Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

ETIKA PERUSAHAAN ISLAMI


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah:
“Etika Bisnis Islam”

Disusun Oleh:

Eva Febriani Kartika Hesti (401200038)


Fadlilata Fatanalin (401200040)
Fina Dwi Erika (401200045)

Kelas/kelompok : Ekonomi Syariah B / Kelompok 4

Dosen Pengampu:
Said Abadi, LC., M.A.

EKONOMI SYARIAH FAKULTAS


EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
IAIN PONOROGO
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat, dan karunia-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “Etika Perusahaan Islami”guna memenuhi
tugas mata kuliah Etika Bisnis Islam.

Shalawat serta salam tidak lupa selalu kami haturkan untuk junjungan nabi agung kami,
yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan Allah SWT untuk kami
semua, yang merupakan sebuah pentunjuk yang paling benar yakni Syariah agama Islam yang
sempurna dan merupakan satu-satunya karunia paling besar bagi seluruh alamsemesta.

Tak lupa juga kami ucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada setiap pihak
yang telah mendukung serta membantu kami selama proses penyelesaian makalah ini hingga
rampungnya makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan kami telah
berusaha semaksimal mungkin dalam menyusun tugas makalah ini. Oleh sebab itu, kami
sangat mengharapkan kritik, saran dan nasehat yang baik demi perbaikan tugas makalah ini
kedepannya.

Demikianlah yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat berguna dan
bemanfaat untuk kita semua.

Ponorogo, 28 Agustus 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... iii
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 1
C. Tujuan ..................................................................................................................... 1
BAB II ................................................................................................................................ 2
PEMBAHASAN ................................................................................................................. 2
A. Pengertian Etika Perusahaan Islami ....................................................................... 2
B. Etika Islam dalam Faktor Produksi ........................................................................ 2
C. Etika Islam dalam Proses Produksi ........................................................................ 3
D. Etika Islam dalam Proses Distribusi ....................................................................... 6
BAB III ................................................................................................................................ 7
PENUTUP ........................................................................................................................... 7
A. Kesimpulan ............................................................................................................... 7
B. Saran ......................................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesadaran para cendikiawan muslim untuk kembali ke ajaran Qur’an dan hadits,
memunculkan pemikiran untuk menggunakan sistem ekonomi yang berdasarkan pada syariah
Islam atau disebut sebagai sistem ekonomi Islam. Kesadaran mereka muncul karena ternyata
sistem ekonomi yang dijalankan selama ini tidak menyebabkan kondisi ekonomi global semakin
membaik khususnya di negara-negara muslim.
Etika bisnis sebenarnya bukan fenomena dan kajian yang baru. Sejak abad ke-18 hingga
kini, hubungan etika dan bisnis telah banyak diperdebatkan.Sistem ekonomi Islam berangkat dari
kesadaran tentang etika, yang berbeda dengan sistem ekonomi yang lain. Selanjutnyadiuraikan
filantropi Islam sebagai wujud dari aksiologi etika distribusi, baik filantropis wajib maupun
sunnah. Melalui ajaran filantropi ini, Islam ingin mereduksi sifat negatif manusia, bahkan
menjadikannya sebagai penyangga keislaman (rukun Islam). Artinya, tanpa melaksanakannya
berarti keislaman seseorang akan runtuh. Ini merupakan aksilogi nyata atas etika distribusi yang
digagas oleh Islam. Pelaksanaan filantropi Islam dan dibarengi dengan pengetahuan syariah
merupakan langkah awal dari wujudnya kesejahtraan masyarakat.

Dengan demikian, kami disini akan menggali pengetahuan tentang Etika Perusahaan
Islam. Semoga makalah ini dapat memperluas pengetahuan kitasemua.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud etika perusahaan islami?
2. Apa saja etika islam yang ada dalam faktor produksi?
3. Apa saja etika islam dalam proses produksi?
4. Apa saja etika islam dalam proses distribusi?
C. Tujuan
A. Dapat mengetahui pengertian etika perusahaan islami
B. Dapat mengetahui etika islam yang ada dalam faktor produksi
C. Dapat mengetahui etika islam dalam proses produksi
D. Dapat mengetahui etika islam dalam proses distribusi

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Etika Perusahaan Islami


Islam menempatkan nilai etika di tempat yang paling tinggi. Pada dasarnya, Islam
diturunkan sebagai kode perilaku moral dan etika bagi kehidupan manusia, seperti yang
disebutkan dalam hadis: “Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”.
Terminologi paling dekat dengan pengertian etika dalam Islam adalah akhlak. Dalam Islam,
etika (akhlak) sebagai cerminan kepercayaan Islam (iman). Etika Islam memberi sangsi
internal yang kuat serta otoritas pelaksana dalam menjalankan standar etika. Konsep etika
dalam Islam tidak utilitarian dan relatif, akan tetapi mutlak dan abadi. Jadi,etika bisnis
islami adalah studi tentang seseorang atau organisasi melakukan usaha atau
kontak bisnis yang saling menguntungkan sesuai dengan nilai-nilai ajaran islam.1
Islam menjadi sumber nilai dan etika dalam segala aspek kehidupan manusia secara
menyeluruh, termasuk dalam dunia bisnis. Al-Qur’an memberi pentunjuk agar dalam bisnis
tercipta hubungan yang harmonis, saling ridha, tidak ada unsur eksploitasi (QS. 4: 29) dan
bebas dari kecurigaan atau penipuan, seperti keharusan membuat administrasi dalam transaksi
kredit (QS. 2 : 282). Syed Nawab Haidar Naqvi dalam buku “Etika dan Ilmu Ekonomi : Suatu
Sintesis Islami”, memaparkan empat aksioma etika ekonomi, yaitu, tauhid, keseimbangan
(keadilan), kebebasan dan tanggung jawab.2

B. Etika Islam dalam Faktor Produksi


Agar produksi berjalan sesuai dengan ketentuan Islam, terdapat faktor-faktor produksi yang perlu
diperhatikan dalam prosesnya, yaitu dengan memperhatikan hal berikut:
1. Tanah dan segala potensi ekonomi, dianjurkan al-Qur’an untuk diolah.
2. Tenaga kerja terkait langsung dengan tuntutan hak milik melalui produksi.
3. Modal, juga terlibat langsung dengan proses produksi karena pengertian modal produksi yang
menghasilkan barang-barang yang dikonsumsi, dan modal individu yang dapat menghasilkan
kepada pemiliknya.

1
Sri Nawatmi, ETIKA BISNIS DALAM PERSPEKTIF ISLAM, (Jurnal Fokus Ekonomi Vol. 9, no. 1), hlm. 54.
2
Ibid.,

2
4. Manajemen produksi, teknologi, bahan baku (pendukung).3
Nilai-nilai dan norma dalam berproduksi, sejak dari kegiatan mengorganisasi faktor produksi,
proses produksi hingga pemasaran dan pelayanan kepada konsumen, semuanya harus mengikuti
moralitas Islam.4Mengacu pada prinsip dasar etika produksi dalam ekonomi Islam berkaitan dengan
maqāṣid al-syarī’ah, yang perlu diperhatikan dalam prinsip etika proses produksi barang dan jasa
adalah:
1. Tidak memproduksi barang dan jasa yang bertentangan dengan penjagaan terhadap agama,
jiwa, akal, keturunan, dan harta.
2. Distribusi keuntungan yang adil antara pemilik dan pengelola, manajemen dan buruh.
3. Mengelola sumber daya alam secara optimal, namun tidak boros, tidak berlebihan, dan tidak
merusak lingkungan.
4. Mengoptimalkan kemampuan akalnya, seorang Muslim harus menggunakan kemampuan
akalnya (kecerdasannya), serta profesionalitas dalam mengelola sumber daya. Karena
faktorproduksi yang digunakan untuk proses produksi sifatnya tidak terbatas, manusia perlu
berusaha mengoptimalkan kemampuan yang telah Allah Swt. berikan.
5. Teknik produksi diserahkan kepada keinginan dan kemampuan manusia. Nabi pernah
bersabda: “Kalian lebih mengetahui urusan dunia kalian.”
6. Dalam berinovasi dan bereksperimen, pada prinsipnya agama Islam menyukai kemudahan,
menghindari mudarat dan memaksimalkan manfaat.5

C. Etika Islam dalam Proses Produksi


Mengacu pada prinsip dasar etika kegiatan produksi dalam Islam berkaitan dengan
maqāṣid al-syarī’ah di atas, setidaknyaada dua prinsip yang harus diperhatikan oleh produsen
Muslim sebagai landasan etika dalam memilih (menggunakan) barang dan jasa yang
diproduksi:
1. Berproduksi dalam lingkaran halal.
Prinsip etika dalam produksi yang wajib dilaksanakan oleh setiap Muslim, baik individu
maupun kelompok adalah berpegang pada semua yang dihalalkan Allah Swt. dan tidak
melampaui batas.6

3
Ahmad Suminto, Etika Kegiatan Produksi: Perspektif Etika Bisnis Islam, (Jurnal Ekonomi Vol. , no. 1), hlm. 131.
4
Veithzal Rivai, dkk., Islamic Business and Economic Ethics…, hlm. 281.
5
Ika Yunia Fauzia dan Abdul Kadir Riyadi, Prinsip Dasar Ekonomi Islam Perspektif Maqashid al-Syariah (Jakarta:
Prenada Media Group, 2015), hlm. 128.
6
Veithzal Rivai, dkk., Islamic Business and Economic Ethics…, hlm. 290.

3
Sementara itu, sebagai produsen Muslim wajib menghindari praktik produksi yang
mengandung unsur haram atau riba, pasar gelap, dan spekulasi sebagaimana firman Allah
Swt. dalam al-Qur’an Surat al-Maidah ayat 90 bahwa Allah melarang minuman memabukkan
(khamar), berjudi (maisir), pasar gelap (gharar), riba, dan mengundi nasib dengan panah
(spekulasi), karena termasuk perbuatan syaitan.7
Demikian pula, Islam secara tegas melarang seseorang memproduksi (memilih sampai
menggunakan) atau mengkonsumsi produk atau barang yang haram. Selain itu juga
Rasulullah SAW menjelaskan perkara hukum yang Allah maksud, dalam sebuah hadith yang
diriwayatkan oleh Bukhari:
“yang halal itu jelas dan yang haram juga jelas, dan di antara keduanya adalah perkara yang
samar-samar (syubhat). Maka barang siapa yang meninggalkan sesuatu dosa yang samar,
maka pada dosa yang jelas akan lebih meninggalkannya. Barang siapa yang terjatuh pada
suatu dosa yang diragukan, maka lebih dekat terjatuh pada dosa yang lebih jelas. Maksiat itu
pantangan Allah, barang siapa mengelilingi sekitar pantangan itu, maka bisa jadi ia jatuh ke
dalamnya.” (HR. al-Bukhari).
Islam dengan tegas mengklasifikasikan barang-barang (sil’ah) atau komoditas ke dalam
dua kategori. Pertama, barang-barang yang disebut al-Qur’an dengan ṭayyibāt, yaitu barang-
barang yang secara hukum halal dikonsumsi dan diproduksi. Kedua, khabāits, yaitu barang-
barang yang secara hukum haram dikonsumsi dan diproduksi.8
2. Perlindungan kekayaan alam.
Etika yang terpenting adalah menjaga sumber daya alam, karena merupakan nikmat Allah
Swt. kepada hamba-Nya.Setiap hamba wajib mensyukurinya dan salah satu cara mensyukuri
nikmat adalah dengan menjaga sumber daya alam dari polusi, kehancuran, atau kerusakan.
Kaitannya dengan etika dalam memilih barang dan jasa untuk diproduksi, hendaknya
dilakukan dengan tidak merusak lingkungan (alam). Kerusakan lingkungan (alam) terdiri atas
dua bentuk, yaitu kerusakan materi dan kerusakan spiritual. Berbentuk materi misalnya:
sakitnya manusia, tercemarnya alam, binasanya makhluk hidup, dan lain-lain. Sedangkan
yang berbentuk spiritual adalah tersebarnya kezaliman, meluasnya kebatilan, kuatnya

7
Lukman Hakim, Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam (Jakarta: Erlangga, 2012), hlm. 75.
8
Idri, Hadis Ekonomi: Ekonomi dalam Perspektif Hadis Nabi (Jakarta: Prenada Media Group, 2015), hlm. 69-70

4
kejahatan, dan lain-lain.9
Untuk itu, produksi dalam perspektif ekonomi Islam harus memperhatikan
kesinambungan pembangunan. Ajaran Islam memberikan peringatan yang keras terhadap
perilaku manusia yang gemar membuat kerusakan dan kebinasaan, termasuk kerusakan
lingkungan hidup, demi mengejar kepuasan dan keuntungan dalam berproduksi. Sebagaimana
firman Allah Swt. dalam al-Qur’an Surat al-Rum ayat 41, "Telah nampak kerusakan di darat
dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supaya Allah merasakan kepada
mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang
benar)."

D. Etika Islam dalam Proses Distribusi


Kegiatan distribusi merupakan kegiatan penyaluran barang dari produsen ke
konsumen, melalui rantai pemasaran atau dari lokasi produksi ke berbagai lokasi
dimana konsumen berada. Dalam distribusi meliputi dua aspek yaitu penentuan institusi yang
akan melakukan kegiatan mendistribusikan barang (pedagang besar/wholesaler, pedagang
eceran/retailer, dan agen pemasaran/agent) dan penentuan cara penyimpanan
(penggudangan) dan alat-alat pengankutan yang akan mendistribusikan barang dari
pabrik perusahaan ke institusi-institusi yang membantu memasarkan barang kepada para
konsumen.
Konsep Etika Islami dapat diimplementasikan secara nyata dalam sistem
pendistribusian, perlu dilakukan beberapa hal yaitu:10
1. Mengubah pola pikir (mindset) dan pembelajaran islam, dari yang terfokus pada
tujuan materialistis kepada tujuan kesejahter- aan umum berbasis pembagian sumber
daya dan resiko yang berkeadilan, untuk mencapai kemanfaatan yang lebih besar.
2. Keluar dari ketergantungan pihak lain. Hidup diatas kemam- puan pribadi maupun sebagai
bangsa, melaksanakan kewajiban financial sebagaimana yang ditunjukkan al-Qur’an.
Nilai-nilai moral dalam bidang distribusi menurut Yusuf Qardhawi antara lain:
1. Nilai kebebasan dan landasan keyakinan kepadanya Seeorang yang beriman kepada Allah

9
Ibid., hlm. 291
10
Mustafa Edwin Nasution dkk, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, Kencana Prenada Media Group,
Cetakan Kedua, ( Jakarta : Kencana Prenada Media Group ,2010), 120.

5
SWT tidak akan merampas kebebasan individu, tidak memperdayainya, tetapi menghormati
fitrah dan menjaga kemuliaan.
2. Hak milik pribadi adalah fenomena kebebasan yang pertama Kebebasan menentukan
bahwa setiap orang harus menanggung resiko dari apa yang dilakukannya dan mendapatkan
keuntungan dari apa yang diusahakannya
3. Warisan termasuk hak milik yang paling menonjol di dalam warisan terdapat pemeliharaan
mashlahat individu, keluarga dan masyarakat.
4. Nilai-nilai keadilan
Yaitu sikap senantiasa dalam pertengahan. Diantara prinsip keadilan adalah:
a. Membedakan manusia sesuai dengan keahlian dan usahanya
b. Pemerataan kesempatan
c. Memenuhi hak-hak pekerja
d. Takaful (kesetiakawanan yang menyeluruh)
e. Mendekatkan jurang perbedaan antara manusia

6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Islam menjadi sumber nilai dan etika dalam segala aspek kehidupan manusia secara
menyeluruh, termasuk dalam dunia bisnis. Al-Qur’an memberi pentunjuk agar dalam bisnis
tercipta hubungan yang harmonis, saling ridha, tidak ada unsur eksploitasi (QS. 4: 29) dan
bebas dari kecurigaan atau penipuan, seperti keharusan membuat administrasi dalam transaksi
kredit (QS. 2 : 282). Syed Nawab Haidar Naqvi dalam buku “Etika dan Ilmu Ekonomi : Suatu
Sintesis Islami”, memaparkan empat aksioma etika ekonomi, yaitu, tauhid, keseimbangan
(keadilan), kebebasan dan tanggung jawab.
Mengacu pada prinsip dasar etika produksi dalam ekonomi Islam berkaitan dengan maqāṣid al-
syarī’ah, yang perlu diperhatikan dalam prinsip etika proses produksi barang dan jasa adalah:
1. Tidak memproduksi barang dan jasa yang bertentangan dengan penjagaan terhadap agama, jiwa,
akal, keturunan, dan harta.
2. Distribusi keuntungan yang adil antara pemilik dan pengelola, manajemen dan buruh.
3. Mengelola sumber daya alam secara optimal, namun tidak boros, tidak berlebihan, dan tidak
merusak lingkungan.
Sedangkan pada prinsip dasar etika kegiatan produksi dalam Islam berkaitan dengan
maqāṣid al-syarī’ah di atas, setidaknyaada dua prinsip yang harus diperhatikan oleh produsen
Muslim sebagai landasan etika dalam memilih (menggunakan) barang dan jasa yang
diproduksi:
1. Berproduksi dalam lingkaran halal.
2. Perlindungan kekayaan alam.
Selanjutnya Konsep Etika Islami dapat diimplementasikan secara nyata dalam sistem
pendistribusian, perlu dilakukan beberapa hal yaitu:11
1. Mengubah pola pikir (mindset) dan pembelajaran islam, dari yang terfokus pada
tujuan materialistis kepada tujuan kesejahter- aan umum berbasis pembagian sumber
daya dan resiko yang berkeadilan, untuk mencapai kemanfaatan yang lebih besar.
2. Keluar dari ketergantungan pihak lain. Hidup diatas kemam- puan pribadi maupun sebagai

11
Mustafa Edwin Nasution dkk, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, Kencana Prenada Media Group,
Cetakan Kedua, ( Jakarta : Kencana Prenada Media Group ,2010), 120.

7
bangsa, melaksanakan kewajiban financial sebagaimana yang ditunjukkan al-Qur’an.

B. Saran
Pembuatan makalah ini masih jauh dari kata semprna karena terbatasnya pengetahuan
dan kurangnya referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini. Penulis banyak
berharap para pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis
demi sempurnanya makal ini dan penulisan makalah dikesempatan berikutnya.

8
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Kadir Riyadi dan Ika Yunia Fauzia. Prinsip Dasar Ekonomi Islam Perspektif Maqashid
al-Syariah. Jakarta: Prenada Media Group, 2015.

Hakim Lukman, Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam. Jakarta: Erlangga, 2012.

Idri, Hadis Ekonomi: Ekonomi dalam Perspektif Hadis Nabi. Jakarta: Prenada Media Group,
2015.

Nasution Mustafa Edwin dkk, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, Kencana Prenada Media
Group, Cetakan Kedua, Jakarta : Kencana Prenada Media Group ,2010.

Nasution Mustafa Edwin dkk, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, Kencana Prenada Media
Group, Cetakan Kedua, Jakarta : Kencana Prenada Media Group ,2010.

Nawatmi Sri, ETIKA BISNIS DALAM PERSPEKTIF ISLAM. Jurnal Fokus Ekonomi Vol. 9, no.
1, 54.

Rivai Veithzal, dkk., Islamic Business and Economic Ethics, 281.

Rivai Veithzal, dkk., Islamic Business and Economic Ethics, 290.

Suminto Ahmad, Etika Kegiatan Produksi: Perspektif Etika Bisnis Islam. Jurnal Ekonomi Vol.
no. 1, 131.

Anda mungkin juga menyukai