Anda di halaman 1dari 15

ETIKA BISNIS

Dosen : Dr. H. MUKHTAR, Lc, M.Th.I

Disusun Oleh :

Kelompok 7
Muhammad Yassin (20202038622010
Nurul Asmi (2020203862201015)

AKUNTANSI LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) PAREPARE

TAHUN AKADEMIK 2022

1
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu ‘Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapayt menyelesaikan maklah ini
guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Studi Hadis Ekonomi, dengan judul :
“Etika Bisnis”.
Kami menyadari bahwa dalan penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini
dapat terselesesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu,
kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari
berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi perkembangan dunia Pendidikan.

Parepare, Mei 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................

DAFTAR ISI..........................................................................................................................

BAB I.....................................................................................................................................

PENDAHULUAN ................................................................................................................

A. Latar Belakang.....................................................................................................
B. Rumusan Masalah................................................................................................
C. Tujuan..................................................................................................................

BAB II ...................................................................................................................................

PEMBAHASAN....................................................................................................................

A. Pengertian Etika Bisnis........................................................................................


B. Macam-macam Etika Bisnis................................................................................
C. Tujuan Bisnis Dalam Islam..................................................................................
D. Ketentuan Bisnis Dalam islam............................................................................. 10

BAB III.................................................................................................................................. 14

PENUTUP.............................................................................................................................. 14

A. Kesimpulan.......................................................................................................... 14
B. Saran..................................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 15

3
BAB I
PENDHULUAN

A. Latar Belakang

Etika bisnis merupakan suatu bidang ilmu ekonomi yang terkadang dilupakan
banyak orang, padahal melalui etika bisnis inilah seseorang dapat memahami suatu bisnis
persaingan yang sulit sekalipun, bagaimana bersikap manis, menjaga sopan santun,
berpakaian yang baik sampai bertutur kata, semua itu ada “meaning”nya..
Secara sederhana etika bisnis dapat diartikan sebagai suatu aturan main yang tidak
mengikat karena bukan hukum. Tetapi harus dapat diingat dalam praktek bisnis sehari-hari
etika bisnis dapat menjadi batasan bagi aktivitas bisnis yang dijalankan. Etika bisnis sangat
penting mengingat dunia usuha tidak lepas dari elemen-elemen lainnya. Keberadaan usaha
pada hakikatnya adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Dalam ajaran Islam, kegiatan bisnis sangat dianjurkan, tetapi harus sesuai dengan
apa yang telah ditetapkan baik itu oleh al-Qur’an maupun sunnah Nabi. Keduanya mejadi
pedoman bagi kaum muslim dalam melakukan kegiatan bisnisnya. Di antara pedoman
tersebut terdapat pula beberapa kode etik dalam perdagangan menurut Islam di antaranya
adalah sidiq (jujur), amanah (tanggung jawab), tidak melakukan riba, menepati janji, tidak
melakukan penipuan, tidak tathfif (curang dalam timbangan), tidak menjelekjelekkan
pedagang lain, tidak menimbun barang dan hal lain yang dapat merugikan orang lain.
Uraian dalam makalah ini hanyalah sekedar mengantarkan pada pemahaman
pembaca dan sebagai alat bantu dalam memudahkan pembaca mendapatkan suatu informasi
dan referensi baru terkait permasalahan tentang hal-hal yang berhubungan dengan Etika
Bisnis.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Yang Di Maksud Dengan Etika Bisnis ?
2. Sebutkan Macam-Macam Etika Bisnis ?
3. Sebutkan Tujuan Bisnis Dalam Islam ?
4. Apa Yang Menjadi Ketentuan Bisnis Dalam Islam ?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Etika Bisnis
2. Untuk Mengetahui Macam Macam Etika Bisnis
3. Untuk Mengetahui Tujuan Bisnis Dalam Islam

4
4. Untuk Mengetahui Ketentuan Bisnis Dalam Islam

BAB II
PEMBAHSAN
A. Pengertian Etika Bisnis

Pengertian Etika Bisnis menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, paling tidak ada tiga
pengertian, sebagai berikut: pertama, ilmu tentang apa yang baik dan tentang apa yang buruk
dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlaq); kedua, kumpulan asas atau nilai yang
berkenaan dengan akhlaq; ketiga, nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu
golongan masyarakat.1Etika juga berasal dari bahasa yunani yaitu ethos, yang berarti adat
istiadat atau kebiasaan .2

Menelusuri asal usul etika tak lepas dari asli katanya yaitu ethos dalam bahasa yunani
yang berarti kebiasaan (custom) atau karakter (character). Dalam kata lain berarti “ṭe
distinguiṣing character, sentiment, moral nature, or guiding beliefs of a person, group, or
instituation.” (karakter istimewa, sentiment, tabi‟at moral, atau keyakinan yang
membimbing seseorang, kelompok atau institusi).3

Sementara itu ethics yang menjadi padanan dari etika, secara terminologisnya adalah
studi sistematis tentang tabiat, konsep nilai, baik, buruk, harus, benar,salah dan lain
sebagainya dan prinsip-prinsip umum yang membenarkan kita untuk mengaplikasikannya
atas apa saja. Di sini etika dapat dimaknai sebagai moralitas seseorang dan di saat bersamaan
juga sebagai filosofinya dalam berprilaku.4

Sepintas bahwa etika sama dengan akhlaq. Persamaan itu memang ada, karena
keduanya membahas baik buruknya tingkah laku manusia. Tujuan etika dalam pandangan
filsafat ialah mendapatkan ide yang sama bagi seluruh manusia di setiap waktu dan tempat
tentang ukuran tingkah laku yang baik dan buruk sejauh yang dapat diketahui oleh akal
pikiran manusia. Akan tetapi untuk mencapai tujuan itu, etika mengalami kesulitan, karena
pandangan masing-masing golongan di dunia ini tentang baik dan buruk mempunyai ukuran
(kriteria) yang berlainan. Setiap golongan mempunyai konsepsi sendiri-sendiri5

1
Deptartemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta: Balai Pustaka, 1998 ) h.
237
2
Buchori Alma, Dasar-Dasar Etika Bisnis Islam, ( Bandung: CV. Alfabeta, 2003) h. 54.
3
Faisal badru, dkk, “Etika Bisnis Dalam Islam” (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005) h. 4
4
Faisal badru, dkk, Etika Bisnis Dalam Islam, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005) h. 4.
5
Hilman Muharam, Tesis:Etika Bisnis Perspektif hadis, ( UIN Jakarta:2005 ) h. 19.

5
Jika ada tersirat dalam hatinya bahwa perbuatan yang ia lakukan kurang baik, maka
jika ia lakukan juga, maka dia sudah melakukan pelanggaran baik yang bersifat pelanggaran
etika ataupun moral. Dunia bisnis yang baik yang ingin mendapat riḍa Allah haruslah
menjunjung tinggi nilai-nilai etika dan moral ini sehingga usaha dan hasil dari usaha yang ia
lakukan merupakan hasil yang bersih dan mendapat berkah baik di dunia maupun diakhirat6

Sedangkan Bisnis Dalam Kamus Besar bahas Indonesia dikemukakan bahwa bisnis
adalah usaha dagang; usaha komersial dalam dunia perdagangan; bidang usaha.7

Kata bisnis dalam bahasa Indonesia diserap dari kata “business” dari bahasa inggris
yang berarti kesibukan. Dan bisnis menurut istilah adalah keadaan di mana seseorang atau
sekelompok orang sibuk melakukan pekerjaan yang menghasilkan keuntungan. Bisnis dalam
arti luas adalah istilah umum yang menggambarkan semua aktivitas dan institusi yang
memproduksi barang dan jasa dalam kehidupan sehari-hari. Bisnis merupakan suatu
organisasi yang menyediakan barang dan jasa yang bertujuan untuk mendapatkan
keuntungan.8

Menurut Abdul Aziz mengungkapkan dalam bukunya bahwa bisnis adalah kegiatan
yang dilakukan individu atau sekelompok orang (organisasi) yang menciptakan nilai melalui
penciptaan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan memperoleh
keuntungan dari transaksi. Bisnis adalah bagian dari kegiatan ekonomi yang berarti usaha.
Bisnis merupakan aspek penting dalam kehidupan yang semua orang pasti mengenalnya
karena itu ada suatu pendapat bahwa bisnis adalah bisnis. Bisnis jangan dicampurakan
dengan etika9

Bisnis adalah suatu kata yang populer dalam kehidupan sehari-hari. Dalam zaman
yang modern ini dunia bisnis semakin kompleks, dan membutuhkan banyak waktu bagi
yang mempelajarinya serta mempraktekannya sampai berhasil.

Bisnis meliputi sejumlah total usaha yang meliputi pertanian, produksi, konstruksi,
distribusi, transportasi, komunikasi, usaha jasa dan pemerintahan yang bergerak dalam
bidang membuat dan memasarkan barang dan jasa ke konsumen.10

6
Buchori Alma, Dasar-Dasar Etika Bisnis Islam, ( Bandung: CV Alfabeta, 2003 ) h. 54- 55
7
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta: balai Pustaka, 1998 ) h.
121.
8
Abdul Aziz, Etika Bisnis Perspektif Islam, ( Bandung: Alfabeta, 2013 ) h. 28.
9
Abdul Aziz, Etika Bisnis Perspektif Islam, ( Bandung: Alfabeta, 2013 ) h. 30

10
Buchori Alma, Dasar-Dasar Etika Bisnis Islam, ( Bandung: CV Alfabeta, 2003 ) h. 90. 3

6
Jadi, etika bisnis merupakan seperangkat nilai tentang baik, buruk, benar, dan salah
dalam dunia bisnis berdasarkan pada prinsip-prinsip moralitas, dalam arti lain etika bisnis
berarti seperangkat prinsip dan norma di mana para pelaku bisnis harus komit padanya
dalam bertransaksi, berprilaku, dan bekerja sama guna mencapai daratan atau tujuan-tujuan
bisnisnya dengan selamat11

Etika Bisnis adalah suatu proses dan upaya untuk mengetahui hal-hal yang benar dan
yang salah, boleh dan tidak, halal dan haram dalam berbisnis dan kemudian melakukan hal
yang sesuai dengan aturan agar sesuai dengan hal-hal yang dibenarkan, dibolehkan, dan
dihalalkan dalam berbisnis. Etika bisnis perspektif hadis, lebih mengedepankan aturan Islam
yang telah Rasulullah ajarkan dan beliau katakan dalam sabdanya. Yaitu berarti pemikiran
atau refleksi tentang moralitas dalam ekonomi dan bisnis. Moralitas disini berarti aspek baik
atau buruk, benar atau salah, terpuji atau tercela, wajar atau tidak wajar, pantas atau tidak
pantas, dan halal atau haram perilaku manusia dalam berbisnis12

B. Macam-macam Etika Bisnis


Bisnis yang beretika harus mempunyai visi dan misi semangat spiritual yang
menyebarkan kebaikan bukan kejahatan.
Seperti apa yang dimiliki dan dijalankan dalam bisnis Nabi Muḥammad Saw adalah:13

Pertama: Ṣiddiq ( benar, jujur ). Dalam berbisnis Nabi Muḥammad selalu dikenal
sebagai seorang pemasar yang jujur dan benar dalam menginformasikan produknya.

Kedua: Amanah (Tanggung Jawab, Kepercayaan), seorang pebisnis haruslah dapat


dipercaya. Dapat bertanggung jawab atas kepercayaan yang diberikan pelanggan akan
kualitas barang dagangannya.

Ketiga: Faṭanah (Kecerdikan, Kebijaksanaan, Intelektualitas), memimpin bisnisnya


menggunakan bisnisnya dengan mampu memahami, menghayati, dan mengenal tanggung
jawab bisnisnya dengan sangat baik. Dengan ini pebisnis dapat menumbuhkan kreativitas
dan kemampuan dalam melakukan berbagai inovasi yang bermanfaat bagi perusahaan
sehingga bisa menjadi pebisnis yang sukses.

11
Faisal Badrun, dkk, Etika Bisnis Dalam Islam, ( Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005 ) h. 13.
12
Faisal Badrun, dkk, Etika Bisnis Dalam Islam, ( Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005 ) h. 62
13
Hermawan Kartajaya dan Muḥammad Syakir Sula, Syari„ah Marketing, ( Bandung: PT Mizan Pustaka, 2008 )
h. xxvi

7
Keempat: Tabligh (komunikasi, keterbukaan, pemasaran) mampu menyampaikan
keunggulan barang dagangan dengan bahasa yang menarik tanpa di buat-buat dan sesuai
dengan faktanya, tepat sasaran bahasanya tanpa meninggalkan kejujuran dan kebenaran.

Selain itu, dibawah ini Sembilan prinsip-prinsip bagi seorang pebisnis salah satunya
pemasar menurut Muḥammad Syakir Sula dan Hermanwan Kartajaya dalam menjalankan
fungsi-fungsi pemasaran yaitu14 :

1. Memiliki Kepribadian Spiritual (Takwa)


Semua kegiatan bisnis hendaklah selaras dengan moralitas dan nilai utama yang digariskan
oleh al-Qur‟ān . Al-Qur‟ān dan hadis menegaskan bahwa setiap tindakan dan transaksi
hendaknya ditujukan untuk tujuan hidup yang lebih mulia. Umat muslim diperintahkan
untuk mencari kebahagiaan akhirat dengan cara menggunakan nikmat yang Allah
karuniakan kepadanya dengan jalan yang sebaik-baiknya.

2. Berperilaku Baik dan Simpati

Hal ini adalah fondasi dasar dan inti dari kebaikan tingkah laku. Sifat ini sangat dihargai
dengan nilai yang tinggi, dan mencakup semua sisi manusia. Sifat ini adalah sifat Allah yang
harus dimiliki oleh kaum muslim. Banyak ayat dalam al-Qur‟ān dan hadis-hadis Rasulullah
yang memerintahkan kaum muslim untuk bermurah hati. Al-Qur‟ān menegaskan bahwa
Rasulullah adalah manusia yang sangat pengasih dan murah hati. Akan di bahas di bab
selanjutnya.

3. Berlaku Adil dalam Bisnis

Lawan dari sifat adil adalah zalim, dan Islam telah mengharamkan setiap hubungan bisnis
yang mengandung kezaliman dan mewajibkan terpenuhinya keadilan yang teraplikasikan
dalam setiap hubungan dagang dan kontrak-kontrak bisnis. Menghindari hal-hal yang tidak
jelas.

4. Bersikap Melayani dan Rendah Hati

Sikap ini merupakan sikap utama dari seorang pebisnis. Tanpa sikap di atas dia bukanlah
seorang yang berjiwa pebisnis. Melekat dalam sikap ini adalah sikap sopan, santun, dan
rendah hati. Orang yang beriman diperintahkan untuk bermurah hati, sopan, dan bersahabat
saat berelasi dengan mitra bisnisnya.

14
Hermawan Kartajaya dan Muḥammad Syakir Sula, Syari„ah Marketing, (Bandung : PT Mizan Pustaka, 2008 )
h. 68.

8
5. Menepati Janji dan Tidak Curang

Sikap curang adalah sikap yang menimbulkan keserakahan yang menyebabkan


ketidakseimbangan bisnis demi memperoleh untung yang lebih besar, bisa muncul dalam
menentukan harga, takaran, ukuran, dan timbangan. Menjaga kepercayaan seorang
pelanggan adalah cara untuk menghindari diri dari kecurangan yang dilakukan oleh diri
sendiri ataupun orang lain. Bisnis Islami memang terkesan berat bagi yang terbiasa
melakukan kecurangan, tetapi ringan bagi mereka yang tidak melakukan kecurangan, begitu
juga bagi para professional yang biasa menjunjung nilai-nilai moral,

6. Jujur dan Terpercaya

Sebagaimana di jelaskan dalam salah satu sifat nabi di atas.

7. Tidak Suka Berburuk Sangka

Saling menghormati satu sama lain merupakan ajaran Nabi Muḥammad Saw yang harus
diimplementasikan dalam perilaku bisnis modern.

8. Tidak Suka Menjelek-jelekan

Tidak boleh satu pengusaha menjelekkan pengusaha yang lain hanya bermotifkan
persaingan bisnis. 9. Tidak Melakukan Sogok

Menyuap sudah jelas hukumnya haram, dan menyuap termasuk dalam kategori makan harta
orang lain dengan cara yang baṭil. Dan Islam jelas melarang orang Islam menyuap penguasa
dan pembantu-pembantunya

C. Tujuan Bisnis Dalam Islam


Bisnis dalam Islam bertujuan untuk mencapai empat hal utama:15
(1) Target hasil: profit-materi dan benefit non materi,
Target hasil: profit-materi dan benefit-nonmateri. Tujuan bisnis harus tidak hanya
untuk mencari profit (qimah madiyah atau nilai materi) setinggi-tingginya, tetapi juga harus
dapat memperoleh dan memberikan benefit (keuntungan atau manfaat) nonmateri kepada
internal organisasi perusahaan dan eksternal (lingkungan), seperti terciptanya suasana
persaudaraan, kepedulian sosial dan sebagainya.
Benefit, yang dimaksudkan tidaklah semata memberikan manfaat kebendaan, tetapi
juga dapat bersifat nonmateri. Islam memandang bahwa tujuan suatu amal perbuatan tidak

15
(Yusanto dan Karebet,2002 : 18).

9
hanya berorientasi pada qimah madiyah. Masih ada tiga orientasi lainnya, yakni qimah
insaniyah, qimah khuluqiyah, dan qimah ruhiyah.
Dengan qimah insaniyah, berarti pengelola berusaha memberikan manfaat yang
bersifat kemanusiaan melalui kesempatan kerja, bantuan sosial (sedekah), dan bantuan
lainnya. Qimah khuluqiyah, mengandung pengertian bahwa nilai-nilai akhlak mulia menjadi
suatu kemestian yang harus muncul dalam setiap aktivitas bisnis sehingga tercipta hubungan
persaudaraan yang Islami, bukan sekedar hubungan fungsional atau profesional. Sementara
itu qimah ruhiyah berarti aktivitas dijadikan sebagai media untuk mendekatkan diri kepada
Allah Swt16
(2) Pertumbuhan,
Pertumbuhan, jika profit materi dan profit non materi telah diraih, perusahaan harus
berupaya menjaga pertumbuhan agar selalu meningkat. Upaya peningkatan ini juga harus
selalu dalam koridor syariah, bukan menghalalkan segala cara.
(3) Keberlangsungan,
Keberlangsungan, target yang telah dicapai dengan pertumbuhan setiap tahunnya
harus dijaga keberlangsungannya agar perusahaan dapat exis dalam kurun waktu yang lama.
(4) Keberkahan
Keberkahan, semua tujuan yang telah tercapai tidak akan berarti apaapa jika tidak
ada keberkahan di dalamnya. Maka bisnis Islam menempatkan berkah sebagai tujuan inti,
karena ia merupakan bentuk dari diterimanya segala aktivitas manusia. Keberkahan ini
menjadi bukti bahwa bisnis yang dilakukan oleh pengusaha muslim telah mendapat ridla
dari Allah Swt, dan bernilai ibadah. Hal ini sesuai dengan misi diciptakannya manusia
adalah untuk beribadah kepada Allah baik dengan ibadah mahdah maupun ghairu mahdah17

D. Ketentuan Bisnis Dalam islam


Umat Islam sudah sejak awal bersentuhan dengan dunia perniagaan, baik yang
dilakukan secara domestik maupun internasional. Termasuk pula Nabi Muhammad SAW
pernah terlibat langsung dalam bidang ini sekaligus telah memberikan contoh bagaimana
menjadi seorang pengusaha yang baik. Etika dagang yang sesuai dengan ajaran Islam seperti
diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW banyak dikaji dan dipelajari, baik oleh kalangan
Muslim maupun non-Muslim. Bisnis dalam Agama Islam ditentukan dan mengacu pada
ketentuan yang terdapat dalam Kitab Suci Al Qur’an dan Al Hadist, antara lain:

16
(Yusanto dan Karebet, 2002 : 19).
17
(Yusanto dan Karebet, 2002 : 20).

10
1. Tidak mengandung unsur riba.
Riba merupakan salah satu rintangan sekaligus tantangan yang seringkali
menggiurkan banyak orang untuk meraih keuntungan. Oleh karena itu dalam banyak ayat
dan hadis Nabi saw. persoalan riba ini memperoleh perhatian yang sangat serius dan
dijelaskan dengan sangat rinci.
Diharamkannya riba dalam Islam tentu memiliki banyak hikmah baik bagi diri
sendiri maupun orang lain, baik bagi kehidupan di dunia maupun di akhirat kelak.
Ayat dan hadis di bawah ini sangat cukup memberikan gambaran kepada kita tentang
maksud, tujuan dan hikmah diharamkannya riba dalam Islam.

130 :‫ضا َعفَةً َواتَّقُ ْوا هللاَ لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِ ُح ْو َ>ن – ال عمران‬
َ ‫ض َعافًا ُم‬ ِّ ‫يَآيُّ َها الَّ ِذيْنَ آ َمنُ ْوا الَ تَْأ ُكلُ ْوا‬
ْ ‫الربَا َأ‬
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan harta riba secara berlipat ganda dan
takutlah kamu kepada Allah agar kamu memperoleh keberuntungan”. (QS. Ali Imran: 130)

َ ‫الربَا> َو ُمْؤ ِكلَهُ َو َكاتِبَهُ َوشَا ِه َد ْي ِه َوقَا َل ُه ْم‬


‫س َوا ٌء – رواه‬ ِّ ‫سلَّ َم آ ِك ُل‬
َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ ُ ‫عَنْ َجابِ ٍر قَا َل لَ َعنَ َر‬
َ ِ‫س ْو ُل هللا‬
‫مسلم‬
“Dari Jabir (diriwayatkan bahwa) ia berkata: Rasulullah saw melaknat orang yang makan riba,
yang memberi riba, yang menuliskannya, dan dua orang saksinya. Beliau bersabda: Mereka itu
sama”. (HR. Muslim)
2. Bukan barang najis, haram, dan jelas ketika dalam transaksi.
Kesamaran atau ketidakjelasan (jahalah) merupakan salah satu bentuk larangan yang
harus dihindari dalam berusaha, terlebih lagi dalam urusan berbisnis. 
Dalam praktek jual beli misalnya, orang yang terbebas dari unsur jahalah adalah
orang yang melakukan transaksi jual beli dengan transparan dan akuntable, baik
menyangkut jenis barang, jumlah atau ukuran, kehalalan dan keharamannya, masa
kadaluarsa dan lain sebagainya, sehingga dalam praktek bisnis yang dijalankannya tidak ada
pihak yang merasa tertipu dan dirugikan.
Dalam banyak hadis, Rasulullah saw menjelaskan tentang pentingnya persoalan ini,
antara lain dalam hadis berikut:

َ ‫سلَّ َم ع َِن ا ْل ُم َحاقَلَ ِة َوا ْل ُم َخ‬


‫اض َر ِة‬ َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ ُ ‫ض َى هللاُ َع ْنهُ َأنَّهُ قَا َل نَ َهى َر‬
َ ِ‫س ْو ُل هللا‬ ِ ‫س ْب ِن َمالِ ٍك َر‬ِ َ‫عَنْ َأن‬
‫س ِة َوا ْل ُمنَابَ َذ ِة وا ْل ُمزَابَنَ ِة – رواه البخارى‬ َ ‫َوا ْل ُمالَ َم‬
“Dari Anas bin Malik r.a. ia berkata: Rasulullah saw melarang jual beli muhaqalah (yaitu;
jual beli buah yang masih di atas pohonnya),dan muhadharah (jual beli buah yang belum
matang/masih hijau dan belum jelas kualitasnya), jual beli raba (yaitu; jual beli dengan

11
tidak mengetahui ukuran, jenis dan kualitas barang), jual beli lempar dan jual beli
muzabanah”.  (HR. Al-Bukhari)
3. Tidak membawa dampak yang negatif bagi masyarakat umum ( misal : penimbunan
barang, pornografi, yang berdampak pada kekerasan, kehancuran ekonomi masyarakat )
4. Tidak mengandung unsur perjudian, spekulasi tinggi, penipuan
Keharaman segala bentuk perjudian (maisir) ini banyak dijelaskan dalam ayat al-
Qur’an maupun hadis Nabi SAW., antara lain:

ْ َ‫ان ف‬
– . َ‫اجتَنِبُ ْوهُ لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِ ُح ْون‬ >ِ َ‫ش ْيط‬ ٌ ‫اب واَأل ْزالَ ُم ِر ْج‬
َّ ‫س ِمنْ َع َم ِل ال‬ ُ ‫ص‬َ ‫س ُر واَأل ْن‬
ِ ‫يَآيُّ َهاالَّ ِذيْنَ آ َمنُ ْوا ِإنَّ َما ا ْل َخ ْم ُر َوا ْل َم ْي‬
9 :‫المائدة‬
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya minuman keras (khamar), berjudi
(berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk
perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat
keberuntunga”. (QS. al-Ma’idah: 90)

‫س ِر َوا ْل ُكوبَ ِة َوا ْل ُغبَ ْي َرا ِء – رواه أحمد‬


ِ ‫سلَّ َم نَ َهى عَنْ ا ْل َخ ْم ِر َوا ْل َم ْي‬ َ ِ ‫عَنْ َع ْب ِد هَّللا ِ ْب ِن َع ْم ٍرو َأنَّ نَبِ َّي هَّللا‬
َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬
‫و أبو داود‬
“Dari Abdullah bin Amru, bahwasanya Nabi saw melarang (meminum) khamar, perjudian,
menjual barang dengan alat dadu atau sejenisnya (jika gambar atau pilihannya keluar maka
ia yang berhak membeli) dan minuman keras yang terbuat dari biji-bijian (biji
gandum). (HR. Ahmad dan Abu Dawud)
5. Dilakukan tanpa ada paksaan ( sukarela )
6. Tidak melanggar ketentuan hukum dagang misalnya: mengurangi timbangan, menjual
barang yang sudah kedaluwarsa, jual beli barang untuk maksiat, membeli barang untuk
ditimbun atau spekulasi, menjual barang dengan harga yang jauh lebih tinggi dari harga
umum, menghambat orang dari desa yang akan menjual barangnya di pasar sehingga
barangnya dijual terlalu murah karena tidak mengetahui harga pasar yang berlaku, dan
membeli barang yang sudah dibeli orang lain yang masih dalam masa khiar.
Bisnis akan memberikan atau memperoleh suatu keberkahan apabila hasil yang
diperoleh dari bisnis tersebut diarahkan untuk tujuan sebagai berikut :
1. Dikeluarkan zakatnya.
2. Dikeluarkan untuk kepentingan sodakoh dalam bentuk sumbangan sosial.
3. Dikeluarkan untuk kepentingan wakaf dalam bentuk amal jariah.
4. Dipakai untuk kegiatan sosial lainnya.
Strategi pengembangan bisnis dalam Agama Islam adalah bagi hasil, di mana dengan
pola ini dapat menjamin terhadap :
12
1. Alokasi sumber pendapatan menjadi lebih baik.
2. Tejadinya disitribusi pendapatan yang lebih sesuai.
3. Menggunakan sistem bagi hasil pendapatan sesuai dengan kesepakatan
Bila dibandingkan dengan sistem ekonomi kapitalis, khususnya dalam etika bisnis.
Pengusaha besar seperti yang terjadi di negara Amerika dan negara Barat sangat berperan
sekali dalam menentukan berbagai macam kebijakan di sektor politik, antara lain:
1. Pemerintah dalam menyusun rancangan undang-undang maupun peraturan
pemerintah, norma hukum harus terlebih dahulu mendapatkan restu dari pengusaha besar.
Karena peran pengusaha besar dalam kegiatan politik sangat dominan terutama sekali saat
kampanye pemilihan Presiden.
2. Kekayaan alam dan seisinya dikuasai sepenuhnya oleh pengusaha besar tentunya
dengan mendapatkan dukungan sepenuhnya dari para pejabat pemerintahan.
Hal ini mengakibatkan dampak kepada pengusaha kecil maupun golongan yang
ekonomi lemah, pola kegiatan pengusaha besar tidak sama dengan pengusaha kecil,
pengusaha kecil masih membutuhkan bimbingan dari pemerintah dan perguruan tinggi.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Etika Bisnis adalah suatu proses dan upaya untuk mengetahui hal-hal yang benar dan
yang salah, boleh dan tidak, halal dan haram dalam berbisnis dan kemudian melakukan hal
yang sesuai dengan aturan agar sesuai dengan hal-hal yang dibenarkan, dibolehkan, dan
dihalalkan dalam berbisnis.

13
Nabi Muhammad SAW selalu berpegang teguh pada empat prinsip dalam bidang
perniagaan, antara lain :
1. Siddiq (dapat dipercaya).
2. Amanah (menepati janji).
3. Fathanah (punya wawasan luas).
4. Tabligh (berkomunikasi).
Bisnis dalam Agama Islam ditentukan dan mengacu pada ketentuan yang terdapat
dalam Kitab Suci Al Qur’an dan Al Hadist, antara lain:
1. Tidak mengandung unsur riba.
2. Bukan barang najis, haram, dan jelas ketika dalam transaksi.
3. Tidak membawa dampak yang negatif bagi masyarakat umum
4. Tidak mengandung unsur perjudian, spekulasi tinggi, penipuan
5. Dilakukan tanpa ada paksaan ( sukarela )
6. Tidak melanggar ketentuan hukum dagang

B. Saran

Dalam berbisnis keadilan harus ditunjukkan yaitu dengan cara tidak menzalimi satu
sama lain, dan tidak ada yang di zalimi. Tidak hanya itu Seorang pebisnis harus bisa
menghargai keberadaan pebisnis lain, Berpegang teguh pada nilai-nilai yang terdapat pada
al-Qur’ān dan hadis adalah cara melakukan bisnis secara profesional.

DAFTAR PUSTAKA

Alma, B. (2003). Pengertian etika. In B. Alma, Dasar-Dasar Etika Bisnis Islam (pp. 54-55). Bandung: CV
Alfabeta.

Alma, B. (2003). Pengertian Etika . In B. Alma, Dasar-Dasar Etika Bisnis Islam (p. 54). Bandung: CV.
Alfabeta.

Aziz, A. (2013). Pengertian Bisnis. In Abdul Aziz, Etika Bisnis Perspektif Islam (pp. 28-30). bandung:
Alfabeta.

14
Faisal badru, d. (2005). Pengertian Etika. In d. Faisal badru, “Etika Bisnis Dalam Islam” (p. 4). Jakarta:
UIN Jakarta Press.

Hermawan Kartajaya dan Muḥammad Syakir Sula. (2008). Macam-macam Etika Bisnis. In H. K. Sula,
Syari„ah Marketing (p. xxvi). Bandung: PT Mizan Pustaka.

Hermawan Kartajaya dan Muḥammad Syakir Sula. (2008). Prinsip-prinsip pebisnis. In Hermawan
Kartajaya dan Muḥammad Syakir Sula, yari„ah Marketing, (p. 68). Bandung: PT Mizan
Pustaka.

Indonesia, K. B. (1998). 237. Jakarta: Balai Pustaka: Deptartemen Pendidikan dan Kebudayaan,.

Kebudayaan, D. P. (1998). Pengertian Bisnis. In Kamus Besar Bahasa Indonesia (p. 121). Jakarta: balai
Pustaka.

Muharam, H. (2005). Pengertian etika. In Etika Bisnis Perspektif hadis, (p. 19). Jakarta: UIN Jakarta.

Norvadewi. (2015). BISNIS DALAM PERSPEKTIF ISLAM. BISNIS DALAM PERSPEKTIF ISLAM (Telaah
Konsep, Prinsip dan Landasan Normatif) , 43-44.

Prihatminingtyas, B. (2019). Etika Bisnis. In B. Prihatminingtyas, Etika bisnis suatu pendekatan dan
aplikasinya terhadap stakeholders (pp. 5-8). Malang: CV IRDH.

15

Anda mungkin juga menyukai