Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PERSPEKTIF ETIKA BISNIS DALAM AGAMA ISLAM


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok
Mata Kuliah : Ekonomi Islam
Dosen Pengampu : Hilmiatus Sahla, SE.I ME. I

Disusun oleh :
Semester IV A
Kelompok VI
Nurul Indah Astuti (19030041)
Lucy Amanda (19030049)
Fenti Veronica (19030022)
Wulandari (19030024)
Afridayani (19030025)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ASAHAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan hidayahNya kami
dapat menyelesaikan makalah Etika Bisnis ini. Penulisan makalah ini bertujuan untuk
memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah Etika Binis, Ibu
Hilmiatus Sahla, SE.I ME.I. Makalah ini ditulis dari hasil ungkapan pemikiran kami
sendiri yang bersumber dari jurnal dan internet sebagai referensi, tak lupa kami
ucapkan terima kasih kepada pengajar mata kuliah Etika Bisnis atas bimbingan dan
arahan dalam penulisan makalah ini. Juga kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah
mendukung sehingga dapat diselesaikannya makalah ini.
Kami berharap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi
kita semua, semoga hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai Perspektif Etika
Bisnis dalam Agama Islam. Memang makalah ini masih jauh dari sempurna, maka
kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang
lebih baik. Demikan makalah ini, semoga dapat bermanfaat bagi kami dan yang
membacanya, sehingga menambah wawasan dan pengetahuan tentang penulisan ini.

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR …………………………………………………….... i
DAFTAR ISI ………………………………………………………………... ii
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………... 1
1.1 Latar Belakang ……………………………………………………... 1
1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………….. 2
1.3 Tujuan Penulisan …………………………………………………… 2

BAB II PEMBAHASAN …………………………………………………… 3


2.1 Perspektif konvensional vs perspektif islam ……………………….. 3
2.2 Faktor faktor yang mempengaruhi etika dan prilaku dalam islam …. 5
2.3 Aksioma filsafat etika islam ……………………………………….. 7
2.4 Konsep bisnis al-qur’an ……………………………………………. 11
2.5 Sistem etika bisnis islam …………………………………………… 13

BAB III PENUTUP ………………………………………………………… 15


3.1 Kesimpulan ………………………………………………………… 15
3.2 Saran ………………………………………………………………... 16

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………. 17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemikiran etika bisnis muncul dengan landasan bahwa Islam adalah agama
yang sempurna. Ia merupakan kumpulan aturan-aturan ajaran (doktrin) dan nilai-nilai
yang dapat mengantarkan manusia dalam kehidupannya menuju tujuan kebahagiaan
hidup baik di dunia maupun di akhirat. Islam merupakan agama yang memberikan
cara hidup terpadu mengenai aturan-aturan aspek sosial, budaya, ekonomi, sipil dan
politik. Ia juga merupakan suatu sistem untuk seluruh aspek kehidupan, termasuk
sistem spiritual maupun sistem prilaku ekonomi dan politik.

Yang membedakan Islam dengan konvensional adalah bahwa Islam tidak


pernah memisahkan ekonomi dengan etika, sebagaimana tidak pernah memisahkan
ilmu dengan akhlaq dan politik dengan etika. Islam adalah risalah yang diturunkan
Allah swt melalui Rasulullah saw untuk membenahi akhlaq manusia.

Islam adalah agama yang sempurna yang meliputi dan mengatur segala aspek
kehidupan manusia (syumul), ia mengatur sistem berakidah (tauhid), beribadah dan
juga bermuamalah, di mana yang satu dan lainnya saling berhubungan erat.
Muamalah dalam Islam memiliki porsi yang memadai sebagaimana terdapat dalam
dua dimensi lainnya.

Bisnis (tijarah) merupakan salah satu komponen utama dalam sistem


muamalah. Oleh karena itu, Islam menganjurkan pemeluknya untuk menggeluti
bidang ini secara profesional (itqan), sehingga dapat memberi manfaat bagi dirinya,
keluarganya dan kaum muslimin secara umum.

1
1.2 Rumusan Masalah

Dalam makalah ini kami akan membahas :

1. Apa perbedaan perspektif konvensional vs perspektif islam?


2. Apa saja faktor faktor yang mempengaruhi etika dan prilaku dalam islam?
3. Apa saja aksioma filsafat etika dalam islam?
4. Seperti apa konsep bisnis dalam al-qur’an ?
5. Bagaimana sitem etika bisnis dalam islam?

1.3 Tujuan Penulisan

Makalah ini ditulis guna memenuhi tugas mata kuliah Etika Bisnis dan juga
untuk mengetahui :

1. Apa perbedaan perspektif konvensional vs perspektif islam.


2. Apa saja faktor faktor yang mempengaruhi etika dan prilaku dalam islam.
3. Apa saja aksioma filsafat etika islam.
4. Seperti apa konsep bisnis dalam al-qur’an.
5. Bagaimana sistem etika bisnis dalam islam.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Perspektif Konvensional vs Perspektif Islam

2.1.1 Etika dalam Perspektif Konvensional

Secara etimologi, Etika (ethics) yang berasal dari bahasa Yunani


ethikos mempunyai beragam arti : pertama, sebagai analisis konsep-konsep terhadap
apa yang harus, mesti, tugas, aturan-aturan moral, benar, salah, wajib, tanggung
jawab dan lain-lain. Kedua, aplikasi ke dalam watak moralitas atau tindakan-tindakan
moral. Ketiga, aktualisasi kehidupan yang baik secara moral.
Menurut K. Bertens dalam buku Etika, merumuskan pengertian etika kepada
tiga pengertian juga; Pertama, etika digunakan dalam pengertian nilai-niai dan norma-
norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam
mengatur tingkah lakunya. Kedua, etika dalam pengertian kumpulan asas atau nilai-
nilai moral atau kode etik. Ketiga, etika sebagai ilmu tentang baik dan buruk.
Menurut Rafik Issa Beekun, etika dapat didefinisikan sebagai seperangkat
prinsip moral yang membedakan baik dan buruk. Etika adalah bidang ilmu yang
bersifat normative, karena ia berperan menentukan apa yang harus dilakukan atau
tidak boleh dilakukan oleh seorang individu.
Dalam perspektif konvensional, etika adalah ilmu yang membahas secara
rasional dan kritis tentang nilai, norma atau moralitas. Dengan demikian, moral
berbeda dengan etika. Norma adalah suatu pranata dan nilai mengenai baik dan
buruk, sedangkan etika adalah refleksi kritis dan penjelasan rasional mengapa sesuatu
itu baik dan buruk. Menipu orang lain adalah buruk. Ini berada pada tatanan moral,
sedangkan kajian kritis dan rasional mengapa menipu itu buruk apa alasan
pikirannya, merupakan penjelasan etika.

3
2.1.2 Etika Dalam Perspektif Islam

Islam menempatkan nilai etika di tempat yang paling tinggi. Pada dasarnya,
Islam diturunkan sebagai kode perilaku moral dan etika bagi kehidupan manusia,
seperti yang disebutkan dalam hadis: “ Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak
yang mulia”. Terminologi paling dekat dengan pengertian etika dalam Islam adalah
akhlak. Dalam Islam, etika (akhlak) sebagai cerminan kepercayaan Islam (iman).
Etika Islam memberi sangsi internal yang kuat serta otoritas pelaksana dalam
menjalankan standar etika. Konsep etika dalam Islam tidak utilitarian dan relatif, akan
tetapi mutlak dan abadi. Jadi, Islam menjadi sumber nilai dan etika dalam segala
aspek kehidupan manusia secara menyeluruh, termasuk dalam dunia bisnis. Al-
Qur’an memberi pentunjuk agar dalam bisnis tercipta hubungan yang harmonis,
saling ridha, tidak ada unsur eksploitasi (QS. 4: 29) dan bebas dari kecurigaan atau
penipuan, seperti keharusan membuat administrasi dalam transaksi kredit (QS. 2 :
282).

Syed Nawab Haidar Naqvi dalam buku “Etika dan Ilmu Ekonomi : Suatu
Sintesis Islami”, memaparkan empat aksioma etika ekonomi, yaitu, tauhid,
keseimbangan (keadilan), kebebasan dan tanggung jawab. Jadi, Islam menjadi
sumber nilai dan etika dalam segala aspek kehidupan manusia secara menyeluruh,
termasuk dalam dunia bisnis. Al-Qur’an memberi pentunjuk agar dalam bisnis
tercipta hubungan yang harmonis, saling ridha, tidak ada unsur eksploitasi (QS. 4: 29)
dan bebas dari kecurigaan atau penipuan, seperti keharusan membuat administrasi
dalam transaksi kredit (QS. 2 : 282). Dalam paparan empat aksioma etika ekonomi,
yaitu, tauhid, keseimbangan (keadilan), kebebasan dan tanggung jawab. Tauhid
merupakan wacana teologis yang mendasari segala aktivitas manusia, termasuk
dalam berbisnis. Tauhid menyadarkan manusia sebagai makhluk ilahiyah atau
makhluk yang bertuhan. Dengan demikian, dalam berbisnis manusia tidak lepas dari
pengawasan Tuhan dan dalam rangka melaksanakan titah Tuhan (QS. 62:10).
Keseimbangan dan keadilan, berarti, bahwa perilaku bisnis harus seimbang dan adil.

4
Keseimbangan berarti tidak berlebihan (ekstrim) dalam mengejar keuntungan
ekonomi (QS.7:31). Kepemilikan individu yang tak terbatas, sebagaimana dalam
sistem kapitalis, tidak dibenarkan.

2.2 Faktor Faktor yang Mempengaruhi Etika dan Prilaku dalam Islam

Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi etika dan prilaku dalam islam
antara lain:

1. Interprestasi hukum dalam masyarakat sekuler

Interprestasi hukum didasarkan pada nilai-nilai dan standar kontemporer yang


sering kali berbeda-beda. Sementara dalam masyarakat islam, nilai-nilai dan standar
ini dituntun oleh ajaran syari’ah.

2. Faktor - faktor organisasional

Organisasi juga dapat memberikan pengaruh terhadap cara berperilaku


anggotanya. Salah satu aspek kunci pengaruh organisasional adalah tingkat komitmen
pemimpin organisasi terhadap nilai-nilai etis.

3. Faktor - faktor individu

Setiap individu masuk ke dunia kerja dengan membawa nilai - nilai yang
berbeda - beda. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku etis seseorang antara lain:

 Tahap Perkembangan Moral


Rasulullah Saw menyatakan bahwa setiap orang setidaknya menjalani
duatahap perkembangan moral: tahap moral atau pra-pubertas dan tahap
kedewasaan.Dalam hadits yang disampaikan oleh Aisyah ra, menyatakan
bahwa : Rasulullah Saw) berkata: “ Terdapat tiga orang yang tindakannya
tidak akan dicatat: seseorang yang tertidur sampai ia bangun, seorang bodoh
sampai ia dapat berpikir, dan seorang anak sampai ia mencapai kedewasaan”.

5
Dari hadits di atas, dua fakta dapat diambil.Pertama, beberapa orang tertentu
tidak bertanggung jawab atas perilaku mereka orang yang tertidur, orang gila,
anak-anak sampai mencapai taraf kedewasaan. Kedua,seorang individu tidak
bertanggung jawab atas tindakannya sampai ia mencapai tarafmampu berfikir.
 Rujukan Nilai dan Moral Pribadi
Nilai-nilai dan moralitas individu juga akan mempengaruhi standar
etikaseseorang. Seseorang yang menekankan sifat jujur akan berperilaku
sangat berbedadari orang yang tidak menghargai hak milik orang lain.
 Tahap Pengaruh Keluarga
Individu mulai membentuk nilai-nilai etis ketika masih kanak-kanak.
Rasulullah Saw menekankan pentingnya peranan pengasuhan keluarga ketika
ia berkata: “Suruhlah anakmu untuk melakukan shalat ketika ia menginjak
usia tujuh tahun, dan wajibkan ia untuk melakukan shalat ketika menginjak
usia sepuluh tahun, dan aturlah tempat tidur mereka secara terpisah”. Jadi
implikasinya bahwa jika anda ,ingin anak anda tumbuh sebagai seorang yang
Muslim yang baik, maka anda harusmulai membentuknya semenjak usia
belia.
 Pengaruh Teman Sebaya
Ketika anak-anak bertumbuh dan mulai masuk sekolah, mereka
dipengaruhioleh teman-teman sebaya yang menjadi teman bermainnya setiap
hari. Maka dari itu jika teman-teman seorang anak terlibat dalam tindakan
buruk, maka anak itu mungkinakan meniru mereka.
 Pengalaman Hidup
Baik positif atau negatif, peristiwa-peristiwa penting akan
mempengaruhikehidupan seseorang individu serta membentuk keyakinan dan
perilaku etisnya.

6
2.3 Aksioma Filsafat Etika Islam

Etika berkembang menjadi bidang kajian filsafat, yaitu ilmu pengetahuan


tentang moral atau moralitas yang merujuk kepada perilaku manusia. Etika
merupakan cabang filsafat yang membahas nilai dan norma, moral yang mengatur
interaksi perilaku manusia baik sebagai individu maupun sebagai kelompok. Etika
merupakan suatu pengkajian secara sistematis tentang perilaku manusia dengan
pertanyaan utama adalah tindakan dan sikap apa yang dianggap baik dan benar.
Dengan kata lain, moralitas merupakan tingkah laku kongkrit sedangkan etika bekerja
pada tataran teoritis.

Terdapat empat aksioma yang menyoroti sejumlah aspek penting dari filsafat
etika Islam yang bertujuan menghasilkan tatanan sosial ekonomis dan harmonis bagi
manusia yang bebas, bertanggungjawab, tidak hanya untuk meningkatkan
kesejahteraan mereka sendiri tetapi juga kesejahteraan orang lain dalam masyarakat,
dan menuntut tidak hanya peningkatan kesejahteraan material, tetapi juga dalam
kesejahteraan spiritual. Empat aksioma tersebut adalah :

a. Kesatuan (Tauhid)

Aksioma ini menunjukkan dimensi vertikal dari sistem etika bahwa petunjuk
(hidayah) yang benar berasal dari Allah. Kesatuan disini adalah kesatuan
sebagaimana terefleksikan dalam konsep tauhid yang memadukan keseluruhan aspek-
aspek kehidupan muslim baik dalam bidang ekonomi, sosial menjadi suatu
“homogeneous whole” atau keseluruhan yang homogen, serta mementingkan konsep
konsistensi dan keteraturan yang menyeluruh. Ketundukan manusia pada Tuhan
membantu manusia merealisasikan potensi Teomorfiknya, juga membebaskan dari
perbudakan manusia. Dengan demikian, manusia bisa mencapai harmonitas sosial
dengan meningkatkan rasa memiliki persaudaraan universal. Secara khusus,
pandangan Islam tentang kesatuan dunia tidak terbatas pasa masyarakat muslim saja,

7
melainkan mencakup seluruh manusia yang dipandang sebagai masyarakat yang satu,
hal ini sesuai dengan firman Allah (QS al-Hujurat:13) yang artinya:

“Wahai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kalian dari jenis laki-laki dan
perempuan, dan Kami jadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar
kalian bisa saling mengenal”

Tauhid merupakan konsep serba eksklusif dan inklusif. Pada tingkat absolut ia
membedakan khalik dengan makhluk, memerlukan penyerahan tanpa syarat kepada
kehendak-Nya, tetapi pada eksistensi manusia memberikan suatu prinsip perpaduan
yang kuat sebab seluruh umat manusia dipersatukan dalam ketaatan kepada Allah
semata. Kehidupan manusia di bumi ini secara keseluruhan berada dalam konsep
tauhid yang hanya berhubungan dengan Tuhan. Prinsip ini menghasilkan keyakinan
kesatuan dunia dan akhirat serta kesatuan umat manusia. Hal ini akan membawa
seseorang pelaku ekonomi untuk tidak hanya mengejar keuntungan material semata,
namun juga keuntungan yang lebih kekal dan abadi serta menghindari segala bentuk
eksploitasi terhadap sesama manusia. Di sini tampak jelas konsep persamaan
manusia, yang merupakan implikasi dari tauhid.

b. Keseimbangan/Kesejajaran (al- ‘Adlwa al-Ihsan)

Keseimbangan atau keadilan menggambarkan dimensi horizontal ajaran Islam


yang berhubungan dengan keseluruhan harmoni pada alam semesta. Hukum dan
tatanan yang kita lihat pada alam semesta mencerminkan keseimbangan yang
harmonis. Keseimbangan merupakan landasan pikir dan kesadaran dalam
pendayagunaan dan pengembangan harta benda agar harta benda tidak menyebabkan
kebinasaan bagi manusia melainkan menjadi media menuju kesempurnaan jiwa
manusia sebagai khalifah. Ajaran Islam berorientasi pada terciptanya karakter
manusia yang memiliki sikap dan perilaku yang seimbang dan adil dalam konteks
hubungan antara manusia dengan diri sendiri, dengan orang lain (masyarakat) dan
dengan lingkungan. Di mana keseimbangan ini sangat ditekankan oleh Allah dengan

8
menyebut umat Islam sebagai ummatan wasathan. Ummatan wasathan adalah umat
yang memiliki kebersamaan, kedinamisan dalam gerak, arah dan tujuannya serta
memiliki aturan aturan kolektif yang berfungsi sebagai penengah atau pembenar.
Pada struktur ekonomi, agar kualitas keseimbangan dapat mengendalikan semua
tindakan manusia, maka harus memenuhi beberapa persyaratan, diantaranya adalah
hubungan-hubungan dasar antara konsumsi, distribusi dan produksi harus berhenti
pada suatu keseimbangan tertentu demi menghindari pemusatan kekuasaan ekonomi
bisnis dalam genggaman segelintir orang. Dengan demikian, keseimbangan,
kebersamaan, merupakan prinsip etis mendasar yang harus diterapkan dalam aktivitas
ekonomi. Jika keadilan tegak dimana-mana, maka keharmonisan sosial akan
menyebar ke seluruh lapisan masyarakat. Karena prinsip keseimbangan ini akan
mengantar manusia kepada pencegahan segala bentuk monopoli, penimbunan,
pemborosan dan pemusatan kekuatan ekonomi pad satu tangan atau satu kelompok.
Termasuk dalam dimensi keadilan adalah pemerataan pendapatan dan kekayaan,
sebab pada dasarnya Allah menganugerahkan alam semesta adalah untuk
kesejahteraan seluruh umat manusia. Dalam pandangan Islam kekayaan tidak boleh
hanya berada di tangan sekelompok kecil orang, sementara sebagian besar berada
dalam kemiskinan. Kekayaan alam semesta harus didistribusikan dan dinikmati leh
masyarakat secara keseluruhan dengan cara-cara yang dibenarkan oleh syariat Islam.
Distribusi pendapatan dan kekayaan yang lebih merata pada akhirnya juga merupakan
persyaratan penting bagi stabilitas dan keberlanjutan pembangunan ekonomi dalam
jangka panjang.

c. Kehendak Bebas (Ikhtiyar)

Kehendak bebas merupakan kontribusi Islam yang paling orisinil dalam


filsafat sosial tentang konsep manusia “bebas”. Hanya Tuhan yang bebas, namun
dalam batas-batas skema penciptaan-Nya, manusia juga secara relatif mempunyai
kebebasan. Manusia dianugerahi kebebasan untuk membimbing kehidupannya
sebagai khalifah di muka bumi. Kebebasan individu dipandu oleh pedoman yang luas

9
dan individu dapat melakukan perjalanan mereka sendiri, diperlukan pemikiran yang
cermat untuk menafsirkan bahwa kebebasan dalam konteks sosial tertentu dan untuk
memenuhi kebutuhan perubahasan zaman. Pada batas-batas tertentu, manusia
mempunyai kehendak bebas untuk mengarahkan kehidupannya kepada tujuan
pencapaian kesucian diri. Dengan demikian kebebasan manusia bersifat relatif
sedangkan kebebasan yang dimiliki Allah adalah absolut. Manusia memiliki
kebabasan untuk mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk memeroleh
kemaslahatan yang tertinggi dari sumberdaya yang ada pada kekuasaannya. Islam
memberikan kebebasan kepada manusia untuk memiliki sumberdaya, mengelolanya
dan memanfaatkannya untuk mencapai kesejahteraan hidup. Prinsip kehendak bebas
berarti meniscayakan pembuatan rancangan kepranataan yang wajar untuk menjamin
kebebasan ekonomi bagi individu dalam batas- batas etik yang ditentukan. Tetapi
kebebasan tanpa batas justru berpotensi menimbulkan kerugian bagi manusia. Oleh
karena itu, kebebasan dibatasi oleh nilai-nilai Islam. Islam tidak menyetujui hak
individu atas kekayaan pribadi tanpa syarat karena semua kekayaan adalah milik
Allah dan manusia hanya merupakan wakil-Nya di bumi. Oleh karena itu, seseorang
tidak mempunyai suatu hak alami yang ekslusif atas apa yang ia peroleh. Berdasarkan
aksioma kehendak bebas ini manusia mempunyai kebebasan untuk melakukan
perjanjian dalam transaksi ekonomi. Akan tetapi, seorang muslim yang memiliki
keyakinan bahwa yang memiliki kehendak bebas yang absolut adalah Allah, maka ia
akan memuliakan semua janji yang dibuatnya. Dengan demikian, kebebasan
berkehendak berhubungan erat dengan kesatuan dan keseimbangan serta dibatasi oleh
tanggung jawab.

d. Tanggung jawab (Fardh)

Secara logis, prinsip tanggung jawab mempunyai hubungan dengan prinsip


kehendak bebas yang menetapkan batasan mengenai apa yang bebas dilakukan
manusia dengan hubungannya pada kebutuhan manusia untuk bertanggungjawab atas

10
semua yang dilakukannya. Al-Qur’an menegaskan dalam surat An- Nisa(4):85 yang
artinya:

“Barang siapa memberikan hasil yang baik, niscaya ia akan memperoleh


bagian pahala. Dan barang siapa menimbulkan akibat yang buruk, niscaya ia akan
memikul konsekuensinya”

Maksud dari ayat tersebut bahwa suatu perbuatan akan terwujud bila mana
perbuatan tersebut merupakan produk pilihan sadar dalam situasi bebas, di mana
pertanggung jawaban bisa diberlakukan. Dengan demikian, semakin besar wilayah
kebebasan maka semakin besar pula pertanggung jawaban moralnya. Tanggung
jawab merupakan suatu prinsip dinamis yang berhubungan dengan perilaku manusia.
Bahkan merupakan kekuatan dinamis individu untuk mempertahankan kualitas
keseimbangan dalam masyarakat. Dalam prinsip ini, manusia diberi kebebasan untuk
memilih dan akan menerima akibatnya dari apa yang menjadi pilihannya. Kebebasan
tanpa batas adalah suatu hal yang mustahil dilakukan oleh manusia karena tidak
menuntut adanya pertanggungjawaban dan akuntabilitas yang juga dapat
mencemarkan kemahakuasaan Allah. Sebaliknya kepercayaan secara eksklusif
didasarkan pada kemahakuasaan Allah, maka tanggung jawab manusia atas
tindakannya menjadi tidak bermakna. Untuk memenuhi tuntutan keadilan dan
kesatuan dalam kehendak bebasnya, manusia harus mempertanggungjawabkan
tindakannya.

2.4 Konsep Bisnis Al-Qur’an

Umat Islam telah lama terlibat dalam dunia bisnis, yakni sejak empat belas
abad yang silam. Fenomena tersebut bukanlah suatu hal yang aneh, karena Islam
menganjurkan umatnya untuk melakukan kegiatan bisnis. Rasulullah Shallullahu
Alaihi wa Sallam sendiri terlibat di dalam kegiatan bisnis selaku pedagang bersama
istrinya Khadijah.

11
Al Quran sebagai Kitab Suci Umat Islam bukan hanya mengatur masalah
ibadah yang bersifat ritual, tetapi juga memberikan petunjuk yang sempurna
(komprehensif) dan abadi (universal) bagi seluruh umat manusia. Al Quran
mengandung prinsip-prinsip dan petunjuk-petunjuk yang fundamental untuk setiap
permasalahan manusia, termasuk masalah-masalah yang berhubungan dengan dunia
bisnis Al Quran mengatur kegiatan bisnis secara eksplisit dengan banyaknya instruksi
yang sangat detail tentang hal yang dibolehkan dan tidak dibolehkan dalam
menjalankan praktek bisnis. Para peneliti yang meneliti tentang hal-hal yang ada
dalam Al Quran mengakui bahwa praktek perundang-undangan Al Quran selalu
berhubungan dengan transaksi. Hal ini menandakan bahwa betapa aktivitas bisnis itu
sangat penting menurut Al Quran.

Al Quran memandang bisnis sebagai pekerjaan yang menguntungkan dan


menyenangkan. Kitab suci umat Islam ini dengan tandas mendorong para pedagang
untuk melakukan sebuah perjalanan yang jauh dan melakukan bisnis dengan para
penduduk di negeri asing. Hal itu berarti bahwa perdagangan lintas batas atau
globalisasi bukanlah sesuatu yang aneh dalam Al Quran. ,Di samping
penghormatannya terhadap bisnis, Al Quran juga seringkali membicarakan makna
kejujuran dan keadilan dalam perdagangan. Al Quran sangat menghargai aktivitas
bisnis yang selalu menekankan kejujuran dalam hal bargaining sebagaimana yang
diatur dalam Surah Al An'aam ayat 152, Surah Al Israa' ayat 35, dan Surah Ar
Rahmaan ayat 9. Berdasarkan uraian di atas, dapat kita lihat, sikap Al Quran bukan
saja mengizinkan transaksi bisnis, tetapi juga mendorong dan memotivasi hal
tersebut. Namun untuk memberikan penjelasan yang lebih akurat dan jelas untuk
membedakan antara bisnis yang menguntungkan dan bisnis yang menjerumuskan,
perlu kiranya kita bahas lebih lanjut.

Dengan demikian, konsep Al Quran tentang bisnis dilihat dari seluruh aspek
perjalanan hidup manusia. Suatu bisnis tidak dianggap berhasil, jika hanya membawa
keuntungan pada waktu tertentu saja, dan kemudian mengalami kebangkrutan atau

12
kerugian yang diderita melampaui keuntungan yang pernah dicapai. Bisnis akan
dianggap berhasil dan menguntungkan, jika apa yang didapat oleh seorang pelaku
bisnis melebihi ongkos yang dikeluarkan atau melampaui kerugian yang diderita serta
mempunyai manfaat bagi masyarakat dan lingkungan. Skala perhitungan semacam
bisnis ini akan ditentukan pula di hari akhir nanti.

Dengan pembahasan singkat di atas, dapat kita tarik kesimpulan bahwa


konsep Al Quran tentang bisnis sangat komprehensif dan parameter yang digunakan
menyangkut urusan dunia dan akhirat. Bisnis yang sukses menurut Al Quran adalah
bisnis yang membawa keuntungan pada pelakunya dalam dua fase kehidupan, yakni
dunia dan akhirat, sehingga saat terjadi konflik diantara keduanya, maka tindakan
yang bijak sangat dibutuhkan, yakni dengan meninggalkan keuntungan yang cepat
namun fana, demi memperoleh keuntungan yang abadi untuk di yaumil akhir nanti.

2.5 Sistem Etika Bisnis Islam

Etika dalam Islam merupakan buah dari keimanan, keislaman, dan ketaqwaan
yang didasarkan pada keyakinan yang kuat pada kebenaran Allah SWT. Islam
merupakan sumber nilai dan etika dalam segala aspek kehidupan manusia yang
menyeluruh, termasuk dalam wacana bisnis. Bisnis yang Islami harus lahir untuk
kepentingan beribadah kepada Allah SWT dengan niatan akan memenuhi aturan Ilahi
(Harahap, 2010, p. 70). Islam memandang bisnis dalam operasionalnya terbagi
menjadi dua area, yaitu pertama pada yaitu prinsip-prinsip dasar yang telah
ditetapkan oleh Al-Quran dan Sunnah dan konsep ini tidak akan berubah sampai
kapanpun, sedangkan yang kedua pada area perkembangan ilmu pengetahuan
(Shihab, 2011, p. 9). Hasil penelitian secara umum menunjukkan bahwa perusahaan
telah menerapkan etika bisnis Islam melalui kelima aksiomanya. Penerapan etika
tauhid pada perusahaan antara lain dapat dilihat dari kualitas produk, kinerja SDM,
dan proses produksi yang senantiasa dijaga.

13
Penerapan etika keseimbanganpada sistem perusahaan dapat dinilai dari
kualitas produksi dan distribusi yang dilakukan. Kualitas produksi dan distribusi yang
baik bertujuan untuk memberikan produk terbaik bagi konsumen serta melayani
kebutuhan konsumen. Konsep keadilan dalam hal ini terwujud ketika perusahaan
memberikan produk yang terbaik bagi konsumen maka konsumen juga akan
memberikan loyalitas terbaik bagi perusahaan. Penerapan etika kehendak bebas dapat
dilihat dari kualitas bahan baku yang dipilih oleh perusahaan merupakan bahan baku
berkualitas terbaik. Selain itu, perusahaan memilih untuk tidak menggunakan bahan
penyedap rasa atau MSG pada semua produk olahan ikan bandengnya. Penerapan
etika tanggung jawab dilakukan perusahaan dengan cara membuat sertifikasi
perusahaan agar berbadan hukum. Perusahaan yang telah tersertifikasi atau telah
berbadan hukum menunjuukan bahwa perusahaan tersebut benar-benar serius
mendirikan perusahaan sebagai upaya tanggung jawab kepada konsumen. Penerapan
etika kebajikan (ihsan) dapat ditelusuri dari keempat etika yang telah diterapkan
perusahaan di atas yang menunjukkan bahwa perusahaan telah benar-benar
memberikan manfaat bagi berbagai aspek ekonomi, tidak mengecewakan, serta, tidak
menimbulkan mudharat bagi semua pihak terkait di sekitar lokasi.

Hasil penelitian secara umum menunjukkan bahwa penerapan etika bisnis


memberi dampak terhadap kemajuan bisnis perusahaan dilihat dari enam parameter
kemajuan bisnis. Penerapan etika bisnis Islam berdampak pada aspek pemasaran
dalam bentuk perusahaan berhasil memasarkan produk olahan bandeng hingga ke
beberapa provinsi di pulau Jawa. Aspek pemasaran tersebut meliputi bauran
pemasaran yang terdiri dari 4P yaitu produk, price (harga), promosi, place
(distribusi). Produk yang berkualitas, harga yang sesuai, promosi yang baik, serta
distribusi produk yang baik membuat perusahaan semakin berkembang dan
mendapatkan loyalitas konsumen baik di daerah asal maupun di luar kota.

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Etika adalah aktualisasi kehidupan yang baik secara moral. Dalam perspektif
konvensional etika ialah prinsip moral yang membedakan baik dan buruk.
Sedangkan dalam perspektif islam etika adalah satu kesatuan utuh yang tidak bisa
dipisahkan antara satu dengan lainnya. Hal ini dikarenakan ajaran Islam yang bersifat
syumul yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia.

Etika dan prilaku dalam islam dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :

 Interprestasi hukum dalam masyarakat sekuler


 Faktor faktor organisasional
 Faktor faktor individual

Etika berkembang menjadi bidang kajian filsafat, yaitu ilmu pengetahuan


tentang moral atau moralitas yang merujuk kepada perilaku manusia. Terdapat empat
aksioma filsafat yang menyoroti sejumlah aspek penting dari filsafat etika Islam
yang bertujuan menghasilkan tatanan sosial ekonomis dan harmonis bagi manusia
yang bebas, bertanggungjawab, tidak hanya untuk meningkatkan kesejahteraan
mereka sendiri tetapi juga kesejahteraan orang lain dalam masyarakat, dan menuntut
tidak hanya peningkatan kesejahteraan material, tetapi juga dalam kesejahteraan
spiritual. Empat aksioma tersebut adalah kesatuan, keseimbangan, ikhtiar dan
tanggung jawab.

Konsep Al Quran tentang bisnis dilihat dari seluruh aspek perjalanan hidup
manusia. Suatu bisnis tidak dianggap berhasil, jika hanya membawa keuntungan pada
waktu tertentu saja, dan kemudian mengalami kebangkrutan atau kerugian yang
diderita melampaui keuntungan yang pernah dicapai. Bisnis akan dianggap berhasil

15
dan menguntungkan, jika apa yang didapat oleh seorang pelaku bisnis melebihi
ongkos yang dikeluarkan atau melampaui kerugian yang diderita serta mempunyai
manfaat bagi masyarakat dan lingkungan.

Sistem etika bisnis dalam islam memiliki konsep yang bersih dari perbuatan
bisnis yang kotor dan tercela yang jauh dari keadilan, karena yang dikejar dalam
islam tidak hanya keuntungan duniawi semata, tetapi juga keuntungan material yang
halal dan penuh berkah yang akan membawa kebahagiaan didunia dan akhirat.

3.2 Saran

Landasan yang mendorong prilaku bisnis hendaknya didasarkan tidak hanya karena
rasa takut pada sebuah pemerintahan, tidak juga hanya karena hasrat menumpuk
kekayaan, tetapi lebih dari itu, seorang pebisnis hendaknya menyandarkan prilakunya
semata-mata karena rasa takut kepada Allah dalam usah mencari ridhanya. Sehingga
bisnis yang ideal dalam Islam, adalah bisnis yang mampu menyeimbangkan antara
hak dan kewajiban, mempu menciptakan rasa keadilan dan memenuhi tuntutan
kebajikan dan keluhuran budi. Oleh karena itu, pebisnis muslim harus tunduk kepada
aksioma (nilai dasar) etika bisnis Islami yang mencakup tauhid, keseimbangan,
kehendak bebas, tanggungjawab, dan kebenaran.

16
DAFTAR PUSTAKA

Yasid. 2013. Perilaku Konsumen: Perspektif Konvensional dan Perspektif Islam.


Jurnal Ekonomi Bisnis Islam 7(2) : 186-200. ISSN:1907-9109.

Nawatmi, Sri. 2010. Etika Bisnis Dalam Perspektif Islam. Jurnal Fokus Ekonomi 9(1)
: 50-58. ISSN: 1412 -3851.

Handayani, Sutri. 2016. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Prilaku Etis


Mahasiswa Akuntansi Universitas Lamongan. Jurnal Ekonomi Bisnis 16(2) :
813-816.

Suhendro. 2020. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Etis Mahasiwa


Akuntansi. Jurnal Akuntansi 4(2) : 319-321. ISSN : 2548-7507.

Fauroni, Lukman. 2003. Rekonstruksi Etika Bisnis: Perspektif Al-Qur’an. Jurnal


Ekonomi Islam 4(1) : 91-106. ISSN 1411 – 013X.

Wahyuni, Desi. 2019. Etika Bisnis Dalam Perspektif Alquran: Menggali Nilai Ideal
Moral Sebagai Upaya Kontekstual-Universal. Jurnal Kajian Agama, Sosial
dan Budaya 9(4) : 1 – 16. ISSN: 2527- 4430.

Akib, Nurussabariyah. 2016. Determinan Penerapan Etika Bisnis Islam Di Kendari.


Jurnal Ekonomi Syariah 4(1) : 4-19. ISSN: 2355-0228.

Sampurno, Wahyu. 2016. Penerapan Etika Bisnis Islam Dan Dampaknya Terhadap
Kemajuan Bisnis Industri Rumah Tangga. Jurnal Ekonomi Islam 2(1) : 13-18.
DOI : 10.20885/jielariba.vol2.iss1.art4.

17

Anda mungkin juga menyukai