Anda di halaman 1dari 20

ETIKA BISNIS DALAM ISLAM DAN PRINSIP-PRINSIP ETIKA

BISNIS DALAM ISLAM

Dosen :

Ria Puspitasari, SE., MM

Disusun Oleh :

1. Ahmad Sopyan ( 1661201759 )


2. Rocky Rinaldi Kurniawan ( 1661201208 )
3. M. Muchtar Alfian R ( 1661201307 )
4. Riska Handayani ( 1661201374 )
5. Putri Nilam Sari ( 16612011065 )
6. Tria Zulkaida ( 1661201032 )

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG


Jl. Perintis Kemerdekaan I No.33 Cikokol Tangerang Banten

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa ta’ala karena telah
memberikan kesempatan untuk menyelesaikan makalah Tentang Konsep Etika dalam
islam saya selaku penulis tertarik untuk membuat makalah berjudul “ ETIKA BISNIS
DALAM ISLAM DAN PRINSIP-PRINSIP ETIKA BISNIS DALAM ISLAM“
dengan tetap waktu.
Kami mengucapkan terimakasih kepada dosen ETIKA DAN KOMUNIKASI
BISNIS SYARIAH karna telah memberikan tugas mengenai cara menulis sebuah karya
ilmiah dengan di berikan tugas ini kami selaku penulis dapat mengetahui bagaimana tata
cara membuat sebuah karya ilmiah dengan baik.

Kami menyadari makalah yang kami buat ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Akhir kata kami
mengharapkan Makalah “ ETIKA BISNIS DALAM ISLAM DAN PRINSIP-PRINSIP
ETIKA BISNIS DALAM ISLAM “ ini bisa bermanfaat bagi para pembaca

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................1
BAB I...............................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................4
1.1 Latar Belakang.................................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................................6
1.3 Maksud dan Tujuan...................................................................................................................6
BAB II..............................................................................................7
PEMBAHASAN..............................................................................7
2.1 Etika Bisnis Dalam Islam................................................................................................................7
2.2 Prinsip-Prinsip Etika Bisnis dalam Islam......................................................................................10
BAB III..........................................................................................19
PENUTUP......................................................................................19
3.1 Keseimpulan..................................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................21

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bisnis merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Tidak
heran jika Islam yang bersumber pada al-Qur’an dan Sunnah memberi tuntunan dalam
bidang usaha. Bisnis selama ini, dikesankan sebagai usaha mencari keuntungan
sebanyak-banyaknya, bahkan harus ditempuh dengan cara kotor dan tidak etis. Etika
bisnis sangat penting untuk dikemukakan dalam era globalilasasi yang seringkali
mengabaikan nilai-nilai moral dan etika. Karena itu, Islam menekankan agar aktifitas
bisnis manusia dimaksudkan tidak semata-mata sebagai alat pemuas keinginan tetapi
lebih pada upaya pencarian kehidupan berkeseimbangan disertai prilaku positif bukan
destruktif. Kita dapat mengkaji etika bisnis dari sudut pandang al-qur’an dalam upaya
membangun bisnis yang Islami untuk menghadapi tantangan bisnis di masa depan. Jadi
Bisnis dalam al-Qur’an disebut sebagai aktivitas yang bersifat material sekaligus
immaterial. Suatu bisnis bernilai, apabila memenuhi kebutuhan material dan spiritual
secara seimbang, tidak mengandung kebatilan,kerusakan dan kezaliman. Akan tetapi
mengandung nilai kesatuan,keseimbangan, kehendak bebas, pertanggung-jawaban,
kebenaran, kebajikan dan kejujuran. Bisnis merupakan bagian dari kegiatan ekonomi dan
mempunyai peranan yang sangat vital dalam rangka memenuhi kebutuhan manusia.
Kegiatan bisnis mempengaruhi semua tingkat kehidupan manusia baik individu, sosial,
regional, nasional maupun internasional. Tiap hari jutaan manusia melakukan kegiatan
bisnis sebagai produsen, perantara maupun sebagai konsumen.
Bisnis juga bisa diartikan sebagai kegiatan ekonomis. Hal-hal yang terjadi dalam
kegiatan ini adalah tukar menukar, jual beli, memproduksi-memasarkan, bekerja-
memperkerjakan, serta interaksi manusiawi lainnya, dengan tujuan memperoleh
keuntungan (Bertens, 2000 : 17). Dalam kegiatan perdagangan (bisnis), pelaku usaha atau
pebisnis dan konsumen (pemakai barang dan jasa) sama-sama mempunyai kebutuhan dan
kepentingan. Pelaku usaha harus memiliki tanggung jawab terhadap konsumen,

4
karyawan, pemegang saham, komunitas dan lingkungan dalam segala aspek operasional
perusahaan. Untuk itu sangat diperlukan aturan-aturan dan nilai-nilai yang mengatur
kegiatan bisnis tersebut agar tidak ada pihak-pihak yang dirugikan dan dieksploitasi baik
pihak konsumen, karyawan maupun siapa saja yang ikut terlibat dalam kegiatan bisnis
tersebut.
Kesadaran para cendikiawan muslim untuk kembali ke ajaran Qur’an dan hadits,
memunculkan pemikiran untuk menggunakan sistem ekonomi yang berdasarkan pada
syariah Islam atau sebagai sistem ekonomi Islam. Kesadaran mereka muncul karena
ternyata sistem ekonomi yang dijalankan selama ini tidak menyebabkan kondisi ekonomi
global semakin membaik khususnya di negara-negara muslim. Kemiskinan justru paling
banyak dialami oleh negara-negara muslim. Sistem ekonomi kapitalis membuat negara-
negara muslim yang kebanyakan adalah negara sedang berkembang dieksploitasi oleh
negara maju sehingga menyebaban ketergantungan yang semakin tinggi pada negara
maju. Kesadaran inilah yang menyebabkan munculnya ekonomi syariah sebagai jawaban
atas permasalahan yang dihadapi negara-negara muslim. Apalagi sistem ekonomi Islam
jaman Nabi SAW dan para sahabatnya terbukti memunculkan kejayaan Islam. Hal ini
lebih dikuatkan lagi dengan adanya hasil penelitian yang menunjukkan bahwa sistem
ekonomi kapitalis selama seratus tahun terakhir, setiap lima tahun sekali selalu terjadi
krisis. Munculnya kesadaran untuk menjalankan syariah Islam dalam kehidupan ekonomi
muslim berarti harus mengubah pola pikir dari sistem ekonomi kapitalis ke sistem
ekonomi syariah termasuk dalam dunia bisnis.
Dunia bisnis tidak bisa dilepaskan dari etika bisnis. Banyak hasil penelitian yang
menunjukkan adanya hubungan yang positif antara etika bisnis dan kesuksesan suatu
perusahaan. Kisah bangkrutnya Lehman Brothers menggambarkan dampak dari suatu
perusahaan yang tidak menggunakan etika bisnis dalam setiap aktivitas bisnisnya. Pada
akhirnya praktek bisnis yang tidak jujur, hanya memikirkan keuntungan maksimal dan
merugikan pihak lain akan membawa perusahaan, yang tergolong raksasa sekalipun akan
hancur juga. Etika bisnis sebenarnya bukan fenomena dan kajian yang baru. Sejak abad
ke-18 hingga kini, hubungan etika dan bisnis telah banyak diperdebatkan. Di AS, kasus
bisnis yang berhubungan dengan etika bahkan telah terjadi sebelum kemerdekaan AS.
Bermula pada tahun 1870, John D. Rockfeller, pemilik Standard Oil Company Ohio,

5
melakukan kesepakatan rahasia potongan harga dengan perusahaan kereta api yang akan
mengangkut minyaknya. Akibatnya pesaing kalah sehingga memutuskan untuk keluar
dari bisnis perminyakan. Bisnis yang melibatkan praktek-praktek kecurangan, penipuan
dan lainlain adalah alasan etika bisnis mendapat perhatian yang intensif hingga menjadi
kajian tersendiri. Masalah etika bisnis muncul bila terjadi suatu konflik tanggung jawab
kepentingan atau dilema memilih antara yang benar dan yang salah, yang salah dengan
yang lebih salah atau mempertimbangkan sesuatu yang lebih kompleks yang diakibatkan
oleh aktivitas bisnis.
Berdasarkan uraian yang sudah dikemukakan diatas, maka kami penulis tertarik
untuk memapaekan tenatang “ ETIKA BISNIS DALAM ISLAM DAN PRINSIP-
PRINSIP ETIKA BISNIS DALAM ISLAM “

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang masalah yang sudah dikemukakan, maka penulis
mendapatkan rumusan masalah sebaga berikut:

1.2.1 Apakah yang dimaksud dengan Etika Bisnis dalam Islam ?


1.2.2 Apa saja Prinsip-Prinsip Etika Bisnis dalam Islam ?

1.3 Maksud dan Tujuan


Suatu penelitian yang dilakukan tentu harus mempunyai manfaat yang ingin
diperoleh dari hasil penelitian. Dalam merumuskan manfaat penelitian, penulis
berpegang pada masalah yang telah di rumuskan. Adapun tujuan dari penelitian
ini adalah sebagai berikut:

1.3.1 Untuk memenuhi Etika bisnis dalam Islam


1.3.2 Untuk mengetahui Prinsip-Prinsip Etika bisnis dalam Islam

BAB II

PEMBAHASAN

6
2.1 Etika Bisnis Dalam Islam

Etika dalam pemahaman yang dikenal secara umum diartikan tingkah laku yang baik,
sopan santun, kejujuran, moral dan yang berkaitan dengan hal-hal yang positif. Bisnis
berkaitan dengan transaksi perdagangan, jual beli antara satu orang atau lembaga dengan
lembaga lainnya. Al-Qur’an dari sudut pandang isinya, lebih banyak membahas tema-
tema tentang kehidupan manusia baik pada tataran individual maupun kolektivitas. Hal
ini dibuktikan bahwa, tema pertama dan tema terakhir dalam al- Qur’an adalah mengenai
perilaku manusia (Rahman, 1992: 59). Etika berasal dari kata Yunani ethos yang berarti
adat istiadat atau kebiasaan (Sonny Keraf, 1991: 14). Dalam pemahaman umum, etika
selalu dikaitkan dengan kebiasaan hidup yang baik, yang berlaku pada diri sendiri, dan
pada masyarakat. Dalam pengertian yang lain, etika diartikan sebagai sistem atau kode
yang dianut (Dahlan Yacub,2001:154). Terminologi lain yang dekat dengan pengertian
etika, adalah moralitas. Term ini berasal dari bahasa Latin mos, dan bentuk jamaknya
mores, yang berarti adat istiadat atau kebiasaan. Walaupun terminologi ini berasal dari
dua bahasa yang berbeda, kedua-duanya memiliki titik temu, yaitu adat kebiasaan yang
baik yang harus dijunjung tinggi oleh individu atau masyarakat. Oleh karena itu, individu
atau kelompok masyarakat yang tidak menjunjung tinggi nilai tersebut dapat dikatakan
tidak beretika atau tidak bermoral.
Dalam bahasa Arab, kata etika atau moralitas disebut al-khuluq dan jamaknya al-
akhlaq , yang berarti usaha manusia untuk membiasakan diri dengan adat istiadat yang
baik, mulia dan utama (Al-Raghib,tt:159) Terminologi alkhuluq itu sendiri berasal dari
kata dasar al-khalq, yang berarti menciptakan (Lewis,tt: 520). Dengan demikian
seseorang dikatakan berakhlak atau bermoral yang baik, karena ia membiasakan diri
dengan adat istiadat yang baik, yang seakan-akan ia dilahirkan dan diciptakan dalam
keadaan demikian. Lalu bagaimanakah pandangan al-qura’an tentang bisnis. Bisnis
merupakan salah satu hal yang amat penting dalam kehidupan manusia. Tidak heran jika
Islam yang bersumber pada al-Qur’an dan Sunnah Nabi memberi tuntunan menyeluruh
sekaligus petunjuk-petunjuknya berkaitan dengan interaksi dalam bidang usaha dagang.
Rasulullah SAW yang diutus oleh Allah SWT sebagai penyempurna akhlak juga memberi
tuntunan yang berkaitan dengan bisnis, lebih-lebih bahwa Rasulullah SAW sendiri pada

7
masa mudanya adalah seorang pelaku bisnis yang sukses. Al-Qur’an dalam mengajak
manusia untuk mempercayai dan mengamalkan tuntutan-tuntutannya dalam segala aspek
kehidupan seringkali menggunakan istilah- istilah yang dikenal dalam dunia bisnis,
seperti jual-beli, untung-rugi dan sebagai- nya (al-Taubah, 9: 111). Dari sudut pandang
terminologis tentang bisnis, al-Qur’an mempunyai terma- terma yang mewakili apa yang
dimaksud dengan bisnis. Diantaranya Terma-terma itu adalah altijarah, al-bai’u,
tadayantum, dan isytara. Terma tijarah, berawal dari kata dasar tj-r, tajara, tajran wa
tijaratan, yang bermakna berdagang, berniaga. At-tijaratun walmutjar; perdagangan,
perniagaan, atti- jariyy wal mutjariyy; mengenai perdagangan atau perniagaaan (al-
Munawwir, 1984: 139).
Dalam penggunaan terma-terma di atas terdapat dua macam pemahaman. Pertama,
dipahami dengan perdagangan yaitu pada surat al-Baqarah: 282. Kedua, dipahami dengan
perniagaan dalam pengertian umum. Yang menarik dalam pengertian- pengertian ini,
dihubungkan dengan konteksnya masing-masing adalah bahwa pengertian perniagaan
tidak hanya berhubungan dengan hal-hal yang bersifat material, tetapi kebanyakan dari
pengertian perniagaan lebih tertuju kepada hal yang bersifat immaterial-kualitatif. Yang
memperlihatkan makna perniagaan dalam konteks material misalnya disebutkan dalam
al-Qur’an surat alTaubah: 24, an-Nur: 37, al-Jumu’ah: 11. Adapun perniagaan dalam
konteks material sekaligus immaterial terlihat pada pemahaman tijarah dalam beberapa
ayat Al-Qur’an yaitu dalam surat Fatir: 29. Demikian pula terma al-bai’ digunakan al-
Qur’an, dalam pengertian jual beli yang halal, dan larangan untuk memperoleh atau
mengembangkan harta benda dengan jalan riba. (al-Baqarah: 275). Adapun terma
baya’tum, bibai’ikum, (al-Taubah 9:111) dan tabaya’tum (al- Baqarah: 282), digunakan
dalam pengertian jual beli yang dilakukan oleh kedua belah pihak harus dilakukan
dengan ketelitian dan dipersaksikan dalam pengertian dengan cara terbuka dan dengan
tulisan. Jual beli di sini tidak hanya berarti jual beli sebagai aspek bisnis tetapi juga jual
beli antara manusia dan Allah yaitu ketika manusia melakukan jihad di jalan Allah, mati
syahid, menepati perjanjian dengan Allah, maka Allah membeli diri dan harta orang
mukmin dengan syurga. Jual beli yang demikian dijanjikan oleh Allah dengan syurga dan
disebut kemenangan yang besar. Uraian di atas menjelaskan bahwa, pertama, al-Qur’an
memberikan tuntunan bisnis yang jelas yaitu visi bisnis masa depan yang bukan semata-

8
mata mencari keuntungan sesaat, melainkan mencari keuntungan yang hakiki baik dan
berakibat baik pula bagi kesudahannya. Kedua, Keuntungan bisnis menurut al-Qur’an
bukan semata- mata bersifat material tetapi bersifat material sekaligus immaterial, bahkan
lebih mengutamakan hal yang bersifat immaterial atau kualitas. Ketiga, bahwa bisnis
bukan semata- mata berhubungan dengan manusia tetapi juga berhubungan dengan Allah
Menurut Bukhari Alma dan Priansa (2009) etika bisnis lahir di Amerika pada tahun
1970 kemudian meluas ke eropa tahun 1980-an menjadi fenomena global di tahun 1990-
an jika sebelumnya hanya para teolog dan agamawan yang membicarakan masalah-
masalah moral dan bisnis, sejumlah filsuf mulai terlibat dalam memikirkan masalah-
masalah eika disekiar bisnis dan etika bisnis dianggap sebagai suatu tanggapan tepat atas
krisis moral yang meliputi dunia bisnis di Amerika serikat. Etika Bisnis bukanlah sebuah
fenomena dan kajian baru Riawan amin dkk (2010) menjelaskan bahwa telah banyak
artikel dan buku yang membahas etika bisnis sejak manajemen memasukkannya sebagai
aktivitas profesional dalam perusahaan dan organisasi bisnis yang tumbuh dalam ukuran
dan kekuatan yang telah memengaruhi banyak aspek kehidupan masyarakat moderen.
Dalam bermuamalah muhammad ayub (2009) menjelaskan bahwa islam memdorong
kebebasan melakukan bisnis dan transaksi finansial berdasarkan beberapa larangan, etika
dan norma. Selain beberapa larangan utama hukum islam menetapka rangkaian norma
dan batasan lain dalam rangka menghindari keuntungan yang tidak sewajarnya dan
ketidak adilan.
Dalam berbisnis etika menjadi syarat utama untuk kelangsungan bisnis, menuru Ali
Hasan (2009) Etika berasal dari bahasa latin”Etos’ yang berarti ‘ kebiasaan’ sinonimnya
adalah ‘moral’ juga berasal dari bahsa yang sama ‘mores’ yang berarti ‘kebiasaan’.
Sedangkan bahasa arabnya ‘Akhlak’ , bentuk jamak dari mufradnya ‘khulud’ artinya
‘Budi Pekerti’. Keduanya bisa diartikan sebagai kebiasaan atau adat istiadat (custom atau
mores) , yang menunjukan kepada perilaku manusia itu sendiri, tindakan atau sikap yang
di anggap benar atau baik. Al-Ghazali daam karyanya Ihya Ulumuddin menjelaskan
pengertian ‘khuluq’ (etika) adalah suatu sifat yang tetap dalam jiwa, yang dari padanya
timbul perbuatan perbuatan dengan mudah, dengan tidak membutuhkan pikiran. Dengan
demikian etika binis dalam syariat islam adalah akhlak dalam menjalankan bisnis sesuai
dengan nilai-nilai islam, sehingga dalam menjalankan bisnisnya tidak perlu khawatir ,

9
sebab sudah diyakini sebagai seusatu yag baik dan benar.
Pada tahun 1905 sosiologiwan jerman , Max Weber , merumuskan hubungan rasional
antara etos kerja dan kesuksesan suatu masyarakat dalam buku klasik the protestant
Etihic and the spirit of capitalism (Weber , 1958 ). Etos Bangsa jerman ynag
diformulasikan Weber antara lain bertindak rasional , berdisiplin tinggi, bekerja keras ,
berorientasi sukses material, tidak kemenangan, hemat dan bersahaja, menabung dan
berinvestasi. Kata weber Etos inilah pangkal kemajuan Protestan di eropa dan Amerika.
Bagaiman dengan ummat islam, Ali Hasan (2009) menjelaskan islam mempunyai nilai
etik, moral susila atau akhlak. Akhlak adalah nilai-nilai yang mendorong manusia
menjadi pribadi yang utuh seperti kejujuran, kebenaran , keadilan, kemerdekaan,
kebahagiaan, dan cinta kasih. Apabilla nilai etik ini dilaksanakan akan menyempurnakan
hakikat manusia seutuhnya. Setiap orang boleh punya seprangkat pengetahuan tentang
nilai tetapi pengetahuan yang mengarahkan dan mengendalikan prilaku orang islam
hanya ada 2 yaitu Al-Qur’an dan As-sunnah sebagai sumber segala nilai pedoman dalam
sendi kehidupan, termaksud dalam bisnis, dengan berpegangan tegus kepada perbuatan
baik. Perbuata baik adalah perbuatan yang mengandung kriteria kebaikan dan di cintai
islam dan islam menganjurkan untuk melakukanya. Sedangkan perbuatan buruk adalah
perbuatan yang mengandung kriteria krtiteria buruk sebagai sesuatu yang dilarang oleh
islam untuk dilaksanakan.

2.2 Prinsip-Prinsip Etika Bisnis dalam Islam

Kegiatan bisnis yang dilakukan pra pelaku bisnis banyak dilakukan tanpa umat
muslim harus memperhatikan dari sumber utama yaitu Al-Qur’an. Menurut riawan amin
dkk (2010) Bisnis dalam pandangan Al-Qur’an mempunyai visi masa depan yang tidak
semata-mata mecari keuntungan sesaat , melainan mencari keuntungan yang hakiki: baik
dan berakibat baik pula bagi kesudahaanya dasarnya adalah QS.9 (At-Tawbah: 111) :
Manusia dituntut agar selalu berussaha tanpa ada keputusan. Prinsip dasar hidup adalah
bekerja keras. Bekerja berhubunngan dengan iman seperti hubungan akar tumbuhan dan
buahnya.

10
Prinsip atau pedoman bisnis yang beretika menurut Ibn Taymiyyah
Imam Ibn Taymiyyah dalam kitab Al-hisbah yang diterjemahkan oleh Mukhtar
Holland (1985) memberika pedoman bagaimana menentukan cara bisnis yang beretika,
antara lain :
1. Sempurna dalam timbangan
“ kecelakanlan bagi orang-orang yang curang, yaitu orang-orang yang gapabila
menerima takaran dari orang lain ia minta dipenuhi. Dan apabila merak menakar
atau membimbing untuk orang lain, mereka mengurangi “ (QS.83:1-3)
2. Hindari Penipuan / Kecurangan
“ Abu Humairoh mengatakan bahwa rasullah SAW pernah mendekati sekarung
bahan makan (yang dijual). Lalu beliau memasukan tanganya (ke dalam lapisan
paling bawah), sementara jari-jarinya menyentuh bahan makanan yang basah.
“apa ini wahai pedagang?” tanya nabi “ itu karna dampak cuac wahai
rasulullah”, jawab pedagang. “ kalau begitu, kenapa tidak kamu letakan
ditumpukan teratas sehingga orang bisa melihatnya? Orang yang menipu kita
bukan bagian dari kita” tandas rasulullah.
3. Hindari kontrak bisnis yang tidak sah ( illegal )
Kontrak yang terkait dengan riba dan judi seperti jual beli spekualatif (bay al-
gahar), membeli bayi ternak yang masih dalam kandungan (mulamasa), menawar
tinggi untuk menaikan harga, bukan berniat untuk membeli (najas).
4. Kondisi ketidak sempurnaan pasar
5. Hindari penimbunan (iktikar)
Penimbunan adalah merak yang memborong komodias tertentu yang di butuhan
public dengan harapan ketika terjadi shortage (Kekurangan), harga barang
meningkat drastis.

Menurut Muhammad Ayub (2009) Prinsip Etika bisnis yaitu larangan utama meliputi
riba, gharar dan perjudian, syari’ah Islam telah memberithukan serangkaian perinsip yang
meyediakan dasar tatalaksana aktivitas perekonomian secara umum dan transaksi
finansial serta perniagaan Khususnya.

11
Bukhari Alma dan Priansa (2009) menuturkan bhwa prinsip dasar etika bisnis Islam yaitu
meliputi :
1. Janji
Sebagai orang muslim, maka umat diajarkan untuk selalu menepatkan janji. Janji
adalah semacam ikrar, kesanggupan yang telah dinyatakan kepada seseorang dan
kepada Allah SWT mengetahui akan janji tersebut. Dapat dilihat dari hadist
Rasullulah SAW yang artinya : “ dan tepatilah janji, karena sesungguhnay janji itu
akan diminta pertanggung jawabannya”. (HR. Baihaqi)
2. Utang Piutang
Utang piutang merupakan kegiatan yang biasa dilakukan dalamkehidupan sehari-
hari. Beberapa hadist yang menyangkut hutang piutang :
a. Perkecilah dosa, niscaya kematian akn menjadi lemut bagimu,
perkecillah utang, niscaya kamu akan hidup bebas merdeka (HR.
Baihaqi)
b. Menunda-nundamembayra cicilan utang, bagi orang yang mampu adalah
kezaliman (HR. Muttafaqalaih)
c. Siapa saja orang yang mengambil hutang, sedang dia sengaja untuk tidak
membayarnya kepadda yang memberi pinjaman, niscara dia akan
bertemu dengan Allah SWT sebagai pencuri (HR. Ibnu Majah dan
Baihaqi)
3. Tidak boleh menghadang orang desa di perbatasan kota
Berkaitan dalam hal ini ada perhaian hadist-hadist bertikut ini :
a. Janganlah kalian hadang kalifah-kalifah dan janganlah orang-orang kotta
menjualkan buat orang desa (HR.Muttafaqalaih)
b. Barang siapa membeli barang curian, maka ia bersekutu dalam dosa da
catatannya ( HR. Baihaqi)
c. Sesunguhnya allah SWT penentu harga, penahan, pemberi rizki, dan
sesungguhnya aku berharap bertemu dengan allah SWT dalam keadaan tidak
seorangpun dari pada kalian menuntut aku karena perbuatan zalim terhadap
jiwa dan tentang harga barang (HR. Ahmad, Abu Dawud, Tarmizi, Ibnu
Majah dan disahkan oleh Ibnu Hiban).

12
4. Kejujuran dalam jual beli
Mengenai arti kejujuran, mari memahami firman Allah SWT dengan QS. Al-
Baqarah (2:188) berikut ini:

‫س مباِ ع ملعثمم نوأنعنتمعم تنععلنمموُنن‬ ‫ع‬ ‫ع‬


‫نونل تنأمكملوُا أنعمنوُالنمكعم بنعيننمكعم مباِعلنباِمطمل نوتمعدملوُا بمنهاِ إمنلىَ اعلمحنكاِمم لمتنأمكملوُا فنمريِققاِ ممعن أنعمنوُامل النناِ م‬

Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara
kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu
kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang
lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui.

5. Ukuran Takaran dan timbangan


Dalam perdgangan khususnya pada waktu menentukan ukuran berat sebuah
produk, penentuan takaran dan timbangan sangat menentukan, Islam mengajarkan
penentuan takaran dan timbangan merupakan hal yang paling prinsip dalam
beretika bisnis.

6. Menjual barang haram dan memabukan


Mari perhatikan terlebih dahulu firman Allah SWT dalam QS. Al- Maidah (5:
91)
‫صلَّةة فأأهمل أأمنتتمم‬ ‫صصدتكمم أعمن ةذمكةر ص‬
‫اة أوأعةن ال ص‬ ‫سةر أويأ ت‬ ‫طاَتن أأمن تيوُقةأع بأمينأتكتم املأعأداأوةأ أواملبأمغ أ‬
‫ضاَأء ةفيِ املأخممةر أواملأممي ة‬ ‫شمي أ‬
‫إةنصأماَ يتةريتد ال ص‬
‫تممنتأتهوُأن‬
Sesungguhnya setan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan
kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan
menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; maka berhentilah kamu
(dari mengerjakan pekerjaan itu). Al-maidah 91

7. Perilaku Hemat

Perilaku hemat disini terdapat dalam QS. Al – Isra (17 : 26-27 ) :

13
‫سةبيةل أوأل تتبأذذمر تأمبةذيررا‬
‫سةكيأن أوامبأن ال ص‬ ‫ت أذا املقتمرأبىَ أحقصهت أواملةم م‬
‫أوآأ ة‬
‫طاَتن لةأربذةه أكتفوُررا‬‫شمي أ‬
‫شأياَةطيةن أوأكاَأن ال ص‬‫إةصن املتمبأذذةريأن أكاَتنوُا إةمخأوُاأن ال ص‬
26. Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya dan kepada
orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur
(hartamu) secara boros.

27. Sesungguhnya para pemboros itu adalah saudara-saudara setan sedang setan terhadap
tuhannya adalah sangat ingkar.

8. Masalah Upah
Agar tidak terjadi kecemburuan sosial dan demontrasi dari para karyawan, maka
perhatikan. Etika berikut ; Berilah kepada buruh upahnya sebelum kering
keringatnya ( HR, Ibnu Majah )
9. Mengambil Hak Orang lain
Mengenai pengambilan hak orang lain, ada beberapa hadist berikut ini yang
meneranglan tentang mengambil hak orang lain:
a. Barang siapa memotong sejengkal tanah secara aniaya, maka Allah SWT akan
mengalugnkan pada orang itu tujuh lapis bumi pada hari kiamat (HR. Bukhari
Muslim)
b. Tidak halal mengambil harta seseorang muslim melainkan dengan
kerelaannya (HR.Daruqutni)

10. Memelihara Bumi


Adakan penghujauan, hindari polusi, dan tidak membuat kerusakan dimuka bumi.
Allah SWT berfirman dalam QS. Ar-Rum (30:41) :

‫ض‬ ‫ت أرليفديِ ٱلنناَ ف‬


‫س لفديييفذيرقدهمُ برلعيي ر‬ ‫ساَدد ففيِ ٱللبر فرر روٱللبرلحفر بف ر‬
‫ماَ رك ر‬
‫سب ر ل‬ ‫ظررهرر ٱللرف ر‬
‫ظدرواا ركلييي ر‬
‫ف‬ ‫سيييدرواا ففيييِ ٱلل رلر ف‬
‫ض رفييٱَن د‬ ‫ دقلل ف‬٤١ ‫ن‬ ‫جدعوُ ر‬ ‫مدلوُاا لررعل ندهلمُ يرلر ف‬
‫ٱل نفذيِ رع ف‬
14
‫ن‬
‫شفرفكي ر‬ ‫ن أرلكرثدر د‬
‫همُ مم ل‬ ‫ن فمن رقلب ل د‬
‫ل ركاَ ر‬ ‫ن عرعفقبردة ٱل نفذي ر‬
‫ركاَ ر‬

Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan kaena perbuatan tangan
manusia, supaya allah merasakann kepada mereka sebahagian dari (akibat)
perbuatan mereka, agar merekakembali ( ke jalan yang benar )
11. Perintah berusaha
Allah Berfirmn dalam QS.Al-Mulk ( 67 :15)

‫ض نذملوُقل نفٱَعممشوُاا مفىَ نمنناِمكبمنهاِ نومكملوُاا‬


‫همنوُ ٱلنمذىِ نجنعنل لنمكمم ٱعلنعر ن‬
‫نوإملنعيمه ٱلننمشوُمر ممن ررعزقممه‬
Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala
penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah
kamu (kembali setelah) dibangkitkan.
Adapula hadist-hadist yang terkait dengan perintah berusaha santun :
a. Jika seseorang keluar dari rumah dan dia berusaha memberi makan anak
istrinya maka itu adalah Fisabillilah. Atau dia bekerja untuk dirinya sendiri
agar tidak meminta-minta, itu juga fisabilillah, lain halnya jika ia ingin pamer
kekayaan, bermegah-megahan maka ini adalah fisabilissyaithan (HR.
Tabrani)
b. Sebaik-baiknya pekerjaan adalah usaha seseorang apabia dia serius dalam
bekerja (HR.Akhmand)
12. Batasan pengumpulan harta
13. Agama dan kata hati
Sebagai pengelola bisnis sehari-hari para pengusaha memang dihadapkan pada
tanggung jawab yang berat. Pengusaha dituntut untuk dapat melayani masyarakat
sebaik-baiknya, namun pengusaha juga hars memperoleh keuntungan, yang
diharapkan oleh pare pemegang saham atau pemilik.

15
Ada lima prinsip yang mendasari etika Islam yaitu :
1. . Unity (Kesatuan)
Merupakan refleksi konsep tauhid yang seluruh aspek kehidupan baik ekonomi,
sosial, politik budaya menjadi keseluruhan yang homogen, konsisten dan teratur.
Adanya dimensi vertikal (manusia dengan penciptanya) dan horizontal (sesama
manusia). Prakteknya dalam bisnis :
a. Tidak ada diskriminasi baik terhadap pekerja, penjual, pembeli, serta mitra
kerja lainnya (QS.49:13).
b. Terpaksa atau dipaksa untuk menaati Allah SWT (QS. 6:163)
c. Meninggalkan perbuatan yang tidak beretika dan mendorong setiap individu
untuk bersikap amanah karena kekayaan yang ada merupakan amanah Allah
(QS. 18:46)

2. Equilibrium (Keseimbangan)
Keseimbangan, kebersamaan, dan kemoderatan merupakan prinsip etis yang harus
diterapkan dalam aktivitas maupun entitas bisnis (QS. 2:195; QS. 25:67-68, 72-
73; QS.17:35;QS. 54:49; QS. 25:67). Prakteknya dalam bisnis :
a. Tidak ada kecurangan dalam takaran dan timbangan
b. Penentuan harga berdasarkan mekanisme pasar yang normal

3. Free Will ( Kebebasan Berkehendak)


Kebebasan disini adalah bebas memilih atau bertindak sesuai etika atau
sebaliknya : “Dan katakanlah (Muhammad) kebenaran itu datangnya dari
Tuhanmu, barang siapa yang menghendaki (beriman) hendaklah ia beriman dan
barang siapa menghendaki (kafir) biarlah ia kafir” (QS. 18:29). Jadi, jika
seseorang menjadi muslim maka ia harus menyerahkan kehendaknya kepada
Allah. Aplikasinya dalam bisnis :

a. Konsep kebebasan dalam Islam lebih mengarah pada kerja sama, bukan
persaingan apalagi sampai mematikan usaha satu sama lain. Kalaupun ada
persaingan dalam usaha maka, itu berarti persaingan dalam berbuat kebaikan

16
atau fastabiq al-khairat (berlombalomba dalam kebajikan).
b. Menepati kontrak, baik kontrak kerja sama bisnis maupun kontrak kerja
dengan pekerja. “Wahai orang-orang yang beriman, penuhilah
janji-janji” (QS. 5:1).

4. Responsibility (Tanggung Jawab)


Merupakan bentuk pertanggungjawaban atas setiap tindakan. Prinsip pertanggung
jawaban menurut Sayid Quthb adalah tanggung jawab yang seimbang dalam
segala bentuk dan ruang lingkupnya, antara jiwa dan raga, antara orang dan
keluarga, antara individu dan masyarakat serta antara masyarakat satu dengan
masyarakat lainnya.
Aplikasinya dalam bisnis :
a. Upah harus disesuaikan dengan UMR (upah minimum regional)
b. Economic return bagi pemebri pinajam modal harus dihitung berdasarkan
perolehan keuntungan yang tidak dapat dipastikan jumlahnya dan tidak bisa
ditetapkan terlebih dahulu seperti dalam sisitem bunga
c. Islam melarang semua transaksi alegotoris seperti gharar, system ijon, dan
sebagainya.

5. Benevolence (Kebenaran)
Kebenaran disini juga meliputi kebajikan dan kejujuran. Maksud dari kebenaran
adalah niat, sikap dan perilaku benar dalam melakukan berbagai proses baik itu
proses transaksi, prose memperoleh komoditas, proses pengembangan produk
maupun proses perolehan keuntungan. Aplikasinya dalam bisnis menurut Al-
Ghazali :
a. Memberikan zakat dan sedekah.
b. Memberikan kelonggaran waktu pada pihak terutang dan bila perlu

17
mengurangi bebanutangnya.
c. Menerima pengembalian barang yang telah dibeli.
d. Membayar utang sebelum penagihan datang.
e. Adanya sikap kesukarelaan antara kedua belah pihak yang melakukan
transaksi, kerja sama atau perjanjian bisnis.
f. Adanya sikap ramah, toleran, baik dalam menjual, membeli dan menagih
utang.
g. Jujur dalam setiap proses transaksi bisnis.
h. Memenuhi perjanjian atau transaksi bisnis

BAB III

PENUTUP

3.1 Keseimpulan
Suatu rekonstruksi kesadaran baru tentang bisnis. Bisnis baik sebagai aktivitas yang

18
dilakukan oleh individual, organisasi atau perusahaan, bukan semata-mata bersifat
duniawi semata. Akan tetapi sebagai aktivitas yang bersifat material sekaligus immaterial.
Suatu bisnis bernilai, apabila memenuhi kebutuhan material dan spiritual secara
seimbang, tidak mengandung kebatilan, kerusakan dan kezaliman. Akan tetapi
mengandung nilai kesatuan, keseimbangan, kehendak bebas, pertanggung-jawaban,
kebenaran, kebajikan dan kejujuran. Sehingga dengan ketiga prinsip landasan praktek
mal bisnis diatas, dapat dijadikan tolok ukur apakah suatu bisnis termasuk ke dalam
wilayah yang bertentangan dengan etika bisnis atau tidak. Diperlukan suatu cara pandang
baru dalam melakukan kajian-kajian keilmuan tentang bisnis dan ekonomi yang lebih
berpijak pada paradigma pendekatan normatif-etik sekaligus empirik induktif yang
mengedepankan penggalian dan pengembangan nilainilai al-Qur’an, agar dapat
mengatasi perubahan dan pergeseran zaman yang semakin cepat..
Bisnis yang melibatkan praktik-praktik kecurangan, penipuan dan lain-lain adalah
alasan etika bisnis mendapatkan perhatian yang intensif hingga menjadi bagian kajian
yang berdiri sendiri. Masalah etika bisnis muncul bila terjadi suatu konflik tanggung
jawab kepentingan, atau dilema memilih antara yang benar dan salah yang salah dengan
yang lebih salah, atau mempertimbangkan sesuatu yang lebih kompleks, yang
diakibatkan oleh aktivitas bisnis.
Dari penjelasan di atas tampak bahwa Islamsebagai way of life tak bisa dipungkiri
lagi karena Islam adalah ajaran yang lengkap dan universal. Aturannya jelas dan aplikatif.
Tak ada satupun sisi kehidupan manusia yang tidak diatur dalam Islam, termasuk dalam
dunia bisnis. Sayangnya banyak yang belum menerapkan etika dalam bisnisnya, sehingga
yang terjadi adalah persaingan yang tidak imbang antara pemodal kuat dengan pemodal
lemah, ada banyak ketidakadilan, munculnya moral hazard, penyuapan dan lain-lain.
Oleh karena itu perlu pengintegrasian etika ke dalam dunia bisnis. Apalagi banyak
penelitian yang menunjukkan adanya hubungan yang positif antara etika bisnis dengan
kinerja perusahaan. Dengan demikian, penting bagi dunia bisnis khususnya yang
mengakui Muhammad saw sebagai Nabinya, untuk menerapkan nilai-nilai Islam dalam
bisnisnya. Dalam Islam juga dikatakan bahwa siapapun yang ingin selamat dunia akherat
maka ikutilah sunah Rasulullah saw. Apalagi fakta menunjukkan bahwa dengan etika
bisnisnya yang Islami menjadikan Nabi sebagai pedagang yang sukses.

19
DAFTAR PUSTAKA

Agustianto, (2009), Etika bisnis Dalam Islam,agustianto weblog

20

Anda mungkin juga menyukai