NAMA DOSEN :
HADI PURNOMO, S.E., M.M.
KELOMPOK 3 :
1. IKA NURILLAH ATI (220211100103)
2. VIONALIZA OKTA RAHMADIYANTI (220211100104)
3. SHOFI NUR FAUZIYAH (220211100124)
4. OKTAVIAN WINDAR PRAYOGA (220211100101)
PRODI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih Lagi Maha
Penyayang. Penyusun panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang
mana telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada penyusun.
Sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Etika Bisnis Qur’ani”.
Makalah ini penyusun susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan
Agama Islam. Makalah ini telah penyusun susun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu penyusun berterima kasih kepada semua pihak
yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, penyusun menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan terbuka penyusun menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata penyusun berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar....................................................................................................i
Daftar Isi...............................................................................................................ii
BAB l PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG..................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH..............................................................................2
1.3 TUJUAN PENULISAN................................................................................2
BAB ll PEMBAHASAN......................................................................................3
2.1 PENGERTIAN ETIKA BISNIS QUR’ANI.................................................3
2.2 PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR-DASAR ETIKA BISNIS QUR’ANI....5
2.3 IMPLEMENTASI DARI ETIKA BISNIS QUR’ANI..................................8
2.4 IMPLIKASI NILAI-NILAI ETIKA BISNIS QUR’ANI .............................14
BAB III PENUTUP.............................................................................................18
3.1 KESIMPULAN.............................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang yang dijelaskan di atas, dapat diperoleh rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari etika bisnis qur’ani?.
2. Apa saja prinsip-prinsip dan dasar-dasar etika bisnis qur’ani?.
3. Bagaimana etika bisnis qur’ani diimplementasikan?.
4. Bagaimana implikasi nilai-nilai etika bisnis qur’ani?.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Hamzah Yaksan dan Hamzah Hafidz. Etika Bisnis Islam. (Makassar : Kretakupa Print. 2014) hal.
11.
3
modal tetapi banyak faktor yang mendukung pelaksanaan bisnis, misalnya
reputasi, keahlian, ilmu, teman dan kerabat bisa menjadi aset bisnis. 2
3. Pengertian Etika Bisnis Qur’ani
Kemudian, bagaimana pandangan Al-Qur'an tentang bisnis? Bisnis adalah
salah satu hal terpenting dalam hidup manusia. Dalam Al-Qur'an, bisnis
didefinisikan sebagai kegiatan yang berwujud dan tidak berwujud serta memiliki
nilai-nilai etika bisnis. Sebuah perusahaan memiliki nilai ketika telah memenuhi
kebutuhan material dan spiritual secara seimbang. Pada dasarnya, bisnis harus
bebas dari kejahatan, keburukan dan kezaliman. Di sisi lain sarat dengan nilai-
nilai seperti persatuan, kehendak bebas, tanggung jawab, keseimbangan serta
keadilan dan kebenaran (kebajikan dan kejujuran). Menurut pandangan ini, etika
bisnis dapat dipraktikkan oleh siapa saja, kapan saja, di mana saja dan tidak
dibatasi oleh perkembangan media bisnis. Pada prinsipnya, segala jenis bisnis
diperbolehkan kecuali bertentangan dengan nilai-nilai etika bisnis atau dilarang
oleh Syariah. Bisnis itu baik dan benar kecuali yang berhubungan dengan
kejahatan, korupsi atau tirani.
Jika digabungkan, kata ‘etika’, ‘bisnis’, dan ‘Islam’ bisa diartikan sebagai
suatu proses dan upaya untuk mengetahui hal-hal yang benar dan salah yang
dipakai untuk menentukan bagaimana sikap untuk melakukan hal yang benar dan
berkenan dengan produk, pelayanan perusahaan dan dengan pihak yang
berkepentingan dengan tuntutan perusahaan. Di dalam etika bisnis Islam,
memelajari mengenai kualitas moral kebijaksanaan organisasi dan mengenai
konsep umum serta standar untuk berperilaku moral di dalam berbisnis. Etika
bisnis Islam juga memelajari bagaimana berperilaku penuh tanggung jawab dan
modal. Artinya, etika bisnis Islam ini merupakan suatu kebiasaan atau budaya
moral tentang kegiatan bisnis. Etika bisnis Islam adalah etika terapan yang
merupakan aplikasi pemahaman kita tentang apa yang baik dan apa yang benar
untuk beragam institusi, teknologi, transaksi, aktivitas, dan usaha yang
selanjutnya disebut sebagai bisnis. Pembahasan mengenai etika bisnis Islam ini
harus dilengkapi dengan kerangka dan juga implikasinya terhadap dunia bisnis.
Dengan demikian, etika bisnis Islam memiliki posisi pengertian yang hakikatnya
2
Wijoyo Hadion, dkk. Pengantar Bisnis. (Sumatra Barat : Insan Cendekia Mandiri. 2021) hal. 01.
4
merupakan usaha dari manusia untuk mencari keridzaan Allah SWT. Meski
demikian, bisnis di dalam etika bisnis Islam ini tidak bertujuan jangka pendek dan
semata-mata untuk individual dan mencari keuntungan semata, tetapi jangka
panjang yaitu antara dirinya dengan Allah SWT.
5
janji. Tentu saja, umat Islam yang percaya pada kehendak Tuhan akan
memuji semua janji yang dia buat.
4. Pertanggungjawaban
Kebebasan tanpa batas tidak mungkin karena tidak memerlukan tanggung
jawab. Menurut Al-Ghozali, konsep keadilan tidak hanya mencakup
keseimbangan, tetapi juga keadilan dan keadilan. Untuk memenuhi tuntutan
keadilan dan solidaritas, manusia perlu bertanggung jawab atas perbuatannya.
Allah menekankan konsep tanggung jawab moral atas tindakan manusia.
Dengan demikian, menurut Sayyid Qutub prinsip tanggung jawab Islam
adalah tanggung jawab yang seimbang dalam segala bentuk dan ruang
lingkupnya. Antara tubuh dan jiwa, antara individu dan keluarga, antara
individu dan masyarakat, antara satu masyarakat dengan masyarakat lainnya.
5. Kebenaran : Kebajikan dan Kejujuran
Kebenaran di sini selain mengandung arti kebenaran lawan dari kebohongan,
juga mencakup dua unsur, yaitu kebajikan dan kejujuran. Dalam konteks
bisnis, autentik berarti niat, sikap, dan perilaku yang benar, termasuk proses
kontraktual (perdagangan) proses mencari atau memperoleh pengembangan
dan barang-barang internal proses usaha untuk memperoleh atau menentukan
laba. Adapun kebajikan adalah sikap ihsan, ini adalah perbuatan yang bisa
membawa manfaat bagi yang lain. alam Al-Qur'an, prinsip kebenaran yang
meliputi kebajikan dan kejujuran dapat diturunkan dari penegasan kewajiban
untuk memenuhi atau melakukan suatu perjanjian atau transaksi bisnis.
Kebajikan bisnis termasuk kesukarelaan dan keramahan. Sukarela berarti
sikap sukarela kedua belah pihak dalam suatu transaksi, kerja sama atau
perjanjian komersial. Hal ini ditekankan untuk menciptakan dan menjaga
keharmonisan hubungan dan cinta antar mitra bisnis. Kejujuran adalah
kejujuran dalam semua proses bisnis tidak ada penipuan. Sikap ini dalam
bidang keislaman dapat diartikan sebagai amanah. Dengan prinsip kebenaran
ini, etika bisnis Islam sangat berhati-hati dan preventif terhadap kemungkinan
adanya pihak yang dirugikan dalam suatu transaksi, kerja sama atau
perjanjian bisnis. Dengan sikap ketulusan, moralitas dan ketulusan ini,
perusahaan akan secara alami
6
Dasar – Dasar Etika Bisnis Qur’ani
Manusia selalu menginginkan ketenangan pikiran hidup, makan
secukupnya, tidak kekurangan dan tidak mengantuk ancaman dan pelanggaran
perdamaian dan keamanan hidupnya. Ini adalah kebutuhan manusia untuk
mengatur atau etika mengatur dan melindungi kepentingan manusia agar tidak
mengganggu kepentingan orang lain. Etika menjadi kebutuhan bagi Individu dan
masyarakat rakyat. Bagi diri sendiri, moralitas menjadi alat kontrol perilaku, bagi
masyarakat, etika menjadi perekat yang dapat menyatukan hubungan yang
harmonis karena moralitas mendorong perilaku saling menghormati, cinta,
perlindungan, bantuan bekerja sama. Oleh karena itu, normatif atau etis sebagai
instrumen atau contoh kehidupan manusia Ketenangan, keamanan, kedamaian dan
keharmonisan.
Tatanan alam semesta tidak muncul dengan sendirinya, tetapi karena Tuhan
SWT sebagai Sang Pencipta senantiasa menjaga 24 jam sehari atas segala
kejadian di alam semesta ini, baik itu di dalam perut bumi, di permukaan bumi
maupun di langit. Padahal seharusnya manusia mau bekerja sama dengan
mengikuti semua aturan dan menjauhi semua larangannya seperti yang ada dalam 3
:
Q.S Adz-Dzariyat : 56 yang artinya sebagai berikut : “Dan aku tidak
menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”
Susminingsih., Etika Bisnis Islam, Jawa Tengah : 2020
Begitu juga perintah untuk berbuat kebaikan dan menjauhi larangan yang
telah ditegaskan oleh Allah SWT dalam4 :
Q,S.Ali Imron : 104 yang artinya sebagai berikut : “Dan hendaknya ada di antara
kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebijakan, menyuruh kepada yang
ma’aruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang beruntung.”
Menurut ayat tersebut, manusia sebenarnya harus selalu bertindak atas nama
beribadah kepada Allah SWT. Tindakan yang dilakukan karena keinginan untuk
beribadah harus merupakan perbuatan baik, dengan cara yang baik dan dengan
tujuan yang baik. Tingkah laku manusia yang kisruh yang bertentangan dengan
hakikat ibadah hanya dapat menimbulkan ketidaknyamanan, keamanan dan
3
Susminingsih. Etika Bisnis Islam. (Jawa Tengah : Nasya Expending Management. 2020) hal. 74.
4
Susminingsih. Etika Bisnis Islam. (Jawa Tengah : Nasya Expending Management. 2020) hal. 75.
7
kedamaian dalam kehidupan manusia. Di sinilah manusia membutuhkan moralitas
untuk membimbing perilaku manusia sehingga menjadi perilaku etis terhadap
dirinya, keluarganya, lingkungannya, dan agamanya. Manusia memiliki
pemahaman yang terbatas tentang semua peristiwa di alam semesta ini. Pada
umumnya manusia lebih mementingkan dimensi fisik-jasmani daripada dimensi
psiko-spiritual. Maka tidak heran jika sebagian orang merasa terpenjara oleh
aturan atau norma/nilai yang telah ditetapkan oleh Allah SWT karena merasa
tidak bisa berbuat semaunya. Sebaliknya, sebagian orang merasa terpaksa atau
terbebani karena terpanggil untuk menjalankan perintah, aturan atau norma/nilai
dari Allah SWT. Semua itu terjadi karena keterbatasan akal dan kesabaran
manusia, tidak mampu memahami hikmah atau hikmah yang ada dalam setiap
peristiwa atau aturan.
8
Dalam islam memiliki etika sendiri dalam berbisnis. Al-Qur’an dan hadist
yang menjadi acuannya yaitu sebagai berikut 5:
1. Kepemilikan dan kekayaan dalam Islam
Aplikasi etika dan konsep kepemilikan dan kekayaan pribadi dalam Islam
bermuara pada pemahaman bahwa sang pemilik hakiki dan mutlak hanyalah Allah
Swt ( Q.S Ali Imran: 189) Sedangkan manusia hanya diberi hak kepemilikan
terbatas, ialah sebagai pihak yang diberi wewenang untuk memanfaatkannya, dan
maksud dari wewenang tersebut merupakan tugas (taklif) untuk menjadi seorang
kholifah (agen pembangunan) yang beribadah di muka bumi ini.
9
memperbolehkan cara - cara yang hanya menguntungkan seseorang, atau yang
mendatangkan kerugian pada orang lain.
10
perubahan pola pikir dan pembelajaran nilai-nilai Islam, dari yang
menitikberatkan pada materialisme menjadi tujuan menuju kesejahteraan umum
yang berbasis sumber daya. alokasi dan risiko yang adil. Yang kedua adalah
menghilangkan ketergantungan pada orang lain.
5. Distribusi Pendapatan
Banyak nilai etika dalam bekerja dan konsep bisnis Islami yang dapat
diterjemahkan ke dalam penerapan etika profesi.
11
a. Keyakinan bahwa manusia melakukan pekerjaan untuk menyembah
Tuhan dan mencapai kesejahteraan melalui pengelolaan bumi dan
isinya.
b. Kerja adalah upaya untuk mencapai suatu kontinum antara pemuasan
kebutuhan rohani dan jasmani.
c. Mengusahakan keberuntungan datang dengan tawakal dan ketakwaan
kepada Allah SWT.
d. Operasi halal, untuk mencegah operasi ilegal.
e. Hindari transaksi ribawi.
f. Keinginan untuk menunaikan kewajiban Islam yang lebih utama bukan
berdasarkan kesombongan atau egoisme.
g. Jangan bekerja sama dengan musuh Islam.
h. Keyakinan bahwa segala sesuatu di dunia ini hanya milik Allah dan
manusia hanya bertindak sebagai khalifah.
12
e. Humas, yaitu berusaha menjaga hubungan baik dengan masyarakat
dengan selalu mengetahui apa yang telah dilakukan lembaga dan
rencana apa yang akan dilakukan ke depan.
9. Marketing Syari’ah
Di era yang terus berkembang ini, penjual dan produsen bersaing satu
sama lain, menggunakan senjata pemasaran alami dalam berbagai taktik termasuk;
Persaingan berdasarkan harga, persaingan berdasarkan kualitas, persaingan
berdasarkan desain, pemasaran turbo, persaingan berdasarkan kecepatan dan
kompresi waktu.
Spiritual marketing muncul berdampingan dengan konsep traditional
marketing dengan konsep “bisikan nurani” dan panggilan hati. Aspek kejujuran,
empati, kasih sayang dan kepedulian terhadap sesama terlihat di sini. Bahasa hati
13
merupakan konsep spiritual marketing yang menjadi inti dari konsep marketing
syariah.
14
4. Adil
Allah SWT menganjurkan untuk mempraktekkan keadilan dalam bisnis dan
aktivitas lainnya. Dalam Al-Qur’an, Ia berfirman mengenai perintah berbuat Adil,
menyempurnakan takaran:
”Dan tegakanlah neraca itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca
itu”. ( Q.S Al – Anam : 152)
5. Integritas
Dalam bisnis, kejujuran diartikan sebagai kejujuran dalam semua proses
bisnis yang dilakukan tanpa kecurangan. Sikap ini dimaknai dalam Islam sebagai
iman. Sementara sifat ghararatau penipuan dan berbuat curang secara tegas dalam
Al-Qur’an juga disebut sebagai kemunafikan. Sebagaimana dalam Q.S An-
Nisa:145, yang artinya : “Sesungguhnya orang-orang yang munafik itu
(ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali -
kali tidak akan mendapat penolongpun bagi mereka.”
6. Tepati janji Anda
Allah menganjurkan untuk menepati janji dalam jual beli dan aktivitas
lainnya. Disebabkan dalam Al-Qur’an Al Maidah 5/1 :
“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah akad-akad itu.”
Abdullah bin Abdul Hamzah mengatakan,
“Aku telah membeli sesuatu dari Nabi sebelum ia menerima tugas kanabian.
Karena masi ada urusan dengannya, maka aku menjanjikan untuk mengantarkan
padanya, tetapi aku lupa. Ketika teringat tiga hari kemudian, kemudian aku pergi
ke tempat tersebut dan menemukan nabi.”
15
Yahudi. Dari Anas ra, bahwa dia pergi kepada Nabi Saw membawa roti gandum
dan keju yang banyak.
8. Kesepakatan
Allah memerintahkan berurusan dengan preferensi atau kesepakatan antara
keduanya. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman. “Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kami saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil,
kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara
kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah maha
penyayang kepadamu.” (Q.S An Nisa’ : 29)
16
BAB lll
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Di era globalisasi saat ini, perkembangan dunia bisnis begitu cepat
dan dinamis, dengan adanya nilai-nilai moral dan etika dalam dunia bisnis,
serta kesadaran para pelaku bisnis untuk menerapkan nilai-nilai tersebut,
maka istilah black business dapat dihindari. Islam sebagai agama memiliki
sistem komprehensif yang mengatur nilai-nilai, norma, perilaku, dan etika
manusia untuk berinteraksi dengan orang lain. Islam memadukan nilai-nilai
spiritual dan material secara seimbang dengan tujuan agar manusia dapat
hidup bahagia di kehidupan ini dan di akhirat.
Kemudian, bagaimana pandangan Al-Qur'an tentang bisnis? Bisnis
adalah salah satu hal terpenting dalam hidup manusia. Dalam Al-Qur'an,
bisnis didefinisikan sebagai kegiatan yang berwujud dan tidak berwujud
serta memiliki nilai-nilai etika bisnis. Menurut pandangan ini, etika bisnis
dapat dipraktikkan oleh siapa saja, kapan saja, di mana saja dan tidak
dibatasi oleh perkembangan media bisnis. Etika bisnis Islam adalah etika
terapan yang merupakan aplikasi pemahaman kita tentang apa yang baik dan
apa yang benar untuk beragam institusi, teknologi, transaksi, aktivitas, dan
usaha yang selanjutnya disebut sebagai bisnis.
17
DAFTAR PUSTAKA
Hamzah, Yaksan dan Hamzah Hafidz. 2014. Etika Bisnis Islam. Kretakupa :
Makassar.
Wijoyo, Hadion, dkk. 2021. Pengantar Bisnis. Insan Cendekia Mandiri : Sumatra
Barat.
Susminingsih. 2020. Etika Bisnis Islam. Nasya Expending Management : Jawa
Tengah.
Nafiah. 2018. Implementasi Etika Islam pada Sektor-Sektor Ekonomi. Qalamuna.
Volume 10, Nomor 1, Januari – Juni 2018 : 35-54.
18