikasikan dalam
sebuah etika bisnis yaitu kejujuran. Apabila sebuah bisnis dilandasi
dengan sebuah kejujuran dalam setiap transaksi ataupun pengambilan
sebuah keputusan maka akan sangat memberikan kepuasan bagi kedua
belah pihak yang saling terkait dalam sebuah bisnis.

Hukum
Sebagaimana didefinisikan dalam Oxford English Dictionary,
hukum adalah kumpulan aturan, baik sebagai hasil pengundangan formal
maupun dari kebiasaan, dimana suatu negara atau masyarakat tertentu
mengaku terikat sebagai anggota atau sebagai subjeknya.

Hukum ada (baik dibuat ataupun lahir dari masyarakat) pada


dasarnya berlaku untuk ditaati, dengan demikian akan tercipta ketentraman
dan ketertiban. Pada dasarnya hukum bertujuan untuk mencapai kepastian

11
hukum, yaitu untuk mengayomi masyarakat secara adil dan damai
sehingga mendatangkan kebahagiaan bagi masyarakat.

Hukum banyak sekali seginya dan luas sekali cakupannya karena


hukum mengatur semua bidang kehidupan masyarakat, tidak hanya
masyarakat suatu bangsa tetapi juga masyarakat dunia yang selalu
mengalami perkembangan dan perubahan terus menerus. Perkembangan
sejarah kehidupan umat manusia senantiasa menyebabkan terjadinya
perubahan tentang apa yang di maksud dengan hukum dari masa kemasa,
sebelum manusia mengenal Undang-Undang hukum identik dengan
kebiasaan dan tradisi yang menjadi pedoman dalam kehidupan. Pertanyaan
tentang apa itu hukum merupakan pertanyaan yang memiliki jawaban
yang lebih dari satu sesuai dengan pendekatan apa yang dipakai oleh karna
itu hukum pada hakekatnya bersifat abstrak.
Terlepas dari penyebab intern, yaitu keabstrakan hukum dan
keinginan hukum untuk mengatur hampir seluruh kehidupan manusia,
kesulitan pendefinisian juga bisa timbul dari faktor eksteren hukum, yaitu
faktor bahasa itu sendiri. Jangankan hukum yang memang bersifat abstrak
sesuatu yang konkritpun sering sulit untuk di defenisikan.
Agama
Kata agama berasal dari bahasa sansekerta yang terdiri dari dua
perkataan yaitu A dan Gama. A berarti tidak dan Gama yang berarti kocar-
kacir atau berantakan. Sehingga kata agama dapat diartikan dari gabungan
dua suku kata tersebut yaitu tidak kocar-kacir (Bashori, 2002:22).
Berbeda dengan Gazalba yang mengatakan bahwa kata agama
berasal dari kata dasar gam yang memiliki pengertian sama dengan go
(bahasa Inggris) yang berarti pergi, dan setelah mendapatkan awalan dan
akhiran a menjadi agama yang berarti jalan. Dengan demikian pengertian
dari kata agama secara etimologis mengandung arti yang bersifat mendasar
yang dimiliki oleh berbagai agama yaitu agama adalah jalan, jalan hidup
atau jalan yang harus ditempuh oleh manusia dalam kehidupannya di
dunia.

12
Selain itu di Indonesia juga sering disebutkan mengenai religi yang
berasal dari bahasa Inggris yang berarti “berhati-hati” dan berpegang teguh
pada norma-norma atau aturan-aturan secara ketat. Dengan demikian religi
dapat dikatakan sebagai suatu keyakinan akan adanya kekuatan gaib yang
suci, yang menentukan jalan hidup dan memengaruhi kehidupan manusia,
yang dihadapi secara berhati-hati dan diikuti jalan-jalan dan aturan-aturan
yang ketat sehingga tidak menyimpang dari jalan yang ditetapkan oleh
kekuatan gaib yang suci tersebut.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia dijelaskan bahwa Agama
adalah ajaran atau sistem yang mengatur tata keimanan atau
kepercayaandan peribadatan yang berhubungan dengan pergaulan manusia
dengan manusia serta manusia dengan lingkungannya (Departemen
Pendidikan Nasional, 2008:15). Agama dalam agama budha berarti tradisi
yang diwariskan para guru secara turun temuru atau sabda. Agama juga
berarti aturan atau tata cara hidup manusia dalam hubungannya Tuhan dan
sesamanya.
Lain lagi dalam bahasa arab yang menyebut agama sebagai din.
Salah Satu kata din dapat dibaca pada QS- Al Kafirun ayat 6 “Lakum
diinukum waliyadin”yang berarti “untukmu agamamu dan untukku
agamaku”. Kata din sendiri memiliki arti “hutang” atau sesuatu yang harus
dipenuhi.
Dari kedua pengertian tersebut dapat ditarik sebuah kesimpulan
bahwa kata din adalah undang-undang atau hukum yang harus ditaati oleh
manusia, dan ketika manusia itu tidak taat hukum maka dia berhutang
yang akan terus ditagih, serta akan mendapatkan balasan jika tidak segera
dibayar. Dari beberapa pandangan mengenai pengertian agama di atas
maka penulis mendefinisikan kaidah agama sebagai suatu keyakinan yang
dimiliki oleh setiap individu mengenai perintah dan larangan Tuhan (Allah
SWT), baik ketika berhubungan dengan sesuatu yang gaib (Allah),individu
dengan dengan individu, serta individu dengan lingkungannya untuk
mencapai sebuah tatanan kehidupan yang baik, dan jika mereka melanggar

13
perintah dan larangan Allah maka akan menerima sanksi yang bukan saja
di alam dunia akan tetapi juga diterima pada tempat yang berbeda (alam
akhirat).
Pengertian agama adalah suatu ajaran dan sistem yang mengatur
tata keimanan/ kepercayaan dan peribadatan kepada Tuhan yang Maha
Kuasa, serta tata kaidah terkait pergaulan manusia dengan manusia serta
lingkungannya.
Pendapat lain mengatakan arti agama adalah suatu kepercayaan
dan penyembahan terhadap kuasa dan kekuatan sesuatu yang luar biasa di
luar diri manusia. Sesuatu yang luar biasa itu disebutkan dengan beragam
istilah sesuai dengan bahasa manusia, misalnya; Aten, Tuhan, Yahweh,
Elohim, Allah, Dewa, God, Syang-ti, dan lain sebagainya.

B. TUJUAN ETIKA, MORAL, HUKUM DAN AGAMA


Tujuan Etika :
Tujuan setiap tindakan dalam pandangan etika adalah untuk mendapatkan
kebaikan (some good) yang diidentifikasi sebagai kebahagiaan (happiness)
yakni suatu kondisi ideal yang sama bagi seluruh manusia di setiap waktu dan
tempat, menentukan ukuran baik dan buruk sejauh yang diketahui dengan akal
pikiran manusia. Oleh karena pandangan dalam Islam, seluruh kehidupan
manusia ini diorientasikan sebagai bentuk ibadah kepada Allah, maka tujuan
etika Islam adalah untuk mendapatkan keridlaan Alah. Keridlaan Allah ini
menjadi kunci kebahagiaan yang dijanjikan Allah kepada umat manusia.

Tujuan Moral :
Moral Islam adalah moral yang memiki fungsi sebagai “Jalan Kebenaran”
untuk memperbaiki kehidupan sosial umat manusia. Memahami Islam secara
menyeluruh akan menjadi panduan yang baik dalam tindakan moral.
Memahami Islam tidak hanya sebatas ritual ibadah saja, tapi perlu juga
dimaknai secara lebih luas, yaitu bagaimana usaha kita menjadikan Islam
sebagai panduan moral yang murni.

14
Islam hadir ke dalam sebuah masyarakat diatur melalui prinsip-prinsip
moral yang tidak hanya didasarkan oleh iman terhadap kekuasaan Tuhan saja,
melainkan didasarkan pada adat yang dihormati sehingga mampu membentuk
nilai-nilai masyarakat dan struktur moralnya. Islam sangat mempertegas nilai-
nilai kebaikan moral, seperti kesabaran, keramahtamahan, dan kejujuran, yang
itu tidak saja ditujukan kepada keluarga terdekat, tapi juga bagi seluruh umat
manusia, baik bagi anak yatim, fakir, miskin, dan sebagainya.
Moralitas Islam mempunyai tujuan yang sangat penting dalam kehidupan
manusia, dengan moralitas Islam, manusia bisa mengetahui apa yang
diperbuatnya itu buruk atau apa yang diperbuatnya itu baik, tidak menutup
kemungkinan dengan manusia yang bermoralkan ajaran Islam akan
terciptanya kedamaian dan ketentraman.
Indonesia terkenal dengan negara Islam akan tetapi kata-kata tersebut tidak
sesuai dengan penduduknya, manusia dijaman yang dewasa ini sangat banyak
yang mempunyai moral yang buruk, dengan adanya dan banyaknya manusia
yang bermoralkan Islam Insya Allah bisa menciptakan negara yang Religius
dan menjadi negara yang mempunyai ketentraman yang luar biasa.

Tujuan Hukum :
Dalam merumuskan apa yang menjadi tujuan hukum, para ahli
mengemukakan pendapat yang berbeda beda, yang akan diuraikan beberapa di
antaranya di bawah ini:
a. Menurut teori etis, hukum hanya semata mata bertujuan mewujudkan
keadilan. Teori ini pertama kali dikemukakan oleh filosof Yunani,
Aristoteles dalam karyanya Ethica Nicomachea dan Rhetorika yang
menyatakan bahwa hukum mempunyai tugas yang suci yaitu memberi
kepada setiap orang yang ia berhak menerimanya.
b. Menurut teori utilities, teori ini diajarkan oleh Jeremy Bentham bahwa
hukum bertujuan mewujudkan semata-mata apa yang berfaedah saja.
Pendapat ini di titikberatkan pada hal-hal yang berfaedah bagi orang
banyak dan bersifat umum tanpa memperhatikan soal keadilan. Menurut

15
Bentham hakikat kebahagian adalah kenikmatan dan kehidupan yang
bebas dari kesengsaraan, karenanya maksud manusia melakukan tindakan
adalah untuk mendapatkan kebahagiaan yang sebesar-besarnya dan
mengurangi penderitaan. Baik buruknya tindakan diukur dari baik
buruknya akibat yang di hasilkan tindakan itu. Suatu tindakan dinilai baik
jika tindakan itu menghasilkan kebaikan sebaliknya, dinilai buruk jika
mengakibatkan keburukan (kerugiaan).
c. Teori yuridis dogmatik adalah teori yang bersumber dari pemikiran
positivitis di dunia hukum yang cenderung melihat hukum sebagai sesuatu
yang otonom dan mandiri karena hukum tak lain hanya kumpulan aturan.
Bagi penganut aliran ini, hanyalah sekedar menjamin terwujudnya
kepastian hukum, kepastian hukum itu di wujudkan oleh hukum dengan
sifatnya yang hanya membuat suatu aturan hukum. Menurut penganut teori
ini, meskipun aturan hukum atau penerapan hukum terasa tidak adil dan
tidak memberikan manfaat yang besar bagi mayoritas anggota masyarakat,
hal itu tidak menjadi soal, asalkan kepastian hukum dapat terwujud.

Tujuan Agama :
Suatu agama tercipta karena manusia ingin mencapai tujuan tertentu di dalam
hidupnya, dan agama dianggap dapat membantu mencapai tujuan tersebut.
Adapun beberapa tujuan agama adalah sebagai berikut:
1. Untuk membimbing manusia dalam menjalani kehidupannya dengan cara
lebih baik melalui pengajaran dan aturan, dimana ajaran dan aturan
tersebut dipercaya berasal dari Tuhan.
2. Untuk menyampaikan firman Tuhan kepada umat beragama, berupa
ajaran-ajaran kebaikan dan aturan berperilaku bagi manusia.
3. Untuk membimbing manusia menjadi individu yang berakal baik dan
dapat menemukan kebahagiaan di dunia dan akhirat.
4. Untuk membuka jalan bagi manusia yang ingin bertemu dengan
penciptanya, yaitu Tuhan Yang Maha Esa, ketika mati kelak.

16
Hubungan agama dengan pengembangan ekonomi dapat di jadikan kajian dalam
upaya mencoba memahami peran yang di jalankan agama di dalam masyarakat.
Dengan cara pandangan positivistic , tidak dipatuhi oleh pemeluknya . Sebagian
besar di dunia dengan adanya peran agama kita dapat berharap suatu etika agama .
Kita dapat mengurangi rasa cemas dan takut .Agama juga berfungsi menciptakan
norma-norma social yang mempengaruhi ekonomi . Ajaran agama tersebut
menganjurkan agar selalu bekerja keras , tahan cobaan , dan hidup hemat , dan
juga selalu berusaha tiada henti dan putus asa.
C. PRINSIP ETIKA, MORAL, HUKUM DAN AGAMA
Prinsip Etika : Prinsip Dasar Etika Islami Dan Prakteknya Dalam Binis
Ada lima prinsip yang mendasari etika Islam yaitu :
1. Unity (Kesatuan)
Merupakan refleksi konsep tauhid yang memadukan seluruh aspek
kehidupan baik ekonomi, sosial, politik budaya menjadi keseluruhan
yang homogen, konsisten dan teratur. Adanya dimensi vertikal
(manusia dengan penciptanya) dan horizontal (sesama manusia).
Prakteknya dalam bisnis :
a. Tidak ada diskriminasi baik terhadap pekerja, penjual, pembeli,
serta mitra kerja lainnya (QS. 49:13).
b. Terpaksa atau dipaksa untuk menaati Allah SWT (QS. 6:163)
c. Meninggalkan perbuatan yang tidak beretika dan mendorong setiap
individu untuk bersikap amanah karena kekayaan yang ada
merupakan amanah Allah (QS. 18:46)
2. Equilibrium (Keseimbangan)
Keseimbangan, kebersamaan, dan kemoderatan merupakan prinsip etis
yang harus diterapkan dalam aktivitas maupun entitas bisnis (QS.
2:195; QS. 25:67-68, 72-73; QS.17:35;QS. 54:49; QS. 25:67).
Prakteknya dalam bisnis :
a. Tidak ada kecurangan dalam takaran dan timbangan
b. Penentuan harga berdasarkan mekanis me pasar yang normal.
3. Free Will ( Kebebasan Berkehendak)

17
Kebebasan disini adalah bebas memilih atau bertindak sesuai etika atau
sebaliknya : “ Dan katakanlah (Muhammad) kebenaran itu datangnya
dari Tuhanmu, barang siapa yang menghendaki (beriman) hendaklah ia
beriman dan barang siapa menghendaki (kafir) biarlah ia kafir” (QS.
18:29). Jadi, jika seseorang menjadi muslim maka ia harus
menyerahkan kehendaknya kepada Allah.

Aplikasinya dalam bisnis :


a. Konsep kebebasan dalam Islam lebih mengarah pada kerja sama,
bukan persaingan apalagi sampai mematikan usaha satu sama lain.
Kalaupun ada persaingan dalam usaha maka, itu berarti persaingan
dalam berbuat kebaikan atau fastabiq al-khairat (berlombalomba
dalam kebajikan).
b. Menepati kontrak, baik kontrak kerja sama bisnis maupun kontrak
kerja dengan pekerja. “Wahai orang-orang yang beriman,
penuhilah janji-janji” (QS. 5:1).
4. Responsibility (Tanggung Jawab)
Merupakan bentuk pertanggungjawaban atas setiap tindakan. Prinsip
pertanggungjawaban menurut Sayid Quthb adalah tanggung jawab
yang seimbang dalam segala bentuk dan ruang lingkupnya, antara jiwa
dan raga, antara orang dan keluarga, antara individu dan masyarakat
serta antara masyarakat satu dengan masyarakat lainnya. Aplikasinya
dalam bisnis :
a. Upah harus disesuaikan dengan UMR (upah minimum
regional).
b. Economic return bagi pemebri pinajam modal harus dihitung
berdasarkan perolehan keuntungan yang tidak dapat dipastikan
jumlahnya dan tidak bisa ditetapkan terlebih dahulu seperti
dalam sisitem bunga.

18
c. Islam melarang semua transaksi alegotoris seperti gharar,
system ijon, dan sebagainya.
5. Benevolence (Kebenaran)
Kebenaran disini juga meliputi kebajikan dan kejujuran. Maksud dari
kebenaran adalah niat, sikap dan perilaku benar dalam melakukan
berbagai proses baik itu proses transaksi, proses memperoleh
komoditas, proses pengembangan produk maupun proses perolehan
keuntungan.

Aplikasinya dalam bisnis menurut Al-Ghazali :


a. Memberikan zakat dan sedekah.
b. Memberikan kelonggaran waktu pada pihak terutang dan bila
perlu mengurangi bebanutangnya.
c. Menerima pengembalian barang yang telah dibeli.
d. Membayar utang sebelum penagihan datang.
e. Adanya sikap kesukarelaan antara kedua belah pihak yang
melakukan transaksi, kerja sama atau perjanjian bisnis.
f. Adanya sikap ramah, toleran, baik dalam menjual, membeli
dan menagih utang.
g. Jujur dalam setiap proses transaksi bisnis.
h. Memenuhi perjanjian atau transaksi bisnis.

Prinsip Moral
1. Prinsip sikap baik
Prinsip ini mendahului dan mendasari semua prinsip moral lain.
Prinsip sikap baik mendasari semua norma moral karena hanya
atas dasar prinsip itu kita harus selalu bersikap positif, adil, jujur
dan setia kepada orang lain.
2. Prinsip keadilan

19
Adil pada hakikatnya badalah member kepada siapa saja sesuai
dengan apa yang menjadi haknya. Dan pada hakikatnya pula semua
orang adalah sama. Maka tuntutan paling dasar sebuah keadilan
adalah perlakukan yang sama terhadap semua orang. Jadi prinsip
keadilan mengungkapkan kewajiban untuk memberikan
perlakukan yang sama terhadap orang lain untuk menghormati hak
semua pihak yang bersangkutan.

3. Prinsip hormat terhadap diri sendiri


Prinsip ketiga ini mengatakan bahwa manusia wajib untuk selalu
memperlakukan diri sebagai sesuatu yang bernilai pada dirinya sendiri.
Prinsip ini berdasarkan paham bahwa manusia adalah pusat perhatian
yang memiliki kebebasan dan akal budi. Maka manusia wajib
menghormati martabatnya sendiri.

Prinsip Hukum
1. Hukum internasional publik , yang mengatur hubungan antara provinsi dan
badan internasional, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok. Ini
termasuk hukum bidang khusus berikut seperti hukum perjanjian , hukum
laut , hukum pidana internasional dan hukum humaniter internasional .
2. Swasta hukum internasional , atau konflik hukum , yang membahas
pertanyaan-pertanyaan dari (1) di mana yurisdiksi hukum dapat kasus
didengar, dan (2) hukum mengenai yang yurisdiksi (s) berlaku untuk isu
dalam kasus
3. Supranasional hukum atau hukum organisasi supranasional, yang
keprihatinan pada perjanjian regional ini dimana kualitas membedakan
khusus adalah bahwa hukum dari negara bangsa yang dimiliki tidak
berlaku ketika bertentangan dengan sistem hukum supranasional.

20
Prinsip Agama
1. Prinsip keadilan menjadi prinsip pertama dalam membentuk tatanan
masyarakat yang baik. Islam mengajarkan bahwa kita mesti berlaku adil
terhadap siapa saja dan kapan saja tanpa membeda-bedakan sesorang
berdasarkan agama, status sosial, suku dan lain sebagainya. Adil juga
bermakna seimbang dalam seluruh aspek kehidupan. Rasulullah SAW
berpesan,"Wahai sahabatku, sesungguhnya badanmu memiliki hak yang
harus engkau tunaikan, demikian pula keluargamu memiliki hak atas
dirimu, demikian pula tamumu memiliki hak atasmu."
2. Prinsip kedua adalah ihsan. Ihsan bermakna melakukan sesuatu yang
paling baik dan memiliki makna yang lebih tinggi daripada keadilan.
Misalnya, ketika kita ditampar oleh seseorang sebanyak satu kali, maka
kita diizinkan untuk membalas tamparan tersebut sebanyak satu kali juga
dan itu bermakna adil. Akan tetapi, jika kita tidak membalas dan memberi
maaf, maka itulah yang disebut sebagai ihsan. Orang yang berhasil berbuat
ihsan dinamakan orang yang muhsin. Nabi Muhammad ketika pamannya
Hamzah mati syahid saat perang dan melihat Hindun membelah dada
Hamzah kemudian memakan hatinya, Nabi bersumpah bahwa beliau akan
membalas kekejaman yang dilakukan oleh Hindun lebih kejam dari yang
pernah dilakukan, sehingga tidak ada satu pun manusia yang bisa

21
membayangkan kekejaman yang akan dilakukan oleh nabi. Pada saat itu
Allah mengatakan bahwa jika nabi ingin membalas maka balaslah sesuai
perbuatan yang dilakukan, tetapi jika nabi memaafkan, maka itulah yang
lebih baik.
Hubungan agama dengan pengembangan ekonomi dapat di jadikan kajian
dalam upaya mencoba memahami peran yang di jalankan agama di dalam
masyarakat. Dengan cara pandangan positivistic , tidak dipatuhi oleh
pemeluknya . Sebagian besar di dunia dengan adanya peran agama kita dapat
berharap suatu etika agama . Kita dapat mengurangi rasa cemas dan takut .Agama
juga berfungsi menciptakan norma-norma social yang mempengaruhi ekonomi .
Ajaran agama tersebut menganjurkan agar selalu bekerja keras , tahan cobaan ,
dan hidup hemat , dan juga selalu berusaha tiada henti dan putus asa.

BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Manusia itu hakekatnya adalah makhluk sosial, mempunyai
keinginan untuk hidup bermasyarakat dengan manusia-manusia lain..Etika
dalam bahasa Inggris etika disebut ethic (tunggal), yang dapat
diterjemahkan dengan ”suatu sistem, prinsip moral, aturan atau cara
berperilaku.” Tujuan dari etika adalah mendapatkan kebaikan yang
diidentifikasi sebagai kebahagiaan. Prinsip etika sendiri yakni ada Unity
(Kesatuan), Equilibrium (Keseimbangan), Free Will ( Kebebasan
Berkehendak), Responsibility (Tanggung Jawab) , Benevolence
(Kebenaran)
Moral berasal dari bahasa latin mores (kata dasar mos, moris) yang
berarti adat istiadat, kebiasaan, cara, dan tingkah laku. Tujuan adanya
moral sebagai “Jalan Kebenaran” untuk memperbaiki kehidupan sosial
umat manusia. Prinsip dari moral sendiri yakni prinsip sikap baik, prinsip
keadilan, prinsip hormat terhadap diri sendiri. Hukum adalah kumpulan
aturan, baik sebagai hasil pengundangan formal maupun dari kebiasaan,
dimana suatu negara atau masyarakat tertentu mengaku terikat sebagai

22
anggota atau sebagai subjeknya. Tujuan dari hukum yakni bertujuan
mewujudkan keadilan mewujudkan semata-mata apa yang berfaedah saja.
Agama adalah ajaran atau sistem yang mengatur tata keimanan
atau kepercayaandan peribadatan yang berhubungan dengan pergaulan
manusia dengan manusia serta manusia dengan lingkungannya
B. SARAN
Penulis berharap makalah ini dapat menambah wawasan bagi seluruh
mahasiswa, khususnya para pembaca agar tergugah untuk terus dapat
menjaga dan meningkatkan kita akan etika, moral, hukum dan agama dan
dapat menambah pengetahuan bagi rekan-rekan mahasiswa. Demi
penyempurnaan makalah ini, kami mengharapkan kritik dan saran yang
konstruktif

DAFTAR PUSTAKA

Irkhami, Dr. Nafis. islamic Work Ethics. n.d.-. Islamic Work Ethics Membangun Etos Kerja
Islam. Salatiga: STAIN Salatiga Press, 2014.

Nawatmi, Sri. "ETIKA BISNIS DALA PERSPEKTIF ISLAM." Fokus Ekonomi (FE) Vol. 9 No.1,
Semarang: 58.

Yahfizham. "MORAL, ETIKA DAN HUKUM (IMPLIKASI ETIS DARI TEKNLOGI INFORMASI
DAN KOMUNIKASI." Jurnal Iqra' Volume 6 No.11, 2012: 18.

https://birinsoelank.wordpress.com/2014/04/24/moralitas-islam/
http://aaphilla.blogspot.com/2015/05/prinsip-prinsip-dasar-moral.html

https://www.beritasatu.com/jalan-pulang/553750/prinsip-agama-dalam-
membentuk-tatanan-masyarakat-yang-baik

23

Anda mungkin juga menyukai